LAPORAN
diajukan untuk memenuhi nilai tugas semester genap mata kuliah Praktikum
Hidrolika
Dosen pengampu
Ir. Mangambit Juliandar Simanjuntak, ST. MT
oleh,
Amelia Fitriani
NPM. 1833004
Segala puji dan syukur bagi Alloh Subhanahu Wata’ala, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini
dengan judul “Analisis Aliran pada Saluran Terbuka” yang diajukan untuk
memenuhi nilai Akhir Semester 4 mata kuliah Praktikum Hidrolika di semester
genap. Untuk itu penulis memohon kepada Dosen pengampu untuk menelaah
hasil dari laporan penulis.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Q = V . A ...............................................................................................(2.1)
Dimana:
Q = debit (m3/ detik)
V = kecepatan (m/detik)
A = luas penampang (m2)
Terdapat beberapa tipe aliran dalam aliran saluran terbuka. Secara garis
besarnya, penggolongan aliran saluran terbuka yaitu aliran tetap (steady
flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow). Aliran tetap dibagi menjadi
aliran seragam dan aliran berubah. Aliran saluran terbuka dikatakan
seragam apabila kedalaman air sama pada setiap penampang saluran.
Sedangkan akliran berubah jika kedalaman aliran berubah sepanjang
saluran.
Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran
dimana untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air akan mengalir
dengan kondisi aliran sub kritis, karena aliran jenis ini tidak akan
menimbulkan gerusan (erosi ) pada permukaan saluran.
......................................................................................................(2.2)
Keterangan :
Dimana Jika
F < 1 dsebut aliran subkritis
F = 1 disebut aliran kritis
F > 1 disebut aliran superkritis
Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,4 hu, dengan B adalah
lebar peluap dan hu adalah tinggi peluap.
Keterangan:
------------------------------------------------ (2.3)
Keterangan :
------------------------------------------------ (2.4)
Keterangan :
Peluap didifinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki
sehingga zat cair (biasanya air) didalam kolam tersebut melimpah atas peluap.
Peluap ini serupa dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat cair
sebelah hulu lebih rendah dari atas ambang.
.............................................................................(2.5)
Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaanya. Aliran setelah pintu
sorong mengalami perubahan kondisi dari superkritis ke suatu tempat lebih ke
hilir saluran terjadi peristiwa yang dinamakan loncatan hidrolis (hydraulic
jump).
Pintu sorong yang digunakan dalam percobaan ini adalah pintu air gesek
tegak dengan tipe aliran bawah. Pada rancangan pintu sorong jenis ini, hal
yang menjadi perhatian utama adalah hubungan antara debit dengan distribusi
tekanan pada pintu dan bentuk pinggiran pintu.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume
per waktu. Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui
seberapa banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat
air tersebut mengalir dalam waktu satu detik.
Berdasarkan penerapan prinsip kekekalan energi, impuls-
momentum (kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan
energi, dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar
debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada saat kontraksi.
Besarnya debit aliran (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Dimana :
π = 3,140
.....................................................................(2.7)
Debit aktual (Qa) diperoleh dengan memasukkan harga koefisien
kecepatan (Cv) dan koefisien kontraksi (Cc) ke dalam persamaan (2.7),
sehingga persamaan tersebut menjadi :
...............................................................................................(2.8)
...............................................................................................(2.9)
Dimana :
H = Yo – Yg
Gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
....................(2.11)
Dimana :
Aliran pada pintu sorong adalah aliran tak mantap (unsteady flow)
yang berubah tiba-tiba sehingga muka air dari subkritis menjadi
superkritis. Aliran yang keluar dari pintu biasanya memiliki kecepatan
tinggi yang dapat mengikis dasar saluran ke arah hilir. Perhitungan yang
digunakan pada air loncat adalah sebagai berikut :
1. Bilangan Froude
2. Kedalaman di hulu (Ya) dan hilir (Yo) air loncat memiliki hubungan
sebagai berikut :
.................................................................(2.12)
Dimana :
Fra : Bilangan Froude di hulu air loncat (titik a)
3. Energi Spesifik
Energi spesifik dalam suatu penampang saluran dinyatalan sebagai
energi air per satuan berat pada setiap penampang saluran,
diperhitungkan terhadap dasar saluran. Saluran dengan kemiringan
kecil dan tidak ada kemiringan dalam aliran airnya (α =1), maka
energi spesifik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
......................................................................................(2.13)
Dimana :
E : Energi spesifik pada suatu titik tinjau (cm)
y : Kedalaman air dititik di tinjau (cm)
Q : Debit aliran (cm3/s)
g : Percepatan gravitasi (cm2/s)
A : Luas permukaan basah (cm2)
Energi spesifik tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman,
misalnya Ya dan Yb. Kedalaman hilir disebut alternate depth dari
kedalaman hulu dan begitu juga sebaliknya. Keadaan kritis kedua
kedalaman tersebut seolah menyatu dan dikenal sebagai kedalaman
kritsis.
Kedalaman air loncat sebelum loncatan selalu lebih kecil dari pada
setelah loncatan. Energi spesifik pada kedalaman awal Ya lebih besar
daripada energi spesifik pada Yb. Perbedaan besarnya energi
merupakan suatu kehilangan energi (ΔE) yang sebanding dengan
penurunan tinggi muka air (Δh). Kehilangan energi disebabkan oleh
gesekan fluida dengan dinding pipa dan adanya perubahan penampang
pipa, perubahan arah aliran pada pipa dan belokan pipa. Kehilangan
energi dapat dihitung dengan persamaan :
..................................................................................(2.14)
MODUL III
METODE PENELITIAN
1. Tujuan Percobaan :
a. Menghitung debit, kecepata, koefisien debit, dan koefisien kecepatan
b. Menentukan jenis aliran dan perhitungan angka froud
2. Alat-alat yang digunakan :
a. Multi propose teaching flame
b. Model ambang lebar broad crester weir
c. Point gauge
d. Mistar pita ukur
e. Ember plastic
f. stop whacthGelas Ukur
3. Prosedur Percobaan
1. Tujuan Percobaan :
b. Ambang tajam
c. Point Gauge
d. Stop watch
e. Mistar ukur
3. Prosedur Percobaan :
c. Menghitung volume h
d. Mencataat harga h
1. Tujuan Percobaan :
Tujuan dari percobaan pintu sorong dan air loncat adalah sebagai berikut:
1) Pintu sorong
2) Penggaris
3) Meteran
3. Prosedur Percobaan :
FORMULIR PENGAMATAN
Modul I : ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
4
(……………………)
5
TANGGAL TERAKHIR PEMASUKAN LAPORAN : 13 Juli 2020
Data Alat
Tinggi Ambang = (8,4 cm)
Lebar Saluran = (8,3 cm)
Data Pengamatan
Keadaan Awal (Kalibrasi)
Bacaan Manometer H1 = (8,50 cm) H2 = (8,00 cm) ∆H = (0,5 cm)
2) Q2 = 295,48 cm3/s
He = 5,20 cm
3) Q3 = 381,47 cm3/s
He = 5,52 cm
4) Q4 = 482,52 cm3/s
He = 5,66 cm
5) Q5 = 482,52 cm3/s
He = 5,80 cm
4. Mencari Cd
5. Mencari Hd
Hd = 0,0056 x (Cd)2,6788
= 0,0056 (4,07)2,6788
= 0,24
4.2 Modul 2 (Ambang Tajam)
PENGAMATAN
Modul II : ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
4
(……………………)
5
TANGGAL TERAKHIR PEMASUKAN LAPORAN : 13 Juli 2020
Data Alat
Tinggi Ambang = (11,5 cm)
Lebar Saluran = (7,7 cm)
Data Pengamatan
Keadaan Awal (Kalibrasi) H2 = (9,50 cm) H2 = (8,50 cm) ∆H = (1,00 cm)
2) Q2 = 590,97 cm3/s
He = 5,28 cm
3) Q3 = 511,79 cm3/s
He = 6,60 cm
4) Q4 = 417,88 cm3/s
He = 7,36 cm
5) Q5 = 565,81 cm3/s
He = 7,98 cm
6) Mencari Cd
7) Mencari Hd
Hd = 0,0056 x (Cd)2,6788
= 0,0056 (4,74)2,6788
= 0,36
4.3 Modul 3 (Pintu Sorong)
FORMULIR PENGAMATAN
Modul III : PINTU SORONG
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
4
(……………………)
5
TANGGAL TERAKHIR PEMASUKAN LAPORAN : 13 Juli 2020
Data yang diperoleh dari percobaan debit tetap, Yg berubah adalah sebagai berikut:
- Tebal Pintu Air = 1,8 cm
- Gravitasi (g) = 9,81 m/det² = 981 cm/det2
- Tinggi bukaan Pintu Air = 5 cm
- Lebar Pintu air = 15 cm
- Lebar Saluran (b) = 8,7 cm
Sebelum Sesudah
H1 = 8,500 H1 = 7,400
H2 = 9,000 H2 = 10,200
Lembar 1. Data Pintu Sorong dan Air Loncat Debit Tetap, Yg berubah
No Pintu Sorong Air Loncat
= 89,877 cm3/s
2) Data:
Y1 = 0,700 cm
Yo = 8,800 cm
Maka dapat dihitung :
= 77,018 cm3/s
3) Data:
Y1 = 0,600 cm
Yo = 9,200 cm
Maka dapat dihitung:
= 67,950 cm3/s
4) Data :
Y1 = 0,500 cm
Yo = 10,000 cm
Maka dapat dihitung:
= 59,462 cm3/s
5) Data :
Y1 = 0,400 cm
Yo = 11,400 cm
Maka dapat dihitung :
= 51,116 cm3/s
3. Perhitungan Koefisien Kontraksi (Cc)
1) Data :
Y1 = 0,800 cm
Yg = 0,900 cm
Maka dapat dihitung:
= 0,889
2) Data :
Y1 = 0,700 cm
Yg = 0,800 cm
Maka dapat dihitung:
= 0,875
3) Data :
Y1 = 0,600 cm
Yg = 0,700 cm
Maka dapat dihitung:
= 0,857
4) Y1 = 0,500 cm
Yg = 0,600 cm
Maka dapat dihitung :
= 0,833
5) Data :
Y1 = 0,400 cm
Yg = 0,500 cm
Maka dapat dihitung :
= 0,800
4. Perhitungan Koefisien Kecepatan (Cv)
1) Data :
Qa = 305,241 cm3/s
Qt = 89,877 cm3/s
Maka dapat dihitung :
= 3,396
2) Data :
Qt = 77,018 cm3/s
Maka dapat dihitung :
= 3,963
3) Data :
Qt = 67,950 cm3/s
Maka dapat dihitung :
= 4,492
4) Data :
Qt = 59,462 cm3/s
Maka dapat dihitung :
= 5,133
5) Data :
Qt = 51,116 cm3/s
Maka dapat dihitung :
= 5,971
5. Perhitungan Fg
Data :
ρ = 1,200 cm
g = 981,000
b = 8,700 cm
Qa = 305,241 cm3/s
1) Yo = 8,500 cm
Y1 = 0,800 cm
Maka dapat dihitung :
2) Data :
Yg = 0,800 cm
Yo = 8,800 cm
Maka dapat dihitung :
3) Data :
Yg = 0,700 cm
Yo = 9,200 cm
Maka dapat dihitung :
4) Data :
Yg = 0,600 cm
Yo = 10,000 cm
Maka dapat dihitung :
5) Data :
Yg = 0,500 cm
Yo = 11,400 cm
Maka dapat dihitung :
8. Perhitungan Fg/fh
1) Fg = 40476,976
Fh = 33997,536
2) Fg = 43591,897
Fh = 37670,4
3) Fg = 47305,807
Fh = 42526,35
4) Fg = 55906,241
Fh = 52008,696
5) Fg = 72836,948
Fh = 69931,566
Perhitungan Data Air Loncat dengan debit tetap, Yg berubah sebagai berikut:
1. Perhitungan Debit Aktual (Qa)
Data :
b = 8,700 cm
Sebelum :
H1 = 8,500 cm
H2 = 9,000 cm
Sesudah :
H1 = 7,400 cm
H2 = 10,200 cm
Maka dapat dihitung :
ΔH = H2 – H1 – Koreksi
= (10,200 – 7,400) – 0,500
= 2,300 cm
Qa = 64,0988 x π x (ΔH)1/2
= 64,0988 x 3,14 x (2,300)1/2
= 305,241 cm3/s
2. Perhitungan Fa
Data :
b = 8,700 cm
g = 9,810 cm/s2
Qa = 305,241 cm3/s
1) Ya = 1,500 cm
= 6,097
2) Ya = 1,600
= 5,535
3) Ya = 2,000
= 3,960
4) Ya = 1,800
= 4,638
5) Ya = 1,700
= 5,054
3. Perhitungan Yb/Ya (ukur)
1) Data :
Ya = 1,500 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
2) Ya = 1,600 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
3) Ya = 2,000 cm
Yb = 4,600 cm
Maka dapat dihitung :
4) Ya = 1,800 cm
Yb = 4,700 cm
Maka dapat dihitung :
5) Ya = 1,700 cm
Yb = 4,800 cm
Maka dapat dihitung :
= 7,636
2) Fa = 5,535
= 6,844
3) Fa = 3,960
= 4,623
4) Fa = 4,638
= 5,578
5) Fa = 5,054
= 6,165
5. Perhitungan ΔH
1) Ya = 1,500 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
= 1,000 cm
2) Ya = 1,600 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
= 0,846 cm
3) Ya = 2,000 cm
Yb = 4,600 cm
Maka dapat dihitung :
= 0,477 cm
4) Ya = 1,800 cm
Yb = 4,700 cm
Maka dapat dihitung :
= 0,721 cm
5) Ya = 1,700 cm
Yb = 4,800 cm
Maka dapat dihitung :
= 0,912 cm
6. Perhitungan L
1) Xa = 96,000 cm
Xb = 186,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 186,000 – 96,000
= 90,000 cm
2) Xa = 98,000 cm
Xb = 195,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 195,000 – 98,000
= 97,000 cm
3) Xa = 98,900 cm
Xb = 200,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 200,000 – 98,900
= 101,100 cm
4) Xa = 110,000 cm
Xb = 210,500 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 210,500 – 110,000
= 100,500 cm
5) Xa = 112,300 cm
Xb = 220,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 220,000 – 112,300
= 107,700 cm
7. Perhitungan L/Yb
1) L = 90,000 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
2) L = 97,000 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
3) L = 101,100 cm
Yb = 4,600 cm
Maka dapat dihitung :
4) L = 100,500 cm
Yb = 4,700 cm
Maka dapat dihitung :
5) L = 107,700 cm
Yb = 4,800 cm
Maka dapat dihitung :
BAB V
KESIMPULAN
Kehilangan Energi: