Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

LAPORAN
diajukan untuk memenuhi nilai tugas semester genap mata kuliah Praktikum
Hidrolika

Dosen pengampu
Ir. Mangambit Juliandar Simanjuntak, ST. MT

oleh,
Amelia Fitriani
NPM. 1833004

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL (D3)


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Alloh Subhanahu Wata’ala, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini
dengan judul “Analisis Aliran pada Saluran Terbuka” yang diajukan untuk
memenuhi nilai Akhir Semester 4 mata kuliah Praktikum Hidrolika di semester
genap. Untuk itu penulis memohon kepada Dosen pengampu untuk menelaah
hasil dari laporan penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang telah membimbing


sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dengan segala kerendahan
hati mohon maaf apabila laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan wawasan serta peningkatan ilmu bagi kita semua.

Bandung, 11 Juli 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam merencanakan saluran irigasi, bendungan, dan bangunan air lainnya
diperlukan pengetahuan tentang masalah yang berhubungan dengan aliran
saluran terbuka, seperti mengenai karakteristik aliran dalam kondisi tertentu
dan pengaruh air terhadap profil aliran dan sebagainya.
Model hidraulis yang digunakan di laboratorium dipakai untuk mengamati
perilaku hidrolis pada bendung, demikian juga pintu air yang direncanakan
dengan skala lebih kecil. Penyelidikan model dilakukan untuk menyelidiki
perilaku hidrolis dari seluruh bangunan atau masing-masing komponennya.
Pada percobaan ini akan diamati profil suatu aliran terbuka dengan
pelimpah yang berupa ambang lebar dan ambang tajam serta percobaan
menggunakan pintu sorong. Ambang lebar sendiri di lapangan banyak
digunakan pada saluran irigasi yang fungsinya menentukan debit dari air yang
mengalir pada saluran tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana cara menghitung dan menganalisis aliran air pada saluran terbuka
dengan menggunakan pelimpah ambang lebar, pelimpah ambang tajam, dan
percobaan dengan menggunakan pintu sorong?

1.1. Maksud dan Tujuan


1. Mengamati dan menganalisis aliran fluida dengan menggunakan ambang
lebar dan menentukan koefisien debitnya.
2. Mengamati dan menganalisis debit aliran dengan menggunakan ambang
tajam.
3. Mengamati dan menganalisis aliran dan loncatan air dengan menggunakan
pintu sorong serta mencari gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong dan
energi spesifiknya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Aliran Saluran Terbuka

Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan


permukaan bebas. Aliran saluran terbuka merupakan aliran saluran yang
memiliki ruang bebas walaupun benda pada saluran tertutup. Sedangkan
aliran saluran tertutup merupakan aliran saluran yang tidak memiliki ruang
bebas kecuali oleh tekanan hidrolik. Kedua jenis aliran tersebut dalam
beberapa hal memiliki kesamaan.

Penyelesaian masalah pada aliran saluran terbuka jauh lebih sulit


dibandingkan dengan aliran saluran tertutup, dikarenakan bentuk penampang
yang tidak teratur (terutama sungai), kesulitan menentukan angka kekasaran
dan pengumpulan data lapangan.

Pada umumnya penyelesaian untuk aliran saluran terbuka lebih


berdasarkan pada hasil pengamatan. Debit pada penampang saluran
dinyatakan dengan rumus :

Q = V . A ...............................................................................................(2.1)

Dimana:
Q = debit (m3/ detik)
V = kecepatan (m/detik)
A = luas penampang (m2)

2.1.1 Klasifikasi Saluran

Saluran dapat berbentuk alami (sungai, muara) dengan penampang


melintang atau kemiringan memanjang berubah-ubah. Saluran buatan
jika penampang dan kemiringannya konstan. Contohnya saluran irigasi
dan gorong-gorong yang mengalir sebagian. Penampang saluran buatan
biasanya direncanakan berdasarkan bentuk geometri yang umum. Seperti
bentuk persegi panjang sering dipakai untuk aliran yang dibangun dengan
bahan yang stabil seperti kaca, kayu atau logam.

2.1.2 Tipe Aliran

Terdapat beberapa tipe aliran dalam aliran saluran terbuka. Secara garis
besarnya, penggolongan aliran saluran terbuka yaitu aliran tetap (steady
flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow). Aliran tetap dibagi menjadi
aliran seragam dan aliran berubah. Aliran saluran terbuka dikatakan
seragam apabila kedalaman air sama pada setiap penampang saluran.
Sedangkan akliran berubah jika kedalaman aliran berubah sepanjang
saluran.

2.2 Ambang Lebar

Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan disebelah hulu


ambang, Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan
dengan sebelum dipasang ambang. Dengan demikian, pada penerapan di
lapangan harus diantiipasi kemungkinan banjir dihulu ambang.

Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran
dimana untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air akan mengalir
dengan kondisi aliran sub kritis, karena aliran jenis ini tidak akan
menimbulkan gerusan (erosi ) pada permukaan saluran.

Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sabagai


aliran kritis, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi
tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau kemirirngan saluran yang
cukup besar, setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai
aliran superkritis.

Pada penerapan di lapangan apabila kondisi superkritis ini terjadi maka


akan sangat membayakan, dimana dasar tebing akan tergerus. Strategi
penanganannya tersebut diantaranya membuat peredam energi aliran,
misalnya dengan memasang lantai beton atau batu-batu cukup besar di hilir
ambang.

Tingkat kekritisan aliran tersebut dapat ditentukan dengan mencari


bilangan Froud dengan persamaan :

......................................................................................................(2.2)

Keterangan :

F= angka Froud (Froud Number)

D= kedalaman air (m)

Dimana Jika
F < 1 dsebut aliran subkritis
F = 1 disebut aliran kritis
F > 1 disebut aliran superkritis

Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,4 hu, dengan B adalah
lebar peluap dan hu adalah tinggi peluap.

Keterangan:

Q = debit aliran (m3/det)

H = tinggi tekanan total hulu ambang (m)

P = Tinggi ambang (m)

Yo = kedalaman hulu ambang (m)


Yc= tinggi muka aiar dia atas hulu ambang (m)

Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)

hu = tinggi muka air setelah hulu ambang = Yo – P (m)

Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit, Debit


aliran yang terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut,

------------------------------------------------ (2.3)

Keterangan :

Q = debit aliran (m3/det)

h = tinggi tekanan total hulu ambang (m)

Cd= Koefisien debit

B = lebar ambang (m)

Debit aliran juga dapat dihitung dengan,

------------------------------------------------ (2.4)

Keterangan :

Q = debit aliran (m3/det)

Hu = tinggi tekanan total hulu ambang (m)

Cd= Koefisien debit

Cd= Koefisien kecepatan

b = lebar ambang (m)

Model ini merupakan tiruan ambang lebar disaluran irigasi. Model


terbuat dari glass reinforced plasticyang berbentuk prisma segi empat dengan
punggung dibuat streamline. Konstruksi ini pada umumnya banyak
digunakan dilapangan untuk mengukur debit di saluran terbuka, karena akan
memberikan akurasi dan keandalan pengukuran, disamping juga kemudahan
dalam pembuatan konstruksi dan perawatannya.
Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan ambang lebar,
sedangkan aplikasinya dilapangan ambang lebar banyak digunakan saluran
irigasi yang fungsinya menentukan debit dan air yang mengalir pada saluran.

2.3 Ambang Tajam

Peluap didifinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki
sehingga zat cair (biasanya air) didalam kolam tersebut melimpah atas peluap.
Peluap ini serupa dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat cair
sebelah hulu lebih rendah dari atas ambang.

Jenis peluap ambang tajam ini merupakan salah satu konstruksi


pengukuran debit yang banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi maupun
laboratorium. Debit aliran yang terjadi pada ambang tajam dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

.............................................................................(2.5)

Dengan (h) adalah tinggi muka air diatas ambang.

Q= debit aliran (m3/detik)

H = tinggi air diatas ambang (m0

P = tinggi ambang (m)


2.4 Pintu Sorong

Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaanya. Aliran setelah pintu
sorong mengalami perubahan kondisi dari superkritis ke suatu tempat lebih ke
hilir saluran terjadi peristiwa yang dinamakan loncatan hidrolis (hydraulic
jump).

Tinggi loncatan hidrolis tergantung pada kecepatan, debit air yang


mengalir, kemiringan dasar saluran serta kekasaran saluran. Sampai ujung
hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang disebut peredam
energi pencegah gerusan untuk mereduksi energi yang terdapat di dalam
aliran tersebut.

Pintu sorong yang digunakan dalam percobaan ini adalah pintu air gesek
tegak dengan tipe aliran bawah. Pada rancangan pintu sorong jenis ini, hal
yang menjadi perhatian utama adalah hubungan antara debit dengan distribusi
tekanan pada pintu dan bentuk pinggiran pintu.

2.4.1 Debit Aliran (Q)

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume
per waktu. Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui
seberapa banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat
air tersebut mengalir dalam waktu satu detik.
Berdasarkan penerapan prinsip kekekalan energi, impuls-
momentum (kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan
energi, dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar
debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada saat kontraksi.
Besarnya debit aliran (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Q = 64,0988 x π (ΔH)1/2 (cm3/s) ............................................................(2.6)

Dimana :

Q = Debit Aliran (cm3/s)

π = 3,140

ΔH = selisih pembacaan manometer

2.4.2 Debit Teori pada Pintu Sorong

Besarnya debit teori (Bernoulli) dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut:

.....................................................................(2.7)
Debit aktual (Qa) diperoleh dengan memasukkan harga koefisien
kecepatan (Cv) dan koefisien kontraksi (Cc) ke dalam persamaan (2.7),
sehingga persamaan tersebut menjadi :

...............................................................................................(2.8)

...............................................................................................(2.9)

Dimana :

g : Percepatan gravitasi = 9,810 cm/s2

b : Lebar saluran = 8,700 cm

2.4.3 Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong

Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan


hidrostatis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Fh = 0,5 x ρ x g x (Yo – Yg)2 ...........................................................(2.10)

H = Yo – Yg
Gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

....................(2.11)

Dimana :

g : Percepatan gravitasi = 981,000 cm/s2

b : Lebar saluran = 8,700 cm

2.4.4 Air Loncat (Hydraulic Jump)

Aliran pada pintu sorong adalah aliran tak mantap (unsteady flow)
yang berubah tiba-tiba sehingga muka air dari subkritis menjadi
superkritis. Aliran yang keluar dari pintu biasanya memiliki kecepatan
tinggi yang dapat mengikis dasar saluran ke arah hilir. Perhitungan yang
digunakan pada air loncat adalah sebagai berikut :

1. Bilangan Froude

Bilangan Froud adalah bilangan tak bersatuan yang digunakan untuk


mengukur resistensi dari sebuah benda yang bergerak melalui air dan
membandingkan benda-benda dengan ukuran yang berbeda-beda.

2. Kedalaman di hulu (Ya) dan hilir (Yo) air loncat memiliki hubungan
sebagai berikut :

.................................................................(2.12)

Dimana :
Fra : Bilangan Froude di hulu air loncat (titik a)
3. Energi Spesifik
Energi spesifik dalam suatu penampang saluran dinyatalan sebagai
energi air per satuan berat pada setiap penampang saluran,
diperhitungkan terhadap dasar saluran. Saluran dengan kemiringan
kecil dan tidak ada kemiringan dalam aliran airnya (α =1), maka
energi spesifik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

......................................................................................(2.13)

Dimana :
E : Energi spesifik pada suatu titik tinjau (cm)
y : Kedalaman air dititik di tinjau (cm)
Q : Debit aliran (cm3/s)
g : Percepatan gravitasi (cm2/s)
A : Luas permukaan basah (cm2)
Energi spesifik tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman,
misalnya Ya dan Yb. Kedalaman hilir disebut alternate depth dari
kedalaman hulu dan begitu juga sebaliknya. Keadaan kritis kedua
kedalaman tersebut seolah menyatu dan dikenal sebagai kedalaman
kritsis.
Kedalaman air loncat sebelum loncatan selalu lebih kecil dari pada
setelah loncatan. Energi spesifik pada kedalaman awal Ya lebih besar
daripada energi spesifik pada Yb. Perbedaan besarnya energi
merupakan suatu kehilangan energi (ΔE) yang sebanding dengan
penurunan tinggi muka air (Δh). Kehilangan energi disebabkan oleh
gesekan fluida dengan dinding pipa dan adanya perubahan penampang
pipa, perubahan arah aliran pada pipa dan belokan pipa. Kehilangan
energi dapat dihitung dengan persamaan :

..................................................................................(2.14)
MODUL III
METODE PENELITIAN

3.1. Modul 1 (Ambang Lebar)

1. Tujuan Percobaan :
a. Menghitung debit, kecepata, koefisien debit, dan koefisien kecepatan
b. Menentukan jenis aliran dan perhitungan angka froud
2. Alat-alat yang digunakan :
a. Multi propose teaching flame
b. Model ambang lebar broad crester weir
c. Point gauge
d. Mistar pita ukur
e. Ember plastic
f. stop whacthGelas Ukur

3. Prosedur Percobaan

a. Pasanglah amabang lebar pada model saluran terbuka.


b. Amati air kedalam model saluran terbuka
c. Ukur debit alira sampai 3 kali untuk 1 bukaan
d. Catat harga h, Yo, Yc, Q, Yt.
e. Amati saluran yang terjadi
f. Mengamati profil aliran yang terjadi
g. Lakukan percobaan untuk debit yang lain
h. Menghitung harga Cd & Cv berdasarkan formula (3.1) dan (3.2)
i. Membuat grafik : Cd dan Q cv dan Q v dan Q
j. Titik-titik pada grafik tersebut dihubungkan dengan garis yang dibuat
dari persamaan regresi
k. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara
hubungan variable tersebut.
l. Menentukan tingkat kekritisan aliran dengan menghitung angka Froud
untuk setiap percobaan (sebelum, diatas dan sesudah ambang).
3.2. Modul 2 (Ambang Tajam)

1. Tujuan Percobaan :

a. Menghitung debit dan koefisien debit

b. Mengamati profil muka air peluapa diatas ambang.

2. Alat-alat yang Digunakan :

a. Alat Open Channel

b. Ambang tajam

c. Point Gauge

d. Stop watch

e. Mistar ukur

3. Prosedur Percobaan :

a. Memasang ambang tajam pada model saluran terbuka

b. Mengalirkan air ke dalam model saluran terbuka

c. Menghitung volume h

d. Mencataat harga h

e. Mengamati pengaliran yang terjadi

f. Menghitung percobaan untuk debit yang lain

g. menggunakan rumus diatas untuk menentukan besarnya nilai koefisien


debit pada ambang tajam.
3.3. Modul 3 4 dan 5 (Pintu sorong, gaya-gaya yang bekerja pada pintu
sorong, serta energi spesifik)

1. Tujuan Percobaan :

Tujuan dari percobaan pintu sorong dan air loncat adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong.

b. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi.

c. Menentukan besarnya debit pengaliran di bawah Sluice Gate.

d. Menentukan gaya yang bekerja pada pintu sorong.

e. Menentukan energi spesifik pada aliran pintu sorong.

2. Alat-alat yang Digunakan :

1) Pintu sorong

2) Penggaris

3) Meteran

4) Manometer dan venturimeter

5) Sekat pengatur hilir


6) Penampung air

7) Generator dan pompa

3. Prosedur Percobaan :

a. Memastikan bahwa flume sudah horizontal.

b. Menempatkan Gate pada flume secara vertical dengan tepi bawahnya 20


mm di atas dasar flume.

c. Mengalirkan air kedalam flume sampai setinggi Yo.

d. Menguur debit (Qo), Y1, dan Ho dengan air setinggi Yo.

e. Menaikkan Gate secara bertahap menjadi 5 mm dan seterusnya, dengan


tetap menjaga ketinggian Yo seperti ketinggian semula (dengan cara
merubah debit).

f. Mengukur dan mencatat harga-harga Q, Y1 dan Ho pada masing-masing


tinggi bukaan Gate.

g. Mengulangi prosedur diatas dengan debit Q yang konstan (seperti diatas,


Yo dibuat berubah), dan mengukur dan mencatat Yo,Y1 dan Ho.
BAB IV
PRESENTASI DATA DAN ANALISIS

4.1 Modul 1 (Ambang Lebar)

FORMULIR PENGAMATAN
Modul I : ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil

No. Kelompok : 2 (Minggu) Lembar ½

No Nama NIM Paraf TANGGAL PRAKTIKUM


1 Amelia Fitriani 1833004
B. Umar Sodiq 1831401 Asisten :
2

3 Giovanny Febry Hapsari 1731108

4
(……………………)
5
TANGGAL TERAKHIR PEMASUKAN LAPORAN : 13 Juli 2020

Data Alat
 Tinggi Ambang = (8,4 cm)
 Lebar Saluran = (8,3 cm)

Data Pengamatan
Keadaan Awal (Kalibrasi)
Bacaan Manometer H1 = (8,50 cm) H2 = (8,00 cm) ∆H = (0,5 cm)

Lembar 1 Data Untuk Membuat Profil Aliran


Peralihan
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Tenggelam 1 (om) Tenggelam 2 (om)
Titik (om)
X Y X Y X Y X Y X Y
1 15.6 6.6 16.4 7.6 15.2 7.4 14.3 9.5 17.8 10.6
2 12.8 8.4 12.6 7.1 12.8 6.5 12.5 9.2 18.2 10.4
3 12.5 10.9 16.8 6.5 13.2 6.9 12.8 8.9 17.4 11.2
4 11.6 6.2 12.7 8.3 13.5 9.2 13.2 8.7 17.1 10.8
5 10.3 8.3 12.5 8.7 18.9 10.8 18.7 8.2 17.9 10.3
6 10.7 8.9 15.0 8.6 17.3 12.1 17.1 7.7 17.4 10.3
7 14.2 5.7 13.1 10.4 13.6 7.3 17.0 8.3 15.9 11.1
8 12.4 9.1 16.8 12.2 15.1 8.0 10.7 10.1 13.8 11.5
Lembar 2 Data Untuk Membuat Grafik H01 vs H02 dan H01 vs Q
Manometer
Q Jenis
Debit Y1 Y2 He1 He2
(cm3/S) Aliran
H1 (cm) H2 (cm) ΔH (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

L1 12,00 6,50 3,60 -1,90


L1 12,20 8,60 3,80 0,20
Q1 8,50 8,00 0,50 381,47 P 12,40 10,00 4,00 1,60
T1 12,90 15,00 4,50 6,60
T2 13,50 17,00 5,10 8,60
L1 13,50 7,50 5,10 -0,90
L1 13,50 9,50 5,10 1,10
Q2 7,30 7,00 030 295,48 P 13,50 12,00 5,10 3,60
T1 13,70 16,00 5,30 7,60
T2 13,80 17,50 5,40 9,10
L1 13,80 8,00 5,40 -0,40
L1 13,90 10,00 5,50 1,60
Q3 7,00 6,50 0,50 381,47 P 13,90 13,00 5,50 4,60
T1 14,00 16,50 5,60 8,10
T2 14,00 17,50 5,60 9,10
L1 13,90 8,00 5,50 -0,40
L1 14,00 10,00 5,60 1,60
Q4 6,80 6,00 0,80 482,52 P 14,00 13,50 5,60 5,10
T1 14,20 16,00 5,80 7,60
T2 14,20 17,50 5,80 9,10
L1 14,00 8,50 5,60 0,10
L1 14,00 10,20 5,60 1,80
Q5 5,80 5,00 0,80 482,52 P 14,20 13,00 5,80 4,60
T1 14,40 16,50 6,00 8,10
T2 14,40 17,50 6,00 9,10
Lembar 3 Data Untuk Membuat Grafik H01 vs C
Manometer Q C
Debit Y1 He1 Cd Hd He/Hd C/Cd
H1 H2 ΔH (cm3/s) (cm05/S)
Ke (cm) (cm)
(cm) (cm) (cm)
1 8,50 8,00 0,50 381,47 12,60 4,20 5,34 4,07 0,24 17,50 1,31
2 7,30 7,00 0,30 295,48 13,60 5,20 3,00 4,07 0,24 21,67 0,74
3 7,00 6,50 0,50 381,47 13,92 5,52 3,54 4,07 0,24 23,00 0,87
4 6,80 6,00 0,80 482,52 14,06 5,66 4,32 4,07 0,24 23,58 1,06
5 5,80 5,00 0,80 482,52 14,20 5,80 4,16 4,07 0,24 24,17 1,02

4.1.1 Analisis Data


1. Perhitungan debit
1) ΔH = 0,50 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,50)3/2
= 381,47 cm3/s
2) ΔH = 0,30 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,30)3/2
= 295,48 cm3/s
3) ΔH = 0,50 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,50)3/2
= 381,47 cm3/s
4) ΔH = 0,80 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,80)3/2
= 482,52 cm3/s
5) ΔH = 0,80 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,80)3/2
= 482,52 cm3/s
2. Cara mencari He
Data: Tinggi ambang (t) = 8,4 cm
Y1 = 12,00 cm
Y2 = 6,50 cm
He1 = Y1 – t
= 12,00 – 8,4
= 3,60 cm
He2 = Y2 – t
= 6,50 – 8,4
= -1,90 cm
3. Mencari C
b = 8,3 cm
1) Q1 = 381,47 cm3/s
He = 4,20 cm

2) Q2 = 295,48 cm3/s
He = 5,20 cm
3) Q3 = 381,47 cm3/s
He = 5,52 cm

4) Q4 = 482,52 cm3/s
He = 5,66 cm

5) Q5 = 482,52 cm3/s
He = 5,80 cm

4. Mencari Cd

5. Mencari Hd
Hd = 0,0056 x (Cd)2,6788
= 0,0056 (4,07)2,6788
= 0,24
4.2 Modul 2 (Ambang Tajam)

PENGAMATAN
Modul II : ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil

No. Kelompok : 2 (Minggu) Lembar ½

No Nama NIM Paraf TANGGAL PRAKTIKUM


1 Amelia Fitriani 1833004
B. Umar Sodiq 1831401 Asisten :
2

3 Giovanny Febry Hapsari 1731108

4
(……………………)
5
TANGGAL TERAKHIR PEMASUKAN LAPORAN : 13 Juli 2020

Data Alat
 Tinggi Ambang = (11,5 cm)
 Lebar Saluran = (7,7 cm)

Data Pengamatan
Keadaan Awal (Kalibrasi) H2 = (9,50 cm) H2 = (8,50 cm) ∆H = (1,00 cm)

Lembar 1 Data Untuk Membuat Profil Aliran


Peralihan
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2 (cm)
Titik (cm)
X Y X Y X Y X Y X Y
1 15.5 7.5 19.4 8.7 15.2 7.4 18.3 9.5 22.0 10.6
2 18.0 8.0 20.6 10.9 17.8 12.5 15.5 9.2 19.8 10.4
3 15.7 9.2 16.8 7.9 16.2 13.9 16.8 8.9 15.8 16.2
4 14.5 7.9 14.7 11.2 16.5 8.2 16.2 8.7 17.7 10.8
5 15.0 8.6 14.5 11.8 19.9 10.8 19.7 13.2 17.9 10.3
6 17.4 8.6 15.0 7.8 14.3 11.1 20.1 13.7 20.4 12.3
7 20.1 12.7 19.1 13.0 15.6 11.3 21.0 15.3 20.8 17.1
8 20.5 10.0 19.8 13.0 15.1 11.0 19.7 15.1 18.0 16.5
Lembar 2 Data Untuk Membuat Grafik H01 vs H02 dan H01 vs Q
Manometer
Q Jenis
Debit Y1 (cm) Y2 (cm) He1 (cm) He2 (cm)
(cm3/S) Aliran
H1 (cm) H2 (cm) ΔH (cm)

L1 15,50 7,50 4,00 -4,00


L1 15,50 7,80 4,00 -3,70
Q1 9,50 8,50 1,00 539,48 P 15,50 9,30 4,00 -2,20
T1 16,20 10,60 4,70 -0,90
T2 17,00 11,60 5,50 0,10
L1 15,80 8,10 4,30 -3,40
L1 16,10 9,20 4,60 -2,30
Q2 9,00 7,80 1,20 590,97 P 16,30 9,80 4,80 -1,70
T1 17,30 11,80 5,80 0,30
T2 18,40 11,80 6,90 0,30
L1 17,00 8,70 5,50 -2,80
L1 17,80 9,10 6,30 -2,40
Q3 8,40 7,50 0,90 511,79 P 18,00 10,60 6,50 -0,90
T1 18,40 12,00 6,90 0,50
T2 19,30 12,30 7,80 0,80
L1 18,40 9,30 6,90 -2,20
L1 18,40 9,50 6,90 -2,00
Q4 7,60 7,00 0,60 417,88 P 18,80 10,90 7,30 -0,60
T1 19,00 11,80 7,50 0,30
T2 19,70 14,50 8,20 3,00
L1 19,10 10,00 7,60 -1,50
L1 19,40 11,40 7,90 -0,10
Q5 7,10 6,00 1,10 565,81 P 19,40 11,70 7,90 0,20
T1 19,40 13,60 7,90 2,10
T2 20,10 15,20 8,60 3,70
Lembar 3 Data Untuk Membuat Grafik H01 vs C
Manometer Q C
Debit Y1 He1 Cd Hd He/Hd C/Cd
H1 H2 ΔH (cm3/s) (cm05/S)
Ke (cm) (cm)
(cm) (cm) (cm)
1 9,50 8,50 1,00 539,48 15,94 4,44 7,49 4,74 0,36 12,33 1,58
2 9,00 7,80 1,20 590,97 16,78 5,28 6,33 4,74 0,36 14,67 1,34
3 8,40 7,50 0,90 511,79 18,10 6,60 3,92 4,74 0,36 18,33 0,83
4 7,60 7,00 0,60 417,88 18,86 7,36 2,72 4,74 0,36 20,44 0,57
5 7,10 6,00 1,10 565,81 19,48 7,98 3,26 4,74 0,36 22,17 0,69

4.2.1. Analisis Data


1. Perhitungan debit
1) ΔH = 1,00 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (1,00)3/2
= 539,48 cm3/s
2) ΔH = 1,20 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (1,20)3/2
= 590,97 cm3/s
3) ΔH = 0,90 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,90)3/2
= 511,79 cm3/s
4) ΔH = 0,60 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (0,60)3/2
= 417,88cm3/s
5) ΔH = 1,10 cm
Q = 171,808 x 3,14 (ΔH)3/2
= 171,808 x 3,14 (1,10)3/2
= 565,81 cm3/s
2. Cara mencari He
Data: Tinggi ambang (t) = 11,5 cm
Y1 = 15,50 cm
Y2 = 7,50 cm
He1 = Y1 – t
= 15,50 – 11,50
= 4,00 cm
He2 = Y2 – t
= 7,50 – 11,50
= -4,00 cm
3. Mencari C
b = 7,7 cm
1) Q1 = 539,48cm3/s
He = 4,44 cm

2) Q2 = 590,97 cm3/s
He = 5,28 cm

3) Q3 = 511,79 cm3/s
He = 6,60 cm

4) Q4 = 417,88 cm3/s
He = 7,36 cm
5) Q5 = 565,81 cm3/s
He = 7,98 cm

6) Mencari Cd

7) Mencari Hd
Hd = 0,0056 x (Cd)2,6788
= 0,0056 (4,74)2,6788
= 0,36
4.3 Modul 3 (Pintu Sorong)

FORMULIR PENGAMATAN
Modul III : PINTU SORONG
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil

No. Kelompok : 2 (Minggu) Lembar ½

No Nama NIM Paraf TANGGAL PRAKTIKUM


1 Amelia Fitriani 1833004
B. Umar Sodiq 1831401 Asisten :
2

3 Giovanny Febry Hapsari 1731108

4
(……………………)
5
TANGGAL TERAKHIR PEMASUKAN LAPORAN : 13 Juli 2020

Data yang diperoleh dari percobaan debit tetap, Yg berubah adalah sebagai berikut:
- Tebal Pintu Air = 1,8 cm
- Gravitasi (g) = 9,81 m/det² = 981 cm/det2
- Tinggi bukaan Pintu Air = 5 cm
- Lebar Pintu air = 15 cm
- Lebar Saluran (b) = 8,7 cm

Sebelum Sesudah

H1 = 8,500 H1 = 7,400

H2 = 9,000 H2 = 10,200

Koreksi = 0,500 ΔH = 2,300

Lembar 1. Data Pintu Sorong dan Air Loncat Debit Tetap, Yg berubah
No Pintu Sorong Air Loncat

Yg Yo Y1 (cm) Y2 (cm) Xa (cm) Ya Xb (cm) Yb (cm) L


(cm) (cm) (cm)

1 0,900 8,500 0,800 6,200 96,000 1,500 186,000 4,500 90,000

2 0,800 8,800 0,700 6,500 98,000 1,600 195,000 4,500 97,000

3 0,700 9,200 0,600 6,200 98,900 2,000 200,000 4,600 101,100

4 0,600 10,000 0,500 6,800 110,000 1,800 210,500 4,700 100,500

5 0,500 11,400 0,400 7,000 112,300 1,700 220,000 4,800 107,700


Lembar 2. Perhitungan Pintu Sorong Debit Tetap, Yg berubah
No Qa Qt Cc Cv Fg Fh Yg/Yo Fg/Fh
(cm3/s) (cm3/s) (g.cm/s2) (g.cm/s2)

1 305,241 89,877 0,889 3,396 40476,976 33997,536 0,105 1,190

2 305,241 77,018 0,875 3,963 43591,897 37670,400 0,090 1,157

3 305,241 67,950 0,857 4,492 47305,807 42526,350 0,076 1,112

4 305,241 59,462 0,833 5,133 55906,241 52008,696 0,060 1,075

5 305,241 51,116 0,800 5,971 72836,948 69931,566 0,044 1,041

Lembar 3. Perhitungan Air Loncat Debit Tetap, Yg berubah


No Qa Fa Yb/Ya Yb/Ya ΔH Yc Em L/Yb L (cm)
(cm3/s) (ukur) (teori) (cm)

1 305,241 6,097 3,000 7,636 1,000 1,000 1,560 20,000 90,000

2 305,241 5,535 2,812 6,844 0,846 1,000 1,560 21,556 97,000

3 305,241 3,960 2,300 4,623 0,477 1,000 1,560 21,978 101,100

4 305,241 4,638 2,611 5,578 0,721 1,000 1,560 21,382 100,500

5 305,241 5,054 2,823 6,165 0,912 1,000 1,560 22,437 107,700

4.3.1. Analisis Data


Perhitungan Data Pintu Sorong Debit tetap, Yg berubah sebagai berikut:
1. Perhitungan Debit aktual (Qa)
Data sebelum:
b = 8,700
g = 981,000 cm/s2
H1 = 8,500 cm
H2 = 9,000 cm
Maka dapat dihitung :
Koreksi = H2 – H1
= 9,000 – 8,500
= 0,500 cm
Data Sesudah:
H1 = 7,400 cm
H2 = 10,200 cm
Maka dapat dihitung :
ΔH = H2 – H1 – Koreksi
= (10,200 – 7,400) – 0,500
= 2,300 cm
Qa = 64,0988 x π x (ΔH)1/2
= 64,0988 x 3,14 x (2,300)1/2
= 305,241 cm3/s
2. Perhitungan Debit Teoritis (Qt)
1) Data:
b = 8,700
Y1 = 0,800 cm
g = 9,810
Yo = 8,500 cm
Maka dapat dihitung :

= 89,877 cm3/s
2) Data:
Y1 = 0,700 cm
Yo = 8,800 cm
Maka dapat dihitung :

= 77,018 cm3/s
3) Data:
Y1 = 0,600 cm
Yo = 9,200 cm
Maka dapat dihitung:

= 67,950 cm3/s
4) Data :
Y1 = 0,500 cm
Yo = 10,000 cm
Maka dapat dihitung:

= 59,462 cm3/s
5) Data :
Y1 = 0,400 cm
Yo = 11,400 cm
Maka dapat dihitung :

= 51,116 cm3/s
3. Perhitungan Koefisien Kontraksi (Cc)
1) Data :
Y1 = 0,800 cm
Yg = 0,900 cm
Maka dapat dihitung:

= 0,889
2) Data :
Y1 = 0,700 cm
Yg = 0,800 cm
Maka dapat dihitung:

= 0,875
3) Data :
Y1 = 0,600 cm
Yg = 0,700 cm
Maka dapat dihitung:

= 0,857
4) Y1 = 0,500 cm
Yg = 0,600 cm
Maka dapat dihitung :

= 0,833
5) Data :
Y1 = 0,400 cm
Yg = 0,500 cm
Maka dapat dihitung :

= 0,800
4. Perhitungan Koefisien Kecepatan (Cv)
1) Data :
Qa = 305,241 cm3/s
Qt = 89,877 cm3/s
Maka dapat dihitung :

= 3,396
2) Data :
Qt = 77,018 cm3/s
Maka dapat dihitung :

= 3,963
3) Data :
Qt = 67,950 cm3/s
Maka dapat dihitung :

= 4,492
4) Data :
Qt = 59,462 cm3/s
Maka dapat dihitung :

= 5,133
5) Data :
Qt = 51,116 cm3/s
Maka dapat dihitung :

= 5,971
5. Perhitungan Fg
Data :
ρ = 1,200 cm
g = 981,000
b = 8,700 cm
Qa = 305,241 cm3/s
1) Yo = 8,500 cm
Y1 = 0,800 cm
Maka dapat dihitung :

= [376,704 (111,890625)] – [1846,453985 (0,905882353)]


= 42149,646 – 1672,670081
= 40476,976
2) Yo = 8,800 cm
Y1 = 0,700 cm
Maka dapat dihitung :

= [ 288,414 (157,0408163)] – [ 1863,969489 (0,9125)]


= 45292,76999 – 1700,872156
= 43591,897
3) Yo = 9,200 cm
Y1 = 0,600 cm
Maka dapat dihitung :

= [ 211,896 ( 234,111)] – [ 2461,938647 (0,934782609)]


= 49607,18446 – 2301,377432
= 47305,807
4) Yo = 10,000 cm
Y1 = 0,500 cm
Maka dapat dihitung :

= [ 147,15 (399)] – [ 2954,326 (0,95)]


= 58712,85 – 2806,609
= 55906,241
5) Yo = 11,400 cm
Y1 = 0,400 cm
Maka dapat dihitung :

= [ 94,176 (811,25)] – [ 3692,908 (0,964912281)]


= 76400,28 – 3563,332
= 72836,948
6. Perhitungan Fh
Data :
ρ = 1,200
g = 981,000
1) Yg = 0,900 cm
Yo = 8,500 cm
Maka dapat dihitung :
Fh = 0,5 x ρ x g (Yo – Yg)2
= 0,5 x 1,200 x 981,000 ( 8,500 – 0,900)2
= 33997,536
2) Yg = 0,800 cm
Yo = 8,800 cm
Maka dapat dihitung :
Fh = 0,5 x ρ x g (Yo – Yg)2
= 0,5 x 1,200 x 981,000 (8,800 – 0,800)2
= 37670,4
3) Yg = 0,700 cm
Yo = 9,200 cm
Maka dapat dihitung :
Fh = 0,5 x ρ x g (Yo – Yg)2
= 0,5 x 1,200 x 981,000 (9,200 – 0,700)2
= 42526,35
4) Yg = 0,600 cm
Yo = 10,000 cm
Maka dapat dihitung :
Fh = 0,5 x ρ x g (Yo – Yg)2
= 0,5 x 1,200 x 981,000 ( 10,000 – 0,600)2
= 52008,696
5) Yg = 0,500 cm
Yo = 11,400 cm
Maka dapat dihitung :
Fh = 0,5 x ρ x g (Yo – Yg)2
= 0,5 x 1,200 x 981,000 (11,400 – 0,500)2
= 69931,556
7. Perhitungan Yg/Yo
1) Data :
Yg = 0,900 cm
Yo = 8,500 cm
Maka dapat dihitung :

2) Data :
Yg = 0,800 cm
Yo = 8,800 cm
Maka dapat dihitung :

3) Data :
Yg = 0,700 cm
Yo = 9,200 cm
Maka dapat dihitung :
4) Data :
Yg = 0,600 cm
Yo = 10,000 cm
Maka dapat dihitung :

5) Data :
Yg = 0,500 cm
Yo = 11,400 cm
Maka dapat dihitung :

8. Perhitungan Fg/fh
1) Fg = 40476,976
Fh = 33997,536

2) Fg = 43591,897
Fh = 37670,4

3) Fg = 47305,807
Fh = 42526,35

4) Fg = 55906,241
Fh = 52008,696

5) Fg = 72836,948
Fh = 69931,566
Perhitungan Data Air Loncat dengan debit tetap, Yg berubah sebagai berikut:
1. Perhitungan Debit Aktual (Qa)
Data :
b = 8,700 cm
Sebelum :
H1 = 8,500 cm
H2 = 9,000 cm
Sesudah :
H1 = 7,400 cm
H2 = 10,200 cm
Maka dapat dihitung :
ΔH = H2 – H1 – Koreksi
= (10,200 – 7,400) – 0,500
= 2,300 cm
Qa = 64,0988 x π x (ΔH)1/2
= 64,0988 x 3,14 x (2,300)1/2
= 305,241 cm3/s
2. Perhitungan Fa
Data :
b = 8,700 cm
g = 9,810 cm/s2
Qa = 305,241 cm3/s
1) Ya = 1,500 cm

= 6,097
2) Ya = 1,600

= 5,535
3) Ya = 2,000

= 3,960
4) Ya = 1,800

= 4,638
5) Ya = 1,700

= 5,054
3. Perhitungan Yb/Ya (ukur)
1) Data :
Ya = 1,500 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :

2) Ya = 1,600 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
3) Ya = 2,000 cm
Yb = 4,600 cm
Maka dapat dihitung :

4) Ya = 1,800 cm
Yb = 4,700 cm
Maka dapat dihitung :

5) Ya = 1,700 cm
Yb = 4,800 cm
Maka dapat dihitung :

4. Perhitungan Yb/Ya (teori)


1) Fa = 6,097

= 7,636
2) Fa = 5,535

= 6,844
3) Fa = 3,960

= 4,623
4) Fa = 4,638

= 5,578
5) Fa = 5,054

= 6,165
5. Perhitungan ΔH
1) Ya = 1,500 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :

= 1,000 cm
2) Ya = 1,600 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :

= 0,846 cm
3) Ya = 2,000 cm
Yb = 4,600 cm
Maka dapat dihitung :

= 0,477 cm
4) Ya = 1,800 cm
Yb = 4,700 cm
Maka dapat dihitung :

= 0,721 cm
5) Ya = 1,700 cm
Yb = 4,800 cm
Maka dapat dihitung :

= 0,912 cm
6. Perhitungan L
1) Xa = 96,000 cm
Xb = 186,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 186,000 – 96,000
= 90,000 cm
2) Xa = 98,000 cm
Xb = 195,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 195,000 – 98,000
= 97,000 cm
3) Xa = 98,900 cm
Xb = 200,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 200,000 – 98,900
= 101,100 cm
4) Xa = 110,000 cm
Xb = 210,500 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 210,500 – 110,000
= 100,500 cm
5) Xa = 112,300 cm
Xb = 220,000 cm
Maka dapat dihitung :
L = Xb – Xa
= 220,000 – 112,300
= 107,700 cm
7. Perhitungan L/Yb
1) L = 90,000 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :

2) L = 97,000 cm
Yb = 4,500 cm
Maka dapat dihitung :
3) L = 101,100 cm
Yb = 4,600 cm
Maka dapat dihitung :

4) L = 100,500 cm
Yb = 4,700 cm
Maka dapat dihitung :

5) L = 107,700 cm
Yb = 4,800 cm
Maka dapat dihitung :
BAB V
KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan percobaan yaitu menganalisis aliran dengan


menggunakan pelimpah ambang lebar,ambang tajam, dan percobaan
menggunakan pintu sorong, didapat hasil-hasil analisis sebagai berikut:
1. Analisis aliran dengan model ambang tajam
Hasil dari analisis dalam keadaan loncat, peralihan, dan tenggelam didapat:
Qrata-rata = 404,692 cm3/s
Y1rata-rata = 13,67 cm
He1rata-rata = 5,27 cm
Cd = 4,07
Hd = 0,24

2. Analisis aliran dengan model ambang tajam


Hasil dari analisis dalam keadaan loncat, peralihan, dan tenggelam didapat :
Qrata-rata = 525,186 cm3/s
Y1rata-rata = 17,83 cm
He1rata-rata = 6,33 cm
Cd = 4,74
Hd = 0,36

3. Analisis aliran dengan pintu sorong


a. Hasil perhitungan pintu sorong dengan debit tetap, Yg berubah:
Qa rata-rata = 305,241 cm3/s
Qt rata-rata = 69,08 cm3/s
Cc rata-rata = 0,854
Cv rata-rata = 4,591
b. Hasil perhitungan air loncat dengan debit tetap, Yg berubah :
Qa rata-rata = 305,241 cm3/s
Fa rata-rata = 5,056
Yc = 1,000
Em = 1,560
c. Gaya-gaya yang terjadi pada pintu sorong:
Fg rata-rata = 52023,57 g.cm/s2
Fh rata-rata = 47226,91 g.cm/s2
d. Energi spesifik pada aliran pintu sorong:

Kehilangan Energi:

Anda mungkin juga menyukai