Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MS3134 MEKANIKA FLUIDA

Modul 3 Kehilangan Tinggi Tekan

Disusun Oleh :

Jordi J P Simangunsong

120170103

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fluida adalah suatau yang tidak lepas dari kehidupan sehari-hari,
dimanapun dan kapanpun kita berada. Fluida selalu mempengaruhi berbagai
kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari kita baik itu dalam bentuk gas
ataupun liquid. Aliran fluida dalam kenyataannya menagalami penurunan
tekanan seiring dengan Panjang pipa yang di lalui oleh fluida tersebut.
Menurut teori dalam mekanika fluida, kali ini disebabkan karena fluida yang
mengalir memiliki viskositas. Viskositas ini menimbulkan adanya gaya
geser yang sifatnya menghambat. Untuk melawan gaya geser tersebut
memerlukan energi sehingga mengakibatkan adanya energi hilang pada
aliran fluida.
Fluida merupakan suatu benda yang tidak dapat lepas dari kehidupan
kita sehari-hari dimanapun dan kapan pun kita berada, fluida selalu
mempengaruhi beragai kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
dalam bentuk liquid atau gas. Dalam suatu aliran fluida yang terdapat di
dalam suatau pasti mengalami penurunan tekanan seiring dengan Panjang
pipa yang di lalui. Menurut teori dalam mekanika fluida, hal ini dikarenakan
fluida yang mengalir memiliki viksoitas. Viskositas atau yang disebut
kekentalan merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik
dengan tekanan maupun tegangan, viskositas juga merupakan ketebalan atau
kekentalan atau pergesekan internal. Dengan begitu air yang tipis
merupakan air dengan viskositas yang rendah dan semakin tebal airnya
maka semakin tinggi viskositasnya. Viskositas juga dapat menimbulkan
gaya gesek yang sifatnya menghambat, untuk melawan gaya gesek tersebut
diperlukan energi yang mengakibatkan hilangnya energi pada aliran fluida.
Energi yang hilang ini mengakibatkan penurunan tekanan aliran fluida atau
disebut juga kerugian tekanan.
Penggunaan pipa dalam kehidipan sehari-hari memang sangat
diperlukan selain banyak digunakan oleh umum, baik perusahaan sebagai
pendistribusian air minum, minyak maupun gas bumi. Dan juga sebagai
kebutuhan air minum untuk rumah tangga, penggunaan pipa paling banyak
digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi. Dalam
perancanaan pembangunaan jaringan pipa diperlukan antara lain : penentuan
tinggi tekan, penentuan debit aliran, dan penentuan diameter pipa. Namun
disamping ketiga parameter tersebut terdapat parameter lain yang sangat di
perhatikan dalam perencanaan jaringan pipa antara lain pemilihan jenis dan
mutu bahan pipa itu sendiri. Perencanaan jaringan pipa dapat menerapkan
persamaan kontinuitas dan teorema bernouli dengan mempertimbangkan
kehilangan energi. Kehilangan energi ini dapat berakibat pada semakin
kecilnya nilai tinggi tekan, sehingga kecepatan aliran menjadi rendah, dan
akhirnya dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya debit yang terjadi di
outlet atau titik pengambilan
Tujuan dari praktikum terntang kehilangan tinggi tekan adalah agar
mahasiswa dapat mempelajari pengarus efisien gesekan pada pipa, dan
mahasiswa dapat menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat dari
gesekan pada pipa lurus, ekspansi tiba-tiba,kontraksi tiba-tiba.

B. Tujuan
Adapun tujuan percobaan praktikum modul 3 (tiga) kehilangan tinggi
tekan ini adalah :
1. Mempelajari pengarus efisien gesekan pada pipa
2. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat :
a. Gesekan pada pipa lurus
b. Ekspansi tiba-tiba
c. Kontraksi tiba-tiba
d. Tikungan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pipa

Pipa merupakan sarana transportasi fluida yang efektif dan efisien.


Pipa memiliki berbagai ukuran dan bentuk penampang. Aliran fluida
didalam pipa pada kenyataannya mengalami penurunan tekanan seiring
dengan panjang pipa yang dilalui fluida tersebut. Viskositas ini
menyebabkan timbulnya gaya geser yang sifatnya menghambat. Untuk
melawan gaya geser tersebut diperlukan energi sehingga mengakibatkan
adanya energi yang hilang pada aliran fluida. Pipa digunakan sebagai
saluran untuk mengalirkan air, gas, minyak dan cairan-cairan lain. Pipa yang
dimaksud dalam hal ini terdiri dari pipa itu sendiri dan juga termasuk fitting,
katup dan komponen-komponen lainnya yang merupakan sistem perpipaan.
Komponen-komponen pipa adalah: Pipa, flens (flanges), katup (valves), alat
penyambung (fittings), dan lain sebagainya. Penggunaan pipa banyak
digunakan oleh umum, baik perusahaan-perusahaan sebagai pendistribusian
air minum, minyak maupun gas bumi. Demikian juga dengan kebutuhan air
pada rumah tangga, penggunaan pipa ini paling banyak digunakan baik
untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi. Jika sistem perpipaan
memiliki banyak percabangan yang lebih banyak maka akan memperbesar
rugi alirannya, selain itu aliran yang semula dalam keadaan laminar pada
saat melalui pipa lurus yang koefisien geseknya besar akan berubah menjadi
aliran turbulen.(Zamrozi, Imansyah, & Zain. 2020)

B. Klasifikasi aliran

Aliran fluida adalah pergerakan massa atau partikel-partikel fluida.


Persoalan aliran fluida sesungguhnya sangat kompleks, sehingga tidak
selalu diselesaikan dengan persamaan eksak, maka dari itu perlu dilakukan
percobaan untuk rumus empririk. Cairan yang mengalir dalam pipa
umumnya tidak mempunyai permukaan bebas (aliran penuh) dan cairan
tersebut berada dibawah tekanan. Bila aliran tidak penuh, misalnya gorong-
gorong, persoalan semacam ini dapat diselesaikan dengan prinsip-prinsip
saluran terbuka.(Wahyudi dan Agung Sugeng Widodo, S. 2014)

Secara umum fenomena aliran pada airfoil dapat dikategorikan


menjadi 2, yaitu aliran internal dan aliran eksternal. Aliran internal adalah
alira yang mengalir yang dibatasi oleh suatu batasan atau boundar berupa
benda solid, seperti pipa atau dinding. Karena aliran sifatnya viscous maka
pada dinding terjadi batas dimana di dalam lapisan batas pengaruh
viskositas relatif besar sehingga profil kecepatan tidak uniform. Sedangkan
aliran eksternal adalah aliran yang melingkupi satu body. Dalam suatu
aliran eksternal sering terjadi keadaan dimana aliran fluida mengalir
diperlambat perlahan-lahan tanpa gesekan sampai benar-benar berhenti
(kondisi viscous) keadaan ini disebut keadaan stagnasi. Selain keadaan
stagnasi, keadaan yang sering juga terjadi adalah keadaan dimana
fluida berseparasi (pemisahan aliran), keadaan ini disebut titik separasi
(sparation point). Gaya angkat terjadi pada airfoil karena tekanan aliran di
permukaan atas airfoil lebih rendah daripada tekanan aliran di permukaan
bawahnya. Salah satu parameter geometris yang menentukan besarnya gaya
angkat yang dihasilkan suatu airfoil adalah lokasi ketebalan maksimumnya.
Semakin jauh lokasi-ketebalanmaksimum dengan ujung awal maka akan
mengakibatkan semakin akhir pula terjadinya peningkatan tekanan aliran
yang melewati permukaan airfoil sehingga akan menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan tekanan rata-rata pada sepanjang permukaan tersebut
menjadi lebih rendah, jika hal tersebut terjadi pada permukaan atas airfoil
maka akan menyebabkan semakin besarnya gaya angkat yang terjadi.
Gambar 3.2.1 Aliran viscous melingkupi sebuah airfoil

Dalam klasifikasi aliran yang ada dalam perpipaan terdapat dua


system aliran yaitu: pada aliran terbuka (general) dan pada aliran tertutup.

1. Pada Aliran Terbuka (general)

Aliran saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air


dengan permukaan bebas. Saluran terbuka dapat terjadi dalam bentuk
yang bervariasi cukup besar, mulai dari aliran di atas permukaan tanah
yang terjadi pada waktu hujan sampai aliran dengan kedalaman air
konstan dalam saluran prismatis. Mekanika aliran saluran terbuka
lebih sulit dibanding dengan mekanika saluran tertutup. Aliran saluran
terbuka memiliki permukaan bebas yang dipengaruhi oleh tekanan
udara, sedangkan pada aliran tertutup alirannya terkurung dalam ruang
sehingga tidak dapat terpengaruhi langsung oleh tekanan udara kecuali
tekanan hidrolik. Salah satu contoh saluran terbuka yang dijumpai
adalah sungai. Sungai merupakan tipe umum dari saluran terbuka
namun memiliki bentuk penampang melintang yang tidak teratur.
Sungai berperan sebagai saluran utama (primer) yang menampung air
dari saluran sekunder dan tersier. Seluruh jaringan yang termasuk
dalam sistem saluran terbuka didesain untuk mengalir secara gravitasi
yaitu mengalir dari hulu ke hilir (Chow, 1992).

Saluran terbuka memiliki berbagai macam karakteristik yang


diklasifikasikan, hal ini untuk mempermudah mengetahui bentuk
aliran yang terjadi. Karakteristik aliran dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran kecepatan aliran. Kondisi aliran dalam saluran
terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan
permukaan yang bebas cenderung berubah sesuai waktu, ruang,
kedalaman aliran, debit,kemiringan dasar saluran yang tergantung satu
sama lain. Kondisi fisik saluran terbuka lebih bervariasi dibandingkan
dengan 2 pipa. Perubahan setiap parameter saluran yang saling
berkombinasi akan mempengaruhi kecepatan yang terjadi. Zat cair
yang mengalir melalui saluran terbuka akan meninggalkan tegangan
gaya (tahanan) pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh
komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di
dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tahanan geser. Pemodelan saluran terbuka akan
dapat memprediksi kelakuan dan kerja dari suatu bangunan atau mesin
yang akan dibuat. Beberapa kekurangan yang belum diperkirakan dan
akan terjadi segera diketahui sehingga kekurangan tersebut dapat
segera dihindari pada prototip yang akan dibuat. Selain itu, dengan
model ini dapat dipelajari beberapa alternatif perencanaan sehingga
akan dapat dipilih bangunan atau mesin yang paling optimal.

Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan


meninggalkan tegangan gaya (tahanan) pada dinding saluran. Tahanan
ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat
cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat
dalam arah aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Pemodelan
saluran terbuka akan dapat memprediksi kelakuan dan kerja dari suatu
bangunan atau mesin yang akan dibuat. Beberapa kekurangan yang
belum diperkirakan dan akan terjadi segera diketahui sehingga
kekurangan tersebut dapat segera dihindari pada prototip yang akan
dibuat. Selain itu, dengan model ini dapat dipelajari beberapa alternatif
perencanaan sehingga akan dapat dipilih bangunan atau mesin yang
paling optimal

2. Pada Aliran Tertutup

Saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran


digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh.
Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk
dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama
dengan tekanan atmosfer, aliran temasuk dalam pengaliran terbuka.
Tekanan dipermukaan zat cair di sepanjang saluran terbuka adalah
tekanan atmosfer. Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran
terbuka dan aliran pada saluran tertutup adalah adanya permukaan
yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka.
Jadi jika pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga
yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan
aliran pada saluran terbuka.

Pada aliran tertutup, Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis


aliyan yaitu aliran laminar, transisi dan turbulen. Jenis aliran ini di
dapat dari hasil eksperimen yang dilakukan osbone Reynold yang
mengklasifikasikan aliran menjadi 3 jenis.

a. Aliran Laminar

Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida


yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan
satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminer ini
mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya kurang dari 2000.
64
𝑓 = 𝑅𝑒………………………….………….(1)

b. Aliran Transisi

Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer


ke aliran turbulen. Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau
viskositasnya berkurang (dapat disebabkan temperatur meningkat)
maka gangguan-gangguan akan terus teramati dan semakin
membesar serta kuat yang akhirnya suatu keadaan peralihan
tercapai. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida,
kecepatan dan lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana
nilai bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000

c. Aliran Turbulen

Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana


pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu
bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar di
mana nilai bilangan Reynoldsnya lebih besar dari 4000. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.

C. Kehilangan Tinggi Tekan Mayor

Headloss adalah kerugian energi per satuan berat fluida dalam


pengaliran cairan dalam sistem perpipaan. Atau headloss dapat
didefinisikan sebagai kehilangan energi mekanik per satuan massa fluida.
Sehingga satuan headloss adalah satuan panjang yang setara dengan satu
satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida
setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian.

Losses mayor adalah kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh


faktor gesekan yang terjadi di dalam pipa. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada losses mayor adalah panjang pipa, ukuran pipa, dan
material pipa(Arief Subekti & Susatyo, 2017). Losses mayor dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:

𝐿 𝑉2
ℎ𝑓 = 𝑓 𝐷 × 2𝑔………………………………………..……….(2)

Keterangan:
Hf = headloss mayor (m0 )
f = koefisien gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)

Besarnya koefisien gesek (f) dipengaruhi oleh dua hal yaitu besarnya
bilangan Reynolds, dan kekasaran relatif pipa (є/D) dimana є adalah
kekasaran dinding pipa. Bilangan Reynolds (Re) dihitung menggunakan
persamaan:
𝑉.𝐷
𝑅𝑒 = ………………………………………………………….(3)
𝑣

dimana 𝜐 adalah viskositas kinematik = 0,804 x 10-6 m2 /s (air pada suhu


30°C). (Reynolds. 2021)

1. Kehilangan Tinggi tekan pada pipa Lurus

Gambar 3.2.2 Kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus

Kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus dapat dipengaruhi oleh


koefisien gesek yang bekerja pada pipa tersebut. Suatu pipa lurus
dengan diameter (D) yang tetap, akan mempunyai kehilangan tinggi
tekan akibat gesekan sepanjang pipa (L). Kehilangan tinggi tekan
pada pipa lurus ini dapat dirumuskan sebagai persamaan Darcy-
Weisbach.(Takwim, & Witono. 2020)
𝐿.𝑉 2
ℎ𝑓 = 𝑓 …………………………………..(4)
2𝐷𝑔

Dimana:

hf = Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)

f = koefisien gesek ( tidak berdimensi)


L = Panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Darcy-Weisbach


dengan f sebagai konstanta tidak berdimensi yang merupakan fungsi
dari bilangan Reynolds dari aliran dan kekasaran permukaan
pipa.Faktor gesekan (f) digunakan dalam persamaan Darcy
Weisbach. Koefisien ini dapat diperkirakan dengan diagram dibawah
ini:

Gambar 3.2.3 Faktor gesekan untuk pipa (Diagram Moody)

D. Kehilangan Tinggi Tekan Minor

Minor Headloss merupakan kerugian head pada valve yang


terdapat sepanjang sistem perpipaan. Dalam sistem perpipaan pun dikenal
dengan kehilangan tekanan akibat aksesoris pipa. Perlengkapan pipa secara
umum terdiri dari sambungan (fitting) pipa seperti penyempitan, belokan
(elbow), saringan (strainer), losses pada bagian entrance, losses pada
bagian exit, pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction)
percabangan (T joint; V joint), percabangan (tee) dan katup (valve). Dalam
jaringan perpipaan kehilangan tekanan ini jauh lebih kecil daripada
kehilangan akibat gesekan di dalam pipa. Losses minor (h) dipengaruhi
oleh koefisien tahanan (K), kecepatan aliran, dan gravitasi.
1. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-Tiba

Gambar 3.2.4 Kondisi pada Saat Ekspansi Tiba-Tiba

Keterangan:

D1 = Diameter pipa 1

D2 = Diameter pipa 2

P1 = Tekanan 1

P2 = Tekanan 2
∆P=Perubahan Tekanan

a. Tanpa kehilangan tinggi tekan

Gambar 3.2.5 Ekspansi tanpa kehilangan tinggi tekan


Jadi persamaan yang digunakan pada keadaan ini adalah sebagai
berikut:

(𝑃2−𝑃1) 𝑣12 D1 4
= + [1 − (𝐷2) ]……………………(5)
𝑦 2𝑔

b. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 3.2.6 Ekspansi dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Jadi persamaan yang digunakan pada keadaan ini adalah sebagai


berikut:
(𝑃2−𝑃1) 𝑣12 D1 2 D1 4
= + [(𝐷2) − (𝐷2) ]………………………(6)
𝑦 𝑔

2. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-Tiba


a. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Analisa aliran, Aliran ketika memasuki pipa yang kecil


(menyusut) akan menuju TAMPANG ALIRAN TERKECIL
(daerah yang diarsir), atau biasa dikenal dengan istilah VENA
KONTRAKTA. Namun, setelah dari vena kontrakta, aliran akan
membesar kembali, atau mengalami ekspansi tiba-tiba. Jadi
kehilangan energi akibat kontraksi (Hk) pada kasus ini adalah
yang dikarenakan ekspansi tiba-tiba tersebut.
Gambar 3.2.7 Kontraksi dengan kehilangan tinggi tekan
Jadi persamaan yang digunakan pada keadaan ini adalah sebagai
berikut:
(𝑃2−𝑃1) 𝑣22 𝐷24 1 2
= + [1 ( 𝐷14 ) − (𝐶𝑐 − 1) ]……………….(7)
𝑦 2𝑔

Keterangan:
Pi : Tekanan pada titik tinjau 1

P2 : Tekanan pada titik tinjau 2

V1 : Kecepatan fluida pada titik tinjau 1

V2 : Kecepatan fluida pada titik tinjau 2

Z : Ketinggian titik tinjau 1 dari datum

Z2 : Ketinggian titik tinjau 2 dari datum


γ : pg
p : Massa jenis fluida

g : Percepatan gravitasi

b. Tanpa kehilangan tinggi tekan

Gambar 3.2.8 Kontraksi tiba-tiba tanpa kehilangan tinggi tekan


Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(𝑃2−𝑃1) 𝑣12 D1 4
= + [1 − (𝐷2) ]………………………..(8)
𝑦 2𝑔

3. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa

Gambar 3.2.9 Tabel Kehilangan Tinggi Tekan Akibat


Tikungan Pada Pipa

Kehilangan energi akibat tikungan diakibatkan meningkatnya


tekanan pada bagian luar pipa dan menurun pada bagian dalam pipa.
Untuk mengembalikan tekanan dan kecepatan pada bagian pipa ,
menyebabkan terjadinya pemisahan aliran.

Gambar 3.2.10 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa

Rumus umum pada kehilangan tinggi tekan pada pipa adalah


sebagai berikut:
𝑉2
ℎ𝐿 = 𝐾 2𝑔……………………………………(9)
Dimana:
hL = Kehilangan energi akibat tikungan
K = Koefisien kehilangan tinggi tekan

Kehilangan tinggi tekan pada tikungan dibedakan atas dua macam:


a. Akibat perubahan geometri (hLB) dengan koefisien tinggi tekan KB
b. Akibat geometri dan gesekan pada tikungan % lingkaran (hLL)
dengan koefisien kehilangan tinggi tekan KL

E. Reynolds Number

Bilangan Reynolds (Re) merupakan bilangan yang tidak memiliki


dimensi yang menjadi faktor penting dalam menganalisa jenis aliran
(laminar, turbulen atau transisi)(Ir., MT, Saiful Akmal* Nasrul Za, ST., MT,
Ir. Ishak., 2020). Re adalah perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya
viskositas. Bilangan Reynolds digunakan untuk menentukan sifat pokok
aliran, apakah aliran tersebut laminar, transisi atau turbulen serta letaknya
pada skala yang menunjukkan pentingnya secara relatif kecenderungan
turbulen berbanding dengan laminar ditunjukkan dalam persamaan berikut:
v 𝜌𝐷𝑉
𝑅𝑒 = 1 + µ = ………….……………….(10)
⁄𝜌 𝑦 µ

Dimana,
Re = Bilangan Reynolds
v = kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
µ = viskositas dinamaik fluida (kg/m.s)

Bilangan Reynold tanpa satuan :


𝑉𝐷
𝑅𝑒 = ..........................................................(11)
𝑉
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat Praktikum

Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum kehilangan tinggi


tekan sebagai berikut :

1. Suatu Jaringan/Sirkuit Pipa

Yang terdiri dari dua buah sirkuit terpisah, masing-masing terdiri


dari komponen pipa yang dilengkapi selang Piezometer.

Gambar 3.3.1 Sirkuit Pipa

2. Termometer

Termometer berfungsi untuk mengukur suhu ruangan pada


praktikum kali ini.

Gambar 3.3.3 Termometer


3. Bangku Hidraulik

Hydraulic bench berfungsi sebagai tempat sumber air dan


digunakan sebagai pengatur aliran air agar lita tahu debit aliran aliran
tersebut

Gambar 3.3.2 Hydraulic Bench

4. Pompa Udara
Pompa udara digunakan untuk mengkalibrasi alat dan menghilangkan
gelembung udara pada sirkuit pipa.

Gambar 3.3.4 Pompa Udara

B. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada praktikum kehilangan
tinggi tekan adalah sebagai berikut:
1. Air

Berfungsi sebagai bahan atau komponen utama yang akan di ukur


debitnya dalam percobaan ini.

Gambar 3.3.5 Air

C. Prosedur Praktikum

Adapun Prosedur Praktikum yang akan digunakan pada praktikum


kehilangan tinggi tekan sebagai berikut:

1. Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada udara yang


terjebak di dalamnya. Prosedur ini dilakukan dengan jalan memompa
kan udara ke dalam tabung piezometer untuk menurunkan permukaan
air di dalam tabung hingga didapat suatu ketinggian yang sama hingga
memudahkan pengamatan.
2. Sirkuit biru dalam keadaan tertutup, sirkuit abu-abu dibuka
semaksimal mungkin guna mendapatkan aliran yang maksimum di
sepanjang pipa.
3. Membaca dan mencatat angka pada piezometer pipa 3 dan 4 untuk
gesekan pipa lurus, piezometer pipa 7 dan 8 untuk ekspansi, pipa 9
dan 10 untuk konstruksi.
4. Mencatat debit yang dihasilkan dengan prinsip kerja bangku hidraulik

5. Mengubah besar debit air dengan jalan mengatur kran pengatur masuk
air pada system pipa dan catat ketinggian tabung dan debit. Lakukan
untuk beberapa pengamatan
6. Setelah selesai pada Sirkuit abu-abu ganti ke sirkuit biru dengan jalan
menutup kran pada sirkuit abu-abu dan buka kran pada sirkuit biru.
Ikuti prosedur 2 sampai 4 untuk beberapa pengamatan.
Secara umum, prosedur kerja tersebut dapat terangkum dalam diagram alir
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Arief Subekti & Susatyo, (2017). Perancangan Alat Praktikum Pengujian Headloss
Aliran Fluida Tak Termampatkan. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, 2(2), 1–7.
Chow,(1992). Analisis Hidrolika Jaringan Irigasi Pipa Bertekanan ( Studi Kasus Di
Desa Cikurubuk Buah Dua Sumedang ). Jurnal Teknik Hidraulik, 6(1), 13–26.
Reynolds, L. O. (2021). Laporan Osborne Reynolds.
Takwim, R. N. A., & Witono, K. (2020). Pengaruh Variasi Posisi Pemasangan Dan
Arah Aliran Fluida Terhadap Kinerja Venturi Vakum. Info-Teknik, 20(1), 31.
https://doi.org/10.20527/infotek.v20i1.6956
Wahyudi dan Agung Sugeng Widodo, S. (2014). Analisis Aliran Fluida Dua Fase
(Udara-Air) melalui Belokan 45 o. Jurnal Rekayasa Mesin, 5(3), 217–224.
Zamrozi, K., Imansyah, N., & Zain, A. (2020). Rancang bangun sistem informasi
geografis jaringan pipa pdam tirta taman. Jurnal JARPI.

Anda mungkin juga menyukai