KELOMPOK 9
DISUSUN OLEH
:
Nanda Discha Ahmad Afriyan 120170109
Galang Anugrah S 120170130
Paulus Siahaan 120170131
Okta Azmi Putra 120170110
Vrendi Azzam Pratama 120170120
A. Latar Belakang
Seiringnya perkembangan ilmu dan teknoligi ilmu tentang
perpindahan panas tidak akan hilang karena sangat di butuhkan di berbagai
bidang. Ilmu tentang perpindahan panas dapat digunakan pada berbagai
bidang seperti teknologi,industri, pertanian bahkan dalam bidang
pengelolahan pangan. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda
atau material. Perpindahan panas tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energi panas itu berpindah dari satu benda ke benda lain, tetapi
juga dapat meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi -
kondisi tertentu. Heat Exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk
melakukan proses pertukaran kalor antara dua fluida, baik cair (panas atau
dingin), dimana fluida ini mempunyai suhu yang berbeda. Heat Exchanger
banyak digunakan di berbagai industri tenaga atau industri lainnya
dikarenakan mempunyai banyak keuntungan. Pada suhu fluida di dalam
penukar panas pada umumnya tidak konstan, tetapi berbeda dari satu titik ke
titik lainnya pada waktu panas mengalir dari fluida yang panas ke fluida yang
dingin. Untuk tahanan termal yang konstan, laju aliran panas akan berbeda
beda sepanjang lintasan alat penukar panas dan fluida yang dingin pada
penampang tertentu. Efektifitas penukar kalor ialah perbandingan jumlah
panas yang di pindahkan dengan jmlah panas maksimal yang dapat
dipindahkan .
Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses
berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat
adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk
mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Apa yang ada dalam perpindahan panas tidak dapat diukur atau
diamati secara langsung, tetapi pengaruhnya dapat diamati dan diukur.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik proses perpindahan
panas secara konduksi, menggunakan suatu uji coba peralatan dengan cara
memodelkan pada kondisi operasional yang sebenarnya.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini pada modul Linear Heat Conduction
adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat merangkai dan mengoperasikan peralatan Linear Heat
Conduction.
2. Mahasiswa dapat memahami aplikasi dari teori perpindahan panas secara
konduksi.
3. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat bahan dalam perpindahan panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perpindahan Panas
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem
yang memiliki suhu berbeda, maka akan terjadi perpindahan energi. Selama
proses yang menimbulkan transport energi itu berlangsung disebut sebagai
perpindahan panas atau perpindahan energi. Proses perpindahan energi atau
panas itu tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, akan tetapi
pengaruhnya dapat diamati dan diukur. Ilmu yang secara khusus membahas
mengenai hubungan antara panas dengan bentuk-bentuk energi lainnya adalah
termodinamika. Azas yang utama dalam termodinamika dikenal dengan
Hukum Pertama Termodinamika, yang menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan ataupun dihilangkan, tetapi hanya dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lainnya. Hukum pertama ini mengatur semua bentuk perubahan
energi secara kuantitatif tetapi tidak melihat arah perubahan dari bentuk itu.
Perpidahan kalor dari suatu zat ke zat lain sering kali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyaka pekerjaan diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan suatu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai
keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai
dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor, kondisi kedua yaitu
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat
dalam pengerjaan eksoterm dan endotrm. Disamping perubahan secara kimia,
keadaan ini juga dapat merupakan pengerjaan secara alami. Dengan
demikian, pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus
dikeluarkan.
Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelaarutan, kalor haru
dimasukan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk
energy Guna melihat tidak saja bentuk perubahan tetapi juga arahnya
dijelaskan melalui bidang ilmu perpindahan panas, yang juga melihat
besaran-besaran termodinamika yang terjadi selama proses perpindahan
energi berlangsung. Dalam perpindahan panas untuk bidang teknik atau
rekayasa, kunci utamanya penentuan laju perpindahan energi atau panas pada
kondisi yang telah ditentukan, ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan, besar dan kapasitas peralatan, serta biaya yang diperlukan pada
proses perpindahan sejumlah energi dalam suatu waktu tertentu. Penerapan
bidang ilmu perpindahan panas atau energi ini dapat dilihat pada mesin-mesin
konversi energi, mesin konversi listrik, mesin pendingin, mesin pengering
dan pemanas serta peralatan penukar panas lainnya (seperti boiler, ketel). [1]
Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas yang
terjadi secara merambat dari satu molekul ke molekul lainnya, tanpa
berpindahnya molekul-molekul benda. Perpindahan panas cara ini terjadi
pada benda padat. Jika salah satu ujung sebuah batang logam diletakkan di
dalam nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, bagian batang
yang dipegang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun tidak
kontak langsung dengan nyala api. Dalam hal ini dikatakan bahwa panas
sampai di ujung batang yang lebih dingin secara konduksi sepanjang atau
melalui bahan batang itu. Konduksi panas hanya dapat terjadi dalam suatu
benda apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada suhu yang tidak sama,
dan arah alirannya selalu dari titik yang suhunya lebih tinggi ke titik yang
suhunya lebih rendah. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik proses perpindahan panas secara konduksi, menggunakan suatu
uji coba peralatan dengan cara memodelkan pada kondisi operasional yang
sebenarnya.
Dalam analisis perpindahan energi atau penyelesaian permasalahan
yang ada pada perpindahan energi itu perlu asumsi-asumsi atau kondisi yang
diidealkan, baik itu dalam pemodelan dan bentuk persamaan matematika dari
sistem yang ditinjau. Untuk penyelesaian permasalahan ini tidak hanya
berdasarkan pengenalan hukum-hukum dan mekanisme fisik dari suatu aliran
panas tetapi juga sangat diperlukan pengetahuan matematika, mekanika fluida
dan fisika serta pengalaman dimasa lampau.
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi
dari satu tempat ke tempat lainnya karena adanya perbedaan suhu antara
kedua tempat tersebut. Perpindahan panas dari suatu tempat (zat) ke tempat
lain (zat) sebanyak terdapat dalam industri proses baik itu industri pertanian
(bahan makanan) atau industri nonpangan. Pada kebanyakan pengerjaan,
diperlukan pemasukan atau pengeluaran panas, untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung.
Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan,
terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan
suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran panas.
Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk
operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping
itu, perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan
secara alami.
Pada proses pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) panas harus
dikeluarkan. Pada penguapan dan pengeringan pada umumnya juga pada
pelarutan, panas harus dimasukkan. Dari hukum alam bahwa panas itu
merupakan suatu bentuk energi, sama seperti bentuk lain dari energi, jumlah
panas juga dinyatakan dalam suatu gaya kali suatu jarak yaitu Newton kali
meter atau sering disingkat dengan Nm. 1 Nm sama dengan 1 Joule. Untuk
memberikan sedikit gambaran mengenai besarnya energi 1 Joule tersebut,
bisa diperhatikan dari hal berikut: Untuk penguapan 1 kg air, diperlukan
cukup banyak energi yaitu perubahan zat cair ke dalam bentuk uap ini
diperlukan energi 2.225.000 Joule atau sama dengan 2,25 MJ. Pada
pembakaran 1 kg minyak akan terbebas energi kira-kira 45 MJ. [2]
Panas mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang
rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu.
Proses perpindahan panas mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi
ke suhu yang rendah, yang menjadi gaya dorong untuk aliran panas ini adalah
perbedaan suhu. Berdasarkan itu, bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka
harus ada sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian pula halnya jika
ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin.
Dari Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat
musnah sama halnya seperti hukum asas yang lain, yaitu hukum kekekalan
masa dan momentum, ini artinya energi panas tidak hilang. Energi hanya
berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke bentuk yang ke dua. Seperti
yang dijelaskan didepan bahwa energi panas ini dapat mengalir jika terdapat
suatu perbedaan suhu. Hal ini bisa dilihat dari sepotong logam yang
dicelupkan ke dalam suatu fluida air dalam suatu wadah, bila suhu logam
adalah T₁ dan jauh lebih tinggi dari suhu air T2, karena suhu awal logam T₁>
T₂ maka dikatakan bahwa suhu air lebih dingin dari logam, sudah jelas pada
akhir proses suhu air meningkat dan akan lebih besar dari suhu awal air itu
sendiri. Hal terpenting dari keadaan ini adanya perbedaan suhu yang nyata
antara kedua benda tersebut yang dinyatakan dalam bentuk beda suhu (T₁ -
T₂).
Dimana:
Q = Kalor (J)
Kalor jenis zat (cv) adalah kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk
menaikkan suhunya sebesar satu satuan suhu pada volume konstan dengan
kalor jenis air diambil 4.200 J/kgoC. Kemudian Q merupakan hasil kali dari
daya dan waktu maka:
Q = P.t........................................................................................................(2)
Keterangan:
P = Daya (watt)
t = Waktu (sekon)
Q terima = Q lepas
Dimana:
A. Skema Pengujian
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam pratikum kali ini yaitu:
1. Alat Linear Heat Conduction
a b c
Keterangan:
a.Bagian pemanas
b.Thermocouple
c.Bagian pendingin
d.Benda Uji
2. Komputer atau pc
3. computer controller
B. Variasi Pengujian
Adapun variasi yang dilakukan pada pratikum linear heat conduction kali
ini adalah sebagai berikut.
a b c
Gambar 1.3.4 spesimen uji
( sumber laboratorium konversi energi )
Keterangan:
a.Kuningan 10mm
b.Stainless Steel 25mm
c.Kuningan 25mm
9. Mematikan heater dengan cara set SW-1 pasa PID Analog menjadi 0,
dan menunggu hingga temperatur pada ST5 menjadi 40oC
10. Mengulangi percobaan G-I dengan mengganti Benda uji terdiri dari
brass, dan stainlesssteel dengan ukuran 10 mm dan 25mm.
11. Mematikan heater dengan cara set SW-1 pasa PID Analog menjadi 0.
12. Menutup aplikasi dan mematikan PC serta mematikan Instrumentasi.
1. Data Pengamatan
ST 1 – ST 4 270,9048221 11.3
Kuningan
ST 5 – ST 7 217,1081198 9.4
0,025m
ST 8 – ST 11 2782,931354 1.3
ST 1 – ST 4 1820,38835 10.3
Kuningan
ST 5 – ST 7 1179,245283 10.6
0,01m
ST 8 – ST 11 23437,5 1.1
1
2) 𝐴 = 𝜋𝑑2
4
1
= × 3.14 × 0.012𝑚
4
= 0.00008 𝑚2
a. stainless steel 0,025m
1) Konduktivitas Termal Pada Pemanas
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇4
= 75.0 − 62.8
= 12.2𝐾
∆𝑋 = 𝑇4 − 𝑇1
= 0.03 − 0
= 0.03 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0.03 𝑚
= ×
0.00049 𝑚 2
12.2 𝐾
= 250.92 𝑊⁄𝑚. 𝐾
∆𝑋 = 𝑇7 − 𝑇5
= 0.06 − 0.04
= 0.02 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50𝑊𝑎𝑡𝑡
= × 0.02 𝑚
0.00049 𝑚2 2.2 𝐾
= 927.64 𝑊⁄𝑚. 𝐾
∆𝑋 = 𝑇11 − 𝑇8
= 0,1 − 0,07
= 0.03 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡
= × 0,03 𝑚
0.00049 𝑚2 1,3𝐾
= 2354.78 𝑊⁄𝑚. 𝐾
4) PerhitunganKeseluruhan
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇11
= 75,0 − 33,3
= 41.7𝐾
∆𝑋 = 𝑇11 − 𝑇1
= 0.1 − 0
= 0.1 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0.1 𝑚
= 2
×
0.00049 𝑚 41.7 𝐾
= 244.702 𝑊⁄𝑚. 𝐾
b. Kuningan 0.025 m
1) Konduktivitas Termal Pada Pemanas
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇4
= 66.0 − 54.7
= 11.3𝐾
∆𝑋 = 𝑇4 − 𝑇1
= 0.03 − 0
= 0.03 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0,03 𝑚
= 2
×
0.00049 𝑚 11.3 𝐾
= 270.90 𝑊⁄𝑚. 𝐾
∆𝑋 = 𝑇7 − 𝑇5
= 0.06 − 0,04
= 0,02 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡
= × 0.02 𝑚
0.00049 𝑚2 9,4 𝐾
= 217.18 𝑊⁄𝑚. 𝐾
3) KonduktivitasTermal Pada Pendingin
∆𝑇 = 𝑇8 − 𝑇11
= 35.1 − 33.3
= 1.8 𝐾
∆𝑋 = 𝑇11 − 𝑇8
= 0,1 − 0,07
= 0.03 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡
= × 0.03 𝑚
0.00049 𝑚2 1.1𝐾
= 1721.93 𝑊⁄𝑚. 𝐾
4) PerhitunganKeseluruhan
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇11
= 66.0 − 33.3
= 32.7 𝐾
∆𝑋 = 𝑇11 − 𝑇1
= 0.1 − 0
= 0.1 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0.1 𝑚
= ×
0.00049 𝑚2 32.7 𝐾
= 312.051 𝑊⁄𝑚. 𝐾
c. Kuningan 0.01 m
1) KonduktivitasTermal Pada Pemanas
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇4
= 62.8 − 52.5
= 10.3 𝐾
∆𝑋 = 𝑇4 − 𝑇1
= 0.03 − 0
= 0.03 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0.03 𝑚
= 2
×
0.00008𝑚 10.3 𝐾
= 1820.38 𝑊⁄𝑚. 𝐾
∆𝑋 = 𝑇7 − 𝑇5
= 0.06 − 0,04
= 0,02 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0,02 𝑚
= ×
0,00008𝑚 2
10,6 𝐾
= 1179,24 𝑊⁄𝑚. 𝐾
3) KonduktivitasTermal Pada Pendingin
∆𝑇 = 𝑇8 − 𝑇11
= 32.9 − 31.8
= 1.1 𝐾
∆𝑋 = 𝑇11 − 𝑇8
= 0.1 − 0.07
= 0.03 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡
= × 0.03 𝑚
2
0.00008𝑚 0.8𝐾
= 23437.5 𝑊⁄𝑚. 𝐾
4) PerhitunganKeseluruhan
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇11
= 62.8 − 31.8
= 31 𝐾
∆𝑋 = 𝑇11 − 𝑇1
= 0.1 − 0
= 0,1 𝑚
𝑞 ∆𝑋
𝐾= ×
𝐴 ∆𝑇
50 𝑊𝑎𝑡𝑡 0.1 𝑚
= ×
0.00008𝑚 2
31 𝐾
= 2016.129 𝑊⁄𝑚. 𝐾
B. Pembahasan
Pada benda padat,perpindahan panas konduksi terjadi dengan cara
temperature merambat melalui partikel-partikel benda padat dengan kecepatan
dan kerataan merambatnya panas bergantung pada konduktivitas ternal benda
tersebut. Pada benda cair, perpindahan panastidak dapat terjadi secara
konduksi, karena pada dasarnya benda cairmerupakan zat perantara berbentuk
fluida yang memiliki massa jenis.Benda cair memiliki partikel yang bergerak
bebas dan dapat berubah massa jenisnya seiring dengan perubahan
temperaturnya. Hal ini juga terjadi pada gas yang juga merupakan
fluida,sehingga dapat dikatakan perpindahan panas yang terjadi pada benda
cair dan gas adalah konveksi dan tidak dapat mengalami konduksi. Pada
dasarny,konduktivitas termal dari Sebagian besar benda padat lebih besar
daripada cairan.Penyebabnya adalah kekuatan iksatan molekul yang berbeda
antara benda padat dan benda cair,ikatan dalam zat padat bersifat kaku dan
kuat karena saling mengikat satu sama lain.
Benda padat sebagai konduktor termal yang baik, sedangkan benda cair
sebagai konduktor yang buruk karena memiliki nilai konduktivitas termalyang
kecil. Sementara,zat gas memiliki konduktivitas termal yang lebih kecil
lagi,kaarena tidak memiliki ikatan molekul dan tidak memiliki bentuk yang
jelas. material isotropik akan mengalami kerataan distribusi temperatur saat
mengalami konduksi dengan konduktivitas termal yangsedemikian
rupa.Konduktivitas termal suatu benda dipengaruhi oleh beberapafaktor, antara
lain kepadatan, porositas, temperatur, dan kandungan uap air. Kepadatan dan
porositas suatu benda berpengaruh pada konduktivitas termal suatu benda,
Semakin banyak rongga pada benda tersebut makasemakin besar persentasi
porositasnya, dan semakin besar porositas porositas menyebabkan nilai
konduktivitas semakin menurun.
Adapun Pembahasan dari praktikum pengujian Linear Heat Conduction
adalah sebagai berikut :
Hubungan antara temperatur terhadap jarak pada
kuningan (D25) dan Stainless steel (D25)
75 71.6
80
66 67.9
70 62.2 58.9 62.8
54.7
60
465.13 44.52
Temperatur
50
42.7 Stainless Steel
4035.1 34.4 3344.2 33.3
Kuningan)
30
20
10
0
Jarak (m)
60
TEMPERATUR(
260
250.92
250
Konduktivitas Termal
240
230 Kuningan
Stainless Steel
220 217.18
210
200
1
1400
1179.24
1200
1000
Konduktivitas Termal
800
600
Kuningan
Stainless Steel
400 217.18
200
0
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum tentang
Linear Heat Conduction adalah sebagai berikut :
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan pada praktikum modul 1
tentang
Linear Heat Conduction sebagai berikut:
1. Sop pada praktikum sudah diberi jauh jauh hari sebelum
praktikum dimulai.
2. Sebaiknya jadwal praktikum lebih disesuaikan lagi
agar tidak bertabarkan dengan jadwal lain.
3. Untuk jadwal dan jam asistensi lebih flexsibel.
4. Sebaiknya untuk perhitungan tidak perlu ditulis semua.
5. Praktikan diharapkan dating tepat waktu.
b. Suhu
Pengaruh suhu berbanding terbalik terhadap konduktivitas
termal, secara umum apabila suhu meningkat maka
konduktivitas termalnya juga akan menurun.
70
60
50
40
30
20
10
kuningan (0,25m)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
00.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.090.1