PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari ilmu termodinamika, dipelajari bahwa energi dapat ditransfer oleh interaksi
antara sistem dan sekitarnya. Interaksi ini termasuk transfer energi dengan panas dan kerja,
serta transfer energi yang terkait dengan aliran massa. Termodinamika berhubungan dengan
keadaan akhir dari proses di mana interaksi terjadi, dan juga dengan jumlah bersih transfer
energi oleh panas dan kerja untuk proses. Panas merupakan bentuk energi yang dapat
ditransfer dari satu sistem ke sistem lain sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Ilmu yang
berkaitan dengan penentuan tingkat transfer energi tersebut adalah perpindahan panas.
Kebutuhan dasar untuk perpindahan panas adalah adanya perbedaan temperatur. Tidak ada
transfer panas bersih antara dua medium yang berada pada temperatur yang sama. Perbedaan
temperatur adalah kekuatan pendorong untuk perpindahan panas, sama seperti perbedaan
tegangan adalah kekuatan pendorong untuk aliran arus listrik dan perbedaan tekanan adalah
kekuatan pendorong untuk aliran fluida. Tingkat perpindahan panas dalam arah tertentu
tergantung pada besarnya gradien (perbedaan temperatur per satuan panjang atau laju
perubahan temperatur) ke arah itu. Semakin besar gradien, semakin tinggi tingkat
perpindahan panas. (Holman,2010).
Perpindahan panas umumnya ditemui dalam sistem rekayasa dan aspek lain dari
kehidupan. Tubuh manusia secara konstan menolak panas ke sekelilingnya, dan kenyamanan
manusia terkait erat dengan tingkat penolakan panas ini. Banyak peralatan rumah tangga
biasa dirancang, secara keseluruhan atau sebagian, dengan menggunakan prinsip-prinsip
perpindahan panas. Contoh sistem pemanas dan pendingin udara, kulkas dan freezer,
pemanas air, setrika, dan komputer. Rumah hemat energi dirancang atas dasar meminimalkan
kehilangan panas di musim dingin dan peningkatan panas di musim panas. Perpindahan
panas memainkan peran utama dalam desain banyak perangkat lain, seperti radiator mobil,
kolektor surya, berbagai komponen pembangkit listrik, dan bahkan pesawat ruang angkasa.
Ketebalan isolasi optimal di dinding dan atap rumah, pada pipa air panas atau uap, atau pada
pemanas air sekali lagi ditentukan berdasarkan analisis perpindahan panas dengan
pertimbangan ekonomi. (Kamiran,2015).
Masalah perpindahan panas dapat diklasifikasikan sebagai stabil (steady state) atau
sementara (transient atau unsteady). Istilah steady state menyiratkan tidak ada perubahan
dengan waktu pada setiap titik di dalam medium, sementara transient menyiratkan variasi
dengan ketergantungan terhadap waktu. Oleh karena itu, temperatur atau fluks panas tetap
tidak berubah dengan waktu selama perpindahan panas yang stabil melalui suatu medium di
lokasi manapun, walaupun kedua kuantitas dapat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
(Priangkoso, 2013).
Konduktivitas panas diartikan sebagai kemampuan suatu materi (zat) untuk
menghantarkan panas, merupakan salah satu perameter yang diperlukan dalam sifat
karakteristik suatu material. Dalam pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
ka1or, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan,
bila pengerjaan harus berlangsung pada temperatur tertentu dan temperatur ini harus dicapai
dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan
keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan
endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan
secara alami. Pada pengembunan dan kristalisasiharus dikeluarkan. Pada penguapan dan
umumnya pada pelarutan, ka1or harus dimasukkan. Konduktivitas termal suatu bahan dapat
menyatakan sifat dari bahan tersebut. Bahan dengan sifat konduktivitas termal yang besar
mempunyai sifat penghantar panas yang besar pula. Sebaliknya, bila harga konduktivitasnya
kecil maka, bahan itu kurang baik sebagai penghantar panas tetapi merupakan penyekat yang
baik.(Wuryanti,2018).
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka kalor merupakan besaran fisika yang
memiliki satuan. Kalor tidak dapat terlihat oleh mata, tetapi pengaruhnya dapat kita rasakan
ataukita ketahui. Pengukuran-pengukuran kalor sangat berkaitan dengan kalor jenis zat.
Pengukuran kalor menggunakan alat yang dinamakan kalorimeter. Ada pula yang
menyatakan calorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis dari suatu zat. Kalorimeter
teerdiri dari sebuah bejana logam yang kalor jenisnya sudah diketahui (Tazi, 2011).
Pengaruh kalor terhadap benda berbeda-beda sesuai dengan benda tersebut.
Besarnyakalor yang diterima atau dilepaskan oleh sebuah benda bergantung pada beberapa
faktor. Antaralain massa benda, jenis benda, dan perubahan suhu pada benda tersebut.
Hubungan kalor denganketiga faktor tersebut adalah: kalor yang diperlukan sebanding
dengan massa benda. Semakin besar massa benda semakin besar kalor yang diperlukan, kalor
yang diperlukan sebandingdengan kalor jenis benda. Untuk jenis benda yang berbeda tetapi
massanya sama, kalor yangdiperlukan untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya
berbeda bergantung pada jenis bendanya, kalor yang diberikan sebanding dengan kenaikan
suhu benda. Untuk jenis dan massa benda yang sama, jumlah kalor yang diberikan besarnya
mempengaruhi kenaikan suhu benda. Makin banyak kalor yang diberikan kepada benda,
semakin besar kenaikan suhu benda(Puji Dwiyantoro, 2012).
Banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung
padamassa benda(m), kalor jenis benda ( c ), dan perubahan suhu ( ΔT). dapat dirumuskan :
Q = m.c.ΔT
Keterangan:
Q = kalor yang diperlukan, satuannya Joule (J)
m = massa benda, satuannya Kg
C = kalor jenis benda, satuannya J/Kg°C atau J/KgK
Δt = perubahan suhu, satuannya °C atau K (Pantur, 2010).
Kalor dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor pada suatu benda dapat
berpindah dari suatu benda yang suhunya tinggi ke benda lain yang suhunya rendah.
Fenomena perpindahan kalor ini dapat dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada saat memasak, api yang mengenai bagian dasar panci akan menyebar ke
seluruh bagian permukaan panci dan bahan makanan yang ada di dalamnya. Contoh lainnya
yaitu kalor (panas)matahari yang sampai ke permukaan bumi. Berbicara mengenai
perpindahan kalor, maka kitamengenal setidaknya ada tiga cara terjadinya perpindahan kalor,
yaitu melalui cara konduksi,cara konveksi, dan cara radiasi (Muslim, 2016).
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem.
Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda atau
lebihyang berada dalam kesetimbangan termal. Suatu benda yang dalam keadaan panas
dikatakanmemiliki suhu yang tinggi, dan sebaliknya, suatu benda yang dalam keadaan dingin
dikatakanmemiliki suhu yang rendah. Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas atau
menjadi lebihdingin biasanya diikuti dengan perubahan bentuk atau wujudnya. Misalnya,
perubahan wujud airmenjadi es batu atau uap air karena pengaruh panas atau dingin. Selain
perubahan wujud yangdialami benda, perubahan panas juga dapat menyebabkan pemuaian.
Pemuaian merupakan peristiwa perubahan ukuran (penambahan panjang, luas, atau volume)
suatu benda karena pengaruh suhu. Pemuaian pada zat padat bisa berupa pemuaian panjang,
pemuaian luas, maupun pemuaian volume. Pemuaian pada zat cair dan pemuaian pada gas
hanya terjadi pemuaianvolume (Ramliyana, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
60
T2
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BESI
160
140
120
100 T1
SUHU BAHAN
T2
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KACA
100
90
80
70
T1
SUHU BAHAN
60
T2
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perhitungan
1. Perhitungan pada suhu bahan alumanium
Alumanium menit 0
∆T=T2-T1
= 31-31
= 00C
Alumanium menit 1
∆T=T2-T1
= 32-57
= -250C
Alumanium menit 2
∆T=T2-T1
= 32-75
= -430C
Alumanium menit 3
∆T=T2-T1
= 32-80
= -480C
Alumanium menit 4
∆T=T2-T1
=32-85
= -530C
Alumanium menit 5
∆T=T2-T1
= 33-89
= -560C
Alumanium menit 6
∆T=T2-T1
= 34-83
= -490C
Alumanium menit 7
∆T=T2-T1
= 34-91
= -570C
Alumanium menit 8
∆T=T2-T1
= 34-94
= -600C
Alumanium menit 9
∆T=T2-T1
=34-95
= -610C
Alumanium menit 10
∆T=T2-T1
= 34-85
= -510C
Besi menit 6
∆T=T2-T1
= 39,9-66,9
= -270C
Besi menit 7
∆T=T2-T1
= 57,5-148,4
= -90,90C
Besi menit 8
∆T=T2-T1
= 56,5-84,2
= -27,70C
Besi menit 9
∆T=T2-T1
= 42,7-144,4
= -101,70C
Besi menit 10
∆T=T2-T1
= 42,1-133,2
= -91,10C
4.2 Pembahasan
Percobaan perpindahan panas secara konduksi ini bertujuan untuk menetukan laju
aliran kalor dan menentukan overall heat transfer coefficient aliran kalor pada setiap
bahan yang digunakan. Konduksi merupakan perpindahan panas dari tempat yang
bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah di dalam medium yang
bersinggungan langsung. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi
perpindahan panas serta energi dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu
rendah.
Pada praktikum dilakukan 5 kali percobaan pada 3 bahan dengan berturut-turut pada
bahan yang berbeda di antaranya alumanium, besi, dan kaca. Percobaan pertama pada
bahan alumanium dengan suhu ruangan 300C sehingga menghasilkan T1 320C dan T2
950C sehingga di peroleh 630C pada menit ke 1, selanjutnya pada menit ke 2
menghasilkan T1 320C dan T2 1000C sehingga di perolah 680C, kemudian pada menit
ke 3 diperoleh sama dengan perlakukan pada menit ke 2, lalu pada menit ke 4 juga sama
menghasilkan 680C. Dan kemudian pada menit terakhir (5) menghasilkan T1 34 0C dan
T2 1000C sehingga memperoleh 660C. Dari ke lima kali perlakuan tersebut sehingga
dapat menghasilkan nilai T2 itu jatuh pada menit ke 5.
Selanjutnya percobaan ke dua pada bahan besi dengan suhu ruangan 30 0C sehingga
menghasilkan T1 340C dan T2 920C sehingga dipeoleh 580C pada menit ke 1. Pada
menit 2 menghasilkan T1 350C dan T2 1000C shingga di peroleh 650C, untuk menit ke 3
menghasilkan T1 340C dan T2 1000C sehingga dipeoleh 660C, lalu pada menit ke 4 T1
menghasilkan 360C dan pada T2 1000C sehingga di peroleh 640C. Untuk menit yang ke
5 T1 menghasilkan 360C dan T2 850C sehingga di peroleh 490C. Setelah dilakukan 5
kali percobaan dengan tiap-tiap menit tersebut sehingga tepat pada menit ke 6: 36 detik
itu T2 terjatuh.
Kemudian percobaan ketiga pada bahan kaca dengan suhu ruangan 300C. Untuk T1
310C dan T2 950C sehingga diperoleh 640C mampu melelehkan lilin pada menit ke 1.
Selanjutnya pada menit ke 2 T1 310C dan T2 1000C sehingga di peroleh 690C itu artinya
mampu melelhkan lilin, pada menit ke 3 T1 30 0C dan T2 900C sehingga di peroleh
600C, dan pada menit ke 4 T1 30 0C dan T2 1000C sehingga di peroleh 700C mampu
melelhkan lilin , dan pada menit ke 5 T1 310C dan T2 1000C sehingga dipeoleh 690C
mampu melelehkan lilin. Sudah dilakukan 5 kali percobaan akhirnya T2 terjatuh pada
menit ke 36: 49 detik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana panas mengalir dari tempat
yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi medianya tetap. Pada
kegiatan praktikum kali ini terdapat beberapa jenis bahan yang cepat menghantarkan
kalor, diantaranya adalah besi, seng dan alumunium. Dari ke tiga jenis bahan tersebut
yang paling cepat dapat menghantarkan panas adalah Besi dapat menghantarkan panas
dengan baik dan nilai konduktivitas thermal dari besi tersebut sangat tinggi. Sedangkan
untuk bahan jenis kaca dengan nilai konduktifitas thermalnya sangat rendah.
5.2 Saran
Hendaknya praktikan harus lebih fokus dan teliti ditiap tahap kegiatan praktikum,
untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dan untuk lebih dapat memahami terlebih
dahulu praktikan sudah mempesiapkan diri dengan matang.
ACARA II. PERPINDAHAN PANAS SECARA KONVEKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Konveksi merupakan salah satu pergerakan energi panas yang terjadi antara
permukaan dan fluida bergerak,ketika mereka berada pada perbedaan temperatur.
Perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme yaitu perpindahan energi sebagai
akibat dari pergerakan molekular acak dan adajuga energi yang di pindahkan oleh pergerakan
secara microskopis dari fluida. Perpindahan panas konveksi yang terjadi antara fluida yang
bergerak dan batas permukaan,ketika keduanya berada pada temperatur yang berbeda
(Walujodjati,2016).
Menurut keadaan alirannya perpindahan panas secara konveksi
dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi
masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan
temperatur dalam fluida, pada konveksi bebas ini pula dapat terjadi efek
gaya apung.
2. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang
berasal dari luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin
(Dinikavanila dan Widodo, 2019).
Menurut keadaan alirannya perpindahan panas secara konveksi
dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi
masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan
temperatur dalam fluida, pada konveksi bebas ini pula dapat terjadi efek
gaya apung.
2. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang
berasal dari luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin
(Dinikavanila dan Widodo, 2019).
Menurut keadaan malirannya perpindahan panas secara konveksi dikategorikan
menjadi dua yaitu:
1 Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi masa
jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan temperatur dalam fluida,
pada konveksi bebas ini pula dapat terjadi efekgaya apung.
2 Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang berasal dari
luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin (Dinikavanila dan Widodo,
2019).
Perpindahan panas konveksi sebagai perpindahan energi terjadi dalam fluida akibat
dari efek kombinasi dari konduksi dan pergerakan kasar fluida. Adapun energi yang
dipindahkan adalah energi dalam fluida. Begitu pula dengan konveksi sebagai pertukaran
panas latent yang dihubungkan dengan perubahan faseantara keadaan cairan dan uap fluida.
Dengan memperhatikan kondisi aliran fluida tanpa melihat perpindahan panas konveksi
persamaan laju dinyatakan dalam bentuk :
Q” = h.A (Ts – too)
Dimananq'', flux panas konveksi (W/m2) adalah berbanding lurus dengan
perbedaan temperature antara permukaan & fluida untuk masing-masing Ts danT∞
(temperatur). Sedangkan h adalah koefisien konveksi local atau koefisien perpindahan panas.
Adapun koefisien perpindahan panas tergantung pada geometri permukaan, cara dari
pergerakan fluida dan sejumlah dari sifat termodinamika dan transport dari fluida (Wawan
sudjo, 2016)
Koneksi paksa adalah perpindahan panas yang mana dialirannya tersebut berasal dari
luar, seperti dari blower atau kran dan pompa. Konveksi paksadalam pipa merupakan
persolaan perpindahan konveksi untuk aliran dalam atauyang disebut dengan internal flow.
Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang dibatasi oleh suatu permukaan.
Sehingga lapisan batas tidak dapat berkembang secara bebas seperti halnya pada aliran
luar (Sary, 2017)
Lapisan batas merupakan bagian dari permasalahan mekanika fluida yangmerupakan
lapisan yang terbentuk karena adanya gesekan antara fluida yangmengalir dengan
permukaan benda yang disebabkan adanya viskositas dari fluidayang melewati benda
tersebut. Kedudukan lapisan batas pada ilmu mekanikafluida dapat dilihat pada
diagram berikut ini yang menjelaskan tentang hubunganbagian dari cabang mekanika fluida
(Genick, 2010)
Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi darisatu daerah
ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerahtersebut. Ilmu
perpindahan panas selain dapat memprediksi laju perpindahan panas yang terjadi
pada kondisi-kondisi tertentu, juga menjelaskan tentangbagaimana energi kalor itu
berpindah dari suatu media ke media lainnya.Kecepatan pindah panas ini akan
bergantung pada perbedaan suhu antar keduakondisi. Semakin besar perbedaan, maka
semakin besar kecepatan perpindahanpanas (Mursadin dan Subagyo, 2016).
Perpindahan panas dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu secara konduksi,
konveksi dan radiasi. Perpindahan panas konduksi adalah proses dimana panas mengalir
antara medium-medium berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa adanya
perpindahan molekul yang cukup besar.Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan
panas dimana panas dibawa olehpartikel-partikel zat yang mengalir atau pengangkutan kalor
oleh gerak dari zatyang dipanaskan. Perpindahan panas secara radiasi adalah
perpindahan panasmelalui pancaran energi, dimana tamoeratur terpisah dalam ruang
(ningsih dkk,2021)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Selanjutnya percobaan kedua pada tintah warna biru setelah air pnas mendidih dan
diangkat lalu diletakan wadah yang berisi air kemudian satu kali tetasan tintah pada
bagian kiri tetesan tintah itu langsung menyebar dan tercampur pada menit ke 1,
sedangkan pada bagian kanan tetesan titah tidak tercampur secara langsung namun tintah
tersebut bertahap dan perlahan menyebar pada menit ke 3: 20 detik.
Kemudian untuk percobaan ke tiga pada tintah warnah hitam perlakukan nya sama
dengan percobaan pertama dan kedua. Pada bagian kiri satu kali tetes tintah langsung
menyebar dan tercampur tintahnya pada menit ke 1. Sedangkan bagian kanan tintahnya
menyebar secara perlahan sehingga menyebar pada menit ke 3:11 detik. Pada dasar
wadah yang kami gunakan untuk menampung air dingin yang dicampur zat pewarna,
terdapat gelembung pada dasar wadah. Pada proses pengamatan dari ketiga percobaan
tersebut berpengaruh karena terjadi evaporasi/penguapan pada bahan karena suhu yang
panas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konveksi kalor adalah perpindahan kalor yang disebabkan oleh aliran atau
partikel suatu zat dan konveksi kalor juga biasanya terjadi pada zat cair dan gas karena
zat cair dan gas partikel zat tersebut bisa berpindah. Pada pengamatan yang dilakukan,
pada proses meneteskan tinta pada air dingin di letakkan di atas air panas yang mendidih
yang di panaskan kira-kira 2 menit dengan tiga kali percobaan dengan berbagai macam
jenis warna tintah. Pada proses pengamatan dari ketiga percobaan tersebut berpengaruh
karena terjadi evaporasi/penguapan pada bahan karena suhu yang panas.
5.2 Saran
Hendaknya praktikan fokus dan teliti ditiap tahap kegiatan praktikum, untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Dan sebaiknya alat yang digunakan pada percobaan
tersebut harus benar-benar efesien.