Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor,
untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk
pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan
suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua
yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada
pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini
dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada pengembunan
dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada
umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa
kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut sebagai
perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering), Analisa
perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya
peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas tertentu dalam waktu
yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan penukar panas tergantung
tidak hanya pada jumlah panas yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju
perpindahan panas pada kondisi-kondisi yang ditentukan.
Beroperasinya dengan baik komponen-komponen peralatan, seperti misalnya
sudu-sudu turbin atau dinding ruang bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan
logam-logam tertentu dengan membuang panas secara terus menerus pada laju yang
tinggi dari suatu permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik,
transformator dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk
menghindari konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan
dan merusakan peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap
cabang keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan
dengan penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada
ilmu perpindahan panas.
1.2 Tujuan Praktikum
2. Mengamati perpindahan kalor pada benda secara konduksi.
3. Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dari ilmu termodinamika, dipelajari bahwa energi dapat ditransfer oleh interaksi
antara sistem dan sekitarnya. Interaksi ini termasuk transfer energi dengan panas dan kerja,
serta transfer energi yang terkait dengan aliran massa. Termodinamika berhubungan dengan
keadaan akhir dari proses di mana interaksi terjadi, dan juga dengan jumlah bersih transfer
energi oleh panas dan kerja untuk proses. Panas merupakan bentuk energi yang dapat
ditransfer dari satu sistem ke sistem lain sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Ilmu yang
berkaitan dengan penentuan tingkat transfer energi tersebut adalah perpindahan panas.
Kebutuhan dasar untuk perpindahan panas adalah adanya perbedaan temperatur. Tidak ada
transfer panas bersih antara dua medium yang berada pada temperatur yang sama. Perbedaan
temperatur adalah kekuatan pendorong untuk perpindahan panas, sama seperti perbedaan
tegangan adalah kekuatan pendorong untuk aliran arus listrik dan perbedaan tekanan adalah
kekuatan pendorong untuk aliran fluida. Tingkat perpindahan panas dalam arah tertentu
tergantung pada besarnya gradien (perbedaan temperatur per satuan panjang atau laju
perubahan temperatur) ke arah itu. Semakin besar gradien, semakin tinggi tingkat
perpindahan panas. (Holman,2010).
Perpindahan panas umumnya ditemui dalam sistem rekayasa dan aspek lain dari
kehidupan. Tubuh manusia secara konstan menolak panas ke sekelilingnya, dan kenyamanan
manusia terkait erat dengan tingkat penolakan panas ini. Banyak peralatan rumah tangga
biasa dirancang, secara keseluruhan atau sebagian, dengan menggunakan prinsip-prinsip
perpindahan panas. Contoh sistem pemanas dan pendingin udara, kulkas dan freezer,
pemanas air, setrika, dan komputer. Rumah hemat energi dirancang atas dasar meminimalkan
kehilangan panas di musim dingin dan peningkatan panas di musim panas. Perpindahan
panas memainkan peran utama dalam desain banyak perangkat lain, seperti radiator mobil,
kolektor surya, berbagai komponen pembangkit listrik, dan bahkan pesawat ruang angkasa.
Ketebalan isolasi optimal di dinding dan atap rumah, pada pipa air panas atau uap, atau pada
pemanas air sekali lagi ditentukan berdasarkan analisis perpindahan panas dengan
pertimbangan ekonomi. (Kamiran,2015).
Masalah perpindahan panas dapat diklasifikasikan sebagai stabil (steady state) atau
sementara (transient atau unsteady). Istilah steady state menyiratkan tidak ada perubahan
dengan waktu pada setiap titik di dalam medium, sementara transient menyiratkan variasi
dengan ketergantungan terhadap waktu. Oleh karena itu, temperatur atau fluks panas tetap
tidak berubah dengan waktu selama perpindahan panas yang stabil melalui suatu medium di
lokasi manapun, walaupun kedua kuantitas dapat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
(Priangkoso, 2013).
Konduktivitas panas diartikan sebagai kemampuan suatu materi (zat) untuk
menghantarkan panas, merupakan salah satu perameter yang diperlukan dalam sifat
karakteristik suatu material. Dalam pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
ka1or, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan,
bila pengerjaan harus berlangsung pada temperatur tertentu dan temperatur ini harus dicapai
dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan
keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan
endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan
secara alami. Pada pengembunan dan kristalisasiharus dikeluarkan. Pada penguapan dan
umumnya pada pelarutan, ka1or harus dimasukkan. Konduktivitas termal suatu bahan dapat
menyatakan sifat dari bahan tersebut. Bahan dengan sifat konduktivitas termal yang besar
mempunyai sifat penghantar panas yang besar pula. Sebaliknya, bila harga konduktivitasnya
kecil maka, bahan itu kurang baik sebagai penghantar panas tetapi merupakan penyekat yang
baik.(Wuryanti,2018).
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka kalor merupakan besaran fisika yang
memiliki satuan. Kalor tidak dapat terlihat oleh mata, tetapi pengaruhnya dapat kita rasakan
ataukita ketahui. Pengukuran-pengukuran kalor sangat berkaitan dengan kalor jenis zat.
Pengukuran kalor menggunakan alat yang dinamakan kalorimeter. Ada pula yang
menyatakan calorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis dari suatu zat. Kalorimeter
teerdiri dari sebuah bejana logam yang kalor jenisnya sudah diketahui (Tazi, 2011).
Pengaruh kalor terhadap benda berbeda-beda sesuai dengan benda tersebut.
Besarnyakalor yang diterima atau dilepaskan oleh sebuah benda bergantung pada beberapa
faktor. Antaralain massa benda, jenis benda, dan perubahan suhu pada benda tersebut.
Hubungan kalor denganketiga faktor tersebut adalah: kalor yang diperlukan sebanding
dengan massa benda. Semakin besar massa benda semakin besar kalor yang diperlukan, kalor
yang diperlukan sebandingdengan kalor jenis benda. Untuk jenis benda yang berbeda tetapi
massanya sama, kalor yangdiperlukan untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya
berbeda bergantung pada jenis bendanya, kalor yang diberikan sebanding dengan kenaikan
suhu benda. Untuk jenis dan massa benda yang sama, jumlah kalor yang diberikan besarnya
mempengaruhi kenaikan suhu benda. Makin banyak kalor yang diberikan kepada benda,
semakin besar kenaikan suhu benda(Puji Dwiyantoro, 2012).
Banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung
padamassa benda(m), kalor jenis benda ( c ), dan perubahan suhu ( ΔT). dapat dirumuskan :
Q = m.c.ΔT
Keterangan:
Q = kalor yang diperlukan, satuannya Joule (J)
m = massa benda, satuannya Kg
C = kalor jenis benda, satuannya J/Kg°C atau J/KgK
Δt = perubahan suhu, satuannya °C atau K (Pantur, 2010).
Kalor dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor pada suatu benda dapat
berpindah dari suatu benda yang suhunya tinggi ke benda lain yang suhunya rendah.
Fenomena perpindahan kalor ini dapat dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada saat memasak, api yang mengenai bagian dasar panci akan menyebar ke
seluruh bagian permukaan panci dan bahan makanan yang ada di dalamnya. Contoh lainnya
yaitu kalor (panas)matahari yang sampai ke permukaan bumi. Berbicara mengenai
perpindahan kalor, maka kitamengenal setidaknya ada tiga cara terjadinya perpindahan kalor,
yaitu melalui cara konduksi,cara konveksi, dan cara radiasi (Muslim, 2016).
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem.
Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda atau
lebihyang berada dalam kesetimbangan termal. Suatu benda yang dalam keadaan panas
dikatakanmemiliki suhu yang tinggi, dan sebaliknya, suatu benda yang dalam keadaan dingin
dikatakanmemiliki suhu yang rendah. Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas atau
menjadi lebihdingin biasanya diikuti dengan perubahan bentuk atau wujudnya. Misalnya,
perubahan wujud airmenjadi es batu atau uap air karena pengaruh panas atau dingin. Selain
perubahan wujud yangdialami benda, perubahan panas juga dapat menyebabkan pemuaian.
Pemuaian merupakan peristiwa perubahan ukuran (penambahan panjang, luas, atau volume)
suatu benda karena pengaruh suhu. Pemuaian pada zat padat bisa berupa pemuaian panjang,
pemuaian luas, maupun pemuaian volume. Pemuaian pada zat cair dan pemuaian pada gas
hanya terjadi pemuaianvolume (Ramliyana, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : jum’at, 2 Desember 2022
Waktu : 08.00: wita – selesai.
Tempat : Perbengkelan Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Mataram Jl. Batu Ringgit, Kecamatan
Sekarbela, Kota Mataram.
3.2 Alat Dan Bahan Praktikum
1. Batang seng, besi, kaca, dan tembaga
2. Kaki tiga
3. Pembakar spiritus dan korek api
4. Lilin atau plastisin Cara Kerja
5. Siapkan alat ukur kebisingan getaran
3.3 Cara Kerja
1. Letakkan alat konduksi yang terdiri dari empat buah batang masing-masing seng,
besi, kaca, dan tembaga di atas tripod ( kaki tiga )
2. Buatlah bulatan plastisin dan letakkan pada ujung bawah batang logam.
3. Panaskan alat konduksi bahan tersebut dalam pemanas spiritus.
4. Amatilah bulatan plastisin , mana yang cepat jatuh dari keempat bahan tersebut.
5. Letakkan termometer pada ujung spritus yang menyala (T1) dan di ujung tempat
plastisin (lilin) sebagai T2 kemudian catat suhunya setiap menit.
6. isilah daftar hasil pengamatan pada table hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Hasil Pengamatan Suhu Bahan
Suhu Bahan (0C)
Menit Alumunium Besi Kaca
T1 T2 T1 T2 T1 T2
1 57 32 50 33,7 41 35
2 75 32 55 33 45 35
3 80 32 45 30,7 50 37
4 85 32 132,0 39,1 53 38
5 89 32 115,0 40,6 62 55
6 83 33 69 39,9 70 57
7 91 34 148,4 57,5 80 60
8 94 34 82,2 56,5 82 77
9 95 34 144,4 42,7 84 78
10 85 34 133,2 42,1 90 80
ALUMINIUM
100
90
80
70
T1
SUHU BAHAN

60
T2
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

BESI
160
140
120
100 T1
SUHU BAHAN

T2
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KACA
100
90
80
70
T1
SUHU BAHAN

60
T2
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perhitungan
1. Perhitungan pada suhu bahan alumanium
 Alumanium menit 0
∆T=T2-T1
= 31-31
= 00C
 Alumanium menit 1

∆T=T2-T1
= 32-57
= -250C
 Alumanium menit 2

∆T=T2-T1
= 32-75
= -430C
 Alumanium menit 3
∆T=T2-T1
= 32-80
= -480C
 Alumanium menit 4

∆T=T2-T1
=32-85
= -530C
 Alumanium menit 5

∆T=T2-T1

= 33-89

= -560C

 Alumanium menit 6

∆T=T2-T1
= 34-83
= -490C
 Alumanium menit 7

∆T=T2-T1
= 34-91
= -570C
 Alumanium menit 8
∆T=T2-T1
= 34-94
= -600C
 Alumanium menit 9

∆T=T2-T1
=34-95
= -610C
 Alumanium menit 10

∆T=T2-T1

= 34-85

= -510C

2. Perhitungan suhu bahan pada besi


 Besi menit 0
∆T=T2-T1
= 31-31
= 00C
 Besi menit 1
∆T=T2-T1
= 33,7-50
= -16,30C
 Besi menit 2
∆T=T2-T1
= 33-55
= -220C
 Besi menit 3
∆T=T2-T1
= 30,7-45
= -14,30C
 Besi menit 4
∆T=T2-T1
= 39,1-132,0
= -92,90C
 Besi menit 5
∆T=T2-T1
= 40,6-115,0
= 74,40C
= 00C

 Besi menit 6
∆T=T2-T1
= 39,9-66,9
= -270C
 Besi menit 7
∆T=T2-T1
= 57,5-148,4
= -90,90C
 Besi menit 8
∆T=T2-T1
= 56,5-84,2
= -27,70C
 Besi menit 9
∆T=T2-T1
= 42,7-144,4
= -101,70C
 Besi menit 10
∆T=T2-T1
= 42,1-133,2
= -91,10C

3. Perhitungan suhu bahan pada kaca


 Kaca menit 0
∆T=T2-T1
= 93-93
= 00C
 Kaca menit 1
∆T=T2-T1
= 34-41
= -70C
 Kaca menit 2
∆T=T2-T1
= 35-45
= -100C
 Kaca menit 3
∆T=T2-T1
= 37-50
= -130C
 Kaca menit 4
∆T=T2-T1
= 38-53
= -150C
 Kaca menit 5
∆T=T2-T1
= 55-62
= -70C
 Kaca menit 6
∆T=T2-T1
= 57-70
= -130C
 Kaca menit 7
∆T=T2-T1
= 60-80
= -740C
 Kaca menit 8
∆T=T2-T1
= 77-82
= -50C
 Kaca menit 9
∆T=T2-T1
= 78-84
= -60C
 Kaca menit 10
∆T=T2-T1
= 80-90
= -100C

4.2 Pembahasan
Percobaan perpindahan panas secara konduksi ini bertujuan untuk menetukan laju
aliran kalor dan menentukan overall heat transfer coefficient aliran kalor pada setiap
bahan yang digunakan. Konduksi merupakan perpindahan panas dari tempat yang
bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah di dalam medium yang
bersinggungan langsung. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi
perpindahan panas serta energi dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu
rendah.
Pada praktikum dilakukan 5 kali percobaan pada 3 bahan dengan berturut-turut pada
bahan yang berbeda di antaranya alumanium, besi, dan kaca. Percobaan pertama pada
bahan alumanium dengan suhu ruangan 300C sehingga menghasilkan T1 320C dan T2
950C sehingga di peroleh 630C pada menit ke 1, selanjutnya pada menit ke 2
menghasilkan T1 320C dan T2 1000C sehingga di perolah 680C, kemudian pada menit
ke 3 diperoleh sama dengan perlakukan pada menit ke 2, lalu pada menit ke 4 juga sama
menghasilkan 680C. Dan kemudian pada menit terakhir (5) menghasilkan T1 34 0C dan
T2 1000C sehingga memperoleh 660C. Dari ke lima kali perlakuan tersebut sehingga
dapat menghasilkan nilai T2 itu jatuh pada menit ke 5.
Selanjutnya percobaan ke dua pada bahan besi dengan suhu ruangan 30 0C sehingga
menghasilkan T1 340C dan T2 920C sehingga dipeoleh 580C pada menit ke 1. Pada
menit 2 menghasilkan T1 350C dan T2 1000C shingga di peroleh 650C, untuk menit ke 3
menghasilkan T1 340C dan T2 1000C sehingga dipeoleh 660C, lalu pada menit ke 4 T1
menghasilkan 360C dan pada T2 1000C sehingga di peroleh 640C. Untuk menit yang ke
5 T1 menghasilkan 360C dan T2 850C sehingga di peroleh 490C. Setelah dilakukan 5
kali percobaan dengan tiap-tiap menit tersebut sehingga tepat pada menit ke 6: 36 detik
itu T2 terjatuh.
Kemudian percobaan ketiga pada bahan kaca dengan suhu ruangan 300C. Untuk T1
310C dan T2 950C sehingga diperoleh 640C mampu melelehkan lilin pada menit ke 1.
Selanjutnya pada menit ke 2 T1 310C dan T2 1000C sehingga di peroleh 690C itu artinya
mampu melelhkan lilin, pada menit ke 3 T1 30 0C dan T2 900C sehingga di peroleh
600C, dan pada menit ke 4 T1 30 0C dan T2 1000C sehingga di peroleh 700C mampu
melelhkan lilin , dan pada menit ke 5 T1 310C dan T2 1000C sehingga dipeoleh 690C
mampu melelehkan lilin. Sudah dilakukan 5 kali percobaan akhirnya T2 terjatuh pada
menit ke 36: 49 detik.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana panas mengalir dari tempat
yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi medianya tetap. Pada
kegiatan praktikum kali ini terdapat beberapa jenis bahan yang cepat menghantarkan
kalor, diantaranya adalah besi, seng dan alumunium. Dari ke tiga jenis bahan tersebut
yang paling cepat dapat menghantarkan panas adalah Besi dapat menghantarkan panas
dengan baik dan nilai konduktivitas thermal dari besi tersebut sangat tinggi. Sedangkan
untuk bahan jenis kaca dengan nilai konduktifitas thermalnya sangat rendah.
5.2 Saran
Hendaknya praktikan harus lebih fokus dan teliti ditiap tahap kegiatan praktikum,
untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dan untuk lebih dapat memahami terlebih
dahulu praktikan sudah mempesiapkan diri dengan matang.
ACARA II. PERPINDAHAN PANAS SECARA KONVEKSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konveksi (aliran) adalah perpindahan kalor yang disebabkan oleh perbedaan massa
jenis. Cara perpindahan kalor secara konveksi (aliran) dapat terjadi di dalam zat cair dan
gas. Contoh peristiwa konveksi udara secara alami yaitu: arus konveksi udara yang
membantu asap bergerak naik atau cerobong asap, konveksi udara pada sistem ventilasi
rumah, terjadinya angin laut dan angin darat. Konveksi terjadi diakibatkan adanya
ekspansi termal dan konduksi. Konveksi sendiri artinya= cairan yang berpindah akibat
adanya perbedaan suhu.
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikelnya. Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida kebagian
lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. konveksi terjadi karena perbedaan massa
jenis dan konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas. Untuk menyelidiki perpindahan
kalor secara mengalir , digunakan alat konveksi air dan alat konveksi udara. Proses
perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi alamiah dan
konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah perpindahan kalor yang terjadi secara alami,
contoh: pemanasan air. Pada pemanasan air, massa jenis air yang dipanasi mengecil
sehingga air yang panas naik digantikan air yang massa jenisnya lebih besar.
Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi dengan sengaja (dipaksakan), contoh:
pada sistem pendingin mesin mobil. Peristiwa konveksi dapat dijumpai pada contoh
berikut: (1). Lampu minyak dan sirkulasi udara diruang tamu (2). Cerobong asap pabrik
dan cerobong asap dapur(3). Terjadinya angin darat maupun angin laut.
Besarnya konveksi tergantung pada :
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. Koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
1. viscositas fluida
2. kecepatan fluida
3. perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
4. kapasitas panas fluida
5. rapat massa fluida
6. bentuk permukaan kontak
Konveksi proses berpindahnya kalor akibat adanya perpindahan molekul-molekul
suatu benda. Ingat ya, biasanya kalor berpindah dari tempat yang bersuhu tinggi menuju
tempat yang bersuhu rendah. Nah, jika terdapat perbedaan suhu maka molekul2 yang
memiliki suhu yang lebih tinggi mengungsi ke tempat yang bersuhu rendah. Posisi
molekul tersebut digantikan oleh molekul lain yang bersuhu rendah. Jika suhu molekul ini
meningkat, maka ia pun ikut2an mengungsi ke tempat yang bersuhu rendah. Posisinya
digantikan oleh temannya yang bersuhu rendah. Demikian seterusnya.
Perlu diketahui bahwa benda yang dimaksudkan di sini adalah zat cair atau zat gas.
Walaupun merupakan penghantar kalor (konduktor termal) yang buruk, zat cair dan zat
gas bisa memindahkan kalor dengan cepat menggunakan cara konveksi. Contoh zat cair
adalah air, minyak goreng, oli dkk. Contoh zat gas adalah udara.
Ketika kita memanaskan air menggunakan kompor, kalor mengalir dari nyala api
(suhu lebih tinggi) menuju dasar wadah (suhu lebih rendah). Karena mendapat tambahan
kalor, maka suhu dasar wadah meningkat. Ingat ya, yang bersentuhan dengan nyala api
adalah bagian luar dasar wadah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir
dari bagian luar dasar wadah (yang bersentuhan dengan nyala api) menuju bagian dalam
dasar wadah (yang bersentuhan dengan air). Suhu bagian dalam dasar wadah pun
meningkat. Karena air yang berada di permukaan wadah memiliki suhu yang lebih kecil,
maka kalor mengalir dari dasar wadah (suhu lebih tinggi) menuju air (suhu lebih rendah).
Perlu diketahui bahwa perpindahan kalor pada wadah terjadi secara konduksi.
Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air yang berada di permukaannya juga terjadi
secara konduksi.
Adanya tambahan kalor membuat air yang menempel dengan dasar wadah mengalami
peningkatan suhu. Akibatnya air tersebut memuai. Ketika memuai, volume air bertambah.
Karena volume air bertambah maka massa jenis air berkurang. Kalau bingung, ingat lagi
persamaan massa jenis alias kerapatan (massa jenis = massa / volume). Massa air yang
memuai tidak berubah, yang berubah hanya volumeya saja. Karena volume air
bertambah, maka massa jenisnya berkurang. Berkurangnya massa jenis air menyebabkan
si air bergerak ke atas (kita bisa mengatakan air tersebut mengapung). Mirip seperti gabus
atau kayu kering yang terapung jika dimasukan ke dalam air. Gabus atau kayu kering bisa
terapung karena massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis air.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengamati Perpindahan Kalor Pada Zat Cair Dan Gas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konveksi merupakan salah satu pergerakan energi panas yang terjadi antara
permukaan dan fluida bergerak,ketika mereka berada pada perbedaan temperatur.
Perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme yaitu perpindahan energi sebagai
akibat dari pergerakan molekular acak dan adajuga energi yang di pindahkan oleh pergerakan
secara microskopis dari fluida. Perpindahan panas konveksi yang terjadi antara fluida yang
bergerak dan batas permukaan,ketika keduanya berada pada temperatur yang berbeda
(Walujodjati,2016).
Menurut keadaan alirannya perpindahan panas secara konveksi
dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi
masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan
temperatur dalam fluida, pada konveksi bebas ini pula dapat terjadi efek
gaya apung.
2. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang
berasal dari luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin
(Dinikavanila dan Widodo, 2019).
Menurut keadaan alirannya perpindahan panas secara konveksi
dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi
masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan
temperatur dalam fluida, pada konveksi bebas ini pula dapat terjadi efek
gaya apung.
2. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang
berasal dari luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin
(Dinikavanila dan Widodo, 2019).
Menurut keadaan malirannya perpindahan panas secara konveksi dikategorikan
menjadi dua yaitu:
1 Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya variasi masa
jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan temperatur dalam fluida,
pada konveksi bebas ini pula dapat terjadi efekgaya apung.
2 Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang berasal dari
luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin (Dinikavanila dan Widodo,
2019).
Perpindahan panas konveksi sebagai perpindahan energi terjadi dalam fluida akibat
dari efek kombinasi dari konduksi dan pergerakan kasar fluida. Adapun energi yang
dipindahkan adalah energi dalam fluida. Begitu pula dengan konveksi sebagai pertukaran
panas latent yang dihubungkan dengan perubahan faseantara keadaan cairan dan uap fluida.
Dengan memperhatikan kondisi aliran fluida tanpa melihat perpindahan panas konveksi
persamaan laju dinyatakan dalam bentuk :
Q” = h.A (Ts – too)
Dimananq'', flux panas konveksi (W/m2) adalah berbanding lurus dengan
perbedaan temperature antara permukaan & fluida untuk masing-masing Ts danT∞
(temperatur). Sedangkan h adalah koefisien konveksi local atau koefisien perpindahan panas.
Adapun koefisien perpindahan panas tergantung pada geometri permukaan, cara dari
pergerakan fluida dan sejumlah dari sifat termodinamika dan transport dari fluida (Wawan
sudjo, 2016)
Koneksi paksa adalah perpindahan panas yang mana dialirannya tersebut berasal dari
luar, seperti dari blower atau kran dan pompa. Konveksi paksadalam pipa merupakan
persolaan perpindahan konveksi untuk aliran dalam atauyang disebut dengan internal flow.
Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang dibatasi oleh suatu permukaan.
Sehingga lapisan batas tidak dapat berkembang secara bebas seperti halnya pada aliran
luar (Sary, 2017)
Lapisan batas merupakan bagian dari permasalahan mekanika fluida yangmerupakan
lapisan yang terbentuk karena adanya gesekan antara fluida yangmengalir dengan
permukaan benda yang disebabkan adanya viskositas dari fluidayang melewati benda
tersebut. Kedudukan lapisan batas pada ilmu mekanikafluida dapat dilihat pada
diagram berikut ini yang menjelaskan tentang hubunganbagian dari cabang mekanika fluida
(Genick, 2010)
Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi darisatu daerah
ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerahtersebut. Ilmu
perpindahan panas selain dapat memprediksi laju perpindahan panas yang terjadi
pada kondisi-kondisi tertentu, juga menjelaskan tentangbagaimana energi kalor itu
berpindah dari suatu media ke media lainnya.Kecepatan pindah panas ini akan
bergantung pada perbedaan suhu antar keduakondisi. Semakin besar perbedaan, maka
semakin besar kecepatan perpindahanpanas (Mursadin dan Subagyo, 2016).
Perpindahan panas dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu secara konduksi,
konveksi dan radiasi. Perpindahan panas konduksi adalah proses dimana panas mengalir
antara medium-medium berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa adanya
perpindahan molekul yang cukup besar.Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan
panas dimana panas dibawa olehpartikel-partikel zat yang mengalir atau pengangkutan kalor
oleh gerak dari zatyang dipanaskan. Perpindahan panas secara radiasi adalah
perpindahan panasmelalui pancaran energi, dimana tamoeratur terpisah dalam ruang
(ningsih dkk,2021)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : jum’at, 2 Desember 2022
Waktu : 09.00: wita – selesai.
Tempat : Perbengkelan Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Mataram Jl. Batu Ringgit, Kecamatan
Sekarbela, Kota Mataram.
3.2 Alat Dan Bahan Praktikum
Alat-alat dan bahan yang digunakan pada pratikuk ini adalah sebagai berikut:
1. Wadah
2. Tintah
3. Gelas ukur/ cangkir
4. Pipet
5. Air panas
6. Obat nyamuk
7. Korek api
8. Stopwatch
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Langkah Kerja pada Konveksi Gas (udara)
1. Dilepaskan pipa plastik dari alat konveksi zat cair
2. Dipanaskan bagian tepi pipa logam dekat ujung A dengan pembakaran
spriritus
3. Diletakan atau dipasang asap obat nyamuk di depan mulut (lubang) ujung
pipa
4. Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran asap obat nyamuk
3.3.2 Langkah Kerja pada Konveksi zat cair
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan air sampai dengan mendidih
3. Letakan wadah yang berisi air dingin di bawah cangkir yang terisi air panas
4. Teteskan tinta kedalam wadah yang berisi air. Teteskan disebelah kiri dan
kanan dalam wadah
5. Amati apa yang terjadi. ukur waktu yang diperlukan tinta agar tercampur
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel pengamatan konveksi pada gas
Waktu Temperatur Temperatur Api Temperatur
(menit) tekanan api (0C) Ujung
(0C) (0C)
0 45 39 32
1 39 33 37
2 50 33 32
3 42 37 36
4 42 45 43
5 53 49 47
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan yang dilakukan pada obat nyamuk dalam pratikum ini di lakukan
5 kali percobaan dengan waktu yang berbeda-beda. Yang pertama percobaan pada menit
ke 0 temperatur tekanan api tidak ada perubahan. Pada percobaan dimenit ke 1 yaitu
temperatur tekanan api mencapai 390C dan panas yang dihasilkan dari arang mencapai
320C. Sedangkan pada ujung menghasilkan 370C. Pada percobaan dimenit ke 2 yaitu
temperatur tekanan api mencapai 500C dan panas yang dihasilkan 330C. Sedangkan pada
temperatur ujung menghasilkan 320C.
Selanjutnya pada percobaan di menit ke 3 temperatur tekanan api mencapai 42 0C
dan panas yang dihasilkan dari arang mencapai 370C. Sedangkan pada temperatur ujung
menghasilkan 360C. Kemudian pada pengamatan menit 4 temperatur tekanan api nya naik
pada 420C dan panas yang dihasilkan makin meningkat menjadi 45 0C. Sedangkan pada
temperatur ujung menurun menjadi 430C. Terakhir pada menit ke 5 temperatur api
menjadi 530C dan panas yang dihasilkan menurun menjadi 490C. Sedangkan pada
temperatur ujung menghasilkan 470C.
Dari setiap percobaan pada menit ke 0 dan 5 terjadi peningkatan dan penurunan
pada setiap menit disebabkan dengan panas api semakin besar api maka bahan tersebut
semakin cepat terbakar, begitupula sebaliknya. Dan di pengaruhi oleh jarak pada
pengukuran thermometer pada ujung bahan tersebut.
Pada pengamatan yang dilakukan, pada proses meneteskan tinta pada air dingin di
letakkan di atas air panas yang mendidih yang di panaskan kira-kira 2 menit. Pada
percobaan pertama pada tintah warna merah di teteskan satu kali tetes tintah di bagian kiri
pada menit ke 1 tintah tersebut langsung menyebar dan tercampur, sedangkan pada
bagian kanan tetesan tintah tersebut perlahan dan bertahap tercampur pada menit ke 6.

Selanjutnya percobaan kedua pada tintah warna biru setelah air pnas mendidih dan
diangkat lalu diletakan wadah yang berisi air kemudian satu kali tetasan tintah pada
bagian kiri tetesan tintah itu langsung menyebar dan tercampur pada menit ke 1,
sedangkan pada bagian kanan tetesan titah tidak tercampur secara langsung namun tintah
tersebut bertahap dan perlahan menyebar pada menit ke 3: 20 detik.
Kemudian untuk percobaan ke tiga pada tintah warnah hitam perlakukan nya sama
dengan percobaan pertama dan kedua. Pada bagian kiri satu kali tetes tintah langsung
menyebar dan tercampur tintahnya pada menit ke 1. Sedangkan bagian kanan tintahnya
menyebar secara perlahan sehingga menyebar pada menit ke 3:11 detik. Pada dasar
wadah yang kami gunakan untuk menampung air dingin yang dicampur zat pewarna,
terdapat gelembung pada dasar wadah. Pada proses pengamatan dari ketiga percobaan
tersebut berpengaruh karena terjadi evaporasi/penguapan pada bahan karena suhu yang
panas.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Konveksi kalor adalah perpindahan kalor yang disebabkan oleh aliran atau
partikel suatu zat dan konveksi kalor juga biasanya terjadi pada zat cair dan gas karena
zat cair dan gas partikel zat tersebut bisa berpindah. Pada pengamatan yang dilakukan,
pada proses meneteskan tinta pada air dingin di letakkan di atas air panas yang mendidih
yang di panaskan kira-kira 2 menit dengan tiga kali percobaan dengan berbagai macam
jenis warna tintah. Pada proses pengamatan dari ketiga percobaan tersebut berpengaruh
karena terjadi evaporasi/penguapan pada bahan karena suhu yang panas.
5.2 Saran
Hendaknya praktikan fokus dan teliti ditiap tahap kegiatan praktikum, untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Dan sebaiknya alat yang digunakan pada percobaan
tersebut harus benar-benar efesien.

Anda mungkin juga menyukai