Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

PERPINDAHAN KALOR SECARA KONDUKSI

Oleh :
Aldi Abdillah
A1C020024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................... 1
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 2
A. Latar Belakang ........................................................................... 2
B. Tujuan ......................................................................................... 6
I. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
II. METODOLOGI .................................................................................... 8
A. Alat dan Bahan........................................................................... 8
B. Prosedur Kerja .......................................................................... 8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 9
A. Hasil ............................................................................................. 9
B. Pembahasan .............................................................................. 13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 20
A. Kesimpulan ............................................................................... 20
B. Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................... 23

1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpindahan kalor seringkali terjadi dalam proses industry. Pada kebanyakan


proses diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan selama proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu
mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pemrosesan terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan
jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan
keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses terdapat pada pekerjaan eksoterm
dan endoterm.
Penggunaan energi dalam bentuk kalor sangat banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari seperti memasak makanan ruang pemanas atau pendingin dan
lain-lain. Temperatur merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya benda.
Temperatur merupakan sifat sistem yang menentukan apakah sistem berada dalam
keadaan kesetimbangan dengan sistem lain. Jika dua sistem dengan temperatur
yang berbeda diletakkan dalam kontak termal maka kedua sistem tersebut pada
akhirnya akan mencapai temperatur yang sama. Jika dua sistem dalam keadaan
setimbang termal dengan sistem ketiga maka mereka berada dalam kesetimbangan
termal satu sama lain istilah ini yang sering didengar dalam proses perpindahan
panas ialah kalor.
Ada suatu perbedaan antara kalor atau heat dan energi dalam dari suatu bahan.
Kalor hanya digunakan bila menjelaskan Perpindahan energi dari satu tempat ke
yang lain. Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan
temperatur, sedangkan energi dalam atau termis adalah energi karena
temperaturnya. Kalor merupakan salah satu bentuk energi dan kalor merupakan
transfer energi dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan temperatur.
Perpindahan suhu tersebut disebut driving force yang memungkinkan panas
berpindah. Tanpa adanya perbedaan suhu tidak mungkin terjadi pemindahan panas.
Panas mengalir dari bahan yang lebih panas ke bahan yang lebih dingin. Proses

2
pengeluaran panas akan banyak dijumpai dalam proses pendinginan produk
pangan.
Dalam unit operasi suatu proses industri pangan terjadi pemasukan dan
pengeluaran panas yang terjadi di dalam bahan makanan hal itu terjadi bila ada
proses pemindahan panas dari suatu media ke media lain proses pengeluaran panas
akan banyak dijumpai dalam proses pendinginan produk pangan segar seperti
sayuran buah-buahan daging Susu Telur dan produk perikanan.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut jika suhunya tinggi Maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalau yang dikandung sedikit berdasarkan hasil percobaan yang sering
dilakukan dapat diketahui bahwa besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda
atau zat bergantung pada tiga faktor yaitu massa zat jenis zat atau kalor jenis dan
perubahan suhu sehingga secara matematis dapat dirumuskan :

Q = m.c.(t2-t1)

Q = Kalor yang dibutuhkan (J)


m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/Kg oC)
(t2-t1) = perubahan suhu (oC)
Kalor jenis atau spesifict heat didefinisikan sebagai energi yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu 1 unit pada masa peningkatan 1oC secara umum energi ini
bergantung pada bagaimana prosesnya terjadi. Secara fisika kalor jenis pada
volume konstansi Cv dapat dikatakan sebagai energi yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 unit massa dari substansi setiap 1 derajat, sedangkan volume
dibuat konstan unit umum untuk kalor jenis adalah kJ/Kg oC atau kJ/Kg K. kedua
unit ini diidentikkan karena ΔT(oC) = ΔT(K), dan perubahan 1oC dalam suhu
ekivalen dengan perubahan 1 K. kalor jenis kadang kala dalam molar basis.

3
Perpindahan panas merupakan sebuah disiplin ilmu dalam teknik termal yang
mempelajari cara mengukur panas menghasilkan panas, menggunakan panas, dan
mengubah panas diantara sistem fisik. Adapun pembagian perpindahan adalah
1. Konduktivitas termal
2. Konveksi termal
3. Radiasi termal
4. Perpindahan panas melalui perubahan fasa
Temperatur adalah ukuran derajat panas dinginnya dari suatu benda.
Berkaitan dengan energi termal yang terkandung dalam benda tersebut. Semakin
besar energi termalnya maka temperaturnya juga semakin tinggi. Jika ada dua
benda berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, maka keduanya
berada dalam kesetimbangan termal. Inilah yang disebut dengan hukum ke nol
termodinamika. Berdasarkan prinsip ini jika kita ingin mengetahui apakah dua
benda mempunyai temperatur yang sama, maka kedua benda tersebut tidak perlu
disentuhkan dan diamati perubahan sifatnya terhadap waktu. Yang perlu dilakukan
adalah mengamati apakah kedua benda tersebut, masing-masing berada dalam
kesetimbangan termal dengan benda ketiga, benda ketiga tersebut adalah
termokopel, termometer. Menurut Halliday (dalam Pertiwi et al., 2015) Sifat
termometrik adalah sifat dimana benda memiliki sedikitnya satu sifat yang berubah
terhadap perubahan temperatur. Senyawa yang mempunyai sifat termometrik
disebut senyawa termometrik.
Konduksi termal adalah sebuah pertukaran mikroskopis secara langsung dari
sebuah energi kinetik partikel melalui batas antara dua sistem, yang mana ketika
suatu objek memiliki temperatur yang berbeda dari benda atau lingkungan
sekitarnya. Ketika kalor mengalir sehingga menyebabkan kedua zat memiliki suhu
yang sama pada keadaan satu titik keseimbangaan termal. Perpindahan panas secara
spontan terjadi ketika tempat yang memiliki temperatur yang tinggi ke tempat
temperatur yang rendah. Hal tersebut sesuai dengan hukum termodinamika hukum
kedua.
Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan berdasarkan aliran fluida,
yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami terjadi ketika aliran

4
fluida bergerak akibat bouyancy force atau efek gaya apung, sedangkan konveksi
paksa terjadi karena aliran fluida digerakkan oleh daya eksternal seperti kipas,
pompa, atau angin (Dinikavanila & Kukuh, 2019). Konveksi terjadi bilamana aliran
bahan curah atau fluida gas atau cairan membawa kalor bersamaan dengan aliran
materi. Hal ini terjadi karena adanya proses eksternal, layaknya gaya gravitasi atau
gaya apung yang terjadi akibat energi panas mengembangkan volume fluida.
Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa mengalir menggunakan beberapa cara
seperti pompa, kipas maupun cara mekanisme lainnya. Radiasi merupakan suatu
proses yang terjadi melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket energi yang
dapat merambat sampai jarak yang sangat jauh tanpa memerlukannya interaksi atau
perantara dengan medium.
Adapun alat ukur termal yang perlu diketahui guna mengetahu besaran
pindah panas yang terjadi, diantaranya:
1. Termometer
Termometer merupakan sebuah alat sensor suhu ataupun untuk
mengukur perubahan suhu. Termo yang berarti panas atau kalor dan meter
berarti untuk mengukur yang berasal dari bahasa latin. Sehingga termometer
adalah alat ukur panas atau kalor maupun dingin.
2. Pyranometer
Pyranometer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
radiasi matahari yang jatuh pada permukaan horizontal dalam satuan watt per
meter persegi W/m2.
3. Termokopel
Termokopel merupakan sebuah sepasang kawat logam yang tidak sama
jenisnya dihubungkan bersama-sama yang apabila kedua ujungnya dimasukan
ke dalam dua tempat yang berbeda seuhunya, maka akan timbul gaya gerak
listrik yang mana tegangan gerak listrik tersebut dipengaruhi oleh temperatur
antara kedua ujungnya.
4. Hybrid recorder
Hybrid recoder merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk mengkonversi
pembacaan suhu dari sensor termokopel

5
B. Tujuan

1. Mengetahui koefisien pindah panas koduksi dari berbagai bahan yang berbeda
2. Membandingkan laju pindah panas koduksi dari berbagai bahan yang berbeda

I. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Holman (dalam Purba, 2020) perpindahan panas (heat transfer)


adalah ilmu tetang perpindahan panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu
di antara benda atau material. Ilmu perpindahan panas tidak hanya mencoba
menjelaskan bagaimana energi panas itu berpindah dari suatu benda ke benda lain,
tetapi juga menjelaskan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu.. Kreith (dalam Wahyono & Rochani, 2019) mengatakan bahwa perpindahan
panas atau yang sering disebut heat transfer merupakan salah satu dari disiplin ilmu
teknik termal yang mempelajari cara menghasilkan panas, menggunakan panas,
mengubah panas dan menukarkan panas di antara sistem fisik. Bila dalam suatu sistem
terdapat perbedaan suhu, atau bila dua sistem yang suhunya berbeda disinggungkan,
maka akan terjadi perpindahan energi yang disebut juga sebagai perpindahan panas.
Pearson (dalam Wahyono & Rochani, 2019) juga mengatakan bahwa perpindahan
panas selalu terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Jika
beberapa benda saling berdekatan satu sama lain dan mempunyai temperatur yang
berbeda kemudian benda yang panas akan menjadi dingin dan benda yang dingin
menjadi panas hingga mencapai temperatur keseimbangan.
Kalor adalah suatu bentuk energi yang bisa berpindah dari zat yang memiliki
suhu tinggi ke zat yang lebih rendah. Kalor yang diterima berarti zat tersebut
suhunya rendah dan kalor yang dilepaskan berarti zat tersebut suhunya tinggi,
artinya kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diterima. Kalor merupakan
suatu bentuk energi yang telah dibuktikan oleh Benjamin Thompson (Count
Rumford) (1753-1814), Robert Meyer (1814-1878), dan James Prescott Joule
(1818- 1889). Satuan untuk kalor sama dengan satuan energi yaitu J (joule) (Yanti

6
et al., 2014). Kalor adalah sebuah energi yang dipindahkan dari zat yang memiliki
suhu tinggi ke zat yang memiliki suhu rendah sehingga pertukaran kalor selalu
berhubungan dengan perpindahan energi (Samola, 2022). Panas atau kalor adalah
energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Suhu atau temperatur dapat
diartikan besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Ilmu
perpindahan kalor menjelaskan bagaimana energi kalor dapat berpindah dan juga
dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Kenaikan suhu suatu benda sebanding dengan kalor yang diserap (Henry &
Wiryadinata, 2013).
Nurhayati (dalam Alamsah, 2016) menyatakan bahwa kalor didefinisikan
sebagai energi yang berpindah dari zat yang bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu
rendah. Satu kalori menyatakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 kg air sehingga suhunya naik sebesar 1oC. Kalor jenis didefinisikan
sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menurunkan suhu 1
kg massa zat sebesar 1oC atau 1oK. Perpindahan kalor ada tiga jenis yaitu perpindahan
kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi (Irianto & Dzulfikar, 2017).
Temperatur merupakan batasan antaran ukuran dingin atau panasnya dari sebuah
keadaan maupun sesuatu lainnya. Secara umumnya suhu merupakan suatu ukuran yang
dinyatakan oleh panas dinginnya sesuatu (padat, cair, dan gas). Dinyatakan dalam
satuan derajat. Nilai derajat akan semakin tinggi jika zat tersebut memiliki panas yang
tinggi, begitu pun sebaliknya semakin dingin zat tersebut memiliki nilai derajat yang
rendah (Firdaus, 2018).
Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan berdasarkan aliran fluida,
yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami terjadi ketika aliran
fluida bergerak akibat bouyancy force atau efek gaya apung, sedangkan konveksi
paksa terjadi karena aliran fluida digerakkan oleh daya eksternal seperti kipas,
pompa, atau angin (Dinikavanila & Kukuh, 2019).

7
II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Silinder besi, plat besi, dan batangan stainless


2. Kaki tiga atau tripod
3. Pembakar spiritus atau korek api
4. Lilin atau plastisin
5. Termometer inframerah
6. Jangka sorong
7. Penggaris

B. Prosedur Kerja

1. Alat konduksi yang terdiri dari tiga buah batang masing-masing: silinder besi,
plat besi, dan batangan stainless diletakan di atas tripod (kaki tiga).
2. Bulatan plastisin dibuat dan diletakan pada ujung bawah batang logam.
3. Jarak plastisin dibuat terhadap titik pembakaran.
4. Alat konduksi bahan tersebut dipanaskan dalam pemanas spiritus.
5. Bulatan plastisin diamati mana yang cepat jatuh dari ketiga bahan tersebut.
6. Hasil pengamatan dicatat dan ambil dari kelompok lain.
7. Disajikan dalam tabel.

8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Rumus dan Keterangan


∆T
Q = −KA
∆x
Keterangan:
K = Konduktivitas termal (W/mOC)
A = Luas penampang (m2)
Δx = Jarak antar bahan dari kalor (m)
ΔT = Selisih suhu (OC)
2. Tabel Data Hasil Praktikum
Tabel 1. Tabel data hasil praktikum.
Waktu
Jarak
Nama Lilin ΔT A Q
No. Lilin
Bahan Meleleh (OC) (m2) (Watt)
(cm)
(s)
1 Batang 2 890 16,1 0,4 -4830
Stainless
4 1132 18,6 0,4 -2790
6 1354 34,5 0,4 -3450
8 1602 29,4 0,4 -2205
2 Silinder 2 107 32,3 43,02x10-4 -5,0718429x102
Besi
4 112 35 43,02x10-4 -2,7479025x102
6 282 56,5 43,02x10-4 -2,957057136x102
8 288 59,1 43,02x10-4 -2,320014825x102
3 Plat 2 45 76,3 143,92 -4,00810004x107
Besi
4 186 117,1 143,92 -3,07567834x107
6 542 123,1 143,92 -2,15551732872x107
8 1122 128,7 143,92 -1,69017849x107

3. Hasil perhitungan Menggunakan Rumus


Jika nilai K besi = 73 W/mOC dan stainless steel= 15 W/mOC.

9
Didapatkan dari tabel konduktivitas termal bahan, maka perhitungan nilai Q
(Watt) sebagai berikut:
a. Batang stainless
1) Jarak lilin 2 cm
∆T
Q = −KA
∆x
𝑜
16,1𝑜 𝐶
2
𝑄 = −(15 W/𝑚 𝐶)(0,4 𝑚 ) ( )
0,02 𝑚
𝑄 = −( 6 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(805𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −4830 𝑊𝑎𝑡𝑡
2) Jarak lilin 4 cm
∆T
Q = −KA
∆x
18,6𝑜 𝐶
𝑄 = −(15 W/𝑚𝑜 𝐶)(0,4 𝑚2 ) ( )
0,04 𝑚
𝑄 = −(6 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(465𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −2790 𝑊𝑎𝑡𝑡
3) Jarak lilin 6 cm
∆T
Q = −KA
∆x
𝑜
34,5𝑂 𝐶
2
𝑄 = −(15 W/𝑚 𝐶)(0,4 𝑚 ) ( )
0,06 𝑚
𝑄 = −(6 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(575𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −3450 𝑊𝑎𝑡𝑡
4) Jarak lilin 8 cm
∆T
Q = −KA
∆x
𝑜
29,4𝑂 𝐶
2
𝑄 = −(15 W/𝑚 𝐶)(0,4 𝑚 ) ( )
0,08 𝑚
𝑄 = −(6 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(367,5𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −2205 𝑊𝑎𝑡𝑡
b. Silinder besi
1) Jarak lilin 2 cm

10
∆T
Q = −KA
∆x
32,3𝑂 𝐶
𝑄 = −(73 W/𝑚𝑜 𝐶)(43,02 x 10−4 𝑚2 ) ( )
0,02 𝑚
𝑄 = −(3,14046 𝑥 10−1 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(1615𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −5,0718429 𝑥 102 𝑊𝑎𝑡𝑡
2) Jarak lilin 4 cm
∆T
Q = −KA
∆x
35𝑜 𝐶
𝑄 = −(73 W/𝑚𝑜 𝐶)(43,02 x 10−4 𝑚2 ) ( )
0,04 𝑚
𝑄 = −(3,14046 𝑥 10−1 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(875𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −2,7479025 𝑥 102 𝑊𝑎𝑡𝑡
3) Jarak lilin 6 cm
∆T
Q = −KA
∆x
56,5𝑂 𝐶
𝑄 = −(73 W/𝑚𝑜 𝐶)(43,02 x 10−4 𝑚2 ) ( )
0,06 𝑚
𝑄 = −(3,14046 𝑥 10−1 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(941,6𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −2,957057136 𝑥 102 𝑊𝑎𝑡𝑡
4) Jarak lilin 8 cm
∆T
Q = −KA
∆x
59,1𝑂 𝐶
𝑄 = −(73 W/𝑚𝑜 𝐶)(43,02 x 10−4 𝑚2 ) ( )
0,08 𝑚
𝑄 = −(3,14046 𝑥 10−1 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(738,75𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −2,320014825 𝑥 102 𝑊𝑎𝑡𝑡
c. Plat besi
1) Jarak lilin 2 cm
∆T
Q = −KA
∆x
76,3𝑂 𝐶
Q = −(73 W/mo C)(143,92m2 ) ( )
0,02 𝑚

11
𝑄 = −(1,050616 𝑥 104 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(3815𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −4,00810004 𝑥 107 𝑊𝑎𝑡𝑡
2) Jarak lilin 4 cm
∆T
Q = −KA
∆x
117,1𝑂 𝐶
Q = −(73 W/mo C)(143,92m2 ) ( )
0,04 𝑚
𝑄 = −(1,050616 𝑥 104 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(2927,5𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −3,07567834 𝑥 107 𝑊𝑎𝑡𝑡
3) Jarak lilin 6 cm
∆T
Q = −KA
∆x
123,1𝑂 𝐶
Q = −(73 W/mo C)(143,92m2 ) ( )
0,06 𝑚
𝑄 = −(1,050616 𝑥 104 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(2051,67𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −2,15551732872 𝑥 107 𝑊𝑎𝑡𝑡
4) Jarak lilin 8 cm
∆T
Q = −KA
∆x
128,7𝑂 𝐶
𝑄 = −(73 W/𝑚𝑜 𝐶)(143,92𝑚2 ) ( )
0,08 𝑚
𝑄 = −(1,050616 𝑥 104 𝑊𝑚/𝑜 𝐶)(1608,75𝑜 𝐶/𝑚)
𝑄 = −1,69017849 𝑥 107 𝑊𝑎𝑡𝑡

12
B. Pembahasan

Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi kalor


atau panas (heat) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor akan
berpindah dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur media yang lebih
rendah. Proses perpindahan panas akan terus berlangsung sampai ada
kesetimbangan temperatur yang terjadi pada kedua media tersebut. Proses
terjadinya perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi
(Parinussa, 2016). Menurut Holman (dalam Purba, 2020) perpindahan panas (heat
transfer) adalah ilmu tetang perpindahan panas yang terjadi karena adanya
perbedaan suhu di antara benda atau material. Ilmu perpindahan panas tidak hanya
mencoba menjelaskan bagaimana energi panas itu berpindah dari suatu benda ke
benda lain, tetapi juga menjelaskan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-
kondisi tertentu..
Kreith (dalam Wahyono & Rochani, 2019) mengatakan bahwa perpindahan
panas atau yang sering disebut heat transfer merupakan salah satu dari disiplin ilmu
teknik termal yang mempelajari cara menghasilkan panas, menggunakan panas,
mengubah panas dan menukarkan panas di antara sistem fisik. Bila dalam suatu
sistem terdapat perbedaan suhu, atau bila dua sistem yang suhunya berbeda
disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi yang disebut juga sebagai
perpindahan panas.
Heat Exchanger merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Ilmu
perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor
berpindah dari suatu benda ke benda lain tetapi juga mempelajari perpindahan
panas pada kondisi-kondisi tertentu (Rohmah & Hayatunnufus, 2015). Perpindahan
panas yaitu tentang laju perpindahan panas di antara material/benda karena adanya
perbedaan suhu (panas dan dingin).Perpindahan panas terjadi karena adanya
perbedaan suhu. Suatu panas akan mengalir dari suhu tinggi ke suhu terendah

13
(Samola, 2022) .
Pearson (dalam Wahyono & Rochani, 2019) juga mengatakan bahwa
perpindahan panas selalu terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah. Jika beberapa benda saling berdekatan satu sama lain dan
mempunyai temperatur yang berbeda kemudian benda yang panas akan menjadi
dingin dan benda yang dingin menjadi panas hingga mencapai temperatur
keseimbangan.
Nurhayati (dalam Alamsah, 2016) menyatakan bahwa kalor didefinisikan
sebagai energi yang berpindah dari zat yang bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu
rendah. Satu kalori menyatakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 kg air sehingga suhunya naik sebesar 1oC. Kalor jenis didefinisikan
sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menurunkan suhu 1
kg massa zat sebesar 1oC atau 1oK. Perpindahan kalor ada tiga jenis yaitu
perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi (Irianto & Dzulfikar,
2017).
Temperatur merupakan batasan antaran ukuran dingin atau panasnya dari
sebuah keadaan maupun sesuatu lainnya. Secara umumnya suhu merupakan suatu
ukuran yang dinyatakan oleh panas dinginnya sesuatu (padat, cair, dan gas).
Dinyatakan dalam satuan derajat. Nilai derajat akan semakin tinggi jika zat tersebut
memiliki panas yang tinggi, begitu pun sebaliknya semakin dingin zat tersebut
memiliki nilai derajat yang rendah (Firdaus, 2018).
Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan berdasarkan aliran fluida,
yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami terjadi ketika aliran
fluida bergerak akibat bouyancy force atau efek gaya apung, sedangkan konveksi
paksa terjadi karena aliran fluida digerakkan oleh daya eksternal seperti kipas,
pompa, atau angin (Dinikavanila & Kukuh, 2019).
Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan dari benda bersuhu tinggi ke
benda bersuhu rendah ketika kedua benda disentuhkan (dicampur). Meskipun kalor
dan suhu adalah besaran yang berbeda, namun keduanya saling berhubungan.
Sebagai salah satu bentuk energi, kalor dapat berpindah akibat perubahan suhu.
Adanya perubahan suhu itu sendiri merupakan petunjuk terjadinya perpindahan

14
atau aliran kalor. Kalor merupakan salah satu bentuk energi sehingga dapat diukur
dalam satuan joule. Namun, kuantitas kalor kadang dinyatakan dalam satuan energi
khusus yang disebut kalori. Jika dikonveksikan dengan joule (J), diperoleh 1 kal =
4,186 J 1 J = 0,24 kal Satu kalori (disingkat 1kal) adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram air dari 14,5ºC menjadi 15,5ºC. Besarnya
kalor belum bisa diketahui ketika tidak terjadi aliran energi internal dari satu sistem
satu ke sistem lainnya. Aliran tersebut terjadi jika ada perbedaan suhu. Oleh karena
itu kalor bukanlah suatu zat yang disimpan dalam suatu benda, tetapi berupa aliran
energi yang dapat berpindah (Nurhidayat et al., 2020).
Terdapat tiga macam proses perpindahan energi kalor. Proses tersebut adalah
perpindahan energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi adalah proses
perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat atau material ke bagian lainnya
(Rokhimi, 2015). Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari
logam yang berpindah, yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang diletakkan
di atas nyala api membentur molekul-molekul yang berada di dekatnya dan
memberikan sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali membentur
molekul molekul terdekat lainnya dan memberikan sebagian panasnya, dan begitu
seterusnya di sepanjang bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan adalah
logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang
bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi kalor ketika
bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh
tumbukan langsung molekul- molekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari
gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan molekul
berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi ditransfer ke
molekul berenergi rendah (Buchori, 2004 dalam Rokhimi, 2015). Sementara itu,
Hakim (2016) menjelaskan beberapa factor-faktor yang memengaruhi laju
konduksi kalor, diantaranya :
1. Beda suhu antara kedua permukaan (∆T) makin besar beda suhu, makin cepat
perpindahan kalor.
2. Jarak antara kedua permukaan /tebal /panjang (l), makin tebal, makin lambat
perpindahan kalor.

15
3. Luas permukaan (A), makin luas permukaan makin cepat perpindahan kalor.
4. Konduktivitas termal zat (k), merupakan ukuran kemampuan zat
menghantarkan kalor; makin besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.
Laju Konduksi Kalor dapat dtuliskan dengan persamaan menurut hukum Fourier :

dT
Qk = −kA
dx

Dimana :
Q = Laju perpindahan panas per waktu ( W)
k = Konduktivitas thermal material (W/m.0C)
A = Luas permukaan bidang terkena panas (m2)
dT/dx = Gradien suhu Konduktivitas
Konduktivitas Thermal (Daya Hantar Panas) adalah sifat bahan yang
menunjukkan seberapa cepat bahan itu dapat menghantarkan panas konduksi. Pada
umumnya nilai k dianggap tetap, namun sebenarnya nilai k dipengaruhi oleh suhu
(T). Konduktor adalah bahan yang mempunyai konduktivitas yang baik, contoh :
logam. Isolator adalah bahan yang mempunyai konduktivitas yang jelek, contoh :
asbes (Hakim, 2016).
Konveksi (aliran) adalah perpindahan kalor melalui zat perantara, diikuti
perpindahan partikel-partikel zat. Umumnya melalui fluida, misal : udara, air
Macam konveksi :
1. Konveksi alami, contoh : angin darat, angin laut, aliran udara melalui ventilasi
/ cerobong asap
2. Konveksi paksa, contoh : konveksi udara pada hair dryer, sistem pendingin
mesin mobil lemari es, AC.
Manfaat konveksi kalor: Proses pemanasan air dalam suatu panci. Partikel air pada
dasar panci menerima kalor dan menjadi panas. Pertikel yang telah panas bergerak
ke atas karena berat jenisnya mengecil, Sedangkan air dingin turun menempati
tempat yang ditinggalkan air panas yang naik.Demikian ini terjadi selama air
dipanaskan, sehingga air masak secara merata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju kalor konveksi :

16
1. Luas permukaan benda (A), semakin luas permukaan benda yang bersentuhan
dengan fluida, semakin cepat kalor dipindahkan.
2. Perbedaan suhu (∆T), semakin besar beda suhu benda dengan permukaan
fluida, semakin cepat kalor dipindahkan
3. Koefisien konveksi (h), bergantung pada bentuk, kedudukan permukaan dan
diperoleh dengan percobaan. Misal h tubuh manusia adalah 7,1 Js-1m-2K-1
Radiasi thermal adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu
benda karena suhunya. Radiasi selalu merambat dengan kecepatan cahaya, 3 x 1010
cm/s. Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian panjang gelombang dengan
frekuensi radiasi :
C = λ.v
dimana:
c = kecepata ncahaya
λ = panjang gelombang ( = 10-8 cm)
ν = frekuensi
Perambatan radiasi thermal berlangsung dalam bentuk kuantum dan setiap kuantum
mengandung energy sebesar :
E = h.v
h = konstanta Planck, 6,625 x 10-34 J.s
Setiap kuantum dianggap sebagai suatu partikel yang mempunyai energi,
massa dan momentum seperti molekul gas →photon. Sehingga, pada hakekatnya
radiasi merupakan pancaran yang disebabkan oleh gas photon yang mengalir dari
satu tempat ke tempat lain. Dengan teori relatifitas dan thermodinamika statistic
maka akan diperoleh suatu rumus yang disebut Hukum Stefan-Boltzmann dimana
energy total yang dipancarkan oleh suatu benda sebanding dengan pangkat empat
suhu absolut: Eb = ε.σ.A.T4
Konduktivitas termal adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan
kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu
fenomena transport di mana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi
termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang
lebih rendah (Susanto, 2017).

17
Nilai konduktivitas termal tentunya akan berbeda pada setiap material yang
ada. Perbedaan nilai konduktivitas termal tersebut terjadi karena komposisi material
itu sendiri. Hal yang paling mendasar mengenai komposisi material adalah densitas
dan porositas. Dimana nilai densitas merupakan kerapatan massa penyusun material
berdasarkan suatu luasan. Dengan begitu, apabila material memiliki massa yang
besar dengan volume yang kecil maka akan memiliki densitas yang besar. Artinya,
materi-materi penyusul material tersebut akan terkompresi pada satuan volume
sehingga materi yang ada hanya bergetar atau berputar saja. Material yang semacam
itu akan memiliki kemampuan dalam menghantarkan panas lebih baik. Kemudian
untuk porositas merupakan ukuran ruang kosong pada suatu material. Semakin
banyak ruang kosong, maka kemampuan dalam menghantarkan panas lebih sedikit.
Hal ini dikarenakan ruang kosong akan mempengaruhi luas permukaan penghantar
yang memiliki luas permukaan nilainya sebanding dengan kemampuan dalam
menghantarkan panas. Artinya, suatu material yang memiliki porositas tinggi maka
akan lebih sulit dalam menghantarkan panas karena pengaruh luas permukaannya
(Alim et al., 2017).
Perbandingan nilai konduktivitas pada berbagai material dapat dilihat
berikut (Susanto, 2017) :
Tabel 2. Konduktivitas termal logam
No. Bahan W/m.OC Btu/h.ft.OF
1 Perak (murni) 410 237
2 Tembaga (murni) 385 223
3 Aluminium (murni) 202 117
4 Nikel (murni) 93 54
5 Besi (murni) 73 42
6 Baja Karbon, 1% C 43 25
7 Timbal (murni) 35 20,3
8 Baja Karbon-Nikel 16,5 9,4
9 Stainless steel 15 8,7
Sumber : (Susanto, 2017)
Tabel 3. Konduktivitas termal non logam
No. Bahan W/m.OC Btu/h.ft.OF
1 Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
2 Magnesit 4,15 2,4
3 Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
4 Batu pasir 1,83 1,06
5 Kaca, jendela 0,78 0,45

18
6 Kayu maple atau ek 0,17 0,096
7 Serbuk gergaji 0,059 0,034
8 Wol kaca 0,038 0,022
9 Glass wool 0,038 0,022
Sumber : (Susanto, 2017)
Tabel 4. Konduktivitas termal zat cair
No. Bahan W/m.OC Btu/h.ft.OF
1 Air-raksa 8,21 4,74
2 Air 0,556 0,327
3 Amonia 0,540 0,312
4 Minyak lumas, SAE 50 0,085 0,147
5 Freon 12, 22FCCI 0,073 0,042
Sumber : (Susanto, 2017)
Tabel 5. Konduktivitas termal gas
No. Bahan W/m.OC Btu/h.ft.OF
1 Hidrogen 0,175 0,101
2 Helium 0,141 0,081
3 Udara 0,024 0,0139
4 Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,0119
5 Karbon dioksida 0,0146 0,00844

Pada kegiatan praktikum yang telah terlaksana beberapa waktu yang lalu,
praktikan diarahkan untuk mencoba melakukan perpindahan panas secara
konduksi. Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan bahan lilin warna-warni
dan menggunakan tiga jenis bahan antara lain batang stainless, silinder besi, dan
plat besi. Percobaan dilakukan pada tiga bahan menggunakan lilin sebagai beban
untuk mengetahui lamnya perpindahan panas yang terjadi. Praktikan melakukan uji
coba dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu
menghitung ΔT, nilai A, waktu lilin meleleh, dan nilai Q. Data tang telah terkumpul
kemudian dicatat untuk melakukan sebuah perhitungan guna mencari nilai Q.
Rumus yang digunakan dalam pemecahan mencari nilai Q adalah dengan
menggunakan persamaan berikut:
∆𝑇
𝑄 = −𝐾𝐴
∆𝑥
Keterangan:
K = Konduktivitas termal (W/mOC)
A = Luas penampang (m2)
Δx = Jarak antar bahan dari kalor (m)

19
ΔT = Selisih suhu (OC)
Tabel 1 merupakan hasil pengumpulan data selama praktikum berlangsung.
Sedangkan untuk mencari nilai K bisa dilihat pada tabel 2. Perhitungan untuk
mencari nilai Q dilakukan seperti yang ada di bab hasil dan pembahasan pada sub
bab hasil laporan praktikum kali ini. Untuk lebih jelasnya hasil yang diperoleh
kemudian dituangkan dalam tabel 1.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Nilai koefisien pindah panas konduksi pada berbagai bahan yang berbeda
dapat dilihat pada tabel 2. Konduktivitas termal logam, tabel 3. Konduktivitas
termal non logam, tabel 4. Konduktivitas termal zat cair, dan tabel 5. Konduktivitas
termal gas.
Laju perpindahan panas konduksi dari berbagai benda yang berbeda bisa
dilihat pada bagian hasil dengan perbandingan antara benda silinder besi, plat besi,
dan batangan stainless. Percobaan dilakukan dengan menggunakan bantuan dari
lilin dan diamati untuk mengambil data yang kemudian digunakan untuk mencari
laju perpindahan panas konduksi sesuai tabel 1
B. Saran

Belum ada saran.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alamsah, W. N. (2016). PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA ( LKS )


BERBASIS DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATAKAN LIFE
SKILL SISWA SMA PADA.
Alim, M. I., Mardiana, D., A, A. D., & Anggoro, D. (2017). Uji Konduktivitas
Termal Material Non Logam.
Dinikavanila, A., & Kukuh, U. (2019). Rancang Bangun Alat Praktikum
Perpindahan Panas Konveksi Paksa pada Pin Fin Berpenampang Sirkular
Susunan Staggered. Jurnal Teknik ITS, 8(1).
Firdaus, H. (2018). ANALISA SUHU INERT GAS SYSTEM (GAS LEMBAM)
TERHADAP OPERASIONAL PADA SAAT BONGKAR MINYAK MENTAH
DI MT. SERU.
Hakim, L. (2016). Analisa Teoritis Laju Aliran Kalor Pada Ketel Uap Pipa Api Mini
Industri Tahu Di Tinjau Dari Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh.
JURNAL SURYA TEKNIKA, 1(4), 50–55.
Henry, A., & Wiryadinata, R. (2013). Simulasi Kendali Integral - Gain Scheduling
Untuk Temperatur Dan Pid- Gain Scheduling Untuk Kelembaban Pada Model
Inkubator Bayi Manusia. Universitas Agung Tirtayasa.
Irianto, F. S., & Dzulfikar, M. (2017). PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM
KONDUKTIVITAS TERMAL Fajar. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, 2(2),
8–16.
Nurhidayat, W., Aprilia, F., Wahyuni, D. S., & Nana, N. (2020). Etno Fisika Berupa
Implementasi Konsep Kalor Pada Tari Mojang Priangan. ORBITA: Jurnal
Kajian, Inovasi Dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 6(1), 138.
https://doi.org/10.31764/orbita.v6i1.2097
Parinussa, R. M. (2016). Rancang Bangun Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Sederhana.
Pertiwi, P. K., Ristiana, D., Isnaini, N., & Prajitno, G. (2015). Uji Konduktivitas
Termal pada Interaksi Dua Logam Besi ( Fe ) dengan 3 Variasi Bahan
Berbentuk Silinder. ACADEMIA.
Purba, J. S. (2020). UNJUK KERJA SOLARCOOKER TYPE PARABOLIC
DENGAN DIAMETER 100 CM TINGGI 50 C/M. Jurnal Ilmiah Maksitek,
5(2), 139–150.
Rohmah, E. N., & Hayatunnufus, T. (2015). Design Oven Skala Laboratorium Untuk
Rekayasa Minyak Goreng Bekas Menjadi Biooil. Jurnal Integrasi Proses,
5(3), 132–137.
Rokhimi, I. N. (2015). Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Konduksi.
Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6, 6,
270–274.
Samola, G. J. (2022). Analisa Sistem Pendingin Berdasarkan Besar Daya Lisrik

21
Yang Di Bangkikan Pada PLTP Lahendong. Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Susanto, H. (2017). Perancangan Oven Pengering Batu Bata Skala Labor Dengan
Kapasitas 100 Buah/Siklus [Univesitas Pasir Pengaraian].
http://repository.upp.ac.id/181/
Wahyono, & Rochani, I. (2019). Pembuatan Alat Uji Perpindahan Panas Secara
Radiasi. Jurnal Teknik Energi, 15(2), 50–58.
Yanti, R. P., Said L, M., & Ihsan. (2014). Studi Penentuan Nilai Kalori Pada Buah
Durian (Durio zibethinus). Jurnal Teknosains, 8(2), 161–174.

22
LAMPIRAN

23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai