Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

PERPINDAHAN KALOR SECARA KONDUKSI

Oleh:
Tiara Nur Azmi Irawati
NIM A1C020043

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


I. PENDAHULUAN ............................................................................................3
A. Latar Belakang ...........................................................................................3
B. Tujuan ........................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................5
III. METODOLOGI ................................................................................................7
A. Alat dan Bahan ..........................................................................................7
B. Prosedur Kerja ...........................................................................................7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................8
A. Hasil ...........................................................................................................8
B. Pembahasan .............................................................................................13
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................21
A. Kesimpulan ..............................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22
LAMPIRAN ...........................................................................................................24

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau


dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi,
sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki suhu yang rendah. Suhu dapat
mengubah sifat zat, contohnya sebagian besar zat akan memuai ketika dipanaskan.
Sebatang besi akan lebih panjang ketika dipanaskan daripada dalam keadaan dingin.
Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut terhadap perubahan suhu. Hambatan
listrik dan materi zat juga berubah terhadap suhu. Demikian juga warna yang
dipancarkan benda, paling tidak pada suhu tinggi. Jika kita perhatikan, elemen
pemanas kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas, pada suhu yang
lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga atau bahkan putih, cahaya putih
dari bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas.
Perpindahan panas yaitu perpindahan energi yang terjadi karena adanya
perbedaan suhu di antara benda atau material. Proses perpindahan energi tersebut
berawal dari sistem yang bersuhu lebih tinggi ke sistem yang bersuhu lebih rendah.
Energi yang pindah itu dinamakan kalor atau bahang atau panas (heat). Dalam
perpindahan panas, proses perpindahan energi tidak dapat diamati secara langsung
tetapi pengaruhnya dapat diamati secara langsung. Teori perpindahan panas tidak
hanya menjelaskan bagaimana energi panas tersebut berpindah dari satu benda ke
benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada
kondisi-kondisi tertentu.
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu
daerah ke daerah yang lainnya sebagai akibat dari benda suhu antara daerah-daerah
tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida yang lain yang memiliki
temperature lebih rendah. Perpindahan panas pada umumnya dibedakan menjadi
tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu konduksi, radiasi dan konveksi.
Suatu benda yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu yang tinggi, dan

3
sebaliknya, suatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki suhu
rendah, perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas tau menjadi lebih dingin
biasanya diikuti perubahan bentuk atau wujud.
Perpindahan kalor (heat transfer) adalah ilmu untuk meramalkan atau
menggambarkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di
antara benda atau material. Bila dua sistem yang suhunya berbeda disinggungkan
maka akan terjadi perpindahan energi. Proses di mana perpindahan energi itu
berlangsung disebut perpindahan panas. Perpindahan panas akan terjadi apabila ada
perbedaan temperatur antara 2 bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur
tinggi ke temperature yang lebih rendah. Terdapat tiga macam proses perpindahan
energi kalor. Proses tersebut adalah perpindahan energi secara konduksi, konveksi
dan radiasi.
B. Tujuan

1. Mengetahui koefisien pindah panas konduksi dari berbagai bahan yang


berbeda.
2. Membandingkan laju pindah panas konduksi dari berbagai bahan yang berbeda.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kalor merupakan salah satu bentuk energi, berarti kalor merupakan suatu
besaran fisika yang dapat diukur. Alat yang digunakan untuk mengukur kalor
disebut kalorimeter. Satu kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan untuk memanaskan 1gram air sehingga suhunya naik 10°C. Kalor
adalah suatu yang mengalir (fluida) dari benda yang bersuhu panas ke benda yang
bersuhu dingin dalam rangka mencapai titik kesetimbangan termal. Kalor bukan
fluida, tetapi kalor dihasilkan oleh usaha yang dilakukan oleh kerja mekanis
(misalnya gesekan) (Djuanda et al., 2017). Kalor (transfer kalor) merupakan
representasi transfer energi antara sistem dengan lingkungan karena ada perbedaan
suhu sedangkan suhu merupakan representasi dari energi kinetik rata-rata molekul
pada sistem (dalam teori kinetik gas) (Adila et al., 2017).
Kalor merupakan salah satu konsep fisika mengenai perpindahan panas yang
disertai perpindahan energi. Kalor adalah suatu energi yang dapat berpindah
ataupun dipindahkan. Dapat berpindah dikarenakan adanya perbedaan suhu dan hal
ini dapat mengubah bentuk dari sebuah benda. Perpindahan kalor diakibatkan
berpindahnya energi dari satu tempat yang memiliki suhu tinggi ke tempat yang
memiliki suhu yang rendah. Konsep perpindahan kalor merupakan proses
berpindahnya kalor yang terjadi karena beberapa faktor diantaranya adanya
gelombang, ada media lain dalam perpindahan kalor dan lain sebagainya (Siagian
& Siboro, 2014).
Konduksi termal adalah pertukaran mikroskopis langsung dari energi kinetik
partikel melalui batas antara dua sistem. Ketika suatu objek memiliki temperatur
yang berbeda dari benda atau lingkungan di sekitarnya, panas mengalir sehingga
keduanya memiliki temperatur yang sama pada suatu titik kesetimbangan termal.
Perpindahan panas secara spontan terjadi dari tempat bertemperatur rendah seperti
yang dijelaskan oleh hukum kedua termodinamika. Konduktivitas atau kehantaran
termal adalah suatu besaran intensif bahan yang menujukkan kemampuannya untuk
menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana

5
perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda
panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah (Putra, 2018).
Konduksi adalah proses perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat atau
material ke bagian lainnya. Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan
dari logam yang berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang
diletakkan di atas nyala api membentur molekul-molekul yang berada di dekatnya
dan memberikan sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali
membentur molekul molekul terdekat lainnya dan memberikan sebagian panasnya,
dan begitu seterusnya di sepanjang bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan
adalah logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas,
yang bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi kalor ketika
bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh
tumbukan langsung molekulmolekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari
gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan molekul
berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi ditransfer ke
molekul berenergi rendah (Rokhimi & Pujayanto, 2015).
Dalam proses perpindahan kalor secara konduksi terdapat laju hantaran kalor.
Laju hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor dihantarkan melalui medium
itu. Terdapat besaran-besaran yang mempengaruhi dalam laju hantaran kalor yaitu
luas permukaan benda, panjang atau tebal benda, perbedaan suhu antar ujung benda
dan juga dipengaruhi oleh suatu besaran k yang disebut konduktivitas termal
(Holman, 1994). Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas
konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan
yang disebut dengan Hukum Fourier dan merupakan persamaan dasar konduksi
(Holman, 1994 dalam Rokhimi & Pujayanto, 2015).

6
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Silinder besi, plat besi, batangan stainless


2. Kaki tiga atau tripod
3. Pembakar spiritus atau korek api
4. Lilin atau plastisin
5. Termometer inframerah
6. Jangka sorong
7. Penggaris
B. Prosedur Kerja

1. Alat konduksi yang terdiri dari tiga buah batang masing-masing: silinder besi,
plat besi, batangan stainless diletakkan di atas tripod (kaki tiga).
2. Bulatan plastisin dibuat dan diletakkan pada ujung bawah batang logam.
3. Jarang plastisin dibuat terhadap titik pembakaran.
4. Alat konduksi bahan tersebut dipanaskan dalam pemanas spiritus.
5. Bulatan plastisin diamati mana yang lebih cepat jatuh dari ketiga bahan tersebut.
6. Hasil pengamatan dicatat dan diambil data dari kelompok lain.
7. Disajikan dalam tabel.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Rumus dan Keterangan.

a. Rumus laju perpindahan panas secara konduksi


ΔT
Q = -kA Δx

Keterangan:
k = Konduktivitas termal (W/m℃)
A = Luas penampang (m²)
ΔT = Selisih suhu (℃)
Δx = Jarak antara bahan dari kalor (m)
b. Rumus luas penampang batang stainless
Lluar - Ldalam
2 × (p + l + t) - 2 × (p + l + t)
Keterangan:
p = Panjang batang (m)
l = Lebar batang (m)
t = Tinggi batang (m)
c. Rumus luas penampang silinder besi
A = 2πr² + 2πrt
Keterangan:
r = Jari-jari silinder (m)
t = Tinggi silinder (m)
d. Rumus plat besi
A = (p × l) + (p × l)
Keterangan:
p = Panjang plat (m)
l = Lebar plat (m)

8
2. Tabel Data Hasil Pengukuran Suhu.

Tabel 1. Tabel data hasil praktikum.


No Nama Panjang/Jara Waktu ΔT A (m²) Q
Bahan k Lilin (cm) Lilin (℃) (Watt)
Meleleh (s)
1 Batang 1,5 123 16,5 0,4 × 10-4 -0,66
Stainless 3 1002 47,1 0,4 × 10-4 -0,94
4,5 546 38,1 0,4 × 10-4 -0,51
6 1503 134,5 0,4 × 10-4 -1,35
2 Silinder 1,5 232 46,1 59,76 × 10-4 -1340,74
Besi 3 555 30 59,76 × 10-4 -436,25
4,5 910 15 59,76 × 10-4 -145,42
6 929 5 59,76 × 10-4 -36,35
3 Plat 1,5 120 24,6 128,5 × 10-4 -1538,40
Besi 3 232 31,1 128,5 × 10-4 -972,45
4,5 360 34,8 128,5 × 10-4 -725,43
6 1280 49,6 128,5 × 10-4 -775,45

3. Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus.

a. Perhitungan pada batang stainless


1) Perhitungan luas penampang batang stainless
Diketahui:
pluar = 3 cm
pdalam = 2,9 cm
lluar = 3 cm
ldalam = 2,9 cm
tluar = tdalam = 25,3 cm
Ditanya:
A?
Penyelesaian:

9
Lluar - Ldalam
2 × (p + l + t) - 2 × (p + l + t)
2 × (3 + 3 + 25,3) - 2 × (2,9 + 2,9 + 25,3)
2 × (31,3) - 2 × (31,1)
62,6 - 62,2
0,4 cm²
0,4 × 10-4 m2
2) Perhitungan laju perpindahan panas konduksi pada batang stainless
Diketahui:
k = 15 W/m℃
A = 0,4 × 10-4 m²
ΔT = 16,5℃; 47,1℃; 38,1℃; 134,5℃
Δx = 1,5 cm; 3 cm; 4,5 cm; 6 cm
= 1,5 × 10-2 m; 3 × 10-2 m; 4,5 × 10-2 m; 6 × 10-2 m
Ditanya: Q?
Penyelesaian:
a) Q = -kA ΔT c) Q = -kA ΔT
Δx Δx

= -15 × 0,4 × 10-4 × 16,5 = -15 × 0,4 × 10-4 × 38,1


1,5 × 10-2 4,5 × 10-2

= -0,66 Watt = -0,51 Watt

b) Q = -kA ΔT d) Q = -kA ΔT
Δx Δx

= -15 × 0,4 × 10-4 × 47,1 = -15 × 0,4 × 10-4 × 134,5


3 × 10-2 6 × 10-2

= -0,94 Watt = -1,35 Watt

b. Perhitungan pada silinder besi


1) Perhitungan luas penampang silinder besi
Diketahui:
d = 0,75 cm
r = 0,375 cm
t = 25 cm

10
Ditanya: A?
Penyelesaian:
A = 2πr² + 2πrt
= (2 × 3,14 × (0,375)²) + (2 × 3,14 × 0,375 × 25)
= (6,28 × 0,140625) + (58,875)
= 0,883125 + 58,875
= 59,758125
= 59,76 cm²
= 59,76 × 10-4 m²
2) Perhitungan laju perpindahan panas konduksi pada silinder besi
Diketahui:
k = 73 W/m℃
A = 59,76 × 10-4 m²
ΔT = 46,1℃; 30℃; 15℃; 5℃
Δx = 1,5 cm; 3 cm; 4,5 cm; 6 cm
= 1,5 × 10-2 m; 3 × 10-2 m; 4,5 × 10-2 m; 6 × 10-2 m
Ditanya: Q?
Penyelesaian:
a) Q = -kA ΔT c) Q = -kA ΔT
Δx Δx

= -73 × 59,76 × 10-4 × 46,1 = -73 × 59,76 × 10-4 × 15


1,5 × 10-2 4,5 × 10-2

= -1340,74 Watt = -145,42 Watt

b) Q = -kA ΔT d) Q = -kA ΔT
Δx Δx

= -73 × 59,76 × 10-4 × 30 = -73 × 59,76 × 10-4 × 5


3 × 10-2 6 × 10-2

= -436,25 Watt = -36,35 Watt


c. Perhitungan pada plat besi
1) Perhitungan luas penampang plat besi
Diketahui:
p = 25,7 cm
l = 2,5 cm

11
Ditanya: A?
Penyelesaian:
A = (p × l) + (p × l)
= (25,7 × 2,5) + (25,7 × 2,5)
= 64,25 + 64,25
= 128,5 cm²
= 128,5 × 10-4 m²
2) Perhitungan laju perpindahan panas konduksi pada plat besi
Diketahui:
k = 73 W/m℃
A = 128,5 × 10-4 m²
ΔT = 24,6℃; 31,1℃; 34,8℃; 49,6℃
Δx = 1,5 cm; 3 cm; 4,5 cm; 6 cm
= 1,5 × 10-2 m; 3 × 10-2 m; 4,5 × 10-2 m; 6 × 10-2 m
Ditanya: Q?
Penyelesaian:
a) Q = -kA ΔT c) Q = -kA ΔT
Δx Δx

= -73 × 128,5 × 10-4 × 24,6 = -73 × 128,5 × 10-4 × 34,8


1,5 × 10-2 4,5 × 10-2

= -1538,40 Watt = -725,43 Watt

b) Q = -kA ΔT d) Q = -kA ΔT
Δx Δx

= -73 × 128,5 × 10-4 × 31,1 = -73 × 128,5 × 10-4 × 49,6


3 × 10-2 6 × 10-2

= -972,45 Watt = -775,45 Watt

12
B. Pembahasan

Kalor didefinisikan sebagai perpindahan energi yang melintasi batas sistem


berdasarkan perubahan suhu antara sistem dan lingkungannya. Pengertian kalor
berbeda dengan suhu, jika suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu
benda, sedangkan kalor adalah ukuran banyaknya panas. Kalor merupakan materi
fisika yang telah banyak diteliti, dimana dari hasil penelitian, menyimpulkan bahwa
pengunaan media dengan materi kalor memperoleh hasil yang baik (Suryani et al.,
2018).
Menurt Lana (2020), kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah
dapat berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi menuju suhu yang lebih
rendah saat bersinggungan. Kalor juga dapat berpindah dari suhu rendah ke suhu
tinggi jika dibantu dengan alat yaitu mesin pendingin. Kalor dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kalor biasa dinyatakan dalam satuan
kalori, sedangkan energi memiliki satuan joule. Hubungan antara satuan joule dan
kalori adalah:
1 kalori = 4,2 joule
1 kilokalori = 4,200 joule
Benda yang dipanaskan akan menjadi lebih panas, lebih panas itu artinya suhu
benda itu akan menjadi lebih besar. Ini artinya benda menerima panas dari luar dan
suhu benda akan bertambah. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kalor dapat mengubah suhu suatu benda. Besar kenaikan suhu pada suatu benda,
bergantung pada jenis zat dan massanya. Zat yang memiliki kalor jenis yang besar
akan membutuhkan kalor yang besar pula untuk menaikkan suhunya. Dimana kita
ketahui bahwa kalor jenis suatu zat merupakan banyaknya kalor yang diperlukan
oleh suatu zat bermassa 1 kilogram untuk menaikkan suhu 1°C. banyaknya kalor
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda berbanding lurus terhadap massa zat
(m), kalor jenis (c), dan perubahan suhu (ΔT). Sehingga, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut (Lana, 2020):
Q = m × c × ΔT

13
Keterangan:
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/kg. °C)
ΔT = perubahan suhu (°C)
Perpindahan panas yaitu perpindahan energi yang terjadi karena adanya
perbedaan suhu di antara benda atau material. Proses perpindahan energi tersebut
berawal dari sistem yang bersuhu lebih tinggi ke sistem yang bersuhu lebih rendah.
Energi yang pindah itu dinamakan kalor atau panas (heat). Dalam perpindahan
panas, proses perpindahan energi tidak dapat diamati secara langsung tetapi
pengaruhnya dapat diamati secara langsung. Teori perpindahan panas tidak hanya
menjelaskan bagaimana energi panas tersebut berpindah dari satu benda ke benda
lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-
kondisi tertentu (Heri et al., 2014).
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah
tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki
temperatur lebih rendah. Perpindahan panas pada ummnya dibedakan menjadi tiga
cara perpindahan panaas yang berbeda yaitu konduksi (condunction; juga dikenal
dengan istilah hantaran), radiasi (radiation; juga dikenal dengan istilah pancaran),
dan konveksi (convection; juga dikenal; dengan istilah aliran) (Supu et al., 2017).
Menurut Muhsin (2019), kalor didefinisikan sebagai energi panas yang
dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki
oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi
maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika
suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang
sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat)
bergantung pada 3 faktor yaitu sebagai berikut:
1. Massa zat.
2. Jenis zat (kalor jenis).
3. Perubahan suhu.

14
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:
Q = m × c × (t2 – t1)
Dimana:
Q = kalor yang dibutuhkan (J)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/kg℃)
(t2 - t1) = perubahan suhu (℃)
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu.
2. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten). Persamaan yang
digunakan dalam kalor laten ada dua macam yaitu:
Q = m × U dan Q = m × L
Dengan:
U = kalor uap (J/kg)
L = kalor lebur (J/kg)
Menurut Muhsin (2019), dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir
sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor
adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1
derajat celcius. Sedangkan, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk
menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu
tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup
besar. Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir
dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi penting pula dalam fluida,
tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi,
dan dalam beberapa hal juga dengan radiasi (Supu et al., 2017).

15
Menurut Supu et al. (2017) persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi
dalam keadaan studi dapat ditulis:
∆T
qk= -kA
x
Keterangan:
qk = laju perpindahan panas dengan cara komduksi (watt)
A = luas perpindahan panas (m2)
ΔT = gradien suhu pada penampang (K)
x = jarak dalam arah aliran panas (m)
k = konduktivitas termal bahan
Kalor adalah suatu energi yang mudah diterima dan mudah sekali dilepaskan
sehingga dapat mengubah temperatur zat tersebut menjadi naik atau turun. Kalor
juga bisa berpindah dari satu zat ke zat yang lain melalui medium atau perantara.
Kalor adalah bentuk energi yang tidak dapat dilihat ataupun terlihat. Energi kalor
juga dapat berubah menjadi bentuk energi lain, seperti cahaya, gerak, listrik, kimia
dan lain-lain. Misalkan, dua buah zat yang memiliki temperatur berbeda
dicampurkan pada sebuah wadah. Maka temperatur kedua benda tersebut akan
menjadi sama. Besarnya temperatur akhir berada di antara temperatur awal kedua
zat tersebut. Pada gejala ini, kalor berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur
yang lebih rendah hingga mencapai temperatur setimbangnya. Satuan internasional
dari kalor yaitu J (joule), dan satuan lainnya yaitu kal (kalori) (Samola et al., 2022).
Kalor yaitu energi yang di pindahkan dari benda yang memiliki temperature
tinggi ke benda yang memiliki temperature rendah sehingga pengukuran kalor
selalu berhubungan dengan perpindahan energi. Bunyi asas black adalah sebagai
berikut: “Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang di lepas zat yang
suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang di terima zatyang suhunya
lebih rendah”. Energi adalah kekal sehingga benda yang memiliki temperature lebih
tinggi akan melepaskan energi sebesar QL dan benda yang memiliki temperatur
lebih rendah akan menerima energi sebesar QT dengan besar yang sama (Samola et
al., 2022).

16
Perpindahan panas dapat terjadi dalam tiga cara, yaitu: konduksi, konveksi,
dan radiasi. Namun pada tulisan ini hanya membahas perpindahan secara konduksi.
Perpindahan panas atau disebut juga distribusi panas adalah proses berpindahnya
panas dari benda yang mempunyai suhu tinggi ke suhu lebih rendah. Salah satu
jenis perpindahan panas adalah konduksi yang merupakan suatu proses yang jika
dua benda suhunya disentuhkan dengan yang lainnya maka akan terjadilah
perpindahan panas. Perpindahan panas secara konduksi adalah ketika energy
berpindah karena adanya getaran molekul pada batuan. Perpindahan panas yang
terjadi di dalam bumi merupakan persoalan kompleks karena melibatkan banyak
parameter dan bersifat inhomogen dan anisotropi (Ningsi, 2021).
Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir
dari daerah bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur rendah dalam suatu
medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum
(Ratnawati et al., 2018 dalam Manalu, 2019). Menurut Hakim (2016), konduksi
adalah perpindahan kalor melalui zat perantara tanpa disertai perpindahan partikel-
partikel zat, umumnya melalui zat padat. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
konduksi kalor yaitu:
1. Beda suhu antara kedua permukaan (∆T), makin besar beda suhu, makin cepat
perpindahan kalor.
2. Jarak antara kedua permukaan/tebal/panjang (l), makin tebal, makin lambat
perpindahan kalor.
3. Luas permukaan (A), makin luas permukaan makin cepat perpindahan kalor.
4. Konduktivitas termal zat (k), merupakan ukuran kemampuan zat
menghantarkan kalor. Makin besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.
Cepat lambatnya perpindahan panas secara konduksi akan berbeda dari benda
satu ke benda yang lain, tergantung dari jenis bahannya walaupun dimensinya sama.
Terdapat bahan yang mudah menghantarkan atau memindahkan panas, ada juga
yang sulit memindahkan panas. Benda padat pada umumnya adalah konduktor yang
lebih baik dibandingkan dengan benda cair/gas. Berdasarkan daya hantar kalornya,
benda-benda dikelompokkan menjadi tiga golongan berikut:

17
1. Konduktor yaitu zat penghantar panas (kalor) yang baik. Semua logam adalah
konduktor.
2. Isolator yaitu zat penghantar panas (kalor) yang buruk atau zat yang dapat
menyekat kalor. Contohnya adalah kayu, kain, plastik, gabus, karet, air, dan
lain-lain.
3. Semikonduktor yaitu bahan yang berada diantara konduktor dan isolator.
Artinya bahan ini bisa berfungsi sebagai penghantar atau sebagai isolator.
Biasanya semi konduktor banyak kita temukan pada komponen elektronika
yang terbuat dari silikon atau germanium, contohnya seperti transistor, diode
IC dan sebagainya.
Konduktivitas termal suatu benda merupakan kemampuan yang dimiliki suatu
benda dalam memindahkan kalor melalui benda tersebut. Benda yang mempunyai
konduktivitas termal (k) yang tinggi maka merupakan penghantar kalor yang baik,
begitu sebaliknya. Benda yang mempunyai konduktivitas termal (k) yang rendah
maka merupakan penghantar kalor yang buruk (Astuti, 2015 dalam Suhada, 2021)
Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai perpindahan energi dari satu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat beda temperatur-temperatur antara
daerahdaerah tersebut. Perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energi kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain tetapi juga
meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi tertentu. Konduktivitas
termal dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan untuk menghantar
panas. Konduktivitas termal adalah sifat bahan dan menunjukkan jumlah panas
yang mengalir melintasi satu satuan luas jika gradien suhunya satu. Bahan yang
mempunyai bahan yang konduktivitas termal yang tinggi dinamakan konduktor,
sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah disebut isolator (Ardiah,
2016 dalam Suhada, 2021).
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai jenis-jenis logam penghantar
panas (konduktor) (Suhada, 2021):
1. Perak
Perak adalah jenis logam dengan simbol (Ag) yang berasal dari bahasa
latin Argentum, dengan nomor atom 47, perak murni bersifat lunak, berkilau

18
dan putih. Perak memiliki konduksi listrik, konduktivitas termal, dan
reflektivitas tertinggi diantara semua jenis logam.
2. Tembaga
Tembaga dengan nomor atom 29 memiliki simbol (Cu) atau Cuprum dari
bahasa latin. Merupakan konduktor terbaik dibawah perak, sayangnya tembaga
termasuk mudah korosi dengan cepat.
3. Alumunium
Alumunium (Al) dan memiliki bahasa yang sama pada bahasa latin
adalah salah satu jenis logam paling melimpah di muka bumi. Selain banyak,
alumunium juga memiliki sifat konduktor yang baik untuk listrik dan panas.
Selain itu alumunium banyak dimanfaatkan menjadi macam-macam bentuk
alat dan tak mudah terkena korosi.
4. Nikel
Nikel (Ni) adalah konduktor/logam yang memiliki sifat tahan karat.
Nikel pada dasarnya bersifat lunak atau lembek dan merupakan salah satu
unsur tambahan untuk pembuatan baja agar kuat dan tahan dari korosi.
5. Besi
Besi adalah salah satu jenis logam yang paling banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Simbol besi yaitu (Fe) atau Ferrum dalam bahasa latin
dan memiliki nomor atom 26. Besi menjadi salah satu jenis logam yang paling
banyak bentuknya dan sangat beragam. Ini dikarenakan jumlah besi di dunia
sangat melimpah. Pengolahannya yang mudah dan murah menjadikan besi
memiliki banyakan sisi positif, sayangnya besi mudah mengalami korosi.
6. Stainless Steel
Stainless Steel merupakan baja tahan karat austentik dan feritik, yang
terdiri dari paduan logan Fe dan Cr dan Ni yang memberikan sifat mekanik
yang baik dan ketahanan terhadap korosi pada temperatur yang tinggi.
Stainless steel bisa bertahan dari serangan karat karena interaksi bahan-bahan
campurannya dengan alam. Stainless Steel terdiri dari besi, krom, mangan,
silikon, karbon dan seringkali nikel and molibdenum dalam jumlah yang cukup
banyak.

19
Hasil praktikum yang didapat yaitu dalam menghitung laju perpindahan panas
secara konduksi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan:
∆T
Q = -kA
∆x
Pada praktikum menggunakan tiga jenis benda berbeda yaitu batang stainless,
silinder besi dan plat besi. Sesuai dengan persamaan laju perpindahan panas secara
konduksi maka perlu menentukan nilai-nilai dari konduktivitas termal, luas
penampang, selisih suhu, dan jarak antara bahan dari kalor. Untuk nilai
konduktivitas termal batang stainless bernilai 15 W/m.℃, sedangkan silinder besi
dan plat besi memiliki nilai konduktivitas termal yaitu 73 W/m.℃.

20
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui perpindahan secara


konduksi. Konduksi adalah proses perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat
atau material ke bagian lainnya. Dalam proses perpindahan kalor secara konduksi
terdapat laju hantaran kalor. Laju hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor
dihantarkan melalui medium itu. Koefisien pindah panas konduksi digunakan
dalam perhitungan perpindahan panas konduksi dengan satuan W/m.℃. Koefisien
pindah panas konduksi nilainya berbeda sesuai dengan jenis bahan, pada bahan
logam perak memiliki nilai 410 W/m.℃, tembaga bernilai 385 W/m.℃, aluminium
bernilai 202 W/m.℃, nikel bernilai 93 W/m.℃, besi bernilai 73 W/m.℃, timbal
bernilai 35 W/m.℃, baja karbon-nikel bernilai 16,3 W/m.℃, dan stainless steel
memiliki nilai 15 W/m.℃.
Mahasiswa dapat membandingkan laju pindah panas konduksi dari berbagai
bahan yang berbeda. Sesuai dengan hasil praktikum diperoleh bahwa plat besi
memiliki nilai laju pindah panas konduksi paling besar dari ketiga benda yang
digunakan dalam empat kali percobaan dengan panjang/jarak lilin sebesar 1,5 cm,
3 cm, 4,5 cm, dan 6 cm. Hal tersebut terjadi karena nilai laju pindah panas konduksi
dipengaruhi oleh konduktivitas termal benda, luas penampang benda, perubahan
suhu benda, dan panjang benda tersebut. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal,
luas penampang dan perubahan suhu dari benda, sedangkan nilai panjang benda
lebih kecil, maka nilainya akan semakin besar. Jika panjang benda tersebut semakin
besar, sedangkan nilai konduktivitas termal, luas penampang, dan perubahan suhu
benda kecil, maka nilai laju pindah panas konduksi semakin kecil.
B. Saran

Praktikum acara 3 sudah berjalan dengan baik dan keseluruhan materi dapat
dimengerti.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adila, A. S. D., Sutopo, S., & Wartono, W. 2017. Deskripsi Kesulitan Mahasiswa
pada Materi Termodinamika. In Seminar Nasional Pendidikan IPA
2017 (Vol. 2).

Hakim, L. 2016. Analisis Teoritis Laju Aliran Kalor Pada Ketel Uap Pipa Api Mini
Industri Tahu Di Tinjau Dari Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh.
Surya Teknika, 1(4): 49-54.

Heri, C. P., Zayadi, A., Basori. & Asmawi. 2014. Studi Perbandingan Alat Penukar
Kalor Tipe Shell and Tube Tembaga-Aluminium Untuk Pitch Segiempat.
Jurnal Ilmiah GIGA, 17(2): 79-93.

Lana, K. 2020. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Menerapkan Metode


Problem Solving Pada Peserta Didik Kelas VIIA SMP Ulul Albaab Kota
Ternate. KUANTUM: Jurnal Pembelajaran dan Sains Fisika, 1(1), 1-16.

Manalu, S. 2019. Analisis Karakteristik Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan


Pada Penukar Kalor Jenis Shell and Tube Tipe 1-2 Pass Di Pt. Indonesia
Power UJP PLTU Pangkalan Susu. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas
Medan Area, Medan

Muhsin. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan


Sikap Positif dan Prestasi Belajar IPA Pokok Bahasan Kalor pada Siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1): 32-48.

Ningsi, S. 2021. Metode Elemen Hingga Untuk Perpindahan Panas Konduksi


Steady State pada Domain 2D dengan Menggunakan Elemen
Segitiga. SAINTIFIK, 7(2), 146-156.

Putra, R. C. 2018. Analisa Temperatur yang Timbul pada Sproket dan Rantai
Sepeda Motor Saat Sedang dijalankan yang Berpengaruh Terhadap
Kemuluran Rantai dengan Menggunakan Program Nisa Heat. Motor Bakar:
Jurnal Teknik Mesin, 2(1).

22
Rokhimi, I. N., & Pujayanto, P. 2015. Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran
Kalor Konduksi. In PROSIDING: Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan
Fisika (Vol. 6, No. 5).

Samola, G. J., Patras, L. S., & Mangindaan, G. M. C. 2022. Analisa Sistem


Pendingin Berdasarkan Besar Daya Lisrik Yang Di Bangkikan Pada PLTP
Lahendong. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi.

Siagian, H., & Siboro, A. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar Dengan
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Pendekatan Konvensional pada
Materi Pokok Kalor dan Perpindahan. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan,
20(01), 22-29.

Suhada, A. 2021. Analisis Konduktivitas Termal Pada Berbagai Jenis Logam


dengan Menggunakan Aplikasi Solidworks. Tugas Akhir. Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.

Supu, I., Usman, B., Basri, S., & Sunarmi, S. 2017. Pengaruh suhu terhadap
perpindahan panas pada material yang berbeda. Dinamika, 7(1), 62-73.

Suryani, E. E. & Ishafit. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share


(TPS) Berbantuan Aplikasi APP Invertor Pada Materi Kalor SMA Kelas X
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Seminar Nasional Quantum, Yogyakarta.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC Acara 3 Perpindahan Kalor Secara Konduksi.

24

Anda mungkin juga menyukai