Anda di halaman 1dari 43

TUGAS MAKALAH FENOMENA PERPINDAHAN

PERPINDAHAN PANAS KEADAAN STEDI

Disusun Oleh
Kelompok I

1. Ahmad Muhajir
2. Bima Fernando
3. Mailanda Saputra
4. Mauris Albari
5. Muhamad Ridho Cahya Syakuro
6. Rahmaida Sari
7. Tizadin Ashseptian

Dosen Pengampu: Dr. Ir. H. Muhammad Yerizam, M.T.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya Makalah Fenomena Perpindahan ini, dapat kami susun
sesuai wujud yang ada sekarang ini. Makalah ini ditulis sebagai Tugas Mata Kuliah
Fenomena Perpindahan dengan kode mata kuliah KI 161313 pada program studi
Sarjana Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa akan lebih mudah untuk
memahami ilmu fenomena perpindahan. Akhirnya penulis berharap, semoga
makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari Fenomena Perpindahan.
Segala saran untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan.

Palembang, 24 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I Klasifikasi Dan Mekanisme Perpindahan Panas .........................................1


1.1. Pendahuluan ...................................................................................................1
1.2. Cara – cara Perpindahan Panas ......................................................................1
1.3. Hukum – hukum Dasar Perpindahan Panas ..................................................3
1.4. Mekanisme Perpindahan Panas Gabungan ....................................................7
1.5. Analogi Aliran Panas dan Aliran Listrik .......................................................9
1.6. Satuan dan Dimensi .......................................................................................9
1.7. Ringkasan Materi Pembelajaran ..................................................................10
1.8. Contoh Soal .................................................................................................11

BAB II Teori .........................................................................................................14


2. 1. Konduksi ......................................................................................................14
2.1.1. Konduktivitas Panas (Thermal Conductivity) ..............................................15
2.1.2. Diffusivitas Panas (Thermal Diffusivity), α .................................................16
2.1.3. Persamaan Umum Diffusi Panas (Heat Diffusivity Equation) ....................16

2.2. Konduksi Steady State Satu Dimensi ..........................................................20


2.2.1. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Kartesian ....20
2.2.2. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Silinder .......24
2.2.3. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Bola ............26

2.3. Konduksi Steady State Dua Dimensi (2D) ..................................................26

2.4. Aplikasi Perpindahan Panas Konduksi ........................................................30

2.5. Perpindahan Panas Radiasi ..........................................................................30


2.5.1. Sifat-sifat Radiasi .........................................................................................32
2.5.2. Identitas Kirchhoff .......................................................................................32
2.5.3. Pertukaran Kalor Antara Benda Tak Hitam .................................................32
2.5.4. Perpindahan Panas Radiasi Antara Dua Permukaan ...................................34

2.6. Aplikasi Radiasi ...........................................................................................34

2.7. Konveksi ......................................................................................................35


2.7.1. Macam-macam konveksi .............................................................................35
2.7.2. Aliran di Atas Plat rata ................................................................................35

BAB III Pembahasan .............................................................................................37


3.1. Soal Dan Pembahasan ..................................................................................37

Daftar Pustaka .......................................................................................................40

iii
BAB I
KLASIFIKASI DAN MEKANISME PERPINDAHAN PANAS

1.1 Pendahuluan
Dalam fisika, kimia, dan teknik, fenomena perpindahan adalah salah satu
dari berbagai mekanisme di mana partikel ataukuantitas fisik berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Tiga contoh umum fenomena perpindahan adalah difusi,
konveksi, dan radiasi. Tiga jenis utama fenomena perpindahan adalah perpindahan
panas, perpindahan massa, dan perpindahan momentum (dinamika fluida).
Kejadian fisis akan selalu dibarengi oleh berpindahnya satu atau lebih dari
tiga besaran yang berikut: massa, momentum dan energy (panas). Peristiwa
perpindahan ini akan dijumpai dalam semua operasi teknik kimia. Cabang ilmu
yang disebut “peristiwa perpindahan” mempelajari kejadian-kejadian fisis yang
berlangsung selama suatu proses terjadi, dan mencari suatu model matematis, yang
dapat menggambarkan perubahan-perubahan yang berlangsung dalam peristiwa
itu.
Dengan menggunakan matematika diusahakan supaya perubahan-perubahan
dalam suatu peristiwa dapat dinyatakan dengan persamaan matematis. Usaha ini
selalu di awali dengan membuat suatu neraca, yaitu neraca massa, neraca
momentum atau neraca panas.
Bila suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses dimana
transport energi itu berlangsung disebut Perpindahan Panas.

1. 2 Cara – cara Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi dari
satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah – daerah
tersebut. Hal ikhwal aliran panas bersifat universal yang berkaitan dengan tarikan
gravitasi.
Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu: konduksi
(conduction; dikenal dengan istilah hantaran), radiasi (radiation) dan konveksi
(convection; dikenal dengan istilah ilian). Jika kita berbicara secara tepat, maka
hanya konduksi dan radiasi dapat digolongkan sebagai proses perpindahan panas,

1
karena hanya kedua mekanisme ini yang tergantung pada beda suhu. Sedang
konveksi, tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas, karena untuk
penyelenggaraanya bergantung pada transport massa mekanik pula. Tetapi karena
konveksi juga menghasilkan pemindahan energi dari daerah yang bersuhu lebih
tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah, maka istilah “perpindahan panas
dengan cara konveksi” telah diterima secara umum.

a. Konduksi/Hantaran (Conduction)
Konduksi adalah proses dengan mana panas mengalir dari daerah yang
bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium
(padat, cair atau gas) atau antara medium – medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup
besar menurut teori kinetik. Suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi
kinetik rata – rata molekul – molekul yang membentuk elemen itu. Energi
yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan
posisi relative molekul – molekulnya disebut energi dalam. Perpindahan energi
tersebut dapat berlangsung dengan tumbukan elastic ( elastic impact ), misalnya
dalam fluida ataudengan pembauran ( difusi/diffusion ) elektron – elektron yang
bergerak secara cepat dari daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu
lebih rendah (misalnya logam). Konduksi merupakan satu – satunya mekanisme
dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya.

b. Radiasi/Pancaran (Radiation)
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah, bila benda – benda itu terpisah
didalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda – benda
tersebut.
Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus.Intensitas
pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan . Energi radiasi bergerak
dengan kecepatan cahaya (3x10 m/s) dan gejala – gejalanya menyerupai 8 radiasi
cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya
berbeda dalam panjang gelombang masing – masing.

2
c. Konveksi/Ilian (Convection)
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat
penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat,
cairan atau gas.
Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas
(free convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara
menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata – mata
sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, maka
disebut konveksi bebas atau alamiah (natural) . Bila gerakan mencampur
disebabkan oleh suatu alat dari luar seperti pompa atau kipas, maka prosesnya
disebut konveksi paksa.
Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian
besarnya pada gerakan mencampur fluida. Akibatnya studi perpindahan panas
konveksi didasarkan pada pengetahuan tentang ciri – ciri aliran fluida.

1.3 Hukum-hukum Dasar Perpindahan Panas


Konduksi
Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi diusulkan
oleh ilmuan perancis, J.B.J. Fourier, tahun 1882. Hubungan ini menyatakan bahwa
q laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu bahan, sama dengan hasil
kali dari tiga buah besaran berikut:
1. k, konduktivitas termal bahan.
2. A, luas penampang dimana panas mengalir dengan cara konduksi yang
harus diukur tegak lurus terhadap arah aliran panas.
3. dT/Dx, gradien suhu terhadap penampang tersebut, yaitu perubahansuhu
T terhadap jarak dalam arah aliran panas x.

Untuk menuliskan persamaan konduksi panas dalam bentuk matematik, kita harus
mengadakan perjanjian tentang tanda. Kita tetapkan bahwa arah naiknya jarak x
adalah arah aliran panas positif. Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi
dalam keadaan tunak (stedi) ditulis:

3
𝑑𝑇
𝑞𝑘 = −𝑘𝐴 (1-1)
𝑑K

Untuk konsistensi dimensi dalam pers. 1-1, laju aliran panas qk


dinyatakan dalamBtu/h*), luas A dalam ft dan gradien suhu dT/dx dalam F/ft.
Konduktivitas termalk adalah sifat bahan dan menunjukkan jumlah panas yang
mengalir melintasi satuan luas jika gradien suhunya satu.

Gambar 1.1. Sketsa yang melukiskan perjanjian tentang tanda untuk aliran
panas konduksi
Jadi bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi dinamakan
konduktor (conductor), sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah
disebut isolator (insulator).
Tabel 1.1. Orde Besaran Konduktivitas Termal k.
Bahan Btu/h ft F W/mK
Gas pada tekanan atmosferik 0,004 - 0,10 0,00069- 0,17
Bahan bisolasi 0,02 - 0,12 0,034 - 0,21
Cairan bukan Logam 0,05 - 0,40 0,086 - 0,69
Zat padat bukan Logam (batu,bata,semen) 0,02 - 1,5 0,034 - 2,6
Logam Cair 5,0 - 45 8,6 – 76
Paduan 8,0 - 70 14 – 120
Logam Murni 30 - 240 52 – 410

Untuk kasus sederhana aliran panas keadaan stedi melalui dinding datar
(plane), gradien suhu dan aliran panas tidak berubah dengan waktu dan
sepanjang lintasan aliran panas luas penampangnya sama:

4
Jika k tidak bergantung pada T, setelah integrasi kita mendapat rumusberikut untuk
laju konduksi panas melalui dinding:

L/A setara dengan tahanan termal ( thermal resistance ) R yang diberikan oleh
dinding kepada aliran panas dengan cara konduksi dan kita memperoleh.

Kebalikan dari tahanan termal disebut konduktansi termal (thermalconductance);

Gambar 1.2. Distribusi suhu untuk konduksi keadaan stedi melalui dinding datar

Radiasi
Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi
tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna atau
benda hitam ( black body ) memancarkan energi radiasi dari permukaannya dengan
laju qr yang diberikan oleh

Btu/h, jika A luas permukaan dalam ft persegi, T1 suhu permukaan dalam


-8
derajat rankine (R) dan konstanta dimensional dengan nilai 0,1714 x 10
Btu/h ft 2 R 4 dalam satuan SI laju aliran panas qr mempunyai satuan watt, jika
luas permukaan A dalam m2, suhu mutlak dalam derajat Kelvin, dan (σ) 5,67 x
10 -8 watt / m 2 k 4 . Besaran σ dinamakan konstanta Stefan – Boltzmann.

5
Jika benda hitam tersebut beradiasi ke sebuah penutup yang sepenuhnya
mengurungnya dan yang permukaanya juga hitam, yaitu menyerapsemua
energi radiasi yang datang padanya, maka laju bersih perpindahan panas radiasi
diberikan oleh.
qr = σA1 (T1 4 – T2 4 ) (1-6)
Dimana T2 adalah suhu permukaan penutup dalam derajat Fahrenheit mutlak.
Jika pada suhu yang sama dengan benda hitam benda nyata
memancarkan sebagian yang konstan dari pancaran benda hitam pada setiap
panjang gelombang, maka benda itu disebut benda kelabu (gray body). Laju
bersih perpindahan panas dari benda kelabu dengan suhu T ke benda hitam
dengan suhu T2 yang mengelilinginya adalah
qr = σ A11 ε1(T2 4 – T 4 ) (1-7)
Dimana adalah emitansi (emittance) permukaan kelabu dan sama dengan
perbandingan pancaran (emission) dari permukaan kelabu terhadap pancaran
dariradiator sempurna pada suhu yang sama.
Jika kedua benda tersebut bukan radiator sempurna dan jika kedua benda
itumempunyai hubungan geometrik tertentu satu sama lain, maka perpindahan
panas bersih diantara kedua benda tersebut diberikan oleh

qr = σ A11ε1-2(T2 4 – T 4 ) (1-8)

Konveksi
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaandan suatu
fluida dapat dihitung dengan hubungan:
qc = hc A ∆ T (1-9)
Dimana: qc = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h;
A = luas perpindahan panas, ft2
∆T = beda antara permukaan suhu Ts dan suhu fluida T∞ dilokasi
yang ditentukan (biasanya jauh dari permukaan), F;
h = Konduktansi termal satuan konveksi rata – rata (sering disebut
koefisien permukaan perpindahan panas atau koefisien perpindahan
panas konveksi), Btu/h ft2 F

6
Tabel 1.2. Orde Besaran Koefisien Perpindahan Panas Konveksi hc.

Dengan mempergunakan pers. 1-9, kita dapat mendefenisikan konduktansi


termal K untuk perpindahan – panas konveksi sebagai
Kc = hc A (1-10)
Dan tahanan termal terhadap perpindahan – panas konveksi Rc
yang sama dengan kebalikan konduktansi, sebagai

1.4 Mekanisme Perpindahan Panas Gabungan


Dalam praktek biasanya panas berpindah dalam tahap – tahap melalui
sejumlah bagian yang berbeda yang dihubungkan secara seri, dan untuk bagian
tertentu dalam sistem tersebut perpindahannya seringkali berlangsung dengan dua
mekanisme secara paralel.
Contoh; Perpindahan panas dari hasil pembakaran dalam ruang bakar motor
roket melalui dinding tipis ke zat pendingin yang mengalir dalam cincin diluar
dinding tersebut (Gambar 1.3).

Gambar 1.3. Perpindahan Panas dalam Motor Roket

7
Bagian pertama sistem ini panas berpindah dari gas panas ke permukaan dalam
dinding motor roket dengan mekanisme konveksi dan radiasi yang bekerja
secarahparalel. Laju total aliran panas q ke permukaan dinding pada suatu jarak
dari nosel adalah:

Dimana, Tg = suhu gas panas;


Tsg = suhu pada permukaan – dalam dinding;
R1 = tahanan termal kombinasi atau efektif bagian pertama,
R1 = 1/(hr + hc) A.
Bagian kedua; keadaan stedi, panas berkonduksi melalui cangkang (shell),
yaitu bagian kedua sistem tersebut, dengan laju yang sama dengan laju
kepermukaan dan
q = qk = KA/L ( Tsg - Tsc) (1-13)
= Kk (Tsg – Tsc)
= Tsg- Tsc/ R2
Dimana, Tsc = suhu permukaan dinding pada zat pendingin
R2 = tahanan termal dalam bagian ketiga sistem.

Bagian ketiga; panas mengalir melalui bagian ketiga sistem tersebut ke


zatpendingin dengan cara konveksi.
q = qc = hc A (Tsc – Tc) (1-14)
= Tsc –Tc/R3
Dimana: Tc = suhu zat pendingin ;
R 3 = tahanan termal dalam bagian ketiga sistem.

Dalam praktek, sering kali yang diketahui hanya suhu gas panas dan suhu zat
pendingin atau;

8
Persamaan 1-15 disederhanakan dengan menggabungkan berbagai tahanan atau
konduktansi sistem termalnya menjadi satu besaran, yang dinamakankonduktansi satuan
keseluruhan (overall unit conductance), transmitansi keseluruhan (overall tra
nsmittance), atau koefisien perpindahan – panas keseluruhan, U atau

Untuk aliran panas sepanjang lintasan yang terdiri dari n bagian termal dalam seri,
konduktansi keseluruhan UA sama dengan kebalikan dari jumlah tahanan masing –
masing bagian, atau

1.5 Analogi Aliran Panas dan Aliran Listrik


Dua sistem dikatakan analog bila keduanya mematuhi persamaan – persamaan yang
serupa dan juga mempunyai syarat – syarat batas yang serupa. Contoh, aliran panas melalui
tahanan termal analog dengan aliran arus searah melalui tahanan listrik karena kedua jenis
aliran itu mematuhi persamaan – persamaan yang serupa. Jika dalam persamaan aliran panas.

simbol untuk potensial suhu T dengan simbol untuk potensial listrik, yaitu beda voltase,
dan simbol untuk tahanan termal R dengan simbol untuk tahanan listrik Re, maka kita
memperoleh persamaan untuk i, laju aliran listrik, yaitu
∆𝐸
i= (1-20)
𝑅𝑒

1.6 Satuan dan Dimensi


Dimensi adalah pengertian dasar ukuran seperti panjang, waktu, suhu dan massa.
Satuan adalah sarana untuk menyatakan dimensi dengan angka,

9
Tabel 1.3. Sistem – sistem Satuan yang Lazim.
Satuan Panjang Waktu Massa Gaya Energi
Internasional meter (m) sekon (s) kilogram newton* joule (J)
(SI) (kg) (N)
Teknik Ft Sec slug* pound Btu, ft-lb
Britania (gaya) (lbf)
Teknik Ft Sec pound pound ft-lbfBtu
Amerika (massa)(lbm) (gaya) Atau
(lbr) hp-hr

1.7 Ringkasan Materi Pembelajaran


Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu atau beberapa di
antara tiga cara: konduksi, konveksi dan radiasi. Telah diketahui bahwa mekanisme
fisiskonveksi berhubungan dengan konduksi kalor melalui lapisan tipis fluida yang
bersinggungan dengan muka perpindahan panas. Baik dalam konduksi maupun
dalam konveksi berlaku hukum Fourier, walaupun dalam hal konveksi untuk
menetapkan gradien suhu harus digunakan mekanika fluida. Perpindahan panas
radiasi menyangkut mekanisme fisis yang berlainan, yaitu perambatan energi
elektromagnetik. Untuk mempelajari perpindahan energi ini kita perkenalkan
konsep radiator ideal, yaitu benda hitam yang memancarkan energi dengan laju
yang sebanding dengan pangkat empat suhu absolutnya. Untuk menerapkan ilmu
perpindahan panas ke dalam situasi praktis, diperlukan pengetahuan yang
mendalam mengenai ketiga modus perpindahan panas.

10
1.8 Contoh Soal
1. Dalam rancang bangun sebuah penukar panas untuk penggunaan dipesawat
terbang suhu dinding maksimum tidak melampaui 800 K. Untuk kondisi –
kondisi yang tertera dibawah ini, tentukanlah tahanan termal per meter persegi
dinding logam di antara gas panas di satu sisi dan gas dingin disisi lainnya
yang maksimum diijinkan.

Gambar 1.4. Rangkaian termal dan rangkaian listrik yang analog untukaliran panas
dari gas panas melalui dinding logam kezat pendingin.

11
Suhu gas panas = 1300 K
Konduktansi permukaan – satuan pada sisi panas h = 225 W/m2 K
Konduktansi permukaan – satuan pada sisi dingin h = 290 W/m2 K
Suhu gas dingin = 300 K

Penyelesaian:
Dalam keadaan stedi kita dapat menuliskan q/A dari gas kesisi panas dinding =
q/A dari sisi panas dinding melalui dinding ke gas dingin, atau

Memasukkan harga – harga untuk tahanan – tahanan termal satuan dan suhu –suhu
menghasilkan

Penyelesaian untuk AR2 menghasilkan

AR2 = 0,001 m2 K/W


Tahanan termal persatuan luas yang lebih besar daripada 0,001 m2 K/W akan
memanaskan dinding dalam diatas 800 K.

2. Udara pada suhu 20 0C bertiup diatas pelat panas 50 x 75 cm. Suhu pelat dijaga
0
tetap 250 C. Koefisien perpindahan kalor konveksi adalah 25 W/m2.0C
Hitunglah perpindahan panas.
Penyelesaian
Dari hukum Newton tentang pendinginan :
q = hA(Tw - T∞ )
= 25 x 0,50 x 0,75 x (250 – 20)
= 2,156 kW

12
3. Arus listrik dialirkan melalui kawat yang diameternya 1 mm dan panjangnya
10 cm. Kawat itu dibenamkan di dalam air pada tekanan atmosfir dan arus
dialirkan hingga mendidih. Dalam hal ini h = 5000 W/m2 0C dan suhu air
menjadi 1000 C. Berapa daya listirk yang mesti diberikan pada kawat supaya
suhu permukaan kawat tetap 114 0 C.
Penyelesaian
Rugi konveksi total dihitung dengan persamaan : q = hA(T w - T∞ )
Luas permukaan kawat A = πdL = π (1 x 10-3 )(10 x 10-2 ) = 3,142 x
10-4 m2

Jadi perpindahan kalor adalah :


q = 5000 (3,142 x 10 -4 )(114 – 100) = 21,99 W (75,03
Btu/h)
Ini sama dengan daya listrik yang harus diberikan.

13
BAB II
TEORI

2.1. Konduksi
Konduksi adalah transisi energi dalam bentuk panas karena adanya
perbedaan suhu/temperature gradient, dengan media penghantar tetap,
dimana semakin besar temperature gradient semakin besar pula energy yang
dipindahkan. Secara alami Perpindahan Panas/Heat Transfer terjadi ke arah
suhu yang lebih rendah dari suhu yang lebih tinggi. Perpindahan panas
tidaklagi terjadi pada kondisi setimbang.

Gambar 2.1. Konduksi oleh lattice vibration

Gambar 2.2. Konduksi oleh Molecular collisions

Dasar dari perpindahan panas secara konduksi ini adalah hokum fourier.
Seperti yang kita tahu pada mata kuliah sebelum nya bahwa hokum fourier
selalu dikaitkan dengan mata kuliah tentang gelombang dan sinyal, tapi
ternyata hokum fourier sebenarnya tercipta untuk meninjau perpindahan panas
konduksi. Dimana persamaan nya adalah sebagai berikut.

Dengan:
qk = total laju perpindahan panas/heat rate (W)
k = konduktivitas panas material (W/m K)
A = cross sectional area (m)
dT = perbedaan suhu (K)
dx = panjang/tebal material (m)

14
dari persamaan fourier tersebut terlihat bahwa laju erpindahan panas akan
bertambah ketika, Temperature Gradient antara dua buah permukaan
bertambah, Luas permukaan yang tegak lurus dengan arah konduksi
bertambah, Ketebalan material berkurang dan saat Konduktivitas panas
bertambah.

Gambar 2.3. Ilustrasi Hukum Fourier

2.1.1. Konduktivitas Panas (Thermal Conductivity)


Konduktifitas termal adalah Kemampuan atau sifat material didalam
menghantarkan panas, dimana Materialnya dianggap isotropik, sehingga k
independent terhadap arah koordinat. Nilai konduktivitas termal Solid kebih
besar dari Liquid dan yang paling kecil adalah Gas. Nilai dari k untuk beberapa
material padat, cair, dan gas dapat dilihat pada Appendix A, Incopera & De
Witt (Fundamnetals of Heat and Mass Transfer).

Gambar 2.4. Konduktivitas panas beberapa material pada temperature 250°C

15
2.1.2. Diffusivitas Panas (Thermal Diffusivity), α
Adalah cepat lambatnya penyebaran panas di dalam suatu material.
Material dengan α yang lebih besar berarti akan lebih cepat merespon
perubahan panas yang terjadi di sekitarnya. Nilai perbandingan antara
konduktivitas panas dengan kapasitas panas ditunjukkan pada persamaan
berikut ini.

dengan:
α = thermal diffusivity (m2/s)
k = thermal conductivity (W/m K)
ρ = density/massa jeniss (kg/m3)
cp = specific heat/panas jenis (J/kg K)

2.1.3. Persamaan Umum Diffusi Panas (Heat Diffusivity Equation)


Adalah Analisa distribusi temepratur (temperatur field) di dalam medium
sebagai fungsi koordinat. Dimana Metoda yang digunakan adalah control
volume atau disebut juga sistem tertutup

Gambar 2.5. Control Volume

Persamaan kekekalan energy untuk control volume seperti ditunjukkan dibawah


ini.

Selanjutnya dari persamaan kekekalan energy tersebut beserta Hukum


Fourier digunakan untuk menurunkan persamaan umum Diffusi Panas untuk
sistem kordinat Kartesius, Silinder, dan Sphere yang akan dibahas lebih lanjut
pada subbab selanjutnya.

16
a. Koordinat Kartesius (x-y-z Coordinate)

Gambar 2.6. Control volume untuk sistem kartesius

laju energy yang masuk dan keluar pada system ini adalah sebagai berikut,

Gambar 2.7. Energy yang masuk dan keluar pada system

sedangkan energy source dapat dinyatakan dengan persamaan.

Perubahan energy yang tersimpan di dalam medium, dapat dinyatakan dengan


persamaan berikut.

Selanjutnya dari konservasi energy didapatkan persamaan

Dengan mensubstitusikan 𝐸o𝑢𝑡, maka persamaan diatas menjadi sebagai berikut.

17
dari Hukum Fourier seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelum nya
didapatkan persamaan-persamaan sebagai berikut.

Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan yang didapatkan dari hokum


fourier ke dalam persamaan sebelum nya, maka didapatkan Persamaan Diffusi
Panas untuk Koordinat Kartesius adalah sebagai berikut.

b. Koordinat Silinder (Cylindrical Coordinate)

Gambar 2.8. sistem koordinat silinder

Pada system koordinat silinder ini, hubungan antara 𝐸̇ o𝑢𝑡, 𝐸̇ i𝑛, 𝐸̇ e𝑔, dan 𝐸̇ 𝑠𝑡.
Adalah sebagai berikut.

Sehingga dengan konservasi energy dan substitusi diperoleh.

dari Hukum Fourier seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelum nya
didapatkan persamaan-persamaan sebagai berikut.

18
Sehingga Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat Silinder adalah sebagai
berikut.

Sedangkan juka material isotropic maka persamaan menjadi.

c. Koordinat Bola (Spherical Coordinate)

Gambar 2.9. Control Volume untuk Sphere Gambar

dari Hukum Fourier seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelum nya
didapatkan persamaan-persamaan sebagai berikut.

19
Sehingga Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat bola adalah sebagai berikut.

2.2. Konduksi Steady State Satu Dimensi


Pada bagian ini akan dibahas tentang panas yang di transfer secara difusi
pada bidang satu dimensi dan keadaan steady state. Satu dimensi disini berarti
bahwa hanya satu koordinat saja yang diperlukan untuk mendiskripsikan
variable-variabel yang ada, atau hanya satu arah saja. Pada konduksi steady
state satu dimensi ini akan dibahas tiga moel system koordinat, antara lain
system koordinat kartesian, silisndris dan bola.

2.2.1. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Kartesian
Persamaan umun difusi panas pada koordinat kartesian adalah sebagai
berikut.

Untuk Konduksi Steady State Satu Dimensi berarti konduksi hanya satu arah
(1D), temperature gradient hanya pada satu arah koordinat dan heat transfer hanya
terjadi pada arah tersebut . selain itu karena pada keadaan steady maka tidak tejadi
perubahan storage energy terhadap waktu. Tinjauan Konduksi Steady State Satu
Dimensi Pada Sistem Koordinat Kartesian ada beberapa macam antara lain sebagai
berikut.
a. Plane Wall/Dinding Datar Tanpa Pembangkitan Panas

Gambar 2.10. Konduksi 1D, tanpa pembangkitan panas dan batas konveksi

20
T = f(x), Temperatur sebagai fungsi dari x, karena satu dimensi (1D) Heat transfer
hanya ditinjau pada arah sumbu x. pada system ini terjadi konveksi ke dan dari
plane wall, sedangkan konduksi terjadi di dalam plane wall. Pada system ini
persamaan umun difusi panas pada koordinat kartesian adalah dapat
disederhanakan sebagai berikut, karena hanya pada sumbu x saja yang ditinjau
maka untuk sumbu lain nya bias dicoret.

Sehingga menghasilkan persamaan umum konduksi pada plane wall 1D tanpa


pemanasan adalah sebagai berikut.

Persamaan tersebut di integralkan dua kali maka akan menjadi

Dengan diberi batas batas sebagai berikut,

Maka akan didapatkan persamaan untuk mencari Distribusi Temperatur pada plane
wall steady state, tanpa generasi panas, yaitu sebagai berikut.

Sedangkan Persamaan Lalu Perpindahan Panas (heat transfer rate) Konduksi 1


Dadalah sebagai berikut.

dan Heat Flux

b. Tahanan Termal/Thermal Resistance


Persamaan tahanan termal dapat ditentukan dengan menganalogikannya
persamaan Fourier dengan Persamaan Arus Listrik I analog dengan q
V analog dengan ΔT, sehingga didapatkan:
Tahanan Termal Konduksi:

Tahanan Termal Konveksi:

21
Gambar 2.11. Rangkaian Tahanan Termal

Rangkaian Tahanan Termal (Thermal Resistance Circuit) dari gambar diatas


menjadi

Sedangkan besar tahanan termal totalnya adalah

c. Plane Wall/Dinding Datar Dengan Pembangkitan Panas

Gambar 2.12. Konduksi 1D, dengan pembangkitan panas


persamaan konduksi 1D, denganpembangkitan panas dan steady state adalah
sebagai berikut.

Persamaan tersebut didapatkan dari persamaan umum difusi panas pada


koordinat kartesian. Sedangkan distribusi temperature secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut.

22
d. Dinding Datar Komposit (Composite Plane Wall)
Dinding datar komposit adalah dinding/bidang datar yang tersusun dari beberapa
material yang memiliki konduktivitas panas yang berbeda, yang Susunannya dapat secara
seri ataupun secara pararel. Dimana rangkaian Tahanan Termal digambarkanseperti pada
penggambaran tahanan listrik begitu pula tahanan termal total susunan seri maupun pararel
dihitung seperti pada perhitungan tahanan listrik.

Gambar 2.13. Composite Plane Wall material A,B dan C

Gambar 2.14. Material tersusun secara seri

Thermal Resistance Circuit dari susunan secara seri adalah

Sehingga Tahanan Total

Gambar 2.15. Material tersusun secara pararel

23
Thermal Resistance Circuit dari susunan secara pararel adalah

Sehingga Tahanan Total

2.2.2. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Silinder
Tinjauan Konduksi Steady State Satu Dimensi dengan Sistem Koordinat
silinderada beberapa macam antara lain sebagai berikut.
a. Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation

Gambar 2.16. Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation


Pada system ini persamaan umum difusi panas pada koordinat silindris dapat
disederhanakan seperti ditunjukkan dibawah, karena hanya pada sumbu x saja
yang ditinjau maka untuk sumbu lain nya bisa dicoret.

Sehingga menghasilkan persamaan umum Konduksi 1D, Steady State, No


Heat Generation adalah sebagai berikut.

Persamaan tersebut di integralkan dua kali maka akan menjadi

Dengan diberi batas batas sebagai berikut,

24
Maka akan didapatkan persamaan untuk mencari Distribusi Temperatur
padaplane wall steady state, tanpa generasi panas, yaitu sebagai berikut.

Sedangkan Persamaan Lalu Perpindahan Panas (heat transfer rate Konduksi


1D, Steady State, No Heat Generation adalah sebagai berikut.

dan Heat Flux

b. Tahanan Termal sistem Silinder


Persamaan tahanan termal dapat ditentukan dengan menganalogikannya
dengan Persamaan Arus Listrik I analog dengan q V analog dengan ΔT, sehingga
didapatkan:
Tahanan Termal Konduksi:

Tahanan Termal Konveksi:

Gambar 2.17. Rangkaian Tahanan Termal Sistem Silinder

25
c. Dinding Datar Komposit sistem Silinder

Gambar 2.18. Composite Plane Wall sistem silinder

Rangkaian Tahanan Termalnya adalah,

Sehingga Tahanan Total nya adalah,

2.2.3. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Bola
Sehingga menghasilkan persamaan umum Konduksi Steady State Satu Dimensi
Pada Sistem Koordinat Bola adalah sebagai berikut.

Persamaan tersebut di integralkan dua kali maka akan menjadi PersamaanLalu


Perpindahan Panas Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Bola.

2.3. Konduksi Steady State Dua Dimensi (2D)


Pada bagian ini akan dibahas tentang panas yang di transfer secara difusi pada
bidang duadimensi dan keadaan steady state. Satu dimensi disini berarti bahwa
terdapat dua koordinat yang diperlukan untuk mendiskripsikan variable-variabel
yang ada, yaitu koordinat X dan Y. Untuk analisa 2D (sb. x dan sb.y), Steady State
dan tanpa pembangkitan panas, Istropik material, maka persamaan umum difusi
panas dapat disederhanakanseperti pada persamaan berikut.

26
Koordinat Z dapat dihilangkan karena tinjauan pada konduksi 2D hanya pada
koordinat x dan y. sehinnga,

Persamaan diatas merupakan bentuk umum diffuse panas untuk 2D, tanpa
pembangkitanpanas, steady state, serta konduktivitas panas yang konstan.

Gambar 2.19. Konduksi Steady State Dua Dimensi (2D)

Sebelum heat transfer rate atau heat flux bias kita hitung, terlebih dahulu
harus ditentukan T (x,y) yaitu distribusi temperature sebagai fungsi dari x dan y.
Distribusi temperatur ini dapat kita tentukan dengan menyelesaikan persamaan
Differential Partial diatas. Persamaan Differential Partial tersebut dapat
diselesaikan dengan 3 (tiga) metode pendekatan, yaitu,
a. Analytical Method → Pemisahan Variab
b. Numerical Method → Finite Difference
c. Graphical Method → Shaped Factor

Pada pembahasan ini hanya akan dibahas tentang Analytical Method saja.
a. Metode Pemisahan Variabel (Separation of Variable Method)

Gambar 2.20. Ilustrasi Metode Pemisahan Variabel

27
Transform persamaan Differential Partial

Menjadi

Dimana

Dan memerlukan 2 syarat batas (BC)

2BC untuk masing-masing kordinat

Solusi Persamaan Differential

adalah

Persamaan diatas adalah product dari dua fungsi, Pers. I hanya tergantung pada x
Pers. II hanya tergantung pada y, Differensialkan menjadi,

Dan

28
Subsitusi ke maka,

Sebelah kiri hanya merupakan fungsi x dan sebelah kanan hanya fungsi y,
maka ruas kanan dan kiri harus mempunyai konstanta yang sama (konstanta
pemisah) dengan λ2 sebagai konstanta pemisah;

maka

(Pers I)
dan

(Pers II)
Syarat kedua persamaan diatas dapat diselesaikan, bila λ2 > 0 Untuk λ2 > 0 ,
maka Penyelesaian Pers. II dan Pers. II diatas adalah:

Substitusi X dan Y diatas ke persamaan Sehingga,

Dengan ke empat BC:

penyelesaian persamaan Differential Partial adalah sebagai berikut

29
2.4. Aplikasi Perpindahan Panas Konduksi

Salah satu aplikasi perpindahan kalor konduksi tunak adalah sistem insulasi
pipa. Insulasi dilakukan untuk mencegah kalor ditransfer. Tujuan utama insulasi
pipa adalah untuk mempertahankan panas. Temperatur fluida di dalam pipa perlu
dijaga agar lebih tinggi dari pada ambien dengan alasan mencegah pembentukan
hidrat gas, mencegah pembentukan wax atau aspal, memelihara sifat aliran fluida,
meningkatkan cool-down time setelah shut down dan memenuhi kebutuhan
operasional lainnya.

Gambar 2.21. Pipa yang di insulasi

Pada pipa liquefied gas, seperti LNG, insulasi diperlukan untuk menjaga agar
temperatur fluida tetap dingin sehingga tetap berada dalam bentuk cair.
Ada tiga mekanisme sistem insulasi, yaitu insulasi dari konduksi, konveksi
dan radiasi. Dalam merancang sistem insulasi, perlu diperhatikan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keefektifan insulasi, seperti memilih bahan isolator yang
tepat. Memilih bahan isolator yang tepat pun memiliki kriteria tersendiri, yang
kemudian dapat disesuaikan dengan keadaan yang ada.

2.5. Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor yang tidak
memerlukan perantara apapun. Contohnya: ketika kita duduk dan mengelilingi api
unggun, kita merasakan hangat walaupun kita tidak bersentukan dengan apinya
secara langsung. Dalam kedua peristiwa di atas, terjadi perpindahan panas yang
dipancarkan oleh asal panas tersebut sehingga disebut dengan Radiasi.

30
Radiasi selalu merambat dengan kecepatan cahaya, 3x1010 cm/s.
Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian panjang gelombang dengan
frekuensi radiasi:
vλ=c
dimana:
c = kecepatan cahaya
λ = panjang gelombang ( = 10-8 cm)
v = frekuensi
Perambatan radiasi thermal berlangsung dalam bentuk kuantum dan setiap
kuantummengandung energi sebesar.
v=hE
h = konstanta Planck, 6,625 x 10-34 J.sSetiap kuantum dianggap sebagai suatu
partikel yang mempunyai energi, massa dan momentum seperti molekul gas
→ photon. Sehingga, pada hakekatnya radiasi merupakan pancaran yang
disebabkan oleh gas photon yang mengalir dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan teori relatifitas dan thermodinamika statistik maka akan
diperoleh suatu rumus yang disebut Hukum Stefan-Boltzmann dimana energi
total yang dipancarkan oleh suatu benda sebanding dengan pangkat empat
suhu absolut:

Dilihat dari daya emisinya, benda terbagi ke dalam 3 macam:


1. Benda putih sempurna (absolutely white) → menyerap sinar, tanpa
mengemisikan kembali.
Emisivitas (ε) = 0
2. Benda abu-abu (gray body) 0 < ε < 1
3. Benda hitam (blackbody)→ menyerap 100%, mengemisikan 100%. Emisivitas
(ε) = 1

31
2.5.1. Sifat-sifat Radiasi
a. Benda yang sifatnya dapat menyerap energi yang datang seluruhnya
(100%) disebut benda hitam (blackbody)

α=1νρ=0

Emisi benda hitam, ε = 1 →ε = α = 1

b. Benda yang dapat memantulkan energi yang datang 100% disebut


benda putihsempurna (absolutely white)

ρ=1να=0

c. Benda yang diantara black body dan white body disebut bendaabu-abu
(grey body)

0<ε<1

2.5.2. Identitas Kirchhoff


Emisivitas (ε) suatu benda sama dengan absorpsivitas (α)-nyapada suhu yang
sama,Dimana Emisivitas suatu benda (ε) adalah perbandingan antara energi yang
dapat dipancarkan oleh benda itupada suhu T dibandingkan denganenergi yang
dipancarkan olehbenda hitam pada suhu yang sama

Energi yang dipancarkan oleh suatu benda selalu lebih kecil darienergi yang
dipancarkan oleh benda hitam sehingga harga ε ≤ 1.

2.5.3. Pertukaran Kalor Antara Benda Tak Hitam


Pada perpindahan kalor radiasi antara permukaan hitam, semua energi radiasi
yangmenimpa permukaan itu diserap. Pada benda tak hitam, tidak seluruh energi
yang jatuh dipermukaan diserap; sebagian dipantulkan kembali ke permukaan lain
dalam system dansebagian mungkin dipantulkan keluar system.Diandaikan semua
permukaan bersifat difus (baur, menyebar) dan mempunyai suhu seragam,
emisivitas dan refleksivitas konstan di seluruh permukaan.

32
Dimana:
G = iradiasi (panas radiasi total yang menimpa suatu permukaan sebuah benda per
satuan waktu per satuan luas)
J = radiositas (jumlah energi yang dipancarkan (emisi) dan energi yang
dipantulkan (refleksi) apabila tidak ada energi yang diteruskan)

Energi netto yang meninggalkan permukaan adalah:

Masukkan persamaan G, akan diperoleh:

Dari persamaan di atas diperoleh

Jaringan permukaan:

Pertukaran energi radiasi antara permukaan A1 dan A2

Gambar 2.22. ilustrasi Pertukaran energi radiasi antara permukaan A1 dan A2

33
Energi yang meninggalkan permukaan 1 dan mencapai permukaan 2 adalah:

Energi yang meninggalkan permukaan 2 dan mencapai permukaan 1 adalah:

Pertukaran kalor netto antara kedua permukaan adalah


Dari hubungan resiprositas:
Sehingga:

Jaringan ruang

Jaringan radiasi merupakan gabungan antara jaringan permukaan dan jaringan


ruang. Kedua unsur jaringan itu merupakan pokok-pokok metode jaringan radiasi
(radiation network method).

2.5.4. Perpindahan Panas Radiasi Antara Dua Permukaan


Perpindahan panas antara dua permukaan dan tidak ada permukaan lain
dilingkungannya

Pertukaran panas nettonya adalah:

2.6. Aplikasi Radiasi


Gelombang mikro (microwave) merupakan salah satu bentuk radiasi
elektromagnetik yang mudah di serap oleh molekul-molekul air. Pada oven
microwave, gelombang mikro didistribusikan dari logam yang berputar serta logam
pada dinding-dindingnya. Gelombang mikro mampu menembus plastik
pembungkus makanan atau piring keramik dan akhirnya di serap oleh molekul-
molekul air dalam makanan yang sedang di masak. Penyerapan energi gelombang
mikro ini akan memanaskan makanan dan menjadikannya matang, siap di
hidangkan.

34
2.7. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat
dengan fluidayang mengalir di sekitarnya, dengan menggunakan media penghantar
berupa fluida (cairan/gas). Aliran panas yang terjadi antara kulit dan lingkungan
secara konveksi dapat ditulis dengan persamaan:
qc=hcA(TW-Ts)
dimana:
qc = Laju perpindahan kalor
hc= koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
A = Luas permukaan padatan
Tw = temperature pada permukaan padat
Ts = Temperatur pada lingkungan.
Persamaan ini diperoleh secara empiris dan dikenal sebagai Hk. Newton mengenai
konveksi.

2.7.1. Macam-macam konveksi:


a. Konveksi bebas/konveksi alamiah (free convection/natural convection)
Perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda rapat saja dan
tidakada tenaga dari luar yang mendorongnya. Contoh: plat panas dibiarkan
berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan dari luar. Koefisien
perpindahan kalor konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi
dinyatakan dalam bentuk:

b. Konveksi paksaan(forced convection)


Perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan adanya tenaga dari
luar. Contoh: plat panas dihembus udara dengan kipas/blower.

2.7.2. Aliran di Atas Plat rata


Pengembangan lapisan batas pada pelat datar diilustrasikan pada gambar
dibawah. Dalam banyak kasus kondisi laminar dan kondisi aliran turbulen terjadi,
dengan bagian laminar sebelumnya bergolak terlebih dahulu .

35
Gambar 2.23. Pengelompokkan aliran

Pengelompokkan aliran yang mengalir di atas plat diketahui dari bilangan Reynolds

dimana:
U∞ = kecepatan aliran bebas
X = jarak dari tepi depan
υ = µ/ρ = viskositas kinematik
Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen terjadi bila Re > 5.105
Untuk aliran sepanjang plat rata, lapisan batas selalu turbulen untuk Re ≥ 4. 106

36
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Soal Dan Pembahasan


a. Ukuran dari jendela thermopane diatas (80 mm x 50 mm), Konduktivitas
panaskaca, kc = 1.4 W/m.K, Konduktivitas panas udara, ka = 0.0245 W/m.K

1 Gambarkan rangkaian tahanan termal nya


2 Tentukan tahanan termal total dari composite wall diatas
3 Tentukan Heat Loss dari jendela thermopane diatas

Pembahasan
1. Rangkaian termal nya adalah sebagai berikut

2. Tahanan Termal Total nya adalah sebagai berikut

3. Heat Loss = Heat transfer Rate

37
b. Udara dingin pada temperatur 10°C dipaksakan melalui plat tipis yang
memiliki temperatur 40°C. Koefisien perpindahan kalor (h) = 30 W/
(m2.°C).Tentukan laju aliran dari plat ke udara melalui plat dengan luas
permukaan A = 2 m2.

Pembahasan
Diberikan: Tf = 10°C, Tw = 40°C, dan h = 30 W/(m2.°C)

Kemudian aliran kalor yang melalui luasan A = 2 m2 menjadi:

c. Udara atmosfir pada temperatur 10°C melaju dengan kecepatan 5 m/s melalui
tabung berdiameter luar (outside diameter = OD) 1 cm dan
panjang 5m dimana bagian permukaan dipertahankan pada temperatur 110°C,
sebagaimana diilu strasikan pada gambar dibawah. Tentukan laju aliran kalor
dari permukaan tabung ke udara atmosfir.
Pembahasan

Perpindahan kalor pada luasan A yang berada di bagian permukaan luar


tabung
A = π.D.L
= π x 0,01 m x 5 m
= 0,05 π
= 0,157 m2

38
Untuk konveksi paksa yang melewati diameter tabung
D = 0,01 m dengan
Vm =5m/s
koefisien perpindahan kalor diantara permukaan luar dengan udara atmosfir
seperti ditunjukkan dalam tabel 1.1 dimana h = 85W/(m2.°C). Persamaan 1.3
digunakan untuk menghitung fluks kalor, diketahui Tf =10°C, Tw =110°C, dan
h =85W/(m2.°C), sehingga q diper oleh dengan:
q = h (Tw - Tf)
= 85 W/(m2.°C) x (110 - 10) °C = 8500 W/m2
Laju aliran kalor yang melewati A = 0,05 π m2 menjadi:
Q = q.A
= 8500 W/m2 x 0,05 π m2
= 1335,18 W
= 1,335 kW

39
DAFTAR PUSTAKA

Frank Kreith, 1997., Prinsip Perpindahan Panas, ed 3 , Erlangga, Jakarta.

J.P. Holman, 1997 ., Perpindahan Kalor, ed. 6, Erlangga, Jakarta

Necati Ozisik, 1985., Heat Transfer, Mcgraw-Hill, Singapura

A. D. Kraus, A. Aziz and J. Welty, Extended Surface Heat Transfer, John Wiley &
Sons, Inc, 2001.

Frank Kreith, Raj M. Manglik, Mark S. Bohn, “Principles of Heat Transfer”,


Seventh Edition, Cengage Learning, Inc, 2011.

John Bird, “Higher Engineering Mathematics”, Seventh Edition, Routledge Taylor


& Francis Group, 2014.

John H. Lienhard IV and John H. Lienhard V, “A Heat Transfer Textbook”, Third


Edition, Phlogiston Press, 2003.

J. P. Holman, “Heat Transfer, Tenth Edition”, McGraw-Hill Companies, Inc, 2010.

Robert W. Serth, “Process Heat Transfer: Principles and Applications” First


Edition, Elsevier Ltd, 2007.

Theodore L. Bergman, Adrienne S. Lavine, Frank P. Incropera, David P. Dewitt,


“Introduction to Heat Transfer”, Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc, 2011.

Theodore L. Bergman, Adrienne S. Lavine, Frank P. Incropera, David P. Dewitt,


“Fundamentals of Heat and Mass Transfer”, Seventh Edition, John Wiley &
Sons, Inc, 2011.

William S. Janna, “Engineering Heat Transfer”, Second Edition, CRC Press LLC,
2000.

Yunus A. Cengel, “Heat Transfer: A Practical Approach”, Second Edition,


McGraw-Hill Companies, Inc.

40

Anda mungkin juga menyukai