Disusun Oleh
Kelompok I
1. Ahmad Muhajir
2. Bima Fernando
3. Mailanda Saputra
4. Mauris Albari
5. Muhamad Ridho Cahya Syakuro
6. Rahmaida Sari
7. Tizadin Ashseptian
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya Makalah Fenomena Perpindahan ini, dapat kami susun
sesuai wujud yang ada sekarang ini. Makalah ini ditulis sebagai Tugas Mata Kuliah
Fenomena Perpindahan dengan kode mata kuliah KI 161313 pada program studi
Sarjana Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa akan lebih mudah untuk
memahami ilmu fenomena perpindahan. Akhirnya penulis berharap, semoga
makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari Fenomena Perpindahan.
Segala saran untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
iii
BAB I
KLASIFIKASI DAN MEKANISME PERPINDAHAN PANAS
1.1 Pendahuluan
Dalam fisika, kimia, dan teknik, fenomena perpindahan adalah salah satu
dari berbagai mekanisme di mana partikel ataukuantitas fisik berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Tiga contoh umum fenomena perpindahan adalah difusi,
konveksi, dan radiasi. Tiga jenis utama fenomena perpindahan adalah perpindahan
panas, perpindahan massa, dan perpindahan momentum (dinamika fluida).
Kejadian fisis akan selalu dibarengi oleh berpindahnya satu atau lebih dari
tiga besaran yang berikut: massa, momentum dan energy (panas). Peristiwa
perpindahan ini akan dijumpai dalam semua operasi teknik kimia. Cabang ilmu
yang disebut “peristiwa perpindahan” mempelajari kejadian-kejadian fisis yang
berlangsung selama suatu proses terjadi, dan mencari suatu model matematis, yang
dapat menggambarkan perubahan-perubahan yang berlangsung dalam peristiwa
itu.
Dengan menggunakan matematika diusahakan supaya perubahan-perubahan
dalam suatu peristiwa dapat dinyatakan dengan persamaan matematis. Usaha ini
selalu di awali dengan membuat suatu neraca, yaitu neraca massa, neraca
momentum atau neraca panas.
Bila suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses dimana
transport energi itu berlangsung disebut Perpindahan Panas.
1
karena hanya kedua mekanisme ini yang tergantung pada beda suhu. Sedang
konveksi, tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas, karena untuk
penyelenggaraanya bergantung pada transport massa mekanik pula. Tetapi karena
konveksi juga menghasilkan pemindahan energi dari daerah yang bersuhu lebih
tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah, maka istilah “perpindahan panas
dengan cara konveksi” telah diterima secara umum.
a. Konduksi/Hantaran (Conduction)
Konduksi adalah proses dengan mana panas mengalir dari daerah yang
bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium
(padat, cair atau gas) atau antara medium – medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup
besar menurut teori kinetik. Suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi
kinetik rata – rata molekul – molekul yang membentuk elemen itu. Energi
yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan
posisi relative molekul – molekulnya disebut energi dalam. Perpindahan energi
tersebut dapat berlangsung dengan tumbukan elastic ( elastic impact ), misalnya
dalam fluida ataudengan pembauran ( difusi/diffusion ) elektron – elektron yang
bergerak secara cepat dari daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu
lebih rendah (misalnya logam). Konduksi merupakan satu – satunya mekanisme
dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya.
b. Radiasi/Pancaran (Radiation)
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah, bila benda – benda itu terpisah
didalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda – benda
tersebut.
Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus.Intensitas
pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan . Energi radiasi bergerak
dengan kecepatan cahaya (3x10 m/s) dan gejala – gejalanya menyerupai 8 radiasi
cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya
berbeda dalam panjang gelombang masing – masing.
2
c. Konveksi/Ilian (Convection)
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat
penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat,
cairan atau gas.
Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas
(free convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara
menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata – mata
sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, maka
disebut konveksi bebas atau alamiah (natural) . Bila gerakan mencampur
disebabkan oleh suatu alat dari luar seperti pompa atau kipas, maka prosesnya
disebut konveksi paksa.
Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian
besarnya pada gerakan mencampur fluida. Akibatnya studi perpindahan panas
konveksi didasarkan pada pengetahuan tentang ciri – ciri aliran fluida.
Untuk menuliskan persamaan konduksi panas dalam bentuk matematik, kita harus
mengadakan perjanjian tentang tanda. Kita tetapkan bahwa arah naiknya jarak x
adalah arah aliran panas positif. Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi
dalam keadaan tunak (stedi) ditulis:
3
𝑑𝑇
𝑞𝑘 = −𝑘𝐴 (1-1)
𝑑K
Gambar 1.1. Sketsa yang melukiskan perjanjian tentang tanda untuk aliran
panas konduksi
Jadi bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi dinamakan
konduktor (conductor), sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah
disebut isolator (insulator).
Tabel 1.1. Orde Besaran Konduktivitas Termal k.
Bahan Btu/h ft F W/mK
Gas pada tekanan atmosferik 0,004 - 0,10 0,00069- 0,17
Bahan bisolasi 0,02 - 0,12 0,034 - 0,21
Cairan bukan Logam 0,05 - 0,40 0,086 - 0,69
Zat padat bukan Logam (batu,bata,semen) 0,02 - 1,5 0,034 - 2,6
Logam Cair 5,0 - 45 8,6 – 76
Paduan 8,0 - 70 14 – 120
Logam Murni 30 - 240 52 – 410
Untuk kasus sederhana aliran panas keadaan stedi melalui dinding datar
(plane), gradien suhu dan aliran panas tidak berubah dengan waktu dan
sepanjang lintasan aliran panas luas penampangnya sama:
4
Jika k tidak bergantung pada T, setelah integrasi kita mendapat rumusberikut untuk
laju konduksi panas melalui dinding:
L/A setara dengan tahanan termal ( thermal resistance ) R yang diberikan oleh
dinding kepada aliran panas dengan cara konduksi dan kita memperoleh.
Gambar 1.2. Distribusi suhu untuk konduksi keadaan stedi melalui dinding datar
Radiasi
Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi
tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna atau
benda hitam ( black body ) memancarkan energi radiasi dari permukaannya dengan
laju qr yang diberikan oleh
5
Jika benda hitam tersebut beradiasi ke sebuah penutup yang sepenuhnya
mengurungnya dan yang permukaanya juga hitam, yaitu menyerapsemua
energi radiasi yang datang padanya, maka laju bersih perpindahan panas radiasi
diberikan oleh.
qr = σA1 (T1 4 – T2 4 ) (1-6)
Dimana T2 adalah suhu permukaan penutup dalam derajat Fahrenheit mutlak.
Jika pada suhu yang sama dengan benda hitam benda nyata
memancarkan sebagian yang konstan dari pancaran benda hitam pada setiap
panjang gelombang, maka benda itu disebut benda kelabu (gray body). Laju
bersih perpindahan panas dari benda kelabu dengan suhu T ke benda hitam
dengan suhu T2 yang mengelilinginya adalah
qr = σ A11 ε1(T2 4 – T 4 ) (1-7)
Dimana adalah emitansi (emittance) permukaan kelabu dan sama dengan
perbandingan pancaran (emission) dari permukaan kelabu terhadap pancaran
dariradiator sempurna pada suhu yang sama.
Jika kedua benda tersebut bukan radiator sempurna dan jika kedua benda
itumempunyai hubungan geometrik tertentu satu sama lain, maka perpindahan
panas bersih diantara kedua benda tersebut diberikan oleh
qr = σ A11ε1-2(T2 4 – T 4 ) (1-8)
Konveksi
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaandan suatu
fluida dapat dihitung dengan hubungan:
qc = hc A ∆ T (1-9)
Dimana: qc = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h;
A = luas perpindahan panas, ft2
∆T = beda antara permukaan suhu Ts dan suhu fluida T∞ dilokasi
yang ditentukan (biasanya jauh dari permukaan), F;
h = Konduktansi termal satuan konveksi rata – rata (sering disebut
koefisien permukaan perpindahan panas atau koefisien perpindahan
panas konveksi), Btu/h ft2 F
6
Tabel 1.2. Orde Besaran Koefisien Perpindahan Panas Konveksi hc.
7
Bagian pertama sistem ini panas berpindah dari gas panas ke permukaan dalam
dinding motor roket dengan mekanisme konveksi dan radiasi yang bekerja
secarahparalel. Laju total aliran panas q ke permukaan dinding pada suatu jarak
dari nosel adalah:
Dalam praktek, sering kali yang diketahui hanya suhu gas panas dan suhu zat
pendingin atau;
8
Persamaan 1-15 disederhanakan dengan menggabungkan berbagai tahanan atau
konduktansi sistem termalnya menjadi satu besaran, yang dinamakankonduktansi satuan
keseluruhan (overall unit conductance), transmitansi keseluruhan (overall tra
nsmittance), atau koefisien perpindahan – panas keseluruhan, U atau
Untuk aliran panas sepanjang lintasan yang terdiri dari n bagian termal dalam seri,
konduktansi keseluruhan UA sama dengan kebalikan dari jumlah tahanan masing –
masing bagian, atau
simbol untuk potensial suhu T dengan simbol untuk potensial listrik, yaitu beda voltase,
dan simbol untuk tahanan termal R dengan simbol untuk tahanan listrik Re, maka kita
memperoleh persamaan untuk i, laju aliran listrik, yaitu
∆𝐸
i= (1-20)
𝑅𝑒
9
Tabel 1.3. Sistem – sistem Satuan yang Lazim.
Satuan Panjang Waktu Massa Gaya Energi
Internasional meter (m) sekon (s) kilogram newton* joule (J)
(SI) (kg) (N)
Teknik Ft Sec slug* pound Btu, ft-lb
Britania (gaya) (lbf)
Teknik Ft Sec pound pound ft-lbfBtu
Amerika (massa)(lbm) (gaya) Atau
(lbr) hp-hr
10
1.8 Contoh Soal
1. Dalam rancang bangun sebuah penukar panas untuk penggunaan dipesawat
terbang suhu dinding maksimum tidak melampaui 800 K. Untuk kondisi –
kondisi yang tertera dibawah ini, tentukanlah tahanan termal per meter persegi
dinding logam di antara gas panas di satu sisi dan gas dingin disisi lainnya
yang maksimum diijinkan.
Gambar 1.4. Rangkaian termal dan rangkaian listrik yang analog untukaliran panas
dari gas panas melalui dinding logam kezat pendingin.
11
Suhu gas panas = 1300 K
Konduktansi permukaan – satuan pada sisi panas h = 225 W/m2 K
Konduktansi permukaan – satuan pada sisi dingin h = 290 W/m2 K
Suhu gas dingin = 300 K
Penyelesaian:
Dalam keadaan stedi kita dapat menuliskan q/A dari gas kesisi panas dinding =
q/A dari sisi panas dinding melalui dinding ke gas dingin, atau
Memasukkan harga – harga untuk tahanan – tahanan termal satuan dan suhu –suhu
menghasilkan
2. Udara pada suhu 20 0C bertiup diatas pelat panas 50 x 75 cm. Suhu pelat dijaga
0
tetap 250 C. Koefisien perpindahan kalor konveksi adalah 25 W/m2.0C
Hitunglah perpindahan panas.
Penyelesaian
Dari hukum Newton tentang pendinginan :
q = hA(Tw - T∞ )
= 25 x 0,50 x 0,75 x (250 – 20)
= 2,156 kW
12
3. Arus listrik dialirkan melalui kawat yang diameternya 1 mm dan panjangnya
10 cm. Kawat itu dibenamkan di dalam air pada tekanan atmosfir dan arus
dialirkan hingga mendidih. Dalam hal ini h = 5000 W/m2 0C dan suhu air
menjadi 1000 C. Berapa daya listirk yang mesti diberikan pada kawat supaya
suhu permukaan kawat tetap 114 0 C.
Penyelesaian
Rugi konveksi total dihitung dengan persamaan : q = hA(T w - T∞ )
Luas permukaan kawat A = πdL = π (1 x 10-3 )(10 x 10-2 ) = 3,142 x
10-4 m2
13
BAB II
TEORI
2.1. Konduksi
Konduksi adalah transisi energi dalam bentuk panas karena adanya
perbedaan suhu/temperature gradient, dengan media penghantar tetap,
dimana semakin besar temperature gradient semakin besar pula energy yang
dipindahkan. Secara alami Perpindahan Panas/Heat Transfer terjadi ke arah
suhu yang lebih rendah dari suhu yang lebih tinggi. Perpindahan panas
tidaklagi terjadi pada kondisi setimbang.
Dasar dari perpindahan panas secara konduksi ini adalah hokum fourier.
Seperti yang kita tahu pada mata kuliah sebelum nya bahwa hokum fourier
selalu dikaitkan dengan mata kuliah tentang gelombang dan sinyal, tapi
ternyata hokum fourier sebenarnya tercipta untuk meninjau perpindahan panas
konduksi. Dimana persamaan nya adalah sebagai berikut.
Dengan:
qk = total laju perpindahan panas/heat rate (W)
k = konduktivitas panas material (W/m K)
A = cross sectional area (m)
dT = perbedaan suhu (K)
dx = panjang/tebal material (m)
14
dari persamaan fourier tersebut terlihat bahwa laju erpindahan panas akan
bertambah ketika, Temperature Gradient antara dua buah permukaan
bertambah, Luas permukaan yang tegak lurus dengan arah konduksi
bertambah, Ketebalan material berkurang dan saat Konduktivitas panas
bertambah.
15
2.1.2. Diffusivitas Panas (Thermal Diffusivity), α
Adalah cepat lambatnya penyebaran panas di dalam suatu material.
Material dengan α yang lebih besar berarti akan lebih cepat merespon
perubahan panas yang terjadi di sekitarnya. Nilai perbandingan antara
konduktivitas panas dengan kapasitas panas ditunjukkan pada persamaan
berikut ini.
dengan:
α = thermal diffusivity (m2/s)
k = thermal conductivity (W/m K)
ρ = density/massa jeniss (kg/m3)
cp = specific heat/panas jenis (J/kg K)
16
a. Koordinat Kartesius (x-y-z Coordinate)
laju energy yang masuk dan keluar pada system ini adalah sebagai berikut,
17
dari Hukum Fourier seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelum nya
didapatkan persamaan-persamaan sebagai berikut.
Pada system koordinat silinder ini, hubungan antara 𝐸̇ o𝑢𝑡, 𝐸̇ i𝑛, 𝐸̇ e𝑔, dan 𝐸̇ 𝑠𝑡.
Adalah sebagai berikut.
dari Hukum Fourier seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelum nya
didapatkan persamaan-persamaan sebagai berikut.
18
Sehingga Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat Silinder adalah sebagai
berikut.
dari Hukum Fourier seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelum nya
didapatkan persamaan-persamaan sebagai berikut.
19
Sehingga Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat bola adalah sebagai berikut.
2.2.1. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Kartesian
Persamaan umun difusi panas pada koordinat kartesian adalah sebagai
berikut.
Untuk Konduksi Steady State Satu Dimensi berarti konduksi hanya satu arah
(1D), temperature gradient hanya pada satu arah koordinat dan heat transfer hanya
terjadi pada arah tersebut . selain itu karena pada keadaan steady maka tidak tejadi
perubahan storage energy terhadap waktu. Tinjauan Konduksi Steady State Satu
Dimensi Pada Sistem Koordinat Kartesian ada beberapa macam antara lain sebagai
berikut.
a. Plane Wall/Dinding Datar Tanpa Pembangkitan Panas
Gambar 2.10. Konduksi 1D, tanpa pembangkitan panas dan batas konveksi
20
T = f(x), Temperatur sebagai fungsi dari x, karena satu dimensi (1D) Heat transfer
hanya ditinjau pada arah sumbu x. pada system ini terjadi konveksi ke dan dari
plane wall, sedangkan konduksi terjadi di dalam plane wall. Pada system ini
persamaan umun difusi panas pada koordinat kartesian adalah dapat
disederhanakan sebagai berikut, karena hanya pada sumbu x saja yang ditinjau
maka untuk sumbu lain nya bias dicoret.
Maka akan didapatkan persamaan untuk mencari Distribusi Temperatur pada plane
wall steady state, tanpa generasi panas, yaitu sebagai berikut.
21
Gambar 2.11. Rangkaian Tahanan Termal
22
d. Dinding Datar Komposit (Composite Plane Wall)
Dinding datar komposit adalah dinding/bidang datar yang tersusun dari beberapa
material yang memiliki konduktivitas panas yang berbeda, yang Susunannya dapat secara
seri ataupun secara pararel. Dimana rangkaian Tahanan Termal digambarkanseperti pada
penggambaran tahanan listrik begitu pula tahanan termal total susunan seri maupun pararel
dihitung seperti pada perhitungan tahanan listrik.
23
Thermal Resistance Circuit dari susunan secara pararel adalah
2.2.2. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Silinder
Tinjauan Konduksi Steady State Satu Dimensi dengan Sistem Koordinat
silinderada beberapa macam antara lain sebagai berikut.
a. Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation
24
Maka akan didapatkan persamaan untuk mencari Distribusi Temperatur
padaplane wall steady state, tanpa generasi panas, yaitu sebagai berikut.
25
c. Dinding Datar Komposit sistem Silinder
2.2.3. Konduksi Steady State Satu Dimensi Pada Sistem Koordinat Bola
Sehingga menghasilkan persamaan umum Konduksi Steady State Satu Dimensi
Pada Sistem Koordinat Bola adalah sebagai berikut.
26
Koordinat Z dapat dihilangkan karena tinjauan pada konduksi 2D hanya pada
koordinat x dan y. sehinnga,
Persamaan diatas merupakan bentuk umum diffuse panas untuk 2D, tanpa
pembangkitanpanas, steady state, serta konduktivitas panas yang konstan.
Sebelum heat transfer rate atau heat flux bias kita hitung, terlebih dahulu
harus ditentukan T (x,y) yaitu distribusi temperature sebagai fungsi dari x dan y.
Distribusi temperatur ini dapat kita tentukan dengan menyelesaikan persamaan
Differential Partial diatas. Persamaan Differential Partial tersebut dapat
diselesaikan dengan 3 (tiga) metode pendekatan, yaitu,
a. Analytical Method → Pemisahan Variab
b. Numerical Method → Finite Difference
c. Graphical Method → Shaped Factor
Pada pembahasan ini hanya akan dibahas tentang Analytical Method saja.
a. Metode Pemisahan Variabel (Separation of Variable Method)
27
Transform persamaan Differential Partial
Menjadi
Dimana
adalah
Persamaan diatas adalah product dari dua fungsi, Pers. I hanya tergantung pada x
Pers. II hanya tergantung pada y, Differensialkan menjadi,
Dan
28
Subsitusi ke maka,
Sebelah kiri hanya merupakan fungsi x dan sebelah kanan hanya fungsi y,
maka ruas kanan dan kiri harus mempunyai konstanta yang sama (konstanta
pemisah) dengan λ2 sebagai konstanta pemisah;
maka
(Pers I)
dan
(Pers II)
Syarat kedua persamaan diatas dapat diselesaikan, bila λ2 > 0 Untuk λ2 > 0 ,
maka Penyelesaian Pers. II dan Pers. II diatas adalah:
29
2.4. Aplikasi Perpindahan Panas Konduksi
Salah satu aplikasi perpindahan kalor konduksi tunak adalah sistem insulasi
pipa. Insulasi dilakukan untuk mencegah kalor ditransfer. Tujuan utama insulasi
pipa adalah untuk mempertahankan panas. Temperatur fluida di dalam pipa perlu
dijaga agar lebih tinggi dari pada ambien dengan alasan mencegah pembentukan
hidrat gas, mencegah pembentukan wax atau aspal, memelihara sifat aliran fluida,
meningkatkan cool-down time setelah shut down dan memenuhi kebutuhan
operasional lainnya.
Pada pipa liquefied gas, seperti LNG, insulasi diperlukan untuk menjaga agar
temperatur fluida tetap dingin sehingga tetap berada dalam bentuk cair.
Ada tiga mekanisme sistem insulasi, yaitu insulasi dari konduksi, konveksi
dan radiasi. Dalam merancang sistem insulasi, perlu diperhatikan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keefektifan insulasi, seperti memilih bahan isolator yang
tepat. Memilih bahan isolator yang tepat pun memiliki kriteria tersendiri, yang
kemudian dapat disesuaikan dengan keadaan yang ada.
30
Radiasi selalu merambat dengan kecepatan cahaya, 3x1010 cm/s.
Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian panjang gelombang dengan
frekuensi radiasi:
vλ=c
dimana:
c = kecepatan cahaya
λ = panjang gelombang ( = 10-8 cm)
v = frekuensi
Perambatan radiasi thermal berlangsung dalam bentuk kuantum dan setiap
kuantummengandung energi sebesar.
v=hE
h = konstanta Planck, 6,625 x 10-34 J.sSetiap kuantum dianggap sebagai suatu
partikel yang mempunyai energi, massa dan momentum seperti molekul gas
→ photon. Sehingga, pada hakekatnya radiasi merupakan pancaran yang
disebabkan oleh gas photon yang mengalir dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan teori relatifitas dan thermodinamika statistik maka akan
diperoleh suatu rumus yang disebut Hukum Stefan-Boltzmann dimana energi
total yang dipancarkan oleh suatu benda sebanding dengan pangkat empat
suhu absolut:
31
2.5.1. Sifat-sifat Radiasi
a. Benda yang sifatnya dapat menyerap energi yang datang seluruhnya
(100%) disebut benda hitam (blackbody)
α=1νρ=0
ρ=1να=0
c. Benda yang diantara black body dan white body disebut bendaabu-abu
(grey body)
0<ε<1
Energi yang dipancarkan oleh suatu benda selalu lebih kecil darienergi yang
dipancarkan oleh benda hitam sehingga harga ε ≤ 1.
32
Dimana:
G = iradiasi (panas radiasi total yang menimpa suatu permukaan sebuah benda per
satuan waktu per satuan luas)
J = radiositas (jumlah energi yang dipancarkan (emisi) dan energi yang
dipantulkan (refleksi) apabila tidak ada energi yang diteruskan)
Jaringan permukaan:
33
Energi yang meninggalkan permukaan 1 dan mencapai permukaan 2 adalah:
Jaringan ruang
34
2.7. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat
dengan fluidayang mengalir di sekitarnya, dengan menggunakan media penghantar
berupa fluida (cairan/gas). Aliran panas yang terjadi antara kulit dan lingkungan
secara konveksi dapat ditulis dengan persamaan:
qc=hcA(TW-Ts)
dimana:
qc = Laju perpindahan kalor
hc= koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
A = Luas permukaan padatan
Tw = temperature pada permukaan padat
Ts = Temperatur pada lingkungan.
Persamaan ini diperoleh secara empiris dan dikenal sebagai Hk. Newton mengenai
konveksi.
35
Gambar 2.23. Pengelompokkan aliran
Pengelompokkan aliran yang mengalir di atas plat diketahui dari bilangan Reynolds
dimana:
U∞ = kecepatan aliran bebas
X = jarak dari tepi depan
υ = µ/ρ = viskositas kinematik
Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen terjadi bila Re > 5.105
Untuk aliran sepanjang plat rata, lapisan batas selalu turbulen untuk Re ≥ 4. 106
36
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan
1. Rangkaian termal nya adalah sebagai berikut
37
b. Udara dingin pada temperatur 10°C dipaksakan melalui plat tipis yang
memiliki temperatur 40°C. Koefisien perpindahan kalor (h) = 30 W/
(m2.°C).Tentukan laju aliran dari plat ke udara melalui plat dengan luas
permukaan A = 2 m2.
Pembahasan
Diberikan: Tf = 10°C, Tw = 40°C, dan h = 30 W/(m2.°C)
c. Udara atmosfir pada temperatur 10°C melaju dengan kecepatan 5 m/s melalui
tabung berdiameter luar (outside diameter = OD) 1 cm dan
panjang 5m dimana bagian permukaan dipertahankan pada temperatur 110°C,
sebagaimana diilu strasikan pada gambar dibawah. Tentukan laju aliran kalor
dari permukaan tabung ke udara atmosfir.
Pembahasan
38
Untuk konveksi paksa yang melewati diameter tabung
D = 0,01 m dengan
Vm =5m/s
koefisien perpindahan kalor diantara permukaan luar dengan udara atmosfir
seperti ditunjukkan dalam tabel 1.1 dimana h = 85W/(m2.°C). Persamaan 1.3
digunakan untuk menghitung fluks kalor, diketahui Tf =10°C, Tw =110°C, dan
h =85W/(m2.°C), sehingga q diper oleh dengan:
q = h (Tw - Tf)
= 85 W/(m2.°C) x (110 - 10) °C = 8500 W/m2
Laju aliran kalor yang melewati A = 0,05 π m2 menjadi:
Q = q.A
= 8500 W/m2 x 0,05 π m2
= 1335,18 W
= 1,335 kW
39
DAFTAR PUSTAKA
A. D. Kraus, A. Aziz and J. Welty, Extended Surface Heat Transfer, John Wiley &
Sons, Inc, 2001.
William S. Janna, “Engineering Heat Transfer”, Second Edition, CRC Press LLC,
2000.
40