BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ketempat yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan
sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat juga mengakibatkan terjadinya
suatu kenaikan suhu pada suatu zat dan atau terjadi perubahan pada tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan. Proses yang terjadinya pada perpindahan panas
dapat dilakukan secara langsung, yaitu pada fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak
langsung, yaitu apabila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Perpindahan panas secara konduksi merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antara yang satu dengan yang
lainnya dan tidak diikut oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara
fisik yang berupa media padatan. Molekul-molekul benda yang panas bergetar
lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan
dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada
molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran lebih cepat maka
akan memberikan panas. Perpindahan panas secara konveksi perpindahan
panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat
tersebut secara fisik yang berupa media cairan. Perpindahan panas secara
radiasi ialah perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul).
Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ketempat lainnya (dari benda
panas kebenda yang dingin) dengan pancaran suatu gelombang
elektromagnetik yang dimana tenaga elektromagnetik inilah yang berubah
menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain (Wibowo, 2016).
2.4 Pompa
Secara alamiah air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah
mengikuti gaya gravitasi bumi. Untuk aliran sebaliknya maka dibutuhkan
peralatan yang dikenal dengan pompa. Pompa adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat yang lain,
melalui media (saluran) dengan cara menambahkan energi pada cairan yang
dipindahkan. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan
tekanan antara bagian hisap (suction) dan bagian tekan (discharge).
Perbedaan tekanan pada dua bagian tersebut yang diperoleh dari suatu
mekanisme perputaran impeller yang menjadikan pada bagian hisap
vakum. Perbedaan tekanan pada suatu sisi hisap inilah yang membuat cairan
mampu untuk berpindah.
Pompa merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengalirkan
fluida dari permukaan yang lebih rendah ketempat yang lebih tinggi,
ataupun ketempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah. Pompa
digunakan untuk memindahkan fluida dengan memberikan kerja mekanis
melalui sudut- sudut atau baling-baling. Pompa memiliki kegunaan yang
sangat luas baik dikalangan rumah tangga ataupun skala industri. Desain
sistem perpipaan menjadi sangat penting dan mempunyai efek yang sangat
besar dalam kinerja pompa. Sistem pompa akan beroperasi dengan
performansi yang optimal jika ketiga komponen sistem pompa tersebut
2.5 Fluida
Fluida merupakan zat yang tidak menolak terhadap perubahan bentuk
bila terkena gaya atau tekanan dan memiliki kemampuan untuk mengalir
secara kontinyu (terus-menerus) bila dikenakan gaya atau tekanan. Cairan
dan gas termasuk kategori fluida karena yang memiliki sifat-sifat fluida,
sebaliknya benda padatan tidak termasuk pada kategori fluida karena tidak
dapat berubah bentuk bila dikenai gaya atau tekanan maupun dapat
mengalir. Fluida yang terbagi atas dua kategori diantaranya yaitu fluida
statis (diam) dan fluida dinamis (bergerak). Aliran fluida dapat kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari misalnya di sungai, di sekitar rumah kita, di
dalam industri yang memiliki pola-pola tertentu (Penyusun, 2018).
Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari
benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif
kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar
diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk
maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya
dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat
besar. Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap,gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering secara
kolektif disebut sebagai fluida. Ilmu perekayasaan tentang mekanika fluida
telah dikembangkan melalui pemahaman mengenai sifat-sifat fluida. Fluida
adalah zat yang berubah bentuk secara kontinyu (terus-menerus) bila terkena
tegangan geser, berapa pun kecilnya tegangan geser itu. Gaya geser adalah
komponen gaya yang menyinggung permukaan, dan gaya ini yang dibagi
3.1 Alat
TI
4
TI
3 V1
V2
TI
1 E1
V3 TW
1
V4
V7
D1
V5
SV
FI 1
1
V11
TI
2
J1
V6 V10
Cold Water
FI
2
V8
G1
V9
3.2 Bahan
Air (H2O)
Mengatur debit 500 L/jam untuk pendingin dan 600 L/jam untuk pemanas
Mencatat suhu yang ditampilkan alat setelah tercapai suhu operasi alat
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan
q Ud Rd(hr.Ft2.F/Bt
No Variasi ∆P (Psi)
(Btu/hr.Ft2.F) (Btu/hr.Ft2.F) u)
Harus
Standar ±250-500 <0,001 <5
Balance
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
1 Counter 1,0927 0,9053
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
2 Counter 0,3939 2,5283
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
3 Counter 0,0518 19,2591
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
4 Counter 0,0683 14,6215
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 0,000049
5 Counter 0,4346 2,2909
Tube Tube
Current
754,661 0,00000648
Flow
4.2 Pembahasan
Coefficient Clean Overall (Uc) adalah hantaran perpindahan panas dalam
keadaan bersih, sedangkan Coefficient Dirt Overall (Ud) adalah hantaran
perpindahan panas dalam keadaan kotor. Secara teoritis, nilai Uc harus lebih
besar daripada nilai Ud. Hal ini dikarenakan perpindahan panas saat Heat
Exchanger dalam keadaan bersih lebih baik daripada dalam keadaan kotor
karena masih sedikitnya hambatan yang mengganggu saat proses
perpindahan panas terjadi. Hasil perhitungan nilai untuk Uc sebesar
102,6475 Btu/hr.Ft2.F dan hasil perhitungan nilai Ud sebesar 1,0927
Btu/hr.Ft2.F. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhitungan sesuai dengan
nilai teori yaitu nilai Uc lebih besar daripada nilai Ud. Karena nilai
perpindahan panas dalam keadaan kotor (Ud) harus lebih kecil daripada
perpindahan panas dalam keadaan bersih (Uc) (Zain dan Mustain, 2020).
Jumlah baffle hanya mempengaruhi fouling resistance pada sisi shell dan
tidak mempengaruhi sisi tube, semakin banyak jumlah baffle maka fouling
resistance akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan fungsi baffle yakni
sekat untuk mengatur aliran dalam shell agar terbentuk aliran turbulen.
Aliran turbulen disebabkan karena jarak antar baffle yang semakin kecil
sehingga luas permukaan pada shell menjadi lebih kecil. Ketika luas
permukaan pada shell menjadi lebih kecil maka kecepatan aliran massa
semakin tinggi dan bilangan Reynold juga akan tinggi sehingga fouling
resistance semakin rendah (Malwindasari, 2017).
ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 47
LABORATORIUMOPERASITEKNIKKIMIA
IPROGRAM STUDI TEKNIK
KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRIUNIVERSITASMUSLIMIN
Fouling Factor (Rd) menunjukkan besarnya faktor DONESIA
pengotor,
dikarenakan adanya endapan sehingga memberikan tahanan tambahan
terhadap aliran panas. Semakin lama heat exchanger digunakan akan
menyebabkan pengotoran (fouling) pada bagian dalam heat exchanger
tersebut. Lapisan pengotoran ini menyebabkan penambahan tahanan termal
dan menyebabkan laju perpindahan panas pada heat exchanger berkurang,
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja dari heat exchanger.
Pada pratikum ini, hasil perhitungan didapat nilai fouling factor Rd = 0,9053
hr.Ft2.F/Btu jauh lebih besar dari nilai toleransi yang diijinkan (fouling
resistance) sebesar 0,0001 hr.Ft2.F/Btu, dari hal ini maka dapat disimpulkan
bahwa kotoran dan deposit yang menempel pada tube merupakan penyebab
utama menurunnya performa heat exchanger (Zain dan Mustain, 2020).
Optimisasi fouling resistance perlu menentukan konstrain yakni batasan
yang harus dipenuhi agar kinerja heat exchanger efisien. Konstrain pada
optimisasi ini yakni nilai heat duty (Q) pada shell and tube heat exchanger
harus sesuai dengan data desain heat exchanger. Heat duty adalah panas yang
harus diserap oleh heat exchanger. Apabila nilai heat duty tidak terpenuhi
maka efisiensi heat exchanger menjadi tidak maksimal. Konstrain yang
lainnya yakni pressure drop pada shell (Δps) dan tube (Δpt) yang nilainya juga
tidak boleh melebihi data desain yakni <5 psi. Apabila nilai pressure drop
melebihi nilai data desain heat exchanger maka berpengaruh pada konsumsi
pompa yang membutuhkan energi lebih besar (Malwindasari, 2017).
Semakin kecil diameter luar tube maka pressure drop pada sisi shell dan
tube akan semakin besar, semakin kecil nilai diameter dalam shell maka nilai
pressure drop semakin besar, semakin banyak jumlah baffle maka pressure
drop di sisi shell akan semakin besar namun jumlah baffle tidak berpengaruh
pada pressure drop di sisi tube (Malwindasari, 2017).
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan :
A. Pada data aliran counter current, shell and tube dengan Rata-rata nilai
pressure drop (∆P) berada dibawah nilai standar yang telah ditentukan,
untuk nilai perpindahan panas untuk keseluruhan (Ud) untuk counter
current dengan temperature 50oC yaitu 1,0927 btu/hr.ft2.F. Nilai faktor
pengotor (Rd) yang dihasilkan berdasarkan perhitungan pada suhu
operasi 50oC aliran counter current = 0,9053hr.Ft2.F/Btu, untuk ∆P pada
temperatur 50oC yaitu shell 163,1635 Psi, tube 9537820,9 Psi.
B. Rata-rata nilai Rd diatas nilai standar yang telah ditentukan, hal ini
dapat disimpulkan bahwa alat tidak layak lagi digunakan karena
faktor pengotor yang tinggi sehingga menyebabkan menurunnya
performa heat exchanger.
a.
5.2. Saran
A. Saran Untuk Laboratorium
Pratikan berharap pihak laboratorium dapat memaksimalkan kualitas
dari alat-alat laboratorium agar dapat digunakan untuk pratikum dan
belajar dengan baik.
B. Saran Untuk Asisten
Pratikan berharap para asisten tetap sabar menghadapi kami dan tetap
menjaga sifat ramahnya agar proses transfer ilmu terjalin dengan baik.
LMTD =
= 0,861481205
4. Menghitung nilai ΔT
ΔT = t x MTD
= 0.999 x 0,861481205 F
= 0,860619724 F
ft2
= 0,006072478 ft2
b. Menghitung Kecepatan Massa Per satuan luas (Gs)
lb/jam . ft2
Reshell =
= 439248,919
( )
( )
= 174.58593 btu/jam.ft2. F
= 184,1979071 btu/hr.ft2. F
2. Untuk Tube
a. Menghitung Luas area aliran Tube (at)
= 0,006815972 ft2
ReTube =
= 64449,8669
( )
( )
= 341.937btu/jam.ft2. F
= 360,7626339 btu/hr.ft2. F
Hio = Hi x
= 360,7626339 x
= 231,8501194 btu/hr.ft2. F
= 102,6475408 btu/hr.ft2. F
F. Menghitung Faktor pengotor (Rd) Shell and Tube
= 0,905375041 btu/hr.ft2. F
G. Menghitung penurunan Tekanan Pressure drop (ΔP) Shell and Tube
Untuk Shell
1. Menghitung Pressure Drop dalam Shell
= 163,163503 psi
Untuk Tube
1. Menghitung Pressure Drop dalam Tube ΔPt
a. Mencari ΔPt
= 9357820,919 psi
b. Mencari ΔPτ
= 0.095022367 psi