Anda di halaman 1dari 68

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap benda memiliki panas atau kalor. Ketika terdapat dua benda yang
memiliki suhu berbeda dalam kontak termal, maka panas atau kalor akan
mengalir atau berpindah dari suhu tinggi ke rendah. Dari perpindahan panas
atau kalor tersebut, dapat mengetahui banyaknya panas yang berpindah dari
dua benda dan kesetimbangan suhu yang terjadi pada kedua benda tersebut.
Penukar panas adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas,
dapat berfungsi sebagai pemanas ataupun sebgai pendingin. Penukar panas
didesain agara dapat menukarkan panas seefisien mungkin antara fluida
yang ada di dalamnya. Pertukaran panas tersebut terjadi karena kontak
antara dinding tube dengan fluida yang ada di dalam shell. Kedua fluida
yang mengalir melalui alat penukar panas memiliki suhu berbeda, dimana
fluida yang mengalir pada sisi tabung (shell) memiliki suhu lebih tinggi
(aliran panas) sedangkan fluida pada sisi tube memiliki temperatur lebih
rendah (aliran dingin). Tujuan dari perpindahan panas adalah untuk
memanaskan maupun untuk mendinginkan dalam usaha untuk merubah fasa,
untuk menaikkan atau untuk menurunkan temperatur atau juga untuk
mempertahankan suhu proses pada fluida yang ada (Wicaksono dkk, 2017)
Industri yang menggunakan alat penukar kalor diantaranya seperti
industri kimia, industry pabrik, gedung perkantoran, rumah sakit dan juga
pada pembangkit listrik. Salah satu tipe alat penukar kalor yang paling
banyak digunakan diantaranya adalah shell and tube heat exchanger.
Alat ini yang terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan
sejumlah tube di bagian dalam, temperatur fluida di dalam tube berbeda
dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas
antara aliran fluida di dalam tube dan juga di luar tube. Adapun letak daerah
yang berhubungan dengan bagian dalam tube biasa disebut dengan tube side
dan berada pada bagian luar yaitu disebut dengan shell side seperti alat yang
digunakan didunia industri secara umum pada heat exchanger (Putra, 2017).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan
a. Mengevaluasi nilai koefisien perpindahan panas pada alat shell and tube
heat exchanger.
b. Mengevaluasi kelayakan alat shell and tube heat exchanger.

1.3 Batasan Masalah


Mengetahui nilai koefisien perpindahan panas dan performa alat pada shell
and tube heat exchanger dengan variasi waktu 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan
30 menit dengan arah aliran counter current dan debit aliran untuk shell
and tube adalah sebesar 400 L/jam.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 2


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ketempat yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan
sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat juga mengakibatkan terjadinya
suatu kenaikan suhu pada suatu zat dan atau terjadi perubahan pada tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan. Proses yang terjadinya pada perpindahan panas
dapat dilakukan secara langsung, yaitu pada fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak
langsung, yaitu apabila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Perpindahan panas secara konduksi merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antara yang satu dengan yang
lainnya dan tidak diikut oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara
fisik yang berupa media padatan. Molekul-molekul benda yang panas bergetar
lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan
dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada
molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran lebih cepat maka
akan memberikan panas. Perpindahan panas secara konveksi perpindahan
panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat
tersebut secara fisik yang berupa media cairan. Perpindahan panas secara
radiasi ialah perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul).
Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ketempat lainnya (dari benda
panas kebenda yang dingin) dengan pancaran suatu gelombang
elektromagnetik yang dimana tenaga elektromagnetik inilah yang berubah
menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain (Wibowo, 2016).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 3


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara kontak langsung
panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas
yang terjadi yaitu melalui interfase atau penghubung antara kedua fluida.
Contohnya diantara lain ialah pada suatu aliran sistem dimana pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur ), gas liquid,
dan juga pada suatu partikel padat kombinasi fluida (Wibowo, 2016).
A. Perpindahan Panas
Ilmu termodinamika berkaitan dengan transisi kuantitatif dan
penyusunan kembali energi sebagai panas dalam tubuh materi.
Perpindahan panas adalah ilmu yang berkaitan dengan tingkat pertukaran
panas antara tubuh panas dan dingin yang disebut sumber dan penerima.
Ketika satu pon air menguap atau kental, perubahan energi dalam salah
satu proses identik. Harga di mana salah satu proses dapat dibuat untuk
kemajuan dengan sumber independen atau penerima, namun, secara
inheren sangat berbeda. Penguapan pada umumnya jauh lebih cepat
fenomena dari kondensasi (Kern, 1950).
Studi transfer panas akan sangat ditingkatkan oleh pemahaman yang
sehat tentang sifat panas. Namun ini adalah suatu keuntungan yang tidak
tersedia untuk transfer panas atau termodinamika karena begitu banyak
manifestasi panas telah ditemukan bahwa tidak ada teori sederhana yang
mencakup semuanya. Hukum yang mungkin berlaku untuk mungkin tidak
dapat diterapkan pada transisi molekuler atau atom, dan yang berlaku pada
suhu rendah mungkin tidak berlaku pada tingkat suhu, untuk tujuan
rekayasa, diperlukan untukmengambil studi dengan inforfmasi dasar
tentang tetapi beberapa dari banyak fenomena. Fasa satu substansi, padat,
cair, dan gas, adalah asosiated dengan kandungan energinya. Pada fasa
padat molekul atau atom berdekatan, memberikan kekakuan. Dalam fasa
cair yang cukup energi termal hadir untuk memperpanjang sebuah jarak

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 4


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
yang berdekatan-molekul sehingga kekakuan yang hilang. Dalam fasa gas
kehadiran tambahan pada energi termal telah mengakibatkan suatu
pemisahan yang relatif lengkap dari atom atau juga dari molekul sehingga
mereka dapat mengembara dimana saja didalam ruang. Hal ini diakui
bahwa, setiap kali perubahan fasa terjadi di luar wilayah yang kritis dalam
jumlah besar energi yang terlibat dalam transisi.
Untuk zat yang sama dalam fasa yang berbeda berbagai termal properti
memiliki urutan yang berbeda besarnya. Sebagai contoh diantaranya yaitu
panas penyumbangan perunit massa sangat rendah untuk padatan, untuk
cairan, dan juga biasanya menengah untuk gas. Demikian pula dalam
setiap tubuh menyerap atau kehilangan panas, pertimbangan khusus harus
diberikan apakah perubahan tersebut salah satu atau panas laten atau
keduanya. Masih lebih lanjut, juga diketahui bahwa pada sumber panas
mampu kegembiraan subatomik yang besar itu dapat memancarkan energi
tanpa kontak langsung dengan penerima, dan ini adalah suatu prinsip dasar
pada radiasi. Setiap jenis pada perubahan yang menunjukkan terhadap
kekhasannya yang tersendiri.
Ilmu perpindahan panas juga sangat diperlukan utuk menganalisa suatu
proses perpindahan panas dari suatu benda yang lain atau dari suatu bagian
benda ke bagian benda yang lainnya. Walaupun di dalam termodinamika
suatu perpindahan energi dalam bentuk panas telah dipelajari, tetapi ilmu
termodinamika tersebut tidak mampu memberikan suatu keterangan
tentang cara berlangsungnya proses tersebut, lama waktu perpindahan
panas dan perubahan-perubahan temperatur yang terjadi di dalam sistem.
Termodinamika hanya membahas berdasarkan keadaan awal dan keadaan
akhir dari proses di mana perpindahan energi dalam bentuk panas
dipandang sebagai selisih antara energi yang dipunyai sistem pada keadaan
awal dan akhir proses tersebut, dengan balans energi.
Pada dasarnya perpindahan panas dapat terjadi karena akibat adanya
ketidakseimbangan (adanya perbedaan temperatur) pada termal. Proses
perpindahan panas yang sebenarnya terjadi diantaranya adalah yang sangat

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 5


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
rumit dan juga sangat memerlukan pengkajian yang cukup sulit. Oleh
karena itu yang dilakukan berbagai cara untuk penyederhanaan dalam
peninjauan proses tersebut diantaranya yaitu dengan jalan memperhatikan
hal-hal yang kurang berpengaruh
Dengan dasar penyederhanaan tersebut, maka mekanisme perpindahan
panas dapat dibedakan atas tiga jenis perpindahan diantaranya yaitu proses
perpindahan konveksi, proses perpindahan konduksi dan juga adanya
sebuah proses perpindahan radiasi (Haryadi dan Mahmudi, 2019).
Jika kita berbicara secara tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat
digolongkan sebagai proses perpindahan panas, karena hanya kedua
mekanisme ini yang tergantung pada beda suhu. Sedangkan konveksi,
tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas, karena untuk
penyelenggaraanya bergantung pada transport massa mekanik pula. Tetapi
karena konveksi juga akan dapat menghasilkan suatu proses pemindahan
energi dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih
rendah, maka istilah “perpindahan panas dengan cara konveksi” telah
diterima secara umum (Mursadin dan Subagyo, 2016).
Tiga proses perpindahan tersebut diilustrasikan dan dirumuskan di
antaranya sebagai berikut :
1. Konduksi
Perpindahan panas konduksi, dimana yang telah diketahui bahwa
pada proses perpindahan panas terjadi antara benda atau partikel-
partikel yang berkontak langsung, melekat diantara satu dengan yang
lainnya tidak terdapat pergerakkan relatif yang akan terjadi diantara
beberapa benda-benda tersebut (Haryadi and Mahmudi, 2019).
Konduksi adalah proses dengan dimana panas mengalir dari daerah
yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu
medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa adanya suatu
perpindahan molekul yang cukup besar menurut teori kinetik.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 6


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Suhu elemen pada suatu zat yang sebanding dengan energi kinetik
yang dimana rata–rata molekul–molekul yang membentuk elemen itu.
Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh suatu
kecepatan dan juga posisi relative molekul–molekulnya yang disebut
energi dalam. Perpindahan energi tersebut juga dapat berlangsung
dengan suatu tumbukan elastic (elastic impact), misalnya dalam suatu
fluida atau dengan melakukan pembauran (difusi/diffusion) pada
elektron–elektron yang bergerak secara cepat dari daerah yang bersuhu
tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah (misalnya logam).
Konduksi juga merupakan suatu satu–satunya suatu mekanisme yang
dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus oleh
partikel-partikel cahaya (Bastanta, 2017).
Perpindahan panas konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu
jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara konduksi merupakan satu
proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi
di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu
tinggi ke titik bersuhu rendah. Adapun rumus konduksi sebagai
berikut:
q = K.A. ΔT/L ................................................................................ .(2.1)
2. Konveksi
Perpindahan panas konveksi, yang di mana perpindahan panas
terjadi diantara permukaan benda padat dengan fluida (cairan atau gas)
mengalir menyentuh permukaan tadi (Haryadi and Mahmudi, 2019).
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan
dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur.
Konveksi sangat penting sebagai mekanisme untuk perpindahan energi
antara permukaan benda padat, benda cairan atau gas. Perpindahan
panas secara konveksi dapat diklasifikasikan dalam konveksi bebas
(free convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara
menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung secara
semata–mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 7


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
oleh adanya gradien suhu, maka dapat disebut juga sebagai konveksi
bebas atau konveksi alamiah (natural) (Bastanta, 2017).
Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar
seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebut konveksi paksa.
Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung
sebagian besarnya pada gerakan mencampur fluida. Akibatnya studi
perpindahan panas konveksi yang didasarkan pada pengetahuan
tentang ciri-ciri aliran fluida.
Perpindahan panas konveksi yaitu proses perpindahan energi
dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan
gerakan mencampur fluida. Konveksi ada 2 yaitu konveksi paksaan
dan bebas. Di katakan konveksi paksaan apabila gerakan fluida
disebabkan karena adanya energi dari luar seperti pompa atau kipas.
Konveksi bebas adalah apabila gerakan mencampur digunakan oleh
perbedaan kerapatan massa jenis yang disebabkan oleh perbedaan
suhu. Rumus perpindahan panas konveksi :
q = − hc . A . ΔT ............................................................................ .(2.2)
q = hc . A (Tw –Tf) ......................................................................... .(2.3)
3. Radiasi
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah, bila benda-benda itu
terpisah didalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara
benda-benda tersebut. Semua benda memancarkan suhu panas radiasi
secara terus menerus.
Intensitas suatu pancaran yang tergantung pada suhu dan sifat pada
permukaan. Energi radiasi yang bergerak dengan kecepatan suatu
cahaya (3x10 m/s) dan juga terhadap gejala-gejalanya yang
menyerupai 8 radiasi cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi
cahaya dan juga radiasi termal hanya berbeda dalam panjang
gelombangnya masing-masing (Bastanta, 2017).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 8


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Perpindahan panas secara radiasi adalah suatu perpindahan panas
yang melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda
dapat memancarkan panas, keadaan ini baru dapat terbukti setelah
suhunya meningkat. Pada hakekatnya pada proses perpindahan suatu
panas radiasi yang dapat terjadi dengan perantaraan foto dan juga
gelombang elektromagnetikanya. Perpindahan panas secara radiasi
juga bisa dapat terjadi pada permukaan dan pada antara permukaan dan
juga pada lingkungan. Selanjutnya juga penting untuk dapat diketahui
bahwa :
1. Panas radiasi merambat lurus
2. Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (Bastanta, 2017).

2.2 Heat Exchanger


Heat exchanger merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
melakukan perpindahan panas antara heat exchanger yang merupakan
peralatan yang digunakan untuk perpindahan panas antara dua atau lebih
fluida. Banyak jenis heat yang digunakan untuk proses perpindahan panas
antara dua atau lebih suatu fluida. Banyak jenis heat exchanger yang dibuat
dan yang digunakan dalam pusat pembangkit tenaga, unit pendingin, unit
exchanger yang dibuat dan digunakan dalam pusat pembangkit tenaga, unit
pendingin, unit pengkondisi udara, proses di industri, system pusat
pembangkit tenaga, unit pendingin, unit pengkondisi udara, proses di
industri, sistem turbin gas dan lain-lain (Bastanta, 2017).
Dalam heat exchanger tidak mengkondisi udara, proses di industri,
sistem turbin gas, dan lain-lain. Dalam heat exchanger juga tidak terjadi
pencampuran seperti halnya dalam turbin gas, dan lain-lain. Dalam heat
exchanger juga tidak terjadi pencampuran seperti halnya dalam suatu mixing
chamber. Dalam radiator mobil terjadi pencampuran seperti halnya dalam
suatu mixing chamber. Dalam radiator mobil misalnya, panas berpindah dari
air yang panas suatu mixing chamber. Dalam radiator mobil misalnya, panas
berpindah dari air yang panas yang mengalir dalam pipa radiator ke udara

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 9


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
misalnya, panas yang berpindah dari air yang panas yang mengalir dalam
pipa radiator ke udara yang mengalir dengan bantuan fan. Menurut
Incropera dan Dewitt, efektivitas suatu heat exchanger didefinisikan sebagai
perbandingan antara perpindahan panas yang diharapkan (nyata) dengan
perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger
tersebut. Perpindahan panas maksimum mungkin terjadi bila salah satu
fluida mengalami perbedaan suhu sebesar beda suhu maksimum yang
terdapat dalam heat exchanger tersebut, yaitu selisih antara suhu masuk
fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami perbedaan
suhu maksimum ini ialah fluida yang mempunyai nilai kapasitas panas
(m.cp) minimum. Laju aliran massa udara panas dibuat sama dengan laju
aliran massa udara dingin. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh
laju aliran massa dalam perpindahan panas antara udara panas dan udara
dingin, mengingat panas jenis (cp) udara panas hampir sama dengan panas
jenis udara dingin. Dengan membuat laju aliran massa keduanya sama,
kenaikan atau penurunan suhu benar-benar disebabkan perpindahan panas.
Laju aliran massa dapat ditentukan dengan mengetahui kecepatan dan
kerapatan fluida serta luas penampang aliran, yaitu:
m = ρvA .................................................................................................. .(2.6)
Jika udara yang dingin diharapkan untuk mengalir dengan kecepatan
sebesar 5 m/det dalam tiap tube, maka laju aliran massa udara dingin
tersebut sebesar 0,002 kg/s. Agar laju aliran massa keduanya sama, udara
panas harus masuk shell dengan kecepatan 0,7 m/det. Efektivitas shell and
tube heat exchanger meningkat jika fluida, baik di sisi shell maupun di sisi
tube, mengalir dengan kecepatan lebih tinggi hingga suatu harga maksimum
dan kemudian akan menurun meskipun kecepatan fluida meningkat terus.
Efektivitas shell and tube heat exchanger lebih tinggi jika udara panas
mengalir di tube dan udara dingin mengalir di shell. Efektivitas heat
exchanger tipe shell and tube lebih tinggi saat udara panas mengalir di sisi

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 10


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tube (kecepatan aliran tinggi) dan udara dingin mengalir di sisi shell
(kecepatan aliran rendah) (Handoyo, 2016).
Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian Edymin dan Pudjisusamar.
Edymin meneliti pengaruh kecepatan aliran fuida terhadap efektivitas suatu
plate heat exchanger yang dibuat dalam skala kecil. Sedang Pudjisusamar
meneliti pengaruh kecepatan aliran fluida terhadap efektivitas suatu double
pipe heat exchanger. Dari keduanya didapat hasil yang sama, yaitu
temperatur keluar udara dingin lebih tinggi jika udara panas mengalir
dengan kecepatan tinggi dan udara dingin mengalir lebih lambat. Sunden
dan Faghri mengatakan bahwa untuk suatu gas to liquid heat exchanger,
luasan untuk gas harus lebih besar dari yang untuk cairan karena koefisien
perpindahan panas konveksi gas lebih kecil dari yang cairan. Kemungkinan
hal serupa yang dapat menjadi sebuah alasan yang kenapa efektivitas lebih
tinggi saat udara panas mengalir di sisi tube dan udara dingin mengalir di
sisi shell. Gas memiliki kerapatan lebih rendah dibanding cairan. Demikian
pula udara panas memiliki kerapatan lebih rendah dibanding udara dingin.
Karena kerapatan udara panas lebih rendah maka agar koefisien pada
perpindahan panas konveksinya tinggi, sementara itu pada luasan yang tidak
diperbesar, udara panas yang harus dapat mengalir dengan kecepatan yang
tinggi (di sisi tube). Untuk pada kondisi udara panas mengalir di tube dan
udara dingin mengalir di shell, dalam penelitian ini belum didapat harga
maksimum efektivitas heat exchanger (Handoyo, 2016).
Heat exchanger (alat penukar panas) merupakan alat yang digunakan
untuk melakukan proses pencampuran suatu fluida yang mempunyai
temperatur berbeda. Heat exchanger banyak diterapkan pada proses industri
susu, obat-obatan, dan lain-lain. Dalam proses ini yang diharapkan adalah
bahwa antara fluida yang sudah berada pada suatu tangki jika dicampurkan
dengan masukan fluida yang baru, maka fluida total di dalam tangki harus
secepatnya mencapai suatu temperature yang diinginkan.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 11


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar 2.1 Skema suatu heat exchanger (Syahputra dkk., 2017).


Pada Gambar 2.1 diperlihatkan pada skema dari suatu heat exchanger.
Untuk kasus yang dimana tersedia media cairan panas, misalnya air, maka
dibutuhkan heat exchanger dengan efisiensi yang tinggi. Shell and tube heat
exchanger merupakan jenis alat penukar panas yang banyak digunakan.
Untuk membuat perpindahan panas lebih baik dan juga untuk digunakan
menyangga tube yang ada di dalam shell, maka sering dipasang baffle.
Perpindahan panas yang lebih baik sangat diharapkan dalam suatu heat
exchanger. Dalam suatu shell and tube heat exchanger, fluida yang satu
mengalir dalam pipa-pipa kecil (tube) dan fluida yang lain mengalir melalui
selongsong (shell). Perpindahan panas dapat terjadi di antara kedua fluida,
dimana panas akan mengalir dari fluida bersuhu lebih tinggi ke fluida
bersuhu lebih rendah. Umumnya, aliran fluida dalam shell and tube heat
exchanger adalah paralel atau berlawanan (Handoyo, 2016).
Untuk membuat aliran fluida dalam shell and tube heat exchanger
menjadi cross flow biasanya ditambahkan penyekat atau baffle. Aliran cross
flow yang didapat dengan menambahkan baffle akan membuat luas kontak
fluida dalam shell dengan dinding tube makin besar, sehingga perpindahan
panas di antara kedua fluida meningkat. Selain untuk mengarahkan aliran
agar menjadi cross flow, baffle juga berguna untuk menjaga supaya tube
tidak melengkung (berfungsi sebagai penyangga) dan mengurangi
kemungkinan adanya vibrasi atau getaran oleh aliran fluida. Secara teoritis,
baffle yang dipasang terlalu berdekatan akan meningkatkan perpindahan
panas yang terjadi di antara kedua fuida, namun hambatan yang terjadi pada
aliran yang melalui celah antar baffle menjadi besar sehingga penurunan
tekanan menjadi besar (Handoyo, 2016).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 12


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Sedangkan jika baffle dipasang terlalu berjauhan penurunan tekanan
yang terjadi akan kecil, namun perpindahan panas yang terjadi kurang baik
dan timbul bahaya kerusakan pipa-pipa karena melengkung atau vibrasi. Hal
ini menunjukkan bahwa jarak antar baffle tidak boleh terlalu dekat ataupun
terlalu jauh, ada jarak tertentu yang optimal untuk heat exchanger tertentu.
Untuk itu akan dilakukan suatu penelitian untuk mempelajari pengaruh
penggunaan baffle pada suatu shell and tube heat exchanger. Efektifitas
pemanasan meningkat seiring dengan peningkatan laju aliran massa sampai
titik tertentu dan kemudian menurun. Hal dapat dimengerti karena dengan
naiknya aliran massa berarti kecepatan aliran meningkat (Handoyo, 2016).
Kecepatan aliran yang meningkat membuat bilangan Reynold aliran
membesar (lebih turbulen), dimana hal ini membawa dampak yang
menguntungkan yaitu kenaikan koefisien perpindahan panas konveksi yang
pada akhirnya meningkatkan koefisien perpindahan panas total dalam heat
exchanger. Namun, kenaikan laju pada suatu aliran massa yang juga dapat
membuat waktu kontak atau waktu singgung antara kedua fluida tersebut
(dalam hal ini udara panas dan udara dingin) menjadi lebih singkat. Jadi,
dengan meningkatnya laju aliran massa perpindahan panas dalam heat
exchanger lebih baik namun waktu kontak lebih singkat. Fenomena ini
memungkinkan adanya nilai optimum dari efektifitas pada laju aliran massa
tertentu. Heat exchanger yang dioperasikan tanpa baffle ternyata memiliki
efektifitas terendah. Semakin kecil jarak antar baffle yang dipasang
membuat efektifitas meningkat namun kemudian menurun. Hal ini
menunjukkan adanya nilai optimum pula untuk jarak baffle yang dipasang
dalam suatu heat exchanger. Penggunaan atau penambahan baffle membuat
kecepatan udara dingin dalam shell meningkat karena luas penampang yang
tegak lurus dengan aliran udara semakin kecil. Heat exchanger yang
dioperasikan tanpa baffle ternyata memiliki suatu efektifitas terendah.
Apabila semakin kecil jarak antar suatu baffle yang dipasang yang membuat
efektifitas dapata meningkat namun kemudian menurun. Hal ini juga

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 13


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menunjukkan adanya sebuah nilai optimum pula untuk jarak baffle dipasang
dalam suatu heat exchanger (Handoyo, 2016).
Penggunaan atau penambahan baffle membuat kecepatan udara dingin
dalam shell meningkat karena luas penampang yang tegak lurus dengan
aliran udara semakin kecil. Dengan bertambahnya kecepatan aliran,
koefisien perpindahan panas akan meningkat. Oleh karena itu dengan
bertambahnya jumlah baffle yang dipasang, atau semakin kecil jarak antar
baffle, efektifitas meningkat. Namun, dengan bertambahnya jumlah baffle
membuat fraksi aliran melintang (cross flow) menurun. Perpindahan panas
yang paling efektif dalam heat exchanger adalah pada aliran jenis melintang
(cross flow). Dengan berkurangnya fraksi aliran melintang berarti
perpindahan panas dari udara panas ke udara dingin menjadi berkurang.
Jadi, jarak antar baffle yang lebih kecil menaikkan koefisien perpindahan
panas namun mengurangi fraksi aliran melintang. Fenomena ini membuat
adanya harga optimum dari efektifitas pada jarak antar baffle tertentu.
Penurunan tekanan aliran sisi shell meningkat dengan naiknya laju aliran
massa dan mengecilnya jarak antar baffle yang digunakan. Semakin banyak
baffle yang dipasang, luas penampang aliran melintang (cross flow) dari
udara semakin kecil. Lintasan yang ditempuh udara dingin semakin panjang
dan untuk laju aliran massa yang sama, dibanding dengan jika jumlah baffle
sedikit, akan membuat kecepatan udara dingin meningkat sehingga
penurunan tekanan membesar (Handoyo, 2016).
Efektivitas alat penukar panas adalah perbandingan antara laju
perpindahan panas sebenarnya dengan laju perpindahan panas yang
maksimum. Panas yang sebenarnya merupakan kemampuan alat untuk
menghasilkan panas, sedangkan panas maksimum merupakan panas yang
dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar. Alat penukar panas HE terdiri
dari empat bagian utama yaitu bagian masukan, keluaran, susunan pipa, dan
tungku. Sebagai alat bantu untuk mensirkulasikan udara digunakan blower.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 14


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Perpindahan panas yang terjadi pada alat penukar panas atau tungku
biomassa ini merupakan perpindahan panas konveksi menuju susunan pipa
yang didalamnya mengalir udara karena bantuan dari hisapan blower.
Karena adanya bantuan hisapan blower, maka terjadilah perpindahan panas
konveksi paksa, kemudian melalui hisapan blower dan dihantarkan keruang
pengering. Panas yang sebenarnya atau aktual merupakan panas pada alat
penukar panas atau tungku biomassa yang akan digunakan sebagai sumber
panas yang akan dimanfaatkan untuk pengeringan, sedangkan panas
maksimum merupakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Untuk
mencari nilai efektivitas, pertama kita perlu mencari kapasitas alat, kapasitas
pipa dengan persamaan kontinuitas.
Q = V.A ................................................................................................... .(2.7)
Setelah itu dilanjutkan dengan mencari bilangan reynold, dengan persamaan
vD
Re = .................................................................................................... .(2.8)

Alat penukar panas konvensional seperti penukar panas pipa rangkap


(double pipe heat exchanger ) dan penukar panas cangkang buluh ( shell and
tube heat exchanger ) selama beberapa dekade mendominasi fungsi sebagai
penukar panas di industri. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan
karena tuntutan effisiensi energi, biaya, serta tuntutan terhadap beban
perpindahan panas yang lebih tinggi dengan ukuran penukar panas yang
kompak menjadi penting. Menanggapi hal itu, maka dibuat suatu penukar
panas kompak. Salah satu jenis penukar panas kompak tersebuat adalah
penukar panas plate and frame heat exchanger.
Alat perpindahan panas terdiri dari lima jenis alat antara lain heat
exchanger, heater, cooler, condenser, dan reboiler. Berikut ini penjelasan
mengenai fungsi dari alat perpindahan panas tersebut sebagai berikut
1. Heat Exchanger
Alat penukar panas ini bertujuan memanfaatkan panas suatu aliran
fluida untuk memanaskan fluida yang lain tanpa perubahan fasa.
Dengan demikian, terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu memanaskan fluida

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 15


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
yang dingin dan mendinginkan fluida yang panas.
2. Heater
Heater berfungsi untuk mamanaskan fluida cair, contohnya furnace.
3. Cooler
Cooler berfungsi untuk mendinginkan fluida cair dengan
menggunakan air sebagai media pendingin.
4. Condenser
Condenser yang berfungsi sebagai untuk mengkondensasikan uap
hasil dari pengolahan sebelumnya dengan menggunakan air pendingin
atau fan (udara) (Iwan Darliansyah, 2017).
5. Reboiler
Reboiler berfungsi memanaskan kembali hasil suatu kolom dengan
menggunakan steam atau media pemanas lain.
Ketel uap (boiler) adalah sebuah alat untuk menghasilkan suatu uap,
yang terdiri dari atas dua bagian penting yaitu dapur pemanasan untuk
menghasilkan panas yang didapat dari suatu pembakaran bahan bakar dan
boiler proper untuk mengubah air menjadi uap. Air dalam siklus kerja
PLTU mengalami proses-proses pemanasan, penguapan, ekspansi,
pendinginan, dan kompresi. Siklus tersebut ini yang dapat atau biasa di
kenal juga sebagai suatu siklus rankine.
Boiler pada prinsipnya dibagi menjadi 2 yaitu boiler pipa api (fire
tube boiler) dan boiler pipa air (water tube boiler). Pada boiler pipa api
gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada didalam shell
untuk diubah menjadi uap. Boiler pipa api yang dapat digunakan untuk
menghasilkan uap dengan kapasitas kecil sekitar 12 ton/jam dengan
tekanan steam rendah sampai sedang. Sedangkan pada boiler pipa air
(water tube boiler) adalah suatu boiler yang biasanya menghasilkan
suatu uap dengan tekanan dan kapasitas yang besar. Boiler jenis ini
adalah boiler transfer panasnya (Iwan Darliansyah, 2017).
Didalam kerja dari heat exchanger terdapat 2 jenis input fluida
diantaranya yaitu fluida panas yang mempunyai suhu yang lebih tinggi

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 16


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dan fluida dingin yang mempunyai suhu yang lebih kecil. Perbedaan
suhu fluida yang masuk ini tentu dapat mempengaruhi kalor yang
dilepas yang terjadi. Selain itu juga berpengaruh pada efisiensi daripada
alat penukar panas yang dapat digunakan.
A. Tipe-tipe heat exchanger
1. Penukar panas pipa rangkap ( double pipe heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda.
Dalam jenis penukar panas ini dapat digunakan untuk
berlawanan arah aliran atau arah searah, baik dengan cairan
panas ataupun dengan cairan yang dingin. Alat penukar panas
pipa rangkap yang terdiri dari dua pipa logam standar yang
dikedua ujungnya di las menjadi satu atau dihubungkan dengan
kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa,
sedangkan fluida yang kedua mengalir di dalam ruang anulus
antara pipa luar dengan pipa di dalam. Alat penukar panas
dengan jenis ini dapat digunakan pada laju alir suatu fluida yang
kecil dan juga dengan tekanan operasi yang cukup tinggi.
Sedangkan pada suatu kapasitas yang lebih besar ini yang dapat
untuk digunakan untuk sebagai alat penukar panas (heat
exchanger) yang jenis selongsong dan juga yang jenis buluh
(shell and tube heat exchanger ) (Sejati, 2019).
2. Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan
dalam industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell
(tabung atau slinder besar) dimana di dalamnya terdapat suatu
bundle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu
jenis fluida mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya
mengalir di bagian luar pipa tetapi masih di dalam shell. Alat
penukar panas shell and tube terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 17


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundle
pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa
tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel.
Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada
alat penukar panas shell and tube dipasang sekat (buffle). Ini
bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah
waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja
pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan dengan
panasnya harus diatur (Sejati, 2019).

Gambar 2.2 Shell and tube heat exchanger (Sejati, 2019).


3. Plate and frame heat exchanger
Alat penukar panas plate and frame yang terdiri dari paket
pelat-pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah
antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak (biasanya
terbuat dari karet). Pelat-pelat dan sekat disatukan oleh suatu
perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat terdapat lubang
pengalir fluida. Melalui lubang ini, fluida yang dialirkan masuk
dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain
mengalir melalui suatu lubang dan ruang pada sisi sebelahnya
karena ada sekat.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 18


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar 2.3 Plate and frame heat exchanger (Sejati, 2019).


4. Jenis spiral
Jenis ini mempunyai bidang perpindahan panas yang
melingkar. Karena alirannya yang melingkar maka sistem ini
dapat melakukan “Self Cleaning” dan mempunyai efisiensi
perpindahan panas yang baik, akan tetapi konstruksi seperti ini
tidak dapat dioperasikan pada tekanan tinggi.
5. Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi
didalam shell, tetapi dibiarkan di udara. Pendinginan dilakukan
dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa
itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara
biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas
permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipe,
perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas
yang lebih kecil dari jenis shell and tube.
6. Koil Pipa
Heat exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang
dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir
atau yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang
mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler
jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang
relative kecil dan fluida yang didalam shell yang akan diproses
lanjut. HE jenis ini disusun dari tabung-tabung (tubes) dengan
jumlah besar mengelilingi tabung inti, dimana setiap HE terdiri
dari lapisan-lapisan tabung sepanjang arah aksial maupun radial.
Aliran tekanan tinggi diberikan pada tube diameter kecil,
sementara untuk tekanan rendah dialirkan pada bagian luar tube
diameter kecil. Heat exchanger jenis ini memiliki keuntungan
untuk kondisi suhu rendah antara lain:

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 19


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
a. Perpindahan kalor dapat dilakukan lebih dari dari dua aliran
secara simultan.
b. Memiliki jumlah unit heat transfer yang tinggi
c. Dapat dilakukan pada tekanan tinggi (Prastiyo, 2016).
Komponen dari STHE merupakan komponen-komponen dasar dari
sebuah STHE adalah :
1. Shell dan Shell cover
2. Tube
3. Channel dan channel cover
4. Tubesheet
5. Baffle
6. Nozzle
Komponen-komponen yang lain meliputi tie-rods dan spacer, pass
partition plate, impingement plate, longitudional baffle, sealing strip,
support, dan pondasi. TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers
Association) menjelaskan lebih rinci mengenai komponen- komponen di
atas. Sebuah STHE dibagi menjadi 3 bagian diantaranya yaitu front
head, shell, dan rear head.
Klasifikasi berdasarkan konstruksi diantaranya yaitu:
1. Fixed tube sheet
Fixed tubesheet merupakan shell and tube heat exchanger yang
terdiri dari tube bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua
tube sheet yang menyatu dengan shell (Iwan Darliansyah, 2017).
Fixed tube sheet heat exchanger yang mempunyai tube yang
lurus yang kedua ujungnya tube sheetnya dilas ke bagian shell.
Keuntungan dari tipe fixed tube sheet adalah :
a. Harganya yang murah karena konstruksinya sederhana sepanjang
tidak membutuhkan sambungan tambahan.
b. Tube bisa dibersihkan secara mekanikal setelah melepas cover
channel atau bonet.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 20


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
c. Kebocoran dari sisi shell bisa diminimalisir karena tidak ada
sambungan flange.
Kerugian dari tipe fixed tubesheet adalah :
a. Bundle apabila tidak dapat dilepas dari shell maka jadi sisi luar
tube tidak dapat juga dibersihkan secara mekanis.
b. Aplikasi hanya terbatas pada clean service (fluida yang bersih)
pada shell side.
c. Apabila akan digunakan pada fouling service (kemungkinan ada
kotoran) pada shell side maka shell side yang dibersihkan dengan
menggunakan chemical cleaning.
d. Apabila perbedaan panas antara tube dan shell terlalu besar maka
diperlukan adanya sambungan tambahan U-tube.
Sesuai dengan namanya, U-tube heat exchanger tubenya
membentuk huruf U. Hanya ada satu tubesheet dalam U-tube heat
exchanger.
Keuntungan dari U-tube heat exchanger adalah :
a. Bundle dapat meregang atau mengkerut jika ada perbedaan
tegangan.
b. Bagian luar dari tube bisa dibersihkan.
c. Tube bundle juga bisa dilepas.
Berikut ini adalah suatu kerugian dari U-tube heat exchanger
diantaranya yaitu adalah :
a. Bagian dalam dari U-tube tersebut tidak dapat untuk dibersihkan
dengan secara efektif, yang harus memerlukan drill shaft yang
fleksibel untuk dapat membersihkannya.
b. U-tube heat exchanger harus sebaiknya untuk tidak digunakan
untuk tube dengan fluida yang kotor (Iwan Darliansyah, 2017).
2. Floating Head
Floating tube sheet heat exchanger merupakan heat exchanger
yang dirancang dengan salah satu tipe tube sheetnya mengambang,
sehingga tube bundle dapat bergerak didalam shell jika terjadi

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 21


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
pemuaian atau penyusutan karena adanya perubahan suhu yang terjadi
dalam heat exchanger (Iwan Darliansyah, 2017).
Heat exchanger tipe floating head adalah heat exchanger yang
paling serbaguna dari tipe STHE dan juga harganya relatif rendah.
Salah satu tubesheet fixed dengan shell dan yang lainnya bebas
mengapung dengan shell. Hal ini membuat free expansion dari tube
bundle diperbolehkan selama permbersihan sisi dalam dan luar tube.
Heat exchanger tipe floating head yang bisa digunakan pada media
baik di shell maupun di tube kotor, yang seperti pada industri
penyulingan minyak mentah. Ada beberapa tipe dari konstruksi tipe
floating head, beberapa yang paling umum adalah TEMA S (pull-
through with backing device) dan TEMA T (pull-trhough). Desain
TEMA S adalah tipe heat exchanger yang paling umum di industri
proses kimia. Penutup floating head diamankan dari floating tubesheet
dengan mengikat ke split backing ring. Penutup dari floating head
terletak dibelakang ujung shell dan terdapat penutup shell yang
berdiameter besar. Untuk membongkar heat exchanger, penutup shell
dilepas terlebih dahulu kemudian split backing ring, dan kemudian
penutup floating head setelah semuanya dilakukan tube bundle dapat
dilepas dari bagian stationari. Konstruksi TEMA T seluruh tube bundle
termasuk floating-head dapat dilepas dari bagian stasinernya, karena
diameter shell lebih besar dari ukuran flange floating head. Cover
floating-head diikat dengan baut langsung ke floating tube sheet
sehingga tidak diperlukan split backing ring. Adapun keuntungan dari
floating head heat exchanger adalah :
a. Tube bundle dapat dilepas dari shell tanpa melepas shell ataupun
cover floating head, sehingga mengurangi lama waktu perawatan.
b. Desain ini yang biasanya dipasangkan dengan kettle reboiler yang
mempunyai sebuah media pemanas kotor, yang dimana tipe U-tube
tersebut tidak dapat digunakan (Bastanta, 2017).
Kerugian dari floating head heat exchanger adalah :

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 22


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
a. Harganya paling mahal diantara tipe heat exchanger lainnya karena
ukuran shellnya yang besar.
Ada juga tipe packed floating-head lainnya yaitu outside packed
stuffing-box (TEMA P) dan outside-packed latern ring (TEMA W).
Karena kedua jenis ini lebih mudah terjadi kebocoran maka
penggunaannya itu hanya dibatasi untuk fluida shell yang tidak
berbahaya, tidak beracun, dan juga untuk tekanan serta suhu sedang
(40 kg/cm2 dan 300 ºC) (Bastanta, 2017).
B. Komponen-komponen Heat Exchanger
Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis
shell and tube akan dibahas beberapa komponen yang sangat
berpengaruh pada konstruksi heat exchange.
Beberapa komponen dari heat exchanger jenis shell and tube,
yaitu:
1. Shell
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang
akan ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa
yang berukuran besar atau pelat logam yang dirol. Shell
merupakan badan dari heat exchanger, dimana didapat tube
bundle. Untuk temperatur yang sangat tinggi kadang-kadang
shell dibagi dua disambungkan dengan sambungan ekspansi.
2. Tube (pipa)
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam aktual
dalam ukuran inch dengan toleransi yang sangat cepat. Tube
dapat dibuat dari berbagai jenis logam, seperti besi, tembaga,
perunggu, tembaga-nikel, aluminium perunggu, aluminium dan
stainless steel. Ukuran ketebalan pipa berbeda-beda dan
dinyatakan dalam bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage
(BWG). Ukuran pipa yang secara umum yang digunakan
biasanya untuk mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku,
Berikut ini jenis-jenis tube pitch antara lain:

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 23


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
a. Triangular Pitch
1. Keuntungan :
a. Film koefisien lebih tinggi daripada square pitch.
b. Dapat dibuat jumlah tube yang lebih banyak sebab
susunannya kompak.
2. Kerugian :
a. Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
b. Tidak baik untuk fluida fouling (Prastiyo, 2016).
3. Sekat (baffle)
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat
exchanger ini ialah antara lain adalah untuk
a. Sebagai penahan dari tube bundle.
b. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.
c. Alat mengarahkan aliran fluida dalam tube (Prastiyo, 2016).
4. Pass Divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels
untuk membagi aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube
pass lebih dari satu.
5. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai pada suatu ujung-ujung tube yang
sehingga menjadi satu yang disebut dengan tube bundle. HE
(heat exchanger) dengan tube lurus pada umumnya yang
menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U
yang menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah
antara tube side dengan shell side. Tube sheet yang merupakan
suatu bagian yang penting pada penukar kalor. Bagian ini
merupakan suatu tempat disatukannya pipa-pipa pada bagian
ujung-ujungnya. Tube sheet ini juga dibuat tebal dan pipa harus
terpasang rapat tanpa bocor pada tube sheet. Dengan konstruksi
fluida yang mengalir pada badan shell tidak akan tercampur

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 24


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dengan fluida yang mengalir didalam tube. Penyambungan antara
tube sheet dengan pipa merupakan suatu hal yang paling penting
untuk diperhatikan, karena segala kegagalan penyambungan ini
akan menyebabkan kebocoran dan menyebabkan pencampuran
antara kedua fluida di dalam penukar kalor (Prastiyo, 2016).
C. Klasifikasi Heat Exchanger menurut arah aliran
Menurut arah aliran fluida heat exchanger dibedakan menjadi
tiga pembagian pokok, yaitu :
1. Lineair Flow (aliran searah)
Heat exchanger dengan tipe aliran searah disebut dengan
istilah pararel flow heat exchanger (PF-HE) atau lineair flow heat
exchanger (LF-HE). Pada heat exchanger tipe ini fluida panas
dan fluida dingin datang atau masuk menuju heat exchanger
lewat sisi sama dan keluar pada sisi yang sama pula.
2. Counter Flow (aliran berlawanan)
Heat exchanger tipe ini memiliki aliran berlawanan dimana
fluida panas datang menuju heat exchanger lewat pada salah satu
sisi sedang fluida dingin lewat pada sisi lainnya.
3. Cross Flow (CF)
Pada tipe Cross Flow aliran fluida melintang tegak lurus
terhadap aliran fluida yang lainnya.
4. Split-flow Heat Exchanger (Aliran spilit)
Heat exchanger ini berdesain shell and tube dengan satu
fluida yang masuk ke sisi shell melalui bagian tengah lalu
mengalir secara longitudinal ke dua arah, berbelok 180oC pada
ujung-ujung shell dan berkumpul untuk keluar yang melalui sisi
outlet. Fluida yang lain mengalir lurus dan hanya satu arah
melintasi sisi tube.
5. Divided-flow Heat Exchanger (Aliran yang dibagi)
Pada tipe ini, salah satu fluida masuk ke sisi shell melalui
inlet terletak ditengah tengah heat exchanger. Di dalam sisi shell,

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 25


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
fluida ini mengalir ke dua arah dan keluar melalui dua outlet.
Pada permukaan inilah terjadi perpindahan panas dari satu zat ke
zat yang lain. Semakin luas bidang kontak total yang dimiliki
oleh heat exchanger tersebut, maka akan semakin tinggi nilai
efisiensi perpindahan panasnya.
Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik heat exchanger
didesain dengan memperbesar luasan dinding dimana terjadi kontak
perpindahan panas akan tetapi perlu dipertimbangkan agar aliran
fluida yang memiliki hambatan yang tidak begitu besar. Pengaturan
pada temperatur permukaan pada heat exchanger yang memiliki
banyak variasi akan tetapi pada temperatur rata-rata dapat dihitung
sebagai contoh untuk menggunakan prinsip log mean temperature
difference (LMTD) atau bisa pula yang juga menggunakan normal
dengan temperature unit (NTU) (Adrianto, 2016).
D. Langkah-langkah yang biasa di lakukan dalam merencanakan atau
mendisain alat penukar kalor adalah
1. Penentuan heat duty (Q) yang diperlukan. Penukar kalor yang
direncanakan harus memenuhi atau melebihi syarat ini.
2. Menentukan ukuran (size) alat penukar kalor dengan perkiraan
yang masuk akal untuk koefisien perpindahan kalor
keseluruhannya.
3. Menentukan fluida yang akan mengalir di sisi tube atau shell.
Biasanya sisi tube di rencanakan untuk fluida yang bersifat
korosif, beracun, bertekanan tinggi, atau bersifat mengotori
dinding. Hal ini dilakukan agar lebih mudah dalam proses
pembersihan atau perawatannya.
4. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan jumlah tube (Nt)
yang digunakan.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 26


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
5. Menentukan ukuran shell. Langkah ini dilakukan setelah kita
mengetahui jumlah tube yang direncanakan. Kemudian
perkirakan jumlah pass dan tube pitch yang akan digunakan.
6. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan jumlah baffle dan
jarak antar baffle yang akan digunakan. Biasanya, baffle memiliki
jarak yang seragam dan minimum jaraknya 1/5 dari diameter
shell tapi tidak kurang dari 2 inch.
7. Langkah yang terakhir adalah memeriksa kinerja dari alat
penukar kalor yang telah direncanakan (Bizzy and Setiadi, 2016).
E. Cara Mengurangi Fouling Pada Alat Penukar Kalor
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan heat exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi. Heat exchanger akan sulit untuk terlepas dari Fouling
(beberapa heat exchanger dapat tidak terjadi fouling dan beberapa
heat exchanger yang lainnya terus menurus mengalami akumulasi
fouling), cukup banyak kerugian yang dapat ditimbulkan oleh fouling
tersebut. Biasanya perancang heat exchanger akan memasukkan nilai
koefisien fouling pada saat penentuan koefisien keseluruhan (overall
coefficient heat transfer) untuk memastikan bahwa heat exchanger
tersebut nantinya ketika dioperasikan tidak mengalami masalah
dalam jangka waktu yang cepat. Fouling juga dapat didefinisikan
sebagai akumulasi endapan yang tidak diiinginkan pada permukaan
alat perpindahan panas. Dikarenakan terdapat endapan atau deposit
pada permukaan perpindahan panas, maka dibutuhkan luas
perpindahan panas yang lebih agar perpindahan panas yang
diinginkan dapat tercapai. Pada shell and tube heat exchanger,
fouling dapat terjadi baik pada bagian dalam (inner tube) maupun
luar tube (outside tube) dan dapat terjadi pula pada bagian dalam
shell . Fouling juga dapat menyebabkan pengurangan cross sectional

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 27


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
area (luas penampang melintang), dan meningkatkan pressure drop,
sehingga dibutuhkan energi ekstra untuk pemompaan. Berikut
beberapa kerugian yang disebabkan oleh fouling diantaranya adalah:
1. Peningkatan capital cost, heat exchanger dengan fouling yang
tinggi akan menyebabkan pengurangan overall coefficient heat
transfer, dengan demikian yang dapat dibutuhkan dari luas area
perpindahan yang lebih (bila dibandingkan dengan fouling yang
lebih rendah). Maka luas heat exchanger yang lebih besar
mengakibatkan peningkatan cost (Anggara, 2019).
2. Memerlukan energi tambahan, energi tambahan sehubungan
dengan peningkatan energi dan effisiensi termodinamika yang
rendah pada kondensasi dan siklus refrigerasi.
3. Maintanance cost untuk antifoulant, chemical treatment dan
untuk pembersihan pada permukaan perpindahan panas yang
tertutup oleh fouling.
4. Pengurangan output atau keluaran (rate) di karenakan adanya
pengurangan cross sectional area.
5. Downtime cost (downtime) adalah kerugian waktu produksi yang
diakibatkan oleh peralatan tidak dapat dioperasikan dengan
semestinya dikarenakan oleh maintanance, power failure atau
power trip, breakdown dan lain-lain).
Fouling secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut :
a. Precipitation fouling (scaling), adalah terjadinya pengendapan
pada bahan-bahan terlarut pada permukaan perpindahan panas.
Jika solute memiliki karakteristik inverse (kebalikan) solubility,
maka pengendapan terjadi pada permukaan panas lanjut
(superheated surface), pengendapan ini disebut dengan scaling,
contohnya calsium sulfat pada air, pengkristalan garam dari
larutan encer. Pengendapan juga dapat terjadi melalui sublimasi
seperti pada ammonium choride pada aliran uap.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 28


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
b. Particulate fouling, adalah akumulasi partikel (dalam fluida)
pada permukaan perpindahan panas. Pada beberapa aplikasi,
akumulasi partikel ini terjadi disebabkan oleh gravitasi.
Fenomena ini disebut juga sedimentasi fouling. Contohnya dust,
karat, pasir halus ( fine sand ) dan lain–lain.
c. Chemical reaction fouling, adalah pembentukan deposit yang
disebabkan oleh reaksi kimia, Nesta juga menyatakan chemical
reaction fouling adalah pemecahan dan sebagai pengikatan
senyawa-senyawa yang tidak stabil pada permukaan perpindahan
panas. Contohnya adalah Oil sludge, Polimerisasi, coking dan
cracking hidrokarbon.
d. Corrosion fouling, Terjadi ketika permukaan perpindahan panas
itu sendiri bereaksi membentuk produk korosi (karat) yang
kemudian mengotori (foul) dan dapat menyebabkan bahan atau
materi pengotor (foulant) lainnya menempel pada permukaan.
e. Biological fouling, adalah penempelan mikro atau makro
organisme biologi pada permukaan perpindahan panas.
f. Solidification fouling, adalah suatu solidifikasi (pembekuan)
liquid pada permukaan subcooled heat transfer (perpindahan
panas pada subcooled) contohnya adalah seperti terjadinya suatu
pembekuan pada es (Anggara, 2019).
Berikut ini adalah cara mengurangi terjadinya suatu fouling pada
heat exchanger, yaitu :
a. Pemilihan heat exchanger (HE) yang tepat, penggunaan beberapa
tipe HE tertentu dapat mengurangi pembentukan fouling di
karenakan area dead space yang lebih sedikit dibandingkan
dengan tipe yang lainnya, seperti plate dan spiral heat
exchanger, namun begitu jenis HE tersebut hanya dapat
menangani design pressure sampai 20–25 bar dan design
temperature 250oC (plate) dan 400oC (spiral).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 29


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
b. Gunakan diameter tube yang lebih besar. STHE yang umumnya
didesain dengan ukuran tube dari 20 mm atau 25 mm, untuk
penggunaan fluida yang kotor (fouling resistance > 0.0004 h-m 2
C/kal) dan gunakan tube dengan diameter (minimum) 25 mm
(outside diameter, OD ).
c. Kecepatan tinggi, seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa
pada kecepatan tinggi, fouling dapat dikurangi, koefisien heat
transfer juga akan semakin tinggi, namun demikian
mengoperasikan HE dengan kecepatan tinggi mengakibatkan
pressure drop yang tinggi pula serta erosi, kenaikan pressure
drop lebih cepat dari pada kenaikan koefisien perpindahan panas,
maka perlu dicari kecepatan yang optimum.
d. Margin pressure drop yang cukup. Pada HE yang digunakan
untuk fluida yang berpotensi membentuk fouling yang tinggi,
disarankan untuk menggunakan margin 30-40 % antara pressure
drop yang diijinkan (allowable) dengan pressure drop yang
dihitung (calculated) hal ini dilakukan untuk antisipasi pressure
drop yang tinggi akibat penggunakan kecepatan yang tinggi.
e. Gunakan tube bundle dan heat exchanger cadangan. Jika
penggunaan HE untuk fluida yang berpotensi membentuk fouling
yang sangat ekstrim, maka tube bundle candangan sebaiknya
digunakan. Jika fouling telah terjadi cukup cepat (setiap 2-3
bulan) maka sebaiknya digunakan HE cadangan. STHE cadangan
juga diperlukan untuk tipe STHE Fixed tube sheet (pembentukan
fouling yang tinggi pada tube, seperti pada reboiler thermosiphon
vertical yang menggunakan suatu fluida polimer yang seperti
pada Butadiene plant) (Anggara, 2019).
f. Gunakan 2 shell yang disusun secara paralel. dengan penggunaan
STHE dimana shell disusun secara seri, maka jika salah satu
STHE telah terjadi penumpukan (akumulasi) fouling (dimana
STHE tersebut diservice) maka STHE yang satunya lagi dapat

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 30


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
digunakan, walaupun tentunya terjadi penurunan output,
sebaiknya kapasitas yang digunakan pada masing-masing antara
60–70 % dari kapasitas total
g. Gunakan Wire Fin tube. Penggunaan Wire fin tube,dapat
mengurangi terbentuknya fouling, pada awalnya penambahan
wire fin tube ini digunakan untuk meningkatkan perpindahan
panas tube pada aliran laminar.
h. Gunakan Fluidized Bed HE, HE pada tipe ini juga dapat
menghandle fouling yang ekstrim. Apabila Fluida kotor
ditempatkan pada shell.
i. Gunakan U-Tube atau floating head. Kelemahanan penggunaan
U-tube adalah kesulitan pembersihan pada bagian U.
j. Gunakan susunan tube secara Square atau Rotate Square.
susunan square menyediakan akses yang lebih sehingga cleaning
HE secara mechanical dengan menggunakan Rodding atau
hydrojetting baik pada susunan triangle, namun begitu tube yang
disusun secara square memberikan koefisien pada heat transfer
yang rendah, untuk situasi seperti ini, maka rotate square yang
dapat untuk digunakan (Anggara, 2019).
k. Meminimalisasikan dead space dengan desain baffle secara
optimum. STHE lebih mudah mengalami fouling dikarenakan
adanya dead space, oleh sebab itu , penentuan jarak antar baffle
(baffle spacing) dan baffle cut sangatlah penting, kedua variable
tersebut sangat berpengaruh dalam pentuan besar kecilnya
koefisien perpindan panas pada shell. Nilai Baffle cut sebaiknya
digunakan antara 20-30 %, dimana baffle cut sebesar 25 %
adalah nilai yang cukup baik sebagai starter. Untuk perpindahan
panas yang hanya melibatkan suhu panas sensible (seperti heater
atau cooler) disarankan agar tidak menempatkan posisi baffle
yang secara vertical.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 31


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
l. Kecepatan tinggi, sama seperti pada tube, pengunaan kecepatan
tinggi pada shell akan dapat mengurangi pembentukan fouling,
dan dapat menaikkan perpindahan panas shell. Kecepatan pada
shell umumnya (disamping faktor lain seperti tube pitch dan
lain–lain) dipengaruhi oleh diameter shell dan baffle spacing.
m. Gunakan tube pitch yang lebih besar untuk fouling yang lebih
sangat tinggi. Umumnya tube pith yang digunakan adalah sebesar
1.25 kali dari OD untuk triangular pitch dan 6 mm lebih dari OD
untuk square. Dengan mendesain heat exchanger sesuai dengan
spesifikasi yang telah intensitas tejadinya fouling pada heat
exchanger akan berkurang (Anggara, 2019).
Prinsip kerja shell and tube heat excanger yaitu dengan
memindahkan panas dari fulida pada temperature berbeda.
1. Kontak secara langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin
melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding
antara kedua fluida.
2. Kontak secara tak langsung
Perpindahan panas yang terjadi antara suatu fluida panas dan
suatu fluida dingin melalui dinding pemisah, lalu fluida akan
mengalir dengan sendiri (Sari, 2019).
2.3 Air (H2O)
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air
adalah satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi
dalam ketiga wujudnya tersebut. Air merupakan substansi kimia dengan
rumus kimia H2O satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang
terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Sumber-sumber air dapat
digolongkan menjadi:
1. Air laut
2. Air permukaan
3. Air atmosfer

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 32


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
4. Air tanah
Air merupakan larutan yang hampir sangat universal, maka zat-zat yang
paling alamiah maupun buatan hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya.
Hal ini membuat air sangat mudah tercemar. Pencemaran air adalah
peristiwa masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lainnya.
Kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai
pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau,
rasa, dan warna. Pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat,
seperti danau dan sungai, serta perairan laut. Karakteristik pencemaran yang
umumnya ada pada limbah cair adalah :
a. Pencemaran yang mengambang
b. Zat tersuspensi
c. Koloid
d. Padatan terlarut
e. Warna
Proses pengolahan yang umumnya dilakukan adalah proses pengolahan
secara fisis, kimia dan biologi. Secara fisis, pengolahan air biasanya melalui
proses filtrasi (penyaringan) dan sedimentasi (pengendapan), untuk
membunuh mikroorganisme dalam air dilakukan pengolahan secara biologis
dengan memberi disenfektan, sedangkan secara kimia dengan menambah zat
kimia yang biasa disebut koagulan dan flokulan. Air adalah substansi kimia
dengan rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen Secara fisik air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 1 atm dan temperatur 273,15 K (0°C) dapat berwujud padatan
(es), cairan (air), dan gas (uap air).
Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam,

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 33


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic. Air memiliki jarak
antara atom H dengan atom O sebesar 0,958 Å dan 2 atom H yang berikatan
dengan atom O membentuk sudut 104,450 ini disebabkan oleh atom O yang
berikatan dengan 2 atom H memiliki 2 pasang elektron-elektron.

Gambar 2.4 Molekul Air (Susanto, 2017).

2.4 Pompa
Secara alamiah air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah
mengikuti gaya gravitasi bumi. Untuk aliran sebaliknya maka dibutuhkan
peralatan yang dikenal dengan pompa. Pompa adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat yang lain,
melalui media (saluran) dengan cara menambahkan energi pada cairan yang
dipindahkan. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan
tekanan antara bagian hisap (suction) dan bagian tekan (discharge).
Perbedaan tekanan pada dua bagian tersebut yang diperoleh dari suatu
mekanisme perputaran impeller yang menjadikan pada bagian hisap
vakum. Perbedaan tekanan pada suatu sisi hisap inilah yang membuat cairan
mampu untuk berpindah.
Pompa merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengalirkan
fluida dari permukaan yang lebih rendah ketempat yang lebih tinggi,
ataupun ketempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah. Pompa
digunakan untuk memindahkan fluida dengan memberikan kerja mekanis
melalui sudut- sudut atau baling-baling. Pompa memiliki kegunaan yang
sangat luas baik dikalangan rumah tangga ataupun skala industri. Desain
sistem perpipaan menjadi sangat penting dan mempunyai efek yang sangat
besar dalam kinerja pompa. Sistem pompa akan beroperasi dengan
performansi yang optimal jika ketiga komponen sistem pompa tersebut

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 34


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
direncanakan dengan baik dan sesuai dengan standar pemakainya.
Namun dalam aplikasinya sering kali sistem perpipaan pompa tersebut
tidak dapat beroperasi sesuai dengan titik kerja performasi terbaiknya (best
efficiency point). Dalam aplikasinya seperti untuk skala industri, skala hotel,
dan yang lainya, dua pompa atau lebih yang dioperasikan secara paralel
untuk mendapatkan kapasitas aliran fluida yang lebih besar. Head atau
kapasitas air yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan menggunakan
hanya satu unit pompa saja, maka dari itu perlu digunakan dua unit pompa
atau lebih yang disusun secara paralel. Pengoperasian pompa sentrifugal
sangat diperlukan perhatian yang khusus atau yang lebih mendalam dalam
memeriksa keadaan pompa tersebut (Febrianto, Kabib dan Nugraha, 2018).
Pompa merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindahkan cairan
yang satu ke fluida yang lainnya dengan bantuan alat pompa yang akan
memberikan energinya pada suatu fluida tersebut yang akan dipindahkan
mengkonversi energi mekanik menjadi energi kinetik. Energi mekanik yang
diberikan pompa digunakan untuk meningkatkan kecepatan, tekanan, atau
elevasi (ketinggian). Pada umumnya pompa digerakkan oleh motor, mesin
atau sejenisnya. Banyak faktor yang menyebabkan jenis dan ukuran pompa
serta bahan pembuatnya berbeda, antara lain dipengaruhi oleh jenis fluida
dan volume fluida, tinggi dan jarak pengangkutan fluida, serta tekanan yang
diperlukan dan sebagainya. Prinsip kerja pada pompa itu sendiri dapat
membuat suatu perbedaan tekanan antara bagian hisap (suction) dan dengan
bagian tekan (discharge). Dalam suatu pabrik atau industri, selalu
dijumpai keadaan dimana bahan-bahan yang diolah dipindahkan dari
suatu tempat ke tempat lain atau suatu tempat penyimpanan ke tempat
pengolahan. Pemindahan ini dapat juga dimaksudkan untuk membawa bahan
yang akan diolah dari sumber dimana bahan itu diperoleh. Cairan yang lebih
tinggi akan sendirinya mengalir ke tempat yang lebih rendah, maka alat yang
lazim untuk digunakan adalah pompa (Harahap dan Fakhrudin, 2018).
Berikut ini macam-macam pompa diantaranya yaitu sebagai berikut:

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 35


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal adalah suatu mesin yang mengubah energi
mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Pompa
sentrifugal mempunyai sebuah impeller (baling-baling) untuk
mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih
tinggi. Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutarkan
impeller di dalam zat cair. Maka zat cair yang ada di dalam impeller,
oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar. Karena timbul gaya sentrifugal
maka zat cair mengalir ketengah impeller keluar kesaluran diantara
sudu-sudu. Disini head tekanan zat cair menjadi lebih tinggi. Begitu juga
head bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan. Zat cair
keluar dari impeller akan ditampung kesaluran berbentuk volut (spiral)
dikeliling impeller akan disalurkan keluar dengan pompa melalui nosel.
Di dalam nosel ini sebagian head yang kecepatan aliran yang diubah
menjadi head tekanan. Pompa sentrifugal sebagai salah satu jenis pompa
yang banyak digunakan di sakala industri, pompa ini bekerja dengan
putaran impeller sebagai elemen pemindah fluida yang digerakkan oleh
suatu penggerak mula. Zat cair yang berada didalam akan berputar yang
disebabkan oleh dorongan sudu-sudu dan menimbulkan gaya sentrifugal
yang menyebabkan cairan mengalir dari tengah impeller dan keluar
melalui saluran diantara sudu-sudu dan meninggalkan impeller dengan
kecepatan tinggi. Mengatasi permasalahan tersebut maka dirancanglah
sistem pompa paralel dengan daya bervariasi untuk meningkatkan
kapasitas air. Sistem yang dirancang terdiri dari rangka pompa dan pipa,
kapasitas air, tekanan air, dan head.
Dengan melihat dan mempelajari sumber-sumber referensi serta
penelitian. Pompa sentrifugal sebagai salah satu jenis pompa yang
banyak digunakan di sakala industri, pompa ini bekerja dengan putaran
impeller sebagai elemen pemindah fluida yang digerakkan. Zat cair yang
berada didalam akan berputar yang disebabkan oleh dorongan sudut dan
menimbulkan gaya sentrifugal menyebabkan cairan mengalir dari tengah

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 36


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
impeller dan keluar diantara sudut dan impeller dengan kecepatan tinggi.
Pompa sentrifugal adalah suatu pompa dynamic (Febrianto dkk, 2018).

Gambar 2.5 Pompa rumah keong tipe radial (Dwantoro, 2020).


2. Pompa Paralel
Pompa paralel adalah beberapa unit pompa yang dihubungan pada
saluran pipa yang sama. Pada suatu pompa yang dipasang secara paralel
akan menghasilkan suatu kapasitas air yang lebih besar dengan kapasitas
air yang kelipatanya dari setiap pompa yang terpasang dengan catatan
bahwa pompa yang dipasang secara paralel harus mempunyai kapasitas
pompa yang sama. Operasi sistem paralel pada umumnya beberapa unit
pompa yang dapat digabungkan untuk menangani fluktuasi flow yang
besar dari suatu sistem. Arrangement ini juga banyak dapat digunakan
pada water treatment yang dimana air minum yang di suplay dari plant
treatment ke subdivisi yang akan fluktuasi besar sepanjang waktu.
Pemakaian beberapa buah unit pompa dalam suatu sitem memungkinkan
pompa akan dihidupkan dan dimatikan sesuai kebutuhan untuk
memenuhi variasi permintaan. Susunan suatu sistem paralel digunakan
jika diperlukan kapasitas air yang lumayan besar yang tidak dapat
dipenuhi oleh satu pompa saja, atau jika diperlukan pompa cadangan
yang akan dipergunakan jika pada pompa utama tersebut terjadi
kerusakan atau proses dalam perbaikan Sistem pemipaan adalah suatu
sistem jaringan pipa yang terpasang pada suatu rangkaian yang
mempunyai fungsi untuk menyalurkan fluida. Komponen dalam sistem
pemipaan meliputi pipa, flange, fitting, pembautan, gasket, valve, dan
bagian-bagian dari komponen pemipaan lainnya. Ini juga termasuk
gantungan pipa dan support serta benda lainnya yang diperlukan untuk
mencegah tekanan dan dengan suatu tegangan yang berlebih dari suatu

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 37


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
komponen-komponen yang bertekanan (Febrianto dkk, 2018).

2.5 Fluida
Fluida merupakan zat yang tidak menolak terhadap perubahan bentuk
bila terkena gaya atau tekanan dan memiliki kemampuan untuk mengalir
secara kontinyu (terus-menerus) bila dikenakan gaya atau tekanan. Cairan
dan gas termasuk kategori fluida karena yang memiliki sifat-sifat fluida,
sebaliknya benda padatan tidak termasuk pada kategori fluida karena tidak
dapat berubah bentuk bila dikenai gaya atau tekanan maupun dapat
mengalir. Fluida yang terbagi atas dua kategori diantaranya yaitu fluida
statis (diam) dan fluida dinamis (bergerak). Aliran fluida dapat kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari misalnya di sungai, di sekitar rumah kita, di
dalam industri yang memiliki pola-pola tertentu (Penyusun, 2018).
Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari
benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif
kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar
diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk
maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya
dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat
besar. Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap,gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering secara
kolektif disebut sebagai fluida. Ilmu perekayasaan tentang mekanika fluida
telah dikembangkan melalui pemahaman mengenai sifat-sifat fluida. Fluida
adalah zat yang berubah bentuk secara kontinyu (terus-menerus) bila terkena
tegangan geser, berapa pun kecilnya tegangan geser itu. Gaya geser adalah
komponen gaya yang menyinggung permukaan, dan gaya ini yang dibagi

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 38


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dengan luas permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada
permukaan itu. Fluida ini dapat diklasifikasikan sebagai fluida newton dan
fluida bukan newton (Muhajir, 2017).
Dalam fluida newton terdapat hubungan linear antara besarnya tegangan
geser yang diterapkan dan laju pada perubahan bentuk yang akan
diakibatkan (µ konstan). Dalam fluida bukan newton terdapat hubungan tak
linear. Gas dan cairan yang cenderung bersifat seperti fluida newton,
sedangkan hidrokarbon yang berantai panjang yang kental mungkin yang
bersifat bukan newton. Sifat kerapatan dan sifat viskositas memegang
peranan penting dalam hal aliran fluida di dalam saluran terbuka maupun
saluran tertutup, dan untuk hal aliran sekitar benda yang terendam. Aplikasi
dalam suatu mekanika fluida ini yang memiliki peran dalam bidang industri,
bidang pertanian, dan bifang kedokteran itu (Fathoni and Novianto, 2018).
Perbedaan-perbedaan utama antara cairan dan gas adalah:
a. Cairan praktis tak kompresibel, sedangkan gas kompresibel.
b. Cairan akan mengisi suatu volume tertentu sehingga akan mempunyai
permukaan-permukaan yang bebas sedangkan gas dengan massa tertentu
yang akan mengembang sampai mengisi seluruh bagian-bagian dari
wadah yang akan di tempatinya (Pot, 2016).
Adapun fluida yang dilewatkan tube atau shell dalam heat exchanger yaitu:
1. Fluida yang kotor dilewatkan melalui tube karena dapat dengan mudah
dibersihkan sedangkan melalui shell sukar dibersihkan atau adanya
sejumlah besar dari endapan atau peruntuhan ada yang dapat terkumpul
di shell dan dapat di keluarkan melalui tempat pembuangan pada shell.
2. Fluida yang bertekanan tinggi, korosif dan water di lewatkan melalui
tube karena corrosion resistance tube relatif lebih murah juga kekuatan
dari tube lebih besar dari pada shell.
3. Fluida yang mempunyai volume yang lebih besar (uap, gas) dilewatkan
melalui shell karena cukup adanya ruangan.
4. Fluida yang mempunyai volume lebih kecil dapat di lewatkan melalui
shell dengan memasang cross baffle yang dapat di gunakan untuk

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 39


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menambah transfer tanpa menghasilkan kelebihan pressure drop.
5. Bila pressure drop yang rendah dapat dilewatkan shell.
6. Fluida yang viscous nya mempunyai low transfer dapat dilewatkan
melalui shell karena dapat digunakan cross baffle.
7. Dalam fine tube equipment, fluida bertekanan tinggi, kotor, dan korosif
dapat dilewatkan pada tube karena lebih murah dan dapat dibersihkan
dengan mudah dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dari pada
bagian luar fin tube (Pot, 2016).
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau
tenggelam di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga
bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak
disadari. Fluida ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni:
a. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak
(diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan
kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa
partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam
sehingga tidak memiliki gaya geser. Contoh fenomena fluida statis dapat
dibagi menjadi statis sederhana dan tidak sederhana. Contoh fluida yang
diam secara sederhana adalah air di bak yang tidak dikenai gaya oleh
gaya apapun, seperti gaya angin, panas, dan lain-lain yang
mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida statis yang tidak
sederhana adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam pada tiap
partikel di berbagai lapisan dari permukaan sampai dasar sungai. Cairan
yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbang
sehingga cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri diimbangi
dengan gaya dari sebelah kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah.
Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan gaya sebesar
Mg. Gaya ini tersebar merata pada seluruh permukaan dasar bejana.
Selama cairan itu tidak mengalir (dalam keadaan statis), pada cairan

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 40


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tidak ada gaya geseran sehingga hanya melakukan gaya ke bawah oleh
akibat berat cairan kolom tersebut (Pot, 2016).
Sifat-sifat fluida sifat fisis fluida dapat ditentukan dan dipahami
lebih jelas saat fluida berada dalam keadaan diam (statis). Sifat-sifat fisis
fluida statis ini di antaranya, massa jenis, tegangan permukaan,
kapilaritas, dan viskositas. Dalam Fisika, ukuran kepadatan (densitas)
benda homogen disebut massa jenis, yaitu massa per satuan volume. Jadi
massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa
setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total
massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang
lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis
lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per
meter kubik (kg·m-3) Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat.
Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun
massanya volumenya akan memiliki massa jenis yang sama (Pot, 2016).
b. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang
bergerak. Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida disini
dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu),
tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental,
tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran). Dalam kehidupan
sehari-hari, banyak sekali hal yang berkaitan dengan fluida dinamis ini.
Besaran-besaran dalam fluida dinamis debit aliran (Q). Atau jika ditinjau
2 tempat, maka debit aliran 1 sama dengan debit aliran 2. Hukum
Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan
energi yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa
jumlah tekanan (p), energi kinetik per satuan volume, dan energi
potensial per satuan volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik
sepanjang suatu garis arus. Penerapan dalam teknologi pesawat terbang
gaya angkat pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 41


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
terbang karena dengan memanfaatkan Hukum Bernoulli yang membuat
laju aliran udara tepat di bawah sayap, laju aliran di atas akan
mengakibatkan tekanan di atas (Pot, 2016).
A. Aliran Fluida
Secara garis besar jenis-jenis aliran dapat dibedakan atau
dikelompokkan sebagai berikut (Muhajir, 2017):
1. Aliran Tunak (steady) adalah suatu aliran yang dimana kecepatannya
tidak terpengaruh oleh perubahan waktu sehingga kecepatan konstan
pada setiap titik (tidak mempunyai percepatan).
2. Aliran Tidak Tunak (unsteady) suatu aliran dimana terjadi perubahan
kecepatan terhadap waktu.
3. Aliran seragam (uniform) suatu aliran yang tidak terjadi perubahan
baik besar maupun perubahan arahnya.
4. Aliran tidak seragam (non uniform) suatu aliran yang dalam kondisi
berubah baik kecepatan maupun penampang berubah.
Berikut ini adalah tipe-tipe dari aliran fluida diantaranya yaitu
1. Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang
bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu
lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminar ini mempunyai nilai
bilangan Reynold nya kurang dari 2300 (Re < 2300).
2. Aliran transisi
Aliran Transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar
ke aliran turbulen. Keadaan peralihan tergantung pada viskositas
fluida, kecepatan dan lain-lain dimana nilai bilangan Reynold nya
antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re<4000).
3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana
pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan dapat saling tukar momentum dari

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 42


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang
besar. Dimana nilai bilangan Reynold nya tersebut lebih besar dari
4000 (Re>4000) (Muhajir, 2017).

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas


Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat
Exchanger) terutama heat exchanger tipe shell and tube:
1. Penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas,
hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
2. Pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat
hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. Dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas
berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak
baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan kurang
menyimpang dari aliran melintang.
5. Melakukan penelitian dengan penggunaan baffle dapat meningkatkan
efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan
koefisien perpindahan panas (Prastiyo, 2016).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 43


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat
TI
4

TI
3 V1

V2

TI
1 E1

V3 TW
1

V4
V7
D1
V5
SV
FI 1
1
V11

TI
2
J1
V6 V10
Cold Water
FI
2

V8

G1
V9

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Shell and Tube Heat Exchanger


Keterangan Gambar
V1 = Kran aliran keluar Co-Current
V2 = Kran aliran keluar Counter-Current
V3 = Kran aliran masuk Co-Current
V4 = Kran aliran masuk Counter-Current
Tw1 = Indikator suhu operasi
TI1 = Indikator suhu masuk pendingin
TI2 = Indikator suhu masuk pemanas
TI3 = Indikator suhu keluar pendingin
TI4 = Indikator suhu keluar pemanas
F11 = Indikator laju alir pendingin
F12 = Indikator laju alir pemanas
G1 = Pompa

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 44


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
J1 = Tangki penampung air
E1 = Shell and tube

3.2 Bahan
Air (H2O)

3.3 Cara Kerja


Pertama-tama menyalakan alat, kemudian mengatur suhu operasi alat
(TW1) dengan suhu 50oC. Lalu mengatur kran debit untuk aliran counter
current. Kemudian mengatur debit untuk air pendingin sampai 500 L/jam
kemudian debit air pemanas 600 L/jam. Kemudian mencatat semua suhu
yang ditampilkan alat setelah tercapai suhu operasi alat. Kemudian
melakukan prosedur yang sama dari awal untuk pengambilan data
berikutnya.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 45


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3.4 Diagram Alir

Menyalakan alat shell and tube heat exchanger

Mengatur suhu operasi suhu 50 oC

Mengatur kran debit untuk aliran counter current

Mengatur debit 500 L/jam untuk pendingin dan 600 L/jam untuk pemanas

Mencatat suhu yang ditampilkan alat setelah tercapai suhu operasi alat

Melakukan prosedur yang sama dari awal untuk pengambilan data


berikutnya

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 3


LABORATORIUMOPERASITEKNIKKIMIA
IPROGRAM STUDI TEKNIK
KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRIUNIVERSITASMUSLIMIN
BAB IV DONESIA

PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan

q Ud Rd(hr.Ft2.F/Bt
No Variasi ∆P (Psi)
(Btu/hr.Ft2.F) (Btu/hr.Ft2.F) u)
Harus
Standar ±250-500 <0,001 <5
Balance
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
1 Counter 1,0927 0,9053
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
2 Counter 0,3939 2,5283
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
3 Counter 0,0518 19,2591
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 163,1635
4 Counter 0,0683 14,6215
Tube Tube
Current
754,661 9537820,9
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 0,000049
5 Counter 0,4346 2,2909
Tube Tube
Current
754,661 0,00000648
Flow

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUMOPERASITEKNIKKIMIA
IPROGRAM STUDI TEKNIK
KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRIUNIVERSITASMUSLIMIN
Suhu DONESIA
Shell Shell
50°C
27931,902 0,000049
6 Counter 0,0710 14,0638
Tube Tube
Current
754,661 0,00000648
Flow
Suhu
Shell Shell
50°C
27931,902 0,000049
7 Counter 0,4865 2,0453
Tube Tube
Current
754,661 0,00000648
Flow

4.2 Pembahasan
Coefficient Clean Overall (Uc) adalah hantaran perpindahan panas dalam
keadaan bersih, sedangkan Coefficient Dirt Overall (Ud) adalah hantaran
perpindahan panas dalam keadaan kotor. Secara teoritis, nilai Uc harus lebih
besar daripada nilai Ud. Hal ini dikarenakan perpindahan panas saat Heat
Exchanger dalam keadaan bersih lebih baik daripada dalam keadaan kotor
karena masih sedikitnya hambatan yang mengganggu saat proses
perpindahan panas terjadi. Hasil perhitungan nilai untuk Uc sebesar
102,6475 Btu/hr.Ft2.F dan hasil perhitungan nilai Ud sebesar 1,0927
Btu/hr.Ft2.F. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhitungan sesuai dengan
nilai teori yaitu nilai Uc lebih besar daripada nilai Ud. Karena nilai
perpindahan panas dalam keadaan kotor (Ud) harus lebih kecil daripada
perpindahan panas dalam keadaan bersih (Uc) (Zain dan Mustain, 2020).
Jumlah baffle hanya mempengaruhi fouling resistance pada sisi shell dan
tidak mempengaruhi sisi tube, semakin banyak jumlah baffle maka fouling
resistance akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan fungsi baffle yakni
sekat untuk mengatur aliran dalam shell agar terbentuk aliran turbulen.
Aliran turbulen disebabkan karena jarak antar baffle yang semakin kecil
sehingga luas permukaan pada shell menjadi lebih kecil. Ketika luas
permukaan pada shell menjadi lebih kecil maka kecepatan aliran massa
semakin tinggi dan bilangan Reynold juga akan tinggi sehingga fouling
resistance semakin rendah (Malwindasari, 2017).
ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 47
LABORATORIUMOPERASITEKNIKKIMIA
IPROGRAM STUDI TEKNIK
KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRIUNIVERSITASMUSLIMIN
Fouling Factor (Rd) menunjukkan besarnya faktor DONESIA
pengotor,
dikarenakan adanya endapan sehingga memberikan tahanan tambahan
terhadap aliran panas. Semakin lama heat exchanger digunakan akan
menyebabkan pengotoran (fouling) pada bagian dalam heat exchanger
tersebut. Lapisan pengotoran ini menyebabkan penambahan tahanan termal
dan menyebabkan laju perpindahan panas pada heat exchanger berkurang,
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja dari heat exchanger.
Pada pratikum ini, hasil perhitungan didapat nilai fouling factor Rd = 0,9053
hr.Ft2.F/Btu jauh lebih besar dari nilai toleransi yang diijinkan (fouling
resistance) sebesar 0,0001 hr.Ft2.F/Btu, dari hal ini maka dapat disimpulkan
bahwa kotoran dan deposit yang menempel pada tube merupakan penyebab
utama menurunnya performa heat exchanger (Zain dan Mustain, 2020).
Optimisasi fouling resistance perlu menentukan konstrain yakni batasan
yang harus dipenuhi agar kinerja heat exchanger efisien. Konstrain pada
optimisasi ini yakni nilai heat duty (Q) pada shell and tube heat exchanger
harus sesuai dengan data desain heat exchanger. Heat duty adalah panas yang
harus diserap oleh heat exchanger. Apabila nilai heat duty tidak terpenuhi
maka efisiensi heat exchanger menjadi tidak maksimal. Konstrain yang
lainnya yakni pressure drop pada shell (Δps) dan tube (Δpt) yang nilainya juga
tidak boleh melebihi data desain yakni <5 psi. Apabila nilai pressure drop
melebihi nilai data desain heat exchanger maka berpengaruh pada konsumsi
pompa yang membutuhkan energi lebih besar (Malwindasari, 2017).
Semakin kecil diameter luar tube maka pressure drop pada sisi shell dan
tube akan semakin besar, semakin kecil nilai diameter dalam shell maka nilai
pressure drop semakin besar, semakin banyak jumlah baffle maka pressure
drop di sisi shell akan semakin besar namun jumlah baffle tidak berpengaruh
pada pressure drop di sisi tube (Malwindasari, 2017).

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 48


LABORATORIUMOPERASITEKNIKKIMIA
IPROGRAM STUDI TEKNIK
KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRIUNIVERSITASMUSLIMIN
BAB V DONESIA

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan :
A. Pada data aliran counter current, shell and tube dengan Rata-rata nilai
pressure drop (∆P) berada dibawah nilai standar yang telah ditentukan,
untuk nilai perpindahan panas untuk keseluruhan (Ud) untuk counter
current dengan temperature 50oC yaitu 1,0927 btu/hr.ft2.F. Nilai faktor
pengotor (Rd) yang dihasilkan berdasarkan perhitungan pada suhu
operasi 50oC aliran counter current = 0,9053hr.Ft2.F/Btu, untuk ∆P pada
temperatur 50oC yaitu shell 163,1635 Psi, tube 9537820,9 Psi.
B. Rata-rata nilai Rd diatas nilai standar yang telah ditentukan, hal ini
dapat disimpulkan bahwa alat tidak layak lagi digunakan karena
faktor pengotor yang tinggi sehingga menyebabkan menurunnya
performa heat exchanger.
a.

5.2. Saran
A. Saran Untuk Laboratorium
Pratikan berharap pihak laboratorium dapat memaksimalkan kualitas
dari alat-alat laboratorium agar dapat digunakan untuk pratikum dan
belajar dengan baik.
B. Saran Untuk Asisten
Pratikan berharap para asisten tetap sabar menghadapi kami dan tetap
menjaga sifat ramahnya agar proses transfer ilmu terjalin dengan baik.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto (2016) „Klasifikasi Heat Exchanger Berdasarkan Pengaturan Aliran‟:


Anggara, C. T. (2019) „Alat Penukar Kalor‟, Kalor, pp. 1–113.
Bastanta, J. (2012) „Alat Proses SHTE 2012 Mengenal Alat Proses " Shell and
Tube Heat Exchanger "‟, pp. 1–22.
Bizzy, I. and Setiadi, R. (2016) „Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell
and Tube dengan Program Heat Transfer Research Inc. ( Htri )‟, Jurnal
Rekayasa Mesin Universitas Sriwijaya, 13(1), pp. 67–76.
Dwantoro, R. B. (2020) „Pengaruh Jumlah Sudu Impeler Terhadap Unjuk Kerja
Pompa Sentrifugal Skripsi‟.
Fathoni, W. and Novianto, S. (2018) „Analisa Aliran Fluida (Fully Developed
Flow) pada Pipa Circular dengan Menggunakan CFD Fluent’, Jurnal Teknik
Mesin Untirta, IV(2), pp. 43–49.
Febrianto, I., Khabib, M. and Nugraha, B. S. (2018) „Perancangan Sistem Pompa
Paralel dengan Daya Bervariasi untuk Meningkatkan Kapasitas Air‟, Jurnal
Crankshaft, 1(1). doi: 10.24176/crankshaft.v1i1.2584.
Handoyo, E. A. (2016) „Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell and Tube Heat
Exchanger’, pp. 19–23.
Handoyo, E. A. (2016) „Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell
and Tube Heat Exchanger‟, 2(2), pp. 86–90.
Haryadi and Mahmudi, A. (2019) „Buku Ajar Perpindahan Panas 130620‟, p. 72.
Iwan Darliansyah (2017) „Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 11E-25 pada
Preheating Section dalam Crude Distilling Unit di PT Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap‟, Hilos Tensados, 1, pp. 1–476.
Kern, D. Q. (1950) Process Heat. New York City: McGraw-Hill International
Book Company.
Muhajir (2017) „Aliran Fluida‟, Journal Teknik, 1(1), pp. 10–14.
Mursadin, A. and Subagyo, R. (2016) „B a h a n Aj a r Perpindahan Panas I Hmkk
453‟.
Penyusun (2018) Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia.
Pot, D. (2016) „Fluida‟, Bahan Belajar Mandiri.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Prastiyo, S. (2016) „Heat Exchanger Shell and Tube‟, pp. 6–50.
Putra, I. (2017) „Studi Perhitungan Heat Exchanger Type Shell and Tube
Dehumidifier Biogas Limbah Sawit untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas‟,
Jurnal POLIMESIN, 15(2), p. 42. doi: 10.30811/jpl.v15i2.373.
Sari, A. F. (2019) Shell and Tube Heat Exchanger Design pada Heater dengan
Pemanas Steam pada Ethanolamine Plant.
Sejati, A. W. (2019) „Hambatan Perpindahan Panas Akibat Kerak CaCo3 pada
Pipa Heat Exchanger Tipe Shell and Tube dan Pengendaliannya dengan Aditif
Asam Format dan Asam Oksalat‟, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Susanto, R. (2017) „Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada
Industri Semen‟, pp. 4–7.
Syahputra, R. dkk. (2017) „Simulasi Pengendalian Temperatur pada Heat
Exchanger Menggunakan Teknik Neuro-Fuzzy Adaptif‟, 8, pp. 161–168.
Wibowo, A (2016) „Perpindahan Panas‟, 10(1), pp. 47–53.
Wicaksono dkk. (2017) „Perancangan Eco Heat Exchanger Type 1-2 Shell and
Tube dan Pengaruh Jumlah Baffle Terhadap Transfer Panas‟, 01(1), pp. 27–30.

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Perhitungan Suhu Operasi dengan TW 550C Pada 0 Menit
A. Menghitung Laju Massa Bahan
1. Untuk Fluida Panas
W Fluida panas = ρ fluida panas x Q fluida panas
= 999,839 kg/m3 x 0,6 m3/jam
= 600 kg/jam
= 600 x 2,205
= 1.323 lb/jam
2. Untuk Fluida Dingin
W fluida dingin = ρ fluida panas x Q fluida panas
= 999,839 kg/m3 x 0,5 m3/jam
= 500 kg/jam
= 500 x 2,205
= 1.102 lb/jam

B. Menghitung Neraca Panas Shell and Tube Heat Exchanger


1. Untuk Shell
Q Shell = W bahan x Cp Bahan x ΔT Shell
= 1.102 lb/jam x 0.9983 btu/lb.F x 25,38 F
= 27931,90 btu/jam
2. Untuk Tube
Q Tube = W bahan x Cp Bahan x ΔT Shell
= 600 lb/jam x 0.9983 btu/lb.F x 1,26 F
= 754,66132 btu/jam
C. Menghitung Nilai
1. Mencari nilai R

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2. Mencari nilai S

3. Mencari nilai LMTD

LMTD =

= 0,861481205

4. Menghitung nilai ΔT

ΔT = t x MTD

= 0.999 x 0,861481205 F

= 0,860619724 F

D. Menghitung koefisien perpindahan panas konveksi (h) masing-


masing shell and Tube
1. Untuk Shell
a. Menghitung Luas area aliran shell (as)

ft2

= 0,006072478 ft2
b. Menghitung Kecepatan Massa Per satuan luas (Gs)

lb/jam . ft2

= 1159137,965 lb/jam . ft2

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. A-2


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
c. Menghitung nilai Bilangan Reynolds (Re)

Reshell =

= 439248,919

d. Mencari Nilai JH Shell

JH = 120 (figure 28 kern halaman 845)

e. Menghitung koefisien perpindahan panas konveksi shell

( )

( )

= 174.58593 btu/jam.ft2. F

= 184,1979071 btu/hr.ft2. F

2. Untuk Tube
a. Menghitung Luas area aliran Tube (at)

= 0,006815972 ft2

b. Menghitung Kecepatan Massa Per satuan luas (Gt)

= 194071,6532 lb/jam . ft2

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. A-3


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
c. Menghitung nilai Bilangan Reynolds (Re)

ReTube =

= 64449,8669

d. Mencari Nilai JH Tube


JH = 120 (figure 24 kern halaman 841)
e. Menghitung koefisien perpindahan panas konveksi shell

( )

( )

= 341.937btu/jam.ft2. F

= 360,7626339 btu/hr.ft2. F

Hio = Hi x

= 360,7626339 x

= 231,8501194 btu/hr.ft2. F

E. Menghitung kofisien perpindahan panas total (U)


1. Mencari luas perpindahan panas (A)
a. Mencari luas perpindahan panas (A)
A = a” x xN
= 0,0223 ft2/ft x 305.118 ft x 0,436509 ft
= 29700,64593 ft2
b. Mencari koefisien perpindahan panas kotor (Ud)

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. A-4


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 1.0357331btu/jam.ft2. F
= 1,092756307 btu/hr.ft2. F
2. Mencari Koefisien perpindahan panas bersih (Uc)

= 102,6475408 btu/hr.ft2. F
F. Menghitung Faktor pengotor (Rd) Shell and Tube

= 0,905375041 btu/hr.ft2. F
G. Menghitung penurunan Tekanan Pressure drop (ΔP) Shell and Tube
Untuk Shell
1. Menghitung Pressure Drop dalam Shell

= 163,163503 psi
Untuk Tube
1. Menghitung Pressure Drop dalam Tube ΔPt
a. Mencari ΔPt

= 9357820,919 psi
b. Mencari ΔPτ

= 0.095022367 psi

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. A-5


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
c. Mencari ΔPT
ΔPT = ΔPt + ΔPτ
= 9357820,919 psi + 0,095022367 psi
= 93578210,014 psi

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. A-6


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAMPIRAN B
DATA PENGAMATAN

B.1. Data Pengamatan Shell and Tube Heat Exchanger


1. Tinggi alat = 94 cm
2. Jarak antar baffle = 5 cm
3. Jumlah tube =5
4. Jumlah phases =1
5. Laju alir Shell = 500 L/Jam
6. Laju alir Tube = 600 L/Jam
B.2. Suhu Operasi Shell and Tube Heat Exchanger
Tabel B.2 Suhu Operasi Shell And Tube Heat Exchanger
Suhu operasi
50oC 50oC 50oC 50oC
T⁰C Counter Counter Counter Counter
current current current current
To 28,2 30,1 28,9 44,2
T1 28,4 31,3 29,5 49,6
T2 28,6 31,5 29,8 49,7
T3 28,8 31,7 30 49,7
T4 29,0 31,9 30,2 49,6
T5 29,2 32 30,4 49,5
T6 29,4 32,2 30,6 49,5

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
C.1 Alat

C.2 Kegiatan Praktikum

Gambar C.2 Waktu 0 Menit (T0)

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.3 Waktu 5 Menit (T1)

Gambar C.4 Waktu 10 Menit (T2)

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-2


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.5 Waktu 15 Menit (T3)

Gambar C.6 Waktu 20 Menit (T4)

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-3


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.7 Waktu 25 Menit (T5)

Gambar C.8 Waktu 30 Menit (T6)

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-4


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
C.3 Sumber Buku

Gambar C.9 Tabel Viscosities Of Liquids (Perry) Hal. 364

Gambar C.10 Tabel 10 (Perry) Hal. 850

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-5


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.11 Tabel densitas (Perry) Hal. 133

Gambar C.12 Tabel 10 (Perry) Hal. 851

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-6


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.13 Fig 29 Kern Hal. 842

Gambar C.14 Fig 28 Kern Hal. 845

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-7


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.15 Fig 24 Kern Hal. 841

Gambar C.16 Fig 18 Kern Hal. 835

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-8


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.17 Fig 27 Kern Hal. 844

ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) LAMP. C-9

Anda mungkin juga menyukai