Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI MATERIAL

“PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES PEMBUATAN SENDOK


DAN GARPU”

DISUSUN OLEH
KELAS C1
Mutiawalia Putri (09220190007)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini yang berjudul “Pemilihan Bahan Dan Proses
Pembuatan Sendok Dan Garpu”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik maupun saran dari semua pihak yang bersiat membangun, selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 24 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penentuan Material 3
2.2 Stainless Steel 4
2.3 Proses Pembuatan 6
2.4 Perbandingan dengan bahan lain 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada awal pembuatan sendok, bahan yang dipakai adalah jenis kayu
yang di ukir dan dengan bertambahnya teknologi dan peradaban, maka
bahan baku sendok yang pada awalnya berbahan baku kayu berganti dengan
bahan baku seperti tanduk sapi, gading gading, perunggu, dan akhirnya
perak, stainlesssteel dan emas. Pada makalah ini, kami akan melakukan
pengamatan sendok yang berbahankan stainless steel. Stainless itu sendiri
asalnya merupakan pelat besi yang diberi lapisan anti karat yaitu Crom (Cr)
dan Nikel (Ni). Pelapisan itu sendiri dilakukan oleh Mill atau pabrik yang
khusus menangani pembuatan Stainless Steel karena proses ini tidak mudah
dan membutuhkan peralatan dengan teknologi tinggi. Pelapisan Stainless
yang tidak baik cepat terlepas pada saat penggunaannya terutama jika sering
digunakan pada suhu yang tinggi ke suhu yang rendah, maupun pada jenis
makanan yang bersifat asam.
Dengan menggunakan bahan stainless karena dengan bahan ini cukup
aman untuk kesehatan dan harganya juga cukup terjangkau bila dibanding
dengan sendok makan yang terbuat dari perak atau emas. Pada zaman
modern ini, sendok banyak digunakan dari bahan stainless steel karena
mempunyai suatu sifat yang cocok dan dalam hal ekonomisnya ini juga
dapat di jangkau. Maka dari itu, sendok ini sangat menarik untuk diamati
karena dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui dan kita gunakan.
Stainless Steel (SS) adalah paduan besi dengan minimal 12 %
kromium. Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan pelindung anti
korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom yang terjadi
secara spontan. Meskipun seluruh kategori Stainless Steel tersebut
didasarkan pada suatu kandungan krom (Cr), namun unsur paduan lainnya

1
tersebut ditambahkan untuk memperbaiki sifatsifat Stainless Steel sesuai
aplikasinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan dalam menentukan material?
2. Apa itu material stainless steel
3. Bagaimana proses pembuatan sendok dan garpu bahan baku stainless
steel?
4. Bagaimana perbedaan sendok dan garpu dari stainless steel dengan bahan
lainnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian limbah cair.
2. Untuk mengetahui material stainless steel.
3. Untuk mengetahui proses pembuatan sendok dan garpu.
4. Untuk mengetahui perbandingan sendok dan garpu dari stainless steel
dengan bahan lainnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penentuan Material


Dalam menentukan material untuk suatu produk, tentunya kita perlu
memeperhatikan hal-hal berikut:
1. Kondisi dan Penggunaan Benda Kerja
Sebelum kita menentukan material yang akan digunakan, kita harus
mengetahui pengaplikasian dari barang yang akan dibuat. Berikut adalah
kondisi kerja dari sendok makan:
a) Selalu terkena air pada saat digunakan.
b) Digunakan pada suhu yang berubah-ubah, baik pada suhu tinggi
maupun rendah
c) Digunakan untuk makan, sehingga harus tetap higienis atau mudah
dibersihkan apabila ada bekas makanan dan minuman yang
menempel
2. Material Yang Cocok
Dari melihat kondisi kerja pada sendok makan, maka material yang
cocok digunakan harus memiliki kriteria seperti berikut:
a) Tahan karat
b) Tahan terhadap perubahan suhu
c) Higienis
3. Material Yang Digunakan
Material yang cocok digunakan pada sendok makan adalah baja
stainless steel (baja anti karat), ini bertujuan agar saat kita makan tidak
akan terkontaminasi oleh adanya logam ke tubuh kita, oleh karena itu
tidak ada sendok yang menggunakan material besi. Meskipun seluruh
kategori
Stainless steel didasarkan pada kandungan Chrom (Cr), namun unsur
paduan lainnya ditambahkan untuk memper baiki sifat-sifat stainless
steel sesuai aplikasinya. Kategori Stainless steel tidak halnya seperti baja

3
lain yang didasarkan pada persentase karbon tetapi didasarkan pada
struktur metalurginya. Pada sendok ini menggunakan austenitic stainless
steel dimana austenitic stainless steel mengandung sedikitnya 16%
Chrom dan 6% Nickel (grade standar untuk 304), sampai ke grade Super
Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Chrom dan Nickel lebih tinggi
serta unsur tambahan Mosampai 6%). Molybdenum (Mo),Titanium (Ti)
atau Copper  (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap
temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi temperatur
rendah disebabkan unsur Nickel membuat SS tidak menjadi rapuh pada
temperatur rendah.

2.2 Stainless Steel


Stainless Steel (SS) adalah paduan besi dengan minimal 12 %
kromium. Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan pelindung anti
korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom yang terjadi
secara spontan. Tentunya harus dibedakan mekanisme protective layer ini
dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal seng dan
cadmium) ataupun cat. Meskipun seluruh kategori Stainless Steel didasarkan
pada kandungan krom (Cr), namun unsur paduan lainnya ditambahkan untuk
memperbaiki sifatsifat Stainless Steel sesuai aplikasinya. Kategori Stainless
Steel tidak halnya seperti baja lain yang didasarkan pada persentase karbon
tetapi didasarkan pada struktur metalurginya. Lima golongan utama
Stainless Steel adalah Austenitic, Ferritic, Martensitic, Duplex dan
Precipitation Hardening Stainless Steel.
1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic Stainless Steel mengandung sedikitnya 16% Chrom dan
6% Nickel (grade standar untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic
Stainless Steel seperti 904L (dengan kadar Chrom dan Nickel lebih
tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo),
Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan
ketahanan terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk

4
aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nickel membuat Stainless
Steel tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
2. Ferritic Stainless Steel
Kadar Chrom bervariasi antara 10,5 - 18 % seperti grade 430 dan
409. Ketahanan korosi tidak begitu istimewa dan relatif lebih sulit di
fabrikasi/ machining. Tetapi kekurangan ini telah diperbaiki pada grade
434 dan 444 dan secara khusus pada grade 3Cr12.
3. Martensitic Stainless Steel
Stainless Steel jenis ini memiliki unsur utama Chrom (masih lebih
sedikit jika dibanding Ferritic Stainless Steel) dan kadar karbon relatif
tinggi misal grade 410 dan 416. Grade 431 memiliki Chrom sampai 16%
tetapi mikrostrukturnya masih martensitic disebabkan hanya memiliki
Nickel 2%. Grade Stainless Steel lain misalnya 17-4PH/ 630 memiliki
tensile strength tertinggi dibanding Stainless Steel lainnya. Kelebihan
dari grade ini, jika dibutuhkan kekuatan yang lebih tinggi maka dapat di
hardening.
4. Duplex Stainless Steel
Duplex Stainless Steel seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama
menyatakan persentase Chrom dan dua angka terakhir menyatakan
persentase Nickel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic
dan Ferritic. Duplex ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan
korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara khusus tahan terhadap
Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress Corrosion
Cracking-nya tidak sebaik ferritic Stainless Steel tetapi ketangguhannya
jauh lebih baik (superior) dibanding ferritic Stainless Steel dan lebih
buruk dibanding Austenitic Stainless Steel. Sementara kekuatannya lebih
baik dibanding Austenitic Stainless Steel (yang di annealing) kira-kira 2
kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex Stainless Steel ketahanan
korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan
terhadap pitting coorrosion jauh lebih baik (superior) dubanding 316.
Ketangguhannya Duplex Stainless Steel akan menurun pada temperatur
dibawah - 50oC dan diatas 300oC.
5. Precipitation hardening stainless steel

5
Precipitation hardening stainless steel adalah Stainless Steel yang
keras dan kuat akibat dari dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam
struktur mikro logam. Sehingga gerakan deformasi menjadi terhambat
dan memperkuat material Stainless Steel. Pembentukan ini disebabkan
oleh 49 penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium (Ti), Niobium (Nb)
dan alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat dilakukan
pengerjaan dingin (cold working).

2.3 Proses Pembuatan


Setelah mengetahui sifat dan material yang cocok, lalu kita melakukan
proses manufacturing. Proses ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Blanking
Produksi dimulai dengan plat persegi panjang stainless steel. Plat
persegi stainless steel ini dicap dan dicetak dalam mesin pon atau disebut
proses punch, sehingga kontur bagian luar tersebut terpotong sehingga
bentuknya sama seperti bagian yang akan diproduksi.
Mesin Pon atau sering juga disebut mesin pond, ataupun mesin press
ini berfungsi untuk memotong berbagai macam bahan seperti spon eva,
karet, pu, pvc, kulit, flanel, karton, kardus, kertas, plat besi dll. Dengan
bantuan pisau pon yang dioperasikan tanpa menggunakan energi listrik
atau secara manual, atau juga mesin pon yang menggunakan tenaga
listrik sebagainya penggeraknya.
2. Rolling
Penipisan atau proses mengatur ketebalan pada bagian batang sendok
dan daun sendok, pada proses Roll pada daun sendok melalui dua tahap.
Proses roll pertama dimaksudkan untuk penipisan plat pada bagian ujung
daun sendok. Sedangkan proses roll kedua dilakukan untuk pelebaran
daun sendok.
3. Anil
Proses anil, bertujuan untuk mendapatkan kembali atau merecoveri
sifat-sifat fisik yamg berubah saat mengalami proses deformasi dingin,
proses ini juga akan menurunkan sifat mekanis seperti kuat tarik dan

6
kekerasan. Namun logam akan bersifat lunak dan ulet, sehingga dapat
diproses lebih lanjut.
4. Pembentukan Pola atau Pattern Formed
Dengan menggunakan mesin cetakan lain/pattern formed, sendok tadi
dicetak bagian gagangnya sesuai dengan bentuk yang diinginkan / sesuai
dengan pola cetakan dalam mold, misal ukiran,nama, atau bentuk
lainnya dan setelah itu dilanjutkan pembentukan cekungan sendok
menggunakan mesin press. Molding adalah sebuah proses produksi
dengan membentuk bahan mentah menggunakan sebuah rangka kaku
atau model yang disebut sebuah mold.
5. Polishing and Grinding
Sebelum melakukan proses gerinda terlebih dahulu sendok tersebut
dikurangi ketajamannya dengan dipoles. Proses poles ini sendiri melalui
beberapamesin, antara lain poles untuk bagian dalam daun sendok,
proses poles untuk bagian luar daun sendok, dan proses poles untuk
bagian gagang sendok. Setelah itu baru dilakukan proses Abrasi
(Gerinda) dengan pengamplasan menggunakan lilin putih
(Compound ).Untuk proses pembersihannya, sendok telah halus dicuci.
Setelah sendok dikeringkan, produk sendok yang telah jadi dibawa ke
bagian inspeksi. Proses inspeksi dilakukan secara manual oleh operator.
Proses inspeksi dilakukan oleh operator pada bagian daun dan gagang
sendok
6. Quality Control
Inspeksi akhir memeriksa potongan untuk chafes, goresan, bintik-
bintik kasar antara tines garpu itu, perubahan warna, atau kelemahan lain
yang mungkin telah terjadi ketika potongan-potongan yang dicap,
dibentuk dan dipoles.

2.4 Perbandingan Dengan Bahan Lain


Pada umumnya, sendok sebagai alat makan ataupun peralatan
masak menggunakan beberapa material standar seperti stainless steel, baja,
atau kayu.
1. Bahan Aluminium

7
Aluminium adalah bahan yang cukup populer untuk sendok dan alat
dapur lainnya karena harga yang lebih terjangkau, tahan pakai dan
konduktor panas yang baik. Material ini juga tidak lengket dan tidak
gampang tergores. Beberapa studi juga belum menemukan relasi antara
dampak penggunaannya dengan penyakit berbahaya seperti kanker.
2. Bahan Keramik
Sendok keramik yang mengandung timah harus dihindari, terutama
yang diproduksi dengan kualitas rendah oleh produsen asal. Jika ia
khusus diproduksi untuk dekorasi, jangan gunakan untuk makan karena
kandungan kimianya akan mengakibatkan masalah kesehatan.
Namun jika sendok keramik diproduksi khusus untuk konsumsi
makanan dan sudah lulus uji standar kesehatan, maka boleh digunakan
sesuai dengan pemakaian umum yang berlaku.
3. Bahan Kayu atau Bambu
Karena terbuat dari bahan alami, kayu atau bambu bisa jadi alternatif
material sendok yang aman bagi kesehatan. Namun, ini juga tergantung
pada cara pembersihan rutin dikarenakan material kayu yang berpori-
pori. Otomatis, bakteri dan mikroorganisme bisa masuk dengan mudah
jika sendok tidak dibersihkan dan dikeringkan dengan baik.
Sendok dari material bambu juga sangat disukai karena memikili
kandungan antimikrobakterial sehingga lebih baik dari kayu dari sisi
kebersihan. Kedua jenis sendok ini juga cocok untuk memasak karena
tidak akan menggores permukaan panci atau kuali.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses pembuatan sendok dan garpu dengan bahan stainless steel terdiri
dari beberapa tahap yaitu blanking, rolling, anil, pembentukan pola, polishing,
grinding, dan quality control. Sebelum itu, terlebih dahulu mengetahui
tahapan menentukan material yang digunakan. Perbandingan sendok stainless
steel dengan sendok bahan lainnya salah satunya dengan bahan keramik.
Sendok dengan bahan keramik ini tidak disarankan digunakan untuk sebagai
alat makan karena mengandung timah yang harus dihindari

3.2 Saran
Dalam pemilihan material pada proses pembuatan sendok sebaiknya
menggunakan material yang aman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Lukma, H.N, Arif B. 2018. Perancangan Pemanas Air Ohmic Sederhana


Berbahan Dasar Sendok Makan Logam. Jurnal Qua Teknika. Vol 8(1).
Hal 22-31

Anda mungkin juga menyukai