Anda di halaman 1dari 9

Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat

tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak
menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam
merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut
dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan
mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan
demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering
juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja.
2.1.1 Macam-Macam Pelapisan Logam
2.1.1.1 Pelapisan Dekoratif
Pelapisan dekoratif bertujuan untuk menambah keindahan tampak luar suatu
benda atau produk. Sekarang ini pelapisan dengan bahan krom sedang digemari
karena warnanya yang cemerlang, tidak mudah terkorosi dan tahan lama. Produk yang
dihasilkan banyak digunakan sebagai aksesoris pada kendaraan bermotor baik yang
beroda 2 maupun pada kendaraan beroda 4. Dengan kata lain pelapisan ini hanya
untuk mendapatkan bentuk luar yang baik saja. Logam-logam yang umum digunakan
untuk pelapisan dekoratif adalah emas, perak, nikel dan krom.
2.1.1.2 Pelapisan Protektif
Pelapisan protektif adalah pelapisan yang bertujuan untuk melindungi logam
yang dilapisi dari serangan korosi karena logam pelapis tersebut akan memutus
interaksi dengan lingkungan sehingga terhindar dari proses oksidasi.
Universitas Sumatera Utara

Page 2
2.1.1.3 Pelapisan Untuk Sifat Khusus Permukaan
Pelapisan ini bertujuan untuk mendapatkan sifat khusus permukaan seperti
sifat keras, sifat tahan aus dan sifat tahan suhu tinggi atau gabungan dari beberapa
tujuan diatas secara bersama-sama. Misalnya dengan melapisi bantalan dengan logam
nikel agar bantalan lebih keras dan tidak mudah aus akibat gesekan pada saat berputar.
2.1.2 Pelapisan Logam Ditinjau Dari Sifat Elektrokimia Bahan Pelapis
2.1.2.1 Pelapisan Anodik
Pelapisan anodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis
lebih anodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada baja yang memiliki
potensial listrik -0,04 Volt yang dilapisi dengan logam Seng yang memiliki potensial
listrik -0,0762 Volt. Logam seng bersifat lebih anodik terhadap baja sehingga logam
Seng akan mengorbankan dirinya dalam bentuk korosi sehingga logam yang lebih
katodik terhindar dari reaksi korosi. Pelapisan ini termasuk dalam jenis pelapisan
protektif. Keunggulan dari pelapisan ini adalah sifat logam pelapis yang bersifat
melindungi logam yang dilapisi sehingga walaupun terjadi cacat pada permukaan
pelapis karena sebab seperti tergores, retak, terkelupas dan lain-lain sehingga terjadi
“eksposure” terhadap lingkungan sekitarnya, sampai batas tertentu tetap terproteksi
oleh logam pelapis.
2.1.2.2 Pelapisan Katodik
Pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis
lebih katodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada tembaga yang memiliki
potensial listrik +0,34 Volt yang dilapisi dengan logam Emas yang memiliki potensial
listrik +1,5 Volt. Logam Emas bersifat lebih mulia dibandingkan dengan logam
tembaga, maka apabila logam pelapis mengalami cacat, logam yang dilapisi akan
terekspose ke lingkungan dan bersifat anodik sehingga akan terjadi korosi lokal yang
intensif terhadap substrat. Pelapisan katodik sangat cocok digunakan pada pelapisan
dekoratif karena umumnya aksesoris dan perhiasan dari bahan-bahan imitasi tidak
dikenai gaya-gaya dari luar sehingga kecil kemungkinan untuk mengalami cacat lokal
pada permukaan.(6)
Universitas Sumatera Utara

Page 3
2.1.3 Elektroplating
2.1.3.1 Defenisi Elektroplating
Pada dasarnya teknik pelapisan logam, elektroplating, atau biasa juga disebut
krom oleh masyarakat umum, bertujuan untuk melapisi logam agar tahan terhadap
karat dan juga untuk menambah nilai keindahannya. Pelapisan logam dapat berupa
lapis seng, galfanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom.
Dalam hal ini kita akan mempelajari teknik krom. Lapis krom berguna sebagai
penahan karat dan menambah keindahan dengan warna putih mengkilapnya. Setiap
jenis logam memerlukan perlakuan yang berbeda dalam proses krom. Namun
demikian agar lebih sederhana dan mudah dipahami, krom logam dibagi menjadi dua
jenis logamnya, yaitu :
1. Logam penghantar listrik
Contoh : besi, tembaga, kuningan ,besi baja.
2. Logam yang kurang atau tidak penghantar listrik
Contoh : aluminium murni dan campuran.(7)
Elektroplating ialah “elektrodeposisi pelapis (coating) logam melekat ke
elektroda untuk menjaga substrat dengan memberikan permukaan dengan sifat dan
dimensi berbeda daripada logam basisnya tersebut”.
Beberapa proses, misalnya anodisasi krom, elektroda yang dimaksud ialah
anoda. Akan tetapi kebanyakan, yang disebut elektroda dalam perumusan di atas ialah
katoda. Jadi sistem plating terdiri atas: sirkit luar, elektroda negatif (katoda) yakni
barang yang digarap, larutan plating, elektroda negatif (anoda).
Maksud elektroplating ialah demi tujuan penampilan (bagus, kilap, cemerlang),
perlindungan (terhadap korosi), sifat khas permukaan, sifat teknis atau sifat mekanis
tertentu.(5)
Universitas Sumatera Utara

Page 4
Gambar 2.1. Proses Pelapisan Listrik (Elektroplating).(6)
Lapis listrik (Elektroplating) adalah suatu proses pengendapan logam pada permukaan
suatu logam atau non logam (benda kerja) secara elektrolisa. Endapan yang terjadi
bersifat adhesif terhadap logam dasar.(11)
2.1.3.2 Fungsi Elektroplating
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam
proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan
logam adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki tampak rupa (dekoratif) misalnya ; pelapisan emas, perak,
kuningan, dan tembaga.
2. Melindungi logam dan dekorasi, yaitu :
- Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya ;
pelapisan platina, emas dan baja.
- Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya ; pelapisan
seng dan baja.
3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya ;
pelapisan krom keras.
4. Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya ;
pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya.
5. Elektroforming, yaitu ; membentuk benda kerja dengan cara endapan.(11)
Universitas Sumatera Utara

Page 5
2.2 Baja
2.2.1 Pengertian baja
Baja dapat didefenisikan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur
karbon (C) menjadi dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran
lainnya seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), dan mangan (Mn) yang jumlahnya
dibatasi.
Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1 – 1,7%, sedangkan unsur lainnya
dibatasi persentasenya. Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk
membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang
khusus.
2.2.2 Jenis – jenis baja karbon
Baja karbon dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah kandungan karbonnya.
Baja karbon terdiri atas tiga macam, yaitu baja karbon rendah, baja karbon sedang,
dan baja karbon tinggi.
a. Baja Karbon Rendah
Baja ini disebut baja ringan (mild steel) atau baja perkakas, baja karbon rendah
bukan baja yang keras, karena kandungan karbonnya rendah kurang dari 0,3%. Baja
ini dapat dijadikan mur, baut, ulir sekrup, peralatan senjata, alat pengangkat presisi,
batang tarik, perkakas silinder, dan penggunaan yang hampir sama.
Penggilingan dan penyesuaian ukuran baja dapat dilakukan dalam panas. Hal
itu dapat ditandai dengan melihat lapisan oksida besinya di bagian permukaan yang
berwarna hitam. Baja juga dapat diselesaikan dengan pengerjaan dingin dengan cara
merendam atau mencelupkan baja ke dalam larutan asam yang berguna untuk
mengeluarkan lapisan oksidanya. Setelah itu, baja diangkat dan digiling sampai
ukuran yang dikehendaki, selanjutnya didinginkan. Proses ini menghasilkan baja yang
lebih licin, sehingga lebih baik sifatnya dan bagus untuk dibuat mesin perkakas.
Universitas Sumatera Utara

Page 6
b. Baja Karbon Sedang
Baja karbon sedang mengandung karbon 0,3 – 0,6% dan kandungan karbonnya
memungkinkan baja untuk dikeraskan sebagian dengan pengerjaan panas (heat
treatment) yang sesuai. Proses pengerjaan panas menaikkan kekuatan baja dengan
cara digiling. Baja karbon sedang digunakan untuk sejumlah peralatan mesin seperti
roda gigi otomotif, poros bubungan, poros engkol, sekrup sungkup, dan alat angkat
presisi.
c. Baja Karbon Tinggi
Baja karbon tinggi yang mengandung karbon 0,6 – 1,5%, dibuat dengan cara
digiling panas. Pembentukan baja ini dilakukan dengan cara menggerinda
permukaannya, misalnya batang bor dan batang datar. Apabila baja ini digunakan
untuk peralatan mesin-mesin berat, batang-batang pengontrol, alat-alat tangan seperti
palu, obeng, tang, dan kunci mur, baja pelat, pegas kumparan, dan sejumlah peralatan
pertanian.(2)
2.3 Krom
2.3.1 Krom dan Sifat-sifat Krom
Kromium adalah logam non ferro yang dalam tabel periodik termasuk grup
VIb dan lebih mulia dari besi. Mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Berat atom
: 52,01 amu
Nomor atom
: 24
Struktur Atom
: BCC
Berat jenis
: 7,91 gr/cm3
Titik cair
: 1920 0C
Valensi
: 2; 3; 6;
Titik didih
: 2260 0C
Koef. Muai panas
: 6,20 in/0C
Daya hantar panas
: 38,5 Cal/m jam
Reflektivitas
: cukup baik
Universitas Sumatera Utara

Page 7
Sifat lain yang sangat mennonjol adalah mudah teroksidasi dengan udara
membentuk lapisan kromium oksida pada permukaan . Lapisan tersebut bersifat kaku,
tahan korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca. Tetapi larut dalam asam
klorida, sedikit larut dalam asam sulfat dan tidak larut dalam asam nitrat.
Karena sifat-sifat tersebut, maka dalam pemakaiannya banyak digunakan
sebagai bahan paduan untuk meningkatkan ketahanan korosi sebagai bahan pelapis.
Proses pelapisan krom dikenal secara luas pada industri-industri logam sebagai
pengerjaan akhir (final finishing) sejak tahun 1930, karena ketahanan korosi dan
tampak rupa lapisannya yang baik.
2.3.2 Klasifikasi Pelapisan Krom
Pelapisan krom dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu :
1. Pelapisan Krom Dekoratif
Pada pelapisan ini umumnya logam (benda kerja) terlebih dahulu dilapis
dengan tembaga kemudian nikel dan akhirnya krom. Tebal lapisan krom
dekoratif berkisar antara 0,25 – 0,5 mikron.
2. Pelapisan krom keras
Pelapisan ini sering disebut industrial krom yaitu pelapisan krom yang
memanfaatkan sifat-sifat krom untuk mendapatkan sifat-sifat seperti ;
tahan panas, aus, erosi, korosi dan koefisien rendah.
Pada pelapisan krom keras, krom diendapkan pada logam dasar secara
langsung tanpa melalui pelapisan perantara. Biasanya lapisan ini lebih
tebal dari lapisan krom dekoratif. Berbeda dengan lapisan tembaga dan
nikel dimana logam yang berfungsi sebagai anoda yaitu tembaga dan nikel.
Untuk pelapisan krom, logam krom tidak akan berfungsi dengan baik
sebagai anoda, sehingga dalam pelapisan krom digunakan anoda yang
tidak larut yaitu lead (Pb).(11)
Universitas Sumatera Utara

Page 8
2.4 Karakterisasi Material
2.4.1 Sifat fisis
2.4.1.1 Ketebalan
Ketebalan adalah salah satu persyaratan penting dari suatu lapisan hasil
elektroplating. Oleh karena itu, dari sekian banyak jenis pengujian yang dilakukan
terhadap hasil plating, pengukuran ketebalan adalah salah satu uji yang harus
dilakukan.
Dalam merencanakan pengukuran ketebalan perlu diperhatikan kejelasan
pengukuran ketebalan yang diinginkan, yaitu ketebalan rata-rata atau ketebalan pada
lokasi atau titik tertentu yang sangat strategis. Diambil ketebalan rata-rata karena
distribusi ketebalan yang serbasama di setiap titik pada suatu permukaan yang dilapisi
jarang sekali bias dihasilkan dengan proses elektroplating.(8)
Perhitungan Berat dan Ketebalan Lapisan Krom Secara Teoritis.
Michael Faraday menemukan hubungan antara produk suatu endapan dari ion
logam dengan jumlah arus untuk mengendapkannya, yang dapat diungkapkan sebagai
berikut:
“Jumlah bahan yang terdekomposisi saat berlangsung elektrolisa berbanding lurus
dengan kuat arus dan waktu pengaliran dalam larutan elektrolit”. (Hukum Faraday)
Jumlah arus yang sama akan membebaskan jumlah ekivalen yang sama dari
berbagai unsur. Pernyataan ini dapat dirumuskan:
W=
FZ
BtI
.
..
(2.1)
Dengan:
W : Berat endapan (gram)
I : Arus (ampere)
t : Waktu (detik)
B : Berat atom
Z : Valensi
F : Bilangan Faraday 96.500 Couloumb
Universitas Sumatera Utara

Page 9
Dari rumus tersebut, volume endapan diperoleh dengan perhitungan:
V=
ρ
W
(2.2)
Densitas adalah kerapatan logam pelapis (gr/cm3)
Dengan mengukur langsung permukaan benda kerja, maka ketebalan dapat
ditentukan:
S=
A
V
S=
ρ
...
..
AFZ
BtI
(2.3)
Jadi, rumus untuk menghitung laju ketebalan adalah sebagai berikut:
S=
ρ
...
.60.
AFZ
BI
(2.4)
(1)
2.4.1.2 Korosi
Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana,
peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam dari
lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Mengendalikan korosi logam dapat ditempuh
dengan berbagai cara.
Reaksi korosi dapat dikelompokkan atas berbagai jenis, akan tetapi secara
umum ada dua macam (sesuai peristiwanya) yakni : penggabungan langsung logam
atau ion logam dengan unsur-unsur bukan logam, serta reaksi pelarutan logam
(biasanya di lingkungan berair) lalu bergabung dengan bukan logam mambentuk
Universitas Sumatera Utara

Page 10
produk korosi (reaksi penggantian). Reaksi langsung disebut juga korosi kering, reaksi
penggantian disebut korosi basah.
Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksida di udara, reaksi dengan uap
belerang, hydrogen sulfide dan kandungan udara kering lainnya, juga reaksi dengan
logam cair misalnya natrium. Reaksi demikian nyata dan lazim pada suhu relatif
tinggi.
Oksidasi logam sekilas tak tampak melibatkan mekanisme elektrokimia, akan
tetapi sebenarnya bentuk korosi itupun tergantung pada mekanisme pertukaran
elektron dengan gejala arus listrik pula. Secara sederhana, oksigen molekul terserap ke
permukaan logam. Lalu mengurai menjadi atom dan mengion. Logamnya juga
mengion. Ion logam dan oksida bergabung, membentuk lapisan awal oksidanya. Ion
logam terus terbentuk dipermukaan, elektron berdifusi lewat lapisan oksida,
mengionkan oksigen di permukaan. Ion oksida berdifusi ke lapisan oksida dan
bereaksi dengan ion logam. Lapisan oksida makin tebal. Dapat pula logam yang
mengion dan berdifusi ke permukaan, hasilnya serupa. Korosi demikian
berlangsungnya tergantung pada sifat oksida logam, seberapa permeabel dan kuat
ikatannya ke permukaan logam.(5)
Korosi adalah reaksi antar logam dan lingkungannya, karena itu upaya
pengubahan lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan bermanfaat untuk
membatasi serangannya terhadap logam. Dalam hal ini ada tiga situasi :
1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adalah udara
dengan rentang temperatur -100C hingga +300C. Beberapa metode yang
digunakan untuk mengurangi laju korosi di udara bebas adalah :
i.
Menurunkan kelembaban relatif;
ii.
Menghilangkan komponen-komponen mudah menguap yang
dihasilkan oleh bahan-bahan di sekitar;
iii.
Mengubah temperatur;
iv.
Menghilangkan kotoran-kotoran (termasuk partikel-partikel padat yang
abrasif), endapan-endapan yang akan membentuk katoda dan ion-ion
agresif.
Universitas Sumatera Utara

Page 11
2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk
menjadikannya sebuah elektrolit. Modifikasi terhadap elektrolit meliputi :
i.
Menurunkan konduktivitas ionik;
ii.
Mengubah pH;
iii.
Secara homogen mengurangi kandungan oksigen;
iv.
Mengubah temperatur.
3. Logam terkubur dalam tanah dan mineral-mineral yang terlarut membentuk
elektrolit. Pengendalian biasanya melalui proteksi katodik atau pelapisan
permukaan, tetapi lingkungan tersebut dapat dibuat kurang agresif dengan
mengganti tanah urugan yang tidak menahan air, mengendalikan pH dan
mengubah konduktivitasnya.(13)
Perhitungan laju korosi adalah sebagai berikut :
Salah satu metode untuk menentukan laju korosi adalah dengan menghitung
berat per satuan atau kedalaman penetrasi per satuan waktu. Laju korosi ini dapat
dinyatakan dalam inches per year (ipy), mils per year(mpy), milimeter per year
(mm/y), micrometer per year ( µm/yr).
Kehilangan berat = (kehilangan volume spesimen) x (berat jenis spesimen)
ΔW = ΔV x ρ
(2.5)
Dengan :
ΔW = Kehilangan berat spesimen (gr)
ΔV = Kehilangan volume spesimen (mm3)
ρ
= Berat jenis spesimen (gr/cm3)
Sedangkan kedalaman penetrasi pada permukaan logam yaitu:
t = ΔV / A
(2.6)
A = 2 ( (x.y) + (x.z) + (y.z))
Dengan :
t
= Kedalaman penetrasi (mm)
ΔV = Kehilangan volume spesimen (mm3 )
A
= Luas daerah yang terendam (mm2 )
x
= Panjang permukaan yang terendam (mm)
y
= Lebar permukaan yang terendam (mm)
z
= Tebal permukaan yang terendam (mm)
Universitas Sumatera Utara

Page 12
Jadi laju korosi yang terjadi adalah sebagai berikut :
r=t/T
(2.7)
Dengan :
r
= Laju korosi (mm/tahun)
t
= Kedalaman penetrasi (mm)
T
= Waktu (tahun) (6)
Tabel 2.1 Pengujian Korosi
Laju korosi
(mm/tahun)
Pengujian
Dapat atau tidak untuk
digunakan
0,05
Tahan korosi
Dapat digunakan
0,05 s/d 0,5
Cukup tahan korosi Dapat digunakan dengan hati-hati
0,5 s/d 1,5
Kurang tahan korosi Hanya digunakan untuk peralatan
yang berukuran besar
1,5
Tidak tahan korosi
Tidak dapat digunakan
(10)
2.4.2 Sifat Mekanik
2.4.2.1 Kekerasan Vickers
Pada umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi,dan
untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap
deformasi plastik atau deformasi permanen.
Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya
berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-permukaan piramid yang
saling berhadapan adalah 1360. Sudut ini dipilih karena nilai tersebut mendekati
sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan
diameter bola penumbuk. Karena bentuk penumbuknya piramid, maka pengujian ini
sering dinamakan uji kekerasan piramida intan. Angka kekerasan piramida intan
(DPH), atau angka kekerasan Vickers (VHN atau VPH), didefenisikan sebagai beban
dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran
mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan berikut :
Universitas Sumatera Utara

Page 13
VHN =
2
)2/
sin(
2
d
P
θ
=
2
854,1
d
P
(2.8)
Dengan :
VHN = Angka kekerasan Vickers (MPa)
P
= Beban yang diterapkan ,kgf
d
= Panjang diagonal rata-rata, mm
Ө
= Sudut antara permukaan intan yang berlawanan = 1360
Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan pada pekerjaan penelitian, karena
metode tersebut memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu, untuk suatu
beban tertentu,dan digunakan pada logam yang sangat lunak, yakni VHN nya 5 hingga
logam yang sangat keras dengan VHN 1500.(4)
2.4.2.2 Keuntungan dan Kerugian Kekerasan Vickers
Keuntungan pengukuran kekerasan menurut Vickers adalah :
1. Dengan benda-penekan yang sama kekerasan dapat ditentukan tidak hanya untuk
bahan lunak akan tetapi juga untuk bahan keras.
2. Dengan bekas-tekanan yang kecil bahan percobaan merusak lebih sedikit.
3. Pengukuran kekerasan adalah teliti.
4. Kekerasan benda kerja yang amat tipis atau lapisan permukaan yang tipis dapat
diukur dengan memilih gaya kecil.
Kerugian pengukuran kekerasan menurut Vickers adalah :
1. Dengan bekas-tekanan yang kecil kekerasan rata-rata bahan yang tidak homogen
tidak dapat ditentukan misalnya; besi tuang.
2. Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu, oleh karena penekanan
piramida dan pengukuran diagonal bekas tekanan adalah dua pelaksanaan yang
terpisah.(3)
2.4.3 Analisa Struktur Mikro
Struktur Mikro ialah sebuah ketentuan yang sangat umum (general) dimana ini
digunakan untuk meliputi suatu jangkauan yang luas dari macam-macam struktural,
Universitas Sumatera Utara

Page 14
dari jangkauan yang luas dari macam-macam struktur bahan itu yang dapat dilihat dari
mata telanjang yang menuju pada jarak antar atomdi dalam kisi kristal bahan itu.
Struktur Mikro (microstructure) meliputi skala dari fenomena struktural yang
banyak terdapat dari keikutsertaan ahli scientist bahan dan insinyur teknik material
dan metalurgi bahan ialah ukuran butiran-butiran dan partikel-partikel, kerusakan
kerapatan bahan dan pemisahaan-pemisahaan partikel bahan, pemutusan ikatan skala
mikro, dan pelubangan-pelubangan secara skala mikro.(9)
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai