Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MATERIAL TEKNIK
HEAT TREATMENT

“ANNEALING”

DISUSUN OLEH:
Khairus Sidqi

18520054

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Alloh SWT Yang Lagi Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang.Alhamdulillah kami bersyukur kepada Tuhan YME. Berkat karunia-Nya makalah
ini telah kami selesaikan.laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan juga dapat
digunakan sebagai referensi bagi para pembaca untuk memahami dan mempelajari tentang
perlakuan panas Annealing
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih
jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan lapoaran ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
sebaik mungkin dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.penulis menyadari bahwa
laporan ini masih memiliki banyak kekurangandan kesalahan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini kedepannya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Metro,18 Desember 2018

Khairus Sidqi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3.
Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Annealing......................................................................................................2
2.2 Langkah Kerja Proses Annealing...............................................................3
2.3 Tipe-Tipe Proses Annealing.........................................................................3
2.4 Mekanisme Annealing..................................................................................12
2.5 Pengaruh Annealing Terhadap Sifat Logam.............................................14
2.6 Pengaruh Temperature Annealing Terhadap Sifat Mekanik..................15
2.7 Struktur Mikro Baja Annealing..................................................................17
BAB III PENUTUP.....................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin meningkatnya perkembangan hidup manusia maka jaman pun ikut
berkembang dengan pesat. Karena perkembangan manusia bertambah maju maka bidang
teknologipun ikut berkembang sangat pesat dengan harapan segala kebutuhan manusia
dapat terpenuhi dengan baik. Jika diperhatikan, segala kebutuhan manusia tidak lepas
dari unsur logam.
Karena hampir semua alat yang digunakan manusia terbuat dari unsur logam.
Sehingga logam mempunyai peranan aktif dalam kehidupan manusia dan menunjang
teknologi dijaman sekarang. Oleh karena itu timbul usaha-usaha manusian untuk
memperbaiki sifat-sifat dari logam tersebut. Yaitu dengan mengubah sifat mekanis dan
sifat fisiknya. Adapun sifat mekanis dari logam antara lain: kekerasan, kekuatan,
keuletan, kelelahan dan lain-lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu dimensi,
konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas dan lain-lain.
Karena banyaknya permintaan yang bermacam-macam maka diadakan pemilihan
bahan. Pemilihan bahan tersebut dapat dipersempit sesuai dengan kegunaanya. Seperti
misalnya pada baja karbon. Baja karbon mendapat prioritas yang utama dalam untuk
dipertimbangkan. Karena baja karbon mudah diperoleh, mudah dibentuk atau sifat
permesinya baik dan harganya relatif murah. Karena baja karbon mendapat prioritas
utama maka dituntut untuk memodifikasi atau memperbaiki sifatnya seperti kekerasan,
kekerasan pada permukaan, tahan aus akibat gesekan.
Karena hal tersebt maka perlu diadakan proses perlakuan panas guna menambah
kekerasan dari bahan tersebut. Salah satunya adalah proses perlakuan panas annealing,
proses annealing merupakan proses perlakuan panas yang umum pada logam baja yang
telah melalui proses pengerjaan dingin atau cold working. Proses perlakuan panas ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kembali atau mencovery sifat-sifat fisik
maupun sifat sifat mekanik yang berubah selama proses deformasi dingin.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan Annealing?
2.Bagaimana langkah kerja pada proses Annealing?
3.Bagaimana cara untuk memperoleh struktur yang bulat pada proses baja?
4.Bagaimana pengaruh Annealing terhadap Sifat logam?
5.Bagaimana pengaruh temperature Annealing terhadap sifat mekanik?

1.3 Tujuan
1.Mempelajari proses Annealing
2.Mengetahui langkah kerja pada proses Annealing
3.Mengetahui Mekanisme Annealing
4. pengaruh Annealing terhadap Sifat logam

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANNEALING

Annealing adalah suatu proses laku panas (heat treatment) yang dilakukan terhadap
logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses anneling ini
dimulai dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperatur tertentu, menahan pada
temperatur tertentu tersebut selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang
diinginkan. Kemudian mendinginkan logam atau paduan tersebut dengan laju pendinginan
yang cukup lambat.

Tujuan dari annealing ialah untuk :

1. Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan
mesin atau pengerjaan dingin.
2. Memperbaiki keuletan.
3. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur.
4. Memperhalus ukuran butir.
5. Menghilangkan tegangan dalam.
6. Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas.

Proses annealing adalah sebagai berikut:


1 Benda kerja dimasukan kedalam tungku pemanas atau kotak baja yang di isi dengan terak
/ pasir yang dipanaskan.
2 Panaskan pada temperatur tertentu selama waktu tertentu.
3 Setelah cukup waktunya benda kerja dikeluarkan dari tungku panas tersebut.
4 Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.

Dilihat dari fungsinya dalam suatu rangkaian proses produksi, annealing dapat merupakan
suatu langkah mempersiapkan suatu bahan untuk proses pengerjaan berikutnya, atau sebagai
suatu proses akhir yang menentukan sifat dari produk akhir.

Jika menghendaki kelunakan maksimum, bisa dilakukan spheroidize annealed. Perlakuan


panas ini mengakibatkan karbida berbentuk spheroid kecil-kecil dalam matrik ferrite.
Spheroidize dilakukan pada temperatur 1250o F, kemudian didinginkan secara lambat sampai
temperatur kamar.

2
2.2 Langkah Kerja Proses Annealing.

Proses Annealing.
Proses annealing adalah sebagai berikut:
1. Benda kerja kita masukan kedalam kotak baja yang kita isi dengan terak
atau pasir.
2. Panaskan pada temperatur 9800C selama 1 sampai 3 jam.
3. Setelah cukup waktunya kotak kita angkat dari dapur.
4. Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.

Cara-Cara Pendinginan Pada Proses Annealing.


Pendinginan dapat kita lakukan dengan cara:
1. Benda kerja dikeluarkan dari kotak dan dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan
pendinginan dari udara.
2. Benda kerja bersama-sama dengan kotaknya dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan
pendinginan udara.
3. Kotak yang berisi benda kerja dibiarkan didalam dapur dan dapur kita matikan. Sehingga
dapur, benda kerja dan kotak mengalami pendinginan yang perlahan-lahan dari udara.

2.3 Tipe-Tipe Proses Annealing


1.Full Annealing
Full annealing (FA) terdiri dari austenisasi dari baja yang diikuti dengan pendinginan
yang lambat didalam tungku, kemudian temperatur yang dipilih untuk austenisasi tergantung
pada kandungan karbon dari baja tersebut.

Gambar 1 : Diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur untuk full
annealing

3
Full annealing untuk baja hipeutektoid dilakukan pada temperatur austenisasi sekitar
500C diatas garis A3 dan mendiamkannya pada tempertur tersebut untuk jangkauan waktu
tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat diatas tungku. Pada temperatur
austenisasi, pembentukan austenit akan merubah struktur yang ada sebelum dilakukan
pemanasan, dan austenit yang terbentuk relatif halus. Pendinginan yang lambat didalam
tungku akan menyebabkan austenit mengurai menjadi perlit dan ferit. Pemanasan yang terlalu
tinggi diatas A3 akan menyebabkan austenit tumbuh sehingga dapat merugikan sifat baja
yang diproses.
Menganil/annealing baja hipereutektik dilakukan dengan cara memanaskan baja
tersebut diatas A1 untuk membulatkan sementit proeutektoid. Jika baja hipereutektik
dipanaskan pada temperatur Acm dan didinginkan perlahan-lahan, maka pada batas butir
akan terbentuk sementit preutektoid sehingga akan terjadi rangkaian sementit pada batas butir
austenit. Pendinginan yang diperlambat akan menyebabkan presipitasi ferit sebagai kelompok
yang terpisah. Pembentukan daerah pemisah ferit pada baja yang tidak dikehendaki karena
akan menimbulkan daerah yang lunak (soft spot) selama proses pengerasan berlangsung. Full
annealing juga diterapkan pada baja karbon dan baja paduan hasil proses pengecoran serta
baja hot worked hipereutektoid. Untuk produk cor yang besar, terutama yang terbuat dari baja
paduan, Full annealing akan memperbaiki mampu mesin dan juga menaikan kekuatan akibat
butir-butirnya menjadi halus. Full annealing juga diterapkan pada baja-baja dengan kadar
karbon lebih dari 0,5% agar mampu mesinnya menjadi lebih baik.

2.Spheroidized Annealing
Spheroidized annealing (SA) dilakukan dengan cara memanaskan baja sedikit diatas
atau dibawah titik A1, kemudian didiamkan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat.
Proses ini ditujukan agar karbida-karbida yang berbentuk lamelar pada perlit dan
sementit sekunder menjadi bulat. Disamping itu, perlakuan ini ditunjukan mendeformasikan
struktur seperti martensit, trostit, dan sorbit dan sebagainya yang merupakan hasil akhir dari
proses quench.

4
Gambar 2 : Diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur untuk
spheroidized anneling
Tujuan dari spheroidized annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin dan
mempebaiki mampu bentuk. Sebagai contoh mampu mesin baja perkakas karbon tinggi
sangat baik jika strukturnya sperodisasi. Semua jenis baja perkakas paduan, termasuk kelas
karbida maupun baja untuk bantalan harus memiliki kondisi sperodisasi agar hasil
pemesinannya baik.

Metoda-metoda yang diterapkan untuk memperoleh struktur yang bulat adalah


sebagai berikut:
a. Metoda yang pertama
Baja dipanaskan dekat tempelatur A1 dan harus dijaga agar tidak melampaui
tempelatur tersebut untuk mencegah pembentukan austenit. Baja tersebut kemudian ditahan
pada temperatur tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu agar diperoleh karbida yang bulat
dan agak kasar. Tinggi temperature dan lama pemanasan yang dipilih sangat tergantung pada
kondisi struktur baja sebelumnya dan komposisi kimia baja tersebut.
Baja yang memiliki karbon kurang dari 0,3% tidak cocok untuk disperodisasi karena
struktur baja-baja karbon rendah terdiri dari ferit dan sejumlah kecil perlit.
Perlit yang kasar akan mudah terbentuk pada proses pendinginan yang lambat,
sebagai contoh baja karbon paduan di spheroidized annealing yang tempelatur sekitar 7000C
untuk selama 4-6 jam. Makin lama pemanasan, akan makin kasar perlit yang terbentuk.
Temperatur spheroidized annealing dipengaruhi oleh unsur-unsur paduan, keberadaan
Ni atau Mn akan menurunkan temperatur A1 dan akibatnya akan menurunkan temperatur
spheroidized annealing. Jadi untuk baja yang mengandung Ni 4%, maka tempelatur
spheroidized annealingnya serendahrendahnya adalah 6700C. Temperatur yang lebih rendah

5
akan mempengaruhi waktu prosesing menjadi lebih lama (8-10 jam).Dilain pihak, HSS yang
mengandung W, V, dan Mo dan juga Cr, harus di spheroidized annealing pada temperatur
diatas 8000C. Keberadaan unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat akan meningkatkan
stabilitas karbida didalam baja. Karena itu, dapat menurunkan penggumpalan dan menaikan
waktu anil pada setiap temperature spheroidized annealing yang dipilih.
b. Metoda yang kedua
Baja dipanaskan diatas temperatur kritik A1 (lihat gambar 3), dan diam pada
temperatur waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat pada laju
sekitar 10-200C setiap jam sampai dengan tempelatur 550- 6000C. Pendinginan sampai ke
temperatur kamar dapat dilakukan asal pendinginan dilakukan diudara. Selama proses
pendinginan lambat, C yang larut kedalam austenit akan memisahkan diri dan membentuk
karbida yang bulat. Pada kondisi seperti ini kekerasan baja akan relatif lebih rendah. Jika
temperatur anil lebih tinggi, sejumlah besar karbida akan larut dan dan sementit akan
terbentuk dalam bentuk lamelar. Metoda ini terutama diterapkan untuk baja-baja eutektoid
dan hipertektoid. Sebagai contoh prosedur anil untuk membulatkan keseluruhan karbida
didalam matrik ferit baja DIN 100 CrMo memerlukan austenisasi pada 825/8300C diikuti
dengan penahanan pada tempelatur 775/7800C. Proses seperti ini akan menghasilkan
prestisipasi karbida. Setelah itu, kemudian didinginkan perlahan-lahan melalui rentang
temperatur 740-6800C dan selanjutnya didinginkan diudara sampai temperature kamar.

c. Metoda ketiga
Dalam metoda ini baja dipanaskan diatas temperatur kritik A1 (tidak boleh
lebih tinggi dari 500C), dan dibiarkan pada tempelatur ini untuk jangka waktu tertentu
Kemudian didinginkan sampai temperatur sedikit dibawah A1 (tidak boleh lebih tinggi dari
500C), dan dibiarkan pada temperatur tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu dan
kemudian didinginkan pada temperature kamar. Temperatur yang mendekati A1, struktur
sperodisasi yang akan diperoleh lebih kasar dan lebih lunak, namun jika proses temperatur
menjauhi A1, misalnya 6800C, struktur yang dihasilkannya akan berbentuk lamelar dan
bersifat lebih keras. Dengan cara ini proses sperodisasinya memerlukan waktu yang lebih
singkat dibanding dengan cara-cara sebelumnya dan mulai diterapkan untuk baja karbon dan
baja paduan.

d. Metoda keempat

6
Sperodisasi dapat juga dilakukan dengan cara memanaskan dan mendinginkan yang
berulang-ulang pada temperatur diatas dan dibawah A1.Selama pemanasan diatas A1, hanya
butir-butir sementit yang kecil yang akan larut kedalam austenit, tetapi untuk butir-butir
sementit yang besar waktu tersedia untuk larut tidak mencukupi. Pada siklus pendinginan
berikutnya, molekul-molekul sementit akan mengendap pada butir-butir sementit yang tidak
larut. Berdasarkan hal ini timbullah proses koagulasi. Atas dasar hal ini, metode sperodisasi
memerlukan waktu yang lebih singkat tetapi sulit untuk dilaksanakannya.
Laju sperodisasi tergantung pada struktur yang dimiliki sebelumnya. Makin halus
karbida pada struktur asalnya, makin mudah proses sperodisasinya. Jadi struktur perlit yang
halus lebih mudah dibandingkan struktur perlit yang kasar. Struktur bainit lebih baik lagi
untuk di sperodisasi dan yang terbaik adalah struktur sorbit (struktur yang diperoleh dari hasil
penempern martensit). Proses pengerjaan dingin yang dapat memecahkan sementit dan
mendistribusikannya secara lebih homogen dapat membantu mempercepat proses sperodisasi.
Unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat, terutama Cr, W, Mo, dan V meningkatkan
stabilitas karbida dalam baja. Karena itu unsur-unsur tersebut menurunkan laju koagulasi dan
meningkatkan waktu yang diperlukan untuk soft anneal pada temperatur annealnya.
Kekerasan yang dicapai setelah proses sperodisasi tergantung pada komposisi kimia
baja. Baja-baja yang mengandung karbon yang rendah menghasilkan kekerasan sekitar 160-
190 HB, sedangkan pada baja paduan dan karbon tinggi, menghasilkan kekerasan sekitar
200-230 HB.
Untuk meningkatkan mampu mesin baja-baja perkakas karbon tinggi, paduan tinggi,
baja pegas, baja bantalan, baja tahan aus, baja perkakas, dan sebagainya sperodisasi
dilakukan setelah proses tempa. Sperodisasinya dilkukan dengan cara memanaskan baja
diatas tempelatur A1 kemudian didinginkan perlahan-lahan dan ditahan pada tempelatur
sedikit dibawah A1. Untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan
diudara sampai tempelatur kamar. Perlu diperhatikan bahwa, agar memperoleh struktur yang
globular (bulat), baja harus dipanaskan secara homogen dan distribusi tempelatur di dalam
tungku juga harus homogen.
Baja-baja yang mengandung sementit dibatas butirnya relatif sulit untuk dimesin.
Untuk itu, proses sperodisasinya dilakukan dengan cara mengeliminasi sementit dengan
proses homogenisasi atau normalizing diatas tempelatur Acm kemudian diquench dan
dilanjutkan dengan proses sperodisasi.

7
Tungku-tungku untuk proses soft anneal
Pemilihan tungku untuk proses sperodisasi ditentukan sebagai berikut :
a. Jika tempelatur sperodisasi relatif rendah dan fluktuasi temperatur harus kecil maka
digunakan tungku listrik karena waktu yang diperlukan untuk proses sperodisasi akan relatif
lama.
b. Berdasarkan hal tersebut diatas tungku kamar listrik lebih banyak digunakan dari pada
tungku kontinyu.

8
c. Tungku vakum dan tungku garam dapat juga digunakan jika benda kerja yang akan diproses
relatif kecil .Tungku ini banyak dimanfaatkan untuk menganil ulang benda kerja yang sudah
dikeraskan.

3.Isothermal Annealing
Isotermal annealing dikembangkan dari diagram TTT. Jenis proses ini digunakan
untuk melunakan baja-baja sebelum dilakukan proses pemesinan. Proses ini terdiri dari
austenisasi pada temperatur anilnya (full annealing) kemudian diikuti dengan pendinginan
yang relatif cepat sampai ke temperatur 50-
600C dibawah garis A1 (menahan secara isotermal pada daerah perit). Penahanan baja pada
temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu menyebabkan timbulnya penguraian austenit
menjadi strutur yang optimal untuk dimesin. Setelah transformasi berlangsung, baja
kemudian didinginkan didalam tungku atau di udara atau bahkan didinginkan dengan cepat.

Gambar 3 : Diagram isotermal annealing

Kekerasan yang dicapai setelah proses isotermal annealing, tergantung pada tingginya
temperatur penahanan baja dibawah A1. Jika baja setelah diaustenisasi ditahan pada
temperatur sedikit dibawah A1 austenit akan mengurai perlahan lahan, sehingga diperoleh
karbida yang bulat dan relatif kasar atau lamelar sangat dipengaruhi oleh tempelatur

9
austenisasinya. Hasil proses ini cenderung lunak. Pada temperatur transformasi, biasanya
penguraian austenit berlangsung lebih cepat, sehingga produknya relatif lebih keras, lebih
banyak lamelar dan relative tidak kasar dibandingkan dengan benda kerja yang jauh dari
temperature transformasi (A1). Baja paduan biasanya mengalami isotermal anneal. Setelah
baja dikarburasi pada 900-9300C, kemudian ditahan pada 630-6800C untuk 2-4 jam agar
seluruh austenit bertransformasi seluruhnya lalu didinginkan. Struktur yang diperoleh terdiri
dari ferit dan perlit yang sangat cocok untuk proses pemesinan. Biasanya, penahanan
isotermal diperpanjang 1-2 jam dari akhir transformasinya. Hal ini dimaksudkan agar sifat
mampu mesinnya dapat lebih ditingkatkan lagi sebagai akibat adanya sebagian sementit
didalam perlit bentuknya menjadi bulat.
Isotermal annealing yang lazim diterapkan adalah mendinginkan dengan cepat dari
temperatur austenisasi ke temperatur transformasinya. Kemudian setelah proses isotermal,
dilanjutkan dengan proses pendinginan ke temnperatur kamar.
4.Proses Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 1100-12000C. Proses difusi yang terjadi
pada temperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja. Proses ini diterapkan pada ingot
baja-baja paduan dimana pada saat membeku sesaat setelah proses penuangan, memiliki
struktur yang tidak homogen. Sebagian besar tidak homogen tersebut dapat diatasi pada saat
pengolahan ingot baja tersebut. Seandainya ketidak homogenan tidak dapat dihilangkan
sepenuhnya, maka perlu diterapkan proses homogenisasi atau diffusional annealing.

Gambar 4: Diagram proses homogenisasi

Proses homogenisasi dilakukan selama beberapa jam pada tempelatur sekitar 1150-
12000C. Setelah itu benda kerja didinginkan ke 800-8500C, dan selanjutnya didinginkan di
udara. Setelah proses ini, dapat juga dilakukan proses normal atau anil untuk memperhalus
10
struktur over heat. Perlakuan seperti ini hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang khusus
karena biaya prosesnya sangat tinggi.
5.Intermediate Annealing
Proses ini dilakukan terhadap baja yang sudah mengalami proses ”Case hardening”
agar dapat dimesin. Prosesnya terdiri dari penahan benda kerja pada temperatur dibawah A1,
yaitu sekitar 630-6800C, untuk selama 4-6 jam dan diikuti dengan pendinginan yang lambat.
Tujuan dari proses ini mirip proses sperodisasi yaitu memperbaiki mampu mesin.

Gambar 5 : Diagram intermediate annealing


Bright Annealing
Proses ini dilakukan untuk menghasilkan permukaan benda kerja yang bebas dari
oksidasi. Perlindungan terhadap oksidasi selama proses perlakuan panas biasanya dilakukan
dengan “menyelimuti” benda kerja dengan atmosfer tungku yang sesuai. Atmosfer tungku
yang dipilih selain mencegah oksidasi, juga harus mampu mencegah timbulnya sulfidasi,
pengetasan atau dekarburasi selama proses perlakuan panas berlangsung. Proses bright
annealing dilakukan dengan berbagai cara yang masing –masing dapat diterapkan pada
material ferro atau non ferro, baik berbentuk kawat, strip, lembaran maupun berbentuk
tabung dan sebagainya.

11
Memilih gas dan tungku yang digunakan dalam proses bright annealing dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

2.4 Mekanisme Annealing

Proses perlakuan panas anil yang dilakukan pada logam yang telah mengalami
penrubahan yang berurutan sebagai berikut:

1. Pemulihan atau recovery

2. Rekristalisasi atau racrystalization

3. Pertumbuhan butir atau grain growth

12
1.Pemulihan atau recovery

Panas yang diterima logam menjadi pendorong tersusunya kembali dislokasi-dislokasi


ke susunan yang memiliki energy lebih rendah dan stabil. Pada tahapan pemulihan ini,
dislokasi-dislokasi akan menyusun kembali menjadi dinding sel. Fenomena ini disebut
dengan poligonisasi.

Poligonisasi merupaka pembentukan sub batas butir dengan mekanisme pergerakan


kekosongan atau vacancies dari ataom untuk menghasilkan pergerakan dan pemanjatan
dislokasi. Pada proses pemulihan ini kekuatan logam sedikit berkurang yang dibarengi
dengan peningkatan keuletan.

2.Rekristalisasi atau recrystalization

Pada tahapan ini, kisi-kisi yang terdeformasi dingin akan tergantikan oleh kisi-kisi
baru yang bebas regangan melalui nukleasi atau pengintian dan selanjutnya tumbuh
membentuk struksur rekristalisasi. Pembentukan struktur ini melalui pertumbuhan yang
sangat lambat, yaitu periode inkubasi.

Mekanisme rekristalisasi terjadi saat nucleus atau inti yang terisolasi membesar
didalam butir dan adanya batas butir yang memiliki sudut besar bermigrasi atau bergerak
kedalam daerah yang memiliki derajat deformasi yang lebih besar.

Batas butir akan bergerak menjauhi pusat. Pertumbuhan butir baru akan
mengiliminasi daerah terdeformasi yang memiliki regangan dan energy dlam tinggi. Butir-
butir baru ini merupakan daerah bebas reganfan yang memiliki energy dalam lebih rendah.

Butir-butir halus akan tumbuh membesar seiring dengan naiknya temperature.


Beberapa batas butir akan segera migrasi dan menelan sejumlah butir tetangganya.
Pertumbuhan butir ini disebut sebagai pertumbuhan diskontinyu ztzu prtumbuhan butir
abnormal. Discontinuous grain growth dan abnormal grain growth. Terjadi ketidak
homogenan besar butir. Artinya ada perbedaan ukuran butir yang cukup besar. Butir besar
dikelilingi butir-butir kecil.

Temperature yang dibutuhkan agar terjadi proses rekristalisasi tergantung pada


banyak logam, seperti jenis logam dan besarnya deformasi yang diterima. Proses
rekristalisasi biasanya terjadi pada rentang temperature tertentu. Semakin tinggi temperature,
semakin cepat terjadinya rekristalisasi.

13
Ketika temperature minimumnya tercapat, maka kekuatan tarik akan berkurang, tetapi
keuletan bertambah. Temperatur rekristalisasi dapat ditentukan dengan formula berikut:

Tr=0,4 Tm

Tr=Temperature rekristalisasi

Tm=Titik leleh logam. Kelvin

3.Pertumbuhan butir, Grain Growth

Pada tahapan ini butir-butir akan tumbuh leebih lanjut secara perlahan dan
menghasilkan butir yang relatif seragam. Pertumbuhan butir ini disebut sebagai pertumbuhan
butir normal. Proses pertumbuhan berjalan sangat lambat dan merupakan pertumbuhan butir
paling lambat selama proses annealing. Gaya pendorong pertumbuhan ini adalah energy
hyang dimiliki oleh batas butir.

Pada butir yang sudah besar energy batas butir menjadi kecil. Hal ini disebabkan oleh
luas permukaan batas butir mengecil, akibatnya energy batas butir mrnjadi lebih rendah.
Faktor lain yang dapat menghambat laju pertumbuhan butir adalah terdapat fasa kedua yang
terdispersi atau tersebarpada butir. Inklusi dan orientasi tekstur merupakan faktor-faktor yang
dapat memperlambat pertumbuhan butir selama proses annealing.

2.5 Pengaruh Anil Terhadap Sifat Logam

Perubahan Struktur Mikro Selama Proses Anil

Perubahan struktur mikro dari struktur pengerjaan dingin baja seri 1008 setelah proses
anil dapat dilihat pada gambar 1. Struktur baja seri 1008 setelah pengerjaan dingin ditujukan
dengan bentuk butir-butir yang terelongasi yang menunjukan struktur hasil deformasi.

Setelah proses anil pada temerature 600oC, butir-butir ferit sudah berubah menjadi
relatif bulat, eguiaxial grains, hal ini menunjukan fasa ferit telah mengalami rekristalisasi.
Sedangakan butir-butir fasa perlit masih tampak terelongasi, yang menunjukan proses
rekristalisasi masih belum menyebabkan perubahan pada bentuk butir.

Setelah proses anil telah mencapai temperature 800oC, perubahan semakin tampak,
butir-butir ferit menjadi makin bulat dan makin besar, dan fasa perlit juga berubah menjadi

14
relatif bulat. Pada temperature ini terjadi pertumbuhan butir-butir ferit dan terjadinya
rekristalisasi pada butir-butir fasa perlit.

Gambar 1. Perubahan Struktur Mikro Pengerjaan Cold Rolling dan Akibat Proses Anil

2.6 Pengaruh Temperatur Anil Terhadap Sifat Mekanik

1.Pengaruh Anil Terhadap Sifat Kuat Tarik

Perubahan sifat mekanik,kuat tarik, elongasi, dan kekerasan setelah proses anil dapat
dilihat pada gambara 2. Dari gambar terlihat bahwa kuat tarik turun dengan semakin
tingginya temperatur anil. Perubahan tamapak jelas ketika temperatur mencapai 600oC. Disini
tamapak bahwa setelah mekanisme rekristalisasi terjadi, maka penuruna kuat tarik menjadi
semakin besar.

Gambar 2. Pengaruh Temperature Anil Terhadap Kuat Tarik

15
2.Pengaruh Anil Terhadap Sifat Keuletan/Elongasi Material

Selain terjadi perubahan pada kuat tarik, proses anil juga berkontribusi terhadap
peningkatan keuletan yang dimiliki oleh baja. Pada temperature yang masih rendah
peningkatan keuletan relatif kecil. Peningkatan keuletan semakin besar ketika anil dilakukan
pada temperature 600o-800oC. Gambar 3 menunjukan perubahan keuletan baja setelah
mengalami proses anil pada berbagai temperature.

Data ini mengkonfirmasi bahwa proses anil dengan mekanisme rekristalisasi dan
pertumbuhan butirnya berkontribusi terhadap peningkatan elongasi baja yang sebelumnya
rendah akibat proses pengerjaan dingin.

Gambar 3.Pengaruh Temperature Anil Terhadap Elongasi

3.Pengaruh Anil Terhadap Sifat Kekerasan Material

Perubahan nilai kekerasan baja setelah dianil dengan temperature 200-800oC dapat
dilihat pada gambar 4. Perubahan kekerasan tidak terlalu besar setelah dianil sampai
temperature 400oC. Kekerasan turun sangat tajam ketika anil dilakukan pada temperature
600-800oC. Hal ini menunjukan bahwa proses rekristalisasi yang diikuti oleh pertumbuhan
butir memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan kekerasan baja.

16
Gambar 4. Pengaruh Temperature Anil Terhadap Kekerasan

2.7 Struktur Mikro Baja Annealing,Pengaruh Waktu Annealing

Gambar 1. Struktur Mikro Baja Annealing

Perubahan struktur pada logam baja karbon rendah, 0,1% karbon yang di-rolling
dingin dengan reduksi 90% dan setelah di anil pada temperature 550oC dengan waktu
tahan, holding time anil yang berbeda ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1 a menunjukkan struktur mikro yang telah di anil pada temperature


o
550 C dengan waktu 105 detik. Gambar 1 b setelah dianil selama 350 detik dan
gambar 1 c setelah dianil selama 870 detik.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Kekerasan sangat tajam ketika anil dilakukan pada temperatur 600oC-800OC. Hal ini
menunjukan bahwa proses rekristalisasi yang diikuti oleh pertumbuhan butir
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan kekerasan baja,

 Peningkatan keuletan menjadi semakin besar keitka anil dilakukan pada temperature
antara 600OC-800OC . Data ini mengkonfirmasi bahwa proses anil dengan mekanisme
rekristalisasi dan pertumbuhan butirnya berkontribusi terhadap meningkatkan
elongasi baja yang sebelumnya rendah akibat pengerjaan dingin.

18
DAFTAR PUSTAKA
Amatead,BH,1997,Jakarta,Erlangga : Teknologi Mekanik jilid 1 18 , 19. Bradbury.EJ, 1990,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama : Dasar Metalurgi untuk Rekayasawan
http://www.google.co.id/m?q=perlakuan%20panas
http://agvnk.blogspot.com/2012/04/perlakuan-panas.html 19 Rohyana Solih
Drs.”Pengetahuan & Pengolahan Bahan”.Humoria Utama Press: Bandung, 1995.Supratman
Rochim.”Panduan Peoses Perlakuan Panas”. Lembaga Penelitian ITB: Bandung
1994.Wahyudin Ir. “Diktat Kuliah Ilmu Bahan”.FPTK-UPI:Bandung,2003
https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/perlakuan-panas-logam/proses-anil-annealing/
Ratna Kartika Sari, Sutrisna., 2013, PENGARUH TEMPERATURANIL TERHADAP
KETANGGUHAN DAN KETAHANANKOROSI BAJA RINGAN PADUAN Fe-Al-Mn-Si,
journal of materialscience, Vol. 15, No. 1 Hal.: 11-15.[2] Dieter,G.E., 1986,”Mechanical
Metallurgy”, Mc. Graw-Hill, NewJersey Backofen, W.A., 1972,”Deformationn Processing”,
Addison-WilleyPublishing Company, Massachuse

19

Anda mungkin juga menyukai