Anda di halaman 1dari 28

TUGAS I

METALURGI FISIK

DISUSUN OLEH:
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2014
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|1

SOAL

1. Deskripsikan dengan jelas dan disertai apakah yang dimaksud dengan :


a. Struktur Logam,
b. Ikatan Atom,
c. Kristalisasi,
d. Ketidaksempurnaan Kristal,
e. Ukuran Butir Logam
2. Jelaskan Sifat Mekanik logam dan pengujiannya sertai gambar dan penjelasan tentang:
a) Pengujian Tarik
b) Pengujian Kekerasan
c) Pengujian Impak
d) Pengujian Fatique
e) Metalografi
f) Creep

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|2

JAWABAN
No. 1
TUGAS I METALURGI FISIK

a. STRUKTUR LOGAM
Struktur Logam
Secara garis besar susunan atom yang membentuk unit sel dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Body Centered Cubic (BCC) yakni di setiap sudut ditempati satu atom dan ditengahnya
terdapat satu atom sehingga jumlah atom pada BCC pada setiap unit sel terdapat sembilan atom
dan pada mikroskop terlihat hanya satu sisi, sebagai contoh adalah Ba, Cr, Fe, dan Mo.
2. Forced Centered Cubic (FCC), dimana setiap sudut ditempati satu atom dan tiap pertengahan
sisi ditempati satu atom, jadi jumlah atom pada satu unit sel terdapat 14 atom, sebagai contoh
adalah Al, Ca, Au, Ni dan Ag.
3. Close Packed Hexagonal (HCP) yakni setiap sudutnya ditempati satu atom di tengah sisi atas
dan bawah terdapat satu atom dan di tengah heksagonal terdapat tiga atom, jadi jumlah atom
dalam satu unit sel terdapat 17 atom, sebagai contoh adalah Cd, Co, Mg, dan Zn. (Tanjung. O,
2000).

Susunan atom BCC, FCC, dan HCP dapat berubah seiring dengan berubahnya temperatur,
contoh besi pada temperatur di bawah 910OC strukturnya BCG dan diatas temperatur 9100C1400OC susunan atomnya berubah menjadi susunan FCC dan diatas temperatur 1400OC
susunan atom berubah kembali menjadi susunan BCC.
b. IKATAN LOGAM
Pada material padat, atom-atom saling terikat. Ikatan inilah yang memberikan kekuatan
dan menentukan sifat-sifat dari material tersebut. Sebagai contoh ikatan yang kuat akan
mengakibatkan titik cair yang tinggi, modulus elastis tinggi, dan koefisien muai yang rendah.
Karena besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat material tersebut, maka pada bab ini dibahas
tentang atom dan ikatannya.
Pada ilmu material, atom dianggap sebagai satuan dari struktur intern. Dalam hal ini, bisa
dijelaskan tentang atom sebagai berikut:
1. Atom-atom terdiri dari Inti Elektron yang berputar mengelilingi inti, yang berkaitan dengan
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|3

i. Karakteristik magnetic
ii. Kuantifikasi dari level energy
Catatan :
(1) inti terdiri dari proton dan neutron
(2) massa proton >>>> massa electron
(3) proton bermuatan positif (+), elektron bermuatan negatif ( ), dan netron bermuatan netral.
2. Suatu atom pada hakekatnya adalah netral Massa atom didasarkan pada massa proton
3. Sifat atom erat kaitannya dengan jumlah elektron yang terdapat pada kulit (kulit
terluar) Atas dasar hal ini (kulit terluar) maka disusun table DAFTAR PERRIODIK yang dibuat
oleh MENDELEYEV
Akibatnya :
i. Dapat dikenal atom-atom dengan
dari susunan konfigurasi elektron.

konfigurasi

STABIL

dan

TIDAK

STABIL

ii. Contoh : atom-atom yang terletak pada kolom yang paling kanan (gas mulia)
termasuk
kategori
STABIL,
sedangkan
atom-atom
disebelah
kiri
TIDAK
STABIL.
Analisisnya sbb :
1. He memiliki 2 elektron pada lintasan luar
2. Selain He (misalnya: Argon, Xenon, Neon, dsb) memiliki 8 elektron pada lintasan luarnya,
dari 8 elektron ini diturunkan teori tentang STABILITAS ATOM yang dikenal dengan teori
OKTET
Catatan:
1. Atom-atom yang tidak stabil akan mengarah sehingga perlu tambahan elektron (dari atom
sejenis atau dari atom lain)
2. Atas dasar tersebut maka diturunkan konsep IKATAN ATOM (atomic bonding) dalam
beberapa literatur disebut juga IKATAN KIMIA (chemical bonding)
Dengan adanya pengertian ikatan, maka dapat dianalisis sifat ikatannya:
2.2 Ikatan Atom
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|4

Ikatan atom dikelompokka pada dua, yakni ikatan Ikatan kuat (ikatan primer), dan ikatan lemah
(ikatan sekunder). Ikatan kuat meliputi: ikatan ion (ikatan elektrovalen), ikatan kovalen (ikatan
homopolar), dan ikatan logam (ikatan kovalen sesaat). Sedang ikatan lemah (ikatan sekunder),
yakni ikatan van der walls.
2.2.1 Ikatan Kuat
2.2.1.1 Ikatan Ion
Ikatan yang diakibatkan oleh gaya elektrostatis diantara atom-atom yang berikatan, karena
adanya transfer elektron (agar timbul konigurasi octet atau dua) Akibat dari perpindahan elektron
yang menerima jadi negatif dan melepaskan jadi positif.

Ikatan Atom Ionik

Ikatan Atom Logam


ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

Ikatan Atom Kovalen

Ikatan Atom Hidrogen


UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|5

c. KRISTALISASI

Kristal adalah susunan atom-atom secara teratur dan kontinu pada arah tiga dimensi

Satuan sel adalah susunan terkecil dari kristal


Parameter kisi struktur kristal
Panjang sisi a, b, c
Sudut antara sumbu a, b, d

Sistem Kristal
Parameter kisi diklasifikasikan dalam tujuh sistem kristal dan empat belas kisi Kristal
Arah kristal dinyatakan sebagai vektor dalam [uvw]
uvw merupakan bilangan bulat
Himpunan arah <111> terdiri dari [111], [111], [111], [111], [111], [111], [111], [111]

c
b
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|6

Menentukan Indeks Miller Arah Kristal

Prosedur menentukan arah kristal


x y z
Proyeksi
a/2 b 0
Proyeksi (dlm a, b, c)
1 0
Reduksi
1 2 0
Penentuan
[120]

Bidang Kristal

Dinyatakan dengan (hkl)


hkl merupakan bilangan bulat

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|7

14 kisi kristal

Kristal Kubik Berpusat Bidang

Kristal Heksagonal Tumpukan Padat

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|8

d. Ketidaksempurnaan Kristal
Dalam kenyataan, kristal tidaklah selalu merupakan susunan atomatom identik yang tersusun
secara berulang di seluruh volumenya. Kristal biasanya mengandung ketidak-sempurnaan, yang
kebanyakan terjadi pada kisi-kisi kristalnya. Karena kisi-kisi kristal merupakan suatu konsep
geometris, maka ketidak-sempurnaan kristal juga diklasifikasikan secara geometris. Kita
mengenal ketidak-sempurnaan berdimensi nol (ketidak-sempurnaan titik), ketidak-sempurnaan
berdimensi satu (ketidak-sempurnaan garis), ketidak-sempurnaan berdimensi dua (ketidaksempurnaan bidang). Selain itu terjadi pula ketidak-sempurnaan volume dan juga ketidaksempurnaan pada
struktur elektronik.

Ketidak sempurnaan titik. Ketidak-sempurnaan titik terjadi karena beberapa sebab, seperti
ketiadaan atom matriks (yaitu atom yang seharusnya ada pada suatu posisi dalam kristal yang
sempurna), hadirnya atom asing, atau atom matriks yang berada pada posisi yang tidak
semestinya. Ketidak-sempurnaan yang umum terjadi pada Kristal unsur murni adalah seperti
digambarkan pada Gb.7.6. Kekosongan: tidak ada atom pada tempat yang seharusnya terisi.
Interstisial: atom dari unsur yang sama (unsur sendiri) berada di antara atom matriks yang
seharusnya tidak terisi atom, atau atom asing yang menempati tempat tersebut (pengotoran).
Substitusi: atom asing menempati tempat yang seharusnya ditempati oleh unsur sendiri
(pengotoran).

Selain ketidak-sempurnaan tersebut di atas, dalam kristal ionic terdapat ketidak-sempurnaan


Frenkel dan Schotky.
Dalam kristal ionik, kation dapat meninggalkan tempat di mana seharusnya ia berada dan masuk
keempat di antara anion; pasangan tempat kosong yang ditinggalkan dan kation yang
meninggalkannya disebut ketidak-sempurnaan Frenkel. Jika kekosongan kation berpasangan
dengan kekosongan anion,
pasangan ini disebut ketidak-sempurnaan Schottky. Ketidaksempurnaan Schottky lebih umum
terjadi dibandingkan dengan ketidak-sempurnaan Frenkel. Ketidak-sempurnaan kristal juga bisa
terjadi pada tingkat atom, yaitu apabila elektron dalam atom berpindah pada tingkat energi yang
lebih tinggi (karena mendapat tambahan energi dari luar); ketidak-sempurnaan yang terakhir ini
bukan bersifat geometris.
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

|9

e. UKURAN BUTIR LOGAM


Batas butir adalah batas dua struktur kristalografi dari kristal tunggal baja dan larutan padat.
Paduan umumnya memiliki banyak Kristal yang dapat diamati dengan mikroskop. Baja
berkristal BCC yang mengandung unsur paduan dalam bentuk larutan padat disebut ferit.
Struktur ferit pada dasarnya adalah besi murni yang mengandung unsur paduan dalam jumlah
yang sangat sedikit. Pada fasa tunggal bahan terdiri atas sejumlah kristal tunggal atau butir.
Semua butir memiliki struktur kristal dan komposisi kimia yang sama, perbedaan terletak pada
orientasi yang mengakibatkan terjadinya batas kristal atau lebih umum disebut batas butir antar
kristal atau batas butir. Susunan atom pada batas butir sangat tidak beraturan bila dibandingkan
dengan susunan atom dalam butir. Tampakan foto mikro 2 dimensi dari batas butir adalah
sejumlah garis, tetapi dalam kenyataannya, batas butir merupakan permukaan antar kristal.
Pergerakan atom sepanjang batas butir lebih cepat dibanding pergerakan atom melalui susunan
kristal. Bila dilakukan etsa, batas butir terserang lebih cepat terhadap. oleh larutan asam dan
meninggalkan jejak dangkal pada batas butir. Di bawah pengamatan mikroskop batas butir yang
telah dietsa tersebut tampak sebagai garisgaris gelap. Batas butir sudut besar mempunyai energi
permukaan yang tinggi, dengan energi yang tinggi ini, batas butir merupakan preferensial untuk
reaksi bahan padat (solid state reactions) seperti difusi, transformasi fasa, dan reaksi
pengendapan. Energi tinggi dari batas butir biasanya mengakibatkan konsentrasi atom larut yang
lebih tinggi di perbatasan dari pada di dalam butir.

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 10

No. 2
PENGUJIAN BAHAN
Sifat mekanik adalah sifat yang yang berhubungan dengan mekanik, yaitu kekuatan tarik,
elongation, kekuatan tekan, kekerasan, kekuatan yield dan kekuatan geser.
Sifat mekanik material sangat mempengaruhi penggunaannya, dalam penggunaan material
seorang ahli teknik akan menghitung kekuatan material dengan desain yang dibuat, akan terjadi
pertimbangan pertimbangan yang harus diperhatikan agar sesuai.
Salah satu contoh akan membuat sebuah konstruksi jembatan maka desain sudah dibuat yang
rangka jembatan akan dibuat dari baja, maka ahli konstruksi tadi harus mengetahui kekuatan
yield baja rangka agar desainnya kuat menahan beban, persyaratan yang harus dipenuhi adalah
beban yang diterima jembatan harus dibawah kekuatan yield rangka jembatan agar tidak terjadi
deforasi. Kesalahan sekecil apa pun harus diperhatikan karena akan menyebabkan pengurangan
pada umur jembatan.
Beberapa sifat mekanik material :

Kekuatan (strenght)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan
tersebut menjadi patah.
Kekerasan (hardness)
Dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan , pengikisan
(abrasi), penetrasi. Sifat ini berkaitan erat dengan sifat keausan (wear resistance).
Kekenyalan (elasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
Kekakuan (stiffness)
menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
Plastisitas (plasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis (yang
permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti, forging, rolling,
extruding dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan atau kekenyalan
(ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi dikatakan
sebagai bahan yang mempunyai keuletan atau kekenyalan tinggi, dimana bahan tersebut
dikatakan ulet atau kenyal (ductile).

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 11

Melalui pengujian kita dapat mengetahui sifat sifat mekanik logam dan sifat fisik
lainnya..Adapun jenis pengujiannya antara lain:
a. Pengujian Tarik

Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian tarik
dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji tarik , benda uji diberi
beban gaya tarik , yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material, maka yang harus dilakukan
adalah melakukan pengujian terhadap material tersebut. Dalam dunia industri tentu akan menjadi
sangat boros bila dilakukan pengujian dari setiap barang yang ingin diketahui sifat mekaniknya.
Lalu apa yang dilakukan oleh orang-orang di industri? Mereka melakukan pengujian terhadap
spesimen dari barang yang ingin mereka ketahui sifat mekaniknya. Ada beberapa uji mekanik
yang bisa dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat material, antara lain; uji tarik (tensile test), uji
tekan (compression test), uji torsi/ puntir(torsion test), uji fatigue, dll. Dari sekian pengujian yang
dapat dilakukan untuk mengetahui sifat material, uji tarik menjadi pengujian yang paling disukai
untuk dilakukan karena dari satu pengujian dapat diketahui lebih banyak sifat material dari satu
pengujian tersebut. Dalam artikel kali ini, penulis akan sedikit membahas tentang pengujian tarik
dan sifat-sifat material apa saja yang bisa diketahui dari uji tarik.
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini sangat
sederhana, tidak mahal dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik dari metode
pengujian, bentuk spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil pengujian tersebut.
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 12

Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita akan mengetahui reaksi dari material
tersebut terhadap pembebanan yang diberikan dan seberapa panjang material tersebut bertahan
sampai akhirnya putus.

Gbr 1.Skema pengujian tarik dari awal pembebanan


1.

Mengapa melakukan Uji Tarik?

Dari uji tarik, banyak sifat-sifat yang bisa kita ketahui dibandingkan dengan pengujian lain. Dari
hasil penarikan material hingga material tersebut putus, kita dapat mengetahui data yaitu berupa
tegangan tarik versus pertambahan panjang dari material yang kita uji.

Gbr 2. Gambaran singkat uji tarik dan tegangan yang terjadi


Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam
menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate Tensile Strength disingkat
denganUTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 13

Hukum Hooke (Hookes Law)


Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau
gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut
daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti
aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress: = F/A
F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: = L/L
L: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=/
Selanjutnya kita dapatkan Gambar, yang merupakan kurva standar ketika melakukan
eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama Modulus Elastisitas atau Young
Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat
kurva SS (SS curve).

Gbr 3.Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada gambar di bawah ini.

Gbr 4. Standar specimen yang digunakan


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada gambar di atas. Bila pengukur regangan
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 14

ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang
dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.

Gbr 5. Ilustrasi pengukur regangan pada specimen


2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan
kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti pada
Gbr.6.

Gbr.6 Profil data hasil uji tarik


Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman pada hasil
uji tarik seperti pada Gbr.6. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai
D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.6 yaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis
ke plastis.
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 15

Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)


Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila
hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh y (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis e (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap
tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan beban dengan
arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan,
posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (fracture strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji
putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh
biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%,
regangan ini disebut offset-strain (Gbr.7).
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 16

Gbr.7 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain
adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi
sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan
plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut
getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase
perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan
satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan
ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering
disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5, modulus
ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 17

Pengerasan regang (strain hardening)


Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan
setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas tidak
dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan
regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan
regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.8.

Gbr.8 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya


Referensi:
1.

Material Testing (Zairyou Shiken). Hajime Shudo. Uchidarokakuho, 1983.

1.

Material Science and Engineering: An Introduction. William D. Callister Jr. John


Wiley&Sons, 2004.

2.

Strength of Materials. William Nash. Schaums Outlines, 1998.

3.

Artikel bapak Azhari Sastranegara

Langkah pengujian kekuatan tarik sebagai berikut :


a. Menyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut pada plotter.
b. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga hidrolik diawali 0 kg hingga
benda putus pada beban maksimum yang dapat ditahan benda tersebut.
c. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan panjang benda uji setelah
putus.
d. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji terdapat pada layar digital
dan dicatat sebagai data.
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 18

e. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada meja plotter.
f. Hal terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan luluh, perpanjangan, reduksi penampang
dari data yang telah didapat dengan menggunakan persamaan yang ada.

Gambar 22. Mesin uji tarik.


Keterangan gambar :
1. Batang hidrolik 3. Ragum atas

5. Pembacaan skala

2. Dudukan ragum 4. Ragum bawah

6. Meja plotter

b. Pengujian Kekerasan

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 19

Salah satu sifat mekanik dahan yang penting adalah kekerasan. Untuk mengetahui nilai
kekerasan dari suatu bahan, dilakukan pengujian kekerasan menurut suatu metode tertentu.
Pengujian kekerasan ini bertujuan :

1. Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.


2. Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari logam setelah
di Heat Treatment
3. Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.
4. Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media pendingin.

Pengertian Kekerasan
Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap deformasi dan untuk logam
dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi
permanen. apabila yang menyatakan kekerasan sebagai ukuran terhadap lekukan dan ada pula
yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang
menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam.
Terdapat 3 jenis ukuran kekerasan secara umum, yang bergantung pada cara pengujian
ketiga jenis tersebut adalah:
1.

Kekerasan goresan ( Stracht Hardness ), adalah kekerasan yang diukur dari hasil goresan yang
terdapat pada benda kerja. misalnya cara pengujian MOHS.

2.

Kekerasan Lekukan ( Identation Hardness ), adalah harga kekerasan yang diukur dari hasil
lekukan yang terdapat pada benda kerja.

3.

Kekerasan Pantulan ( Rebound ) atau kekerasan dinamik ( Dinamic Hardness ), adalah harga
kekerasan yang diukur dari hasil pantulan yang lakukan pada saat pengujian.
Misalnya cara penekanan : BRINELL, MEYER, VICKERS, ROCKWELL, dan

lain-lain.

Penentuan kekerasan untuk keperluan industri biasanya digunakan metode. Pengukuran


ketahanan penetrasi bola kecil, kerucut atau piramida. Pengujian kekerasan adalah salah satu dari
sekian banyak pengujian yang dipakai. Karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil
tanpa kesukaran mengenai spesifikasinya.
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 20

Pengukuran kekerasan digolongkan dalam kelompok pengujian tak merusak. dan


diterapkan untuk inspeksi sebagai suku cadang karena kekerasan dengan kekuatan tarik sedang
ketahanan aus berbanding terbalik dengan kekerasan.
-

Pengaruh Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekerasa


Macam-masam proses perlakuan panas

1. Thermal Treatments.
2. Thermochemical Treatment.
3. Inovatif Surface Treatment.

Pada tiap perlakuan panas diatas mempunyai pengaruh yang berbeda beda pada
kekerasan misalnya thermochemical treatments, pengaruhnya terhadap kekerasan hanya pada
kedalaman tertentu dari benda kerja, sesuai dengan yang diinginkan pada pengujian kekerasan
yang dilakukan, perlakuan panas yang digunakan adalah thermal treatment yang meliputi :
annealing ( full annealing, recrystalization annealing, stress relief annealing ), normalizing,
hardening, tempering.
Tiap-tiap perlakuan panas memberikan efek yang berbeda pada bahan yang dikenai,
sedangkan pada thermal treatment prosesnya meliputi:
1. Hardening
Adalah proses pemanasan logam ( baja ) diatas temperature kritis untuk beberapa waktu,
lalu dicelupkan kedalam media pendingin, dengan cara seperti ini tingkat kekerasan akan
meningkat. Hardening juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk
mendapatkan struktur martensite yang keras dengan sifat kekerasan yang tinggi dan kekenyalan
yang rendah.
2. Tempering
Adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk menghilangkan tegangan
dalam. Pada proses tempering baja yang telah diheat treatments dipanasi kembali pada suhu
150oC - 650 oC.

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 21

3. Anealing
Adalah proses heat treatment dimana pemanasannya dilakukan sampai mencapai
temperature tertentu, dan ditahan pada temperature tertentu yang diinginkan, kemudian
didinginkan perlahan. Tujuan anealing adalah untuk menghilangkan tegangan dalam. Pada
peristiwa ini dilakukan pemanasan sampai diatas suhu kritis ( 60 oC ), kemudian setelah suhu
rata didinginkan diudara.
4. Normalizing
Adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk mendapatkan struktur butiran
yang halus dan seragam. Pada proses ini dilakukan pemanasan diatas suhu kritis 721 oC ( 60 oC
), kemudian setelah merata didinginkan diudara.
Pada percobaan kita menggunakan proses annealing yang bertujuan :
Melunakkan regangan sisa
Menghaluskan ukuran butir
Memperbaiki sifat kelistrikan
Melunakkan dan memperbaiki keuletan
Secara khusus jenis annealing yang dipergunakan adalah full annealing. Full annealing
digunakan untuk membuat baja yang lebih lunak, menghaluskan butir dan dalam beberapa hal
dapat memperbaiki machineability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami pemanasan sampai
temperatur yang tinggi. Biasanya butir kristalnya akan terlalu besar, sehingga sifat mekaniknya
kurang baik. Maka butiran kristal tersebut perlu dihaluskan dengan full annealing.
Pada baja hypoutektoid dipanaskan dengan range temperatur 30 oC - 60 oC diatas A1
pada dapur pemanas, ditahan pada temperatur itu dan didinginkan secara lambat ( dengan media
udara ), sedangkan pada baja hypotektoid perbedaannya hanya pada pemanasan pada range 30 oC
- 60oC diatas garis A1.
- Macam macam Pengujian Kekerasan Yang Dilakukan
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada benda
kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk diatasnya :
a. Metode Brinel
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 22

b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada benda
kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk diatasnya :
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Metode yang dilakukan pada pengujian ini adalah Metode Brinell dan Metode Vickers.
a) Uji Kekerasan Rockwell
Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui tingkat kekerasan. Tingkat
kekerasan yang di uji adalah tingkat kekerasan logam baik logam ferrous maupun logam non
ferrous dengan menggunakan alatRockwell Hardness Tester.
-

1.
2.
3.
4.
5.

Flowchart Uji Kekerasan Rockwell


Berikut ini adalah flowchart metodologi pengambilan data untuk praktikum ini:
Penjelasan Flowchart Metodologi pengambilan data pada simulasi adalah sebagai
berikut:
Menentukan Material Logam ferrous (baja karbon) dan logam non ferrous (alumunium dan
tembaga).
Memotong Memotong bahan yang akan diuji.
Mengerinda / mengikir Menghaluskan permukaan bahan uji yang telah dipotong.
Mengamplas Menghaluskan bahan uji dari amplas berukuran 100 sampai dengan 1000 sampai
permukaan benda rata.
Uji Kekerasan (rockwell) Baja Karbon, Alumunium, dan Tembaga Menguji bahan uji dengan
alatRockwell,
yaitu
untuk
kelompok
logam ferrous
menggunakan
indentor
kerucut diamond 120o dan untuk kelompok logam non ferrous menggunakan indentor steel
ball berukuran 1/16.

6.

Pengambilan data Mengambil data yang dihasilkan pada saat menguji bahan, yaitu dengan
menetukan beban yang diberikan, dimana untuk baja menggunakan jenis HRa dengan beban
yang diberikan 60KP, untuk logam ferrous baja yang telah dilakukan kalibrasi menggunakan
jenis HRc dengan beban yang diberikan 150KP, logam non ferrous alumunium dan tembaga
menggunakan jenis HRb dengan beban yang diberikan 100KP.

7.

Analisa Menganalisa hasil pengambilan data, yaitu membandingkan hasilnya untuk kelompok
logamferrous dan logam non ferrous untuk dicari mana yang paling keras.
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 23

8.

Kesimpulan Menarik kesimpulan menurut tujuan yang telah ditentukan.

b) Metode Pengujian Brinel


Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memberikan penekanan kepermukaan
suatu speciment uji. Penekanan ini dilakukan dengan menggunakan suatu penekan (indentor)
berbentuk bola.

c. Pengujian Impak
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode
uji impct digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji impact izod.
Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy potensial dari pendulum beban yang mengayun
dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.

Sistem Pengujian Pukul Takik


1. Uji Charphy
Benda uji diletakkan secara mendatar dan ditahan pada sisi kiri & kanan. Kemudian benda
dipukul pada bagian belakang takikan, letaknya persis di tengah.Takikan membelakangi pululan.
2. Uji Izod
Benda uji dijepit pada satu ujungnya pada posisi tegak. Lalu benda uji ini dipukul dari sisi
depan pada sisi ujung yang lain
ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 24

1.

Macam-Macam Patahan :
Patahan getas :

2.

Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.


misal : besi tuang
Patahan liat :

3.

Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.


misal : baja lunak, tembaga dsb
Patahan campuran :
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet.
misal : pada baja temper

d. Pengujian Fatique

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 25

Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur dan
laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat. Gejala ini biasa disebut transisi liat
getas,yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan praktis bahan (Surdia dan Saito,
1995).Patahan patah getas bersifat getas sempurna, yaitu tanpa adanya deformasi plastis sama
sekali, jadi berbeda dengan bidang slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik
pada bidang pecahan. Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang
menunjukkan pola Chevron secara makrokospik pada arah yang menuju titik permulaan patah.
Patah getas terjadi pada pangkal takikan benda uji, jadi bahan tiba-tiba patah tanpa deformasi
plastis. Secara praktis patahan buatan seperti itu tidak pernah terjadi pada struktur mesin, tetapi
mesin selalu mempunyai bagian yang terdapat konsentrasi tegangan dan mungkin mempunyai
cacat pada lasan, jadi adanya cacat yang bekerja seperti takikan tidak dapat dihindari, meskipun
bahan tersebut merupakan bahan yang ulet.
Pengujian impak charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Batang uji
dengan takikan 2 mm V notch, paling banyak dipakai. Di samping itu lebih dari 30 jenis batang
uji diusulkan termasuk jenis yang memancing retak lelah. Pada pengujian kali ini akan
dipergunakan batang uji berbentuk bulat berdiameter 8 mm dengan takikan bentuk V (V notch).
Pengujian impak charpy dilakukan untuk mengetahui sifat liat dari bahan yang ditentukan dari
banyaknya energi yang dibutuhkan untuk mematahkan batang uji dengan sekali pukul.

e. Metalografi

Pengujian metalografi adalah suatu teknik atau ilmu untuk melihat struktur
mikro dan makro material. Struktur mikro logam dapat diperoleh melalui proses
penyiapan spesimen metalografi. Dengan tujuan untuk menganalisa struktur,
Mengenali fasa-fasa dalam struktur mikro, berdasarkan skala makro maupun skala
mikro. Tahapan dalam melakukan pengujian metalografi adalah sebagai berikut :

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 26

A. Cutting, yaitu pemotongan benda uji disesuaikan


akan diamati (dengan menggunakan Mesin potong Discotom-2)

dengan

penampang

yang

B.
Mounting
(pembingkaian),
dilakukan
untuk
memudahkan
penanganan/
pemegangan terhadap benda uji yang berukuran kecil atau memiliki bentuk
yang tidak beraturan yang akan sulit ditangani khususnya pada saat pengamplasan dan
pemolesan apabila tidak mounting.

C. Grinding, yaitu proses meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan


kertas amplas anti air secara berurutan mulai dari kekasaran 120, 240, 360,
400, 700, 800, dan 1200, selama proses grinding diberi air untuk mencegah
terjadinya oksidasi pada permukaan benda uji.
D. Polishing, yaitu menghaluskan serta menghilangkan goresan goresan selama
proses grinding dengan menggunakan kain bludru (polishing cloth) dan pasta
diamand dengan tingkat kehalusan 6 m, 1 m dan m. sebagai media
pendingin digunakan Luricant Blue atau alkohol 96%.

E. Etching, yaitu mereaksikan benda uji dengan bahan etsa sehingga dapat
memunculkan gambar struktur mikro dengan jelas. (proses etsa menggunakan
menggunakan nital 2%).

F. Viewing, Pengamatan
dan mikroskop elektron.

yang

dilakukan

dengan

menggunakan

mikroskop

optik

f. Creep (Mulur)

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 27

ELIESER TAHALELE
0724 1311 036

UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE

| 28

Anda mungkin juga menyukai