Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam.
Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng,
tembaga, besi baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Selain pada
perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-
komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer serta peralatan
canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan
industri maupun di dalam rumah tangga.
Korosi merupakan salah satu masalah utama dalam dunia industri. Tentunya karena
korosi menyebabkan kegagalan pada material yang berujung pada kerusakan pada peralatan atau
kegagalan pada operasi yang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Besi adalah salah satu dari banyak logam yang penggunaannya sangat banyak dalam
kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari logam yang sifatnya sangat mudah mengalami
korosi.
Ada tiga elemen yang diperlukan sehingga reaksi korosi dapat berlangsung yaitu :
1. Elektronik
2. Elektroda
3. Larutan elektrolit
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan lebih lanjut tentang penyebabab korosi dan jenis-jenis korosi.
2. Mengidentifikasi cara pencegahan dari proses korosi.
3. Menjelaskan mengapa logam dapat terkorosi.
1.3 Manfaat
1. Memberikan bekal pengetahuan agar dapat mengetahui mengenai korosi cracking
dan pitting.
2. Agar pemakalah dan pembaca dapat menambah wawasannya mengenai proses korosi dan
cara pencegahan korosi.
3. Menambah wawasan tentang ruang lingkup korosi cracking dan pitting.

1.4 Perumusan Masalah


1. Apa pengertian korosi cracking dan korosi pitting?
2. Apa penyebab terjadinya korosi cracking dan korosi pitting?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari korosi cracking dan korosi pitting?
4. Bagaimana cara pencegahan terjadinya sebuah korosi cracking dan korosi pitting?

BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari
besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida ataubesi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

2.2 Jenis- Jenis Korosi

Jenis kerusakan yang terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan fisik
logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada lingkungannya.
Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, menurut Setyowati tahun 2008 korosi dapat
dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :
a. Korosi merata (uniform corrosion)
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam,
oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi
yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan
material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam
bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain
berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

b. Korosi celah (crevice corrosion)


Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam
celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di
dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan
logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang
didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
c. Korosi galvani (galvanic corrosion)
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam
lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam
yang memiliki potensial lebih tinggi.

.d. Korosi selektif (selective leaching)


Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah
satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng.
Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap
semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi,
sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi
keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang
kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang
akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pecah pada pipa.
e. Korosi antar kristal (intergranular corrosion)
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja
tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida
krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %,
didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan
karat tersebut.

f. Korosi Retak Tegang (stress corrosion cracking)


Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen) adalah bentuk korosi
dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti :
baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan
amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang
dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya
difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

g. Korosi erosi
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran
fluida yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung. Korosi
erosi juga dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang terjadi pada permukaan logam, misalnya :
pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-
bagian yang kasar dan tajam

h. Korosi lelah
Merupakan kegagalan logam akibat aksi gabungan beban dinamik dan lingkungan
korosif.
i. Pitting corrosion
Korosi sumuran (pitting corrosion), korosi ini terjadi akibat adanya sistem anoda pada
logam, dimana daerah tersebut terdapat konsentrasi ion Cl– yang tinggi. Korosi jenis ini sangat
berbahaya karena pada bagian permukaan hanya lubang kecil, sedangkan pada bagian dalamnya
terjadi proses korosi membentuk “sumur” yang tidak tampak.
Mekanisme korosi ini dapat dijelaskan dari Gambar 2.3 dibawah ini. Karena suatu
pengaruh fisik maupun metalurgis (adanya presipitasi karbida maupun inklusi) maka pada
permukaan logam terdapat daerah yang terkorosi lebih cepat dibandingkan lainnya. Kondisi ini
menimbulkan pit yang kecil, pelarutan logam yang cepat terjadi dalam pit, saat reduksi oksigen
terjadi pada permukaan yang rata. Pelarutan logam yang cepat akan mengakibatkan pindahnya
ion Cl–. Kemudian didalam pit terjadi proses hidrolisis (seperti pada Crevice Corrosion) yang
menghasilkan ion H+ dan Cl–. Kedua jenis ion ini secara bersama – sama mempercepat
terjadinya pelarutan logam sehingga mempercepat terjadinya korosi.

Gambar 1. mekanisme korosi sumuran

Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu:

Dengan adanya reaksi diatas pada daerah sekitar sumuran cenderung untuk menekan laju korosi
karena daerah tersebut terpasifasi dengan naiknya pH akibat timbulnya ion OH–. Dengan kata
lain sumuran secara katodik melindungi bagian lain dari permukaan baja. Terkadang pada dasar
sumuran, terdapat larutan terlarut dari garamnya seperti kristal FeCl2.4H2O. Oleh karena korosi
sumuran memiliki kecenderungan untuk terjadi dibawah permukaan sehingga mengakibatkan
kerusakan yang lebih hebat dibandingkan dengan dipermukaan, sehingga dapat dikatakan korosi
sumuran sebagai perioda perantara terjadinya korosi merata.
Macam-macam bentuk pitting. Berikut ini adalah macam-macam bentuk dari korosi sumuran:
Gambar 2. macam-macam bentuk korosi sumuran.

Cara mencegah agar tidak terjadinya proses korosi sumuran (pitting corrosions), yaitu:
1. Meletakkan material tegak berdiri sehingga tidak akan terjadi genangan air pada permukaan
logam
2. Melapisi permukaan logam dengan pelindung atau lazim disebut coating baik organic maupun
yang organic
3. Penambahan inhibitor yang sesuai dengan lingkungannya
4. Merubah lingkungan dengan mengurangi faktor utama penyebab dampak korosi
5. Pemasangan seng anode yang sesuai dengan kondisi dimana korosi tersebut terjadi
j. Stress corrosion cracking

Korosi retak tegang (SCC) adalah peristiwa pembentukan dan perambatan retak dalam
logam yang terjadi secara simultan antara tegangan tarik yang bekerja pada bahan tersebut
dengan lingkungan korosif. Proses korosi retak tegang (SCC) dapat terjadi dalam beberapa menit
jika berada pada lingkungan korosif atau beberapa tahun setelah pemakaiannya. Hal ini terjadi
karena adanya serangan korosi terhadap bahan. Korosi retak tegang (SCC) merupakan kerusakan
yang paling berbahaya, karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya.
Gambar 3. macam-macam stress corosi cracking

Dalam kondisi kombinasi antara tegangan (baik tensile, torsion, compression, maupun thermal)
dan lingkungan yang korosif maka Stainless Steel cenderung lebih cepat mengalami korosi.

Karat yang menyebabkan berkurangnya penampang luas efektif permukaan Stainless Steel
menyebabkan tegangan kerja (working stress) pada Stainless Steel akan bertambah besar. Korosi
ini meningkat jika bagian yang mengalami tekanan (stress) berada di lingkungan dengan kadar
klorida tinggi.

Pada tahun 1998, Zhang melakukan penelitian tentang pengaruh ion borate terhadap
korosi retak tegang pada material stainless steel 304 (UNS30400) yang disensitisasi padasodium
borate (Na2B4O7) cair, pada temperatur 950 C yang diamati pada percobaanSlow Strain Rate
Testing (SSRT) dengan menggunakan sistem observasi dinamik. Pengaruh inhibitor
dari ion borate (B4O72-) pada pemicu retak dihasilkan dari efek penahanan, pada saat
pengasaman lokal membentuk lapisan pelindung. Konsentrasi (B4O72-) yang tersedia tidak
menunjukkan pengaruh inhibitor pada kecepatan retak (CF). Ion hidroksil (OH-) juga memicu
retak dengan mengikuti distribusi probabilitas eksponen dan kecepatan retak diikuti distribusi
probabilitas Weibull.
Stainless steel ada 5 jenis, di antaranya adalah Austenitic Stainless Steel dan Duplex
Stainless Steel. Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Chrom dan 6% Nickel (grade
standar untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Chrom dan
Nickel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) atau
Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta korosi.
Austenitic cocok juga untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nickel membuat SS
tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah. Sedangkan Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua
angka pertama menyatakan persentase Chrom dan dua angka terakhir menyatakan persentase
Nickel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan Ferritic. Duplex ferritic-
austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara khusus
tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress Corrosion Cracking-nya
tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih baik (superior) dibanding ferritic SS
dan lebih buruk dibanding Austenitic SS. Sementara kekuatannya lebih baik dibanding
Austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan
korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap pitting coorrosion
jauh lebih baik (superior) dubanding 316. Ketangguhannya Duplex SS akan menurun pada
temperatur dibawah – 50oC dan diatas 300oC (Nugroho, 2008).
Materi utama pada konstruksi untuk alat proses dalam industri Farmasetika dan Bioteknologi
adalah stainless steel austenit tipe 316L. Stainless steel tipe 316L mempunyai mikrostruktur yang
terdiri dari fase austenit dan sedikit volume fase ferrit. Hal ini dapat dicapai dengan penambahan
cukup nikel pada campuran untuk menstabilkan fase austenit. Komposisi Nikel pada SS 316L
rata-rata adalah 10-11%. Stainless steel duplex memilki komposisi kimia yang disesuaikan untuk
menghasilkan mikrostuktur yang fase ferrit dan austenitnya sama banyak. Baru-baru ini, muncul
pula duplex stainless steel tipe 2205 sebagai material industri, yang merupakan stainless steel
dengan pengurangan kandungan nikel 5% dan menyesuaikan penambahan Mangaan dan
Nitrogen untuk menghasilkan ferrit kira-kira 40-50% (Fritz, 2011).

Jenis korosi yang paling umum terjadi pada stainless steel dalam aplikasi farmasi dan
bioteknologi adalah korosi sumuran pada lingkungan bantalan-klorida. Peningkatan kadar Cr,
Mo dan N di stainless steel duplex 2205 secara substansi lebih tahan terhadap korosi pitting dan
korosi celah daripada 316 L. Resistensi pitting relatif dari stainless steel dapat ditentukan dengan
mengukur suhu yang diperlukan untuk menghasilkan pitting (pitting suhu kritis) dalam larutan
uji standar seperti besi klorida 6%. Stainless steel duplex 2205 memiliki suhu kritis pitting (CPT)
di antara tipe 316 L dan Super austenitik stainless steel 6% Mo. Perlu dicatat bahwa pengukuran
CPTs dalam larutan klorida memberikan peringkat yang dapat diandalkan dari ketahanan pitting
klorida relatif, tetapi seharusnya tidak digunakan untuk memprediksi suhu pitting kritis dalam
lingkungan bantalan-klorida lainnya (Fritz, 2011).
Pada suhu di atas 150oF (60oC) kombinasi dari tegangan tarik dan klorida dapat dengan
mudah memecahkan kelas 316L. Mode katastropik serangan disebut korosi stres retak klorida
dan harus dipertimbangkan ketika memilih bahan untuk proses stream panas. 316L tipe yang
harus dihindari untuk aplikasi yang melibatkan klorida dan suhu 150oF dan lebih tinggi. 2205
duplex stainless steel tahan SCC (Stress Corrosion Cracking) dalam larutan garam sederhana
sampai dengan suhu minimal 250 F (Fritz, 2011).
Perbandingan properti mekanik antara stainless steel duplex 2205 dengan austenit 316L:

2.3 Dampak Dari Terjadinya Korosi

Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami
kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam
kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap
satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi.
Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya
akibat berinteraksi dengan lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung
dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali.
Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya.
Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari
logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan
lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang
mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya
menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi
reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang
tertinggal pada logam.
Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada
tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80
hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang
ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut
memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini
semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi secara baik
bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya
kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan
pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar
panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain
sebagainya.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi diantaranya adalah:

1. Adanya kerugian teknis dan depresiasi


2. menurunnya efisiensi
3. menurunnya kekuatan konstruksi
4. Apperance yang buruk
5.karat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance

selain menimbulkan kerugian korosi juga menguntungkan diantaranya adalah adanya


pabrik cat (coating), adanya pekerjaan cathodic protection.
Untuk memilih material agar dampak negatif dari korosi dapat dikurangi dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ketahanan korosi, yang dimaksud disini adalah tingkat kemungkinan bertahannya material di
lingkungan yang korosif
2. Availibility, faktor ketersediaan. Material dengan jumlah ketersediaan yang terbatas akan
menimbulkan kesulitan dalam hal kapasitas produksi
3. Cost, Dalam memilih material diusahakan agar biaya material bisa ditekan sekecil mungkin
4. Strength, Apabila kekuatan material tidak bisa dipenuhi maka material yang telah dipilih tidak
dapat dipakai
5.Appearance, sifat material akan bertambah signifikan jika dipergunakan untuk memproduksi
barang – barang yang bersifat eksotis
6. Producibilitas, perlu dianalisa bisa tidaknya dibuat sesuai fungsi barang yang akan dibuat

2.4 Bakteri Penyebab Korosi


Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-
jenis bakteri yang berkembang yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen
atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan
oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini
tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah
air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar
H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter
menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan
CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida


Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit
atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai
pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan
drainase tambang menjadi asam.

3. Bakteri besi mangan oksida


Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan dengan
bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal
berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di
lingkungan dengan filamen yang panjang.

2.5 Cara Mencegah Terjadinya Korosi


Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi
tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang
tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang
aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di
tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.

2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)


Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk
sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat
terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.
Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).
Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk
perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium,
Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.

3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).

BAB III
PERMASALAHAN
3.1 Korosi Pada Besi Baja Pondasi Bangunan

Korosi yang terjadi pada baja tulangan adalah korosi seragam atau biasa disebut uniform
corrosion. Korosi memang hanyalah fenomena dipermukaan material, tetapi jika korosi telah
terjadi dalam waktu yang lama dan tidak ditangani dengan baik maka fenomena korosi yang
terjadi dipermukaan material akan masuk lebih dalam dan bisa menimbulkan craking pada
material, hal ini tentu saja sangat merugikan, baja yang seharusnya dapat menahan beban yang
berat.

Gambar. korosi cracking yang terjadi pada besi pondasi bangunan

Sering kita melihat beton yang berwarna kuning kemerahan seperti berkarat, tetapi jarang
orang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh struktur baja
yang terdapat didalam bangunan terkorosi.

3.2 Penyebab Korosi Pada Besi Baja Pondasi Bangunan

Setiap konstruksi setelah dibangun harus dilakukan evaluasi secara terus menerus untuk
menentukan kinerja bangunan. Ambruknya suatu infrastruktur, seperti jembatan, jalan layang,
dermaga dan lain-lain, secara tiba-tiba sering kali membawa korban manusia dan kerugian
finansial yang sangat besar. Hal ini merupakan bagian dari tugas pemilik bersama pihak yang
berkepentingan untuk menjamin keselamatan masyarakat umum sebagai pengguna. Salah satu
penyebab kerusakan bangunan dilingkungan laut adalah korosi pada besi pondasi bangunan.
Secara umum, besi baja didalam beton tidak akan terkorosi, karena beton pada umumnya
memiliki PH tinggi (sekitar 12.5), Sifat PH tinggi atau basa / alkali pada beton terjadi saat semen
tercampur dengan air. Karena sifat alkali ini, dipermukaan baja dalam beton terbentuk sebuah
lapisan pasif yang menyebabkan baja terlindung dari pengaruh luar. Baja baru bisa terkorosi bila
lapisan pasif ini rusak (PH Beton turun), yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Karbonasi (carbonation)
Proses karbonasi terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara bebas
/ atmosfer dengan ion hidroksida didalam beton. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan PH
beton turun (< 9) dan ini mengakibatkan penurunan
ketahanan dari lapisan pasif di permukaan baja tulangan.
2. Klorida (Chlorides)
Ion klorida mempunyai kemampuan untuk penetrasi kedalam beton dan merusak lapisan
pasif dipermukaan baja dan logam. Ion klorida bisa berasal dari lingkungan eksternal, misalnya
air laut atau proses hyrolysis auto katalisis dari bahan
logam itu sendiri yang menyebabkan baja terkorosi.
3. Garam Magnesium (Magnesium Salts)
Karena pada laut mengandung 3200 ppm bahan setara MgCl2, hal ini sudah cukup untuk
melemahkan Portland Cement Hydrates dari serangan ion Mg. Hasil reaksinya akan
menyebabkan kehilangan material (material loss) dan dapat melunakkan beton (soft).
4.Serangan Sulfat (sulphate attack)
Sulfat alami (natural sulphate) dan bahan polutan dari dalam tanah atau air laut dapat
menyebabkan serangan Sulfat kedalam beton. Ion sulfat dari air laut akan bereaksi dengan
hydrates dari portland cement yang dapat menyebabkan penurunan mutu beton, membuat beton
menjadi lemah / lunak dan rapuh (brittle).
5.Serangan Asam oleh Bakteri
Pada bak tempat penampungan minyak mentah, struktur bawah dari bangunan offshore,
pada daerah pantai yang air lautnya diam dan suhunya cenderung tetap (Oil Well 70-80 °C) atau
(45-50 °C) akan berpotensi menumbuhkan mikroba aktif yang menghasilkan karbon dioksida
serta dapat menurunkan PH air. Hal ini akan berpotensi menyebabkan proses korosi pada
struktur beton, baja maupun bahan logam yang terdapat pada daerah tersebut.
Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada besi baja di dalam beton. Ini disebabkan
karena besi baja di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang terbentuk
pada besi baja ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut. Pengembangan
volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut retak, terkelupas atau pecah,
sehingga daya dukung dan dimensi beton menjadi berkurang.

3.3 Proses Terjadinya Korosi

Korosi yang tetrjadi pada baja baja pondasi bangunan bisa terjadi karena beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Besi baja yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi.
2. Adanya air dari hasil sisa-sisa reaksi antara air dan semen.
3. Tembok atau beton yang menggunakan besi baja tidak kedap air.
Jika besi baja pondasi yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi,
akan menimbulkan resiko korosi pada besi baja tersebut. Ada berbagai cara untuk terjadi korosi
pada baja tulangan. Air dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara,
melalui air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak
kedap air. Bila ada sisa-sisa air yang tidak ikut tereaksikan pada saat pencampuran semen dengan
air. Air yang tertinggal bisa mengenai baja tulangan dan akan menyebabkan korosi pada baja
tulangan yang tidak diproteksi karena unsur-unsur yang ada pada air akan bereaksi dengan baja
yang akan menyebabkan baja menjadi terkorosi.

Gambar. Mekanisme terjadinya korosi


Tembok atau beton yang menggunakan struktur besi baja yang tidak kedap air juga dapat
menimbulkan korosi pada besi baja, hal ini memungkinkan air yang ada diluar tembok atau
tergenang di atas tembok dapat masuk kedalam tembok atau beton, setelah air sampai di daerah
besi baja maka besi baja akan bereaksi dengan air yang masuk dari luar tembok dan akan
menghasilkan proses korosi.
Korosi yang terjadi pada besi baja bisa menimbulkan cracking pada tembok atau beton, hal
ini dikarenakan adanya seolah-olah penebalan pada permukaan baja tulangan akibat adanya
produk korosi yang berupa oksida. Pada saat terjadi penebalan ini, pada tingkatan yang parah
tembok atau beton tidak akan sanggup menahan laju penebalan ini sehingga
terjadilah cracking pada paermukaan tembok atau beton.

3.4 Pencegahan Korosi pada Baja Tulangan.


1. Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan
udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya
melindungi besi terhadap korosi.
1. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi
dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong
logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu
utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif
daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel
elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan
tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
2. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi
dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya
tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh
karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi
dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah
digalvanisasi, sehingga tahan karat.
3. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan
kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper
mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
4. Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif
(berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi,
maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja
yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala limpahan karunia dan rahmat. Sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul “KOROSI” dengan lancar.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua yang terlah membantu


terselesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:
1. Br. Titus Totok Tri Nugroho, S.T. selaku kepala SMK PANGUDI LUHUR
MUNTILAN.
2. Ibu Lucia Prihatin, S. Pd. Selaku guru pembimbing penulis, yang memberikan
dorongan, masukan kepada penulis.
3. Bapak D. Kristantara, S.Pd selaku wali kelas X TPB.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu - persatu oleh penulis.
Makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari Anda demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan pada
proses pembelajaran selanjutnya.
Magelang, 22 April 2014

(Yakobus Rhio Widodo)


DAFTAR ISI
1. Halaman Judul 1
2. Kata Pengantar 2
3. Daftar Isi 3
4. Bab I Pendahuluan 4
a. Latar Belakang Masalah 4
b. Rumusan Masalah 4
c. Tujuan Penulisan 5
5. Bab II Isi 6
a. Contoh Korosi 6
b. Penyebab Terjadinya Korosi 9
c. Pencegahan Korosi 12
6. Bab III Penutup 15
a. Kesimpulan 15
7. Daftar Pustaka 16
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.

Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam.
Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng,
tembaga, besi baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Selain pada
perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-
komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer serta peralatan
canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan
industri maupun di dalam rumah tangga.

Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian
peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak
langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang
umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa contoh korosi dalam kehidupan sehari-hari?
2. Apa penyebab korosi?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya korosi?
c. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian, penyebab dan cara pencegahan korosi.
2. Untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Kimia.
BAB II
ISI

a. Contoh Korosi

Perbandingan logam yang Belum Terkorosi (kiri)


Dengan yang Telah Terkorosi

Bangkai Kapal di Dasar Laut yang Telah Terkorosi oleh Kandungan Garam yang Tinggi
Pengotor yang Mempercepat Korosipada
Permukaan Logam

Knalpot Kendaraan Bermotor yang Mudah Terkorosi Akibat TemperaturTinggi


b. Penyebab Terjadinya Korosi
1. Kontak langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi
yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen
(O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang
menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Hal tersebut menimbulkan perbedaan
potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks
pada peristiwa korosi. Jika jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan
logam semakin banyak, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam
tersebut.
2. Keberadaan Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan
sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu
karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi
gas oksigen pada permukaan logam yang mengakibatkan proses korosi semakin cepat pula.
3. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Konsentrasi elektrolit yang besar dapat meningkatkan
laju aliran elektron sehingga laju korosi meningkat.
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan
meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar dan laju korosi pada logam
semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada
perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya
reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
6. Metalurgi
 Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.
 Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang
terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni
timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek
ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah
anode.
7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi
redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu
menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat,
dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
c. Pencegahan Korosi
Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
1. Perlindungan Mekanis
Perlindungan mekanis ialah mencegah agar permukaan logam tidak bersentuhan langsung
dengan udara. Untuk jangka waktu yang pendek, cara ini dapat dilakukan dengan mengoleskan
lemak pada permukaan logam. Untuk jangka waktu yang agak lama, dapat dilakukan dengan
pengecatan. Salah satu cat pelindung yang baik ialah meni (Pb3O4) karena selain melindungi
secara mekanis juga memberi perlindungan elektrokimia. Selain pengecatan, perlindungan
mekanis dapat pula dilakukan dengan logam lain, yaitu dengan cara penyepuhan.
Proses penyepuhan untuk perlindungan terhadap korosi harus diperhatikan harga E° dari logam
yang akan dilindungi dan logam pelindungnya. Logam yang baik sebagai pelindung harus
mempunyai E° lebih kecil dari E° logam yang dilindungi. Sebab bila terjadi goresan pada logam
yang dilapisi, maka logam pelindung akan menjadi anode pada “sel volta mini” yang terjadi,
sehingga logam yang dilindungi tidak akan teroksidasi selama logam pelindung masih ada.
Untuk perlindungan agar barang-barang yang terbuat dari besi tidak cepat rusak, maka besi (E° =
–0,44 volt) lebih baik dilapis dengan seng (E° = –0,76 volt) daripada dilapis dengan timah (E° =
–0,14 volt).
1) Besi yang dilapisi seng
Apabila terjadi goresan atau di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel-
partikel lain, terjadilah sel volta mini dengan Zn sebagai anodenya dan Fe sebagai katodenya. Zn
akan teroksidasi terlebih dahulu karena harga E°-nya lebih kecil daripada Fe, sehingga korosi
elektrolitik (reaksi elektrokimia yang mengoksidasi logam) tidak terjadi.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–): Zn(s) —> Zn2+(aq) + 2 e–
Katode (+): 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2) Besi yang dilapisi timah
Apabila terjadi goresan atau lapisan mengelupas kedua logam akan muncul di permukaan.
Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel-partikel lain terjadilah sel volta mini. Di sini Fe
akan bertindak sebagai anode karena E0 Fe lebih kecil daripada E° Sn, hingga Fe akan
teroksidasi lebih dulu. Di sini akan terjadi proses korosi elektrolitik. Oleh karena itu, pelat besi
yang dilapisi timah akan cepat berlubang-lubang daripada besi Galvani. Hanya dari segi
keindahan, besi yang dilapisi dengan NiCr dan Sn tampak lebih bagus daripada besi yang dilapisi
Zn.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–) : Fe(s) —> Fe2+(aq) + 2 e–
Katode (+) : 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2. Perlindungan Elektrokimia
Perlindungan elektrokimia ialah mencegah terjadinya korosi elektrolistik (reaksi elektrokimia
yang mengoksidasi logam).Perlindungan elektrokimia ini juga disebut perlindungan katode
(proteksi katodik) atau pengorbanan anode (anodaising). Cara ini dilakukan dengan
menghubungkan logam pelindung, yaitu logam yang lebih tidak mulia (E°-nya lebih kecil).
Logam pelindung ini ditanam di dalam tanah atau air dekat logam yang akan dilindungi. Di sini
akan terbentuk “sel volta raksasa” dengan logam pelindung bertindak sebagai anode.
Contoh-contoh proteksi katodik
1) Untuk mencegah korosi pada pipa di dalam tanah, di dekatnya ditanam logam yang lebih
aktif, misalnya Mg,
yang dihubungkan dengan kawat. Batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg yang
rusak dapat
diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga pipa yang terbuat dari besi terlindung dari korosi.
2) Untuk melindungi menara-menara raksasa dari pengkaratan, maka bagian kaki menara
dihubungkan dengan lempeng magnesium yang ditanam dalam tanah. Dengan demikian menara
besi akan menjadi katode magnesium dan lempeng Mg sebagai anodenya.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
 Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
 Contoh korosi terjadi pada bahan-bahan logam atau besi.
 Penyebab terjadinya korosi ada beberapa hal, antara lain:
 Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
 Keberadaan Zat Pengotor
 Kontak dengan Elektrolit
 Temperatur
 pH
 Metalurgi
 Mikroba
 Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
 Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip, yaitu: Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau
air dan Perlindungan katoda (pengorbanan anoda).
DAFTAR PUSTAKA

1.
https://www.google.com/search?q=contoh+korosi&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=6SlLU8
7jAsfh8AWck4G4Cw&ved=0CAYQ_AUoAQ&biw=1366&bih=615
2.
https://www.google.com/search?q=contoh+korosi&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=6SlLU8
7jAsfh8AWck4G4Cw&ved=0CAYQ_AUoAQ&biw=1366&bih=615#q=contoh+korosi+di+kehi
dupan+&tbm=isch
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
4. http://heriut.blogspot.com/2011/05/makalah-korosi.html
5. http://fasdilahali.blogspot.com/2012/05/peptida-dan-ikatan-peptida.html

6. http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/2-reaksi-redoks-dan-
elektrokimia/5-korosi/

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam. Logam yang berumur
lama akan identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam perkaratan adalah adalah korosi. Proses
korosi terjadi hampir pada semua material terutama logam. Korosi dapat menyebabkan suatu
material mempunyai keterbatasan umur pemakaian, dimana material yang diperkirakan untuk
pemakain dalam waktu lama ternyata mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian
rata-ratanya.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan
sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi
merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat
kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah
keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. Untuk itu kita
harus mengetahui lebih lanjut tentang korosi. Baik itu pengertian, faktor-faktor yang
menyebabkan sampai pada cara pencegahannya.
2. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana proses terjadinya korosi ?
3. TUJUAN
Dari rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu:
1. Mengetahui proses terjadinya korosi
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOROSI
Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau
perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya
(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat
penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun,
2003). Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan
sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi
merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat
kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI
1. Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan
mempercepat berlangsungnya proses korosi.
2. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi.
Korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam
tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom
karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari
udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat
berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang
mengalami kontak dengan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut.
3. Larutan Garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air
hujan dan air laut merupakan korosi yang utama.
4. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang
akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan
menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai
anode dan katode.
5. Keberadaan zat pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan
sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu
karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi
gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
6. Kontak dengan elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat
melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
7. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan
meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada
logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
8. Tingkat keasaman (pH)
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam
yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
9. Metalurgi
 Permukaan logam.
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung
mengalami korosi.
 Efek galvanic coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang
terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni
timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek
ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah
anode.
10. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi
pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui
reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu
menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat,
dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
C. BENTUK-BENTUK KOROSI
1. Korosi Merata (Uniform Attack) : Yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang
berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang
sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-
peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.
2. Korosi Galvanik (Galvanic corrosion) : Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam
yang berbeda secara listrik berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif
yang sama. Dalam kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak
berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan potensial tinggi akan
kurang terkorosi). Korosi galvanik cenderung terlokalisir ke arah pembentukan sumuran, dan
dalam sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Ini hanyalah merupakan masalah
perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan pemakaian lebih
dari satu macam metal. Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam yang
berbeda-beda, agar tidak sampai menimbulkan masalah korosi.
3. Korosi Sumuran (Pitting) : Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari
permukaan metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari
diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit diduga,
sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi :
 Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup (air laut) akan terbentuk
beda potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi
anode kecil / katoda besar.
 Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti stainless
steel. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk di dalam air mengandung chloride, oleh karena
itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan laut.
4. Korosi Erosi : Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan). Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe
korosi ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan
metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi
membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya
korosi lembaran baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir,
dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis protektif dihilangkan.
5. Impingement Attack : Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan
kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana
perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan bagian lain
dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada
impingement (timpa,bentur,tekan) air yang biasanya mengandung gelembung udara pada
kecepatan serendah 1 m/s.
6. Perusakan Cavitasi : Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya
gelembung di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan
perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan
terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk dari partikel vacumm. Bila
air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah
pada perusakan permukaan paduan logam.
7. Korosi Celah (Crevice Corrosion) : Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua
permukaan dengan bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi
celah timbul dari formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar crevice
lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja pada daerah anodic
yang kecil menghasilkan serangan korosi yang intensif.

D. PROSES TERJADINYA KOROSI PADA BESI


Prosestejadinya korosi pada besi melalui siklus berikut:
1. Logam besi yang kontakdengan udara dioksidasi
menjadi ion Fe2+
2. Ion Fe2+larutdalam air dan bergerak ke katode melalui
tetesan air
3. Elektron bergerak ke katodemelalui logam.
4. Elektron mereduksi oksigen dari udara danmenghasilkan
air.
5. Sebagian oksigen yang larutdalam air mengoksidasi
Fe2+menjadi Fe3+yangmembentuk karat pada besi
Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi (Fe) bisa
terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :
1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi
• Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada
bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai
katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit sehingga
bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-
• Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi (III) dalam senyawa
besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan
mempercepat reaksi perkaratan.

2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E0 reduksi lebih besar dari besi
Karena E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi (anoda),
hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan
perkaratan besi adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut
akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt
Anode : Fe →Fe2+ + 2e- E0= + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O E0=+1,67 volt
Reaksi di atas berlangsung spontan
Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (III)
terhidrasi. Reaksinya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt
Anode : 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e- E0= - 0,77 volt
Reaksi sel : 2Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O E0= + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+
atau Fe3+ . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya
dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang dikenal
dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O).
Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang dapat
mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang mempunyai
potensial elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang
mempunyai potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret
potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga
menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam
udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan melindungi bagian
bawahnya terhadap korosi selanjutnya.
Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di
udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi
merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

E. CARA-CARA PENCEGAHAN KOROSI


Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah
besi menjadi baja tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.
Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui pula
bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi
besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan
air.
2. Melumuri dengan oli dan gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi
dengan air.
3. Dibalut denagn plastik
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan pelastik.
Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah)
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan
secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah tergolong logam yang tahan karat. Besi
yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan
air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat).
Apabila lapisan timah ada yang rusak,misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ
dari pada timah (EO Fe = -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi
dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Denagan
demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga
kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Cromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang
mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis.
Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada
yang rusak.
6. Zink Plating
Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat
membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari
korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi
yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk
lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam
yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– Eo = –0,44 V


Fe(s) → Fe2+(g) + 2e– Eo = –0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis
maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam
juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon
yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan
oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak
terkorosi.

7. Proteksi katodik
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi
yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM.
Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg
merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua
logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada
Gambar 3.
Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–


Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)
Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu
diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.
8. Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan
kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat
dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor
katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.

1) Inhibitor anodic
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat
transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah
senyawa kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara
menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen
scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin,
dan garam sulfit.
3) Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik
dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai
inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan
fosfat.
4) Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam
dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan
logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi
kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub
negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda
positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut
akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH akan bereaksi dengan
elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-
gas pencemar (SOx, NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai
hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).

2. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi setiap pembaca dan
dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam penyusunan makalah selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai