Anda di halaman 1dari 32

Metalografi

Diagram TTT

IV. Fase Yang Terbentuk


1. Ferit ( besi )
Merupakan larutan padat karbon dalam besi dan
kandungan karbon dalam besi maksimum 0,025% pada
temperatur 723 C. Pada temperatur kamar, kandungan
karbonnya 0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan
tahan korosi.
2. sementit
merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan
tinggi atau berkeras diantara fasa-fasanya yang
mungkin terjadi pada baja mengandung 6,67% kadar
karbon, walaupun sangat keras tapi bersifat getas.
3. austenit
merupakan larutan padat intertisi antara karbon dan
besi yang mempunyai sel satuan BCC yang stabil pada
temperatur 912°C dengan sifat yang lunak tapi ulet.
4. perlit (α+Fe3C)
Metalografi

merupakan elektroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu


terit dan sementit. Kedua fasa ini tersusun dari
bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi di
bawah 723 C. Sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi
serta kandungan karbonnya 0,83%.
5. Ladeburit
Merupakan susunan elektrolit sengan kandungan
karbonnya 4,3% yaitu campuran perlit dan sementit.
Sifatnya halus dan getas karena sementit yang
banyak.
6. besi delta (γ)
merupakan fasa yang berada antara temperatur 1400 °C
– 1535°C dan mempunyai sel satuan BCC ( sel satuan
kubus ) karbon yang larut sampai 0,1%
Perbandingan yang dilakukan dengan menggunakan
media pendingin berbagai jenis seperti oli, air garam,
air, solar dan udara tergantung pada kecepatan
pendinginan yang diinginkan. Kecepatan pendinginan
adalah turunnya pendinginan pada waktu dimasukkan dalam
derajat/detik. Kecepatan pendinginan mempengaruhi akan
kekerasan bahan.
Laku panas adalah proses yang memanaskan bahan
sampai suhu tertentu dan kemudian didinginkan menurut
cara tertentu. Tujuan pengerjaan panas itu adalah untuk
memberikan sifat yang lebih sempurna pada bahan.
Metalografi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan metalografi pada dasarnya mempelajari


karakteristik struktural dan susunan dari suatu logam
atau paduan logam. Biasanya tidak melalui suatu
keseluruhan potongan disebabkan oleh pembawaan hydrogen
atau logam.
Dewasa ini terdapat berbagai jenis bahan yang
digunakan pada proses manufaktur. Namun, sebelum
diketahui atau digunakan dalam industri atau bagian-
bagian yang lain, karakteristik structural atau susunan
dari logam atau paduannya yang akan dipakai atau
ditawarkan pada industri untuk keperluan lainnya.
Dari hal inilah, orang mulai mencoba untuk
melakukan uji mmetalografi pada suatu material.
Sehingga dengan cara ini dapat diperoleh bahan dengan
sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan tertentu untuk
memenuhi nkebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Untuk itu, pengujian metalografi sangat berguna
dalam berbagai dunia industri, terutama pada industri
logam dan otomotif. Karena kebutuhan akan logam ini
Metalografi

semakin meningkat, maka banyak industri manufaktur


menyuplai bahan logam yang ada di pasaran san telah
melalui berbagai proses pengujian bahan.

1.2 Tujuan dan Manfaat Pengujian

A. Tujuan Pengujian
Setelah melakukan pengujian metalografi praktikan dapat
:
1. Menjelaskan tujuan dari proses
metalografi.
2. menjelaskan langkah-langkah
pengujian Metalografi.
3. Mengetahui bahan dan alat yang
digunakan pada pengujian metalografi.
4. Mengetahui bentuk-bentuk fasa dari
logam.
5. menganalisa ukuran butir dan
membbandingkan dengan grain size ASTM.
6. Menjelaskan hubungan antara
struktur mikro dan karakteristik butir terhadap
bahan.
7. Mampu melakukan pengujian
metalografi.
B. Manfaat Pengujian
1. Bagi Praktikan
 Dapat mengetahui dampak
perlakuan panas dan media pendingin terhadap
karakteristik logam.
Metalografi

 Dapat melihat perbedaan setiap


fasa logam yang diuji.
 Dapat mengoperasikan mikroskop
untuk pengamatan pada bahan yang lain.
2. Bagi Industri
 Dengan pengujian metalografi,
dapat diketahui suatu logam atau paduannya yang
mempunyai kekuatan yang tinggi dan ekonomis.
 Dapat diperoleh bahan dengan
sifat-sifat yang sesuai dengan kebutuhan
industri.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar


Pengetahuan metalografi pada dasarnya bertujuan
untuk mempelajari struktur logam atau paduannya dalam
hubungannya dengan sifat fisik dan mekanik.
Pada metalografi yang diperoleh dengan suatu
analisis kimia dan metalografi logam, biasanya tidak
memiliki mkeseluruhan logam atau paduannya disebabkan
oleh pembawa hubungan heterogen dari logam tersebut.
Pembawaan ketidakhomogenan suatu logam ditentukan dengan
microetching yang dapat dilakukan dengan menggunakan
luas power mikroskop atau magneting glass.
Pemeriksaan seperti ini sering dikenal dengan
pemeriksaan mikroskopis atau secara mikro untuk
pemeriksaan yang lebih baik biasanya digunakan
Metalografi

pembesaran lokal. Observasi mikroskop Dario hal ini


dinotasikan oleh jenis metalografi data yang diperlukan
dan dibutuhkan.
Pemeriksaan mikroskop dari penampang logam tidak
hanya dibatasi oleh pemeriksaan visual dari specimen
yang dietsa, tetapi juga meliputi pemeriksaan kerusakan
logam. Belakangan ini dapat diberikan karakteristik
logam dengan memberikan pandangan terhadap kekuatan,
keuletan, ukuran butir dan sebagainya.
Pemeriksaan mikroetching dapat memberikan gambaran
kondisi logam yang berhubungan dengan satu arah atau
lebih.

Reaksi-Reaksi Pembentukan Fasa


Reaksi Austenit – Martensit

Daerah austeniot yang telah bertransformasi menjadi


martensit, membentuk lentikuler yang mudah dikenal
adalah dietsa atau distorsi yang ditimbulkannya pada
permukaan logam yang dipoles. Hal ini membuktikan bahwa
jarum martensit terbentuk akibat proses geser dan bukan
proses yang mengiringi perubahan transformasi.
Energi regangan yang ditimbulkan oleh transformasi
martensit dapat diserap karena pertumbuhan daerah yang
tergeser, dan tidak tergantung pada difusi dank arena
daerah tersebut koheren dengan matriks. Maka dapat
menyebabkan kecepatan tinggi dalam kristal tersebut.
Perubahan energi bebas yang besar yang berkaitan dengan
pembentukan fasa baru dengan cepat jauh lebih besar dari
energi regangan, sehingga tidak terjadi penurunan energi
bebas secara keseluruhan.
Metalografi

Reaksi Pembentukan Ferit dan Perlit

Pada proses pemanasan system besi karbon, besi murni


bertambah 2 kali strukturnya sebelum mencair. Besi
berubah dari kpr menjadi kps pada temperature 912 oC dan
perubahan ini terjadi berbalik pada temperature 1390oC
dan berbentuk kpr lagi (besiα). Besi δ sama dengan besi
γ, kecuali daerah suhunya.

Reaksi pembentukan Sementit, Austenit, Ladeburit, Bainit


 Austenit dinamakan juga fasa γ atau besi γ merupakan
larutan padat antara karbon dan besi dengan sel satuan
FCC. Untuk paduan Fe3C, austenit hanya dapat stabil di
atas temperature 723oC tetapi untuk baja paduan Mangan,
austenitdapat terjadi secara stabilpada temperature
kamar tergantung pada kandungan Ni atau Mn. Sifat
austenit sama dengan ferit.

 Ferit terjadi dibawah temperature 723oC, pada


temperature ini terjadi pengintian sementit. Pada
temperature 723oC mulai terbentuk fasa perlityang
sebenarnya terjadi dari 2 fasa yaitu sementit dan besi
α dari austenit sebelum fasa eutectoid yang disebut pra
eutectoid sementit.
γ (kps) didinginkan menjadi γ + C (Sementit + karbida)

 Ladeburit terbentuk pada suhu antara 723oC sampai


ladeburit terbentuk bersama dengan sementit dari
1130oC.
Metalografi

α + sementit + ladeburit
γ (kps) didinginkan menjadi C + ladeburit

 Bainit Terbentuk dari bahan yang dicelup dari 750oC


suhu rendah yang awalnya terbentuk martensit dan
austenit. Pencelupan dari 750oC ke suhu yang lebih
tinggi disusul dengan austemper yang nantinya akan
menghasilkan bainit.

Jenis Mikroskop Elektron :

1. Mikroskopp electron transisi memberikan informasi


bayangan dan difraksi volume yang sama sampai
diameter 1 mm.
2. Mikroskop electron tegangan tinggi mampu memberikan
difraksi di atas 1 mm.
Metalografi

Sistem Kristalografi

1. Bentuk Kubus
a=b=c
α = β = γ = 90o

b
a
Kristal kubus mempunayai 3 jenis sel satuan bagian
yang terkecil dari suatu bahan yang bentuknya tetap
dan beruang
a. Kubus sederhana (SC)

b. Kubus Mulia (FCC = Face Centered Cubic)


Metalografi

c. Kubus Dalam (BCC = Body Centered Cubic)

2. Tetragonal
Tetragonal terbagi atas 2 :
a. ST (Simple Tetragonal)
b. BCT (Body Central tetragonal)

a=b≠c
α = β = γ = 90o

3. Orthorombik
a. SO (Simple Orthorombik)
b. FCO (Face Centered Orthorombik)
c. BCO (Body Centered Ortorombik)
a≠b≠c
α = β = γ = 90o

c
a
Metalografi

S.o f.c.o b.c.o

b.c.o

4. Rhombohedral
a=b≠c
α = β = γ ≠ 90o

5. Heksagonal
a=b≠c
α = 120o

b
a
Heksagonal Sederhana

6. Monoclinik
a≠b≠c
β = γ ≠ 90o

Simple Monoclinik (S.M) Body Centered Monoclinik (B.C.M)

7. Tridimik
a≠b≠c
Metalografi

α ≠β ≠γ ≠ 90o

Simple Tridimik (S.T)

BAB IV
PERHITUNGAN

4.1 Penentuan Persen Fasa (Spesimen Dengan Media Pendingin Air Garam)

JumlahTiti kPadaFasaT ertentu


Persen Fasa Tertentu   100%
JumlahTiti kTotal

Ctt : titik yang mengenai fasa tertentu dihitung satu dan yang mengenai tepi fasa
dihitung 1/2. Jumlah titik total yang digunakan untuk penentuan yang cukup
akurat setidaknya 100 titik.

 Penentuan Persan Fasa Ferit

JumlahTiti kPadaFasaFerit
% FasaFerit   100%
JumlahTiti kTotal

28
% FasaFerit   100%  28%
100

 Penentuan Persen Fasa Perlit

JumlahTiti kPadaFasaPerlit
% FasaFerit   100%
JumlahTitikTotal

72
% FasaFerit   100%  72%
100
Metalografi

4.2 Penentuan Ukuran Butir

Ukuran butir dinyatakan dengan besaran tertentu, misalnya standar dari ASTM, yaitu
ASTM Grain Size Number (n) yang dinyatakan sebagai berikut :

N  2 n 1

Keterangan : n = ASTM Grain Size Number (1-10)

N = Jumlah Butiran Per inci Kuadrat.

Ukuran butir dapat ditentukandengan menggunakan metode lingkaran Hilliard


sebagai berikut :

LT
G  10  6,64 Log
PM

Dimana : G = Besaran Butir ASTM


LT = Total Keliling Lingkaran
= x d (Cm)
P = Total Jumlah Perpotongan Lingkaran dengan Butiran
M = Pembesaran (diketahui)

 LT = x d
= 3,14 x 3,6 = 11,304 Cm
Metalografi

 P = 17 Butiran
 M = 100 X
Jadi :

11,304
G  10  6,64 Log N  2 n 1
17  100
N  2 4 1
 10  ( 14,456)
N 8

G  4,45  4

BAB IV
PERHITUNGAN

4.1 Penentuan Persen Fasa (Spesimen Normal)

JumlahTiti kPadaFasaT ertentu


Persen Fasa Tertentu   100%
JumlahTiti kTotal

Ctt : titik yang mengenai fasa tertentu dihitung satu dan yang mengenai tepi fasa
dihitung 1/2. Jumlah titik total yang digunakan untuk penentuan yang cukup
akurat setidaknya 100 titik.

 Penentuan Persan Fasa Ferit

JumlahTiti kPadaFasaFerit
% FasaFerit   100%
JumlahTiti kTotal

15
% FasaFerit   100%  15%
100

 Penentuan Persen Fasa Perlit

JumlahTiti kPadaFasaPerlit
% FasaFerit   100%
JumlahTitikTotal

85
% FasaFerit   100%  85%
100
Metalografi

4.2 Penentuan Ukuran Butir

Ukuran butir dinyatakan dengan besaran tertentu, misalnya standar dari ASTM, yaitu
ASTM Grain Size Number (n) yang dinyatakan sebagai berikut :

N  2 n 1

Keterangan : n = ASTM Grain Size Number (1-10)

N = Jumlah Butiran Per inci Kuadrat.

Ukuran butir dapat ditentukandengan menggunakan metode lingkaran Hilliard


sebagai berikut :

LT
G  10  6,64 Log
PM

Dimana : G = Besaran Butir ASTM


LT = Total Keliling Lingkaran
= x d (Cm)
P = Total Jumlah Perpotongan Lingkaran dengan Butiran
M = Pembesaran (diketahui)

 LT = x d
= 3,14 x 3,6 = 11,304 Cm
Metalografi

 P = 4 Butiran
 M = 100 X
Jadi :
11,304
G  10  6,64 Log
4  100

G  0,28  1

BAB V
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa grafik Fe-Fe3C

Diagram fasa Fe – Fe3C menjadi landasan untuk laku panas


kebanyakan jenis baja yang kita kenal. Bila bagian 0%-1%
karbon pada diagram Fe-Fe3C ditutupi, kita mendapatkan
diagram yang mirip dengan diagram fasa sebelumnya. Komposisi
eutektik terdapat pada 4,3% ( berat ), karbon ( 17% atom)
dan suhu eutektik ini karena rata-rata mengandung 2,5-4%
karbon. Titik cair relatif rendah dan besi cor mempunyai
karakteristik coran dan proses yang baik. Yang kaya besi
Metalografi

dapat menampung 2,1% (berat) atau 9% (atom) karbon. Atom-


atom karbon ini larut sampai interistisi dalam besi KPS.
Baja berlandaskan fasa larutan padat ini karena baja
mengandung kurang dari 1,2% karbon, baja dapat mempunyai
fasa tunggal pada proses penempaan atau pengerjaan panas
lainnya, yaitu di daerah sekitar 1100°C sampai 1250°C. Pada
daerah yang kaya Fe diagram ini berbeda dengan diagran
lainnya yang telah pernah di bahas. Perbedaan ini timbul
karena besi adalah polimorf dengan fasa kpr dan kps.

Karena kita tidak mempelajari pencairan dan solidifikasi


baja secara khusus disini, kita lewatkan ciri-ciri daerah
karbon kadar rendah diatas suhu 1400°C. Perhatian kita
terutama ditujukan pada bagian diagram antara 700°C-900°C
dan daerah karbon antara 0%-1%. Bagian inilah yang
terpenting bagi ahli teknik karena mikrostruktur baja dapat
diatur dan disesuaikan dengan keinginan.

Diagram fasa Time Temperatur Transformation ( TTT )


Metalografi

Dari diagram TTT di atas dapat dilihat pengaruh media


pendingin pada struktur yang dihasilkan pada specimen.

- Kurva I ( air garam )


Pendinginan menggunakan air garam pada pendinginan ini,
waktu pendinginannya lebih cepat sehingga menghasilkan baja
mertensit yang berstruktur halus sehingga baja yang
dihasilkan sangat keras dang etas.
- Kurva II ( air )
Pendinginan ini menggunakan media pendingin air biasa,
dengan waktu pendinginan agak lebih lama dengan media
pendingin air garam. Struktur yang dihasilkan adalah baja
mertensit yang berstruktur besar.

- Kurva III ( solar )


Yaitu pendinginan denga n media solar dengan waktu
pendinginan lebih lama dari air sehingga menghasilkan ferit
dan perlit yang lebih sedikit.

- Kurva IV ( oli )
Pendinginan ini menggunakan media pendingin oli dan
struktur yang dihasilkan adalah stuktur perit dengan waktu
pendinginan lebih lama dari pendinginan dengan solar.

- Kurva V ( udara )
Yaitu pendinginan dengan udara sebagai media pendingin
struktur yang dihasilkan adalah ferit dan perlit dengan
waktu pendinginan yang lebih lama daripoada media pendingin
yan lain.
Metalografi

5.2 Analisa Struktur

Keterangan :
1) Besi dasar (kadar karbon 0,25 %), pada :
t1 = cairan dengan pembekuan dari besi delta menjadi padat dengan 50 % padat
dan 50 % cair.
t2 = besi delta menjadi butiran kasar.
t3 = cairan besi dan eutektoid mulai membeku ampai menjadi butiran kasar.
t4 = cairan membeku seutuhnya.
t5 = Pertumbuhan butir selesai dan besi masih tinggal mempunyai komposisi 0,83
% karbon.

2) Besi dengan kadar karbon 0,65 % - 1,7 %, pada :


t1 = Pengintian austenit, pertumbuhan butir.
t2 = Pembekuan selesai
t3 = Atom-atom karbon menuju ke batas austenit.
t4 = Perubahan austenit menjadi perlit.
Metalografi

3) Besi dengan kadar karbon 1,7 – 4,5 %, pada :


t1 = Pengintian
t2 = Pembekuan selesai.
t3 = Atom-atom karbon menuju ke batas austenit.
t4 = Perubahan austenit menjadi perlit.

4) Besi dengan kadar karbon 4,4 %, pada :


t1 = Pembekuan austenit.
t2 = Pembekuan mencapai maksimum.
t3 = Pada temperatur tetap austenit – perlit

 Garis A
Menyatakan transformasi pada baja hipo dimana permukaan specimen pada
proses pendinginan yaitu temperature ti terjadi pengintian dan kemudian menjadi
butir maksimum. Pada temperature t2 terjadi perubahan dimana cairan yang
tertinggal mulai membeku dan setelah mencapai t3 akan membeku seluruhnya.
Antara temperature t1 dan t4 terjadi pengintian atau perlit sepanjang butir austenit,
kemudian akan dilanjutkan dengan pertumbuhan ferit menjadi butr max. Pada
temperature t5 austenit berangsur-angsur menjadi perlit dan pendinginan
selanjutnya tidak terjadi perubahan sel satuan.

 Garis B
Merupakan proses pendinginan untukbaja eutectoid. Pada pendinginan eutectoid
(austenit pada temperature ti) antara temperature t 1 dan t2 . butir-butir tumbuh dan
berakhir pada temperature t2. Struktur pada temperatu t1 dan t2 butir-butir tumbuh
dan berakhir pada temperature ti dan t 3 tidak terjadi apapun. Setelah mencapai
temperature t5 berangsur-angsur menjadi perlit.

 Garis C
Merupakan proses transformasi pendinginan pada baja hyper. Pendinginan
dimulai pada temperatur t1 dan t2 terjadi pendinginan austenit. Sehingga selesai
pembekuan prose situ menjadi struktureutektoid kemudian berubah menjadi perlit
dan sementit.

 Garis D
Merupakan transformasi baja hyper eutectoid memiliki kandungan karbon 1,7 –
4,3 % pada pendinginan lambat. Pada pendinginan eutectoid ini sampai
Metalografi

temperature t2. Antara temperature ti dan t5 menjadi pergantian eutectoid dan


sementit dan protektoid pada temperature t5 baja terdiri dari perlit.

5.2. Analisa Foto Struktur


A. Spesaimen Normal

Fasa yang terbentuk :

1. Ferit (besi ά )

Pada foto specimen, warna yang lebih terang adalah ferit, dan butirannya
besar dan fasa yang ada merupakan larutan padat intrerself (sel antara)
dengan atom karbon yang sangat liat dengan kata lain karbon dalam ferit
sangat rendah yaitu 0,05 %, sampai pada suhu 7230C dan pada suhu
kamar 0,08 % memioliki se satuan kubus (BCC) dan berada di bawah
temperature 9,2oC. Pada diagram besi karbida sifatnya lunak dan tahan
korosi.
Metalografi

2. Perlit
Perlit yang terbentuk terdiri dari :
Perlit yang terbentuk strukturnya besar dengan sifat keras, getas,
butirannya besardan kasar. Biasanya terbentuk di bawah suhu 723o C.
Ferit : bentuk strukturnya kesil dengan sifat keras, getas, butirannya
kecil, dan halus, terbentukakibat pendinginan yang cepat.
Metalografi

B. Spesimen Dengan Media Pendingin Oli

Pada specimen dengan media pendingin oli terjadi pembentukan perlit


yang terdiri dari ferit + karbida. Specimen dipanaskan sampai di atas 723 o C dan
kemudian didinginkan dengan lambat dengan media pendingin oil. Perlit
memiliki struktur campuran antara ferit dan karbida, dimana ketika didinginkan
ada sebagian karbon yang sempat terredistribusi kembali pada atom Fe, namun
adapula yang tidak sempat terredistribusi, sehingga menghsilkan 2 fasa yang
berbeda. Sifat dari perlit ini adalah ulet dank eras karena terdiri dari 2 fasa. Jika
ditinjau dari foto, struktur ini terlihat campuran antara terang dan gelap. Bagian
yang terang merupakan ferit dan bagian yang gelap merupakan karbida (Fe 3C).
Jika diperbesar strukturnya akan tampak menyerupai lapisan-lapisan.
Pada media pendinginan ini laju pendingin berlangsung secara lambat,
karena densitas yang rendah dari oli, sehingga proses transfer panas berlangsung
dengan lambat. Hal ini mengakibatkan proses rekristalisasi dari atom-atom baja
berlangsuing lebih sempurna dan Fe dapat kembali diikat oleh karbon.
Ferit memiliki sifat yang lunak dan ulet karena hanya mengandung 0,8 %
karbon. Hal ini dikarenakan fasa ferit terbentuk karena adanya karbon yang
takterredistribusi kedalam atom Fe, sehingga menampilkan warna yang lebih
terang pada foto, namun ferit ini tak dapat terbentuk sendiri saja dan pasti selalu
Metalografi

disertai dengan pembentukan sementit pada laju pendinginan yang lambat


dengan oli.
Karbida (Fe3C) memiliki sifat yang keras karena mengandung 1 % karbon.
Dalam foto terlihat berwarna lebih gelap. Fasa ini terbentuk bersama-sama
dengan ferit membentuk perlit. Fe3C terbentuk karena pada laju pendinginan
lambat dengan oli, ada sebagian atom karbon yang telah kembali mengikat
atom-atom Fe, sehingga sifatnya lebih ulet, dan keras.
Metalografi

5.2 Analisa Struktur


Pembahasan Umum :
Analisa Pembentukan Struktur Martensit

Martensit merupakan salah satu fasa yang dapat terbentuk pada struktur logam.
Sifat dari sturktur pada fasa martensit adalah keras dan getas, jadi logam yang berada
pada fasa ini cepat mengalami perpatahan.

Untuk mendapatkan struktur dengan fasa martensit, maka logam haurs melalui
proses perlakuan panas dengan laju pendinginan yang cepat. Untuk laju pendinginan
yang cepat, biasanya digunakan air garam yang memiliki densitas yang sangat tinggi.

Untuk lebih jelasnya, mari kita simak secara lebih terperinsi proses transformasi
fasa dari bahan yang memiliki struktur normal hingga terbentuknya struktur
martensit.

Untuk structure normal, butiran-butiran masih tersusun rapih karena masih


memiliki ikatan yang kuat antar satu atom Fe denga atom Fe yang lainnya. Ikatan ini
kuat karena adanya atom pengikat yaitu karbon. Pada struktur normal, karbon masih
terdistribusi dengan sempurna mengikat atom-atom penyusun logam.

Setelah itu bahan ini dpanaskan hingga kira-kira mencapai suhu 800o C. Setalah
itu struktur butirnya telah mengalami perubahan, dimana ato-atom karbon akan keluar
dari ikatan aotm penyusun logam, sehingga ikatannya berkurang. Atom-atom
merenggang dan menjadi besar. Struktur ini berada pada fase austenit + cairan.
Maksudnya adalah ada yang berada pada fasa austenit dan ada pula yang telah berupa
cairan, dengan sifat yang lunak tapi ulet.

Setelah dipanaskan hingga suhu 800o C, dan mencapai fasa austenit stabi, maka
bahan didinginkan dengan cepat, yaitu dengan menggunakan media pendingin air
garam. Digunakan air garam, karena memiliki densitas yang tinggi, dimana kerapatan
antara molekul air garam amat tinggi, sehingga proses transfer panas berlangsung
dengan waktu yang sangat cepat. Laju pendinginanpun berlangsung dengan cepat.
Peristiwa ini mengakibatkan atom-atom karbon yang tadinya terlepas dari ikatan tidak
mampu/sempat terredistrribusi ke dalam ikatan untuk mengikat atom-atom penyusun
logam, dan atom-atom yang membesar tak sempat untuk mengecil. Jadi disini terjadi
Metalografi

proses rekristalisasi yang sangat cepat. Dengan struktur yang seperti ini akan
mengakibatkan ikatan yang tidak kuat antar satu atom dan atom lainnya sehingga
sifatnya getas, dan keras, karena butiran yang membesar memenuhi ruang material.
Sruktur semacam inilah yang disebut struktur martensit, yang terbentuk pada fasa
martensit.

Jadi dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, bahwa struktur martensit


merupakan struktur yang memiliki sifat yang keras dan getas, karena telah mengalami
perlakuan panas hingga mencapai austenit stabil pada suhu kritis yang kemudian
didinginkan dengan cepat dengan media pendingin air garam yang densitasnya tinggi.
Metalografi

Pembahsaan Khusus :

Analisa Pengaruh Media Pendingin Terhadap Pembentukan Struktur Material

Media pendingin merupakan suatu substansi yang berfungsi dalam menentukan


kecepatan pendinginan yang dilakukan terhadap material yang telah diuji dalam
perlakuan panas. Pemakaian media pendingin juga berguna dalam penentuan sifat dan
fasa dari sturktur yang terbentuk setelah material didinginkan.

Secara garis besar ada dua jenis media pendingin yang digunakan , yaitu media
pendingin dengan tingkat kerapatan yang rendah dan media pendingin dengan tingkat
kerapatan yang tinggi. Apabila disusun dengan urutan yang terperinci dari media
pendingin yang memiliki densitas yang tinggi sampai yang paling rendah, maka
diperoleh, sbb : air garam, air, solar, oli dan udara. Untuk lebih jelasnya maka dalam
pembahasan ini hanya akan dijelaskan pengaruh media pendingin secara garis
besarnya saja, yaitu antara 2 tingkat kerapatan.

Untuk media pendingin dengan kerapatan yang tinggi, laju pendinginan akan
berlangsung secara cepat, karena proses transfer kalor lebih mudah terjadi apabila
jarak molekul lebih kecil. Dengan percepatan proses pendinginan ini, maka akan
terbentuk struktur martensit yang kasar, dimana memiliki sifat yang keras dan getas.
Sifat ini terjadi karena proses rekristalisasi yang cepat, sehingga aotm karbon tidak
sempat terredistribusi dalam mengikat atom penyusun logam, dan atom-tom lain
membesar, sehingga memenuhi ruang.

Untuk media pendingin yang memiliki tingkat kerapatan rendah, laju


pendinginan akan berlangsung secara lambat, karena proses transfer kalor tidak dapat
berlangsung dengan mudah pada molekul-molekul yang memiliki jarak yang besar.
Dengan proses yang lambat ini, akan membentuk struktur yang keras dan ulet. Hal ini
disebabkan karena ada 2 fasa yang terbentuk yaitu fasa ferit + sementit. Ferit
memiliki sifat yang lunak dan ulet dengan kadar karbon 0,008 %. Sedangkan sementit
memiliki kadar karbon 1 % untuk 3 atom Fe, sehingga sifatnya keras. Pada media
pendingin ini proses rekristalisasi berlangsung lambat, sehingga ada sebagian atom
karbon yang mampu terredistribusi kedalam ikatnnya kembali.
Metalografi

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik struktur logam atau paduan logam memiliki sifat fisis dan
mekanis yang berbeda tergantung dari jenis perlakuan panas dan proses
pendinginannya.

2. Kekuatan dan keuletan suatu material yang telah mengalami proses


perlakuan panas akan dipengaruhi jenis media pendingin yang digunakan. Urutan
ketangguhan bahan menurut media pendinginnya yaitu : air garam, air, solar, oli
dan udara.

3. Fasa-fasa yang terbentuk adalah : Ferit, sementit, perlit,


martensit,austenit, bainit dan ladeburit.
Metalografi

4. Struktur butir suatu material yang telah mengalami proses perlakuan


panas sangat ditentukan oleh jenis media pendingin yang digunakan.

5. Pengujian metalografi bertujuan untuk mengetahui struktur yang


terbentuk dari pengamatan struktur mikro pada foto dari perbesaran miokroskop
untuk material yang telah mengalami perlakuan panas dan didinginkan dengan
beberapa media pendingin yang berbeda densitasnya.

6.2 Saran

Harap agar prosedur pengambilan gambar dapat diperjelas dengan menjalaninya.

DAFTAR PUSTAKA

Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta.
Metalografi

 Pengampelasan
Pengempelasan adalah suatu proses pengerjaan pada
logam dengan tujuan mengurangi kerusakan permukaan
yang terjadi akibat dari proses pemotongan
gergaji.
 Pemolesan
Pemolesan adalah suatu proses pengerjaan pada
logam yang bertujuan menghilangkan bagian – bagian
terdeformasi yang timbul sebagai hasil dari
langkah – langkah sebelumnya.
Metalografi

Pemolesan dilakukan dengan tangan dimana arah


pemolesan tegak lurus
Arah pengampelasan selama pemolesan disnjurkan
agar spesimen digerakkan kedepan dan kebelakang
agar partikel yang mengalami abrasi dapat
didistribusikan secara merata.
 Etsa
Umumnya reaksi yang sesuai etsa metalografi
spesimen terdiri dari reaksi organik dan
anorganik.Etsa adalah suatu proses pencelupan
spesimen dengan tujuan memperoleh spesimen yang
bersih. Etsa dilakukan pada bagian yang telah
diamplas dan dipoles.
Metalografi

Anda mungkin juga menyukai