Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Mekanisme Penguatan Logam

2.2.1 Pengerasan Tegangan (Strain Hardening)


Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk deformasi plastik
(perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali seperti semula). Penguatan ini
terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan
disebabkan oleh slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan
slip ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak
bergeser, maka gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang
dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang menyebabkan
deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil. Jika kristal dipotong menjadi
pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan terlihat di bawah mikroskop elektron,
sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi merupakan cacat kisi yang menentukan
kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari luar, dislokasi akan bergerak
kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu sama
lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit bergerak
berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi). Sehingga kerapatan
dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi, maka semakin sulit dislokasi
bergerak sehingga kekuatan logam akan naik. Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi
selama pengujian tarik. Pada proses uji tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan
tarik, kekuatan mulur dan kekerasannya akan meningkat pula sedangkan massa jenis dan
hantaran listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya keuletan. Kristal
logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan pengerasan yang luar biasa.
Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan dapat ditingkatkan sampai
kira–kira 900 MPa oleh pengerasan regangan (Surdia Tata: 1984). Inilah yang
melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam merupakan sesuatu yang berguna.
Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan jalan membagi beban
oleh luas penampang asal batang uji, biasanya dipakai pada perencanaan mesin–mesin.
Tegangan ini dinamakan tegangan teknis atau tegangan nominal. Ketika deformasi
bertambah, maka luas penampang batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat
dinyatakan dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang
dinyatakan dalam tegangan teknis atau tegangan nominal sering dipakai dalam bidang teknik,
yaitu tegangan dalam ordinat fasa gambar 1.1 dinyatakan dalam tegangan nominal. Jika
tegangan dinyatakan dalam tegangan sebenarnya σ’ dan regangan dalam regangan
sebenarnya ε’
ε’ = ln ( l / lo )
dan dengan regangan teknik ε
ε’ = ln ( 1 + ε )
Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh persamaan
σ’ = K ε’ n
dengan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran pengerasan)
1 = koefisien kekuatan
K = konstanta
n = konstanta
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan deformasi tertentu.
Gambar diatas menyatakan perbandingan antara kurva tegangan–regangan teknis dan kurva
tegangan regangan sebenarnya. Dan persamaannya dapat dirumuskan log σ’ = log K + n ε’
Jadi jika tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik logaritma,
daerah deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan harga n.
Jika keadaan deformasi tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan
perubahan regangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan tekanan.
Selanjutnya regangan ε’neck pada permulaan pengecilan setempat dari pengujian tarik sama
dengan harga n. Berikut adalah nilai K dan n:
Hubungan antara elastisitas dan strain hardening
Ø Pada daerah elastic bahan mengikuti Hukum Hook (E = σ / ε)
Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi plastis. Seperti yang
telah dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan bertambah sehingga K lebih besar
dari Y dan n lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi linier dengan
sumbu logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini:

1. Faktor yg mempengaruhi

2. Dengan dislokasi

3. Dengan perlakuan panas

4. Contoh pengerjaannya d roll

5. Data yang mendukung contohnya material apa, kekuatannya, dan berapa, dll.
Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di bawah titik
leleh (≤ 7230°C). Alasan untuk pengerasan regangan (strain hardening) adalah meningkatkan
kerapatan dislokasi dengan deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan
dislokasi mulai memblokir gerakan satu sama lain. Persentase cold work (%CW) sering
digunakan untuk menyatakan tingkat deformasi plastis.

Yield strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini


adalah alasan untuk pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan
meningkat sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun (material
menjadi lebih brittle (getas).

2.2.2 Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening)


Pengerasan presipitasi, atau usia pengerasan, menyediakan salah satu mekanisme yang paling
banyak digunakan untuk penguatan paduan logam. Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik
ini didirikan pada awal bekerja di US Bureau of Standards on Duralumin. Pentingnya saran
teoritis untuk pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah. Pada akhir abad ke-19,
besi cor adalah satu-satunya paduan komersial yang penting belum diketahui teknologi barat
pada zaman Romawi. Ketika usia pengerasan aluminium ditemukan secara tidak sengaja oleh
Wilm, selama tahun-tahun 1903-1911, dengan cepat menjadi paduan komersial yang penting
di bawah nama dagang Duralumin. Kekuatan dan kekerasan dari beberapa paduan logam
dapat ditingkatkan dengan pembentukan seragam tersebar sangat kecil partikel fase kedua
dalam fase matriks asli dalam proses yang dikenal sebagai presipitasi atau usia pengerasan.
Partikel endapan bertindak sebagai hambatan untuk gerakan dislokasi dan dengan demikian
memperkuat paduan dipanaskan. Banyak paduan aluminium berbasis, tembaga – timah, baja
tertentu, nikel berbasis super-paduan dan paduan titanium dapat diperkuat dengan proses
pengerasan usia. Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada
solusi yang solid terminal yang memiliki kelarutan padat menurun karena penurunan suhu.
Al-Cu (Duralumin adalah paduan aluminium kelompok 2XXX) menunjukkan jenis
penurunan sepanjang solvus antara α dan α + θ daerah. Pertimbangkan 96wt% Al – paduan
Cu 4wt% yang dipilih karena ada degrease besar di kelarutan padat larutan α padat dalam
mengurangi suhu dari 550°C sampai 75°C.

Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini, Paul D. Merica dan rekan-
rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas pada kekerasan alloy dan
pengaruh komposisi kimia pada kekerasan. Di antara yang paling penting dari temuan mereka
adalah pengamatan bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan
meningkatnya
Suhu. Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan ternyata terlalu kecil
untuk diamati secara langsung, pemeriksaan optik mikro memberikan identifikasi beberapa
tahapan lain yang hadir. Para penulis melanjutkan untuk mengembangkan penjelasan
mendalam untuk perilaku pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang tak
terhitung yang modern
paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan. Mereka meringkas empat fitur utama dari teori
Duralumin asli:
1. Usia-pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan-suhu kelarutan konstituen pengerasan
dalam aluminium.
2. Konstituen pengerasan adalah CuAl2.
3. Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam bentuk lain daripada dispersi
atom, dan mungkin dalam bentuk molekul, koloid, atau kristal halus.
4. Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan dengan ukuran partikel nya.

2.2.3 Penghalusan Butir (Grain Size Reduction)


Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan yang dihasilkan dengan
menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari
butir akan meningkatkan batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari
slip yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan yang tinggi untuk
membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya. Grain boundary
barrier terhadap pergerakan dislokasi Slip plane tidak berlanjut atau mengalami perubahan
arah. Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan dislokasi. Sudut yang
besar dari lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan pada
material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu dislokasi baru
dalam pertambahan butir.

Material dengan butir yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding butiran yang kasar,
disebabkan karena mempunyai jumlah permukaan lebih besar pada total area lapisan butir
yang akan menghambat pergerakan dislokasi. Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik
dalam meningkatkan ketangguhan. Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan ukuran
butir mengacu pada persamaan Hall-Petch:
σy=σ0+kyd
Dimana σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan dislokasi pada
butir, d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang merepresentasikan tingkat
kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya Walaupun demikian,
pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis memiliki batasan dimana butir yang terlalu
halus (<10 nm) akan menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding.
Diameter ukuran butir d dapat dikontrol melalui:
Ø laju pembekuan (solidification),
Ø deformasi plastis, dan
Ø Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh dengan kombinasi
dari proses pengerjaan panas dan pendinginan terkendali serta pengaruh penambahan paduan.
Dalam hal ini ukuran butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar deformasi
dalam suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

2.2.4 Penguatan Laruran Padat (Solid Solutir Strengthening)


Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam murni, karena
impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan tegangan kisi di sekeliling
atom induknya. Interstisial atau impuritas substitusi dalam sebuah larutan akan
mengakibatkan regangan kisi. Dan hasilnya impuritas ini akan berinteraksi dengan bidang
dislokasi regangan dan menghambat pergerakan dislokasi. Impuritas cenderung menyebar
dan memisah di sekitar inti (core) dislokasi untuk menemukan atom yang sesuai dengan
radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan energi keseluruhan dan “jangkar” dislokasi
(Rosdiana, 2013).

Rosdiana, H. 2013. Mekanisme Penguatan Material. Universitas Pancasila.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai