Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bagas Aji Santoso

NIM : 201972083
Tugas 14 SP Material Teknik
Penguatan Logam
Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan antar pergerakan
dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu material logam untuk di ubah
secara plastis tergantung pada kemampuan dislokasi untuk dapat bergerak. Denagn
mengurangi pergerakan dislokasi, kekuatan mekanik dapat di tingkatkan, dimana di sebabkan
energi mekanik yang di butuhkan untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar.
Sebaliknya apabila pergerakan dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan lebih mudah
untuk terdeformasi. Secara umum mekanisme penguatan yang di gunakan pada material
logam adalah melalui pengerasan regang, penguatan larutan padat, penguatan presipitasi, dan
penguatan batas butir. Mekanisme penguatan memiliki 3 metode yaitu Pengerasan Tegangan
(Strain Hardening), Penguatan Larutan Padat (Solid-Solution Strengthening), Penghalusan
Butin (Grain-Size Reduction).

Macam - macam mekanisme penguatan logam :

1.  Pengerasan Regang strain hardening

Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk deformasi plastik
(perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali seperti semula). Penguatan ini
terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur kristal dari material. Deformasi bahan
disebabkan oleh slip (pergeseran) pada bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan
slip ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak
bergeser, maka gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang
dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang menyebabkan
deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil. Jika kristal dipotong menjadi
pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan terlihat di bawah mikroskop elektron,
sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi merupakan cacat kisi yang menentukan
kekuatan bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari luar, dislokasi akan bergerak
kepermukaan luar, sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu sama
lain. Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit bergerak
berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi). Sehingga kerapatan
dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi, maka semakin sulit dislokasi
bergerak sehingga kekuatan logam akan naik. 

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik. Pada proses uji
tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik, kekuatan mulur dan kekerasannya
akan meningkat pula sedangkan massa jenis dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga
mengakibatkan menurunnya keuletan. Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan
yang lebih besar dan pengerasan yang luar biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak
sekitar 180 MPa dan dapat ditingkatkan sampai kira–kira 900 MPa oleh pengerasan regangan
(Surdia Tata: 1984). Inilah yang melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan logam
merupakan sesuatu yang berguna. Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur
didapat dengan jalan membagi beban oleh luas penampang asal batang uji, biasanya dipakai
pada perencanaan mesin–mesin. Tegangan ini dinamakan tegangan teknis atau tegangan
nominal. Ketika deformasi bertambah, maka luas penampang batang uji menjadi lebih kecil
sehingga tegangan dapat dinyatakan dalam tegangan sebenarnya. Kekuatan tarik atau
kekuatan maksimum yang dinyatakan dalam tegangan teknis atau tegangan nominal sering
dipakai dalam bidang teknik, yaitu tegangan dalam ordinat fasa.

ε’ = ln (l / lo)
dan dengan regangan teknik ε
ε’ = ln ( 1 + ε )

Dan persamaannya dapat dirumuskan log σ’ = log K + n ε’

Jadi jika tegangan sebenarnya dan tegangan sebenarnya diplot pada kertas grafik
logaritma, daerah deformasi plastis merupakan garis lurus, sedangkan gradiennya merupakan
harga n. Jika keadaan deformasi tertentu diperhitungkan, regangan sebenarnya sama dengan
perubahan regangan memanjang dan melintang, atau regangan dari tarikan dan tekanan.
Selanjutnya regangan ε’neck pada permulaan pengecilan setempat dari pengujian tarik sama
dengan harga n. 

Berikut adalah nilai K dan n: 

Hubungan antara elastisitas dan strain hardening Ø Pada daerah elastic bahan mengikuti
Hukum Hook (E = σ / ε) Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan mengalami deformasi
plastis. Seperti yang telah dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan bertambah sehingga
K lebih besar dari Y dan n lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan dalam sebagai fungsi
linier dengan sumbu logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile) bersifat seperti ini:

1. Faktor yg mempengaruhi
2. Dengan dislokasi
3. Dengan perlakuan panas
4. Contoh pengerjaannya d roll
5. Data yang mendukung contohnya material apa, kekuatannya, dan berapa, dll.

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka terdeformasi plastis pada temperatur di bawah titik
leleh (≤ 7230°C). Alasan untuk pengerasan regangan (strain hardening) adalah meningkatkan
kerapatan dislokasi dengan deformasi plastik. Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan
dislokasi mulai memblokir gerakan satu sama lain. Persentase cold work (%CW) sering
digunakan untuk menyatakan tingkat deformasi plastis.
Gambar Grafik Stress dan Strain terhadap deformasi plastis dan pengerjaan dingin.

Yield strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini
adalah alasan untuk pengaruh terhadap strain hardening. Yield strength dan hardness akan
meningkat sebagai akibat strain hardening tetapi ductility (keuletan) akan menurun (material
menjadi lebih brittle (getas). 

Penguatan melalui mekanisme pengerasan regangan dapat terjadi terhadap semua logam
akibat proses deformasi plastis yang menyebapkan terjadinya peningkatan kerapatan
dislokasi. Dislokasi yang semakin rapat mengakibatkan dislokasi itu sendiri semakin sukar
bergerak sehingga bahan semakin kuat atau keras. 

2. Larut Padat
Penguatan mekanisme larut padat terjadi akibat adanya atom-atom asing yang larut padat
baik secara subtitusi maupun interstisi. Atom asing yang larut padat tersebut dapat berupa
unsur pemadu dalam bentuk paduan maupun inklusi berupa atom pengotor. Kelarutan atom-
atom asing ini dalam bentuk larut padat mengakibatkan timbulnya medan tegangan yang
berdampak terhadap pergerakan dislokasi. Pergerakan dislokasi semakin sukar dengan
timbulnya medan tegangan sehingga mengakibatkan logam menjadi lebih kuat atau keras. 

3.  Fasa Kedua
Penguatan atau pengerasan dapat pula terjadi melalui mekanisme fasa kedua karena
timbulnya senyawa fasa paduan. Pembentukan senyawa fasa kedua dalam paduan terjadi
karena penambahan unsur paduan yang melampaui batas larut padat. Senyawa fasa yang
terbentuk relatif bersifat keras dan pergerakan dislokasi cenderung akan terhambat oleh fasa
kedua tersebut. Pergerakan dislokasi yang terhambat oleh fasa kedua akan memperkuat dan
memperkeras logam. 

4. respitasi
Pengerasan logam dapat juga ditingkatkan dengan proses prespitasi yaitu pengerasan melalui
partikel endapan fasa yang halus dan menyebar. Distribusi prespitat dalam bentuk partikel
endapan fasa kedua ini menimbulkan tegangan dalam internal sress. Tegangan yang
ditimbulkan semakin besar sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya kekuatan atau
kekerasan. Pengerasan presipitasi ini terjadi melalui proses perlakuan panas, quenching dan
aging. Paduan logam dalam bentuk dua fasa atau lebih dipanaskan pada suhu tertentu
sehingga senyawa fasa tersebut akan larut-padat dalam satu fasa yang relatif homogen. Fasa
yang relatif homogen tersebut kemudian didinginkan secara cepat sehingga membentuk fasa
larut-padat super jenuh. Fasa larut-padat super jenuh tersebut kemudian mengalami aging
sehingga terbentuk presipitat berupa partikel endapan fasa kedua yang halus dan tersebar
merata yang mengakibatkan bahan menjadi keras. Pengerasan presipitasi ini akan menurun
kekuatannya bila mengalami suhu overaging. 

6.  Dispersi
Penguatan logam tanpa pengaruh suhu overaging dapat dilakukan dengan metode dispersi.
Pengerasan dispersi merupakan pengerasan melalui proses memasukkan partikel-partikel
dispersi dalam bentuk serbuk yang tercampur secara homogen. Partikel dispersi yang
digunakan merupakan partikel yang sama sekali tidak larut dalam matriknya. Campuran
serbuk logam tersebut dikenai proses kompaksi dan sintering dengan suhu pemanasan sampai
mendekati titik cair logam matrik sehingga mengakibatkan terjadi ikatan yang kuat. Partikel
dispersi tersebut merupakan rintangan bagi gerakan dislokasi dan semakin banyak
Universitas Sumatera Utara partikel akan semakin banyak terjadinya dislokasi. Dislokasi
yang semakin banyak mengakibatkan dislokasi semakin rapat dan semakin sulit bergerak
sehingga bahan akan semakin keras. 

7.  Penghalusan Butir dan Tekstur

Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan yang dihasilkan dengan
menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari
butir akan meningkatkan batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari
slip yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan yang tinggi untuk
membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya. Grain boundary
barrier terhadap pergerakan dislokasi Slip plane tidak berlanjut atau mengalami perubahan
arah. Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif dalam menahan dislokasi. Sudut yang
besar dari lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan pada
material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan akan memicu dislokasi baru
dalam pertambahan butir.

Penguatan dengan cara penghalusan butir grain refining terjadi melalui struktur butir. Butir
logam merupakan kumpulan sel-satuan yang berorientasi sama. Polikristal memiliki butir-
butir yang orientasinya berbeda satu dengan yang lain. Pada saat deformasi terjadi, dislokasi
akan bergerak pada bidang slip dan berusaha mencapai permukaan luar. Oleh karena orientasi
setiap butir berbeda dengan yang lain, orientasi bidang slip pada butir-butir juga akan
berbeda-beda. Sebagai akibatnya pergerakan dislokasi akan terhambat. Gerakan dislokasi
yang akan menyeberangi batas butir memerlukan tegangan yang lebih besar sehingga dengan
demikian batas butir akan menjadi penghalang dan penghambat gerakan dislokasi. Struktur
butir memiliki batas-batas butir yang merupakan rintangan bagi pergerakan dislokasi. Butir
yang semakin halus cenderung akan semakin memperbanyak batas butir. Batas butir yang
banyak akan mengakibatkan gerakan dislokasi semakin sukar karena semakin banyak
rintangan sehingga material menjadi semakin kuat. Penghalusan butir dapat dilakukan
melalui proses pembekuan dan proses rekristalisasi. Penguatan tekstur merupakan
peningkatan kekuatan atau kekerasan melalui orientasi kristal. Logam yang ditingkatkan
kekuatannya diusahakan kristalnya memiliki orientasi tertentu.

8. Penguatan Tranformasi Martensit


Martensit memiliki susunan atom BCT sehingga dislokasi menjadi susah 
untuk bergerak. Baja dipanaskan sampai fasa austenit lalu dilakukan pendinginan cepat
sehingga atom - atom karbon pada austenit tidak sempat berdifusi keluar, akibatnya austenit
ak akibatnya austenit akan bertransformasi an bertransformasi menjadi martensit yang
memiliki sel sa menjadi martensit yang memiliki sel satuan BCT. Kek tuan BCT. Kekerasan
martensit akan semakin tinggi erasan martensit akan semakin tinggi dengan semakin
banyaknya atom karbon yang larut didalamnya.

9. Penguatan Tekstur
Orientasi - orientasi butirnya tidak acak lagi, melainkan mengrah pada orientasi tertentu.
Logam yang orientasi kristal - kristalnya mengarah dikatakan memiliki tekstur kristalografi.
logam yang pernah mengalami deformasi atau seperti dirol atau ketika penarikan kawat, akan
mengembangkan oreantasi pilihan atau tekstur, dimana bidang kristalografis tertentu
cenderung mengoreintasikan dirinya dengan cara yang diutamakannya terhadap arah
regangan maksimum.

Anda mungkin juga menyukai