PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah.
Berikut ini adalah rumusan masalah pada penelitian yang kami lakukan :
1. Bagaimana Karakteristik dari dislokasi ?
2. Apa itu Pergerakan dislokasi tepid an dislokasi Scrup ?
3. Bagaimana deformasi plastik terjadi pada pergerakan dislokasi tepi
dan scrup ?
4. Apa itu sistem slip ?
5. Bagaimana struktur butiran dari suatu logam pada saat deformasi
plastik ?
6. Apa itu Pemulihan, rekristalisasi dan pertumbuhan butiran ?
7. Bagaimana terjadinya mekanisme penguatan logam ?
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
3
Deformasi plastik sama dengan gerakan sejumlah besar dislokasi.
Dislokasi sisi bergerak sebagai respon terhadap tegangan geser yang
diterapkan dalam arah yang tegak lurus terhadap garisnya. Mekanisme
gerak dislokasi ditunjukan pada gambar 2.1 . biarkan setengah bagian
ekstra awal atom menjadi bidang A. ketika tegangan geser diterapkan
sebagaimana ditunjukan (gambar 2.1a); bidang Adipaksa kekanan.
Kemudian dorong bagian atas B,C, D dan seterusnya kearah yang sama.
Jika tegangan geser yang diterapkan cukup besar, ikatan interatomik
bidang B akan terputus sepanjang bidang geser dan setengah bagian atas
bidang B menjadi setengah bidang tambahan ketika bidang A
menghubungkan dengan bagian bawah bidang B (Gambar 2.1b).
Kemudian prosesnya diulang untuk bidang lain, seperti setengah pesawat
tambahan, dengan langkah-langkah terpisah, bergerak dari kiri ke kanan
dengan pemecahan beruntun dan berulang dari ikatan dan bergeser oleh
jarak antar bagian atas setengah bidang. Sebelum dan sesudah gerakan
dislokasi melalui beberapa wilayah tertentu dari kristal . Susunan atom
diatur dan disempurnakan. Itu hanya selama perjalanan ekstra setngah
bidang yang struktur kii terganggu. Akhirnya, setengah bidang ekstra ini
dapat muncul dari permukaan kanan Kristal, membentuk tepi yang
berjarak satu jarak atom; ini ditunjukan pada Gambar 2.1 C.
Proses deformasi plastis yang dihasilkan oleh gerakan dislokasi
disebut slip ; bidang kristalografi sepanjang garis dislokasi melintasi
bidang slip, ini ditunjukan pada Gambar 2.1. Deformasi plastis secara
mikroskopis sama dengan deformasi permanen yang dihasilkan dari
pergerakan dislokasi, atau tergelincir, sebagai respons terhadap tegangan
geser yang diterapkan , sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2. 2a.
Gerakan dislokasi dapat dianalogikan dengan gerakan mode gerak
yang digunakan oleh ulat ( Gambar 2.3). Ulat membentuk punuk dekat
dengan ujung posterior dengan menarik sepasang kaki terakhir dengan
jarak setiap unit sebanyak satu kaki. Punuk didorong kedepan dengan
4
pengangkatan berulang dan pergeseran pasangan kaki. Ketika punuk
mencapai ujung anterior yang dimiliki oleh seluruh ulat.
Gambar 2.1 Pengaturan ulang atom yang disertai gerakan dislokasi tepi saat bergerak
sebagai repon terhadap tegangan geser yang diterapkan. (a) setengah ekstra bidang atom
diberi label A. (b) dislokasi memindahkan satu jarak atom kekanan ketika A
menghubungkan ke bagian bawah bidang B; dalam prosesnya, bagian atas B menjadi
setengah bidang tambahan. (c) sebuah langkah terbentuk dipermukaan Kristal sebagai
setengah bidang tambahan yang keluar.
5
Punuk ulat dan gerakannya sesuai dengan ekstra setengah bidang atom
dalam model dislokasi deformasi plastis.
6
Gambar 2.3 Analogi antara gerak caterpillar dan dislokasi
Sebagai akibatnya, ada daerah dimana regangan kisi ditekan, tarik, dan
geser yang dikenakan pada atom tetangga. Sebagai contoh, atom-atom
diatas dan bersebelahan dengan garis regangan tekan relative terhadap
posisi kristl sempurna dan jauh dari dislokasi; ini diilustrasikan pada
Gambar 2.4 . Tepat di bawah setengah bidang, efeknya justru sebaliknya;
atom kisi mempertahankan regangan tarik yang dikenakan, yang
ditunjukan. Regangan geser juga ada disekitar dislokasi sisi. Untuk
dislokasi ulir, regangan kisi hanya berupa geseran saja. Distorsi kisi ini,
dapat berupa regangan bidang yang memancar dari garis dislokasi.
7
Regangan meluas ke atom sekitarnya, dan besarnya menurun dengan jarak
radial dari dislokasi.
8
Gambar 2.4 Wilayah kompresi (hitam) dan tegangan( merah muda) yang terletak
disekitar dislokasi sisi
Gambar 2.5 (a) dua sisi dislokasi dengan arah yang sama berbaring pada bidang slip, C
dan T menandakan wilayah kompresi dan tegangan (b) sisi dislokasi berlawanan arah dan
berbaring pada bidang slip.
9
umumnya ada bidang yang lebih banyak dijumpai, dan didalam bidang
tersebut ada arah tertentu sepanjang gerakan dislokasi terjadi. Bidang ini
disebut bidang slip, Ini berarti bahwa arah gerakan itu juga disebut arah
slip. Kombinasi dari bidang slip dan arah slip disebut system slip. Faktor
yang mempengaruhi system slip yaitu pada distorsi atom yang menyertai
gerakan dislokasi, namun ini sangat minimum dijumai. Untuk Struktur
Kristal tertentu, bidang slip adalah bidang yang memiliki atom terpadat,
yaitu memiliki kerapatan planar terbesar. Arah slip sesuai dengan arah
bidang ini yang paling erat dengan atom, yaitu memiliki kerapatan linear
tertinggi.
Gambar 2.6 (a) pada {111} {110} sitem slip ditunjukan sebuah FCC sel (b) pada
{111} bidan dari a dan tiga arah slip pada {110} pada bidang konsituen di system
slip
10
Tabel 2.1 Sistem slip pada FCC, BCC, HCP
11
Sistem slip BCC dan HCP tercantum pada table 2.1, untuk masing-
asing struktur ini, slip lebih dari satu kelompok bidang (misalnya {110} ,
{211} ) Untuk logam-logam yang memilki dua struktur Kristal, maka
system slip hanya beroperasi pada suhu tinggi. Logam dengan struktur
FCC dan BCC memiliki jumlah system slip yang relative besar. Logam ini
cukup getas karena deformasi plastik yang luas biasanya dimungkinkan di
sepanjang berbagai sistem. Sebaliknya, logam HCP, memiliki beberapa
sistem slip aktif, biasanya cukup rapuh.
𝑎
b(FCC) = 〈110〉
2
𝑎
b(BCC) = 〈111〉
2
𝑎
b(HCP) = 〈1120〉
3
12
2.5 Slip dalam Kristal Tunggal
Gambar 2.7 Hubungan geometri tensile axis, bidang slip, dan arah slip untuk
menghitung tegangan geser pada Kristal tunggal
disukai untuk terjadinya slip, biasanya pada bidang yang t r paling besar
atau disebut juga tr(max). Karena tegangan tarik atau tekan maka slip pada
kristal tunggal dimulai pada bidang yang mempunyai tr ( max ) .Tegangan
geser putus kritis, tCRSS Adalah minimum tegangan geser yang
13
diperlukan untuk mulai terjadinya slip. Pada sifat mekanik material titik
dimana luluh mulai terjadi.
𝜏𝑐𝑟𝑠𝑠
𝜎𝑦 =
(𝑐𝑜𝑠𝜙 𝑐𝑜𝑠𝜆)𝑚𝑎𝑥
Gambar 2.8 Slip makroskopis pada Gambar 2.9 Slip pada Kristal tunggal zink
Kristal tunggal
Kristal BCC tunggal berorientasi pada besi sehingga tegangan tarik diterapkan di
sepanjang arah [010].
14
b) Jika slip terjadi pada bidang (110) dan dalam arah [111], dan tegangan
geser yang diselesaikan kritis adalah 30 MPa (4350 psi), hitung besarnya
tegangan tarik yang diterapkan yang diperlukan untuk menghitung nilai
yield
Jawaban :
a) Sebuah sel satuan BCC bersama dengan arah slip dan bidang serta arah
tegangan yang diterapkan ditunjukkan dalam diagram tersebut. Untuk
mengatasi masalah ini, kita harus menggunakan Persamaan 2.2. Namun,
pertama-tama perlu untuk menentukan nilai untuk f dan l, di mana, dari
diagram ini, f adalah sudut antara normal
dengan (110) bidang slip (yaitu, arah
[110]) dan arah [010], dan saya mewakili
sudut antara arah [111] dan [010]. Secara
umum, untuk sel satuan kubik, sudut u
antara arah 1 dan 2, diwakili oleh [u1y1w1]
dan [u2y2w2], masing-masing, dapat
dihitung
dengan :
𝑢1 𝑢2 + 𝑣1 𝑣1 + 𝑤1 𝑤2
𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 −1 [ ]
√(𝑢1 2 + 𝑣1 2 + 𝑤11 )(𝑢2 2 + 𝑣2 2 + 𝑤2 2 )
𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝜙
(1)(0) + (1)(1) + (0)(0)
𝜙 = 𝑐𝑜𝑠 −1 [ ]
√[(1)2 + (1)2 + (0)2 ][(1)2 + (1)2 + (0)2 ]
1
= 𝑐𝑜𝑠 −1 ( ) = 45°
√2
15
1
= 𝑐𝑜𝑠 −1 ( ) = 54.7°
√3
Deformasi dan slip dalam bahan polikristalin agak lebih kompleks. Karena
orientasi kristalografi acak dari banyak butiran, arah slipnya bervariasi dari
satu butir ke butir lainnya. Untuk masing-masing, gerakan dislokasi terjadi di
sepanjang sistem slip yang memiliki orientasi paling menguntungkan, seperti
yang didefinisikan sebelumnya. Hal ini dicontohkan dengan fotomikrograf
dari spesimen tembaga polikristalin yang telah mengalami deformasi plastik
(Gambar 2.10); sebelum deformasi, permukaannya dipoles. Garis-garis slip
terlihat dan muncul dua sistem slip yang dioperasikan untuk sebagian besar
butiran sebagaimana dibuktikan oleh dua set garis paralel namun berpotongan.
Selanjutnya, variasi orientasi butiran ditunjukkan oleh perbedaan dalam
penyelarasan garis slip untuk beberapa butiran.
16
sampai taraf tertentu dalam bentuk yang dapat diasumsikan oleh butiran yang
berdekatan.
17
Gambar 2.11 Perubahan struktur butiran dari logam polikristalin sebagai akibat dari deformasi plastis. (a)
Sebelum deformasi butiran adalah equiaxed, (b) Deformasi telah menghasilkan butiran yang memanjang.
Gambar 2.12 Skema diagram yang menunjukkan bagaimana hasil dari campuran dari
tegangan geser yang diterapkan. Pada (b) lingkaran terbuka mewakili atom yang tidak
berubah posisi, garis putus-putus dan lingkaran padatan mewakili posisi atom asli dan
terakhir masing-masing
Selain slip, deformasi plastik pada beberapa material logam dapat terjadi
dengan pembentukan campuran mekanik. Konsep campuran di jelaskan di
Buku Calister bab 4 bagian 4.6 yaitu, gaya geser dapat menghasilkan
perpindahan atom sehingga menjadi sisi bidang (batas campuran), atom
berada pada sisi bayangan atom lainnya. Berbagai macamnya ditunjukkan
18
pada gambar 2.12. Dimana lingkaran terbuka mewakili atom yang tidak
bergerak dan putus-putus, sedangkan lingkaran padat/tertutup mewakili posisi
dari masing-masing atom dalam campuran. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar, besarnya perpindahan dalam campuran ( yang ditunjukkan oleh panah
) sebanding dengan jarak dari bidang campurannya. Selain itu, campuran
terjadi pada bidang kristalografi pada arah tertentu tergantung pada struktur
kristalnya. Misalnya, untuk logam BCC, bidang campuran, dan masing-
masing arah deformasinya.
Campuran mekanik terjadi pada logam yang memiliki struktur kristal BCC
dan HCP, pada suhu rendah dan tingkat laju tinggi, kondisi bawah dimana
proses slip dibatasi yakni, beberapa sistem slip yang dapat di operasikan.
Jumlah deformasi plastic dari campuran biasanya relative kecil, untuk itu
digunakanlah sistem slip. Namun, campuran yang paling penting terletak pada
reorientasi kristalografi. Campuran bisa menjadi bidang baru untuk sistem slip
yang relatif menguntungkan terhadap sumbu tegangan sehingga proses slip
bisa terjadi pada bidang tersebut.
19
Gambar 2.13 untuk Kristal tunggal yang mengalami tegangan geser,
(a)deformasi system slip, (b) deformasi campuran
20
lebih besar diperlukan untuk memulai deformasi plastis. Sebaliknya,
gerakan dislokasi yang tidak terbatas, semakin besar fasilitas yang dapat
merusak logam dan menjadi lebih lunak dan lebih lemah. Hampir semua
teknik penguatan bergantung pada prinsip sederhana ini; Membatasi dan
menghalangi gerakan dislokasi membuat materi (bahan) menjadi lebih
keras dan lebih kuat.
Harus disebutkan bahwa untuk batas butiran sudut tinggi, mungkin tidak
menjadi kasus bahwa dislokasi melintasi batas butiran selama deformasi,
dislokasi cenderung “menumpuk” (atau kembali) pada batas butiran.
Tumpukan ini memperkenalkan konsentrasi regangan di depan bidang slip
(slip planes) mereka yang menghasilkan dislokasi baru pada butiran yang
berdekatan.
21
Gambar 2.14 Gerakan dislokasi menemukan batas butiran, menggambarkan bagaimana batas
bertindak sebagai penghalang untuk terus terjadi slip. Bidang slip (slip planes) tidak terputus dan
mengubah arah melintasi batas.
σy = σ0 + kyd-1/2
22
Harus disebutkan juga bahwa pengurangan ukuran butiran tidak
hanya meningkatkan kekuatan, tetapi juga ketangguhan dari banyak
paduan lainnya.
Gambar 2.15 Pengaruh ukuran butiran paduan kekuatan luluh dari paduan tembaga 70 Cu-30 Zn.
Perhatikan bahwa diameter butiran meningkat dari kanan ke kiri dan tidak linear
23
lemah daripada paduan yang terdiri dari logam dasar yang sama.
Meningkatkan konsentrasi hasil pengotor dalam peningkatan kekuatan luluh,
sebagaimana di tunjukkan pada Gambar 2.16(a) dan 2.16(b), masing-masing
untuk nikel dan tembaga. Ketergantungan keuletan pada konsentrasi nikel
ditunjukkan pada Gambar 2.16(c).
Gambar 2.16 Variasi dengan nikel dari (a) kekuatan tarik, (b) kekuatan yield dan
(c) keuletan (%EL) untuk paduan tembaga-nikel, menunjukkan penguatan.
Paduan lebih kuat dari logam murni karena atom pengotor yang
masuk ke dalam solusi padat biasanya memaksakan regangan kisi pada
atom utama di sekitarnya. Interaksi medan regangan kisi antara dislokasi
dan atom pengotor dan karena itu gerakan dislokasi dibatasi. Sebagai
contoh, sebuah atom hasil pengotor yang lebih kecil dari host atom yang
menggantikannya menggunakan regangan tarik pada kisi kristal sekitarnya
24
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.17(a). Sebaliknya, atom
substitusi yang lebih besar memaksakan regangan kompresif disekitarnya
(Gambar 2.17(a)). Atom terlarut ini cenderung berdifusi dan memisah
sekitar dislokasi sedemikian rupa untuk mengurangi energi regangan
keseluruhan untuk membatalkan beberapa regangan pada kisi-kisi yang
mengelilingi dislokasi. Untuk mencapai hal ini, atom hasil pengotor yang
lebih kecil terletak dimana regangan tariknya secara parsial membatalkan
beberapa regangan tekan dislokasi. Untuk dislokasi tepi pada Gambar
2.17(b) ini, akan berdekatan dengan garis dislokasi dan diatas bidang slip.
Sebuah atom hasil pengotor yang lebih besar akan terletak seperti pada
Gambar 2.18(b).
Gambar 2.17 (a) Representasi dari regangan kisi tarik memaksakan pada host atom oleh
atom pengotor substitusi yang lebih kecil (b) Kemungkinan lokasi dari atom pengotor
yang lebih kecil relatif terhadap dislokasi tepi sehingga terjadi pembatalan parsial dari
regangan kisi dislokasi pengotor
Gambar 2.18 (a) Representasi regangan tekan (kompresi) yang dikenakan pada host
atom oleh substitusi (pengganti) atom pengotor yang lebih besar, (b) Kemungkinan lokasi
25
atom pengotor yang lebih besar relatif terhadap dislokasi tepi sehingga terjadi pembatalan
parsial dari regangan kisi dislokasi pengotor
𝐴0 − 𝐴𝑑
%𝐶𝑊 = ( ) × 100
𝐴0
26
pengurangan dengan meningkatkan persen perlakuan dingin untuk tiga
paduan yang sama. Pengaruh perlakuan dingin pada perilaku tegangan-
regangan baja karbon rendah ditunjukkan pada Gambar 2.20, kurva
tegangan-regangan diplot pada 0% CW, 4% CW dan 24% CW.
Gambar 2.19 Untuk 1040 baja, kuningan, dan tembaga; (a) Peningkatan kekuatan lulus,
(b) Peningkatan kekuatan tarik, (c) Penurunan keuletan (%EL) dengan persen perlakuan
dingin
27
Gambar 2.20 Pengaruh perlakuan dingin pada perilaku tegangan-regangan baja
karbon rendah, kurva ditunjukkan untuk 0%CW, 4%CW, dan 24%CW
28
lebih jelas. Dengan demikian, tegangan yang diperlukan untuk merusak
logam meningkat dengan meningkatnya perlakuan dingin.
Pengerasan regangan sering digunakan secara komersial untuk
meningkatkan sifat mekanis logam selama prosedur fabrikasi. Efek dari
pengerasan regangan dapat dihilangkan dengan perlakuan panas annealing.
Dalam sistem matematis yang berkaitan dengan tegangan dan regangan,
parameter n disebut eksponen pengencang regangan, yang merupakan
ukuran kemampuan logam untuk mengeras. Semakin besar besarnya,
semakin besar pengerasan regangan untuk sejumlah regangan plastik.
Contoh Soal
Kekuatan Tarik dan Keuletan untuk Perlakuan Dingin Tembaga
Hitunglah kekuatan tarik dan keuletan (EL%) dari batang tembaga silindris
sehingga diameternya berkurang dari 15,2 mm ke 12.2 mm.
Jawaban :
Pertama-tama perlu untuk menentukan persen perlakuan dingin yang
dihasilkan dari deformasi.
15,2 𝑚𝑚 2 12,2 𝑚𝑚 2
( ) 𝜋 − ( ) 𝜋
%𝐶𝑊 = 2 2 × 100 = 35,6%
15,2 𝑚𝑚 2
( ) 𝜋
2
Kekuatan tarik dapat dilihat dari kurva untuk tembaga (Gambar 2.19(b))
sebagai 340 MPa (50.000 psi). Gambar 2.19(c), keuletan di 35,6%CW
adalah 7%EL.
29
paduan yang diperkuat dengan menggunakan penguatan solusi padat dapat
juga menggunakan pengerasan regangan.
Harus dicatat juga bahwa efek penguatan karena pengurangan
ukuran butir dan pengerasan regangan dapat dihilangkan atau setidaknya
dikurangi oleh perlakuan panas suhu tinggi (Bagian 2.12 dan 2.13).
Sebaliknya, penguatan solusi padat tidak terpengaruh oleh perlakuan
panas.
2.11 Recovery
30
berikan), sebagai hasil dari meningkatnya difusi dari atom pada suhu
tinggi. Ada beberapa penurunan jumlah dari dislokasi, konfigurasi dari
dislokasi(sama seperti di buku Calister bab 4 gambar 4.9) yang di
hasilkan memiliki energi regangan yang relatif rendah. Selain itu, sifat
fisik yang di miliki seperti konduktivitas termal dan listriknya kembali
seperti keadan semula.
2.12 Rekristalisasi
31
tempuhnya, seperti yang tercatat pada fotomikrograf pada gambar 2.21a –
2.21d. lamanya waktu rekristalisasi akan lebih rinci dibahas pada buku
Calister bab 10 bagian 10.3.
32
rekristalisasi dan menaikkan suhu rekristalisasinya. Untuk logam murni,
suhu rekristalisasi biasanya 0.4 Tm, dimana Tm adalah titik leleh absolut,
untuk beberapa paduan yang dijual dapat berjalan sampai 0.7 Tm.
Rekristalisasi dan titik leleh untuk beberapa logam dan paduan tercantum
dalam table 2.2.
33
rekristalisasi selesai (e)Pertumbuhan butir setelah 15 menit pada suhu 580oC (f)
pertumbuhan butir setelah 10 menit pada suhu 700 oC
Gambar 2.22 Pengaruh suhu Annealing pada kekuatan tarik dan keuletan dari
paduan kuningan
34
Gambar 2.23 Variasi dari suhu rekristalisasi dengan perlakuan dingin untuk besi
Tabel 2.2 Suhu Rekristalisasi dan Suhu titik leleh untuk variasi logam dan paduan
35
perlakuan dingin dibuat sedmikian rupa sehingga luas penampang
berkurang. Diperlukan kekuatan dari proses dingin minimal 345 MPa
(50.000 psi) dan keuletan lebih dari 20% EL; selain itu, di perlukan
diameter akhir 5,1 mm (0,20 inci). Jelaskan bagaimana prosedur ini dapat
dilakukan.
Jawaban :
𝑑 2 𝑑 2 6,4 2 5,1 2
( 20 ) 𝜋 − ( 2𝑖 ) 𝜋 ( 2 ) 𝜋−( 2 ) 𝜋
%𝐶𝑊 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 36,5%
𝑑0 2 6,4 2
(2) 𝜋 (2) 𝜋
Dari gambar 2.19a dan 2.19c, Kekuatan(410 MPa (60.000 psi) dan
8%EL dicapai dari deformasi ini. Menurut kriteria yang ditetapkan,
kekuatan luluh sangat tinggi; Namun, keuletannya terlalu rendah.
Pengolahan lain adalah pengurangan diameter parsial, diikuti oleh
perlakuan panas rekristalisasi dimana efek dari perlakuan dingin
dibatalkan. Hasil yang dibutuhkan kekuatan, keuletan, dan diameter
dicapai sesuai. Sekali lagi, mengacu pada 2.19a menunjukkan bahwa 20%
CW diperlukan untuk memberikan kekuatan luluh 345 MPa.
Namun, dari gambar 2.19c, keuletan lebih besar dari 20%EL dan
deformasi 23%CW atau kurang. Jadi selama operasi berlangsung,
deformasi harus berada diantara 20%CW dan 23%CW. Kita ambil nilai
rata-rata ekstrim 21,5%CW, dan kemudian hitung diameter akhir
menggunakan persamaan 7.8,
36
2
𝑑′ 5,1𝑚𝑚 2
( 20 ) 𝜋 − ( 2 ) 𝜋
21,5%𝐶𝑊 = 𝑥 100%
𝑑′ 0 2
(2 ) 𝜋
𝑑 𝑛 − 𝑑0𝑛 = 𝐾𝑡
37
Dimana, d0 adalah diameter awal dari butir saat t=0, K dan n merupakan
konstanta waktu; nilai n biasanya ≥2.
Besarnya ukuran dari butir di lihat dari suhu dan waktu, seperti
yang di tunjukkan pada gambar 2.25, sebidang dari logaritma ukuran butir
di gunakan sebagai logaritma fungsi waktu untuk material kuningan
paduan pada suhu yang berbeda-beda. Pada suhu renda bentuk kurvanya
linear. Selain itu, pertumbuhan butir akan semakin cepat ketika suhu di
naikkan, garis kurvanya akan terus naik ke atas yang menunjukkan bahwa
ukuran dari butir tersebut semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatnya laju difusi dengan suhu yang semakin tinggi.
Sifat mekanik saat suhu kamar dari logam butir halus biasanya
superior (yaitu kekuatan dan ketahanannya lebih tinggi ) dengan struktur
yang agak kasar.
38
Gambar 2.25 Logaritma dari diameter butir dengan logaritma waktu dari pertumbuhan
butir pada kuningan di beberapa temperatur
Jika struktur butir dari fase tunggal lebih kasar dari yang di
inginkan, pemulihannya dilakukan dengan cara mengubah bentuk bahan
secara plastis, dan mengubah perlakuannya menjadi perlakuan panas
dengan proses rekristalisasi, sama seperti penjelasan sebelumnya.
𝑑2 − 𝑑02 = 𝐾𝑡
Pertama-tama cari nilai K. dan ditulis hal-hal yang diketahui dari soal
𝑑0 = 8,2 𝑥 10−3 𝑚𝑚
𝑑 = 2,7 𝑥 10−2 𝑚𝑚
39
𝑡 = 12,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑑 2 − 𝑑02
𝐾=
𝑡
Kemudian,
𝑑 = √𝑑02 + 𝐾𝑡
2.14 Proses/Struktur/Karakteristik
40
Gambar 2.26 Sifat Besi - Paduan karbon
41
Gambar 2.27 Proses Besi – Paduan karbon
42