Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam adalah salah satu material yang banyak digunakan di dalam
dunia industri, seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan saat ini
menuntut tersedianya suatu material yang memiliki kualitas yang tinggi.
Sebelumnya dijelaskan bahwa material bahan logam mengalami dua
macam deformasi yaitu deformasi elastis dan deformasi plastik. Deformasi
plastic bersifat permanen dan kekuatan serta kekerasan merupakan ukuran
ketahanan bahan terhadap deformasi. Pada skala mikroskopis, deformasi
plastic sesuai dengan gerak perpindahan molekul sejumlah atom dalam
menanggapi tegangan yang diterapkan. Selama proses ini ikatan antar
atom harus dilepaskan dan kemudian dibentuk kembali. Dalam padatan
kristalin, deformasi plastic sering melibatkan gerakan dislokasi dan
mekanisme penguatan.
Mekanisme pengutan pada material logam merupakan hubungan
antara pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan
suatru material logam untuk diubas secara plastis tergantung pada
kemampuan dislokasi untuk dapat bergerak. Dengan mengurangi
pergerakan dislokasi, kekuatan mekanik dapat ditingkatkan, diumana
disebabkan energy mekanik yang dibutuhkan untuk membuat deformasi
plastis akan semakin besar. Sebaliknya, apabila pergerakan dislokasi tidak
ada yang menahan , logam akan lebih mudah untuk terdefornasi.Dalam
ilmu material, Dislokasi adalah kristalografi cacat atau ketidakteratura
dalam struktur Kristal. Oleh sebab itu, Pada makalah ini membahas
karakteristik dislokasi dan keterlibatannya dalam deformasi plastic serta
membahas tentang mekanisme penguatan logam

1
1.2 Rumusan Masalah.
Berikut ini adalah rumusan masalah pada penelitian yang kami lakukan :
1. Bagaimana Karakteristik dari dislokasi ?
2. Apa itu Pergerakan dislokasi tepid an dislokasi Scrup ?
3. Bagaimana deformasi plastik terjadi pada pergerakan dislokasi tepi
dan scrup ?
4. Apa itu sistem slip ?
5. Bagaimana struktur butiran dari suatu logam pada saat deformasi
plastik ?
6. Apa itu Pemulihan, rekristalisasi dan pertumbuhan butiran ?
7. Bagaimana terjadinya mekanisme penguatan logam ?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik dari dislokasi
2. Memahami tentang jenis dislokasi sisi dan skrup dari sebuah
prespektif atom
3. Mengenal serta mendeskripsikan deformasi plastik terjadi pada
pergerakan dislokasi sisi dan skrup dalam menanggapi tegangan
geser yang diterapkan.
4. Mengenal serta mendeskripsikan sistem slip
5. Mendeskripsikan struktur butiran dari suatu logam Kristal ketika
kristalin diubah secara deformasi plastic
6. Memahami tentang pemulihan, rekristalisasi dan pertumbuhan
butiran
7. Mengetahui tentang mekanisme penguatan logam

2
BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Dislokasi dan Deformasi Plastis


Pada materi ini kita belajar tentang teori kekuatan kristal sempurna,
yang berkali-kali lebih besar dari yang sebenarnya. Selama tahun 1930
berteori bahwa perbedaan dalam kekuatan mekanik dapat dijelaskan oleh
jenis cacat pada krital yang kemudian dikenal sebagai dislokasi. Tidak
sampai pada tahun 1950-an , bagaimanapun juga, dislokasi merupakan
keberadaan cacat, yang ditelah diamati langsung dengan mikroskop
electron . dari dulu, teori dislokasi telah berkembang dimana teori tersebut
menjelaskan banyak fenomena fisik dan mekanik dalam logam( contohnya
keramik).

Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pegerakan atom-atom di


dalam sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat
menciptakan deformasi plastis (perubahan dimensi secara permanen).
Kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) atom di dalam melalui tingkat
kesulitan atau kemudahan gerakan dislokasi di dalam sistem kristal logam.
Misalya pada proses pengerjaan dingin (cold work) terjhadi peningkatan
dislokasi di dalam kristal logam sehingga kekuatan logam meningkat,
namun keuletan menurun. Ada dua tipe utama: dislokasi tepi, dislokasi
ulir, dan dislokasi campuran.

2.2 Dasar Konsep


Tepi dan skrup merupakan dua jenis dasar dari dislokasi. Pada
dislokasi tepi, distorsi kisi terlokalisasi ada disepanjang ujung dari
setengah putaran atom, yang juga mendefenisikan garis dislokasi Dislokasi
sekrup dapat dianggap akibat dari distorsi geser; garis dislokasi melewati
pusat spiral , bidang ramp atomBanyak dislokasi dalam bahan Kristal
memiliki komponen dan sekrup ujung; ini disebut dislokasi campuran.

3
Deformasi plastik sama dengan gerakan sejumlah besar dislokasi.
Dislokasi sisi bergerak sebagai respon terhadap tegangan geser yang
diterapkan dalam arah yang tegak lurus terhadap garisnya. Mekanisme
gerak dislokasi ditunjukan pada gambar 2.1 . biarkan setengah bagian
ekstra awal atom menjadi bidang A. ketika tegangan geser diterapkan
sebagaimana ditunjukan (gambar 2.1a); bidang Adipaksa kekanan.
Kemudian dorong bagian atas B,C, D dan seterusnya kearah yang sama.
Jika tegangan geser yang diterapkan cukup besar, ikatan interatomik
bidang B akan terputus sepanjang bidang geser dan setengah bagian atas
bidang B menjadi setengah bidang tambahan ketika bidang A
menghubungkan dengan bagian bawah bidang B (Gambar 2.1b).
Kemudian prosesnya diulang untuk bidang lain, seperti setengah pesawat
tambahan, dengan langkah-langkah terpisah, bergerak dari kiri ke kanan
dengan pemecahan beruntun dan berulang dari ikatan dan bergeser oleh
jarak antar bagian atas setengah bidang. Sebelum dan sesudah gerakan
dislokasi melalui beberapa wilayah tertentu dari kristal . Susunan atom
diatur dan disempurnakan. Itu hanya selama perjalanan ekstra setngah
bidang yang struktur kii terganggu. Akhirnya, setengah bidang ekstra ini
dapat muncul dari permukaan kanan Kristal, membentuk tepi yang
berjarak satu jarak atom; ini ditunjukan pada Gambar 2.1 C.
Proses deformasi plastis yang dihasilkan oleh gerakan dislokasi
disebut slip ; bidang kristalografi sepanjang garis dislokasi melintasi
bidang slip, ini ditunjukan pada Gambar 2.1. Deformasi plastis secara
mikroskopis sama dengan deformasi permanen yang dihasilkan dari
pergerakan dislokasi, atau tergelincir, sebagai respons terhadap tegangan
geser yang diterapkan , sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2. 2a.
Gerakan dislokasi dapat dianalogikan dengan gerakan mode gerak
yang digunakan oleh ulat ( Gambar 2.3). Ulat membentuk punuk dekat
dengan ujung posterior dengan menarik sepasang kaki terakhir dengan
jarak setiap unit sebanyak satu kaki. Punuk didorong kedepan dengan

4
pengangkatan berulang dan pergeseran pasangan kaki. Ketika punuk
mencapai ujung anterior yang dimiliki oleh seluruh ulat.

Gambar 2.1 Pengaturan ulang atom yang disertai gerakan dislokasi tepi saat bergerak
sebagai repon terhadap tegangan geser yang diterapkan. (a) setengah ekstra bidang atom
diberi label A. (b) dislokasi memindahkan satu jarak atom kekanan ketika A
menghubungkan ke bagian bawah bidang B; dalam prosesnya, bagian atas B menjadi
setengah bidang tambahan. (c) sebuah langkah terbentuk dipermukaan Kristal sebagai
setengah bidang tambahan yang keluar.

Gambar 2.2 Pembentukan langkah dipermukaan Kristal dengan gerakan.


(a)dislokasi sisi. (b)dislokasi ulir.

Perhatikan bahwa untuk sisi , garis dislokasi bergerak ke arah tegangan


geser yang diterapkan t ; untuk sekrup, gerakan garis dislokasi tegak lurus
terhadap arah tegangan geser. Bergerak maju dengan jarak pemisahan kaki.

5
Punuk ulat dan gerakannya sesuai dengan ekstra setengah bidang atom
dalam model dislokasi deformasi plastis.

Gerakan dislokasi ulir sebagai respon terhadap tegangan geser


sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2.2b; arah gerakan tegak lurus
terhadap arah tegangan . Untuk sisi, gerakan sejajar dengan tegangan geser.
Namun, deformasi plastis bersih untuk gerakan kedua jenis dislokasi ini
adalah sama (lihat Gambar 2.2) Arah gerakan garis dislokasi campuran tidak
tegak lurus atau sejajar dengan stress yang diterapkan , tetapi terletak
disuatu tempat diantara keduanya.

Semua logam paduan mengandung beberapa dislokasi yang


diperkenalkan selama pembekuan, selama deformasi plastis dan sebagai
konsekuensi dari tekanan termal yang dihasilkan dari pendinginan cepat.
Jumlah dislokasi, atau kerapatan dislokasi dalam material, dinyatakan
sebagai panjang dislokasi total per satuan volume atau ekuivalen , jumlah
dislokasi yang memotong area unit dari bagian acak satuan kerapatan
dislokasi adalah millimeter dislokasi per kubik millimeter atau hanya per
millimeter persegi. Kepadatan dislokasi paling rendah yaitu sebesar 10 3
mm2 biasanya ditemukan pada Kristal-kristal logam yang dipadatkan secara
hati-hati. Untuk logam yang mengalami deformasi berat, kerapatannya dapat
mencapai setinggi 109 hingga 1010 mm2. Perlakuan pemanasan pada
specimen logam cacat dapat mengurangi kepadatan untuk pada ukuran 105-
106 mm2. Dengan cara kontras , kerapatan dislokasi yang khas untuk bahan
keramik adalah 102 dan 104; untuk Kristal tunggal pada silikon yang
digunakan dalam sirkuit terpadu, Standar nilainya terletak antara 0,1 dan 1
mm2

6
Gambar 2.3 Analogi antara gerak caterpillar dan dislokasi

2.3 Karakteristik Dislokasi

Beberapa karakteristik dari dislokasi berkaitan dengan sifat mekanik


dari logam. Ini termasuk tegangan pada bidang yang ada di sekitar
dislokasi, yang berpengaruh dalam menentukan mobilitas dislokasi, serta
kemampuan mereka untuk berlipat ganda.

Ketika logam mengalami deformasi plastik , beberapa fraksi dari


energy deformasi yaitu sekitar 5% dipertahankan secara internal; sisanya
didisipasi sebagai panas. Bagian utama dari energy yang disimpan ini
adalah sebagai strain energy yang terkait dengan dislokasi.
Mempertimbangkan sisi dislokasi dapat dilihat pada Gambar 2.4. seperti
telah disebutkan, beberapa distorsi kisi atom ada disekitar garis dislokasi
karena adanya ekstra setengah bidang atom.

Sebagai akibatnya, ada daerah dimana regangan kisi ditekan, tarik, dan
geser yang dikenakan pada atom tetangga. Sebagai contoh, atom-atom
diatas dan bersebelahan dengan garis regangan tekan relative terhadap
posisi kristl sempurna dan jauh dari dislokasi; ini diilustrasikan pada
Gambar 2.4 . Tepat di bawah setengah bidang, efeknya justru sebaliknya;
atom kisi mempertahankan regangan tarik yang dikenakan, yang
ditunjukan. Regangan geser juga ada disekitar dislokasi sisi. Untuk
dislokasi ulir, regangan kisi hanya berupa geseran saja. Distorsi kisi ini,
dapat berupa regangan bidang yang memancar dari garis dislokasi.

7
Regangan meluas ke atom sekitarnya, dan besarnya menurun dengan jarak
radial dari dislokasi.

Regangan bidang yang mengelilingi dislokasi dalam jarak terdekat


satu sama lain dapat berinteraksi sehingga gaya-gaya dikenakan pada
setiap dislokasi oleh interaksi gabugan dari semua dislokasi bidang lain.
Sebagai contoh perhatikan dua dislokasi sisi yang memiliki tanda yang
sama dan bidang slip yang identic, seperti yang ditunjukan pada Gambar
2.5.a. Bidang regangan tekan dan tarik untuk keduanya terletak pda sisi
yang sama dari bidang slip; interaksi antar bidang regangan menyebabkan
ada antara dua dislokasi yang terisolasi ini, gayanya saling tolak yang
cenderung memisahkan mereka. Namun, dua dislokasi ini memili tanda
berlawanan dan memiliki bidang slip yang sama sama tertarik satu sama
lain, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.5b; Penghancuran dislokasi
terjadi ketika mereka bertemu. Artinya, dua setengah bagian ekstra atom
menyatu dan menjadi bidang yang lengkap. Interaksi dislokasi
dimungkinkan antara dislokasi sisi, sekrup dan campuran, serta untuk
berbagai orientasi. Bidang saring dan gaya ini terkait penting dalam
mekanisme penguatan logam.

Selama deformasi plastik, jumlah dislokasi meningkat secara


dramatis. Kepadatan dislokasi dalam logam yang telah mengalami
deformasi tinggi yaitu setinggi 1010 mm2. Satu hal yang penting dari
dislokasi ini adalah dislokasi yang ada, yang berlipat ganda ;
Selanjutnya, batas butir, serta cacat internal dan ketidakteraturan
permukaan seperti goresan dan goresan, yang bertindak sebagai
konsentrasi tegangan, dapat berfungsi sebagai lokasi pembentukan
dislokasi selama deformasi.

8
Gambar 2.4 Wilayah kompresi (hitam) dan tegangan( merah muda) yang terletak
disekitar dislokasi sisi

Gambar 2.5 (a) dua sisi dislokasi dengan arah yang sama berbaring pada bidang slip, C
dan T menandakan wilayah kompresi dan tegangan (b) sisi dislokasi berlawanan arah dan
berbaring pada bidang slip.

2.4 Sistem Slip

Dislokasi tidak bergerak dengan tingkat kemudahan yang sama pada


semua bidang kristalografi atom dan disegala arah kristalografi. Pada

9
umumnya ada bidang yang lebih banyak dijumpai, dan didalam bidang
tersebut ada arah tertentu sepanjang gerakan dislokasi terjadi. Bidang ini
disebut bidang slip, Ini berarti bahwa arah gerakan itu juga disebut arah
slip. Kombinasi dari bidang slip dan arah slip disebut system slip. Faktor
yang mempengaruhi system slip yaitu pada distorsi atom yang menyertai
gerakan dislokasi, namun ini sangat minimum dijumai. Untuk Struktur
Kristal tertentu, bidang slip adalah bidang yang memiliki atom terpadat,
yaitu memiliki kerapatan planar terbesar. Arah slip sesuai dengan arah
bidang ini yang paling erat dengan atom, yaitu memiliki kerapatan linear
tertinggi.

Pertimbangkan misalnya , struktur Kristal FCC, sel satuan yang


ditunjukan pada gambar 2.6a. Ada satu set bidang ,kelompok {111},
dimana bidangnya sangat padat. A(111) jenis bidang ditunjukan dalam
sel satuan; pada gambar 2.6b, Bidang ini termasuk dalam sel satuan.

Gambar 2.6 (a) pada {111} {110} sitem slip ditunjukan sebuah FCC sel (b) pada
{111} bidan dari a dan tiga arah slip pada {110} pada bidang konsituen di system
slip

10
Tabel 2.1 Sistem slip pada FCC, BCC, HCP

Logam Bidang Slip Slip Nilai


Direksi dari
system
slip
Face-Centered
Cubic
Cu, Al, Ni, {111} <110> 12
Ag, Au
Body-Centered
Cubic
∝ −𝐹𝑒, 𝑊, 𝑀𝑜 {110} <111> 12
∝ −𝐹𝑒, 𝑊 {211} <111> 12
∝ −𝐹𝑒, 𝐾 {321} <111> 24
Heksagonal-
Centered Cubic
Cd, Zn, Mg, {0001} <1120> 3
Ti, Be
Ti, Mg, Zr {1010} <1120> 3
Ti, Mg {1011} <1120> 6

Slip terjadi sepanjang {110} sampai {111} bidang, seperti yang


ditunjukkan oleh panah pada Gambar 2.6 . Oleh karena itu,pada bidang
{111} {110} mewakili kombinasi bidang dan arah slip, atau sistem slip
untuk FCC. Gambar 2.6b menunjukkan bahwa suatu bidang slip yang
diberikan dapat mengandung lebih dari satu arah slip. Namun, ada
beberapa system slip hanya teruntuk Kristal tertentu; Jumlah system
slipnya indenpenden. Misalnya, untuk kubik yang berpusat pada wajah,
ada 12 sistem slip: empat bidang {111} yang indenpenden dan, dalam
setiap bidang, tiga arah {110} yang independen.

11
Sistem slip BCC dan HCP tercantum pada table 2.1, untuk masing-
asing struktur ini, slip lebih dari satu kelompok bidang (misalnya {110} ,
{211} ) Untuk logam-logam yang memilki dua struktur Kristal, maka
system slip hanya beroperasi pada suhu tinggi. Logam dengan struktur
FCC dan BCC memiliki jumlah system slip yang relative besar. Logam ini
cukup getas karena deformasi plastik yang luas biasanya dimungkinkan di
sepanjang berbagai sistem. Sebaliknya, logam HCP, memiliki beberapa
sistem slip aktif, biasanya cukup rapuh.

Vektor Burgers, b, masing-masing diperkenalkan pada Bagian 4.5,


dan ditunjukkan untuk sisi, sekrup, dan campuran dislokasi pada Gambar
4.4, 4.5, dan 4.6. pada proses slip, arah vektor Burgers sesuai dengan arah
slip dislokasi, sedangkan besarnya sama dengan jarak slip unit (atau
pemisahan interatomik dalam arah ini). Tentu saja, baik arah dan besarnya
b bergantung pada struktur kristal, dan lebih mudah untuk menentukan
vektor Burgers dalam hal panjang sel satuan (a) dan indeks arah
kristalografi. Vektor Burgers untuk kubik yang berpusat pada wajah,
kubus berpusat badan, dan struktur kristal tertutup heksagonal adalah
sebagai berikut:

𝑎
b(FCC) = 〈110〉
2

𝑎
b(BCC) = 〈111〉
2

𝑎
b(HCP) = 〈1120〉
3

12
2.5 Slip dalam Kristal Tunggal

Walaupun tegangan yang diberikan ke bahan murni tegangan tarik (atau


tekan), komponen geser tetap timbul tetapi tegak lurus terhadap arah tegangan.
Hal ini disebut tegangan geser putus (resolved shear stress).

Gambar 2.7 Hubungan geometri tensile axis, bidang slip, dan arah slip untuk
menghitung tegangan geser pada Kristal tunggal

Tegangan geser ini bergantung pada tegangan yang diberikan, dan


orientasi bidang slip serta arah slip.Pada logam kristal tunggal mempunyai
sejumlah sistem slip yang berbeda. Tegangan geser putus besarnya akan
berbeda pada setiap sistem slip karena besar f dan l juga berbeda. Tapi ada
satu bidang yang lebih
𝜏𝑅(max) =𝜏(𝑐𝑜𝑠𝜙 𝑐𝑜𝑠𝜆 )𝑚𝑎𝑥

disukai untuk terjadinya slip, biasanya pada bidang yang t r paling besar
atau disebut juga tr(max). Karena tegangan tarik atau tekan maka slip pada
kristal tunggal dimulai pada bidang yang mempunyai tr ( max ) .Tegangan
geser putus kritis, tCRSS Adalah minimum tegangan geser yang

13
diperlukan untuk mulai terjadinya slip. Pada sifat mekanik material titik
dimana luluh mulai terjadi.

Titik luluh terjadi bila tR( max) =tCRSS

𝜏𝑐𝑟𝑠𝑠
𝜎𝑦 =
(𝑐𝑜𝑠𝜙 𝑐𝑜𝑠𝜆)𝑚𝑎𝑥

Minimum tegangan untuk terjadinya luluh adalah jika l = f = 45° sehingga,


tY = 2 tCRSS

Gambar 2.8 Slip makroskopis pada Gambar 2.9 Slip pada Kristal tunggal zink

Kristal tunggal

CONTOH SOAL 2.1

Kristal BCC tunggal berorientasi pada besi sehingga tegangan tarik diterapkan di
sepanjang arah [010].

a) Hitung tegangan geser yang diselesaikan sepanjang (110) bidang dan


dalam arah [111] ketika tegangan tarik 52 MPa (7500 psi) diterapkan.

14
b) Jika slip terjadi pada bidang (110) dan dalam arah [111], dan tegangan
geser yang diselesaikan kritis adalah 30 MPa (4350 psi), hitung besarnya
tegangan tarik yang diterapkan yang diperlukan untuk menghitung nilai
yield

Jawaban :

a) Sebuah sel satuan BCC bersama dengan arah slip dan bidang serta arah
tegangan yang diterapkan ditunjukkan dalam diagram tersebut. Untuk
mengatasi masalah ini, kita harus menggunakan Persamaan 2.2. Namun,
pertama-tama perlu untuk menentukan nilai untuk f dan l, di mana, dari
diagram ini, f adalah sudut antara normal
dengan (110) bidang slip (yaitu, arah
[110]) dan arah [010], dan saya mewakili
sudut antara arah [111] dan [010]. Secara
umum, untuk sel satuan kubik, sudut u
antara arah 1 dan 2, diwakili oleh [u1y1w1]
dan [u2y2w2], masing-masing, dapat
dihitung
dengan :
𝑢1 𝑢2 + 𝑣1 𝑣1 + 𝑤1 𝑤2
𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 −1 [ ]
√(𝑢1 2 + 𝑣1 2 + 𝑤11 )(𝑢2 2 + 𝑣2 2 + 𝑤2 2 )
𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝜙
(1)(0) + (1)(1) + (0)(0)
𝜙 = 𝑐𝑜𝑠 −1 [ ]
√[(1)2 + (1)2 + (0)2 ][(1)2 + (1)2 + (0)2 ]
1
= 𝑐𝑜𝑠 −1 ( ) = 45°
√2

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝜆 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖 [𝑢1 𝑣1 𝑤1 ] = [111] 𝑑𝑎𝑛 [𝑢2 𝑣2 𝑤2 ][010]


(−1)(0) + (1)(1) + (0)(0)
𝜆 = 𝑐𝑜𝑠 −1 [ ]
√[(−1)2 + (1)2 + (1)2 ][(0)2 + (1)2 + (0)2 ]

15
1
= 𝑐𝑜𝑠 −1 ( ) = 54.7°
√3

𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 2.2 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ∶


𝜏𝑅 = 𝜎𝑐𝑜𝑠𝜙𝑐𝑜𝑠𝜆 = (52 𝑀𝑝𝑎)(cos 45°)(cos 54.7°)
1 1
= (52𝑀𝑝𝑎) ( ) ( )
√2 √3
= 21.3 𝑀𝑝𝑎 (3060 𝑝𝑠𝑖)

b) Untuk mencari yield strength yaitu sebagai berikut :


30 𝑀𝑝𝑎
𝜎𝑦 = = 73.54 𝑀𝑝𝑎 (10,600𝑝𝑠𝑖)
(cos 45°)(cos 54.7°)

2.6 Deformasi Plastik dari Bahan Polikristalin

Deformasi dan slip dalam bahan polikristalin agak lebih kompleks. Karena
orientasi kristalografi acak dari banyak butiran, arah slipnya bervariasi dari
satu butir ke butir lainnya. Untuk masing-masing, gerakan dislokasi terjadi di
sepanjang sistem slip yang memiliki orientasi paling menguntungkan, seperti
yang didefinisikan sebelumnya. Hal ini dicontohkan dengan fotomikrograf
dari spesimen tembaga polikristalin yang telah mengalami deformasi plastik
(Gambar 2.10); sebelum deformasi, permukaannya dipoles. Garis-garis slip
terlihat dan muncul dua sistem slip yang dioperasikan untuk sebagian besar
butiran sebagaimana dibuktikan oleh dua set garis paralel namun berpotongan.
Selanjutnya, variasi orientasi butiran ditunjukkan oleh perbedaan dalam
penyelarasan garis slip untuk beberapa butiran.

Deformasi plastik kasar dari spesimen polikristalin sesuai dengan distorsi


sebanding dari butiran dengan cara slip. Selama deformasi, integritas mekanik
dan koherensi dipertahankan sepanjang batas butiran yang biasanya tidak
terurai atau terbuka. Sebagai konsekuensinya, setiap butiran yang terkendala

16
sampai taraf tertentu dalam bentuk yang dapat diasumsikan oleh butiran yang
berdekatan.

Gambar 2.10 Garis slip pada


permukaan specimen polikristalin
tembaga yang dipoles dan
kemudian berubah bentuk

Logam polikristalin lebih kuat daripada kristal tunggal, yang


berarti bahwa tekanan yang lebih besar diperlukan untuk memulai slip dan
attendant yielding. Ini adalah untuk tingkat yang lebih besar dan juga
merupakan hasil dari kendala geometrik yang dikenakan pada butiran
selama deformasi. Meskipun butiran tunggal dapat berorientasi baik
dengan tegangan yang diterapkan untuk slip, hal itu tidak dapat
merusak(terdeformasi) sampai butiran yang berorientasi kurang baik
mampu melakukan slip dan juga membutuhkan tingkat tegangan yang
diterapkan lebih tinggi.

17
Gambar 2.11 Perubahan struktur butiran dari logam polikristalin sebagai akibat dari deformasi plastis. (a)
Sebelum deformasi butiran adalah equiaxed, (b) Deformasi telah menghasilkan butiran yang memanjang.

Gambar 2.12 Skema diagram yang menunjukkan bagaimana hasil dari campuran dari
tegangan geser yang diterapkan. Pada (b) lingkaran terbuka mewakili atom yang tidak
berubah posisi, garis putus-putus dan lingkaran padatan mewakili posisi atom asli dan
terakhir masing-masing

2.7 Deformasi Campuran

Selain slip, deformasi plastik pada beberapa material logam dapat terjadi
dengan pembentukan campuran mekanik. Konsep campuran di jelaskan di
Buku Calister bab 4 bagian 4.6 yaitu, gaya geser dapat menghasilkan
perpindahan atom sehingga menjadi sisi bidang (batas campuran), atom
berada pada sisi bayangan atom lainnya. Berbagai macamnya ditunjukkan

18
pada gambar 2.12. Dimana lingkaran terbuka mewakili atom yang tidak
bergerak dan putus-putus, sedangkan lingkaran padat/tertutup mewakili posisi
dari masing-masing atom dalam campuran. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar, besarnya perpindahan dalam campuran ( yang ditunjukkan oleh panah
) sebanding dengan jarak dari bidang campurannya. Selain itu, campuran
terjadi pada bidang kristalografi pada arah tertentu tergantung pada struktur
kristalnya. Misalnya, untuk logam BCC, bidang campuran, dan masing-
masing arah deformasinya.

Perbandingan deformasi slip dan campuran di tunjukkan pada gambar


2.13, untuk Kristal tunggal dikenakan tegangan geser t. slip tepi di tunjukkan
pada gambar 2.13a, bentuknya di jelaskan pada bagian 2.5. untuk campuran,
deformasi gesernya berbentuk homogeny (gambar 2.13b). kedua proses ini
berbeda satu sama lain dalam beberapa hal. Pertama untuk slip, orientasi
kristalografi bidang slip berada pada bawah dan atas bidangnya baik sebelum
atau sesudah deformasi; untuk campuran, ada reorientasi di bidang
campurannya. Selain itu, slip terjadi dalam jarak atom yang berbeda-beda,
sedangkan perpindahan atom untuk campuran lebih rendah dibanding dengan
pemisahan antar atom.

Campuran mekanik terjadi pada logam yang memiliki struktur kristal BCC
dan HCP, pada suhu rendah dan tingkat laju tinggi, kondisi bawah dimana
proses slip dibatasi yakni, beberapa sistem slip yang dapat di operasikan.
Jumlah deformasi plastic dari campuran biasanya relative kecil, untuk itu
digunakanlah sistem slip. Namun, campuran yang paling penting terletak pada
reorientasi kristalografi. Campuran bisa menjadi bidang baru untuk sistem slip
yang relatif menguntungkan terhadap sumbu tegangan sehingga proses slip
bisa terjadi pada bidang tersebut.

19
Gambar 2.13 untuk Kristal tunggal yang mengalami tegangan geser,
(a)deformasi system slip, (b) deformasi campuran

Mekanisme Penguatan Logam

Insinyur metalurgi dan material sering digunakan untuk merancang


paduan yang memiliki kekuatan yang tinggi namun dengan keuletan dan
ketangguhannya juga, biasanya keuletan dikorbankan ketika paduan
diperkuat. Beberapa teknik pengerasan dari penyelesaian seorang insinyur
sering bergantung pada kapasitas bahan yang akan disesuaikan dengan
karakteristik mekanis yang di perlukan untuk aplikasi tertentu. Penting
untuk memahami dari mekanisme penguatan adalah hubungan antara
gerakan dislokasi dan perilaku mekanik logam. Karena deformasi plastik
secara makroskopik sesuai dengan gerakan sejumlah besar dislokasi,
kemampuan logam untuk merusak bentuk (cacat) secara plastis bergantung
pada kemampuan dari dislokasi untuk bergerak. Karena kekerasan dan
kekuatan (baik hasil maupun daya tarik) berkaitan dengan kemudahan
deformasi plastik dapat terjadi dengan mengurangi mobilitas dislokasi,
kekuatan mekanik dapat ditingkatkan yaitu dengan kekuatan mekanis yang

20
lebih besar diperlukan untuk memulai deformasi plastis. Sebaliknya,
gerakan dislokasi yang tidak terbatas, semakin besar fasilitas yang dapat
merusak logam dan menjadi lebih lunak dan lebih lemah. Hampir semua
teknik penguatan bergantung pada prinsip sederhana ini; Membatasi dan
menghalangi gerakan dislokasi membuat materi (bahan) menjadi lebih
keras dan lebih kuat.

2.8 Penguatan dengan Pengurangan Ukuran Butiran (Reduce Grain Size)

Ukuran butiran atau diameter butiran rata-rata dalam logam polikristal


mempengaruhi sifat mekanik. Butiran yang berdekatan biasanya memiliki
orientasi kristalografi yang berbeda dan tentu saja batas umum butiran, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.14. Selama deformasi plastik, slip atau
gerakan dislokasi harus terjadi di seluruh daerah batas umum ini, dikatakan
dari butiran A ke butiran B pada gambar 2.14. Batas butiran bertindak sebagai
penghalang untuk gerakan dislokasi karena dua alasan:

1. Karena kedua butiran memiliki orientasi yang berbeda, dislokasi yang


diteruskan ke butiran B harus mengubah arah geraknya, hal ini menjadi
sulit karena misorientasi kristalografi meningkat.
2. Gangguan atom dalam wilayah batas butir menghasilkan diskontinuitas
bidang slip dari satu butiran ke butiran lainnya

Harus disebutkan bahwa untuk batas butiran sudut tinggi, mungkin tidak
menjadi kasus bahwa dislokasi melintasi batas butiran selama deformasi,
dislokasi cenderung “menumpuk” (atau kembali) pada batas butiran.
Tumpukan ini memperkenalkan konsentrasi regangan di depan bidang slip
(slip planes) mereka yang menghasilkan dislokasi baru pada butiran yang
berdekatan.

21
Gambar 2.14 Gerakan dislokasi menemukan batas butiran, menggambarkan bagaimana batas
bertindak sebagai penghalang untuk terus terjadi slip. Bidang slip (slip planes) tidak terputus dan
mengubah arah melintasi batas.

Bahan yang berbutir halus (yang memiliki butiran halus) adalah


area batas butir yang lebih keras untuk menghambat gerakan dislokasi.
Untuk bahan lainnya, kekuatan luluh σy bervariasi dengan ukuran butiran
menurut :

σy = σ0 + kyd-1/2

Pada persamaan diatas, disebut persamaan Hall-Petch, d adalah


diameter butiran rata-rata, σ0 dan ky adalah konstanta untuk bahan tertentu.
Persamaan tersebut tidak berlaku untuk butiran yang sangat besar (kasar)
dan bahan polikristalin butiran yang sangat halus. Gambar 2.15
menunjukkan ketergantungan kekuatan luluh terhadap ukuran butiran
untuk paduan kuningan. Ukuran butiran dapat diatur oleh laju pemadatan
(solidifikasi) dari fase cair, dan juga oleh deformasi plastik dengan diikuti
oleh perlakuan panas yang sesuai, seperti yang dibahas dalam Bagian 2.13.

22
Harus disebutkan juga bahwa pengurangan ukuran butiran tidak
hanya meningkatkan kekuatan, tetapi juga ketangguhan dari banyak
paduan lainnya.

Gambar 2.15 Pengaruh ukuran butiran paduan kekuatan luluh dari paduan tembaga 70 Cu-30 Zn.
Perhatikan bahwa diameter butiran meningkat dari kanan ke kiri dan tidak linear

Batas butiran sudut kecil (Bagian 4.6) tidak efektif dalam


mengganggu proses slip karena sedikit ketidaksejajaran kristalografi
sedikit melintasi batas. Namun, batas campuran (Bagian 4.6) secara efektif
memblokir slip dan meningkatkan kekuatan bahan. Batas antara dua fase
yang berbeda juga merupakan hambatan untuk pergerakan dislokasi, hal
ini penting dalam memperkuat paduan yang lebih kompleks. Ukuran dan
bentuk fase konstituen secara signifikan mempengaruhi sifat mekanik dari
paduan multifase.

2.9 Penguatan Solusi Padat (Solid-solution)

Teknik lain untuk memperkuat dan mengeraskan logam adalah


memadukan dengan atom pengotor yang masuk ke dalam solusi padatan
substitusi atau interstisial. Dengan demikian, disebut dengan penguatan solusi
padat. Logam dengan kemurnian tinggi hampir selalu lebih lunak dan lebih

23
lemah daripada paduan yang terdiri dari logam dasar yang sama.
Meningkatkan konsentrasi hasil pengotor dalam peningkatan kekuatan luluh,
sebagaimana di tunjukkan pada Gambar 2.16(a) dan 2.16(b), masing-masing
untuk nikel dan tembaga. Ketergantungan keuletan pada konsentrasi nikel
ditunjukkan pada Gambar 2.16(c).

Gambar 2.16 Variasi dengan nikel dari (a) kekuatan tarik, (b) kekuatan yield dan
(c) keuletan (%EL) untuk paduan tembaga-nikel, menunjukkan penguatan.

Paduan lebih kuat dari logam murni karena atom pengotor yang
masuk ke dalam solusi padat biasanya memaksakan regangan kisi pada
atom utama di sekitarnya. Interaksi medan regangan kisi antara dislokasi
dan atom pengotor dan karena itu gerakan dislokasi dibatasi. Sebagai
contoh, sebuah atom hasil pengotor yang lebih kecil dari host atom yang
menggantikannya menggunakan regangan tarik pada kisi kristal sekitarnya

24
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.17(a). Sebaliknya, atom
substitusi yang lebih besar memaksakan regangan kompresif disekitarnya
(Gambar 2.17(a)). Atom terlarut ini cenderung berdifusi dan memisah
sekitar dislokasi sedemikian rupa untuk mengurangi energi regangan
keseluruhan untuk membatalkan beberapa regangan pada kisi-kisi yang
mengelilingi dislokasi. Untuk mencapai hal ini, atom hasil pengotor yang
lebih kecil terletak dimana regangan tariknya secara parsial membatalkan
beberapa regangan tekan dislokasi. Untuk dislokasi tepi pada Gambar
2.17(b) ini, akan berdekatan dengan garis dislokasi dan diatas bidang slip.
Sebuah atom hasil pengotor yang lebih besar akan terletak seperti pada
Gambar 2.18(b).

Gambar 2.17 (a) Representasi dari regangan kisi tarik memaksakan pada host atom oleh
atom pengotor substitusi yang lebih kecil (b) Kemungkinan lokasi dari atom pengotor
yang lebih kecil relatif terhadap dislokasi tepi sehingga terjadi pembatalan parsial dari
regangan kisi dislokasi pengotor

Gambar 2.18 (a) Representasi regangan tekan (kompresi) yang dikenakan pada host
atom oleh substitusi (pengganti) atom pengotor yang lebih besar, (b) Kemungkinan lokasi

25
atom pengotor yang lebih besar relatif terhadap dislokasi tepi sehingga terjadi pembatalan
parsial dari regangan kisi dislokasi pengotor

Resistensi terhadap slip lebih besar ketika atom hasil pengotor


terbentuk karena regangan kisi keseluruhan harus meningkat jika dislokasi
rusak. Selanjutnya, interaksi regangan kisi yang sama (Gambar 2.17b dan
2.18b) ada di antara atom pengotor dan dislokasi bergerak selama
deformasi plastik. Dengan demikian, tegangan yang diterapkan lebih besar
tidak diperlukan untuk inisiasi pertama dan kemudian dilanjutkan
deformasi plastik untuk solusi padatan dibandingkan dengan logam murni,
hal ini dibuktikan dengan peningkatan kekuatan dan kekerasan.

2.10 Pengerasan Regangan (Strain Hardening)

Pengerasan regangan adalah fenomena dimana logam yang ulet


menjadi lebih keras dan kuat karena cacat plastis (deformasi plastik).
Kadang-kadang disebut juga perlakuan dingin, atau karena dimana suhu
deformasi yang terjadi “dingin” relatif terhadap titik leleh mutlak dari
logam. Sebagian logam mengeras pada suhu kamar. Kadang-kadang
mudah untuk menyatakan derajat deformasi plastik sebagai persen
perlakuan dingin (cold working) daripada sebagai regangan. Persen
perlakuan dingin didefinisikan sebagai :

𝐴0 − 𝐴𝑑
%𝐶𝑊 = ( ) × 100
𝐴0

dimana A0 adalah area asli dari penampang yang mengalami deformasi


dan Ad adalah area setelah deformasi.

Gambar 2.19(a) dan 2.19(b) menunjukkan bagaimana baja,


kuningan, dan tembaga terjadi peningkatan yield dan kekuatan tariknya
dengan meningkatnya perlakuan dingin. Harga untuk peningkatan
kekerasan dan kekuatan dalam keuletan logam ini ditunjukkan pada
Gambar 2.19(c) dimana keuletan dalam persen pemanjangan mengalami

26
pengurangan dengan meningkatkan persen perlakuan dingin untuk tiga
paduan yang sama. Pengaruh perlakuan dingin pada perilaku tegangan-
regangan baja karbon rendah ditunjukkan pada Gambar 2.20, kurva
tegangan-regangan diplot pada 0% CW, 4% CW dan 24% CW.

Gambar 2.19 Untuk 1040 baja, kuningan, dan tembaga; (a) Peningkatan kekuatan lulus,
(b) Peningkatan kekuatan tarik, (c) Penurunan keuletan (%EL) dengan persen perlakuan
dingin

27
Gambar 2.20 Pengaruh perlakuan dingin pada perilaku tegangan-regangan baja
karbon rendah, kurva ditunjukkan untuk 0%CW, 4%CW, dan 24%CW

Awalnya, logam dengan kekuatan luluh σy0 akan berubah secara


plastis menjadi titik D. Tegangan dilepaskan, kemudian diterapkan
kembali dengan kekuatan yield yang baru dihasilkan (σyi). Dengan
demikian, logam menjadi lebih kuat selama proses karena σyi lebih besar
dari σy0.
Fenomena pengerasan regangan dijelaskan atas dasar interaksi
medan dislokasi-dislokasi regangan yang serupa dengan yang dibahas
pada bagian 2.3. Densitas dislokasi dalam logam meningkat dengan
deformasi atau perlakuan dingin karena penggandaan dislokasi atau
pembentukan dislokasi baru seperti yang disebutkan sebelumnya.
Akibatnya, jarak rata-rata pemisahan antara dislokasi berkurang, dislokasi
diposisikan berdekatan. Rata-rata, interaksi regangan dislokasi-dislokasi
bersifat repulsive. Hasil akhirnya adalah bahwa gerakan dislokasi
terhalang oleh adanya dislokasi lain. Ketika densitas dislokasi meningkat,
resistensi terhadap gerakan dislokasi ini oleh dislokasi lainnya menjadi

28
lebih jelas. Dengan demikian, tegangan yang diperlukan untuk merusak
logam meningkat dengan meningkatnya perlakuan dingin.
Pengerasan regangan sering digunakan secara komersial untuk
meningkatkan sifat mekanis logam selama prosedur fabrikasi. Efek dari
pengerasan regangan dapat dihilangkan dengan perlakuan panas annealing.
Dalam sistem matematis yang berkaitan dengan tegangan dan regangan,
parameter n disebut eksponen pengencang regangan, yang merupakan
ukuran kemampuan logam untuk mengeras. Semakin besar besarnya,
semakin besar pengerasan regangan untuk sejumlah regangan plastik.

Contoh Soal
Kekuatan Tarik dan Keuletan untuk Perlakuan Dingin Tembaga
Hitunglah kekuatan tarik dan keuletan (EL%) dari batang tembaga silindris
sehingga diameternya berkurang dari 15,2 mm ke 12.2 mm.
Jawaban :
Pertama-tama perlu untuk menentukan persen perlakuan dingin yang
dihasilkan dari deformasi.

15,2 𝑚𝑚 2 12,2 𝑚𝑚 2
( ) 𝜋 − ( ) 𝜋
%𝐶𝑊 = 2 2 × 100 = 35,6%
15,2 𝑚𝑚 2
( ) 𝜋
2
Kekuatan tarik dapat dilihat dari kurva untuk tembaga (Gambar 2.19(b))
sebagai 340 MPa (50.000 psi). Gambar 2.19(c), keuletan di 35,6%CW
adalah 7%EL.

Singkatnya, kita telah membahas tiga mekanisme yang dapat


digunakan untuk memperkuat dan mengeraskan paduan logam fase
tunggal, yaitu penguatan dengan pengurangan ukuran butir, penguatan
solusi padat dan pengerasan regangan. Tentu saja semua mekanisme itu
dapat digunakan secara bersama dengan satu sama lainnya, misalnya

29
paduan yang diperkuat dengan menggunakan penguatan solusi padat dapat
juga menggunakan pengerasan regangan.
Harus dicatat juga bahwa efek penguatan karena pengurangan
ukuran butir dan pengerasan regangan dapat dihilangkan atau setidaknya
dikurangi oleh perlakuan panas suhu tinggi (Bagian 2.12 dan 2.13).
Sebaliknya, penguatan solusi padat tidak terpengaruh oleh perlakuan
panas.

Recovery, rekristalisasi, and grain growth

Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya dalam bab ini,


deformasi plastis sebuah logam polikristalin pada suhu yang relative
rendah di bandingkan dengan suhu lelehnya menghasilkan perubahan
mikrostruktur dan perubahan karakteristik, yakni : (1)berubah bentuk
menjadi butiran (bagian 2.6), (2)pengerasan pada regangan (bagian 2.10),
(3)meningkatnya densitas dislokasi(bagian 2.3). Energi yang di keluarkan
dari proses deformasi di simpan dalam logam sebagai energi regangan,
yang berhubungan dengan gaya tarik, geser, dan tekan di sekitar gerak
dislokasi yang terjadi. Selain itu, karakteristik lainnya seperti
konduktivitas terhadap aliran listrik (buku Calister bab 18 bagian 18.8)
dan ketahanan logam terhadap korosi dapat di modifikasi sebagai hasil
dari deformasi plastik.

Struktur dan karakteristik ini dapat kembali ke keadaan seperti


awal dengan perlakuan panas yang tepat (perlakuan Annealing). Seperti
hasil pemulihan dari dua proses yang berbeda yang dilakukan pada suhu
tinggi : seperti recovery dan rekristalisasi yang terkadang ikuti oleh
pertumbuhan butir (grain growth).

2.11 Recovery

Selama proses pemulihan, energi dalam regangan yang tersimpan


di lepaskan melalui gerak dislokasi (tanpa adanya tegangan yang di

30
berikan), sebagai hasil dari meningkatnya difusi dari atom pada suhu
tinggi. Ada beberapa penurunan jumlah dari dislokasi, konfigurasi dari
dislokasi(sama seperti di buku Calister bab 4 gambar 4.9) yang di
hasilkan memiliki energi regangan yang relatif rendah. Selain itu, sifat
fisik yang di miliki seperti konduktivitas termal dan listriknya kembali
seperti keadan semula.

2.12 Rekristalisasi

Meskipun recovery yang dilakukan telah selesai, butirannya masih


memiliki energi regangan yang cukup tinggi. Rekristalisasi merupakan
pembentukan butir yang baru tanpa regangan dan memiliki bentuk butir
yang sama(memiliki dimensi yang sama) yang memiliki kerapatan
dislokasi rendah dan karakteristik pada kondisi semula. Gaya yang
diberikan merupakan perbedaan energi internal antara tegangan dan
material yang tidak dibatasi. Butiran baru yang terbentuk menjadi sebagai
ini yang ukurannya sangat kecil dan akan terus tumbuh sampai
menggantikan material induknya, prosesnya melibatkan difusi dengan
jarak yang pendek. Beberapa tahapan dari rekristalisai di tunjukkan pada
gambar 2.21a – 2.21d; dalam fotomikrogaf yang di tunjukkan, butiran
kecil bertintik merupakan hasil dari rekristalisasi. Dengan demikian,
proses rekristalisasi logam yang dilakukan secara dingin (cold-work) dapat
memperbaiki dari struktur butir.

Dan juga, selama proses rekristalisasi sifat mekanik yang berubah


sebagai akibat dari perlakuan dingin akan kembali seperti keadaan semula,
dimana logam menjadi lunak dan lemah tetapi menjadi lebih getas.
Beberapa perlakuan panas di rancang guna memungkinkan proses
rekristalisasi terjadi sesuai dengan modifikasi sifat mekaniknya(buku
calister bab 11 bagian 11.7).

Panjanganya proses rekristalisasi tergantung pada waktu dan suhu.


Derajat (fraksi) dari rekristalisasi meningkat seiring dengan waktu

31
tempuhnya, seperti yang tercatat pada fotomikrograf pada gambar 2.21a –
2.21d. lamanya waktu rekristalisasi akan lebih rinci dibahas pada buku
Calister bab 10 bagian 10.3.

Pengaruh suhu di tunjukkan pada gambar 2.22 yang merupakan


nilai dari kekuatan dan keuletan ( pada suhu kamar) dari kuningan sebagai
fungsi suhu dan waktu (perlakuan panas pada waktu konstan 1 jam).
Struktur butir dihasilkan di berbagai tahapan proses yang disajikan secara
skematis.

Perilaku rekristalisasi dari paduan logam tertentu terkadang di


tentukan berdasarkan suhu rekristalisasi, suhu dimana rekristalisasi selesai
dalam waktu 1 jam. Dengan demikian, suhu proses rekristalisasi untuk
kuningan berdasarkan gambar 2.22 adalah ± 450oC ( 850oF ). Biasanya
terjadi di sepertiga atau pertengahan mendekati titik lebur dari logam atau
paduannya dan tergantung dari beberapa faktor, yakni jumlah dari
perlakuan dingin yang dilakukan dan kemurnian dari paduannya.
Meningkatnya laju perlakuan dingin dari proses rekristalisasi sesuai
dengan hasil, dimana suhu proses rekristalisasi di turunkan dan mendekati
nilai konstan atau sampai pada deformasi tinggi; di tunjukkan pada gambar
2.23. Selain itu , deformasi tinggi atau suhu rekristalisasi yang rendah
sudah ditentukan dalam literatur. Terdapat beberapa tingkat kritis dari
perlakuan dingin yang tidak dapat di rekristalisasi, seperti yang di
perlihatkan pada gambar, tipe ini antara 2% dan 20% dari perlakuan
dingin.

Rekristalisasi berlangsung lebih cepat pada logam murni daripada


paduannya. Selama rekristalisasi, gerakan batas butir berlangsung dan
terbentuk sebagai inti butir baru yang kemudian akan terus tumbuh. Di
percaya bahwa pengotor dari atom secara preferensi dapat memisahkan
dan berinteraksi dengan butir yang ter-rekristalisasi sehingga mengurangi
butirnya (batas butir). Hal tersebut membuat penurunan tingkat

32
rekristalisasi dan menaikkan suhu rekristalisasinya. Untuk logam murni,
suhu rekristalisasi biasanya 0.4 Tm, dimana Tm adalah titik leleh absolut,
untuk beberapa paduan yang dijual dapat berjalan sampai 0.7 Tm.
Rekristalisasi dan titik leleh untuk beberapa logam dan paduan tercantum
dalam table 2.2.

Perlu di catat, karena tingkat proses rekristalisasi tergantung dari


beberapa variabel, ada beberapa hal yang harus di perhatikan untuk suhu
yang di kutip dalam literature. Kemudian, beberapa derajat dari
rekristalisasi dapat terjadi pada paduan dengan perlakuan panas pada suhu
di bawah suhu rekristalisasi.

Gambar2.21 fotomikrograf proses rekristalisasi dan pertumbuhan butir dari kuningan.


(a)perlakuan dingin struktur butir (b)Tahap awal rekristalisasi setelah pemanasan pada 3
sampai 580oC (c)Pergantian parsial dari perlakuan dingin pada rekristalisasi (d)proses

33
rekristalisasi selesai (e)Pertumbuhan butir setelah 15 menit pada suhu 580oC (f)
pertumbuhan butir setelah 10 menit pada suhu 700 oC

Gambar 2.22 Pengaruh suhu Annealing pada kekuatan tarik dan keuletan dari
paduan kuningan

Deformasi plastik sering dilakukan pada suhu di atas suhu dari


proses rekristalisasi atau disebut perlakuan panas, seperti yang dijelaskan
pada buku Calister bab 11 bagian 11.4. Material sisa relative lunak dan
getas selama proses deformasi karena tidak terjadi pengerasan regangan,
dan deformasi yg lebih besarpun bisa saja terjadi.

34
Gambar 2.23 Variasi dari suhu rekristalisasi dengan perlakuan dingin untuk besi

Tabel 2.2 Suhu Rekristalisasi dan Suhu titik leleh untuk variasi logam dan paduan

Metal Suhu Suhu Titik Leleh


Rekristalisasi
o o o o
C F C F
Lead (Timah) -4 25 327 620
Timah -4 25 232 450
Seng(Zinc) 10 50 420 788
Alumunium (99,999wt%) 80 176 660 1220
Tembaga (99,999wt%) 120 250 1085 1985
Kuningan (60 Cu-40 Zn) 475 887 900 1652
Nikel (99,99 wt%) 370 700 1455 2651
Besi 450 840 1538 2800
Tungsten 1200 2200 3410 6170

Design Contoh 2.1


Mendeskripsikan prosedur diameter pengotor
Sebuah batang silender dari kuningan yang bukan perlakuan dingin
memiliki diameter awal 6,4 mm (0,25 inci). Untuk menjadi proses

35
perlakuan dingin dibuat sedmikian rupa sehingga luas penampang
berkurang. Diperlukan kekuatan dari proses dingin minimal 345 MPa
(50.000 psi) dan keuletan lebih dari 20% EL; selain itu, di perlukan
diameter akhir 5,1 mm (0,20 inci). Jelaskan bagaimana prosedur ini dapat
dilakukan.

Jawaban :

Mari terlebih dahulu mempertimbangkan konsekuensinya(yakni


kekuatan dan keuletan) perlakuan dingin dimana diameter spesifik
kuningan berkuran dari 6,4 mm (d0) menjadi 5,1 mm (di). %CW dapat
dihitung dari persamaan 7.8, yaitu

𝑑 2 𝑑 2 6,4 2 5,1 2
( 20 ) 𝜋 − ( 2𝑖 ) 𝜋 ( 2 ) 𝜋−( 2 ) 𝜋
%𝐶𝑊 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 36,5%
𝑑0 2 6,4 2
(2) 𝜋 (2) 𝜋

Dari gambar 2.19a dan 2.19c, Kekuatan(410 MPa (60.000 psi) dan
8%EL dicapai dari deformasi ini. Menurut kriteria yang ditetapkan,
kekuatan luluh sangat tinggi; Namun, keuletannya terlalu rendah.
Pengolahan lain adalah pengurangan diameter parsial, diikuti oleh
perlakuan panas rekristalisasi dimana efek dari perlakuan dingin
dibatalkan. Hasil yang dibutuhkan kekuatan, keuletan, dan diameter
dicapai sesuai. Sekali lagi, mengacu pada 2.19a menunjukkan bahwa 20%
CW diperlukan untuk memberikan kekuatan luluh 345 MPa.

Namun, dari gambar 2.19c, keuletan lebih besar dari 20%EL dan
deformasi 23%CW atau kurang. Jadi selama operasi berlangsung,
deformasi harus berada diantara 20%CW dan 23%CW. Kita ambil nilai
rata-rata ekstrim 21,5%CW, dan kemudian hitung diameter akhir
menggunakan persamaan 7.8,

36
2
𝑑′ 5,1𝑚𝑚 2
( 20 ) 𝜋 − ( 2 ) 𝜋
21,5%𝐶𝑊 = 𝑥 100%
𝑑′ 0 2
(2 ) 𝜋

Sekarang, penyelesaian untuk d’0 dari proses diatas adalah

𝑑′0 = 5,8 𝑚𝑚(0,226 𝑖𝑛)

2.13 Pertumbuhan Butir (Grain Growth)

Setelah melalui rekristalisasi, butiran tanpa regangan akan terus


tumbuh jika sampel logam di biarkan pada suhu tinggi (Gambar 2.21d
sampai Gambar 2.21f), fenomena ini yang disebut pertumbuhan butir.
Pertumbuhan butir tidak perlu dilakukan pemulihan dan rekristalisasi
terlebih dahulu, pertumbuhannya dapat terjadi di semua material
polikristalin, logam, dan keramik. Energi berhubungan dengan batas butir,
seperti yang dijelaskan pada buku Calister bab 4 bagian 4.6. Meningkatnya
ukuran butir, serta menurunnya area batas membuat total energi yang di
butuhkan berkurang, hal ini merupakan pemberian gaya(dorongan) dari
pertumbuhan butir.

Pertumbuhan biji terjadi akibat migrasi dari butiran batas.


Tentunya, tidak semua butir menjadi besar, tetapi pertumbuhan butir yang
besar akan menyingkirkan pertumbuhan butir kecil. Jadi, ukuran butir rata-
rata akan meningkat seiring berjalannya waktu, dan pada saat tertentu ada
kisaran dari ukuran butir. Gerakan batas merupakan difusi jarak pendek
atom dari satu sisi ke batas yang lain. Arah dari gerakan atom berlawanan
satu sama lain, seperti yang di tunjukkan pada gambar 2.24.

Untuk banyak material polikristalin, diameter (d) butir bervariasi


sesuai waktu (t) dalam hubungannya.

𝑑 𝑛 − 𝑑0𝑛 = 𝐾𝑡

37
Dimana, d0 adalah diameter awal dari butir saat t=0, K dan n merupakan
konstanta waktu; nilai n biasanya ≥2.

Besarnya ukuran dari butir di lihat dari suhu dan waktu, seperti
yang di tunjukkan pada gambar 2.25, sebidang dari logaritma ukuran butir
di gunakan sebagai logaritma fungsi waktu untuk material kuningan
paduan pada suhu yang berbeda-beda. Pada suhu renda bentuk kurvanya
linear. Selain itu, pertumbuhan butir akan semakin cepat ketika suhu di
naikkan, garis kurvanya akan terus naik ke atas yang menunjukkan bahwa
ukuran dari butir tersebut semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatnya laju difusi dengan suhu yang semakin tinggi.

Sifat mekanik saat suhu kamar dari logam butir halus biasanya
superior (yaitu kekuatan dan ketahanannya lebih tinggi ) dengan struktur
yang agak kasar.

Gambar 2.24 Skema pertumbuhan butir melalui difusi

38
Gambar 2.25 Logaritma dari diameter butir dengan logaritma waktu dari pertumbuhan
butir pada kuningan di beberapa temperatur

Jika struktur butir dari fase tunggal lebih kasar dari yang di
inginkan, pemulihannya dilakukan dengan cara mengubah bentuk bahan
secara plastis, dan mengubah perlakuannya menjadi perlakuan panas
dengan proses rekristalisasi, sama seperti penjelasan sebelumnya.

Contoh Soal 2.3


Komputasi dari ukuran butir setelah perlakuan panas

Ketika hipotesa logam memiliki diameter butir 8,2 x 10-3 mm dipanaskan


sampai 500oC, setelah 12,5 menit diameter butir menjadi 2,7 x10-2 mm.
hitung diameter butir saat spesimen bahan asli dipanaskan pada 500oC
selama 100 menit. Asumsikan diameter butir eksponen n memiliki nilai 2
Jawaban

Untuk permasalahan ini, persamaan 7.9 menjadi :

𝑑2 − 𝑑02 = 𝐾𝑡

Pertama-tama cari nilai K. dan ditulis hal-hal yang diketahui dari soal

𝑑0 = 8,2 𝑥 10−3 𝑚𝑚

𝑑 = 2,7 𝑥 10−2 𝑚𝑚

39
𝑡 = 12,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Masukan bentuk persamaan menjadi :

𝑑 2 − 𝑑02
𝐾=
𝑡

Kemudian,

(2,7 𝑥 10−2 )2 − (8,2 𝑥 10−3 )2 𝑚𝑚


𝐾= = 5,29 𝑥 10−5
12,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Untuk menentukan diameter butir setelah perlakuan panas pada 500oC


selama 100 menit, kita harus memanipulasi persamaan diatas menjadi
variabel baru

𝑑 = √𝑑02 + 𝐾𝑡

Dan subsitusi kedalam t = 100 menit serta nilai d0 dan K

𝑑 = √(8,2 𝑥 10−3 + [(5,29 𝑥 10−5 )(100)] = 0,0732 𝑚𝑚

2.14 Proses/Struktur/Karakteristik

Pemahaman tentang mekanisme penguatan logam tentu


membutuhkan beberapa pengetahuan (1) korelasi gerak dislokasi dengan
deformasi plastik, (2) karakteristik deformasi (yaitu, bidang regangan di
sekitarnya dan interaksi dari bidang regangan), dan (3) aspek kristalografi
(konsep sistem slip). Kekerasan yang tinggi (kurangnya keuletan) dari satu
fase yang ditemukan dalam baja (Martensit, bagian 10.7). Di jelaskan oleh
efek dari padatan-larutan, selain itu adanya beberapa system slip. Grafik
konsep berikut mewakili hubungan ini.

40
Gambar 2.26 Sifat Besi - Paduan karbon

Perlakuan panas lainnya di rancang untuk mengkristalisasi logam


paduan yang telah terjadi pengerasan regangan, untuk membuat logam
paduan lebih lunak dan lebih getas untuk perkembangan butir agar sesuai
dengan struktur yang di inginkan. Dua perlakuan tersebut di jelaskan
dalam Buku Calister bab 11 bagian 11.7 – proses Annealing dan proses
Normalisasi untuk baja. Hubungan proses ini di tunjukkan pada grafik
berikut.

41
Gambar 2.27 Proses Besi – Paduan karbon

42

Anda mungkin juga menyukai