Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 1

MAKALAH DISLOKASI DAN MEKANISME PENGUATAN

Ridho Wahyu Parikesit


F 331 16 114

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mekanisme penguatan pada material logam merupakan hubungan antar


pergerakan dislokasi dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu material
logam untuk diubah secara plastis tergantung pada kemampuan dislokasi untuk
dapat bergerak. Dengan mengurangi pergerakan dislokasi maka kekuatan
mekanik dapat ditingkatkan, dimana disebabkan energi mekanik yang dibutuhkan
untuk membuat deformasi plastis akan semakin besar. Maka sebaliknya apabila
pergerakan dislokasi tidak ada yang menahan, logam akan lebih mudah untur
terdeformasi. Secara umum dislokasi berhubungan dengan mekanisme
penguatan yang digunakan pada material logam yaitu melalui pengerasan logam,
penguatan larutan padat, penguatan presipitasi, dan penguatan batas butir.

B. Masalah

1. Pengertian Dislokasi dan Mekanisme Penguatan.


2. Jenis Dislokaksi dan Mekanisme Penguatan.
3. Karakteristik dari Dislokaksi dan Mekanisme Penguatan.
4. Aplikasi dari Dislokaksi dan Mekanisme Penguatan.
5. Studi kasus hasil Dislokaksi dan Mekanisme Penguatan.

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari dislokasi dan mekanisme penguatan.


2. Mengetaui jenis dari dislokasi dan mekanisme penguatan.
3. Mengetahui karakteristik dislokaksi dan mekanisme penguatan.
4. Mengetahui susunan dislokaksi dan mekanisme penguatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DISLOKASI

Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pergerakan atom-atom di dalam


sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi
plastis (perubahan dimensi secara permanen). Kekuatan (strength) dan keuletan
(ductility) atom di dalam melalui tingkat kesulitan atau kemudahan gerakan
dislokasi di dalam sistem kristal logam. Misalya pada proses pengerjaan dingin
(cold work) terjadi peningkatan dislokasi di dalam kristal logam sehingga
kekuatan logam meningkat, namun keuletan menurun. Ada dua tipe utama:
dislokasi tepi, dislokasi ulir, dan dislokasi campuran.

B. JENIS DISLOKASI

1. Dislokasi Pinggir
Dislokasi pinggir atau dislokasi garis/sisi yaitu dimana terdapat sebuah
bidang atom extra atau setengah bidang atom, dan sisinya berakhir ditengah-
tengah (di dalam) kristal. Skema Diagram (kisi pesawat) menunjukkan dislokasi
sisi. Vektor Burgers hitam, garis dislokasi dengan warna biru.

Gambar 2.1. Dislokasi Tepi (Pinggir) (Bolton, 1998: 109)

2. Dislokasi Ulir

Dislokasi sekrup (screw) atau ulir adalah dislokasi yang terjadi karena
gaya geser dimana bagian atas depan kristal bergeser ke kanan sebesar satu
atom terhadap bagian bawah Skema Diagram (kisi pesawat) menunjukkan
Dislokasi Ulir.

Gambar 2.1. Dislokasi: (a) Sekrup, dan (b) Campuran (Bolton, 1998: 110)

3. DISLOKASI CAMPURAN
Dislokasi campuran adalah dislokasi pada material dimana terdapat kedua
jenis dislokasi diatas. Dalam banyak bahan, dislokasi dapat ditemukan di mana
garis arah dan Burgers vektor yang tidak tegak lurus atau paralel dan dislokasi ini
disebut dislokasi campuran, yang terdiri dari karakter ulir dan karakter tepi.

Gambar 3 Diskolasi Campuran (http://www.ques10.com)


C. KARAKTERISTIK DISLOKASI

Pengaruh pengerjaan dingin terhadap sifat logam adalah, deformasi akan


menyebabkan naiknya kekerasan, naiknya kekuatan, tatapi disertai dengan
turunya keuletan. Untuk mengembalikan logam kesifat semula (lunak dan ulet)
perlu dilakukan proses pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami
pengerjaan dingin. Pengaruh pemanasan setalah pegerjaan dingin, perubahan
sifat akibat pemanasan tergantung pada temperatur dan waktu pemanasan.
Prinsip dasarnya ialah bahawa pemanasan terhadap benda kerja yang telah
mengalami deformasi akan menurunkan kerapatan dislokasinya. Logam juga
mengalami deformasi plastik, beberapa bagian dari deformasi energi ini
dipertahankan didalamnya dan sisanya hilang dalam bentuk panas. Porsi utama
energi yang tersimpan ini berubah menjadi strain energi penyebab dislokasi itu
sendiri. Dislokasi memiliki bidang strain yang muncul dari distorsi pada core (inti)
- penurunan regangan radial berbanding lurus dengan jarak dari inti dislokasi.
Dislokasi sisi/tepi menimbulkan tekan, tarik, dan strain geser kisi, dislokasi ulir
hanya menimbulkan regangan geser. Pemanasan pada daerah yang dibawah
temperatur rekristalisi akan menyebabkan dua hal.

1. Terjadinya gerakan dislokasi difusi yang disebut gerakan memanjat (climb).


2. Adanya pengaturan kembali susunan dislokasi yang tadinya kurang teratur
menajdi lebih teratur. Peristiwa ini disebut poligonisasi. Hubungan deformasi
dengan dislokasi.
A. Akibat adanya tegangan, maka dislokasi akan bergerak menuju
permukaan luar, sehingga terjadi deformasi.
B. Selama bergerak, dislokasi–dislokasi tersebut bereaksi satu dengan yang
lainnya. Hasil reaksinya ada yang mudah bergerak dan ada pula yang
sukar bergerak.
C. Hasil reaksi yang sukar bergerak justru akan berfungsi sebagai sumber
dislokasi baru, sehingga kecepatan dislokasi akan bertambah (dari 106 :
108 dislokasi per cm² dapat naik menjadi 1010 :101 dislokasi per cm²).
D. Akibat naiknya kerapatan dislokasi, maka gerakan dislokasi akan lebih
sulit akibat makin banyaknya hasil reaksi yang sukar bergerak.
E. Akibat nyata dari sukarnya gerakan dislokasi adalah naiknya kekuatan
logam. Mikroskopi elektron transmisi dapat digunakan untuk mengamati
dislokasi dalam pengamatan mikrostruktur material. Foil tipis digunakan
untuk membuat berkas elektron mikroskop transparan. Elektron-elektron
yang mengalami bekas difraksi.

D. APLIKASI DARI TEORI DISLOKASI


Dislokasi adalah suatu pergesean atau pegerakan atom-atom di dalam
sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi
plastis (perubahan dimensi secara permanen). Kekuatan (strength) dan keuletan
(ductility) atom di dalam melalui tingkat kesulitan atau kemudahan gerakan
dislokasi di dalam sistem kristal logam. Misalya pada proses pengerjaan dingin
(cold work) terjadi peningkatan dislokasi di dalam kristal logam sehingga
kekuatan logam meningkat, namun keuletan menurun.

Sejarah dislokasi adalah salah satu kisah sukses besar fisika, sebagaimana
diterapkan pada ilmu material. Awal Kehidupan sebagai konstruksi teoretis murni
dalam matematika, dengan aplikasi praktis yang tidak jelas untuk apa saja,
konsep dislokasi pertama praktis menikmati keberhasilan ketika ditemukan
bahwa hal itu bisa menjelaskan perbedaan besar antara teori dan kekuatan nyata
padat "Semua perbedaan","antara mencoba slide seluruh karpet, atau
mendorong sebuah kerut di atasnya. Pengamatan pertama dislokasi, dengan
menggunakan mikroskop elektron, pasti memuaskan seperti konfirmasi cahaya
melengkung prediksi relativitas.

E. MEKANISME PENGUATAN

Deformasi plastik kristal tunggal dalam hubungannya dengan gerakan


dislokasi dan dengan mekanisme deformasi dasar untuk luncur dan untuk bentuk
kembaran kristal tunggal menggambarkan kondisi paling ideal untuk kuliah lebih
mendalam (Amanto, 1999). Penyederhanaan yang diakibatkan olch kondisi kristal
tunggal darl segi bahan membantu dalam melukiskan perflaku deformasi dalarn
kaitannya dengan kristalografl dan dengan struktur cacat. Terkecuali untuk alat
elektronik zat padat (solid-state electronic devices), kristal tunggal jarang dipakai
unluk penerapan rekayasa disebabkan olch pembatasan yang melibatkan
kekuatan, ukuran dan pembuatannya. Produk logam komersial tanpa terkecuali
tersusun darl kristal individual atau dari butir individual dalam jumlah sangat
banyak. Butir individual agregat polikristalin tidak mengalami perubahan bentuk
sesuai hukum yang relatif sederhana, yang melukiskan deformasi plastik dalam
kristal disebabkan oleh dampak penahanan butir yang mengelilinginya.

Membahas hubungan dasar perilaku dislokasi. Dari sini jelas, bahwa


kekuatan berbanding terbalik dengan mobilitas dislokasi dan bahwa dalam kristal
tunggal dengan kemurniaan tinggi terdapat sejumlah faktor yang mungkin, dapat
mempengaruhi kekuatan perilaku mekanis. Jadi, struktur kristal menentukan
jumiah dan jenis sistem luncur, menetapkan vektor Burgers dan menentukan
tegangan gesekan kisi (tegangan Peierls) yang mengatur tingkat kekuatan dasar
dan ketergantungan kekuatan dari emperatur. Dalam struktur padat, energi
salah- susun menentukan luasnya disosiasi dislokasi, yang mempengaruhi
mudahnya luncur-silang dan besarnya laju penguatan-regang selanjutnya.
Kemurnian dan metode persiapan menentukan kerapatan dan: dislokasi awal dan
substruktur. Variabel yang terbatas ini mengetengahkan kepelikan bahwa
perilaku mekanis pada umumnya tidak dapat dikaitkan sebagai fungsi regangan,
laju regangan, temperatur, dan laju tegangan dengan presisi tinggi.

Diperlukan kepelikan yang semakin besar untuk menghasilkan bahan


dengan kekuatan serta kegunaan tertinggi. Jadi butir halus sering dikehendaki
untuk kekuatan tinggi, penambahan atom-larut dalam. Jumlah besar untuk
meningkatkan kekuatan dan transformasi fase dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kekuatan.

F. BATAS BUTIR

Batas antara butir-butir dalam agregat polikristalin merupakan daerah kisi


yang terganggu dengan lebar hanya beberapa garis tengah atom. Dalam hal
umum, orientai kristalografi berubah dengan tiba-tiba melintasi perbatasan butir
dari satu butir ke butir berikutnya. Batas butir.sudut besar biasa menggambarkan
daerah salah-suai rambang (random misfit) antara kisi kristal di sekitarnya.'
Selama perbedaan dalam orientasi antara butir di kiri kanan perbatasan
berkurang, keadaan tertib di perbatasan meningkat. Untuk hal batas butir sudut
rendah, di mana perbedaan orientasi sepanjang perbatasan mungkin kurang dari
10, perbatasan terdiri dari susunan dislokasi yang teratur.

Batas butir sudut besar merupakan perbatasan dengan energi permukaan


yang agak tinggi. Umparnanya, perbatasan butir dalam. tembaga mempunyai
energi permukaan antar bidang kira-kira sebesar 600 erg/cm2, sedang energi
batas bentuk kembaran hanya kira-kira 25 erg/cm 2. Disebabkan oleh energinya
yang tinggi, batas butir merupakan tempat prefensial untuk reaksi bahan padat
(solid state reactions) seperti difusi, transformasi fase, dan reaksi pengendapan.
Energi tinggi dari batas butir biasanya mengakibatkan konsentrasi atom yang
larut lebih tinggi di perbatasan daripada di dalam butir. Ini menyulitkan
pemisahan dampak mekanis murni batas butir terhadap sifat, dari dampak yang
diakibatkan oleh segregasi ketidakmumian.

Bilamana kristal tunggal mengalami deformasi tarik kristal tersebut biasanya


bebas untuk berubah bentuk pada sistem luncur tunggal untuk bagian besar
deformasi dan kristal dapat merubah orientasinya lewat rotasi kisi ketika terjadi
perpanjangan. Tetapi, butir individual dalam benda-uji polikristalin tidak harus
mengalami sistem tegangan uniaksial tunggal, bilamana benda-uji mengalami
deformasi tarik. Dalam polikristal, kontinuitas harus dipertahankan, sehingga
batas antara kristal yang mengalami deformasi tetap tak berubah. Sekalipun tiap
butir mencoba untuk berubah bentuk dengan homogen sesuaidengan deformasi
benda-uji secara keseluruhan, keterbatasan yang dipaksakan oleh kontinuitas
menyebabkan perbedaan yang menyolok dalam deformasi antara butir-butir
berikutnyang berdekatan dan di dalam tiap butir. Kuliah tentang deformasi dalam
aluminium berbutir kasar memperlihatkan bahwa regangan di sekitar batas butir
biasanya berbeda intara butir dengan menyolok dari regangan di tengah-tengah
butir. Sekalipun regangan bersifat kontinu sepanjang perbatasan, mungkin
terdapat gradien regangan yang tajam di daerah ini.

Jika besar butir berkurang dan regangan meningkat, deformasi menjadi lebih
homogen. Disebabkan oleh keterbatasan yang dipaksakan oleh batas butir, slip
terjadi pada beberapa sistem, kendati regangan rendah. Hal ini menjadi
penyebab terjadinya slip di bidang tak padat dalam daerah dekat batas butir.
Bila garis tengah butir berkurang, lebih banyak dampak batas butir dirasakan di
tengah butir. Jadi, pengerasan regangan logam berbutir halus akan besar
daripada dalam. agregat polikristalin berbutir kasar.

Pada temperatur di atas setengah titik lumer, deformasi dapat terjadi karena
menggelincir sepanjang batas butir. Penggelinciran batas butir menjadi lebili
menonjol kalau temperatur naik dan laju regangan berkurang, seperti dalarn
creep. Pemusatan deformasi pada daerah batas-butir merupakan salah satu
sumber penting bagi patah-temperatur tinggi. Oleh karena kotoran cenderung
memisah ke batas butir, patah antar-butir (intergrannular fracture) sangat
dipengaru oleh kornposisi. Cara kasar untuk membeda-bedakan bila
penggelinciran batas-butir memegang peran ialah dengan temperatur sanw-lekat
(equicohesive temperature). Di atas temperatur ini daerah batas butir lebili lemah
daripada bagian dalarn butir dan kekuataA meningkat dengan bertambah
besarnya butir. Di bawah temperatur sama-lekat, daerah batas butir lebili kuat
dari bagian dalarn butir dan kekuatan bertambah besar dengan berkurangnya
ukuran butir (meningkatnya daerah perbatasan butir).

Mekanisme penguatan yang dibahas dalam bab ini termasuk kelompok yang
menghambat pergerakan konservatif dislokasi. Mekanisme ini berlangsung pada
temperatur sekitar 0,5 Tm, di mana Tm adalah temperatur lebur dalam derajat
Kelvin.
G. METODE MEKANISME PENGUATAN
1. PENGUATAN BUTIR (GRAIN-SIZE REDUCTION)

Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan
yang dihasilkan dengan menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar
batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan
batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari slip
yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan
yang tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru
pada butir berikutnya.

Gambar 2.1 Dislokasi butir.

Grain boundary barrier terhadap pergerakan dislokasi : Slip plane tidak


berlanjut atau mengalami perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan
butir tidak efektif dalam menahan dislokasi.Sudut yang besar dari
lapisan butir mampu menahan block slip dan meningkatkan kekuatan
pada material. Konsentrasi tegangan di ujung slip plane kemungkinan
akan memicu dislokasi baru dalam pertambahan butir. Material dengan
butir yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding butiran yang
kasar, disebabkan karena mempunyai jumlah permukaan lebih besar
pada total area lapisan butir yang akan menghambat pergerakan
dislokasi.
Gambar 2.2 Grafik perubahan Grain size terhadap yield strength
dan diameter butir pada paduan kuningan 70Cu–30 Zn.

Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam meningkatkan


ketangguhan. Dalam banyak hal, variasi yield strength dengan ukuran
butir mengacu pada persamaan Hall-Petch:

σ y = σ 0 + k y d.....................................(2.1)
Keterangan:
σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan
dislokasi pada butir.
d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang
merepresentasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi
baru pada butir berikutnya
Walaupun demikian, pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis
memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus (<10nm) akan
menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding. Diameter
ukuran butir d dapat di kontrol melalui :
a) Laju pembekuan (solidification),
b) Deformasi plastis,
c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat
diperoleh dengan kombinasi dari proses pengerjaan panas dan
pendinginan terkendali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal
ini ukuran butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar
deformasi dalam suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

Pengukuran Ukuran-Butir

Ukuran-butir diukur dengan mikroskop cahaya dengan menghitung


jumlah butir pada luas yang ditentukan, dengan menentukan jumlah butir (atau
batas butir) yang berpotongan dengan panjang garis sembarang yang diketahui,
atau dengan membandingkannya dengan kartu (chart) ukuran butir baku.
Sebagian besar pengukuran ukuran-butir memerlukan pemisalan relatif terhadap
bentuk dan distribusi ukuran butir dan karena itu, harus ditafsirkan dengan hati-
hati. Seperti yang ditunjukkan oleh De Hoff dan Rhines,' teknik yang paling
mudah penerapannya ialah teknik yang menyediakan informasi struktur yang
dapat memberikan korelasi dengan data sifat (property data) dan yang dapat
dilaksanakan dengan pengukuran relatif sederhana pada permukaan yang
dipoles.

Sebagian besar pengukuran ukuran-butir bertujuan urituk mencari hubungan


antara batas-butir dengan sifat mekanis spesiflk. Jadi, pengukuran batas butir
tiap satuan volume Sv, ialah parameter yang berguna. Smith dan Guttman'
memperlihatkan bahwa Sv dapat dihitung tanpa permsalan yang berkaitan
dengan bentuk butir dan distribusi ukuran dari pengukuran jumlah rata-rata
intersep garis uji rambang dengan batas butir tiap panjang satuan garis uji NL.

Sv = 2NL

Kalau dari Sv diperlukan garis tengah butir rata-rata D, garis tengah ini dapat
diperoleh dengan memisalkan bahwa butir berbentuk bulat dan berukuran
konstan dan mencatat bahwa tiap perbatasan terbagi rata oleh dua butir yang
berdekatan
Banyak kajian telah mempergunakan panjang intersep rata-rata garis uji
rambang sebagai ukuran besamya butir. Penentuan ini dibuat dengan membagi
panjang total garis uji oleh jumlah butir yang dipotong-silang.

Metode yang lazim digunakan untuk mengukur ukuran-butir di Amerika Serikat


ialah membandingkan butir pada pernbesaran yang ditentukan dengan kartu
ukuran butir American Society for Testing and Materials (ASTM). Hubungan
antara bilangan ukuran butir ASTM n dan N*, yaitu jurnlah butir tiap inci kuadrat
pada pernbesaran 100 X dinyatakan oleh persamaant berikut: N* = 2 n-1

2. PENGERASAN REGANGAN (STRAIN-HARDENING)

Strain hardening (pengerasan regangan) adalah penguatan logam untuk


deformasi plastik (perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali
seperti semula). Penguatan ini terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur
kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan oleh slip (pergeseran) pada
bidang kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip ditentukan dengan
pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip kristal serempak bergeser,
maka gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal terdapat cacat kisi yang
dinamakan dislokasi. Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang
menyebabkan deformasi dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil. Kalau
kristal dipotong menjadi pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka akan
terlihat di bawah mikroskop elektron, sejumlah cacat yang disebut dislokasi.
Dislokasi merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan bahan berkristal.
Karena adanya tegangan dari luars, dislokasi akan bergerak kepermukaan luar,
sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak dislokasi bereaksi satu sama lain.
Hasil reaksi ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit bergerak. Yang sulit
bergerak berfungsi sebagai sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi).
Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi. Semakin tinggi kerapatan dislokasi,
maka semakin sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam akan naik.
Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi selama pengujian tarik.
Pada proses uji tarik regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik,
kekuatan mulur dan kekerasannya akan meningkat pula sedangkan massa jenis
dan hantaran listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya
keuletan. Kristal logam mempunyai kekhasan dalam keliatan yang lebih besar
dan pengerasan yang luar biasa. Sebagai contoh, kekuatan mulur baja lunak
sekitar 180 MPa dan dapat ditingkatkan sampai kira – kira 900 MPa oleh
pengerasan regangan Inilah yang melatarbelakangi mengapa mekanisme
pengerasan logam merupakan sesuatu yang berguna.
Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik mulur didapat dengan
jalan membagi beban oleh luas penampang asal batang uji, biasanya dipakai
pada perencanaan mesin – mesin. Tegangan ini dinamakan tegangan teknis atau
tegangan nominal. Ketika deformasi bertambah, maka luas penampang batang
uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan dapat dinyatakan dalam tegangan
sebenarnya. Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang dinyatakan dalam
tegangan teknis atau tegangan nominal sering dipakai dalam bidang teknik.
Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya didekati oleh
persamaan

ε’ = ln ( l / lo )
ε’ = ln ( 1 + ε )
σ’ = K ε’ n........................................(2.2)
Keterangan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran
pengerasan) 1 = koefisien kekuatan
K=
konstanta n =
konstanta
ε’ =regangan sebenarnya
ε = regangan teknik
σ’= tegangan
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan
deformasi tertentu.

3. PENGUATAN LARUTAN PADAT

Paduan umumnya logam paduan lebih kuat dibandingkan dengan logam


murni, karena impuritas atom yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan
tegangan kisi di sekeliling atom induknya. Interstisial atau impuritas substitusi
dalam sebuah larutan akan mengakibatkan regangan kisi. Dan hasilnya impuritas
ini akan berinteraksi dengan bidang dislokasi regangan dan menghambat
pergerakan dislokasi. Impuritas cenderung menyebar dan memisah di sekitar inti
(core) dislokasi untuk menemukan atom yang sesuai dengan radiusnya. Hal ini
akan menurunkan tegangan energi keseluruhan dan “jangkar” dislokasi.

Gambar 2.3 Pergerakan inti dislokasi menjauh dari gerakan impuritas ke


daerah kisi dimana tegangan atom lebih besar (daerah tegangan
dislokasi yang tidak terkompensasi oleh impuritas atom).
Gambar 2.4 Impuritas penyebab dislokasi.

Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih besar cenderung untuk


menyebar ke area tegangan sekitar dislokasi yang menyebabkan
penghapusan impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 2.5 Grafik perbandingan konsentrasi Nikel terhadap Tensile


Strength dan Elongation.

4. PENGUATAN PRESIPITASI

Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan , menyediakan salah satu


mekanisme yang paling banyak digunakan untuk penguatan paduan logam.
Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini didirikan pada awal bekerja di US
Bureau of Standards on Duralumin. Pentingnya saran teoritis untuk
pengembangan paduan baru jelas dari catatan sejarah . Pada akhir abad ke-19 ,
besi cor adalah satu-satunya paduan komersial yang penting belum diketahui
teknologi barat pada zaman Romawi . Ketika usia pengerasan aluminium
ditemukan secara tidak sengaja oleh Wilm , selama tahun-tahun 1903 -1911 ,
dengan cepat menjadi paduan komersial yang penting di bawah nama dagang
Duralumin .Kekuatan dan kekerasan dari beberapa paduan logam dapat
ditingkatkan dengan pembentukan seragam tersebar sangat kecil partikel fase
kedua dalam fase matriks asli dalam proses yang dikenal sebagai presipitasi atau
usia pengerasan . Partikel endapan bertindak sebagai hambatan untuk gerakan
dislokasi dan dengan demikian memperkuat paduan dipanaskan . Banyak paduan
aluminium berbasis , tembaga - timah , baja tertentu , nikel berbasis super-
paduan dan paduan titanium dapat diperkuat dengan proses pengerasan usia .
Agar sistem paduan untuk dapat menjadi presipitasi-diperkuat, harus ada
solusi yang solid terminal yang memiliki kelarutan padat menurun karena
penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin adalah paduan aluminium kelompok 2XXX)
Dalam upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan ini , Paul D. Merica
dan rekan -rekannya mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan panas
pada kekerasan alloy dan pengaruh komposisi kimia pada kekerasan . Di antara
yang paling penting dari temuan mereka adalah pengamatan bahwa kelarutan
CuAl2 dalam aluminium meningkat dengan meningkatnya suhu .

Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab untuk pengerasan


ternyata terlalu kecil untuk diamati secara langsung , pemeriksaan optik mikro
memberikan identifikasi beberapa tahapan lain yang hadir . Para penulis
melanjutkan untuk mengembangkan penjelasan mendalam untuk perilaku
pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model yang tak terhitung yang
modern paduan kekuatan tinggi telah dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori Duralumin asli :


a) Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena hubungan - suhu
kelarutan konstituen pengerasan dalam aluminium.
b) Konstituen pengerasan adalah CuAl2.
c) Pengerasan disebabkan oleh pengendapan konstituen dalam
bentuk
lain daripada dispersi atom , dan mungkin dalam bentuk molekul ,
koloid atau kristal halus.
d) Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap berkaitan
dengan ukuran partikel nya .

Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga langkah dasar :


a) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing , adalah langkah pertama
dalam proses presipitasi - pengerasan di mana paduan dipanaskan
di atas suhu solvus dan direndam di sana sampai larutan padat
homogen ( α ) diproduksi . Presipitat θ dilarutkan dalam langkah ini
dan setiap segregasi hadir dalam paduan asli berkurang .
b) Quenching adalah langkah kedua di mana α padat didinginkan
secara cepat membentuk larutan padat jenuh dari αSS yang berisi
kelebihan tembaga dan bukan merupakan struktur keseimbangan .
Atom tidak punya waktu untuk berdifusi ke situs nukleasi potensial
dan dengan
demikian presipitat θ tidak membentuk .
c) Aging adalah langkah ketiga dimana α jenuh , αSS , dipanaskan di
bawah suhu solvus untuk menghasilkan endapan terdispersi halus .
Atom berdifusi hanya jarak pendek pada suhu penuaan ini. Karena
α jenuh tidak stabil , atom tembaga ekstra menyebar ke berbagai
situs nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan endapan
terdispersi halus dalam paduan adalah tujuan dari proses presipitasi
- pengerasan . Presipitat baik dalam paduan menghambat
pergerakan dislokasi dengan memaksa dislokasi baik memotong
melalui partikel yang diendapkan atau pergi di sekitar mereka .
Dengan membatasi gerakan dislokasi selama deformasi , paduan
diperkuat .
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan logam tersebut ada
yang didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi perlakuan yang
dapat menguatkan logam. Penguatan pada logam merupakan sebuah
perlakuan untuk menambahkan sifat logam menjadi sifat yang lebih baik
dibandingkan sifat aslinya. Penguatan pada logam dapat dilakukan dengan
cara Grain-size reduction (penghalusan butir), Solid-solution alloying (paduan
larutan padat) dan Strain hardening (pengerasan tegangan).

Penguatan pada logam tersebut dilakukan supaya produsen mendapatkan


keuntungan yang lebih baik dan konsumen juga mendapatkan kualitas yang
lebih baik dari sifat asli logam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amanto, Hari, dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Surdia.T,. Saito, S. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Cetakan ke-5
Pradnya Paramita.
R. E Smallman, R. J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
R. E Smasllman. 1991. Metalurgi Fisik Modern, Jakarta: PT. Gramedia. Hadi,
Syamsul. 2016. Teknologi Bahan Ed, 1, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Bolton, W. (William). 1998. Enggineering Materials Technology-2Rev. Ed. 1
Materials I. Title 620.11
22

Anda mungkin juga menyukai