FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DISLOKASI
B. JENIS DISLOKASI
1. Dislokasi Pinggir
Dislokasi pinggir atau dislokasi garis/sisi yaitu dimana terdapat sebuah
bidang atom extra atau setengah bidang atom, dan sisinya berakhir ditengah-
tengah (di dalam) kristal. Skema Diagram (kisi pesawat) menunjukkan dislokasi
sisi. Vektor Burgers hitam, garis dislokasi dengan warna biru.
2. Dislokasi Ulir
Dislokasi sekrup (screw) atau ulir adalah dislokasi yang terjadi karena
gaya geser dimana bagian atas depan kristal bergeser ke kanan sebesar satu
atom terhadap bagian bawah Skema Diagram (kisi pesawat) menunjukkan
Dislokasi Ulir.
Gambar 2.1. Dislokasi: (a) Sekrup, dan (b) Campuran (Bolton, 1998: 110)
3. DISLOKASI CAMPURAN
Dislokasi campuran adalah dislokasi pada material dimana terdapat kedua
jenis dislokasi diatas. Dalam banyak bahan, dislokasi dapat ditemukan di mana
garis arah dan Burgers vektor yang tidak tegak lurus atau paralel dan dislokasi ini
disebut dislokasi campuran, yang terdiri dari karakter ulir dan karakter tepi.
Sejarah dislokasi adalah salah satu kisah sukses besar fisika, sebagaimana
diterapkan pada ilmu material. Awal Kehidupan sebagai konstruksi teoretis murni
dalam matematika, dengan aplikasi praktis yang tidak jelas untuk apa saja,
konsep dislokasi pertama praktis menikmati keberhasilan ketika ditemukan
bahwa hal itu bisa menjelaskan perbedaan besar antara teori dan kekuatan nyata
padat "Semua perbedaan","antara mencoba slide seluruh karpet, atau
mendorong sebuah kerut di atasnya. Pengamatan pertama dislokasi, dengan
menggunakan mikroskop elektron, pasti memuaskan seperti konfirmasi cahaya
melengkung prediksi relativitas.
E. MEKANISME PENGUATAN
F. BATAS BUTIR
Jika besar butir berkurang dan regangan meningkat, deformasi menjadi lebih
homogen. Disebabkan oleh keterbatasan yang dipaksakan oleh batas butir, slip
terjadi pada beberapa sistem, kendati regangan rendah. Hal ini menjadi
penyebab terjadinya slip di bidang tak padat dalam daerah dekat batas butir.
Bila garis tengah butir berkurang, lebih banyak dampak batas butir dirasakan di
tengah butir. Jadi, pengerasan regangan logam berbutir halus akan besar
daripada dalam. agregat polikristalin berbutir kasar.
Pada temperatur di atas setengah titik lumer, deformasi dapat terjadi karena
menggelincir sepanjang batas butir. Penggelinciran batas butir menjadi lebili
menonjol kalau temperatur naik dan laju regangan berkurang, seperti dalarn
creep. Pemusatan deformasi pada daerah batas-butir merupakan salah satu
sumber penting bagi patah-temperatur tinggi. Oleh karena kotoran cenderung
memisah ke batas butir, patah antar-butir (intergrannular fracture) sangat
dipengaru oleh kornposisi. Cara kasar untuk membeda-bedakan bila
penggelinciran batas-butir memegang peran ialah dengan temperatur sanw-lekat
(equicohesive temperature). Di atas temperatur ini daerah batas butir lebili lemah
daripada bagian dalarn butir dan kekuataA meningkat dengan bertambah
besarnya butir. Di bawah temperatur sama-lekat, daerah batas butir lebili kuat
dari bagian dalarn butir dan kekuatan bertambah besar dengan berkurangnya
ukuran butir (meningkatnya daerah perbatasan butir).
Mekanisme penguatan yang dibahas dalam bab ini termasuk kelompok yang
menghambat pergerakan konservatif dislokasi. Mekanisme ini berlangsung pada
temperatur sekitar 0,5 Tm, di mana Tm adalah temperatur lebur dalam derajat
Kelvin.
G. METODE MEKANISME PENGUATAN
1. PENGUATAN BUTIR (GRAIN-SIZE REDUCTION)
Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan
yang dihasilkan dengan menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar
batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan
batas butir per unit volume dan mengurangi garis edar bebas dari slip
yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan tegangan
yang tinggi untuk membuka atau menghasilkan suatu dislokasi baru
pada butir berikutnya.
σ y = σ 0 + k y d.....................................(2.1)
Keterangan:
σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan pergerakan
dislokasi pada butir.
d adalah diameter butir dan k adalah suatu konstanta yang
merepresentasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi
baru pada butir berikutnya
Walaupun demikian, pengaruh ukuran butir terhadap sifat mekanis
memiliki batasan dimana butir yang terlalu halus (<10nm) akan
menurunkan sifat mekanis akibat grain boundary sliding. Diameter
ukuran butir d dapat di kontrol melalui :
a) Laju pembekuan (solidification),
b) Deformasi plastis,
c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat
diperoleh dengan kombinasi dari proses pengerjaan panas dan
pendinginan terkendali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal
ini ukuran butir dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar
deformasi dalam suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.
Pengukuran Ukuran-Butir
Sv = 2NL
Kalau dari Sv diperlukan garis tengah butir rata-rata D, garis tengah ini dapat
diperoleh dengan memisalkan bahwa butir berbentuk bulat dan berukuran
konstan dan mencatat bahwa tiap perbatasan terbagi rata oleh dua butir yang
berdekatan
Banyak kajian telah mempergunakan panjang intersep rata-rata garis uji
rambang sebagai ukuran besamya butir. Penentuan ini dibuat dengan membagi
panjang total garis uji oleh jumlah butir yang dipotong-silang.
ε’ = ln ( l / lo )
ε’ = ln ( 1 + ε )
σ’ = K ε’ n........................................(2.2)
Keterangan:
n = eksponen pengerasan regangan (ukuran
pengerasan) 1 = koefisien kekuatan
K=
konstanta n =
konstanta
ε’ =regangan sebenarnya
ε = regangan teknik
σ’= tegangan
K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh jenis bahan dan keadaan
deformasi tertentu.
4. PENGUATAN PRESIPITASI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat
dibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan logam tersebut ada
yang didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi perlakuan yang
dapat menguatkan logam. Penguatan pada logam merupakan sebuah
perlakuan untuk menambahkan sifat logam menjadi sifat yang lebih baik
dibandingkan sifat aslinya. Penguatan pada logam dapat dilakukan dengan
cara Grain-size reduction (penghalusan butir), Solid-solution alloying (paduan
larutan padat) dan Strain hardening (pengerasan tegangan).
Amanto, Hari, dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Surdia.T,. Saito, S. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Cetakan ke-5
Pradnya Paramita.
R. E Smallman, R. J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
R. E Smasllman. 1991. Metalurgi Fisik Modern, Jakarta: PT. Gramedia. Hadi,
Syamsul. 2016. Teknologi Bahan Ed, 1, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Bolton, W. (William). 1998. Enggineering Materials Technology-2Rev. Ed. 1
Materials I. Title 620.11
22