Anda di halaman 1dari 31

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak menggunakan alat sebagi media yang
membantu manusia dalam mempermudah aktivitas. Seiring berjalannya waktu, penggunaan
dan permintaan alat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk pembuatan alat
diperlukan suatu rangkaian material. Material yang digunakan dalam pembuatan alat
memiliki kekuatan tarik yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Oleh karena itu, untuk
mengetahui nilai kekuatan pada material, diperlukan adanya identifikasi dengan melakukan
pengujian pada bahan uji, salah satunya adalah pengujian tarik.
Dalam pengujian kuat tarik, material akan diuji menggunakan bantuan alat uji tarik yaitu,
universal testing machine (UTM). Menurut Simbaye (2016) mengatakan bahwa Unviersal
testing machine (UTM) adalah peralatan umum yang digunakan untuk pengujian tarik, yang
menguji tegangan bahan, kompresi, atau pembengkokan. Dengan melakukan pengujian tarik
tersebut, makadapat diketahui kekuatan tarik dan nilai tegangan-regangan suatu bahan
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Pembuatan laporan praktikum ini bertujuan untuk menyelesaikan penugasan praktikum
dari mata kuliah Kekuatan Bahan, Kelas E, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini, yakni
melatih mahasiswa agar dapat mengetahui dan menganalisa besar nilai kuat tarik pada
benda uji, serta penggunaan dari alat universal testing machine (UTM). Selain itu,
mahasiswa juga dilatih agar dapat membuat grafik sesuai dengan hasil yang didapat dari
praktikum. Sehingga, nantinya mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah didapat baik di
lingkungan perkuliahan ataupun di lingkungan masyarakat kedepannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum “Pengujian Tarik” yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip pengujian tarik uniaksial.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan beban (load) - pertambahan panjang
(extension) dan hubungan Tegangan (stress) - regangan (strain).
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi kekuatan tarik ultimate (ultimate tensile strength),
kekuatan yield (yield strength), % perpanjangan (elongation), regangan patah
(fracture strain), rasio Poisson, dan modulus elastisitas dari material uji tarik yang
dibebani uniaksial.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik deformasi dan karakteristik patah
material yang berbeda.
BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Universal Testing Machine


Menurut Simbeye (2016), mengatakan bahwa the Universal Testing Machine is a
common piece of equipment used for tensile testing, which tests materials in tension,
compression, or bending. Berdasarkan Kutipan tersebut, dijelaskan bahwa, unviersal
testing machine (UTM) adalah peralatan umum yang digunakan untuk pengujian tarik,
yang menguji tegangan bahan, kompresi, atau pembengkokan. Sedangkan menurut
Huerta, et al. (2010), mengatakan bahwa The testing machine was designed to
determine the stress strain curves of material. Yang berarti bahwa, testing machine
didesain atau dibuat untuk menentukan kurva tegangan-regangan dari material. Adapun
prinsip kerja dari unviersal testing machine (UTM) (Pranata, et al. 2014), yaitu:
a. Mesin, yang berfingsi untuk menggerakkan benda uji keatas sesuai dengan
beban yang diaplikasikan pada benda uji.
b. Posisi Benda Uji, yaitu tempat benda uji diletakkan yang akan berdeformasi
secara vertikal saat mesin dijalankan.
c. Dudukan, berfungsi untuk menahan benda uji agar tetap pada posisinya. Dengan
adanya dudukan, maka benda uji akan mengalami perpendekan.

2.2 Baja ST41


Baja merupakan bahan/material yang banyak dipakai dalam pembuatan alat dan
mesin. Baja terdiri dari banyak jenis, salah satunya yaitu baja ST41. Menurut Wiryo
Sumarto (2004) yang dikutip dalam Kurniawan, et al. (2014), baja ST41 adalah baja yang
memiliki kadar karbon 0,16 %, karena kadar karbonya kurang dari 0,30 % maka baja ini
termasuk golongan baja karbon rendah dan mempunyai regangan sebesar 36-24 %.
Sedangkan menurut Nofri, et al. (2017), baja ST41 merupakan salah satu dari golongan
baja karbon rendah dimana baja ini memiliki kombinasi sifat mekanik yang baik seperti :
kekerasan, keuletan, dan ketangguhan yang baik. Besar kecilnya unsur karbon yang
terkandung dalam baja, secara pasti akan mempengaruhi kualitas baja dan kekuatan
baja yang dibutuhkan.

2.3 Standar Pengujian ASTM


Standar pengujian ASTM merupakan acuan yang telah ditetapkan dalam
pengujian kuat bahan, yang terdiri dari beberapa kode sesuai dengan bahan ujinya.
Menurut Lestari, et al (2018), ASTM (American Society for Testing and Material) E8-04
merupakan standar yang digunakan dalam pengujian tarik tulangan baja, dimana baja
harus dibentuk sesuai dengan spesimen standar yaitu dibubut untuk menghilangkan
sirip/ulir serta direduksi penampangnya pada daerah tertentu di tengah spesimen.
Adapun standar kriteria spesimen dari ASTM E8-04 yang dikutip dari Margareta, et al
(2019), seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Spesimen ASTM E8-04


2.4 Kelenturan Dan Macam-Macam Deformasi
Kelenturan merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi
plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut
lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila
kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle). Selama pemberian beban, sebelum
putus, objek akan menjalani dua fasa deformasi, yaitu:
a. Deformasi Elastis
b. Deformasi Plastis
Deformasi Plastis yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan
semula. Sedangkan deformasi elastis terjadi bila material diberi beban gaya berupa gaya
tarik, maka mengakibatkan benda akan bertambah panjang, sebaliknya bila beban
berupa gaya tekan maka mengakibatkan benda menjadi pendek (Zuchry, 2011). Apabila
beban yang diberi pada suatu material bertambah secara kontinyu maka deformasi juga
akan berlangsung secara kontinyu, hingga akhirnya material tersebut putus. Pada fasa
elastis, deformasi yang terjadi akan berbanding lurus (linier) dengan kenaikan beban,
sesuai dengan hukum Hooke, dan deformasi ini tidak bersifat permanen (Muchiar, et al
2016)

2.5 Hubungan Tegangan dan Regangan


Ketika suatu material diberi beban tarik, maka material tersebut akan
menghasilkan regangan dan tegangan. Regangan dan tegangan memiliki hubungan
yang mencirikan sifat bahan untuk tingkat pembebanan yang masih dalam batas
tertentu, dan terdapat hubungan yang proposional antara komponen tegangan dan
komponen regangan yang berpasangan. Menurut Blatt (1986) yang dikutip dalam Souisa
(2011), hubungan antara tegangan dan regangan mengikuti hukum Hooke untuk
elastisitas, dalam batas (limit) elastik suatu benda, dan hal ini menunjukkan bahwa
tegangan berbanding lurus dengan regangan. Semakin tinggi mutu beton maka akan
semakin tinggi kurva tegangan-regangan yang dihasilkan (Rizkiani, 2019).

2.6 Elastisitas
Setiap material memiliki jenis dan tingkat elastisitas yang berbeda. Tingkat
elastisitas tersebut akan mempengaruhi kekuatan pada material. Semakin besar tingkat
elastisitas yang dimiliki oleh material, maka semakin kuat pula material tersebut. Menurut
Souisa (2011), elastisitas adalah sifat benda yang berdeformasi untuk sementara, tanpa
perubahan yang permanen, yaitu sifat untuk melawan deformasi yang terjadi. Sebuah
benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk
dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula. Sedangkan Menurut Rimpung, et al.
(2017), elastisitas yaitu; Jika batang ditarik dan mengalami regangan tetapi bila beban
dihilangkan batang kembali seperti semula, maka hal ini dikatakan.

2.7 Kekuatan Ultimate (Ultimate Strength) dan Kekuatan Yield (Yield Strength)
Kekuatan maksimum atau kekuatan tarik adalah tegangan maksimum yang dapat
dicapai pada diagram tegangan regangan. Menurut Rimpung, et al. (2017), ultimate
tensile strength (kekuatan tarik ultimate) adalah tegangan nominal maksimum yang
dapat ditahan oleh batang uji sebelum patah disebut tegangan tarik, yaitu merupakan
perbandingan antara beban maksimum yang dicapai selama percobaan tarik dan
penampang mula-mula. Pengujian tarik pada umumnya menghasilkan parameter
kekuatan tarik (ultimate strength) maupun kekuatan yield (yield strength). Kekuatan yield
yield (yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan deformasi elastis ke
plastis (Wulur, et al. 2019). Menurut Sari (2010), tegangan pada titik yield didefinisikan
sebagai tegangan pada kurva stress-strain dimana terjadi penambahan renggangan
tanpa ada pertambhan tegangan. Titik yield dapat ditentukan mudah pada kurva,
biasanya kemiringan kurva adalah nol (dσ/dε = 0).

2.8 Regangan Patah (Fracture Strain)


Menurut Sujito et al. (2014) yang dikutip dalam Rohmawati et al. (2017),
regangan maksimum menunjukkan nilai keuletan atau besarnya deformasi plastis yang
dimiliki bahan pada saat bahan tersebut patah. Sedangkan menurut Seng (2018),
regangan patah (δ atau A) adalah perpanjangan batang atau material uji setelah putus
yang dinyatakan dalam persen dari panjang awal material. Regangan ini sama dengan
jumlah regangan tetap dan regangan plastis.

2.9 Prinsip Pengujian Tarik Uniaksial


Dalam melakukan pengujian tarik, dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah
satunya yaitu pengujian tarik uniaksial. Pada pengujian tarik uniaksial atau uji satu arah,
benda uji diberi beban atau gaya tarik pada satu arah dan gaya yang diberikan
bertambah besar secara kontinu. Pada saat bersamaan benda uji akan bertambah
panjang dengan bertambah gaya yang diberikan (Salindeho, 2013).

2.10Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Tarik


Kekuatan tarik merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau
patah. Besar kecilnya penurunan kekuatan tarik pada material tergantung pada
besarnya beban yang diberikan material tersebut. Menurut Kurniawan (2014), posisi
pengelasan memberikan pengaruh yang nyata pada hasil kekuatan tarik. Sedangkan
menurut Regar et al. (2014), faktor yang mempengaruhi kuat tarik belah pada material
uji, yaitu:
a. Pengaruh ukuran,
b. Pengaruh rasio diameter spesimen-ukuran agregat,
c. Pengaruh rasio panjang-diamater,
d. Pengaruh kondisi kelembaban benda uji, dan
e. Pengaruh karakteristik mesin uji.
BAB 3 METODE

3.1 Alat Bahan Dan Fungsi


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Specimen sebagai bedan uji.
2. Penggaris untuk mengukur panjang dari spesimen.
3. Jangka sorong untuk mengukur diameter dari spesimen.
4. Universal Testing Machine (UTM) sebagai alat uji tarik.
5. Komputer sebagai perangkat pengolah data.

Adapun bagian-bagian dari Universal Testing Machine (UTM), yaitu:


1. Tombol ON/OFF untuk menyalakan dan mematikan mesin.
2. Motor Servo, yang berfungsi untuk menjalankan mesin.
3. Lampu indikator, untuk mengindikasi mesin sedang menyala atau mati.
4. Tombol bahaya, yang berfungsi untuk menghentikan proses pengujian ketika terdeteksi
adanya bahaya.
5. Compression Test, berfungsi sebagai alat uji tekan.
6. Rahang Dinamis dan Rahang Statis, berfungsi sebagai alat uji tarik.
7. Pencengkram, sebagai alat untuk mencengkram bahan uji. Terdapat 2 jenis
pencengkram yaitu, pencengkram untuk specimen yang berbentuk rectangle dan
spesimen yang berbentuk turbuler.
8. Tuas, yang berfungsi untuk membuka dan menutup pencengkram.
9. Manual Control, berfungsi untuk menaik turunkan rahang dinamis.
10. Kerangka UTM, berfungsi untuk menumpu dan menyangga bagian-bagian dari mesin.

3.2 Alat dan Bahan


3.3 Cara Kerja

Menyiapkan Alat dan Bahan

Menyalakan Komputer dan Aplikasi Yang Akan


Dipakai

Memasang Spesimen Pada Rahang Statis dan


Dinamis Dengan Holder Rapat

Mengklik Start Pada Aplikasi di


Komputer

Spesimen Mengalami Deformasi


(Patah)

Menyimpan Data

Hasil
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Grafik

Hubungan Strain dan Stress


0.6

f(x) = 4.17 x + 0.13


0.5 R² = 0.5

0.4
Stress

0.3

0.2

0.1

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

Strain

Hubungan Defor dan Load


70
f(x) = 3.3 x + 15.38
60 R² = 0.5

50

40
Load

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Defor

4.2 Data Hasil Praktikum


Tabel Hasil Tensile Test
Diameter Awal (mm) 12,5 mm
Diameter Ahkir (mm) 5.2 mm
Panjang Awal (mm) 100 mm
Panjang Ahkir (mm) 107 mm
Cross Sectional Area (mm2) 122,65625 mm2
Gage Length (mm) 50 mm
Modulus Young (Gpa) 0,4696678 Gpa
Load at Yield Point (N) 64
Yield Strength (Mpa) 122,65625 Mpa
Maximum Load (N) 64,2 N
Ultimater Strength (Mpa) 0,5234140127388535 Mpa
% Elongation 7%
% Area Reduction 82,69%

a. Cross Section Area


1
A0 = π r2
4
1
= (3,14) (12,5)2
4
= 122,65625 mm

b. % Elongation
L1−L 0
= ×100%
L0
107 mm−100 mm
= ×100%
100 mm
=7%

c. % Reduction
A 1−A 0
= ×100%
A0
= 122,65623 mm2

d. Modulus Young
Y 2−Y 1
=
λ 1−λ 2
0,520805−0,002283
=
0,0489110−0,0000568
= 0,4696678

e. Yield Strength
Py
Ϭy =
A0
64,2
=
122,65625

f. Ultimate Strength
P max
Ϭu =
A0
64,2
=
122,65625
= 0,52341401277388535
4.3 Analisa Data
Sebelum melakukan pengujian kuat tarik, dilakukan perhitungan dimensi pada besi,
yaitu; diameter awal dan panjang awal dari besi. Sehingga dari hasil perhitungan, maka
diketahui diameter awal besi sebesar 12,5 mm dan panjang awal besi sebesar 100 mm.
Hasil perhitungan tersebut akan digunakan pada pengujian tarik pada benda uji.
4.4 Analisa Grafik
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapat 2 (dua) buah grafik yakni hubungan
strain-stress dan hubungan deformasi-load.
a. Hubungan strain-stress
Pada grafik hubungan strain-stress, terdapat 4 fase pada baja sebelum
mengalami patah. Fase pertama yaitu fase elastis, dimana pada fase ini besi sebagai
benda uji mengalami kenaikan regangan dan tegangan sehingga membentuk garis
lurus (linier) keatas pada grafik hingga sampai pada titik luluhnya. Yang kedua yaitu
fase yield, dimana besi sebagai benda uji mengalami pertambahan regangan tanpa
pertambahan tegangan. Pada fase ketiga yaitu fase strain hardening, dimana pada fase
ini terjadi pertambahan tegangan pada besi seiring adanya pertambahan regangan
hingga sampai pada kuat tarik maksimum yang dimiliki besi tersebut. Dan yang terakhir
yaitu fase necking, dimana pada fase ini terjadi penurunan dari nilai tegangan seiring
bertambahnya regangan dan pada akhirnya terjadi fracture (bahan uji patah).
b. Hubungan Deformasi-Load
Pada grafik hubungan deformasi-gaya, terdapat 2 fase. Fase pertama adalah fase
dimana bahan uji diberi gaya berupa gaya tarik. Dalam fase tersebut, bahan uji yang
diberi gaya akan mengalami peningkatan pada deformasi. Dan pada fase kedua, dimana
deformasi pada benda uji terus meningkat dan telah mencapai titik deformasi maksimum,
sehingga benda uji akan mengalami fracture.

4.5 Analisa Perhitungan


Pada Praktikum yang telah dilakukan menggunakan universal testing machine (UTM),
maka didapat perubahan diameter dan panjang pada besi, yaitu; diameter akhir sebesar 5,2
mm dan panjang akhir besi sebesar 107 mm. serta dapat diketahui nilai kekuatan uji tarik
dari besi tersebut, yaitu; cross sectional area sebesar 122,65625 mm2, gage length sebesar
50 mm, modulus young sebesar 0,4696678 Gpa, Load at Yield Point sebesar 64 N, Yield
Strength sebesar 122,65625 Mpa, Maximum Load sebesar 64,2 N, Ultimater Strength
sebesar 0,5234140127388535 Mpa, % Elongation sebesar 7 %, dan % Area Reduction
sebesar 82,69%.

4.6 Pebandingan dengan Literatur


Pada grafik hubungan stress-strain yang dilakukan pada pengujian kuat tarik, dapat
dilihat bahwa tegangan dan regangan memiliki hubungan yang berbanding lurus yang di
buktikan dari kurva yang membentuk garis. Ketika regangan meningkat, maka tegangan juga
meningkat. Menurut Blatt yang dikutip dari Souisa (2011) menyatakan bahwa hubungan
antara tegangan dan regangan mengikuti hukum Hooke untuk elastisitas, yakni dalam batas
(limit) elastik suatu benda, dan hal ini menunjukkan bahwa tegangan berbanding lurus
dengan regangan. Oleh karena itu, hasil yang didapat terbukti dengan perbandingan literatur
yang digunakan.
Sedangkan, pada grafik hubungan deformasi-load juga menunjukkan bahwa beban dan
deformasi memiliki hubungan yang berbanding lurus. Saat melakukan uji tarik, semakin besar
gaya yang diberikan, maka semakin besar deformasi pada bahan uji. Terbukti berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Deskarta, et al (2013) menyatakan bahwa nilai dari beban
akan terus membesar seiring dengan bertambahnya deformasi sampai deformasi yang besar
melebihi gaya yang diberikan.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kualitas suatu bahan dapat diketahui melalui pemberian gaya pada benda tersebut,
salah satunya yaitu gaya tarik dengan melakukan pengujian tarik. Dalam pengujian kuat
tarik, material yang digunakan yaitu baja ST41 dan akan diuji menggunakan bantuan alat uji
tarik yaitu, universal testing machine (UTM). Dalam pengujian kekuatan tarik, material baja
akan melewati beberapa vase hingga akhirnya mengalami patah. Dengan melakukan
pengujian tarik tersebut, maka dapat diketahui kekuatan tarik dan nilai tegangan-regangan
suatu bahan. Sehingga dapat diketahui kualitas suatu bahan dan kekuatan yang dimiliki
material tersebut, yang nantinya dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan
kebutuhan yang ada.

5.2 Kritik dan Saran


Adapun kritik serta saran yang dapat saya berikan yaitu, agar saat melakukan pengamatan
spesimen dapat dilakukan dengan baik, sehingga tidak terjadi kesalahan dan perbedaan
yang jauh dari hasil praktikum dengan hasil perhitungan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Huerta, E., Conora, J. E., Olivia, A. I. 2010. Universal Testing Machine For Mechanical
Properties Of Thin Materials. Revista Mexicana De Fisica. 56(4): 317-322.
Kurniawan, A. S., Solichin., Puspitasari, Rr. P. 2014. Analisa Kukuatan Tarik Dan Struktur Mikro
Pada Baja St.41 Akibat Perbedaan Ayunan Elektroda Pengelasan SMAW. Jurnal Teknik
Mesin. (2): 1-12.
Lestari, L. N., Sitorus, M. S., Lie, H. A., Tudjono, S. 2018. Analisa Eksperimental Dampak
Perbedaan ASTM dan SNI terhadap Pengujian Tarik Baja Tulangan. Konferensi Nasional
Teknik Sipil 12. 1-7.
Margareta, M., Qofi, F., Soejitno. 2019. Analisa Kekuatan Tarik dan Cacat Pengelasan Butt Join
dengan pengelasan SMAW Posisi 3G Vertical Up dan Vertical Down Material Baja ASTM
A36. Seminar Nasional Kelautan XIV. 37-43.
Muchiar., Mahmud, K. 2016. Penelitian Terhadap Deformasi Pada Paduan Aluminium Tipe
A5083P-O Dengan Teknik Interferometri Optik. Jurnal Teknologi. 8(2): 81-84.
Nofri, M., Taryana, A. 2017. Analisis Sifat Mekanik Baja SKD 61 Dengan Baja ST 41 Dilakukan
Hardening Dengan Variasi Temperatur. BINA TEKNIKA. 13(2): 188- 199.
Pranata, Y. A., Suryoatmono, B. 2014. Kekuatan Tekan Sejajar Serat dan Tegak Lurus Serat
Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri). Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil.
21(1): 13-22.
Regar, R. G., Sumajouw M. D. J., Dapas, S. O. 2014. Nilai Kuat Tarik Belah Beton Dengan
Variasi Ukuran Dimensi Benda Uji. Jurnal Sipil Statik. 2(5): 269-276.
Rimpung, I. K., Pujihadi, I. G. O. 2017. Analisis Perubahan Kekuatan Tarik Baja (St.42) Dengan
Perlakuan Panas 800o c. Jurnal Logic. 17(2): 98-103.
Rizkiani, N. 2019. Analisis Tegangan Regangan Pada Kolom Menggunakan Software Abaqus
Cae V6.14 Pada Struktur Bangunan Hotel Ibis Style 14 Lantai Wilayah Gempa 4.
[Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rohmawati, P. A., Yushardi., Gani, A. A. 2017. Karakteristik Sifat Mekanik Bahan Komposit
Ramah Lingkungan Hasil Sintesis Dari Lidah Mertua (Sanseviera Trifasciata) Dan
Selulosa Bakteri. Jurnal Pembelajaran fisika. 6(4): 364-370.
Salindeho, R. D., Soukotta, J., Poeng, R. 2013. Pemodelan Pengujian Tarik Untuk Menganalisis
Sifat Mekanik Material. Jurnal Online Porors Teknik Mesin. 2(2): 1-11.
Sari, K., Satoto, R. 2010. Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan Film Tipis Polipropilen (PP) Dan
Sifat-Sifat Mekaniknya Dengan Metode Uji Tarik. Berkala Fisika. 13(2): C27-C38.
Seng, A. 2018. Analisis Sifat Mekanis Baja Karbon akibat Pembebanan Dinamis. [Skripsi].
Ternate: Universitas Khairun.
Simbeye, D. S. 2016. Computerized Measurement and Control System of the Universal Testing
Machine Based On Virtual Instruments. Journal of Information Sciences and Computing
Technologies.(JISCT). 5(2): 456-465.
Souisa, M. 2011. Analisis Modulus Elastisitas Dan Angka Poisson Bahan Dengan Uji Tarik.
Jurnal Barekeng. 5(2): 9-14.
Wullur, C. W., Andriyono. 2019. Analisis Perbandingan Kekuatan Tarik Roller Chain (Suzuki
Geuine Parts) Dan (Indoparts) Satria FU 150. MUSTEK ANIM HA. 8(2): 132-140.
Zuchry, M. 2011. Pengaruh Suhu Karburasi Dan Waktu Tahan Terhadap Kekuatan Tarik Baja
Karbon Dengan Variasi Media Pendingin. Jurnal SMARTek. 9(2): 122-127.
LAMPIRAN
ACC DHP

Anda mungkin juga menyukai