Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 1


Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Oleh :

Nama : Efvan Adhe Putra Pradana


NIM : 13716023
Kelompok :4
Anggota (NIM) : Bonivasius T Cahyo 13716036
Chevira Destri P 13716037
Ihsan Nurfajri 13716038

Tanggal Praktikum : 12 Maret 2018


Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Maret 2018
Nama Asisten (NIM) : Juan Davin (13714036)

Laboratorium Teknik Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2018
Efvan Adhe
13716023

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dalam perancangan dan pemrosesan suatu produk dibutuhkan spesifikasi
material penyusunnya agar menghasilkan produk dengan kualitas semaksimal
mungkin. Spesifikasi dari suatu material diperoleh melalui pengujian berdasarkan
orientasinya masing-masing. Pengujian terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya
adalah pengujian mekanik dan pengujian kimia. pada pengujian mekanik dapat
diketahui kekuatan, keuletan, kekakuan, dan kekerasan dari suatu material.
Pengujian mekanik diantaranya terdiri dari uji tarik, uji puntir, uji lentur, uji keras,
uji lelah, dan uji impak. Untuk menentukan kekuatan dan kekauan material
biasanya digunakan uji lentur untuk memaksimalkan hasil dari pengujian
berdasarkan kualitas material. Uji lentur memberikan beban gabungan kepada
material uji seperti tegangan tarik pada bagian bawah spesimen pengujian, tegangan
tekan pada bagian atas, dan tegangan puntir pada daerah tekan. Acuan standard
yang digunakan pada pengujian lentur ini adalah ASTM E855-08.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan kekuatan lentur dari spesimen uji.
2. Menentukan modulus elastisitas dari spesimen uji.
Efvan Adhe
13716023

BAB II

Teori Dasar

2.1 Prinsip Kerja Uji Lentur dan Kekakuan


Kekuatan lentur merupakan kemampuan atau ketahan material terhadap
patahan, ketika material tersebut ditekuk (defleksi). Pada pengujian lentur,
kekuatan dan kekakuan dari material diuji hingga mengalami deformasi plastis
(mengalami defleksi), uji lentur merupakan pengujian yang merusak material uji
(destructive test). Pengujian lentur memiliki beberapa metode penerapan
diantaranya three point bending dan four point bending.

Gambar 2.1 Skema four point bending


Efvan Adhe
13716023

Gambar 2.2 Skema three point bending


Berdasarkan diagram gaya bebas dan distribusi gaya yang ada three point
bending dilakukan pada titik tengan dari material uji agar dapat diperoleh momen
bending yang maksimum pada kedua sisi. Sedangkan pada four point bending
distribusi momennya merata pada interval tertentu sehingga lebih akurat dalam
menentukan kekuatan lentur dan modulus elastisitas dari material uji.
Akurasi dan presisi perhitungan kekuatan lentur dan modulus elastisitas
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diantaranya adalah orientasi
spesimen terhadap arah pengerolan, besar butir, tegangan sisa, sejarah regangan
sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya, orientasi butir terdeformasi
terhadap arah dari tegangan normal.
Orientasi spesimen terhadap arah pengerolan memberikan kekuatan dan
keuletan mekanik yang lebih besar dari daerah lainnya. Besar butir memberikan
Efvan Adhe
13716023

pengaruh kekuatan mekanik, jika ukuran butir makin kecil maka keuletan material
akan berkurang namun kekuatan dan kekerasannya akan meningkat. Sebaliknya
jika ukuran butir membesar maka keuletan material akan meningkat, namun
kekuatan dan kekerasannya akan berkurang. Tegangan sisa merupakan tegangan
yang pernah terjadi pada spesimen atau spesimen telah mengalami pembebanan
sebelumnya. Sejarah regangan sebelumnya merupakan regangan yang sudah
terdapat pada spesimen uji karena pembebanan atau pengaruh pemotongan.
Persiapan spesimen dan dimensi dapat mempengaruhi nilai kekuatan lentur dan
modulus elastisitas karena jika persiapan dari spesimen tidak baik maka akan
mempengaruhi dimensi, inersia dan luas dari spesimen uji sehingga data yang
diperoleh tidak akurat dan presisi.
2.2 Flexural Strength dan Modulus Elastisitas
Fenomena yang terjadi pada pengujian lentur dan kekakuan adalah
terjadinya defleksi pada spesimen uji. Bagian atas yang terkena penekanan akan
mengalami tegangan tekan yang terpusat, sedangkan bagian bawahnya akan
mengalami tegangan tarik sehingga diperoleh hasil uji spesimen bengkok.
Penekanan pada spesimen uji (memberikan kerja pada sistem) mengakibatkan
sistem harus mengeluarkan kalor untuk menjaga agar sistem tetap stabil, maka dari
itu setelah pengujian spesimen terasa hangat (mengalami peningkatan suhu). Pada
saat penekanan juga terjadi pengerasan pada material seiring terjadinya deformasi
plastis (strain hardening).
Kekuatan lentur dari material dapat diketahu dari perhitungan
𝑀.𝑐
𝜎=
𝐼
σ = Tegangan lentur
M = Momen lentur pada daerah tinjauan
c = Jarak dari sumbu netral
I = Momen inersia penampang
Efvan Adhe
13716023

Defleksi pada daerah elastis penampang


𝑃𝐿3
𝛿=
48 𝐸𝐼
δ = Defleksi
P = Beban yang diberikan
L = Panjang spesimen
E = Modulus elastisitas
I = Momen inersia penampang

Gambar 2.3 Pembuktian persamaan defleksi pada three point bending


Efvan Adhe
13716023

BAB III

Data Percobaan

3.1 Data
Material : ST-37
Panjang rata-rata : 300 mm
Lebar rata-rata : 18.893 mm
Tinggi rata-rata : 18.836 mm
Kekerasan awal : 66.8 HRB
Kekerasan akhir : 83.6 HRB
Mesin uji : Tarno Grocki
Jarak tumpuan : 150 mm
Beban maksimal : 28600 N
Tabel 3.1 Defleksi yang terjadi akibat pembebanan
Beban (kN) Defleksi (10-2 mm)
1 8
2 14
3 20
4 25
5 29
6 32.5
7 36
8 40
9 44
10 49
11 53
12 55.5
13 59.5
14 67
15 88.5
16 236
Efvan Adhe
13716023

3.2 Pengolahan Data


Berdasarkan data yang telah diperoleh, plotkan beban pada sumbu y dan
defleksi pada sumbu x untuk membentuk grafik beban terhadap defleksi.

Uji Lentur dan Kekakuan


18000
16000
14000
12000
Beban (N)

10000
8000
6000
4000
2000
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Defleksi (mm)

Gambar 3.1 Kurva beban terhadap defleksi

Uji Lentur dan Kekakuan


14000
12000 y = 23848x - 1541,2
10000 R² = 0,994
Beban (N)

8000
6000
4000
2000
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Defleksi (mm)

Gambar 3.2 Kurva beban terhadap defleksi pada daerah elastis


Berdasarkan Gambar 3.2 dapat ditentukan modulus elastisitas dari spesimen uji
menggunakan persamaan sebagai berikut.
Efvan Adhe
13716023

𝑃𝐿3
𝐸=
48 𝛿𝐼
𝑏ℎ3
𝐼=
12
𝑃
= 𝐺𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 𝑙𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟
𝛿
18.836 𝑥 18.8933
𝐼=
12
𝐼 = 10585.47155 𝑚𝑚4
𝑃
= 23519 𝑁/𝑚𝑚
𝛿
𝐿3 = 3375000 𝑚𝑚3
𝑁
23848 𝑚𝑚 𝑥 3375000 𝑚𝑚3
𝐸=
48 𝑥10585.47155 𝑚𝑚4
𝑬 = 𝟏𝟓𝟖. 𝟒𝟎𝟔𝟗𝟕𝟐𝟒 𝑮𝑷𝒂
Kekuatan lentur dari spesimen uji dapat diketahui melalui beban maksimal
yang diterima, jarak maksimum dari sumbu netral, dan momen inersia
spesimen.
𝑀. 𝑐
𝜎=
𝐼
𝑃𝐿
𝑀=
4
28600 𝑁 𝑥 150 𝑚𝑚
𝑀=
4
𝑀 = 1072500 𝑁. 𝑚𝑚
18.893 𝑚𝑚
1072500 𝑁. 𝑚𝑚 𝑥
𝜎= 2
18.836 𝑥 18.8933
𝑚𝑚4
12
𝝈 = 𝟗𝟓𝟕. 𝟏𝟎𝟏𝟓𝟓𝟐𝟏 𝑴𝑷𝒂
Efvan Adhe
13716023

BAB IV

Analisis Data

Berdasarkan percobaan uji lentur dan kekakuan dapat diketahui bahwa


material ulet tidak cocok untuk pengujian lentur karena data yang diperoleh tidak
maksimal dan tegangan yang terjadi pada bagian atas dan bagian bawah
pembebanan berbeda. Pada uji lentur ini digunakan metode 3 point bending yang
memiliki kelemahan yaitu momen bending dan tegangan yang diberikan hanya
terpusat disatu titik dan sulit untuk menempatkan pada titik maksimumnya, namum
memiliki kelebihan dapat mencapai momen dan tegangan maksimum. Material
getas cocok digunakan sebagai spesimen dalam uji lentur karena dapat memberikan
hasil maksimum karena pada uji lentur daerah deformasi plastis material getas dapat
teramati dibandingkan pada uji lainnya.
Dari pengolahan data diperoleh nilai modulus elastisitas spesimen
E=158.4069724 GPa yang berbeda dengan literatur yaitu E=200 GPa. Begitu juga
dengan besar kekuatan lentur dari material σ = 957.1015521 MPa yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan literatur σ = 340-470 MPa. Perbedaan pada modulus
elastisitas dikarenakan material uji merupakan material ulet dan data literatur
meupakan hasil pengujian tarik, pada uji lentur material ulet tidak dapat ditentukan
daerah elastisnya secara tepat karena tingginya nilai modulus elastisitas yang sulit
untuk diamati menggunakan uji lentur. Defleksi yang tercatat pada defleksimeter
merupakan defleksi akibat tegangan tarik dan tegangan tekan yang lebih kompleks
dibandingkan dengan hasil uji puntir. Hasil kekuatan lentur uji lentur lebih tinggi
karena tinjauan pada uji lentur adalah titik maksimum dari pembebanan, sedangkan
literatur menunjukan tegangan normal yang merata pada seluruh bagian dari
material uji.
Peningkatan nilai kekerasan dari material uji dari 66.8 HRB menjadi 83.6
HRB menunjukan bahwa material mengalami strain hardening pada saat material
mengalami deformasi plastis dan dislokasi pada paket atom-atomnya. Setelah
pengujian material uji terasa panas karena material menerima kerja dari mesin uji
Efvan Adhe
13716023

lentur, sehingga akibat dari deformasi plastis dan dislokasi paket atom material
harus melepaskan kalor untuk menjaga kesetabilannya. Dari hasil akhir dapat
disimpulkan bahwa pengujian material ST37 kurang baik menggunakan uji lentur
dan kekakuan karean material ST37 tergolong material ulet dan tidak dapat
memperoleh hasil maksimal dari pengujian.
Efvan Adhe
13716023

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan pengolahan data terhadap uji lentur dan kekakuan dapat
disimpulkan bahwa :
a) Kekuatan lentur dari spesimen uji dapat ditentukan berdasarkan beban
maksimal yang dapat diterima oleh spesimen, dimensi, dan momen inersia
dari spesimen, yaitu σ = 957.1015521 MPa. Hasil yang diperoleh jauh
dibandingkan dengan literatur σ = 340-470 MPa.
b) Modulus elastisitas dari spesimen uji dapat diperoleh berdasarkan regresi
pada daerah elastis dan momen inersia dari spesimen, yaitu E=158.4069724
GPa. Hasil yang diperoleh jauh berbeda dengan literatur E=200 GPa.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan dapat diketahui bahwa pengujian
menggunakan 3 point bending tidak memberikan hasil yang akurat karena
pembebanan hanya terkonsentrasi pada satu titik dan cenderung memiliki kesalahan
karena peletakan spesimen yang tidak tepat. Pemasangan defleksimeter harus lebih
akurat dan presisi agar tepat pada daerah pembebanan. Pembacaan besar gaya
pembebanan dan besar defleksi secara manual menimbulkan pelebaran nilai
kesalahan karena waktu yang singkat, lebih akurat dan presisi menggunakan
defleksimeter automatis.
Efvan Adhe
13716023

DAFTAR PUSTAKA

Hibbeler, R.C. “Mechanics of Material”, 7th ed. Prentice-Hall, Inc., Singapore,


2008.
Callister, William D. 2010. Materials and Science Engineering An Introduction. 8th
edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Dieter, G. E. 1988. Mechanical Metallurgy. SI Metric Edition. UK: Mc Graw-Hill
Book Co.
Diakses pada 13 Maret 2018 (17:17)
http://www.matweb.com/search/datasheet.aspx?MatGUID=d1844977c5c8440cb9
a3a967f8909c3a
Efvan Adhe
13716023

LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum


1. Mengapa Uji Lentur tidak cocok digunakan untuk menentukan Modulus
elastisitas material ulet?
2. Bandingkan harga Modulus Elastisitas yang diperoleh dari literatur dan
percobaan, bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi!
3. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelah diuji bending pada daerah
yang terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending)
dan jelaskan!
4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan 3 point bending dan 4 point bending!
5. Jelaskan alasan dilakukannya pengujian lentur untuk menentukan modulus
elastisitas material getas!
Jawab
1. Uji lentur tidak cocok digunakan untuk material ulet karena uji lentur 3
point bending menggunakan prinsip penekanan pada bagian tengah
material. Permukaan material yang terkena penekanan cenderung
mengalami tegangan tekan dan bagian bawahnya mengalami tegangan tarik.
Apabila material ulet diuji menggunakan uji lentur maka material tersebut
tidak akan patah dan hasil yang diperoleh tidaknya maksimal karena uji
lentur cenderung meninjau proses deformasi plastis dari material dan
prosses material tersebut patah.
2. Harga modulus elastisitas dari percobaan dan literatur memiliki perbedaan
yang besar, hal ini dikarenakan material uji yang digunakan tergolong
material ulet sehingga tidak bisa memperoleh hasil maksimal dari
pengujian, peletakan sampel pada titik pembebanan yang tidak tepat dapat
mengakibatkan data yang diperoleh tidak maksimal, peletakan
defleksimeter yang tidak sejajar terhadap arah pembebanan mengakibatkan
kurang optimalnya data yang tercatat, pembacaan data yang manual
mengakibatkan galat semakin membesar karena defleksi yang terjadi sangat
cepat.
Efvan Adhe
13716023

3. Berdasarkan data yang ada kekerasan akhir material meningkat


dibandingkan dengan kondisi awalnya. Hal ini dikarenakan terjadinya
deformasi plastis (defleksi) pada material yang memiliki dampak strain
hardening, dislokasi pada butir yang mengakibatkan penguatan terhadap
material, dan orientasi butir yang terdeformasi terhadap arah dari
pembebanan.
4. Berdasarkan grafik distribusi momen pada 3 point bending dapat diketahui
bahwa metode ini memiliki kelebihan memberikan momen dan tegangan
maksimal terhadap material, namun kelemahannya adalah sulit untuk
menentukan titik tengah dari spesimen uji secara eksak agar hasilnya
maksimum. Sedangkan distribusi momen pada 4 point bending memiliki
kelebihan distribusi momen yang merata pada interval tertentu dan lebih
presisi untuk meletakkan penekan, namun kelemahannya tidak dapat
mencapai hasil maksimumnya karena terbagi pada interval tertentu.
5. Pengujian lentur digunakan untuk material getas karena pada pengujian
lentur kualitas maksimum dari materal dapat terhitung dibaningkan uji lain
karena material cenderung akan patah sebelum kekuatan lenturnya.
Contohnya apabila diuji tarik material cenderung akan patah pada daerah
elastisnya yang seharusnya masih memiliki daerah elastis bila diuji
menggunakan uji lentur.

Anda mungkin juga menyukai