oleh :
Nama : Chairani Tiara Sayyu
NIM : 13715047
Kelompok :8
Anggota : Waridil Iqbal (13713016)
Immanul Ilmi Rais (13715030)
M. Aribiarto Renardi (13715032)
Dwiki Panji (13715053)
Deri Ripandi (13715054)
gambar 1.1 3-point bending test dan 4-point bending test [5] [7]
Distribusi momen pada three-point bending test dan four-point bending
test dapat dilihat pada gambar 1.2. Pada three-point bending test, momen
maksimum dapat ditemukan pada titik tengah spesimen. Akan tetapi, pada four-
point bending stress, momen maksimum dapat ditemukan sepanjang jarak antara
titik pembebanan satu dengan titik pembebanan yang lain. Sehingga, four-point
bending test akan menghasilkan pengujian yang lebih baik karena daerah
pengujian lebih panjang dan mudah diamati.
Gambar 1.2 Distribusi momen pada three-point dan four-point bending test[9][10]
Saat pengujian bending, terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada
material uji. Fenomena yang pertama adalah terjadinya defleksi material uji akibat
pembebanan. Selanjutnya adalah terjadinya deformasi plastis akibat pembebanan
yang berlanjut dan akhirnya melewati daerah dari deformasi elastis. Akibatnya,
material uji tidak dapat kembali ke bentuk awal[6]. Fenomena terakhir adalah
strain hardening. Pada strain hardening, kerapatan dislokasi di metal bertambah
dengan adanya deformasi atau cold work akibat dislokasi yang bermultiplikasi
atau pembentukan dislokasi baru. Akibatnya, jarak separasi rata-rata antara
dislokasi berkurang sehingga dislokasi-dislokasi menjadi lebih berdekatan.
Sementara, interaksi antara dislokasi dengan strain dislokasi adalah saling tolak-
menolak. Hasilnya adalah pergerakan dari dislokasi akan terhambat karena adanya
dislokasi lain. Dengan meningkatnya kerapatan dislokasi, perlawanan pada
pergerakan dislokasi oleh dislokasi lain menjadi semakin jelas. Dengan demikian,
stress yang dikenakan untuk mengubah/deform suatu metal akan meningkat
dengan meningkatnya cold work. [6]
Untuk material getas yang mempunyai hubungan linear antara stress
dengan strain, stress saat mengalami patahan dapat ditentukan dengan[3]:
=Mxc (Persamaan 2.1)
I
Bila penampang spesimen berbentuk segi empat, maka stress dapat dicari
dengan menggunakan persamaan[6]:
= FL/4 x d/2 = 3FL (Persamaan 2.2)
bd3/12 2bd2
Bila penampang spesimen berbentuklingkaran, maka stress dapat dicari
dengan menggunakan persamaan[6]:
= FL/4 x R = FL (Persamaan 2.3)
4
R /4 R 3
1000 0.05
2000 0.08
3000 0.12
4000 0.16
5000 0.18
6000 0.27
7000 0.33
8000 0.36
9000 0.38
10000 0.44
11000 0.47
12000 0.52
13000 0.57
14000 0.65
15000 0.85
16000 2.25
Berdasarkan data percobaan yang telah didapatkan sesuai pada tabel 3.1,
kita dapat menentukan nilai modulus elastisitas (E) yang dimiliki oleh spesimen
(dimana penampangnya berbentuk persegi) dengan meregresikan data beban
terhadap defleksi, seperti pada gambar 3.1.
16000
y = 21886x + 340.28
R = 0.9918
12000
beban (N)
8000
4000
0
0 0.175 0.35 0.525 0.7
defleksi (mm)
1.1 Analisis
Percobaan uji bending yang dilakukan menggunakan metode three-point
bending test. Dari hasil percobaan didapat data variasi beban yang digunakan dan
defleksi yang diakibatkan masing-masing beban. Dari kedua data tersebut,
flexural strength dari material uji dapat dicari dengan menggunakan persamaan
(2.1). Karena bentuk penampang dari spesiman adalah segi empat, maka untuk
mencari flexural strength digunakan persamaan (2.2). Pada bagian pengolahan
data, flexural strength yang didapat sebesar 1,94 GPa. Dari data beban dan
defleksi, dapat dicari modulus elastisitas material uji dengan menggunakan
persamaan (2.4). Dengan menggabungkan persamaan (2.4) dengan gradien dari
kurva beban-defleksi, maka modulus elastisitas material uji dapat dicari
menggunakan persamaan (2.5) dan modulus elastisitas material uji yang didapat
sebesar 1134 GPa. Perubahan secara fisik yang dapat diamati dari spesimen
setelah melakukan pengujian adalah terjadinya defleksi akibat pembebanan,
deformasi plastis karena spesimen tidak dapat kembali ke bentuk semula, dan di
bagian tengah spesimen terlihat lebih mengkilap dan kekerasannya lebih besar
daripada kekerasan awal akibat fenomena strain hardening. Fenomena strain
hardening ini adalah peningkatan kekerasan akibat kenaikan kerapatan dislokasi di
bagian tertentu akibat adanya deformasi atau cold work akibat dislokasi yang
bermultiplikasi atau pembentukan dislokasi baru[6]. Selain itu, setelah pengujian,
temperatur pada spesimen lebih tinggi karena sedikit panas dari mula-mula.
Spesimen yang mengalami deformasi elastis dan plastis menghasilkan energi
mekanik dan akan terkonversi sebagai panas dan energi untuk deformasi. Maka
dari itu, ketika spesimen mengalami defleksi dan deformasi, bagian permukaan
material terasa panas[12].
Berdasarkan literatur [11], flexural strength/tensile strength dari material
uji adalah sebesar 1158 MPa atau 1,158 GPa dan modulus elastistas dari material
uji (ST-37) adalah sebesar 190-210 GPa. Terdapat perbedaan sebesar 0.782 GPa
antara flexural strength berdasarkan literatur dengan flexural strength hasil
pengujian, dan perbedaan sebesar 924 GPa antara modulus elastisitas berdasarkan
literatur dengan modulus elastisitas hasil pengujian. Perbedaan nilai dari hasil
percobaan dengan literatur disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, saat
melakukan percobaan, dimensi dari material uji tidak kami/praktikan ukur sendiri
dikarenakan kurangnya alat ukur yaitu jangka sorong. Sehingga, dimensi dari
material uji diambil dari dimensi material uji kelompok sebelumnya. Akibatnya,
dimensi dari material uji tidak diketahui dan berpengaruh dengan besar nilai
flexural strength dan modulus elastisitas. Lalu, dikarenakan tidak mengukur
panjang dari spesimen, titik tengah dari spesimen tidak diketahui. Akibatnya, saat
melakukan uji bending, peletakkan spesimen tepat di bagian tengah tidak akurat
dan presisi.Hal tersebut berpengaruh secara signifikan karena seharusnya momen
terbesar dari material pada three-point bending test adalah di bagian tengah.
Sehingga, terdapat kemungkinan error pada perhitungan flexural strength material
uji. Kemudian, pembacaan defleksimeter tidak teliti karena penempatan
defleksimeter yang tidak tepat pada titik pembebanan, sehingga akan ada error
pada hasil percobaan. Selain itu, spesimen yang diuji tidak diketahui apakah
spesimen tersebut telah diberi perlakuan atau pengujian sebelumnya, seperti heat
treatment karena dengan diberikan perlakuan seperti itu akan mengakibatkan
adanya perbedaan modulus elastisitas, kekuatan lentur, sehingga hasil pengujian
yang didapat memiliki error yang cukup besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian bending yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Flexural strength dari material uji (ST-37) adalah sebesar 1.94 GPa.
2. Modulus elastistas dari material uji (ST-37) adalah sebesar 1133 GPa.
3. Distribusi momen pada material uji untuk three-point bending test dapat
dilihat pada gambar 5.1.
5.2 Saran
1. Sebaiknya, disiapkan dua jangka sorong agar tidak perlu menunggu giliran
dengan kelompok yang melakukan uji tarik.
2. Material yang diuji sebaiknya adalah material yang baru agar persentase error
hasil pengujian menjadi lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Portal Edu. Transverse Shear Stress in Beam. diakses pada 10 Maret 2017
pukul 15.00. http://portal.ku.edu.tr/~cbasdogan/Courses/MDesign/course_notes/
ShearStressInBeamsNotes.pdf
2. Mukti. Kriteria Kegagalan Lelah. diakses pada 10 Maret 2017 pukul 19.00.
https://masmukti.files.wordpress.com/2011/10/bab-06-kriteria-kegagalan-
lelah2.pdf
3. Udomphol, T. Mechanical Metallurgy Laboratory 431303. Laboratory 7: Bend
Testing. diakses pada 9 Maret 2017 pukul 16.00. http://www.sut.ac.th/
Engineering/metal/pdf/MechmetLab/1_2552/Mech%20met%20lab%20PDF/Mech
%20met%20handout-En/Lab_7Bend_Eng.pdf
4. ASTM E885-90 (Reapproved 2000). Standard Test Methods for
Bend Testing of Metallic Flat Materials for Spring Applications Involving Static
Loading. diakses pada 10 Maret 2017 pukul 19.00. http://
a l l a b o u t m e t a l l u r g y. c o m / w p / w p - c o n t e n t / u p l o a d s / 2 0 1 6 / 0 7 / Vo l u m e
%2003.01%20Metals%20--%20Mechanical%20Testing;%20Elevated%20and
% 2 0 L o w - Te m p e r a t u r e % 2 0 Te s t s ; % 2 0 M e t a l l o g r a p h y / E % 2 0 8 5 5 % 2 0
%2090%20R00%20%20;RTG1NQ__.pdf
5. Substech. 3-point Flexure Test. diakses pada 10 Maret 2017 pukul 19.00.
h t t p : / / w w w. s u b s t e c h . c o m / d o k u w i k i / l i b / e x e / f e t c h . p h p ?
w=&h=&cache=cache&media=3-point_flexure.png
6. Callister Jr., William D., dan Rethwisch, David G. Materials Science and
Engineering 9th edition. John Wiley & Sons, Inc. 2015
7. Substech. 4-point Flexure Test. diakses pada 10 Maret 2017 pukul 19.00.
h t t p : / / w w w. s u b s t e c h . c o m / d o k u w i k i / l i b / e x e / f e t c h . p h p ?
w=&h=&cache=cache&media=4-point_flexure.png
8. UC Berkeley Mechanical Engineering. Beam Deflection. diakses pada 10
Maret 2017 pukul 19.00. https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:pN0xZdUuCIcJ:https://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html
%3Fid%3D58369933cbd5c2cc653741d3%26assetKey%3DAS
%253A431852935749632%25401479973171441+&cd=2&hl=id&ct=clnk&client
=safari
9. Francis. Beam and Column. diakses pada 10 Maret 2017. http://
www.archexamhandbook.com/lessons/structural-systems/study-notes/1-0-general-
structures-and-lateral-forces/1-12-beams-and-columns/
10. Rusme, Pichai. High Strength Composites. diakses pada 10 Maret 2017.
http://www.mech.utah.edu/~rusmeeha/labNotes/composites.html
11. Steelss. ST-37-3U. diakses pada 12 Maret 2017 pukul 12.00. http://
www.steelss.com/Carbon-steel/st37-3u.html
12. Castellanos, Jose Louis Perez., dan Rusinek, Alexis. Temperature Increase
Associated With Plastic Deformation Under Dynamic Compression: Application
To Aluminium Alloy Al 6082. diakses pada 12 Maret 2017 pukul 12.00. http://
www.ptmts.org.pl/2012-2-perez-r.pdf
LAMPIRAN
2. Tugas Tambahan
1. Gambarkan distribusi momen yang terjadi pada three-point bending test dan
four-point bending test!
2. Jelaskan fenomena strain hardening pada material!
Fenomena strain hardening adalah fenomena dimana kekerasan dari suatu metal
bertambah setelah diberi beban atau mengalami deformasi. Fenomena ini pada
awalnya terjadi peningkatan kerapatan dislokasi karena adanya deformasi atau
cold work akibat deformasi yang bermultiplikasi atau pembentukan dislokasi baru.
Akibatnya, jarak separasi rata-rata antara dislokasi berkurang sehingga dislokasi-
dislokasi menjadi lebih berdekatan. Sementara, interaksi antara dislokasi dengan
strain dislokasi adalah saling tolak-menolak. Hasilnya adalah pergerakan dari
dislokasi akan terhambat karena adanya dislokasi lain. Dengan meningkatnya
kerapatan dislokasi, perlawanan pada pergerakan dislokasi oleh dislokasi lain
menjadi semakin jelas. Dengan demikian, stress yang dikenakan untuk mengubah/
deform suatu metal akan meningkat dengan meningkatnya cold work. Dengan
kata lain, kekerasan dari metal meningkat.