LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL I
MODUL F UJI IMPAK
Oleh :
Kelompok : 6
Anggota (NIM) :
1.
2.
3.
4.
5.
BAB I
Gambar 1.
Prinsip
Spesimen yang digunakan pada pengujian impak ialah specimen
yang mempunyai notch. Pada metode Charpy dan Izzod terdapat perbedaan dalam penggunaan
specimen.
Gambar 2.
Spesimen
uji impak
Charpy dan
peletakan
Gambar 2.
Spesimen
uji impak
Izzod dan
Perbedaan cara peletakan specimen pada alat uji impak membuat perbedaan skala energy antara
Charpy dan Izzod.
Pada metode Charpy, setiap tumpuan spesimen akan mempunya gaya reaksi sebesar setengah (
F) dari
Pada metode
impak
Kedua
besar
dua kali daripada metode Charpy. Hal ini pula yang menyebabkak metode
Charpy lebih efektif karena rentang energi yang dapat diukur dapat
lebih besar daripada metode Izzod dan gaya reaksi pada alat uji impak juga lebih kecil.
Beberapa hal yang mempengaruhi temperature transisi dari sebuah material adalah :
1. Komposisi dari material yang diuji
2. Ukuran butir dari material yang diuji
3. Struktur dari Kristal material yang diuji
4. Orientasi Butir material yang diuji.
Sebagai contoh efek komposisi material mempengaruhi temperature transisi adalah sebagai
berikut :
Saat spesimen diberikan beban sebanyak 20 Joule saat specimen baja tersebut
ditambahkan 0,1% carbon, maka temperature transisinya akan bertambah sebanyak 14 derajat
celcius. Pada Manganese setiap kenaikan 0,1% karbon pada 20 J Energi, akan mengurangi
temperature transisi sebanyak 5 derajat celcius. Salah satu contoh lain adalah komposisi antara
besi dan oksigen. Saat diberikan oksigen maka takikan akan menjadi menguat. Penambahan
0,001% oksigen menjadi 0.057% oksigen dari besi tersebut bisa mengubah temperature transisi
dari 15 derajat celcius menjadi 340 derajat celcius.
Besarnya butir juga bisa mempengaruhi temperature transisi dari sebuah specimen. Hal
ini dikarenakan butir yang lebih besar bisa menyerap energy lebih banyak dari pada butir yang
lebih kecil melalui vibrasi. Sebagai contoh penambahan satu astm unit besar butir bisa
mengurangi 16 derajat celcius temperature transisi dari baja ringan.
Kurva diatas adalah kurva dari berubahnya temperature transisi dikarenakan berubahnya
orientasi butir dari specimen. Hal ini kembali dipengaruhi oleh besar butir dari specimen
tersebur. Saat specimen sedang di orientasikan pada arah longitudinal maka besar butir akan
membesar.
Dari sifat mekanik yang dapat diperoleh, yang bersifat kuantitatif adalah toughness, dan yang
bersifat kualitatif adalah keuletan.
Jenis mesin
Kapasitas mesin
Standar pengujian
Tanggal Pengujian
Asisten
: Wolpert
: 300 J
: ASTM E 23
: 4 Maret 2015
: Hadi Maulana H. (13711032)
Tabel data Alumunium
Spesimen
1
2
3
4
5
Panjang
(cm)
63.63
61.6
62.1
63.9
63.55
Lebar (cm)
9.8
9.45
9.8
9.55
9.55
Tinggi
(cm)
9.8
9.5
9.8
9.6
9.5
Notch (cm)
Energi (J)
8.067
7.75
8
7.95
8
54
25
58
21
20
Temperatur
( )
26.1
40
80
-40
-20
Panjang
(cm)
63.63
61.6
62.1
63.9
63.55
Lebar (cm)
9.8
9.45
9.8
9.55
9.55
Tinggi
(cm)
9.8
9.5
9.8
9.6
9.5
Notch (cm)
Energi (J)
8.067
7.75
8
7.95
8
31
64
72
4
10
Temperatur
( )
26.1
40
80
-40
-80
HASIL PATAHAN
BAJA
Getas
1
2
3
ALUMUNIUM
Ulet
1
Ulet
Ulet
2
3
Getas
4
Ulet
Ulet
4
Ulet
Ulet
energi
luas notch
Baja
Energ
i (J)
temperat
ur
luas
notch
21
-40
75.92
25
20
-20
54
26.1
25
40
58
80
76.4
79.05
66
73.23
75
78.4
HI
0.276
598
0.261
78
0.683
055
0.341
355
0.739
796
Alumunium
Energ
i (J)
temperat
ur
10
-40
-20
31
26.1
64
40
72
80
luas
notch
76.4
75.92
25
79.05
66
73.23
75
78.4
HI
0.130
89
0.052
685
0.392
124
0.873
869
0.918
367
HI
0.28
0.13
-60
-40
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.26
0.3
0.2
0.05 0.1
0
-20
0
0.92
0.87
0.74
0.68
0.39
20
Al
Baja
0.34
40
60
80
100
Temperatur
BAB IV
ANALISIS DATA
Dari data yang diambil, terlihat bentuk patahan yang berbeda beda jika temperature dan
besar energy yang diberikan berbeda. Pada alumunium, kebanyakan terlihat patah ulet, walaupun
tidak 100% namun dari semua percobaan tidak ditemukan 100% patah getas. Berbeda dengan
baja, didapatkan patah getas terjadi saat temperatur rendah. Hal ini terjadi karena pada
alumunium temperature patah getasnya lebih rendah dari saat percobaan, jadi tidak kami
dapatkan data tersebut.
Bentuk patahan yang terlihat dapat menandakan besar temperatur transisi. Pada baja
temperature transisi yang kami dapat berkisar antara -20 sampai 40 ( ), namun pada
alumunium tidak dapat kami tentukan temperatur transisi karena alumunium merupakan logam
FCC. Pada logam FCC tidak ditemukan temperatur transisi karena atom atom mempunyai
banyak rongga yang bisa dijadikan tempat bergeser atom dan menyebabkan deformasi plastis
saat diberi beban impak. Baja memiliki temperature transisi karena baja merupaka logam BCC.
Logam BCC dapat bervibrasi sangat tinggi karena ruang yang sangat kecil, sehingga dapat
langsung terjadi patah getas tanpa adanya deformasi plastis. Terlihat dari kurva, temperatur
transisi ada di antara -20 sampai 40 ( ), saat terjadinya perubahan kemiringan yang
signifikan pada kurva.
Dari kurva dapat dilihat bahwa komposisi karbon pada baja karbon kecil, karena bentuk
kurva yang berbelok tajam, jadi dapat disimpulkan jika karbon yang dipakai adalah baja karbon
rendah.
LAMPIRAN
Tugas Tambahan
Apa pengaruh komposisi kimia terhadap temperature transisi?
Komposisi kimia berpengaruh pada temperature transisi, seperti komposisi karbon sangat
mempengaruhi temperatur transisi, jika komposisi karbon semakin besar maka temperature
transisi semakin besar, begitu pula dengan mangan (Mn), namun komposisi mangan mengurangi
temperatur transisi. Jadi temperature transisi berbanding lurus dengan komposisi karbon dan
berbanding terbalik dengan komposisi Mn. 0.1% karbon dapat menaikan 14 dan 0.1% Mn
menurunkan 5 . Fosfor juga dapat menaikkan temperature transisi dengan 0.01% fosfor
dapat menaikkan 7 temperatur transisi. Komposisi kimia lainnya juga dapat berpengaruh
dengan cara mempengaruhi kekuatan notch (notch toughness), seperti nikel yang dapat
menurunkan temperature transisi dengan 2% komposisi. 0.25% silicon juga dapat menaikkan
temperature transisi. Molybdenum dapat mempengaruhi temperature transisi dengan pengaruh
yang mirip dengan karbon, sedangkan kromium hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap
temperature transisi. Kadar oksigen juga dapat mempengaruhi temperature transisi. Dengan
kenaikan kadar oksigen dari 0.001 menjadi 0.057 (%) dapat meningkatkan temperatur transisi
dari -15 sampai 340 ( ).