Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material I


Modul D Uji Lentur dan Kekakuan (Static Bending Test)

oleh:

Nama : M.Putra Perdana Makmur


NIM : 13715033
Kelompok :5
Anggota (NIM) : Wahyu Fiardhi (13714049)
Abdullatief Zuhdy (13715002)
Maradhana Agung M. (13715023)
M. Putra Perdana M. (13715033)
Emia Yoseva Tarigan (13715036)

Tanggal Praktikum : 4 April 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : 12 April 2017
Nama Asisten (NIM) : Retnadiah Puteri Utami (13713008)

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian kekuatan lentur dan modulus elastisitasnya dilakukan pada
suatu material dimana tegangan utamanya dalam bentuk tekukan. Beban bending
atau tekukan merupakan kombinasi dari beban tekan dan tarik. Setelah proses
bending terjadi biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear, dan torsional
shear. Pengujian bending ada utamanya adalah untuk melakukan percobaan pada
spesimen yang bersifat ulet. Percobaan kali ini dilakukan uji three point bending
yaitu pemberian beban pada tiga sumbu dimana beban P (N) diberikan tepat
ditengah dari panjang spesimen. Spesimen yang digunakan untuk pengujian
kekuatan lentur kali ini berbentuk pelat dengan jenis baja ST-37. Standar
pengujian lentur untuk material logam berbentuk pelat dideskripsikan dalam
ASTM E855-08.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan nilai modulus elastisitas baja ST-37
2. Menentukan nilai kekuatan lentur (Flexural Strength) baja ST-37
3.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pengujian Lentur dan Kekakuan
Uji bending adalah pengujian mekanik destruktif dimana spesimen diberikan
beban momen lentur untuk mengetahui sifat mekanik material berupa kekuatan
lentur dan modulus elastisitas material. Pada uji bending, tegangan yang dialami
material merupakan tegangan normal. Tegangan yang diterima akan terdistribusi,
bernilai 0 pada sumbu netral, dan bernilai maksimum pada titik ujung terjauh dari
penampang material spesimen.

Gambar 1. Distribusi Tegangan Normal Akibat Beban Bending [3]

Dalam skema pengujiannya, terdapat 2 metode uji bending, yaitu dengan


metode Three Point Bending dan Four Point Bending.

1. Three Point Bending


Spesimen diberi beban pada satu titik, yaitu pada bagian tengah batang
(0.5L). Pada metode ini, beban yang diberikan dan posisi
defleksometer harus tepat di tengah agar momen yang didapatkan
maksimum.

2. Four Point Bending


Spesimen diberi beban pada 2 titik, yaitu pada 1/3L dan 2/3L. Hasil
yang dihasilkan akibat pembebanan ini cenderung lebih baik dibanding
metode Three Point Bending. Hal ini disebabkan karena momen
maksimum pada pengujian Four Point Bending merupakan area,
sedangkan pada Three Point Bending merupakan titik. Hal ini
mengakibatkan defleksometer dapat mengukur defleksi maksimum
secara akurat dengan range error yang lebih jauh (1/3L < x < 2/3L).

Gambar 2. Skema Pengujian Three Point Bending dan Four Point


Bending Beserta Grafik Gaya Geser dan Momen [4]

2.2 Sifat Mekanik dari Uji Lentur dan Kekakuan


Modulus elastisitas adalah perbandingan tegangan dengan regangan ketika
berdeformasi elastis. Modulus elastisitas juga dapat dinyatakan sebagai kekakuan
material.[1] Untuk mendapatkan nilai modulus elastisitas pada uji bending, kita
mendapatkan besar defleksi yang terbentuk akibat beban bending. Lalu
memasukkan nilai defleksi ke dalam persamaan :
P L3
E=
48 δ I
Dimana :
δ = defleksi (m)
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (m)
E = modulus elastisitas spesimen (N/m2)
I = momen inersia penampang (m4)

P
Nilai merupakan gradien dari persamaan linear kurva beban –
δ

P
defleksi pada daerah elastis. Penghitungan nilai dibatasi pada daerah
δ
elastis dikarenakan modulus elastisitas hanya berlaku pada daerah elastis.

-Flexural Strength adalah tegangan maksimum yang dialami


material sebelum terjadi deformasi plastis oleh bending.

2.3 Uji Lentur dan Kekakuan pada Material Getas


Material yang getas tidak dapat menunjukkan stress-strain behavior
dengan baik pada pengujian tarik. Maka dari itu, material getas lebih cocok
untuk dilakukan dengan pengujian lentur dan kekakuan. Persiapan spesimen
material getas dengan dimensi tertentu untuk dapat diuji tarik sulit. Selain
itu, material getas tidak akan bisa digrip pada mesin melainkan akan rusak.
Material getas, khususnya keramik, akan gagal setelah melewati regangan di
atas 0,1%.[1]
BAB III
DATA PERCOBAAN
3.1 Data
Material : ST – 37
Panjang rata-rata : 300 mm
Lebar rata-rata : 19,00 mm
Tebal rata-rata : 19,00 mm
Kekerasan Awal : 66,8 HRB
Kekerasan Akhir : 83,6 HRB
Mesin Uji : Tarno Grocki
Jarak Tumpuan : 150 mm
Beban Maksimum : 30400 N

Tabel 3.1. Data Beban dan Defleksi Hasil Uji Lentur

Defleksi x
Beban (N)
10-2(mm)
1000 10
2000 15
3000 20
4000 25
5000 28
6000 32
7000 36
8000 40
9000 45
10000 48
11000 52
12000 56
13000 60
14000 66
15000 76
16000 170

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Beban – Defleksi
Dari data diatas, didapat kurva antara beban dan defleksi sebagai
berikut:

Kurva Beban Terhadap Defleksi


18000
16000
14000
12000
Beban (N)

10000
8000
6000
4000
2000
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Defleksi 10-2 (mm)

Gambar 3.3 Kurva Beban-Defleksi

3.2.2 Modulus Elastisitas

Dari data yang diperoleh, kita dapat menentukan modulus elastisitas


spesimen melalui persamaan :

P L3
E=
48 δ I
Dimana :

δ = defleksi (m)

P = beban yang bekerja (N)

L = panjang spesimen (m)

E = modulus elastisitas spesimen (N/m2)


I = momen inersia penampang (m4)

P
Nilai merupakan gradien dari persamaan linear kurva beban –
δ

P
defleksi pada daerah elastis. Penghitungan nilai dibatasi pada
δ
daerah elastis dikarenakan modulus elastisitas hanya berlaku pada
daerah elastis. Untuk daerah elastis, didapat kurva sebagai berikut :

Kurva Daerah Elastis Beban Terhadap Defleksi


16000
f(x) = 230.42 x − 1355.02
14000 R² = 0.99
12000
10000
Beban (N)

8000
6000
4000
2000
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Defleksi 10-2 (mm)

Gambar 3.3 Kurva Beban-Defleksi Daerah Elastis

Dari persamaan garis lurus diatas, didapatkan persamaan :

y = 230,42x - 1355
P
dimana 230,42 adalah gradien garis tersebut, atau . Karena satuan
δ

P
defleksi pada persamaan diatas dalam mm, maka nilai adalah
δ
230420 dalam satuan m.

P
=230420 00 N /m
δ

P L3
Lalu, substitusikan semua nilai yang ada pada persamaan : E=
48 δ I

230420 00 x 0,153
E=
0,01900 x 0,019003
(
48 x
12 )
E=1 49 ,183 x 10 9 Pa

E=1 49 ,183 GPa

Berdasarkan literatur[5], nilai modulus elastisitas baja ST-37 adalah


200 GPa.

3.2.3 Kekuatan Lentur

Kita dapat menghitung kekuatan lentur spesimen dengan


menggunakan persamaan :

PL h
σ=
( 4 )( 2 )
b h3
( )
12
Dimana :
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (m)
b = lebar spesimen (m)
h = tebal spesimen (m)

30400 x 0,15 0,01900


σ=
( 4 )( 2 )
0,01900 x 0,019003
( 12 )
σ =997229916,9 N / m 2
σ =¿0,997 GPa

Berdasarkan literatur[4], nilai kekuatan flexural baja ST37 adalah 0,426


GPa.
BAB IV
ANALISIS DATA

Pada pengujian kali ini, terjadi peningkatan kekerasan pada bagian


spesimen yang dikenai beban. Sebelum pengujian, harga kekerasan untuk
spesimen ini adalah 66,8 HRB. Sementara setelah pengujian, harga kekerasannya
bertambah menjadi 83,6 HRB. Peningkatan harga kekerasan ini disebabkan
karena adanya strain hardening. Strain hardening adalah kondisi saat material
ulet menjadi semakin kuat ketika mengalami deformasi plastis. Apabila suatu
material mengalami deformasi plastis, terjadi dislokasi yang akan terus menjalar
pada butir suatu material. Ketika sudah sampai pada batas butir dan bertemu
dengan dislokasi lain, akan terjadi tahanan antar kedua dislokasi tersebut karena
perbedaan orientasi antar butir tersebut. Tahanan ini yang akan membuat suatu
material yang terdeformasi plastis menjadi semakin kuat.
Dari pengujian bending yang telah dilakukan, didapatkan nilai modulus
elastisitas (E) dan flexural strength dari spesimen baja ST-37 berturut-turut adalah
149,183 GPa dan 0,997 GPa. Sementara, dari literatur diketahui nilai modulus
elastisitas (E) dan flexural strength dari spesimen baja ST-37 yang sama berturut-
turut adalah 200 GPa dan 0,426 GPa. Sehingga terdapat perbedaan hasil yang
didapatkan dari pengujian dengan literatur. Adanya perbedaan tersebut disebabkan
karena metoda pengujian yang digunakan belum tentu sama. Dalam pengujian ini
kita menggunakan metode 3 point bending, yang hasilnya dapat berbeda bila
dilakukan dengan metode pengujian 4 point bending. Selain itu, kesalahan dalam
meletakkan beban P yang tidak tepat pada bagian tengah spesimen, ketika
membaca defleksi, dan saat mengukur dimensi spesimen baja ST-37 juga akan
menyebabkan adanya perbedaan antara nilai yang didapat dari pengujian dengan
literatur. Pengujian lentur ini juga tidak cocok apabila spesimen yang digunakan
adalah material yang ulet, sehingga dapat menimbulkan error yang cukup besar
dalam perhitungan modulus elastisitas dan flexural strengthnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Nilai Modulus Elastisitas Baja ST-37 yang didapatkan adalah 149,183
GPa.
2. Nilai Flekxural Strength Baja ST-37 yang didapatkan adalah 0,997 GPa.

5.2 Saran
Sebaiknya metode yang digunakan pada pengujian ini yaitu four point
bending agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Selain itu, spesimen yang
digunakan sebaiknya material yang getas yang lebih cocok untuk uji bending ini.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Callister, William D. “Materials and Science Engineering An Introduction”,


8th edition. John Wiley & Sons, Inc. 2003.
[2] Dieter, G.E. Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman
325-337.
[3] http://www.bu.edu/moss/mechanics-of-materials-bending-normal-stress/
[4] https://www.researchgate.net/figure/276207310_fig3_Figure-3-Transverse-
force-and-moment-diagrams-for-three-point-and-four-point-bending
[5] Kirk, Mark. "Constraint Effects in Fracture Theory and Applications" 2nd
Edition. 191
LAMPIRAN A
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Mengapa Uji Lentur tidak cocok untuk menentukan Modulus Elastisitas


material ulet?
2. Bandingkan harga modulus elastisitas yang diperoleh dari literatur dan
percobaan, bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi !
3. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelah diuji bending pada daerah yang
terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending) dan
jelaskan fenomena yang terjadi.

Jawab =
1. Uji lentur tidak cocok untuk menentukan Modulus Elastisitas material ulet
karena pada pengujian ini dilakukan pembebanan secara terus menerus. Oleh
karenanya, sulit untuk melihat batas antara daerah elastis dan plastis (yield
strength) ketika awal mula proses bending terjadi. Seperti yang diketahui,
material ulet mampu menahan beban dengan mengalami deformasi plastis
bila dikenai beban bending. Sedangkan untuk material getas, karena material
ini cenderung akan langsung patah (mengalami deformasi plastis yang sangat
kecil) ketika sudah melewati daerah elastis (untuk menuju daerah plastis),
maka akan lebih mudah untuk menentukan modulus elastisitasnya.

2. Melalui pengujian bending ini, diketahui kalau modulus elastisitas (E) dan
flexural strength dari spesimen baja ST-37 berturut-turut adalah 1,49183GPa
dan 0,997 GPa. Sementara, dari referensi diketahui kalau modulus elastisitas
(E) dan flexural strength dari spesimen yang sama berturut-turut adalah 200
GPa dan 0,426 GPa. Terdapat perbedaan ketika membandingkan nilai-nilai
yang diperoleh dari pengujian dengan referensi. Adanya perbedaan tersebut
disebabkan karena metoda pengujian yang belum tentu sama. Diketahui kalau
pengujian ini menggunakan metode 3 point bending, yang hasilnya dapat
berbeda bila dilakukan kembali pengujian dengan 4 point bending. Selain itu,
kesalahan dalam meletakkan beban P (yang tidak tepat pada bagian tengah
spesimen), ketika membaca defleksi dan beban, atau saat mengukur dimensi
dari spesimen baja ST-37 turut menyebabkan adanya perbedaan antara nilai
yang didapat pada pengujian dengan referensi. Selain itu, uji lentur ini tidak
cocok pada material yang ulet, sehingga dapat menimbulkan penyimpangan
(error) yang cukup besar dari nilai sebenarnya.

3. Pada pengujian ini, terjadi peningkatan kekerasan pada bagian spesimen yang
terkena beban. Sebelum pengujian, harga kekerasan untuk spesimen ini
adalah 66,8 HRB . Namun setelah pengujian, harga kekerasannya bertambah
menjadi 83,6 HRB. Adapun peningkatan harga kekerasan disebabkan karena
adanya fenomena strain hardening pada material tersebut.

Gambar Spesimen Setelah Praktikum :

Anda mungkin juga menyukai