Anda di halaman 1dari 16

UJI TARIK

LAPORAN PRAKTIKUM
TKI 238 – Praktikum Pengetahuan Material

Nama : Melkisedek Suadi Surya


NIM : 2016 – 043 – 043
Kelompok : ID-3
Tanggal Praktikum : 14 Februari 2018
Asisten : Leonardo Babtista

LABORATORIUM KARAKTERISASI DAN REKAYASA MATERIAL


PRODI TEKNIK MESIN – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2018
I. TUJUAN
Menentukan kekuatan dan keuletan baja dan komponen yang terbuat dari
baja, serta memperkirakan ketangguhannya.

II. TEORI DASAR


Terminologi Uji Tarik dibedakan bila pada sebuah spesimen diberikan
beban tarik (statis) secara bertahap hingga putus. Uji tarik merupakan satu
dari sekian banyak uji mekanik yang paling sederhana.
Dalam uji tarik dibutuhkan sebuah spesimen dengan penampang yang
dapat berbentuk bulat (a), persegi maupun persegi panjang (b), artinya
spesimen dapat berbentuk pelat atau silinder. Umumnya untuk logam yang
dipilij bentuk silinder sebagai spesimen. Bagian tengah dari spesimen
berdiameter lebih kecil dari bagian pinggir, meskipun tidak selalu demikian,
seperti tertera dalam Gambar 2.1. Untuk spesimen berbentuk lingkaran,
ukuran grip spesimen yang digunakan adalah 19 mm dan ukuran diameter
dalam (d) adalah 12,8 mm. Gauge length (L0) yang digunakan dalam
perhitungan keuletan memiliki ukuran 50 mm dan panjang reduction section
(LC) adalah 60 mm.

1
Gambar 2.1. Bentuk Spesimen Uji Tarik (www.twi-global.com)
Hubungan antara tegangan dan regangan sebagai hasil dari uji tarik
secara umum digambarkan dalam suatu diagram yang disebut diagram
tegangan-regangan sebagai berikut.

Gambar 2,2, Diagram Tegangan-Regangan (www.pubs.sciepub.com)

Tegangan didefinisikan sebagai gaya yang terdistribusi secara internal di


dalam material, sedangkan regangan merupakan perubahan panjang yang
terjadi akibat perubahan tegangan dalam proses penarikan secara linier.

𝐹
Tegangan Teknis 𝜎𝐸 = [MPa]
𝐴0
∆𝐿 𝑚𝑚
Regangan Teknis 𝜀𝐸 = × 100% [𝑚𝑚%]
𝐿0

Keterangan:
F : Gaya tarik [N]
A0 : Luas penampang awal [mm2]
∆𝐿 : Perubahan panjang [mm]
𝐿0 : Panjang awal [mm]

2
Pada awal penarikan, antara tegangan dan regangan memiliki hubungan
linier. Daerah OA disebut daerah elastis, yaitu bila spesimen diberi beban
akan bertambah panjang dan apabila beban dihilangkan maka spesimen akan
kembali ke bentuk semula, fenomena tersebut dikenal sebagai deformasi
elastis. Hubungan antara tegangan dan regangan di daerah elastic dinyatakan
dalam Hukum Hooke.

Hukum Hooke 𝜎 =𝐸 ×𝜀 [MPa]

Keterangan:
𝜎 : Tegangan [MPa]
𝑚𝑚
𝜀 : Regangan [𝑚𝑚]

𝐸 : Modulus elastisitas / Modulus Young [MPa]

Titik A merupakan batas beban yang diberikan pada spesimen


mengalami deformasi elastic atau disebut juga dengan kekuatan luluh (yield
strength). Jika spesimen diberikan beban yang melampaui kekuatan luluhnya,
maka spesimen mengalami deformasi plastis atau deformasi permanen, yaitu
spesimen akan mengalami pertambahan panjang dan tidak kembali ke bentuk
semula jika beban dihilangkan.
Deformasi plastis sendiri terbagi menjadi dua, yaitu deformasi plastis
homogen (AB) dan deformasi plastis non-homogen (BC). Spesimen yang
mengalami deformasi plastis homogen memiliki hubungan perubahan ukuran
panjang dan luas penampang yang linier. Sedangkan deformasi plastis non-
homogen terjadi pengecilan setempat pada spesimen yang dikenal dengan
necking. Penarikan hingga Titik C menyebabkan spesimen putus (fracture).
Melalui diagram tegangan-regangan dapat ditentukan kekuatan
maksimum yang dapat diterima material, yang dikenal dengan kekuatan tarik
(Ultimate Tensile Strength) pada titik B dan dapat juga menentukan kekuatan
luluh (yield strength) dengan menggunakan metode offset – strain, yaitu
dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis elastis. Jarak atau

3
offset yang digunakan sebesar 0.2% atau 0.5% dari gauge length disesuaikan
dengan objektif pengujian.

Gambar 2.3. Jenis Yielding (a) Continuous Yelding, (b) Discontinuous Yielding
(Callister, 2001)

Pada kenyataannya, saat penarikan sebenarnya terjadi perubahan luas


penampang per satuan waktu penarikan yang berbeda, oleh karena itu
tegangan dan regangan yang sebenarnya terjadi meningkat.

Gambar 2.4. Perbandingan Kurva Tegangan-Regangan Teknis dan Sebenarnya


(Callister, 2001)

4
𝐹
Tegangan Sebenarnya 𝜎𝑇 = = 𝜎𝐸 (1 + 𝜀𝐸 ) [MPa]
𝐴𝑖
𝐿 𝑚𝑚
Regangan Sebenarnya 𝜀𝑇 = 𝑙𝑛 𝐿 𝑖 = (1 + 𝜀𝐸 ) [𝑚𝑚]
0

Keterangan:
Ai : Luas penampang per kondisi penarikan [mm2]
Li : Panjang per kondisi penarikan [mm]
L0 : Panjang awal [mm]

Keuletan (ductility) merupakan suatu sifat mekanik material yang


mengukur besar deformasi plastis yang terjadi. Material mengalami sedikit
atau tidak berdeformasi plastis disebut getas (brittle). Pengetahuan tentang
keuletan material menjadi penting. Pertama, untuk menentukan struktur yang
mengalami deformasi plastis sebelum patah. Kedua, untuk menentukan besar
deformasi yang diijinkan dalam proses manufaktur.
Ketangguhan (toughness) merupakan sifat mekanik material yang
menyatakan kemampuan material untuk menyerap energi hingga putus.
Ketangguhan dapat diukur dengan melakukan uji impak. Namun, melalui
diagram tegangan-regangan dapat memperkirakan ketangguhan yang
merupakan luas area di bawah kurva. Material dikatakan tangguh bila
memiliki kekuatan dan keuletan yang tinggi.

Gambar 2.5. Kurva Tegangan-Regangan untuk Material Ulet dan Getas


(Callister, 2001)

5
Permukaan patahan logam dibagi menjadi dua jenis, yaitu patah ulet dan
patah getas (ductile and brittle fracture). Pembagian ini didasarkan pada
kemampuan logam untuk mengalami deformasi plastis. Patah ulet biasanya
ditunjukkan dengan munculnya bentuk cup and cone yang menunjukkan
terjadinya deformasi plastis yang besar. Sedangkan patah getas mengalami
retakan yang terjadi sangat singkat diikuti deformasi plastis yang sedikit.

Gambar 2.6. Jenis Patahan (a) Patah Ulet, (b) Patah Getas (Callister,
2001).

III. PERALATAN PERCOBAAN


a. Mesin uji tarik Hung Ta HV 9501
b. Caliper, penggaris dan penitik
c. Spesimen baja karbon AISI 1020

Gambar 3.1. Mesin Uji Tarik Hung TA HV 9501.

6
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Ukur panjang spesimen dan catat pada lembar data.
b. Ukur panjang awal (gauge length, Lo).
c. Ukur diameter/tebal spesimen.
d. Dokumentasikan benda uji.
e. Letakan spesimen pada tempatnya di mesin uji tarik, mengencangkan
gripper agar tidak terjadi slip. Menentukan beban uniaksial yang pertama
harus diberikan dan melakukan penarikan sampai spesimen patah.
f. Satukan patahan dari spesimen uji dan mengukur panjang akhir (Lf),
diameter/tebal akhir spesimen.
g. Analisis permukaan patahan dari spesimen menggunakan stereo
mikroskop.

Gambar 4.1. Spesimen Uji Tarik Menurut ASTM E38M.

V. TUGAS DAN PERTANYAAN


Wajib:
1. Dari data yang diperoleh buatlah diagram tegangan-regangan teknis
(engineering), dan tentukan kekuatan tarik (ultimate tensile strength) dan
kekuatan luluh (yield strength), serta keuletan logam dan perkirakanlah
ketangguhannya!
Jawab:
(Di perhitungan)

2. Jelaskan perbedaan antara deformasi elastis dan deformasi plastis ditinjau


secara mikroskopik!
Jawab:
Secara mikroskopik, pada deformasi elastis pergeseran atom yang terjadi
sangat kecil, dikarenakan gaya yang diberikan kecil, sehingga atom - atom

7
yang digeser karena gaya tersebut, akan bergeser kembali dan bentuk
benda menjadi seperti semula. Sedangkan pada deformasi plastis, atom-
atom yang bergeser melebihi ambang batas kestabilan yang membuat atom
tersebut melebar/memanjang. Kasus ini dikarenakan suatu benda
dikenakan gaya yang besar sehingga suatu bentuk benda tidak akan
kembali kebentuk semula lagi.

3. Jelaskan apa yang dimaksud continuous yielding dan discontinuous


yielding! Bagaimana kedua fenomena yielding tersebut dapat terjadi?
Jawab:
Continuous dan discontinuous yielding adalah jenis pada uji tarik
yang membedakan suatu jenis material dengan material lainnya. Pada
continuous yielding penarikan bahan material menggunakan baja dengan
komposisi karbon yang tinggi, sehingga sifat baja menjadi ulet dan keras,
dengan begitu jika baja tersebut dikenakan suatu beban pada titik yield,
baja teresebut akan langsung patah. Sedangkan discontinuous yielding
baja-baja yang dipakai menggunakan komposisi karbon yang kecil dan
biasanya dibawah 0,2%. Pada patahan discontinuous yielding,
dikarenakan tedapat rongga kosong yang tidak diisi dengan karbon, maka
jika diberikan suatu beban, baja tersebut tidak langsung patah, namun ada
sedikit liuk-liukan dan adanya serat logam, dibandingkan dengan
continuous yielding yang patahannya halus dan memiliki bentuk cup and
cone.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keuletan (ductility)? Bagaimana cara


menentukan keuletan logam? Serta jelaskan pengaruh gauge length
terhadap keuletan logam!
Jawab:
Keuletan adalah suatu sifat mekanik material yang mengukur
seberapa besar nilai perubahan bentuk suatu benda yang tidak akan
kembali kebentuk awalnya atau yang disebut deformasi plastis. Penentuan
suatu keuletan logam harus dengan cara pengujian tarik yang

8
menghasilkan suatu kurva regangan dan tegangan yang akan diketahui
hasil dari seberapa panjang regangan yang dihasilkan sampai logam
tersebut patah.
Dikarenakan perumusan dari regangan berbanding terbalik dengan
panjang awal (gauge length), sehingga jika gauge length memiliki angka
yang besar maka nilai regangan akan semakin kecil dan material tersebut
akan lembek. Dan jika gauge length memiliki jarak yang pendek, maka
hasil dari regangan akan semakin besar dan material tersebut akan lebih
keras dan ulet.

5. Jelaskan mengapa nilai kekuatan tarik dan kekuatan luluh penting untuk
ditentukan dalam bidang teknik!
Jawab:
Kekuatan tarik dan kekuatan luluh penting karena dapat mengetahui
batas – batasan kemampuan suatu material pada batasan yield strenght,
necking, dan fracture. Sehingga dalam bidang teknik biasanya
dipergunakan dalam bidang keselamatan / safety product (bagaimana
suatu mesin dapat menjamin keamanannya), contohnya mesin gondola
pengangkut barang, mesin tersebut seharusnya sudah dicek kondisi
material pada kabel logam yang nantinya akan menerima berat dari beban
gondola tersebut. Sehingga dalam hal ini, dapat menentukan batasan
maximum-minimum suatu berat yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan.

menyebabkan benda patah. Salah satu penggunaanya adalah sebagai alasan


keamanan. Terdapat 2 perubahan bentuk yaitu deformasi elastis dan plastis, pada
daerah deformasi elastis akan diketahui seberapa besar beban maksimum yang
dapat ditahan oleh komponen dari material tersebut hingga dapat kembali ke bentuk
semula yang merupakan kekuatan luluh dari material tersebut, dimana nilai tersebut
digunakan untuk menentukan safety factor. Kemudian kekuatan tarik merupakan
suatu nilai yang digunakan untuk menentukan spesifikasi dan kontrol kualitas dari
material yang berada pada daerah plastis homogen. Kekuatan tarik dijadikan dasar

9
untuk menetapkan tegangan maksimum yang dapat diberikan kepada material
hingga material mulai mengalami necking yang kemudian menyebabkan material
putus. Hal tersebut dapat terlihat pada lift, dimana pada lift terdapat beban
maksimum yang dapat ditampung sebagai beban maksimum yang masih dalam
batas aman, apabila beban yang ditampung melebihi kapasitas maksimum yang
telah ditetapkan, maka dapat menyebabkan kabel penghubung pada lift akan
mengalami pengecilan penampang setempat kemudian secara perlahan kabel akan
putus.

Pilihan (soal pilihan nomor 2):


6. Cari literatur untuk sifat mekanik dari baja AISI 1020, sertakan sumber!
Jawab:
Berikut sifat mekanik dari baja AISI 1020 :

Tabel 5.1. Sifat Mekanik Baja AISI 1020

Tabel 5.2. .Komposisi Kimia Aisi 1020

(sumber: Tiastuti, J. Analisis Perambatan Retak Baja Aisi. 2016)

10
VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN DAN ANALISIS
VI.1 Lembar Data
(Terlampir).

VI.2. PERHITUNGAN

Berikut perhitungan Kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan keuletan suatu


logam :

Grafik Regangan-Tegangan Teknis


700

600

500
N/mm2

400
Stress

300
Regangan
200

100

0
-5 0 5 10 15 20 25 30 35
Strain (%)

Gambar 6.1. Diagram Tegangan-Regangan Teknis (Engineering)

 Perhitungan manual untuk mendapatkan tegangan teknis dan regangan


teknis pada garis grafik diatas (memakai contoh nomor 40) :
Delta L = 0,6075 mm
F = 445,1437
Lo = 50 mm
A1 = 122,718 mm2
Untuk perhitungan tegangan teknis menggunakan rumus :
𝐹 445,143
𝜎𝑇 = =122,718 = 3,62 Mpa
𝐴𝑖

Perhitungan regangan :

11
L 0,6075
𝜀𝑇 = x100% = x100% = 1,125 mm
L0 50

 Kekuatan Tarik (Ultimate Tensile Strength)


Kekuatan tarik dilihat dari kurva tegangan – regangan teknis
(Engineering) tertinggi yaitu dari nilai stress terbesar.
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 620.0857  620,09 N/mm2
 Kekuatan Luluh (Yield Strength)
Pada batasan jarak Offset strain menggunakan rumus = 0.2% x total awal
Strain untuk mengetahui jarak pada sumbu X dan nantinya menarik garis
sejajar pada sumbu Y. Jarak Offset Strain = 0.2% x 50, sehingga
menghasilkan jarak 0,1. Jarak tersebut akan ditarik garis dari titik 0,06
(perkiraan jarak) dari grafik Regangan – Tegangan yang menjadi 0,16
mm. Pada jarak 0,16 mm akan ditarik garis ke sumbu Y sejajar dengan
garis kurva tegangan – regangan teknis, sehingga dapat mengetahui yield
strength yaitu 601 N/mm2.

 Keuletan Logam (Elongation)


∆𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Rumus : 𝜀 = × 100%
𝐿0

∆𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Lc (panjang Akhir) – L0 (Panjang awal)


Perhitungan:
Lc = 55,7 mm
L0 = 50 mm
∆𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 55,7 – 50 = 5,7 mm
5,7
𝜀= × 100%
50
𝜀 = 11,4%

VI.3. ANALISIS
Pada pengujian praktikum kali ini, praktikan melakukan pengukuran
untuk mengetahui panjang awal dari sebuah spesimen yang nantinya akan
mengalami pengujian tarik untuk menentukan kekuatan dan keuletan pada
spesimen tersebut. Untuk pengujian tarik tersebut menggunakan alat yang

12
dinamakan Hung TA HV9501 yang dengan menggunakan bantuan komputer
sehingga mendapatkan hasil – hasil uji keregangan dan keuletan.
Untuk hasil yang didaptkan logam menghasilkan patahan yang
permukaan logamnya menjadi berbentuk cup and cone, yang berarti jenis
logam berifat ulet dan keras.
Pada hasil grafik tegangan – regangan dapat dilihat bahwa garis pada
grafik dari awal tidak langsung dalam keadaan naik, tetapi grafik
menunjukan ada sedikit garis datar kekanan lalu grafik tersebut naik.
Keadaan tersebut dikarenakan alat grip yang dipasang pada kedua sisi
spesimen pada awal penarikan harus mencocokan cengkramannya terlebih
dahulu, sehingga adanya gaya tarik terlebih dahulu pada pegangan yang
mengakibatkan pertambahan panjang pada spesimen.
Pada grafik kurva yang telah dihasilkan, dapat terlihat beberapa
daerah yang didapat pada grafik kurva tegangan-regangan tersebut
diantaranya pada kondisi pertama, perpotongan antara garis batas
maksimum elastis dengan kurva yang merupakan daerah elastis yang
memungkinkan suatu spesimen dapat kembali kebentuk awalnya. Setelah
melewati batas yield strength nya daerah kedua merupakan daerah
deformasi plastis yang homogen, karena belum adanya pengecilan diameter
pada medium spesimen. Pada daerah yang ketiga merupakan daerah
deformasi plastis yang non homogen yaitu awal dari necking yang artinya
tidak ada massa yang diekspansi lagi maka gaya tarik yang diterima diambil
dari luasnya, sehingga adanya perubahan luas penampang sampai akhirnya
spesimen akan putus.
Pada hasil pengujian tarik ini mendapatkan nilai hasil dari kurva
regangan-tegangan teknis teoritis memiliki perbedaan nilai kekuatan tarik
terhadap kurva pada praktikum. Ini dikarenakan pada perhitungan teoritis uji
kekuatan tarik tidak terdapat faktor perhitungan luas penampang, tetapi
perhitungan hanya menggunakan nilai perubahan panjang. Sedangkan pada
kurva praktikum meperhitungakan diameter luas penampang spesimen
tersebut. Perbedaan ini sangat penting, karena luas permukaan juga
menetukan keuletan tidaknya suatu spesimen yang mengalami suatu beban.

13
Jika suatu spesimen memiliki luas permukaan yang luas, akan semakin ulet
karena besarnya gaya yang diserap akan masuk kedalam atom-atom tersebut
dan akan terjadi pemaksaan pengurangan medium suatu spesimen. Dan jika
luas penampang suatu spesimen kecil, akan semakin cepat putus karena cepat
habisnya medium spesimen.
VII. 3. KESIMPULAN
 Dalam pengujian uji tarik penting bagi suatu material untuk mengetahui
nilai deformasi plastis homogen, dan deformasi plastis non homogen.
 Suatu material ulet apabila luas kurva pada pengujian regangan-tegangan
memiliki luas yang besar.
 Terdapat keuntungan dan kerugian suatu material yang memiliki tingkat
karbon yang tinggi dan yang rendah. Pada material dengan karbon tinggi,
memiliki struktur yang kuat namun jika diberi beban besar akan langsung
patah. Pada material dengan intensitas karbon yang kecil, jika diberi
beban yang besar belum terjadinya patahan, namun kekurangannya yaitu
material tersebut jika dikenakan beban terus menerus bisa terjadi
kebengkokkan.
 Lebih akuratnya penggambaran kurva grafik pada komputer
dibandingkan perhitungan manual

VIII. DAFTAR PUSTAKA


[1] ---------, (2000): ASM Metals Handbook Volume 8: Mechanical
Testing and Evaluation, ASM International, Ohio.
[2] Callister, W.D., (2001): Fundamentals of Materials Science and
Engineering, John Willey & Sons, New York.
[3] ---------, (1991): Annual Book of ASTM Standards, Section 3: Metal
Test Methods and Analytical Procedure, Philadelphia.
[4] Dieter, G.E., (1988): Mechanical Metallurgy, McGraw Hill Book
Co., London.
[5] Davis, H.E., et al, (1964): The Testing and Inspection of Engineering
Materials, McGraw Hill Book Co., London.

14
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1. Jangka Sorong (Caliper).

Gambar 9.2. Mesin Uji tarik Hung TA HV 9501.

Gambar 9.3. Hasil Spesimen.

15

Anda mungkin juga menyukai