: Suselo Suluhito
NIM
: 13108095
Kelompok
:9
Anggota (NIM)
: Jonathan RMS
(13108057)
Isra Hadi
(13108059)
Alfian Sulthoni
(13108061)
(13108067)
Edo Prawiratama
(13108074)
Tony Kosasih
(13108094)
Suselo Suluhito
(13108095)
Tanggal Praktikum
: 27 April 2010
: Fuji Rahmat
Tanggal Pengesahan
: 15 April 2010
(13706036)
Laboratorium Metalurgi
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2010
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TEORI DASAR
Kegagalan suatu material yang disebabkan oleh beban dinamik tidak menunjukkan
deformasi terlebih dahulu. Kegagalan yang disebabkan oleh fatigue dapat dijelaskan melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Crack Initiation
2. Crack Growth
3. Ultimate Failure
Ketiga tahap tersebut dapat kita amati secara visual dari permukaan struktur
patahanya. Crack Initiation adalah kondisi dimana dimulai terjadinya retakan. Awal dari
retakan ini disebakan oleh kosentrasi tegangan. Penyebab konsentrasi tegangan ini
bermacam-macam diantaranya adalah goresan, impurities, inklusi, dan tegangan sisa.
Crack Growth atau Crack Propagation adalah kondisi penjalaran retakan. Kondisi
perambatan retakan pada baja ulet, akan berlangsung melalui bidang gesernya, kemudian
akan terus merambat searah dengan tegangan tarik yang diterimanya.
Pada kondisi Ultimate Failure, material sudah tidak dapat menahan beban lagi beban
yang diterimanya. Pada kondisi Ultimate Failure ini, kita dapat mengamati dengan jelas awal
retakan, rambatan retakan hingga akhirnya patah.
Jenis beban dinamik sinusoidal terdapat 3 macam. Berikut adalah macam-macam
beban dinamik sinusoidal dan gambar gradiknya:
a. Beban tegangan bolak-balik (reversed stress)
b. Beban tegangan berulang (repeated stress)
c. Beban tegangan tidak beraturan (random stress)
Gambar 1. Kurva Reserved Stress (kiri atas), Kurva Repeated Stress (kanan atas), Kurva
Random Stress (bawah)
Factor-faktor penyebab kelelahan ada tiga macam. Yaitu:
1. Tegangan maksimum bernilai tinggi
2. Variasi tegangan
3. Siklus tegangan yang besar
Selain tiga faktor diatas terdapat variable lain seperti kosentrasi tegangan, korosi,
temperature, overload, struktur metalurgi, tegangan sisa, dan tegangan kombinasi.
Fatigue limit atau batas lelah basis besi dan bukan besi dapat diketahui dari kurva S-N
yaitu kurva tegangan (S) tehadap banyaknya siklus (N). Berikut kurvanya:
(1)
Alternating Stress:
a=
r max min
=
2
2
(2)
Mean Stress:
m=
max + min
2
(3)
Stress Ratio:
R=
min
max
Amplitude Ratio:
(4)
A=
a 1R
=
m 1+ R
(5)
Pada material baja dan titanium, S-N kurva menjadi horizontal pada batas tegangan
tertentu. Batas tegangan tersebut disebut dengan Fatigue Limit atau batas daya tahan. Fatigue
Limit merupakan batas dimana material dapat bertahan tidak akan mengalami Failure dengan
siklus tak terhingga.
Pada material bukan besi seperti aluminium, magnesium, dan campuran tembaga
mempunyai penurunan kemiringan kurva sejalan dengan meningkatnya jumlah siklus.
Material-material tersebut tidak mempunyai Fatigue Limit sehingga selalu mengalami
Failure pada semua nilai tegangan.
BAB III
DATA PERCOBAAN
A. DATA PERCOBAAN
1. Material
: Baja ST 37
3. Dimensi Spesimen
a. Panjang(l)
: 304 mm
b. Lebar(b)
: 19.40 mm
c. Tebal(h)
:19.15 mm
4. Jarak Tumpuan
: 150 mm
5. Laju Pembebanan
: 10 kg/menit
BAB IV
ANALISA DATA
16000
13447.78
14000
12000
10580.26
10000
Load (N)
8000
6000
4000
2000
0
0
10
12
Kurva uji tarik antara beban dan pertambahan panjang terjadi pergeseran dari literatur.
Angka awal pembebanan seharusnya dimulai pada pertambahan panjang 1,8 mm. Hal
tersebut disebabkan kurang kencangnya mesin uji untuk menarik specimen pada awal
penarikan sehingga mesin mulai melakukan pembebanan efektif ketika pada pertambahan
panjang 1,8 mm yang menyebabkan terjadinya pergeseran kurva load dan pertambahan
panjang.
Adanya gelombang naik turun secara ekstrim pada kurva menunjukkan bahwa mesin
uji tarik kurang bekerja dengan baik. Sehingga ketika terjadi pengecilan diameter pada
specimen, mesin sedikit tergelincir akibat kurang kencangnya penjepitan.
Pada garis kurva setelah pertambahan panjang 8,5 mm diabaikan karena specimen
sudah patah.
Berikut kurva engineering stress-strain:
kurva tegangan
dan strain
engineering
300.000
200.000
100.000
-
0.200
0.400
F
Ao
dan
e=
l llo
=
lo
lo
Pada kurva true stress dan true strain gambar grafiknya agak berbeda dengan kurva
engineering stress-strain. Hal ini disebabkan pada true stress-strain nilai pembebanan saat
kondisi tertentu dibagi dengan luas permukaan pada saat itu juga. Sedangkan pada
engineering stress-strain, nilai pembebanan pada saat kondisi tertentu dibagi dengan luas
permukaan awal. Pada true stress-strain sebelum necking digunakan persamaan sebagai
berikut:
=
F
( e +1 )=S( e+1)
Ao
=ln ( e+ 1)
t=
F
A
t =ln
Ao
A
kurva tegangan
dan strain
sebenarnya
400.00
200.00
0.000 0.100 0.200 0.300
kurva logaritma
tegangan
sebenarnya dan
logaritma regangan
sebenarnya
1.000
0.500
0.000
-2.000 -1.500 -1.000 -0.500
Grafik kurva pada percobaan dengan teori berbeda tapi mengalami kemiripan.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh specimen yang jenisnya kurang homogen, mesin uji tarik
yang sudah terlalu tua, dan kondisi lingkungan yang ditentukan berbeda pada saat pengujian
langsung dengan pengujian pada teori. Selain itu factor human eror juga berpengaruh pada
pembacaan karena data yang diambil hanyalah 10 nilai sehingga galat erornya lebih besar
daripada teori yang dilakukan dengan pengambilan banyak data.
Pada data percobaan menunjukan diameter dan panjang specimen mengalami
pengecilan setelah diuji tarik. Hal tersebut dikarenakan struktur atom-atom pada specimen
mengalami penggepengan yang memanjang. Sehingga specimen mengalami pemanjangan
dari sumbu panjang specimen dan mengalami pengurangan diameter karena penggepengan
pada sumbu diameter.
Kekerasan setelah diuji tarik lebih tinggi dari kekerasan pada specimen sebelum diuji
karena ketika penagalami penggepengan yang memenajang, struktur atom pada specimen
saling merekat dan ruang antar struktur atom tersebut menjadi berkurang. Karena ruang antar
struktur atom tersebut sudah hamper tidak ada ruang kosong.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sifat material yang didapatkan dari uji tarik antara lain: kekuatan, ketangguhan, keuletan,
kekuatan luluh dan modulus elastisitas.
2. Pada saat pengujian, spesimen melewati 3 tahap sebelum patah yaitu tahap deformasi
elastis, tahap deformasi plastis, dan tahap necking.
3. Nilai tegangan terus meningkat setelah batas ultimate point pada kurva regangan-tegangan
yang sebenarnya karena dalam melakukan perhitungan terhadap kurva dimasukkan
unsur perubahan diameter.
4. Bagian naik turun pada grafik tegangan regangan disebut fenomena luders band
disebabkan karena specimen uji adalah baja karbon rendah (menurut literature)
5. Adanya peningkatan kekerasan specimen karena adanya strain hardening.
6. Pada pengujian tarik, spesimen mengalami strain hardening akibat penumpukan dislokasi
disokasi yang terhambat pergerakannya.
.7. Hasil patahan spesimen yang berbentuk cup and cone menunjukkan
bahwa sesimen mengalami patah ulet dan bersifat elastis.
8. Perbedaan teori dan pengujian diakibatkan karena fektor lingkungan, spesiemen, mesin uji
tarik, dan human eror.
Saran
Saat praktikum hendaknya diberi penjelasan mengenai keterkaitan uji tarik dengan kehidupan
sehari-hari.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
BAB VII
LAMPIRAN
Date & Time:
Test ID :
Name :
Comment :
Sampling
(Hz) :
Max. Points :
13-4-2010
Kel.9 Uji Tarik MS
Time (sec)
Channel 1
0.108154
0.072754
0.056396
0.170166
0.244385
0.193115
0.423096
1.307373
2.299316
4.084473
4.114258
3.991455
4.546387
4.384033
4.72168
4.915527
5.080566
5.700928
5.570801
5.254639
5.471191
5.624023
5.772705
5.663086
0
2.03
4.01
6.04
8.02
10.05
12.03
14
16.03
18.01
20.04
22.02
24
26.03
28.01
30.04
32.02
34
36.03
38
40.04
42.01
44.05
46.02
0.5
800
Channel
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
e
0
0.276587
0.546363
0.82295
1.092725
1.369312
1.639087
1.9075
2.184087
2.453863
2.73045
3.000225
3.27
3.546587
3.816363
4.09295
4.362725
4.6325
4.909087
5.1775
5.45545
5.723863
6.001812
6.270225
beban
286.6875
192.8507
149.4917
451.0637
647.7973
511.8958
1121.511
3465.489
6094.86
10826.82
10905.77
10580.26
12051.23
11620.88
12515.88
13029.72
13467.19
15111.6
14766.67
13928.61
14502.63
14907.75
15301.87
15011.29
48
50.03
52.01
54.04
56.02
58
60.03
62.01
64.04
66.02
68.05
70.03
72
74.04
76.01
78.05
80.02
5.433838
5.51123
5.763184
5.620605
5.416748
5.073242
4.192627
2.282227
1.495605
0.534424
0.217773
0.099609
0.105469
0.087646
0.138916
0.0979
0.131104
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6.54
6.816587
7.086363
7.36295
7.632725
7.9025
8.179087
8.448863
8.72545
8.995225
9.271812
9.541587
9.81
10.08795
10.35636
10.63431
10.90272
14403.62
14608.77
15276.63
14898.69
14358.32
13447.78
11113.51
6049.56
3964.442
1416.612
577.2579
264.0373
279.5689
232.3269
368.2284
259.5072
347.5196
16000
13447.78
14000
12000
10580.26
10000
Load (N)
8000
6000
4000
2000
0
0
10
12
300.000
200.000
100.000
-
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.000
0.100
0.200
0.300
kurva logaritma
tegangan sebenarnya
dan logaritma
regangan sebenarnya
1.000
0.500
-2.000
-1.500
0.000
-1.000 -0.500
300.000
200.000
100.000
-
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.000
0.100
0.200
0.300
kurva logaritma
tegangan sebenarnya
dan logaritma
regangan sebenarnya
1.000
0.500
-2.000
2. Tensile Strength
-1.500
0.000
-1.000 -0.500
: 475,526 MPa
Yield Strength
: 400 MPa
: 3.518,465 MPa
Modulus Resilence
: 22,74 MPa
5. Luders Band
2. Strain Hardening
6. Deformasi Plastis
3. Reduction Area
7. Deformasi Elastis
4. Frakture
4. Luders Band adalah fenomena terjadinya upper yield dan lower yield yang timbul
berkali-kali pada daerah antara deformasi elastic dengan deformasi plastis.
8.
5. Kita menentukan gage length untuk mengetahui perubahan panjang dan diameter
yang terjadi setelah uji tarik dilakukan pada specimen. Gage length dibuat dengan
syarat L/d =3-5 karena menyesuaikan dengan ASTM. Selain itu, kita menggunakan
syarat tersebut untuk proporsionalitas ukuran specimen dan lahan specimen pada
mesin uji tarik.
9.
10.
11.
12. Diagram konversi uji tarik ke uji keras.
13.
14.
K n
16. dari gambar berikut ini kita dapat mengamati bahwa n adalah slope kemiringan pada
kurva logaritma stress-strain. Sehingga dapatkan persamaan:
real real
17.
log
18. sedangkan nilai K adalah nilai koefisien kekuatan material yang didapat dari percobaan.
19.
20.
21.