Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa , kelompok 11 telah menyelesaikan laporan Praktikum
Material Teknik / Ilmu Logam. Dimana Praktikum ini merupakan syarat bagi Mahasiswa Teknik
Mesin-UNTAG untuk dapat melanjutkan tugas-tugas yang lain.
Akhir kata kami selaku kelompok 11, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium, Dosen
Pembimbing, serta para asisten Lab. Logam, yang telah membimbing kami sehingga
terselesaikannya Laporan Praktikum Material Teknik / Ilmu Logam ini.
penulis
PENGUJIAN TARIK
I. Tujuan Pengujian
Pengujian tarik biasanya dilakukan terhadap spesimen/batang uji yang standart. Bahan
yang akan diuji tarik mula-mula dibuat menjadi batang uji dengan bentuk sesuai dengan suatu
standart. Salah satu bentuk batang uji dapat dilihat pada Gambar 2.1 Pada bagian tengah dari
batang uji (pada bagian yang parallel) merupakan bagian yang menerima tegangan yang uniform,
dan pada bagian ini diukurkan “panjang uji” (gauge length), yaitu bagian yang dianggap
menerima pengaruh dari pembebanan, bagian ini yang selalu diukur panjangnya selama proses
pengujian.
Batang uji ini dipasang pada mesin tarik, dijepit dengan pencekam dari mesin tarik pada
ujung-ujungnya dan ditarik ke arah memanjang secara perlahan. Selama penarikan setiap saat
dicatat/tercatat dengan grafik yang tersedia pada mesin tarik, besarnya gaya tarik yang bekerja
dan besarnya pertambahan panjang yang tejadi sebagai akibat dari gaya tarik tersebut. Penarikan
berlangsung terus sampai batang uji putus.
Data yang diperoleh dari mesin tarik biasanya dinyatakan dengan grafik beban –
pertambahan panjang (grafik P - L). Grafik ini masih belum banyak gunanya karena hanya
menggambarkan kemampuan batang uji (bukan kemampuan bahan) untuk menerima beban gaya.
Untuk dapat digunakan menggambarkan sifat bahan secara umum, maka grafik P - L harus
dijadikan grafik lain yaitu suatu diagram Tegangan – Regangan (Stress – stram diagram), disebut
juga suatu diagram - , kadang-kadang juga disebut Diagram Tarik.
Pada saat batang uji menerima beban sebesar P kg maka batang uji (yaitu panjang uji)
akan bertambah sebesar L mm.
Pada saat itu pada batang uji bekerja tegangan yang besarnya:
= P/Ao
dimana Ao = luas penampang batang uji mula-mula
Juga pada saat itu pada batang uji terjadi regangan yang besarnya :
= L/Lo = (L – Lo)/Lo
dimana Lo = panjang “panjang uji” mula-mula
L = panjang “panjang uji” saat menerima beban
Tegangan dituliskan dengan satuan kg/mm2, kg/cm2, psi (pound per square inch) atau
Mpa (Mega Pascal = 106 N/m2). Regangan dapat dinyatakan dengan persentase pertambahan
panjang, satuannya adalah persen (%) atau mm/mm, atau in/in.
Gambar 2.2 dibawah, salah satu contoh bentuk diagram tegangan-regangan, yaitu
diagram tegangan – regangan suatu baja yang ulet (baja karbon rendah).
Dari diagram diatas tampak bahwa pada tegangan yang kecil grafik berupa garis lurus, ini
berarti bahwa besarnya regangan yang timbul sebagai akibat tegangan yang kecil tersebut
berbanding lurus dengan besarnya tegangan yang bekerja (Hukum Hook). Hal ini berlaku hingga
titik P, yaitu batas kesebandingan atau proportionality limit.
Jadi bila pengujian tarik dilakukan dengan penambahan beban secara perlahan mula-mula
akan terjadi pertambahan panjang yang sebanding dengan penambahan gaya yang bekerja.
Kesebandingan ini berlangsung terus sampai beban mencapai titik P (proportionality limit),
setelah itu pertambahan panjang yang terjadi sebagai akibat penambahan beban tidak lagi
berbanding lurus, pertambahan beban yang sama akan menghasilkan pertambahan panjang yang
lebih besar. Dan bahkan pada suatu saat dapat terjadi pertambahan panjang tanpa ada
penambahan beban, batang uji bertambah panjang dengan sendirinaya. Dikatakan batang uji
mengalami yield (luluh). Keadaan ini berlangsung hanya beberapa saat dan sesudah itu beban
akan naik lagi untuk dapat memperoleh pertambahan panjang (tidak lagi proportional).
Kenaikan beban ini akan berlangsung terus sampai suatu maksimum, dan untuk logam
yang ulet (seperti halnya baja karbon rendah) sesudah itu beban mesin tarik akan menurun lagi
(tetapi pertambahan panjang terus berlangsung) sampai akhirnya batang uji putus. Pada saat
beban mencapai maksimum pada batang uji terjadi pengecilan penampang setempat (local
necking), dan pertambahan panjang akan terjadi hanya di sekitar necking tersebut. Peristiwa
seperti ini hanya terjadi pada logam yang ulet, sedang pada logam-logam yang lebih getas tidak
terjadi necking dan logam itu akan putus pada saat beban maksimum.
Bila pengujian dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda yaitu beban dinaikkan
perlahan-lahan sampai harga tertentu lalu beban diturunkan lagi sampai nol, dinaikkan lagi
sampai diatas harga tertinggi yang sebelumnya lalu diturunkan lagi sampai nol, demikian terus
berulang-ulang, maka akan terlihat bahwa pada beban yang kecil disamping berlaku Hukum
Hook juga logam masih elastis, pada saat menerima beban akan bertambah panjang tetapi bila
beban dihilangkan pertambahan panjang juga akan hilang, batang uji kembali ke bentuk dan
ukuran semula.
Keadaan ini berlangsung sampai batas elastik (elastic limit, titik E). Jadi untuk beban rendah,
pertambahan panjang mengikuti garis OP (gambar 2.2).
Bila beban melebihi batas elastik, maka bila beban dihilangkan pertambahan panjang
tidak seluruhnya hilang, masih ada terdapat pertambahan panjang yang tetap, atau pertambahan
panjang yang plastik. Besarnya pertambahan panjang plastik ini dapat dicari dengan menarik
garis sejajar dengan garis pertambahan panjang elastik (garis OP) dari titik yang menunjukkan
besarnya beban/tegangan yang bekerja, pada grafik (Gambar 2.3)
Diagaram tegangan – regangan dapat dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah elastik dan
daerah plastik. Yang menjadi batas antara kedua daerah tersebut seharusnya adalah batas elastik,
titik E, tetapi ini tidak praktis karena mencari titik E cukup sulit, maka yang dianggap sebagai
batas antara daerah elastik dan plastik adalah titik luluh (yield point), Y.
Diagram seperti contoh diatas, dimana yield tampak jelas dan patah terjadi tidak pada
beban maksimum, sebenarnya jarang terjadi. Ini akan terjadi hanya pada beberapa logam yang
cukup ulet, seperti baja karbon rendah yang dianil. Pada logam yang lebih getas yield kurang
nampak, bahkan tidak terlihat sama sekali dan putus akan terjadi pada beban maksimum.
Pada Gambar 2.4 terlihat beberapa jenis diagram tegangan – regangan yang sering
dijumpai pada logam. Logam dikatakan getas bila setelah putus hanya terdapat sedikit regangan
plastik (kurang dari 0,050 in/in), dan bila regangan plastik yang terjadi lebih dari itu logam dapat
dianggap ulet.
2.3.1.1. Sifat mekanik di daerah elastik
1. Kekuatan elastik menyatakn kemampuan untuk menerima beban/tegangan tanpa
berakibat terjadinya deformasi plastik (perubahan bentuk yang permanen).
Kekuatan elastik ini ditunjukkan oleh titik yield (besarnya tegangan yang
mengakibatkan terjadinya yield).
Untuk logam – logam yang ulet memperlihatkan terjadinya yield dengan jelas,
tentu batas ini mudah ditentukan, tetapi untuk logam – logam yang lebih getas
dimana yield dapat dicari dengan menggunakan off set method. Harga yang
diperoleh dengan cara ini dinamakan off set yield strength (kekuatan luluh).
Dalam hal ini yield dianggap mulai terjadi bila sudah timbul regangan plastik
sebesar 0,2 % atau 0,35 % (tergantung kesempatan). Secara grafik, offset yield
strength dapat dicari dengan menarik garis sejajar dengan garis elastik dari titik
regangan 0,2 % atau 0,35 % hingga memotong kurva. Titik perpotongan ini
menunjukkan yield.
(lihat gambar 2.5)
Kekuatan elastik ini penting sekali dalam suatu perancangan karena tegangan
yang bekerja pada suatu bagian tidak boleh melebihi yield point/strength dari bahan,
2. Kekakuan (stiffness). Suatu bahan yang memiliki kekakuan tinggi bila mendapat
beban (dalam batas elastiknya) akan mengalami deformasi elastik tetapi hanya
sedikit saja.
Kekakuan ditunjukkan oleh modulus elastisitas (Young’s modulus, E)
E = el/ol
Makin besar harga E, makin kaku. Harga E untuk semua baja hampir sama saja,
sekitar 2,15 x 106 kg/cm2 atau 30 x 106 psi, harga ini hampir tidak terpengaruh
oleh komposisi kimia, laku – panas dan proses pembentukannya (sifat mekanik
lain akan terpengaruh oleh hal – hal tersebut).
Kekakuan untuk beberapa rancang bangun tertentu sering lebih penting daripada
kekuatan. Misalnya untuk mesin perkakas, bila rancang bangunya kurang kaku
maka akan mengakibatkan proses permesinan yang dikerjakan dengan mesin
tersebut akan kurang akurat.
Kekakuan juga dapat dinyatakan dengan Poisson’s ratio. Bila batang uji ditarik
secara uniaxial ke arah memanjang maka disamping akan terjadi regangan ke arah
memanjang sebesar x, juga akan mengalami regangan ke arah melintang yaitu
sebesar y, Poisson ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan ke
arah melintang dengan regangan ke arah memanjang, pada tegangan yang masih
dalam batas elastik.
= -y/x
Harga negatif diberikan karena regangan ke arah melintang mempunyai harga
negatif sedang ke arah memanjang mempunyai harga positif.
Harga untuk logam biasanya berkisar antara 0,25 dan 0,35. makin besar harga
suatu logam maka logam itu maikn kurang kaku.
3. Resilien (Resilience) menyatakan kemampuan untuk menyerap energi (kerja)
tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi plastik. Jadi dapat dinyatakan dengan
banyaknya energi yang diperlukan untuk mencapai batas elastik. Resilien
dinyatakan dengan modulus resilien (modulus of resilience) yang didefinisikan
sebagai banyaknya energi yang diperlukan untuk meregangkan satu satuan
volume bahan hingga sampai batas elastik. Ini dapat dinyatakn secara grafik
sebagai luasan di bawah grafik daerah elastik (gambar 2.6.).
Dari gambar 2.6. dapat dihitung besarnya modulus of resilience :
UR = ½ E . E = E2/2E
Dari hubungan di atas dapat dilihat bahwa mdulus resilien ditentukan oleh E dan
E. tetapi Karena harga E dari suatu logam boleh dikatakan tidak berubah maka
modulus resilien hanya ditentukan oleh E, kekuatan elastik (yield
point/strength).
Karena harga E baja akan naik dengan naiknya kekuatan tarik maksimum uR,
maka bila kekuatan tarik maksimum suatu baja makin tinggi modulus resiliennya
juga makin tinggi. (lihat gambar 2.7 dan Tabel 2.2)
Tabel 2.2. MOULUS OF RESILIENCE FOR VARIOUS MATERIALS
Modulus of
Material E, psi so, psi resilience, UR
Medium-carbon steel 30 x 106 45,000 33,7
High-carbon spring steel 30 x 106 140,000 320
Duraluminum 10,5 x 106 18,000 17
Copper 16 x 106 4,000 5,3
Rubber 150 300 300
Acrylic polymer 0,5 x 106 2,000 4,0
Resilien adalah sifat penting bagi bagian – bagian yang harus menerima tegangan
dan sekaligus juga regangan elastik yang besar, seperti misalnya pegas pada alat transport,
ia harus menerima beban/tegangan dan juga harus mampu berdeformasi secara elastik
cukup banyak.
Pada baja, kekuatan tarik akan naik seiring dengan naiknya kadar karbon dan
paduannya. (gambar 2.8.)
2) Keuletan (ductility) menggambarkan kemampuan untuk berdeformasi secara
plastik tanpa menjadi patah. Dapat diukur dengan besarnya regangan plastik yang
terjadi setelah batang uji putus. Keuletan biasanya dinyatakan dengan persentase
perpanjangan (persentage elongation) :
D = (Li – Lo)/Lo x 100 %
Li = panjang gage length setelah putus
Bila keuletan dinyatakan dengan persentase perpanjangan maka panjang gauge length mula – mula juga harus disebutkan, jadi misalnya
dituliskan “persentase perpanjangan 25 % pada gauge length 50 mm”.
Kedua hubungan diatas hanya berlaku hingga saat terjadinya necking, di luar itu maka tegangan
dan regangan sebenarnya harus dihitung berdasarkan pengukuran nyata pada batang uji, beban
dan luas penampang setiap saat.
Untuk daerah elastik boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara tegangan/regangan
nominal dengan tegangan/regangan sebenarnya, perbedaan mulai terjadi di daerah plastik. Pada
diagram tegangan –regangan normal sesudah melampaui tegangan maximum akan terjadi
penurunan, sedang pada diagram tegangan – regangan sebenarnya terus naik hingga putus.
(Gambar 2.12.)
Dari data yang terkumpul dari berbagai logam/paduan tampak ada hubungan yang hampir
linier antara tegangan sebenarnya dengan regangan sebenarnya, yang diplot pada grafik log –
log.
Ada beberapa persamaan matematik yang diajukan untuk menyatakan hubungan tersebut. Salah
satu persamaan yang dianggap cukup representif untuk banyak bahan teknik adalah:
1 = k . m
dimana : k = strength coefficient
n = strain – hardening exponent
Harga k adalah harga true stress 1 pada true strain 1 = 1. Harga n dapat diturunkan dari
persamaan diatas :
Tabel 2.3. Material constant n and k for different sheet materials
k Thicknes
Material Treatment n (psi) (in.)
0.261 77.100 0.037
……….. Anncaled
Anncaled and
temper-rolled 0.234 73.100 0.037
………….. Anncaled in wet
hydrogen 0.284 75.500 0.037
Anncaled 0.156 93.330 0.037
Anncaled 0.118 169.400 0.037
.............
Normalized and
temper-rolled 0.156 154.500 0.037
Anncaled 0.229 143.000 0.050
........... Anncaled 0.211 55.900 0.040
....................
........................
Pernyataan matematik diatas berlaku untuk daerah plastik dan juga hanya sampai saat terjadi
necking. Di luar itu akan terjadi penyimpangan. Pada Tabel 2.3. dan Gambar 2.13. ditunjukkan
grafik hubungan true stress-true strain untuk beberapa bahan dan harga konstantanya,
berdasarkan persamaan matematik di atas.
Pada operasi oembentukan seperti rolling, drawing, dll, tidak diinginkan terjadinya
necking, karena itu perlu diketahui dengan pasti kapan necking akan terjadi. Necking akan
terjadi pada saat beban maksimum, titik ini dinamakan titik instabilitas.
Pada titik ini berlaku dP = 0 karena P = 1A dan 1 = ln (Ao/A)
Atau A = maka
P = 1. dan
dP = - (1. ) d1 + .
Sehingga
Dari persamaan di atas dapat digambarkan secara grafik dimana letak titik yang menyataka
beban maksimum (Gambar 2.14)
Micrometer
Jangka Sorong
Spesimen Uji Tarik
i. Sebelum Percobaan
2. Catat merk, Type, nomor seri, tahun pembuatan, kemampuan, mesin dan lain –
lain
5. Ukur dan catat dimensi-dimensi dari spesimen sesuai dengan gambar standart
spesimen pengujian
6. Perkirakan beban tertinggi yang di berikan sebagai tahanan atau reaksi terhadap
1. Jalankan mesin tarik. Dan catat besarnya beban yield, ultimate dan patah yang
terjadi
2. Setelah percobaan, ukur dan catat diameter pada bagian yang putus dan ukur pula
4 4
Keterangan :
Do
Lt
No Keterangan ST 42 ST 37 Al
1 Panjang mula – mula ( Lo ), mm 100 100 100
2 Panjang Spesimen ( Lt ), mm 300 300 298
3 Diameter mula – mula ( Do ),mm 8,5 9 9
4 Luas penampang mula – mula ( Ao ),mm2 56,7 63 63
5 Beban Yield ( P ) ,Kgf 1090,5 1445 2426
6 Beban Ultimate ( Pv ), Kgf 2400 1500 2750
7 Beban Patah (Ppatah), Kgf 1817,5 532,6 1860,2
8 Diameter setelah patah ( D1 ), mm 5,2 7,2 5,5
9 Luas penamapang setelah patah ( A1 ), mm 21,2 4,06 23,7
10 Panjang setelah patah ( L1 ), mm 115 105 105
ANALISA DATA
ST 42 (BESI BETON)
= . 8,52
4
= 56,74mm2
= . 5,22
4
= 21,23mm2
Beban = 20 kotak
b. Panjang = 5 kotak
Beban = 30 kotak
c. Panjang = 6 kotak
Beban = 40 kotak
d. Panjang = 7 kotak
Beban = 50 kotak
e. Panjang = 8 kotak
Beban = 60 kotak
Beban = 88 kotak
2. Panjang = 11 kotak
Beban = 93 kotak
3. Panjang = 16 kotak
4. Panjang = 22 kotak
Beban = 82 kotak
Titik a
Panjang = 4 kotak
La = 2,2 mm
beban = 20 kotak
Pa = 610 kgf
Vo =.d2.L
4
= .8,5 2 . 100
4
= 5674,50 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 102,2 )
= 80,227 . ds 2
ds 2 = 5674,50
80,227
ds 2 = 70,73
ds = 70,73
ds = 8,41 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 5674,30 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,41 2 )
= 70,72 m 2
Sa = Pa
Aa
= ( 20 x 2400 kgf )
70,72 mm2
=678,73kgf /mm2
Regangan Teknik ( t )
= 2,2
Tegangan teknik ( t )
ta = 610
56,74
= 10,75 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sa = ln ( 1 + ( 2,2)
100
= 0,022
= 2,22
Titik b
Panjang = 5 kotak
Lb = 2,75 mm
beban = 30 kotak
Pb = 915 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 100
= 6358,5mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
6358,5 = 0,785 . ds 2 . (100 + 2,75 )
= 0,785 . ds 2 . (102,75)
=80,65. ds 2
ds 2 = 6358,5
80,65
ds 2 = 78,84
ds = 78,84
ds =8,87mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6345,98 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,872 )
= 61,76 mm 2
Sb = Pb
Ab
= ( 30 x 2400 kgf )
61,76mm2
Regangan Teknik ( t )
= 2,75
Tegangan teknik ( t )
tb = 915
56,74
= 16,12kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sb = ln ( 1 + ( 2,75 )
100
= 0,0275
= 2,75
Titik c
Panjang = 6 kotak
Lc = 3,3 mm
beban = 40 kotak
Pc = 1220 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 100
= 6385,5mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 103,3 )
= 81,09 . ds 2
ds 2 = 6385,5
81,09
ds 2 = 78,74
ds = 78,74
ds = 8,87 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6379,9 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . (8,87 2 )
=61,76mm 2
Sc = Pc
Ac
= ( 40 x 2400 kgf )
61,76 mm2
= 1554,4kgf /mm2
Regangan Teknik ( t )
= 3,3
Tegangan teknik ( t )
tc = 1220
56,74
= 19,18 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sc = ln ( 1 + ( 3,3 )
100
= 0,033
= 3,3
Titik d
Panjang = 7 kotak
Ld = 3,85 mm
beban = 50 kotak
Pb = 15255 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 100
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 101,85 )
= 79,95225 . ds 2
ds 2 = 6231,33
79,95225
ds 2 = 77,93814433
ds = 77,93814433
ds = 8,828258284 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6231,33 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,828258284 2 )
= 61,1814433 mm 2
Sd = Pd
Ad
= ( 50 x 30,5 kgf )
61,1814433 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 3,928571429
Tegangan teknik ( t )
td = 1525
63,585
= 23,98364394 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sd = ln ( 1 + ( 3,928571429 )
100
= 0,038533664
= 3,85336694
Titik e
Panjang = 8 kotak
Le = 4,4 mm
beban = 70 kotak
Pe = 2135 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 102,4 )
= 80,384 . ds 2
ds 2 = 6231,33
80,384
ds 2 = 77,51953125
ds = 77,51953125
ds = 8,804517661 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
2
= 0,785 . ( 8,804517661 ) . 102,4
= 6231,329998 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,804517661 2 )
= 60,85283203 mm 2
Se = Pe
Ae
= ( 70 x 30,5 kgf )
60,852832003 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 4,489745918
Tegangan teknik ( t )
te = 2135
63,585
= 33,57710152 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
se= ln ( 1 + ( 4,484795918 )
100
= 0,043919233
= 4,3919233
Titik 1
Panjang = 9 kotak
L1 = 4,95 mm
beban = 88 kotak
P1 = 2684 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 102,95 )
= 80,81575 . ds 2
ds 2 = 6231,33
80,81575
ds 2 = 77,10534047
ds = 77,10539097
ds = 8,780967542 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6231,330001 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,7809675542 )
= 60,52773191 mm 2
S1 = P1
A1
= ( 88 x 30,5 kgf )
60,52773191 mm2
= 44,34331034 kgf /mm2
Regangan Teknik ( t )
= 5,051020408
Tegangan teknik ( t )
t1 = 2684
63,585
= 42,21121334 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s1 = ln ( 1 + ( 5,051020408 )
100
= 0,049275954
= 4,9275954
Titik 2
Panjang = 11kotak
L2 = 6,05 mm
beban = 93 kotak
P2 = 2836,5 kgf
Regangan Teknik ( t )
Tegangan teknik ( t )
t2 = 2836,5
63,585
= 44,60957773 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s2 = ln ( 1 + ( 6,17346938 )
100
= 0,059904047
= 5,9909047
Tegangan sebenarnya
s2 = 44,60957773 + ( 1 + ( 6,173469388 )
100
Titik 3
Panjang = 16 kotak
L3 = 8,8 mm
P3 = 3050 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 8,479591837
Tegangan teknik ( t )
t3 = 3030
63,585
= 47,96728788 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s3 = ln ( 1 + ( 8,979591837 )
100
= 0,0859900447
= 8,5990447
Tegangan sebenarnya
s3 = 47,96728788 + ( 1 + ( 8,47451837 )
100
Titik 4
Panjang = 22 kotak
L4 = 12,1 mm
beban = 82 kotak
P4 = 2501 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 12,34693878
Tegangan teknik ( t )
t4 = 2501
63,585
= 3633317606 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s4 = ln ( 1 + ( 12,34693878 )
100
= 0,116421565
= 11,6421565
Tegangan sebenarnya
s4 = 2501
38,465
ST 37 (ALUMENIUM)
Panjang awal = 98 mm
Diameter awal = 9 mm
Diameter akhir = 6 mm
=.92
4
= 63,585 mm2
= 28,26 mm2
Beban = 13 kotak
b. Panjang = 4 kotak
Beban = 23 kotak
c. Panjang = 5 kotak
Beban = 33 kotak
d. Panjang = 6 kotak
Beban = 43 kotak
e. Panjang = 7 kotak
Beban = 53 kotak
Beban = 58 kotak
2. Panjang = 9 kotak
Beban = 63 kotak
3. Panjang = 15 kotak
Beban = 68 kotak
4. Panjang = 23 kotak
Beban = 48 kotak
Titik a
Panjang = 3 kotak
La = 1,95 mm
beban = 13 kotak
Pa = 485,55 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785. 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 99,5 )
= 78,46075 . ds 2
ds 2 = 6231,33
78,46075
ds 2 = 79,41970985
ds = 79,41970985
ds = 8,911773665 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6231,33 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,911773665 2 )
= 62,3447224 m 2
Sa = Pa
Aa
= ( 13 x 37,35 kgf )
62,3447224 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 1,989795918
Tegangan teknik ( t )
ta = 485,55
63,585
= 7,6362344461 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sa = ln ( 1 + ( 1,989795918 )
100
= 0,019702575
= 1,9702575
Titik b
Panjang = 4 kotak
Lb = 2,6 mm
beban = 23 kotak
Pb = 859,05 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 100,6 )
= 78,971 . ds 2
ds 2 = 6231,33
78,271
ds 2 = 78,90656064
ds = 78,90656064
ds = 8,882936487 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6231,33 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,882936487 2 )
= 61,94165512 mm 2
Sb = Pb
Ab
= ( 23 x 37,35 kgf )
61,94165512 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 2,653061224
Tegangan teknik ( t )
tb = 859,05
63,585
= 13,51026185 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sb = ln ( 1 + ( 2,653061224 )
100
= 0,02 6184778
= 2,6184778
Titik c
Panjang = 5 kotak
Lc = 3,25 mm
beban = 33 kotak
Pc = 1232 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 101,25 )
= 79,48125 . ds 2
ds 2 = 6231,33
79,48125
ds 2 = 78,4
ds = 78,4
ds = 8,854377448 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6231,329999 mm3
As As = . ds 2
4
2
= 0,785 . ( 8,854377498 )
= 61,54399999 mm 2
Sc = Pc
Ac
= ( 33 x 37,35 kgf )
61,54399999 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 3,316326531
Tegangan teknik ( t )
tc = 1232,55
63,585
= 19,38428875 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sc = ln ( 1 + ( 3,316326551 )
100
= 0,032625227
= 3,2625227
Titik d
Panjang = 6 kotak
Ld = 3,9 mm
beban = 43 kotak
Pb = 1606,05 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 101,9 )
= 79,9915 . ds 2
ds 2 = 6231,33
79,9915
ds 2 = 77,89990186
ds = 77,89990186
ds = 8,82609216 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
2
= 0,785 . ( 8,82609216 ) . 101,9
= 6231,33 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,826092106 2 )
= 61,15142293 mm 2
Sd = Pd
Ad
= ( 43 x 37,35 kgf )
61,15142296 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 3,979591837
Tegangan teknik ( t )
td = 1606,05
63,585
= 25,25831564 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sd = ln ( 1 + ( 3,979591837 )
100
= 0,039024461
= 3,90244614
Titik e
Panjang = 7 kotak
Le = 4,54 mm
beban = 53 kotak
Pe = 1979,55 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 102,54 )
= 80,350175. ds 2
ds 2 = 6231,33
80,50175
ds 2 = 77,40614334
ds = 77,40514334
ds = 8,798076116 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
2
= 0,785 . ( 8,798076116 ) . 102,54
= 6231,33 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,748076116 2 )
= 60,76382252 mm 2
Se = Pe
Ae
= ( 53 x 37,35 kgf )
60,876382252 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 4,642857143
Tegangan teknik ( t )
te = 1979,55
63,585
= 31,13234253 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
se= ln ( 1 + ( 4,642857143 )
100
= 0,045383005
= 4,5383005
Titik 1
Panjang = 8 kotak
L1 = 5,2 mm
beban = 58 kotak
P1 = 2166,3 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 98
= 66231,33 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 103,2 )
= 81,012 . ds 2
ds 2 = 6231,33
81,012
ds 2 = 76,91860465
ds = 76,91860465
ds = 8,7703325231 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6231,330001 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,770325231 2 )
= 60,38110466 mm 2
S1 = P1
A1
= ( 58 x 37,35 kgf )
60,38110466 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 5,306122449
Tegangan teknik ( t )
t1 = 2166,3
63,585
= 34,06935548 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s1 = ln ( 1 + ( 5,306122449 )
100
= 0,051701374
= 5,1701374
Titik 2
Panjang = 9 kotak
L2 = 5,85 mm
beban = 63 kotak
P2 = 2353,05 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 5,969387755
Tegangan teknik ( t )
t2 = 2353,05
63,585
= 37,00636443 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s2 = ln ( 1 + ( 5,969387755 )
100
= 0,057980071
= 5,7980071
Tegangan sebenarnya
s2 = 37,00636943 + ( 1 + ( 5,969387788 )
100
Titik 3
Panjang = 15 kotak
L3 = 9,75 mm
beban = 68 kotak
P3 = 2539,8 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 9,948979892
Tegangan teknik ( t )
t3 = 2539,8
63,585
= 39,94338287 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s3 = ln ( 1 + ( 9,948979592 )
100
= 0,09484625
= 39,94338287 Kgf / mm
Tegangan sebenarnya
s3 = 39,94338287 + ( 1 + ( 9,948979592 )
100
Titik 4
Panjang = 23 kotak
L4 = 14,95 mm
beban = 48 kotak
P4 = 1792,8 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 15,25510204
Tegangan teknik ( t )
t4 = 1792,8
63,585
= 28,19532909 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s4 = ln ( 1 + ( 15,25510204 )
100
= 0,14197764
= 14,197764
Tegangan sebenarnya
s4 = 7792,8
28,26
BAJA
Panjang awal = 97 mm
Diameter awal = 9 mm
=.92
4
= 63,58 mm2
= . 5,2 2
4
= 21,2264 mm2
Penentuan paduan AL – Mg
Kekuatan tarik = 25,31 Kgf/mm2
Dengan Indentor, D = 10 mm
Beban = 4 kotak
b. Panjang = 4 kotak
Beban = 14 kotak
c. Panjang = 6 kotak
Beban = 24 kotak
Beban = 54 kotak
2. Panjang = 14 kotak
Beban = 69 kotak
3. Panjang = 24 kotak
Beban = 78 kotak
4. Panjang = 26 kotak
Beban = 63 kotak
Titik a
Panjang = 2 kotak
La = 1,38 mm
beban = 4 kotak
Pa = 82,56 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785. 9 2 . 97
= 6167,745 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 98,38 )
= 77,2283 . ds 2
ds 2 = 6167,745
77,2283
ds 2 = 79,86379345
ds = 79,86379345
ds = 8,936654489 mm2
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ( 8,936654489 2 )
= 62,69307786 mm2
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,936654489 2 )
= 62,69307786 m 2
Sa = Pa
Aa
= ( 4 x 20,64 ) kgf
62,69307786 mm2
= 1,3116891784 kgf /mm2
Regangan Teknik ( t )
= 1,422680412
Tegangan teknik ( t )
ta = 82,56
63,585
= 1,298419439 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sa = ln ( 1 + ( 1,422680412 )
100
= 0,014126552
= 1,4126552
Titik b
Panjang = 4 kotak
Lb = 2,76 mm
beban = 14 kotak
Pb = 288,96 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 97
= 6167,745 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 99,76 )
= 78,3116 . ds 2
ds 2 = 6167,745
78,3116
ds 2 = 78,75902165
ds = 78,75902165
ds = 8,874627973 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6167,745001mm 3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,87462279773 2 )
= 61,825832 mm 2
Sb = Pb
Ab
= ( 14 x 20,64 kgf )
61,825832 mm2
Regangan Teknik ( t )
tb = 2,76 mm x 100
97 mm
= 2,845360825
Tegangan teknik ( t )
tb = 288,96
63,585
= 4,544468035 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sb = ln ( 1 + ( 2,845360825 )
100
= 0,028056322
= 2,8056322
Titik c
Panjang = 6 kotak
Lc = 4,14 mm
beban = 24 kotak
Pc = 495,36 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 97
= 6167,745 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 79,3449 . ds 2
ds 2 = 6167,745
79,3949
ds 2 = 77,68439786
ds = 77,68439786
ds = 8,813875303 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6167,744999 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,813875303 2 )
= 60,98225232 mm 2
Sc = Pc
Ac
= ( 24 x 20,64 kgf )
60,98225232 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 4,268041237
Tegangan teknik ( t )
tc = 445,36
63,585
= 7,790516631 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
sc = ln ( 1 + ( 4,268041237 )
100
= 0,041794717
= 4,1794717
Titik 1
Panjang = 8 kotak
L1 = 5,52 mm
beban = 54 kotak
P1 = 1114,56 kgf
Vo =.d2.L
4
= 0,785 . 9 2 . 97
= 6167,745 mm2
ds Vo = . ds 2 . L
4
= 0,785 . ds 2 . ( 102,52 )
= 80,4782 . ds 2
ds 2 = 6167,745
80,4782
ds 2 = 76,63870464
ds = 76,63870464
ds = 8,75435468 mm
Vs Vs = . ds 2 . L
4
= 6167,745 mm3
As As = . ds 2
4
= 0,785 . ( 8,75435468 2 )
= 6167,745 mm 2
S1 = P1
A1
= ( 54 x 20,64 kgf )
60,16138314 mm2
Regangan Teknik ( t )
= 5,690721649
Tegangan teknik ( t )
t1 = 1114,56
63,585
= 17,52866242 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s1 = ln ( 1 + ( 5,690721649 )
100
= 0,055346922
= 5,5346922
Titik 2
Panjang = 14 kotak
L2 = 9,66 mm
beban = 69 kotak
P2 = 1424,16 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 9,958762887
Tegangan teknik ( t )
t2 = 1424,16
63,585
= 22,39773531 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s2 = ln ( 1 + ( 9,958762887 )
100
= 0,094935226
= 9,4935226
Tegangan sebenarnya
s2 = 22,39773531 + ( 1 + ( 9,958762887 )
100
Titik 3
Panjang = 24 kotak
L3 = 16,56 mm
beban = 78 kotak
P3 = 1609,92 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 17,07216445
Tegangan teknik ( t )
t3 = 1609,92
63,585
= 25,37917905 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s3 = ln ( 1 + ( 17,07216495 )
100
= 0,1576203537
= 15,7620353
Tegangan sebenarnya
s3 = 25,31917905 + ( 1 + ( 17,07216445 )
100
Titik 4
Panjang = 26 kotak
L4 = 17,9 4 mm
beban = 63 kotak
P4 = 1300,32 kgf
Regangan Teknik ( t )
= 18,49484536
Tegangan teknik ( t )
t4 = 1300,32
63,585
= 20,45010316 kgf/mm2
Regangan Sebanarnya ( s )
s4 = ln ( 1 + ( 18,49484536 )
100
= 0,169699274
= 16,9699274
Tegangan sebenarnya
s4 = 1300,32
21,2264
ST 42
ST 37
AL - Mg
I. Tujuan Pengujian
Load
Test Kilograms Indentor
A 60 Brale
B 100
C 150 ball
D 100
F 60 Brale
G 150 Brale
ball
ball
akan berbentuk bujur sangkar, dan yang diukur adalah panjang kedua diagonalnya lalu diambil
rata – ratanya. Angka kekerasan Vickers dihitung dengan :
HV = = 1,854 P/d2
Dimana : P = gaya tekan (kg)
d = diagonal tapak tekan rata – rata (mm)
α = sudut puncak indentor = 136o
Hasil pengujian kekerasan Vickers ini tidak tergantung pada besarnya gaya tekan (tidak
seperti pada Brinell), dengan gaya tekan yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama untuk
bahan yang sama. Dengan demikian juga Vickers dapat mengukur kekerasan bahan mulai dari
yang sangat lunak (5 HV) sampai yang amat keras (1500 HV) tanpa perlu mengganti gaya tekan.
Besarnya gaya tekan yang digunakan dapat dipilih antara 1 sampai dengan 120 kg, tergantung
pada kekerasan/ketebalan bahan yang diuji agar diperoleh tapak tekan yang mudah diukur dan
tidak ada anvil effect (pada benda yang tipis).
2.3.2.4. Kekerasan Meyer
Meyer mengukur kekerasan dengan cara yang hampir sama seperti Berinell, juga
menggunakan indentor bola, hanya saja angka kekerasannya tidak dihitung dengan luas
permukaan tapak tekan, tetapi dihitung dengan luas proyeksi tapak tekan.
Angka kekerasan Meyer :
Vickers dapat mengukur kekerasan mulai dari yang sangat lunak sampai yang keras, tidak
terpengaruh oleh besarnya gaya tekan yang dipakai, sangat mudah untuk membandingkan
kekerasan bahan yang satu dengan lainnya karena hanya ada satu skala saja. Tetapi Vickers
sangat sensitive terhadap kekasaran permukaan, sehingga diperlukan persiapan yang lebih teliti
untuk menghaluskan permukaan. Karenanya biasanya Vickers hanya digunakan dalam
laboratorium penelitian.
Demikian pula dengan microhardness test dan Rockwell superficial, memerlukan
persiapan specimen yang sangat teliti, perlu dilakukan grinding mulai dari yang kasar sampai
yang halus, dilanjutkan dengan polishing, seperti halnya yang dilakukan pada persiapan
specimen metallografy. Bahkan mungkin diperlukan etching. Tetapi cara pengujian ini dapat
digunakan untuk benda yang sangat tipis dan untuk daerah yang sangat kecil. Ini juga hanya
untuk laboratorium.
Pada Tabel 2.5. dapat dilihat penggunaan jenis pengujian kekerasan.
ROCKWELL
BRINELL ROCKWELL VICKERS MICROHARDNESS
SUPERFICIAL
Structural steel Finished parts, such as Same as standard Same as Rockwell and Plated surfaces.
and other bearings, bearig races, Rockwell except where Rockwell superticial
rolled section valves, nuts, bolts, gear shallower penetration except where higher Coatings, such as laquer,
pullers, rolls, pins, is necessary, as in : accuracy or shallower varnish, or paint.
Most castings pivots, stops, etc. penetration is
including steel, Thin casehardned part. necessary. as in Forls and very thin
cast iron, and Cutting tools, such as to 0,10 in materials down to 0,001
alunimiun saws, knives, chisels, Thin case-hardened in.
scissors. Thn materials down to parts. 0,05 to 0,10 in.
Most forgings 0,06 in. To estabilish case
Forming tools Thin material down to gradients.
Cemented carbides 0,05 in.
Small castings and Bimetals and laminated
forgings Powered metals Highly finished parts materials.
to avoid a removal
Sheet metal opetion. Very small parts or areas,
such as watch gears,
Large-diameter wire Thin section, such as cutting tool edgers,
tubing. thread crests, pivot
Electrical contacts points, etc
Weak structures.
Plastic sheel or parts Very brittle or frgile
Plating thickness materials (Knoop
Case-hardened parts indenter), such as silicon,
germanium, glass, tooth
Cemented carbides enamel.
Opaque, clear, or
translucent materials.
Powdered metals.
To investigate individual
constituents of a metals
To determine grain or
grain boundary hardness.
2.3.2.7. Konversi angka kekerasan
Untuk suatu keperluan praktis kadang – kadang perlu mengadakan konversi atas hasil
pengukuran kekerasan suatu cara ke cara lain. Ternyata hal ini tidak mudah karena adanya
perbedaan pada prinsip kerja dari masing – masing cara pengukuran kekerasan. Karenanya
hubungan konversi ini hanya sekedar suatu hubungan empiric. Dan hubungan knversi inipun
hanya berlaku untuk satu jenis logam tertentu saja, sehingga masing –maing logam harus
memiliki hubungan konversi sendiri-sendiri. Hubungan konversi yang sudah banyak dibuat
adalah hubungan konversi antara Binell 4(BHN), Rockwell 4(RA, RB, RC, superficial) dan
Vckers (HV atau VHN atau DPHN) untuk baj, seperti tertera pada Tabel 2.6.
Dari table tersebut tampak bahwa angka kekerasan Brinell hampir sama dengan angka
kekerasan Vickers (Vickers sedikit lebih tinggi, 5 -10 %), sedang terhadap Rockwell B,
Brinell/Vickers kira-kira dua kali lebih besar, dan terhadap Rockwell C, kira-kira 10 – 13 kali
lebih besar.
Table 2.6. APPNOXIMATE HARDNESS CONVERSION NUMBER FOR STEEL, BASED ON DPH (VICKERS).
Hultgren ball
840 …… …… 745 84.1 ................ 65.3 74.8 92.3 82.2 72.2 91 840
820 …… …… 733 83.8 ................ 64.7 74.3 92.1 81.7 71.8 90 820
800 …… …… 722 83.4 ................ 64.0 73.8 91.8 81.1 71.0 88 800
780 …… …… 710 83.0 ................ 63.3 73.3 91.5 80.4 70.2 87 780
760 …… …… 698 82.6 ................ 62.5 72.6 91.2 79.7 69.4 86 760
740 …… …… 684 82.2 ................ 61.8 72.1 91.0 79.1 68.6 84 740
720 …… ……. 670 81.8 ................ 61.0 71.5 90.7 78.4 67.7 83 720
700 …… 615 656 81.3 ................ 60.1 70.8 90.3 77.6 66.7 81 700
690 …… 610 647 81.1 ................ 59.7 70.6 90.1 77.2 66.2 … 690
680 …… 603 638 80.8 ............... 59.2 70.1 89.8 76.8 65.7 80 680
670 …… 597 630 80.6 ................ 58.8 69.8 89.7 76.4 65.3 … 670
660 …… 590 620 80.3 ................ 58.3 69.4 89.5 75.9 64.7 70 660
650 …… 585 611 80.0 ................ 57.8 69.0 89.2 75.5 64.1 …. 650
640 …… 578 601 79.8 ................ 57.3 68.7 89.0 75.1 63.5 77 640
630 ……. 571 591 79.5 ................ 56.8 68.3 88.8 74.6 63.0 …. 630
620 …… 564 582 79.2 ................ 56.3 67.9 88.5 74.2 62.4 75 620
610 …… 557 573 78.9 ................ 55.7 67.5 88.2 73.6 61.7 ….. 610
600 …… 550 564 78.6 ................ 55.2 67.0 88.0 73.2 61.2 74 600
590 …… 542 554 78.4 ................ 54.7 66.7 87.8 72.7 60.5 ….. 590
580 …..... 536 545 78.0 ................ 54.1 66.2 87.5 72.1 59.9 72 580
570 …… 527 535 77.8 ................ 53.6 65.8 87.2 71.7 59.3 …. 570
560 ……. 519 525 77.4 ................ 53.0 65.4 86.9 71.2 58.6 71 560
550 505 512 517 77.0 ................ 52.3 64.8 86.6 70.5 57.8 …. 550
540 496 503 507 76.7 ................ 51.7 64.4 86.3 70.0 57.0 69 540
530 488 495 497 76.4 ................ 51.1 63.9 86.0 69.5 56.2 …. 530
520 480 487 488 76.1 ................ 50.5 63.5 85.7 69.0 55.6 …. 520
510 473 479 479 75.7 ................ 49.8 62.9 85.4 68.3 54.7 67 510
500 465 471 471 75.3 ................ 49.1 62.2 85.0 67.7 53.9 … 500
490 456 460 460 74.9 ................ 48.4 61.6 84.7 67.1 53.1 66 490
480 448 452 452 74.6 ................ 47.7 61.3 84.3 66.4 52.2 …. 480
470 441 442 442 74.1 ................ 46.9 60.7 83.9 65.7 51.3 64 470
460 433 433 433 73.6 ................ 46.1 60.1 83.6 64.9 50.4 …. 460
450 425 425 425 73.3 ................ 45.3 59.4 83.2 64.3 49.4 62 450
440 415 415 415 72.8 ................ 44.5 58.8 82.8 63.5 48.4 …. 440
430 405 405 405 72.3 ................ 43.6 58.2 82.3 62.7 47.4 59 430
420 397 397 397 71.8 ................ 42.7 57.5 81.8 61.9 46.4 …. 420
57
Note. The value in this table shown in bold-faced type correspond to the values shown in the corresponding joint SAE-ASM-ASTM Committee on
Hardness Conversions as prioted in ASTM Spec E4S-43T. Diamond pyramid hardness number. Vickers, 50-kg load
Shere seleroscupe hardness number
Vickers, 50 kg loadHardness numberDiamond pyramid
Hultgren ball
360 341 341 341 68.7 (109.0) 36.6 52.8 78.6 56.4 39.1 50 360
350 331 331 331 68.1 .......... 35.5 51.9 78.0 55.4 37.8 .......... 350
340 322 322 322 67.6 (108.0) 34.4 51.1 77.4 54.4 36.5 47 340
330 313 313 313 67.0 .......... 33.3 50.2 76.8 53.6 36.2 .......... 330
320 303 303 303 66.4 (107.0) 32.2 49.4 76.2 52.3 33.9 45 320
310 294 294 294 65.6 .......... 31.0 48.4 75.6 51.3 32.3 .......... 310
300 284 284 284 65.2 (105.5) 29.8 47.5 74.9 50.2 31.1 42 300
295 280 280 280 64.8 .......... 29.3 47.1 74.6 49.7 30.4 .......... 295
290 275 275 275 64.5 (104.5) 28.5 46.5 74.2 49.0 29.5 41 290
285 270 270 270 64.2 .......... 27.8 46.0 73.8 48.4 28.7 .......... 285
280 265 265 265 63.8 (103.5) 27.1 45.3 73..4 47.8 27.9 40 280
275 261 261 261 63.5 .......... 26.4 44.9 73.0 47.3 27.1 .......... 275
270 256 256 256 63.1 (102.0) 25.6 44.3 72.6 46.4 26.3 33 270
265 252 252 252 62.7 .......... 24.8 43.7 72.1 45.7 25.3 .......... 265
260 247 247 247 62.4 (101.0) 24.0 43.1 71.6 45.0 24.3 37 260
255 240 240 240 62.0 .......... 23.1 42.3 71.1 44.2 23.2 .......... 255
250 238 238 238 61.6 99.5 22.2 41.7 70.6 43.4 22.3 36 250
245 233 233 233 61.2 .......... 21.3 41.1 70.1 42.5 21.1 .......... 245
240 228 228 228 60.7 98.1 20.3 40.3 69.6 41.7 19.9 34 240
230 219 219 219 ........ 96.7 (18.0) .......... .......... .......... .......... 33 230
220 209 209 209 .......... 95.0 (15.7) .......... .......... .......... .......... 32 220
210 200 200 200 .......... 93.1 (13.4) .......... .......... .......... .......... 30 210
200 190 190 190 .......... 91.5 (11.0) .......... .......... .......... .......... 29 200
190 181 181 181 .......... 89.5 (8.5) .......... .......... .......... .......... 28 190
180 171 171 171 .......... 87.1 (6.0) .......... .......... .......... .......... 26 180
170 162 162 162 .......... 85.0 (3.0) .......... .......... .......... .......... 25 170
160 152 152 152 .......... 81.7 (0.0) .......... .......... .......... .......... 24 160
150 143 143 143 .......... 78.7 .......... .......... .......... .......... .......... 22 150
140 133 133 133 .......... 73.0 .......... .......... .......... .......... .......... 21 140
130 124 124 124 .......... 71.2 .......... .......... .......... .......... .......... 20 130
120 114 114 114 .......... 66.7 .......... .......... .......... .......... .......... .......... 120
110 105 105 105 .......... 62.3 .......... .......... .......... .......... .......... .......... 110
100 95 95 95 .......... 56.2 .......... .......... .......... .......... .......... .......... 100
95 90 90 90 .......... 52.0 .......... .......... .......... .......... .......... .......... 95
90 86 86 86 .......... 48.0 .......... .......... .......... .......... .......... .......... 90
85 81 81 81 .......... 41.0 .......... .......... .......... ........... .......... .......... 85
Note. The value in this table shown in bold-faced type correspond to the values shown in the corresponding joint SAE-ASM-ASTM Committee on Hardness
Conversions as prioted in ASTM Spec E4S-43T.
Values in ( ) are beyond range : given for information only.
Untuk pengujian kekerasan di atas alat yang di gunakan sama kecuali mesin dan jenis
- Indentor
- Stop wath
- Ampelas
Percobaan Brinell
Sebelum percobaan
secara keseluruhan
Saat percobaan
benda uji .
satuan mm )
Percobaan Rockwell
Sebelum percobaan
secara keseluruhan
Saat percobaan
kemudian naikkan beban sampai pada titik merah pada dial Indikator .
- Pada mesin uji Rockwell, ada dua dial yaitu berwarna hitam , dan
merah, yang kita untuk pengujian yang mengunakan indentor ball, sedangkan
Indikatornya .
Ketrangan :
1 1. Skala
2. Katup pengunci
3. Tuas pegas
4. Beban
5. Indentor
6. Handle
4 4
Keterangan :
1. Skala
2. Tempat Indentor
3. Handle
4. Beban
4. 41 RA 60,5 RA
5. 26,5 RA 43 RA
1. 34,5 RA 65,5 RA
2. 4,2 RA 83 RA
3. 3,2 RA 60 RA
4. 41,5 RA 71 RA
5. 39 RA 66 RA
1. 32 RA 48,5 RA
2. 39 RA 47 RA
3. 42 RA 49,5 RA
4. 28,5 RA 37 RA
5. 33 RA 49 RA
Pengjian Brinell
CC
C
D
A B
AB = d
AD = BD = ½ d
AC = BC = CE = ½ D
Lihat BDC
= ¼ D2 – ¼ d2
=D2 – d2
4
D2 – d2
CD =
4
= ½ D2 – d2
DE = CE – CD
= ½ D – ½ D2 – d2
= ½ ( D - D2 – d2 )
Luas penampang A
A = . D . DE
= . D . ½ ( D - D2 – d2 )
= . D/2 . ( D - D2 – d2 )
BHN = P / A
P
=
. D/2 . ( D - D2 – d2 )
2P
=
. D . ( D - D2 – d2 )
Analisa Data
Pengujian Brinell
1. d = 43 mm
P
BHN =
. D/2 . ( D - D2 – d2 )
3000
=
. 10/2 . ( 10 - 102 – 432 )
= 196,78
2. ‘d = 42mm
3000
BHN =
. 10/2 . ( 10 - 102 – 42 2 )
= 206,53
3. d = 43mm
3000
BHN =
. 10/2 . ( 10 - 102 – 50 2 )
= 196,78
4. d = 50 mm
3000
BHN =
. 10/2 . ( 10 - 102 – 41,5 2 )
= 211,91
5. d = 45 mm
3000
BHN =
. 10/2 . ( 10 - 102 – 41 2 )
=217,35
Pengujian Rockwell
2. Kekerasan Baja I
3. Kekerasan Baja II
2. Apabila saudara melakukan pengujian kekerasan suatu logam dan belum diketahui angka
kekerasan bahan tersebut , pengujian kekerasan mana yang saudara pilih, jelaskan ?
Pengujian Brinell, pada pengujian Brinell yang standart digunakan bola baja yang
Brinell:
besar.
Rockwell :
relatif kecil.
4. Untuk kekerasan Rockwell biasanya diameter indentasi (d) dibatasi yaitu 0,2 D < d < 0,7
D dimana D adalah diameter bola penekan, coba jelaskan mengapa hal tersebut dibatasi ?
Hal ini disebabkan karena kekerasan bahan yang diuji serta tebalnya bahan uji tersebut
supaya tidak terjadi inden tasi yang terlalu dalam atau terlalu dangkal.
PENGUJIAN IMPACT
I. Tujuan Pengujian
Untuk melihat ketahanan bahan terhadap adanya pembebanan tiba – tiba / Mendadak
Pada metode Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan ujung-ujungnya ditahan kearah
mendatar oleh penahan yang berjarak 40 mm. Bandul berayun akan memukul batang uji tepat
dibelakang takikkan. Untuk pengujian ini digunakan sebuah mesin dimana suatu batang dapat
berayun dengan bebas. Pada ujung batang dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang uji
diletakkan dibagian bawah mesin dan takikkan tepat berada pada bidang lintasan pemukul.
Pada pengujian ini bandul pemukul dinaikkan sampai ketinggian tertentu H. pada posisi
ini pemukul memiliki energi potensial sebesar WH (W = berat pemukul). Dan posisi ini pemukul
dilepaskan dan berayun bebas, memukul batang uji hingga patah, dan pemukul masih terus
berayun sampai ketinggian H1. Pada posisi ini sisa energi potensial adalah WH1. Selisih antara
energi awal dengan energi akhir adalah energi yang digunakan untuk mematahkan batang uji.
Impact strength, ketahanan batang uji terhadap pukulan (impact) dinyatakan dengan
banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan batang uji, dengan notasi IS atau C,
satuannya kg, m atau ft, lb atau joule. Jadi impact strength sebenarnya adalah ketangguhan juga,
ketangguhan tehadap beban mengejut dan pada batang uji yang tertakik, notch toughness. Logam
yang getas akan memperlihatkan impact strength yang rendah.
Hasil pengukuran dengan impact test ini masih tidak dapat digunakan untuk keperluan
perhitungan suatu desain, ia hanya dapat digunakan untuk membandingkan sifat suatu bahan
dengan bahan lain, apakah suatu bahan mempunyai sifat ketangguhan yang lebih baik daripada
bahan lain. Hal ini disebabkan karena banyak sekali faktor yang mempengaruhi impact strength
yang tidak dapat dicari korelasinya antara kondisi pengujian dengan kondisi pemakaian.
Misalnya saja pada pengujian kecepatan pembebanan sudah tertentu sedang pada pemakaian
kecepatan pembebanan dapat bervariasi. Demikian juga halnya dengan triaxial state of stress,
yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran takikan, bentuk dan ukuran benda kerja, tentunya
semua ini akan menyebabkan impact strength yang berbeda bila faktor tersebut berbeda. Karena
itu untuk pengujian pukul-takik ini bentuk dan ukuran batang uji serta bentuk dan ukuran
takikan harus benar-benar sama, barulah hasil pengujian dapat dibandingkan satu sama lain.
Bentuk penampang batang uji biasanya bujur sangkar 10 x 10 mm dengan bentuk takikan V (V –
notched) atau U (U – notched, atau key hole). V notched biasanya digunakan untuk logam yang
dianggap ulet sedang U – notched biasanya digunakan untuk logam yang getas. Bentuk dan
ukuran batang uji yang stadar dapat dilihat pada Gambar 2.23.
Selain mengukur impact strength, impact test juga digunakan untuk mempelajari pola
perpatahannya, apakah batang uji itu patah dengan pola patah getas (brittle fracture) atau dengan
pola patah ulet (ductile fracture) atau kombinasi dari keduanya. Untuk mempelajari ini dilakukan
pengamatan visual pada permukaan patahan. Patahan getas tampak berkilat dan berbutir
(dinamakan juga granular fracture atau cleavage fracture) sedang patahan ulet tampak lebih
suram dan seperti berserabut (dinamakan juga fibrous fracture atau shear fracture). Dari
pengamatan ini kemudian dibuat estimasi persentase luas permukaan yang patah getas (cleavage
fracture).
Hal ketiga yang diukur dengan impact test adalah keuletan (ductility), yang ditunjukkan
dengan persentase pengecilan penampang pada patahan.
Suatu impact test akan lebih bermakna bila dilakukan pada suatu daerah temperatur
pengujian, sehingga dapat dipelajari bagaimana pengaruh temperatur terhadap pola perpatahan
suatu bahan dan juga dapat ditentukan temperatur transisi ulet-getas. Perlu diketahui bahwa
impact strength cenderung menurun dengan turunnya temperatur, dengan demikian suatu bahan
yang pada temperatur relatif tinggi masih bersifat ulet, pada suatu temperatur tertentu yang lebih
rendah mulai berubah menjadi getas, dinamakan temperatur transisi.
Dari serangkaian pengujian yang dilakukan pada berbagai temperatur dibuat suatu grafik
impact strength – temperatur, atau grafik % cleavage fracture – temperatur. Dari grafik tersebut
kemudian dapat ditentukan temperatur transisi. Bentuk grafik impact strength-temperatur dan
cara menentukan temperatur transisi dapat dilihat pada Gambar 2.24.
Dalam pemilihan bahan, seringkali bukan hanya besarnya impact strength yang perlu
diperhatikan, tetapi juga temperatur transisinya. Dalam hal ini lebih disukai bahan yang
mempunyai temperatur transisi lebih rendah, walaupun impact strength maksimumnya tidak
lebih tinggi. Seperti terlihat pada gambar di bawah, baja B walaupun memiliki impact strength
lebih rendah tetapi di
Sukai karena temperatur transisinya lebih rendah. Hal ini disebabkan karena bila baja B
mengalami penurunan temperatur kerja impact strengthnya masih belum banyak menurun,
sedang baja A bila mengalami penurunan temperatur kerja impact strengthnya sudah sangat
berkurang, cenderung terjadi patah getas, yang mungkin dapat berakibat fatal.
Untuk pengujian Impact tersebut diatas perlengkapan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
2. Jangka sorong
4. Penjepit speciment
Sebelum percobaan :
1. Catat merk, type, nomer seri, tahun pembuatan, kemampuan mesin berat dan
Saat percobaan :
2. Periksa dan siapkan mesin yang akan dipakai, naikkan kapak Impact sampai derajat
3. Keluarkan speciment yang akan digunakan dari melalui pendingin atau pemanas sambil
mengukur benda uji dan segera letakkan landsasan, sehingga suhu spesimen saat
Keterangan :
2. Skala
4. Kerangka pengaman
5. Tempat benda uji
6. Handle rem
7. Pengunci
Gambar
h
P L
h1 h3
h2
a = G . h1 h1 = L + X
= cos ( 180 - ) X / L
X = L . {cos ( 180 - )}
= L . – cos
= - L . cos
h1 = L + ( - L cos )
= L – L cos
= L ( 1 – cos )
a = G . L ( 1 – cos )
B = G . h2 h2 =L–Y
cos = Y / L
Y = L cos
h2 = L – L cos
= L ( 1 – cos )
b = G . L ( 1 – cos )
A=a–b
= G . L ( 1 – cos ) – G . L ( 1 – cos )
A = G . L ( cos - cos )
F = A / So
F = G . L ( cos - cos )
So
Dimana :
D = 0,6353 m
L = 0,7500 m
Speciment I
P = 26 mm T = 0 C
L = 10 mm 2 = 73
t = 10 mm 1 = 110
n = 8 mm luas = 80 mm2
W = F . g . L ( cos 2 – cos 1 )
= 69,3 joule
Speciment II
P = 26 mm T = suhu kamar
L = 10 mm 2 = 70
t = 10 mm 1 = 110
n = 8 mm luas = 80 mm2
W = F . g . L ( cos 2 – cos 1 )
= 748 joule
Speciment III
P = 26 mm T = 100 C
L = 10 mm 2 = 71
t = 10 mm 1 = 110
n = 8 mm luas = 80 mm2
W = F . g . L ( cos 2 – cos 1 )
= 732 joule
Speciment IV
P = 26 mm T = 200 C
L = 10 mm 2 = 77
t = 10 mm 1 = 110
n = 8 mm luas = 80mm2
W = F . g . L ( cos 2 – cos 1 )
= 732 joule
1. apakah ada perbedaan terhadap hasil percobaan dari masing – masing specimen yang
sejenis, berikan analisa saudara terhadap adanya perbedaan yang ada ini, faktor – faktor
2. Hitung energi untuk mematahkan specimen dari hasil rata – rata secara teoritis
berdasarkan rumus yang ada . bandingkan dengan hasil percobaan berdasarkan jarum
No W(j) 2
1 69,3 73
2 748 70
3 732 71
4 732 70
Hal ini dipengaruhi oleh dalamnya takikan dan temperatur specimen
3. Hitung harga Impact Streght dari harga rat – rata bandingkan dengan hasil percobaan
……….?
4. Gambarkan Faktur dari batang uji dan tunjukkan Facture yang ductile Facture dan brittle
………….?
T = 0 C T = Suhu kamar
Britlle ( getas )
Ductille ( Ulet )
- Ke uletan takikan
6. Bagaimana pengaruh ketebalan batang uji terhadap kekuatan impact dari suatu bahan
……………..?
Semakin tebal batang uji , maka semakin besar kekuatan impact yang di serap