Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK

‘‘UJI TARIK’’

KELOMPOK 4

KELAS B

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suatu logam memiliki sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat
fisik, mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat
tersebu adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan,
kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acun untuk
merupakan proses selanjutnya terhadap suatu material contohnya untuk
membentuk dan melakukan proses permesinan untuk mengetahui sifat
mekanik pada suatu logam tersebut. Salah satu pengujian yang dilakukan
adalah pengujian tarik.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat
mekanik dari material sehingga dapat dilihat kelebihan dan kekurangannya.
Material yang mempunyai sifat mekanik dari materian dengan sifat kurang
baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang
baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan kostruksi dan
pemesanan.
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas
digunakan di industry dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam
menganalisa data yang di dapatkan dan memporoleh informasi mengenai
sifatmekanik suatu material. Pada proses pengujian tarik ini pembebanan
berupa beban uniaksial dengan kecepatan pembebanan yang statis.
Pengujian ini dimaksud untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu bahan
atau logam terhadap pembebanan tarik sehingga dapat melakukan
percobaan ini karena mengetahui karakteristik benda kekuatan darik dari
pada specimen akan di uji, beberapa besar gaya yang bekerja pada spesimen
tersebut hingga spesimen dapat patah.

1.2. Tujuan Pengujian


Tujuan dari pengujian tarik adalah untuk mengetahui cara
menentukan modulus elastis, kuat tarik, tegangan tarik, tegangan luluh,
tegangan maksimum, tegangan patah dan jenis patahan.

1.3. Rumusan Masalah


Bagaimana cara menentukan modulus elastisitas, kuat tarik, regang
tarik, tegangan luluh, kontraksi, tegangan maksimum, tegangan patah dan
jenis patahan.
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Pengertian Pengujian Tarik


Pengujian tarik suatu material di ukur dengan uji tarik. Sistem
pengujian ini adalah spesimen/material di tarik sampai patah. Ketahana suatu
bahan terhadap derformasi kekuatan plastic dengan istilah kekuatan luluh
(yeld strength). Nilai kekutan luluh adalah besar gaya pada saat luluh dengan
luas penampang. Untuk baja lunak, titik luluhnya dapat terlihat jelas.
Kekuatan luluhnya di definisikan sebagai tegangan yang di perlukan untuk
mengisikan regangan plastik sebesar 0,2%.

Setelah kondisi luluh (yealding), tegangan sampai mencapai


deformasi pada plastic bahan meningkat sampai mencapai kekuatan
maksimum dan kemudian turun sampai bahan patah ( frakturo). Kekuatan
tarik (tensilestrength) suatu bahan di tetapkan dengan membagi gaya
maksimum dengan luas penampang beban maksimum di lampaui.

Ductility (keuletan) adalah kemampuan material untuk


mengakomondasikan deformasi ineastic tanpa breaking (patah). Dalam kasus
beban tarik, hal ini berarti bahwa kemampuan menarik sampai regangan
plastik.

Regangan patah adalah salah satu ukuran dari keuletan bahan. Hal ini
diperoleh dari perpanjangan sampai material patah. Hal ini dapat dituliskan
dalam formula seperti berikut.
Lf −Li
∈f =
¿

Dimana : ∈f = Regangan patah


Lf = Perpanjangan sampai patah
¿ = Perpanjangan awal

Seringkali ∈f diekspansikan sebagai suatu presentase yang dikenal dengan


istilah elogasi.

% elogasi = ∈f

Prosedur dalam ASTM standar menjelaskan bahwa elogasi atau


perpanjangan material sampai mengalami patah. Material yang mengalami
deformasi elastic dan plastik merupakan ciri material yang ulet, tapi beberapa
material seringkali tidak mengalami hal seperti ini tanpa deformasi. Kondisi
ini dikenal dengan brittle (rapuh). Sifat ulet terjadi pada beberapa material
seperti baja kekuatan rendah tembaga dan beberapa jenis plastik, seperti
(pdyethylene) sedangkan sifat rapuh (brittle) dapat terjadi jelas, batu dan
beberapa logam ( seperti baja kekuatan tinggi).

Ductility dapat juga diukur dengan menggunakan presentase radius


area (% RA), yang di peroleh dengan perbandingan cross-sectional areal.
Setelah patah, AF dengan luas area awal Ai

A i− A F
% RA = 100
Ai

Pada awal pembebanan hanya terjadi pembebanan perubahan bentuk


( perpanjangan ) yang elastis, yaitu perpanjangan yang berbanding lurus
dengan besarnya tegangan, disamping itu ia mampu baik ( reversibel).
Setelah tegangan ditiadakan tegangan lenyap, maka beban menjadi dua kali
lebih besar maka dalam daerah elastis perpanjangan akan menjadi dua kali
pula (hokum hoak masi berlaku). Hubungan antara gaya beban dan
perpanjangan dalam daerah elastis tampak sebagi garis lurus dalam diagram.

Pada pembebanan tertentu dimana hokum hooke tidak mulai garis itu
mulai melengkung dan deformasi elastis terjadi. Bila mana beban dinaikan
akan terjadi deformasi permanen cukup kuat. Gejala ini disertai oleh proses
mengukur seperti pada grafik 2.1. Kadang kala gejala ulur ini tampak pada
pengujian tarik seperti yang di perlihatkan pada gambar 2.2. Deformasi
permanen akan terjadi kalo beban di naikan sampai di atas R.

Beban yang terjadi pada kondisi mengulur di tunjukan degan V 0


(gambar 1) setelah sampai pada penguluran, beban akan naik sampai harga
maksimum (u= ultimate) di sertai oleh deformasi permanen (perpanjangan
yang permanen). Dari grafik, terlihat bahwa di samping deformasi yang
permanen atau perpanjangan non elastis. Walaupun volume batang
mengalami sedikit pertambahan panjang diatas mengakibatkan reduksi
penampang yang untuk sebagai bersifat elastis dan untuk sebagi bersifat non
elastis atau pemanen.

Gambar 2.1. Grafik beban regangan dengan gejala alur


Gambar 2.2. Grafik tegangan regangan tanpa gejala alur

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur


rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh
dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas
awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan.

P
S=
A0

Dimana : S = besarnya tegangan (kg/mm2)


P = beban yang diberikan (kg)
A0 = Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan


teknik adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara
membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan
dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan.

L−L0
e=
L0

Dimana : e = Besar regangan


L = Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo = Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam


tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju
regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama
pengujian. Parameter parameter yang digunakan untuk menggambarkan
kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan
luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas.
Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang
terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan ber
banding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada
pembebanan, daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi
apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda
mengalamideformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat
permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan
bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat


diketahui nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam
persamaan.

σ
∈=
e

Dimana : ∈ = Besar modulus elastisitas (kg/mm2),


e = regangan
σ =Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang


dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang
benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban (F) yang
bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai
suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar
dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh
pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada
suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan
keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat
pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan
secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat
daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban
sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan
berkurang hingga terjadi patah.

Dari ukuran uji tarik yang di peroleh dari hasil pengujian akan di
dapatkan beberapa sifa mekanik yang di memiliki oleh beban uji. Sifat-sifat
tersebut antara lain :

1. Kekuatan tarik
2. Kekuatan luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Kelentingan dari suatu material
5. Ketangguhan
6. Modulus elastis dari material

2.2. Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik


2.2.1. Kekuatan Tarik
Kuat tarik atau kekuatan tarik yang biasanya ditentukan dari suatu
hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (yelding strength) dan kuat tarik
(ultimate tensile strength), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji.
P Maks
SU =
A0

Dimana : SU =¿ Kuat tarik


P Maks=¿ Beban maksimum
A0 = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus


dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan
sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai


hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut
kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan.
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan
dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban
sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan
bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan
mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi
dengan faktor keamanan yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah


menggunakan pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan
rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan
tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik
untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak
dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat
berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk
mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik
mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang
diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-
bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk
keperluan perancangan.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai


teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan.
Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di
mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara
teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh yang
tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang
akan digunakan.

1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan


mikro pada skala regangan 2 X 10 -6 inci/inci. Batas elastik nilainya
sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus
dislokasi.
2. Batas proporsionaladalah tegangan tertinggi untuk daerah
hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini
diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian
garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastikadalah tegangan terbesar yang masih dapat
ditahan oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang
terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan bertambahnya
ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun
hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang
diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan
ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah
rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas
proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur
pengujian yang diberi bebantak diberi beban (loading-unloading)
yang membosankan.

2.2.2. Kekuatan luluh (yield strength)


Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil
pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh
(yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari
deformasi elastis ke deformasi plastis. besar tegangan luluh dituliskan
seperti pada persamaan sebagai berikut.

Py
Y X=
A0

Dimana : YS = Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)


Py = Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao = Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai


teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis
yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluhadalah tegangan yang dibutuhkan untuk


menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.
Definisiyang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh
ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara
krva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis
ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat
offsetbiasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e=
0,002 atau 0,001)

P(Offet)
So =
A0

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh off set adalah
setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh
offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda
ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih
panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offsetdi
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress),
di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang
diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk
perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar
dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas
proporsional.
2.2.3. Pengukuran Keliatan (keuletan)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan
beban pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk
semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi
kepentingan tiga buah hal. Antara lain :
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat
berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu
pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang
mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum
patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian
atau kondisi pengolahan.
2.2.4. Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk
menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali
kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasanya
dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan
tiap satuan volumeyang dibutuhkan untuk menekan bahan dari
tegangan nol hingga tegangan luluh σ 0 Energi regangan tiap satuan
volume untuk beban tarik satu sumbu adalah.
1
U 0= σx ex
2

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

2
1 1 S0 S0
U S = S0 e 0 = =
2 2 E 2E

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan


beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami
deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan
yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.

2.2.5. Modulus Elastisitas


Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan
elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas
ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat
dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka
modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat
diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan
paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastis dapat ditulis sebagai
berikut.

σ
M 0=
ε

Dimana : ε = Regangan
σ =¿ Tegangan

Gambar 2.3. Mesinuji tarik dilengkapi specimen ukuran standar

Seperti pada gambar 2.3. benda yang di uji tarik diberi


pembebanan pada kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua
arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang


dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah
distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxialsehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya
patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat
terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah
bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

Teensile strength merupakan beban maksimum yang diberkan paa


sebuah materrial sebelum mengalami nacting. Paa pngaplikasiannya UTS
(Utlimate Tensile Strength) digunakan alam bentukk bebas maupun di
terima oleh suatu material.

- Modulus resitenci
Kemampuan suatu material enyerap energi ketika deformasi
elastis dan kemmalii ketika beban dilepaskan diisebut resilence.
Modulus reesilence ini merupakan luas daerah dibawa kurva
stress-strain yang masi megalami deformasi elastis
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu

2.2.6. Ketangguhan (Toughness)


Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi
pada daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan
konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu
menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah
di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah
energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan
tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan
antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

S 0 +S u
U T ≈ Su e f atau U T = ef
2

Untuk material yang getas

2
U T = Su e f
3

Dimana : U T = jumblah unit volume


Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah,
dibagi luas penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk
keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat
terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali
tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai

Anda mungkin juga menyukai