PENGUJIAN TARIK
I. Pendahuluan
1. 1 Tujuan Praktikum
1.2 Pengantar
Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan beban
kontinu sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang didapat berupa
perubahan panjang dan perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan dalam
bentuk grafik tegangan regangan. Data data penting yang diharapkan dari
pengujian tarik ini adalah : perilaku mekanik material dan karakteristik
perpatahan.
Pada spesimen yang panjang bagian tengahnya biasanya lebih kecil luas
penampangnya dibandingkan kedua ujungnya, hal ini dilakukan agar patahan
terjadi pada bagian tengah. Panjang ukur (gauge length) adalah daerah dibagian
tengah dimana elongasi diukur atau alat extensometer diletakkan untuk
pengukuran.
Penampang mesin
uji tarik
Standar ASTM untuk uji tarik : E8/E8M – 11
2.1 Perilaku Mekanik Material
Perilaku mekanik material yang dapat diperoleh dari pengujian tarik pada
material padatan (logam dan nonlogam) adalah sebagai berikut:
y = mx
Gambar 1.2
Deformasi plastis terjadi ketika tegangan tidak lagi berbanding lurus dengan
regangan. Bila dilihat dai perspektif atom, maka berhubungan dengan
pemutusan ikatan dengan atom tetangga asal dan pembentukan ikatan dengan
tetangga yang baru.
Titik luluh merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang
mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh
(yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik Y pada Gambar 1.1 di atas.
Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur
kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom
karbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antar dislokasi dan atom-atom
tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukan titik luluh bawah
(lower yield point) dan titik luluh atas (upper yield point).
Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan
menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang
melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending atau puntiran. Di
sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan dipakai dalam
proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing,
stretching dan sebagainya.
Dapat dikatakan titik luluh adalah suatu tingkatan tegangan yang tidak boleh
dilewati dalam penggunaan struktural (in service) dan harus dilewati dalam
proses manufaktur logam (forming process).
F maks
σ UTS=
Ao
f. Keuletan (Ductility)
Merupakan sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi
hingga terjadi perpatahan.
Sifat ulet dalam beberapa tingkatan harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk
( forming ) melalui proses rolling, bending, stretching, drawing, hammering,
cutting, dan sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran
keuletan bahan yaitu :
σ
E = = tan α
ε
dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan
regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar
atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu
proses tanpa merubah struktur bahan.
Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan
panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-
regangan seungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat
pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlalu besar
pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya
pengerasan regangan (strain hardening), yaitu setelah titik luluh terlampaui.
Secara khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking. Pada
kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara
aktual mampu menahan turunnya beban karena luas area awal A0 bernilai
konstan pada saat perhitungan tegangan
σ = P/A0.
σ = P/A.
Gambar
terjadinya
pada sam
Penye
(b) Pembe
rongga
(c) Penyatu
memb
retakan; (d)
(e) P
geser akhi
Ciri-ciri dari perpatahan ulet :
Tampilan permukaan patahan ditandai dengan lubang-lubang dimpel
sebagai suatu hasil proses penyatuan rongga-rongga kecil (cavity) selama
pembebanan berlangsung.
Terlihat bentuk ‘necking’ (penciutan) pada sampel hasil pengujian
tersebut.
Tampilan foto SEM dari perpatahan ulet diberikan oleh Gambar 1.12
berikut :
b. Perpatahan Getas
Karakteristik permukaan berbutir (granular) dan terang. Perambatan
retaknya tegak lurus dengan arah beban yang diberikan. Pada material
polikristalin, retaknya merambat sepanjang batas butir ( intergranular).
Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada
material.
2. Retak atau perpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin
membelah atom-atom material.
3. Pada material lunak dengan butir kasar maka dapat dilihat pola-pola
yang dinamakan chevrons or fan-like pattern yang berkembang keluar
dari daerah awal kegagalan.
4. Material keras dengan butir halus tidak memiliki pola-pola yang mudah
dibedakan.
5. Material amorphous memiliki permukaan patahan yang bercahaya dan
mulus.
Contoh perpatahan getas dari suatu benda uji berbentuk pelat diberikan
oleh gambar 1.13 di bawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
ASM Metal Handbook, Vol 08
Callister, Jr, William D. 2007. Materials science and Engineering – An
Introduction 7e. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Dieter, George E. 1984. Mechanical Metallurgy 10th. Singapore : Chong Moh
Offset Printing Pte. Ltd
Modul Praktikum Pengujian Material 2013
Sofyan, Bondan Tiara. Diktat Metalurgi Fisik 1.
Sofyan, Bondan Tiara. Diktat Pengantar Material Teknik.