Anda di halaman 1dari 12

Elastic & plastic deformation ?

Sigiet Wiwiet Saputro Dear All, Untuk kepentingan investigasi accident, kami sedang menganalisa kekuatan sebuah material. Saya perlu informasi lebih jauh tentang istilah plastic deformation dan elastic deformation pada sebuah material. Ada yang bisa bantu? Setahu saya sebuah material akan tahan terhadap energi tarik atau tekan jika energi tersebut tidak melebihi energi karakteristik material tsb. Terima kasih atas bantuan rekan-rekan. fahrul hamzah Dear Pak Sigit Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan terdapat yang namanya batas luluh (yield strength) nah untuk deformasi elastis itu berada di bawah batas luluh sedangkan untuk deformasi plastis berada/melewati batas luluh suatu material, di mana untuk setiap material mempunyai karakteristik yang berbeda2, misalnya pipa jenis API 5L X 52 di mana yield strengthnya (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter elastis pada material tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi. mungkin terdapat penjelasan dari reka yang lain. Nis Daniel Pak Sigit Elastic deformation: Deformasi material tapi masih bisa kembali bentuk semula, struktur mikro masih bisa kembali ke bentuk semula Plastic deformation: Struktur mikro sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal sehingga materialnya sendiri tidak bisa kembali ke bentuknya semula. Teman teman metalurgist saya yakin dapat menjelaskannya jauh lebih rinci. wiryadinataw@technip

Sedikit Saya menambahkan ya pak.. Benar kata pak Nis, bahwa elestic deformation itu akan kembali bentuk semula. Mengenai tentang struktur mikro, menurut saya pada saat di deformasi elastis tidak ada perubahan perubahan mikro begitu juga ketika deformasi elastis itu hilang. Secara sederhana deformasi elastis itu dapat kita gambarkan dengan dua buah atom Fe yang diikat dengan sebuah pegas. Ketika kita deformasi elastis maka pegas akan berusaha melawan Fe yang kita tarik. Untuk deformasi plastis saya sangat setuju dengan Pak Nis, Dimana struktur mikro sudah berubah. Sebagai inisiasinya adalah sudah putusnya ikatan antara Fe, kemudian adanya pembentukan ukuran butir yang baru (biasanya ukuran butir menjadi lebih kecil dan gepeng karena deformasi plastis akibat tekanan). Pembentukan butir butir baru terbutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. ROSES-Man Ada baiknya Pak sigit menerangkan sedikit tentang material yang sedang diinvestigasi, biar rekan2 di sini bisa memberikan gambaran yang lebih jelas. karena angka2nya pasti berbeda, dan tentu saja mempengaruhi karakteristiknya. abetabet Pak Sigit, Menambahkan, Deformasi elastis adalah deformasi atau perubahan bentuk material yang apabila gaya penyebab deformasi itu dihilangkan maka deformasi kembali ke bentuk semula. contoh pada uji tarik suatu material. akibat gaya yang di berikan kepada specimen maka material terdeformasi, berubah bentuk. kalo uji tarik maka specimen material bertambah panjang yaitu terdapat delta L. apabila gaya tarik dihilangkan maka material kembali ke bentuk semuala, ke ukuran semula. delta L hilang. kalo deformasi plastik maka ketika gaya dihilangkan material tidak kembali ke ukuran, tidak ke bentuk semula. delta L tidak hilang. semoga membantu Oscar Hammer Stein Sedikit menambahkan.. Biasanya daerah elastik itu dibatasi oleh garis proporsioanal antara tegangan n tegangan, nah ujung dari titik proporsioanl ini disebut sebagai yield point.. setelah keluar dari daerah ini, disebut sebagai daerah plastic yg tidak akan kembali kebentuk semula. Alasannya karena sudah terjadi perubahan, sedangkan di daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini disebabkan ketika masih di daerah elastic, logam dapat menahan beban yg diberikan yg disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi..

sehingga menghambat pergerakkan dari dislokasi.. sedangkan ketika sudah memasuki daerah plastik, dislokasi sudah memotong batas butir. tapi untuk material lainnya mempunyai sifat yg sedikit aneh, salah satu jenis polimer, tidak akan kembali ke bentuk semula ketika di berikan beban.. saya kurang mengetahui material yg bapak maksud disini apa (mgkn logam, polimer, ceramic ato komposit) secara umum sifat mekanik dari logam dibagi menjadi a). Batas proposionalitas (Proportionality Limit) Adalah daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier : s=Ee b). Batas elastis (Elastic limit) Adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bagian dari batas elastik. Bila beban terus diberikan tegangan maka batas elastis pada akhimya akan terlampaui sehingga bahan tidak kembali seperti ukuran semula. Maka batas elastis merupakan titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi plastis untuk pertama kalinya. Kebanyakan material tenik mempunyai batas elastis yang hampir berhimpitan dengan batas proporsionalitasnya. c). Titik Luluh (Yield Point) dan Kekuatan Luluh (Yield Strength) Adalah batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom karbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antar dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas (upper yield point). Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Sehingga digunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh material. Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan proporsionalitas tegangan dan regangan. Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan titik luluh adalah suatu tingkatan tegangan yang tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service) dan harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process).

d). Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength) Adalah tegangan maksmum yang dapat ditanggung oleh material sebelum tejadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum tarik ditentukan dari beban maksimum dibagi luas penampang. e). Kekuatan Putus (Breaking Strength) Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaking) dengan tuas penampang awal (A0). Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet, kekuatan putus lebih kecil dari kekuatan maksimum, dan pada bahan getas kekuatan putus sama dengan kekuatan maksimumnya. f). Keuletan (Ductility) Adalah sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi hingga tejadinya perpatahan. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu : Persentase perpanjangan (Elongation) : e (%) = [(Lf-L0)/L0] x 100% dimana : Lf = panjang akhir benda uji L0 = panjang awal benda uji Persentase reduksi penampang (Area Reduction) : R (%) = [(A1 A0)/A0] x 100% dimana : Af = luas penampang akhir A0 = luas penampang awal g). Modulus Elastisitas (Modulus Young) Adalah ukuran kekakuan suatu material, semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi, atau semakin kaku. h). Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience) Adalah kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa teiuadinya kerusakan. Nilai modulus resilience (U) dapat diperoleh dari luas segitiga yang dibentuk oleh area elastik diagram tegangan-regangan Perumusannya : U = 0.5se atau U = 0.5se2/E i). Modulus Ketangguhan (Modulus of Toughness) Adalah kemampuan material dalam mengabsorb energi hingga terjadinva perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area keseluruhan di bawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian tarik j). Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa dan Sesungguhnya

Kurva tegangan-regangan rekayasa (engineering) didasarkan atas dimensi awal (luas area dan panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-regangan sesungguhnya (true) diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Pada kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual mampu menahan turunnya beban karena luas area awal Ao bernilai konstan pada saat perhitungan tegangan = P/Ao. Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luas area aktual adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatan tegangan karena = P/A. Hubungan trae stress-strain dan engineering stress-strain : sT = s(1 + e) sT = true stress eT = ln(1 +e) eT = true strain

semoga informasi ini membantu.. Adryan Wisnu Broto Suseno Pak Sigiet W Saputro, Keterangan anda betul walaupun sangat umum Ada criteria kegagalan suatu bahan, dulu waktu kuliah nama mata kuliahnya mekanika kekuatan material. Ada yang namanya om Tresca sama om Von Misses Satunya cerita tentang material yang berdeformasi karena tegangan tarik, satunya karena tegangan normal. Lebih detailnya ada di buku popov yang bahasa indonesianya mekanika teknik, Kalau bahasa inggerisnya saya lupa Buku yang lain ialah William D Calister atau Dieter saya lupa judul aselinya. Silakan di googling reza shahreza Pak Sigit, Sedikit menambahkan penjelasan dr Pak Nis Daniel, batas diantara Plastis & Elastis deformation tersebut ada titik yg biasa disebut Yield Point. Material dengan suatu pembebanan berlebih, awalnya akan berada di plastis area, kemudian akan mencapai yiled pointnya, dan setelah melewati yield point, kemudian akan memasuki elastis area dimana pada daerah ini material tidak bisa kembali ke bentuk semula sampai akhirnya mencapai UTS (Ultimate Tensile Strength) dimana material akan patah/putus.

Yield Point ini yang menjadi referensi pemilihan kekuatan suatu material. Biasa disebut dengan Ys (Yield Strength). Indratmo Jaring Prasojo Mungkin maksud Pak Reza di sini ELASTIS lalu PLASTIS, bukan PLASTIS lalu ELASTIS. Berikut ada kutipan diambil dari http://www.ndted.org/EducationResources/CommunityCollege/Materials/Structure/deformation.htm When a sufficient load is applied to a metal or other structural material, it will cause the material to change shape. This change in shape is called deformation. A temporary shape change that is selfreversing after the force is removed, so that the object returns to its original shape, is called elastic deformation. In other words, elastic deformation is a change in shape of a material at low stress that is recoverable after the stress is removed. This type of deformation involves stretching of the bonds, but the atoms do not slip past each other. When the stress is sufficient to permanently deform the metal, it is called plastic deformation. Dirman Artib Pak Reza kebalik... Elastis adalah area di mana material jika forcenya di release akan kembali ke bentuk semula. Ini disebut juga area di mana hukum hook berlaku. Plastis adalah area di mana material akan terbentuk deformasi permanent karena force yg diberikan. Utk aplikasi structural steel misalnya, maka daerah elastis yg digunakan, tetapi force yg dimainkan kebanyakan hanya pada daerah setengahnya dari elastis tsb, supaya aman. reza shahreza Yup bener kebalik, Maaf Pak. Arief Yudhanto Pak Sigit,

Beberapa email sebelumnya telah menjelaskan definisi istilah elastis dan plastis dg sangat baik. Menambahkan pertanyaan sebelumnya (supaya diskusinya makin seru :) - Apakah struktur yang anda investigasi ini sepenuhnya terbuat dari logam (baja, aluminum, titanium dll)? Jika logam maka pendekatan linear elastic bisa dipakai (hukum Hook). - Apakah beban yg dialami oleh struktur tersebut adalah beban tarik? Jika beban tekan maka ada dua pendekatan umum: struktur kolaps karena kompresi atau fenomena tekuk (buckling atau ketidakstabilan struktur). - Apakah ada fenomena retak di dalam struktur yg anda investigasi? Pendekatan lebih jauh yg dipakai adalah mekanika retak (fracture mechanics). - Apakah beban yang dialami mengalami perubahan cycle atau dynamic? Pendekatan kelelahan (fatigue) struktur bisa dipakai. - Apakah ada indikasi bahwa struktur rusak karena beban impak? Oiya pak, energi bisa dihitung dari kurva tegangan-regangan (stress-strain): area di bawah kurva tersebut menggambarkan energi yg dilepas oleh material ketika mengalami beban tarik atau tekan (khusus fenomena statik, bukan buckling). Terima kasih, Salam ... andrigunari kartiwa Dalam philosophy design kita selalu membandingkan Stress yang terjadi VS Kapasitas (Capacity). * A. Stress* Stress yang terjadi dalam suatu elemen member diakibatkan oleh 3 jenis pembebanan. A.1 Axial Load, Pembebanan yang searah dengan sumbu utama dari member. Axial load ini dibagi menjadi dua. 1. Tension 2. Compression A.2 Bending Momen A.3 Combine Bending dan Axial* B. Kapasitas* Kapasitas member selalu tetap tergantung dari properties dan dimensi dari material tersebut, kapasitas member tidak tergantung dari load yang terjadidan dalam analysis design kapasitas ini dibatasi dengan allowable yang terdapat dalam standard and code seperti API, AISC, Norsok dll. B.1 Axial Load 1. Tension, Kapasitas tension biasanya dinyatakan dalam Yield Strength (Fy), untuk design allowablenya biasanya dibatasi 0.66 - 0.9 Fy, tergantung dari standard and code yang digunakan dan metodenya LRFD ato WSD. 2. Compression,

Kapasitas compression dari suatu member sangat ditentukan dari properties dan dimensi dari member tersebut. Rumus Euleur biasanya digunakan untuk menyatakan kapasitas compression dari member tetapi dengan koreksi untuk kelangsingan tertentu. Lebih dalam lagi kapasitas ini ditentukan juga oleh perletakan dari member hal ini berpengaruh pada panjang efektif dari member. B.2 Bending Kapasitas bending dinyatakan dalam Yield Strength (Fy) dan untuk design allowablenya biasanya dalam praktis digunakan 0.75 Fy. Untuk Tubular member perbadingan atara Diameter dan thickness juga mempengaruhi dari allowable member. Untuk detailnya bisa dilihat di API. B.3 Combine Axial dan Bending, Untuk kapasitas ini bisa dilihat langsung di Standard and Code, yang menjadi concern dalam Combine Load ini yaitu adanya amplification factor apabila perbandingan antara compression yang terjadi dengan allowablenya lebih besar dari 0.16. Perbandingan antara strees yang terjadi dengan allowablenya dalam uraian diatas digunakan untuk kondisi elastic analisis. Dalam sistem struktur jika suatu member telah melebihi batas allowablenya bukan berarti struktur itu akan collapse. Bayangkan jika kita harus mendesign satu member dalam strukttur agar dapat menahan beban ship impact, seberapa besar dimensi member yang akan digunakan. *C. Plastic Analysis* Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan plastic analysis dengan pertimbangan bahwa material baja setelah mengalami yield akan terus berdeformasi sampai mencapai ultimate strength baru kemudian runtuh. Plastic analysis ini digunakan untuk beberapa analysis : 1. Collapse/Pushover analysis untuk mengetahui Reserve Strength Ratio dan Residual Strength. 2. Analysis terhadap beban2 Accidental seperti ship impact, blast, drop object dan fire. *D. Fatigue Analysis* Fatigue analysis dilakukan untuk mengetahui daya tahan struktur terhadap beban berulang. Fatigue analysis bisa dilakuakan dengan metode spektral atau deterministic analysis. Hasil dari fatigue analysis ini dibandingkan dengan "service life" dari struktur yang telah ditentukan. Mudah2an membantu. Dirman Artib Yang jelas, kalau untuk tujuan investigasi incident, silahkan kembali kepada terma dan prasyarat prosedur investigasi incident di perusahaan anda. Pandangan ahli pada bidang khusus biasanya

diperlukan, tapi tentu ada protokol yang mengaturnya, misalnya standard kompetensi ahli biasanya ditetapkan.

Deformasi Geologi di Luar Peta Area Terdampak Crack (retak dan pecahnya batuan), subsidence (penurunan tanah), uplift (naiknya permukaan tanah) merupakan indikasi adanya patahan. Patahan-patahan inilah yang mengancam stabilitas tanggul penahan lumpur. Crack dan subsidence mengenai tanggul penahan luapan lumpur Sidoarjo, sehingga mengancam daerah di luar area peta terdampak. Crack berkembang di daerah Siring Barat dan Renokenongo. Sedangkan dinamika perkembangan subsidence paling cepat ke arah desa Siring Barat. Untuk mengetahui karakteristik penurunan tanah ( land subsidence ) di luar peta area terdampak, telah dilakukan suatu pengukuran pemantauan deformasi geologi menggunakan alat Global Positioning System Geodetic .

Kegiatan Pemantauan Deformasi Geologi di Luar Peta Area Terdampak


Deformasi merupakan perubahan bentuk dan posisi suatu objek dalam jangka waktu tertentu. Perubahan bentuk objek ini terbagi dalam 3 fenomena yaitu: secular, periodik dan episodik. Perubahan bentuk secular berupa perubahan bentuk secara linier, lambat dan merambat. Perubahan bentuk secara periodik berupa perubahan yang mempunyai selang waktu antara detik sampai puluhan tahun. sedangkan perubahan bentuk episodik berupa perubahan bentuk secara tiba-tiba dan cepat. Penggunaan GPS Geodetic

Salah satu metode geodetik untuk pemantauan deformasi ialah pengukuran dengan GPS ( Global Positioning System ). GPS ialah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System [Abidin, 2000; Hofmann-Wellenhof et al., 1997]. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih,

secara periodik atau kontinyu untuk ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei yang satu ke survei berikutnya atau hasil data kontinyu, maka karakteristik penurunan tanah ( land subsidence ) akan dapat dihitung dan dipelajari. GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi, dua komponen horisontal (X,Y) dan satu komponen vertikal (Z). Jadi disamping memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga sekaligus memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah horisontal. Keunggulan GPS ialah dapat dimanfaatkan tanpa tergantung waktu (siang maupun malam) dan dapat digunakan dalam segala kondisi cuaca. Dengan keunggulan semacam ini maka pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan penurunan muka tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran Sampai dengan Pebruari 2009 Tim Geodetik Divisi Gas dan Deformasi Geologi Bapel-BPLS sampai dengan bulan Pebruari 2009 telah melakukan pengukuran sebanyak 28 titik, terdiri dari 14 titik pantau deformasi geologi, 8 titik bersama Virama Karya, dan 6 titik untuk registrasi citra wlayah Muara Kali Porong. Pekerjaan-pekerjaan meliputi :

Pengikatan basepoint TTG 1304 terhadap orde 0 Jaring Kontrol Horizontal Nasional (BAKOSURTANAL). Pemasangan 3 (tiga) patok titik pantau deformasi yang baru, yaitu di Keboguyang, Candi, dan Pamotan. Pengukuran dan pemantauan titik pantau deformasi geologi. Pengukuran bersama Virama Karya untuk keperluan pembangunan infrastruktur di Muara Kali Porong Pengukuran untuk keperluan registrasi citra satelit wilayah Muara Kali Porong.

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran dan pemantauan deformasi geologi di luar Peta Area Terdampak ialah SOKKIA GPS Stratus L1 yang merupakan receiver GPS Single Frequency. Basepoint yang digunakan untuk pengukuran dan pemantauan deformasi geologi ialah TTG 1304 (Bakosurtanal) di Kejapanan ( 7 km dari tanggul lumpur ke arah Selatan). TTG 1304 dipilih karena dianggap tidak mengalami deformasi sebagai akibat semburan lumpur Sidoarjo Titik pantau deformasi dipilih pada lokasi yang merepresentasikan fenomena geologi yang terjadi di tanggul dan sekitarnya (misalnya terjadinya land subsidence dan crack ). Daftar patok dan lokasi yang telah dipasang dapat dilihat pada tabel berikut :

Nomor Patok DG 01 DG 02 DG 03 DG 04 DG 05 DG 06 DG 07 DG 08 DG 09 DG 10

Lokasi Depan Posko Pengamatan Pengairan Porong Depan Restoran Porong, Jatirejo As jalan pintu masuk R # 1, Jatirejo As jalan dekat jembatan Puthul As jalan sebelum jembatan Tanggulangin Ketapang Siring Barat, depan pabrik Tjahaya Agung Tunggal Wunut Selatan jembatan, pintu keluar tol, Besuki Glagaharum

DG 11 DG 12 DG 13 DG 14

Gempolsari Keboguyang Candi Pamotan


Tabel patok titik pantau deformasi geologi per Februari 2009

Pengukuran titik pantau deformasi geologi dilakukan dengan metode static survey, yaitu pengukuran dengan kedua receiver didirikan pada 2 titik diam (Base dan Rover berdiri pada titik selama pengukuran berlangsung). Lamanya pengukuran yang dilakukan tim geodetik yaitu 4 jam. Hasil pengukuran dengan GPS di download dan diolah dengan software Spektrum Survey Version 3.3. Untuk mengekspor hasil pemrosesan data ke format yang lain (.dxf, .txt), digunakan software Prolink Version 1.15. Pengukuran pada patok-patok pertama kali dilakukan pada bulan Desember 2008 dan selanjutnya pada bulan Januari 2009 untuk mengetahui besaran deformasi yang terjadi selama satu bulan. PETA DEFORMASI GEOLOGI STATUS FEBRUARI 2009

DIVISI GAS DAN DEFORMASI GEOLOGI BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO

Keterangan :
Gambar panah pada peta menunjukkan arah displacement pada masing-masing patok, dimana warna merah displacement disertai dengan penurunan elevasi dan warna kuning disertai kenaikan elevasi

Anda mungkin juga menyukai