Anda di halaman 1dari 23

Mekanika Material

Pendahuluan

Bagian ini membahas berbagai besaran


material ditinjau dari desain structural.
Beberapa di antaranya adalah kekuatan dan
sifat hubungan beban-deformasi dari material.
Dalam analisis akhir, besaran-basaran tsb
dinyatakan dalam gaya-gaya internal yang
bekerja diantara bagian-bagian kecil material.
Sifat Beban-Deformasi pada Material Secar
Umum
Adanya beban pada elemen struktur
menyebabkan terjadinya perubahan
dimensional pada elemen struktur tersebut.
Struktur tsb mengalami perubahan ukuran
atau bentuk atau kedua-duanya. Pada
sebagian besar jenis material, misalnya baja,
perubahan dimensional yang terjadi dapat
dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu
deformasi elastis dan deformasi plastis yang
terjadi secara berurutan dengan semakin
bertambahnya beban. Apabila elemen struktur
tersebut mula-mula dibebani, maka deformasi
yang terjadi masih dalam daerah elastis
material.
Dalam daerah ini, elemen struktural tersebut
masih dapat kembali kepada keadaan semula
apabila bebannya dihilangkan (perilaku
demikian sama dengan perilaku pegas).
Deformasi dalam daerah elastis bergantung
langsung pada tingkat tegangan yang terjadi
pada elemen struktur. Apabila bebannya
bertambah terus, maka akan terjadi deformasi
yang termasuk ke dalam daerah plastis dari
material. Hal ini terjadi apabila tegangan pada
material sedemikian besarnya sehingga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan
permanent dalam struktur internal material.
Jika perubahan internal material ini terjadi, maka
keadaan semula tidak dapat tercapai meskipun
beban dihilangkan. Sehingga apabila material
sudah masuk kedalam daerah plastis, maka pada
material terjadi perubahan dimensi yang bersifat
irreversible dan terjadi perubahan bentuk yang
permanen meskipun bebannya dihilangkan. Taraf
beban atau tegangan yang diasosiasikan dengan
daerah plastis selalu lebih besar daripada yang
diasosiasikan dengan daerah elastis. Dalam
daerah plastis, deformasinya tidak berbanding
lurus dengan beban atau tegangan yang ada.
Deformasi pada daerah plastis jauh lebih besar
daripada daerah elastis, bahkan pada material
tertentu dapat terjadi deformasi berlebihan tanpa
adanya penambahan beban.
Elastisitas

Perilaku Elastis. Bagian ini membahas lebih


rinci perilaku material yang masih berada
dalam daerah elastis, yaitu material dapat
kembali ke ukuran dan bentuk semula apabila
tegangan dihilangkan. Cara utama dalam
menjelaskan perubahan ukuran dan bentuk
adalah dengan menggunakan konsep regangan
(). Secara umum regangan didefinisikan
sebagai rasio (pembandingan) antara
perubahan ukuran atau bentuk semula (S)
elemen [yaitu = S / (S + S)].
Karena merupakan perbandingan, regangan
tidak mempunyai dimensi fisis. Hubungan
umum antara tegangan dan regangan untuk
material elastis yang pertama kali dinyatakan
oleh Robert Hooke (1635-1703) dan dikenal
sebagai hukum Hooke. Hukum Hooke ini
menyatakan bahwa untuk benda elastis,
perbandingan antara tegangan yang ada pada
elemen terhadap regangan yang dihasilkan
adalah konstan. Jadi :

egangan/regangan = konstanta untuk suatu mater


= modulus elastitas = E
Besar konstanta ini merupakan sifat material
dan biasanya disebut sebagai modulus
elastitas. Satuan untuk konstanta ini sama
dengan satuan tegangan, karena regangan
tidak mempunyai dimensi. Konstanta tersebut
ditentukan secara eksperimental.
Apabila elemen struktur mengalami gaya tarik
murni, maka elemen struktur tersebut akan
mengalami perpanjangan. Jika L menunjukkan
panjang semula, dan L adalah perubahan
panjang, maka regangan yang ada pada
batang tersebut adalah :
pertambahan panjang L
regangan = atau
panjang semula L
Seperti telah disebut di atas, regangan
tidak mempunyai dimensi. Kita dapat
memandang regangan sebagai besar
deformasi per satuan panjang. Dengan
pengertian ini, regangan dapat dipandang
seolah-olah mempunyai dimensi mm/mm
atau in/in.
Cara biasa untuk menentukan modulus
elastisitas (E) material adalah meninjau
elemen dari suatu struktur yang mempunyai
panjang serta luas tertentu, kemudian diberi
beban yang diketahui, dan mengukur besarnya
perpanjangan L. Tegangan secara langsung
dihitung dengan menggunakan hubungan =
P/A, dan regangan dapat diperoleh dari
hubungan = L/L, maka modulus elastitas
material tersebut dapat ditentukan dengan
menggunakan E = / .
Modulus elastitas berbagai material diperoleh
dengan prosedur umum seperti ini. Untuk baja
(steel), Es = 29,6 x 106 lb / in2 (204000 N/mm2
atau 204000Mpa), dan untuk aluminium, Ea =
1,6 x 106 lb / in2 (77900 N/mm2). Harga yang
umum untuk beton (concrete) adalah Ec = 3 x
106 lb / in2 (20700 N/mm2), dan untuk kayu
(timber) adalah Et = 1,6 x 106 lb / in2 (11000
N/mm2). Nilai E untuk setiap material
bergantung pada karakteristik material tsb.
Apabila nilai telah diketahui, E dapat dipakai
sebagai konstanta dalam memprediksi
deformasi material yang mengalami deformasi
akibat berbagai kondisi tegangan.
Modulus elastisitas adalah kemiringan kurva
tegangan-regangan di dalam daerah alastis
material. Untuk tegangan yang semakin tinggi
pada elemen struktur, suatu titik dicapai
dimana regangannya akan menjadi tidak
bergantung linear lagi terhadap tegangan. Ini
adalah titik transisi batas proporsional untuk
material. Sesudah titik ini dilalui, konsep
modulus elastistas konstan sudah tidak berlaku
lagi. Untuk kebanyakan material, seperti baja,
besar deformasi yang dapat terjadi di dalam
daerah plastis jauh lebih besar dibandingkan
pada daerah elastis.
Deformasi Lateral pada Daerah Elastis. Elemen
yang diberi beban aksial mengalami
perubahan elastis dalam arah lateral dan
longitudinal. Dimensi lateral elemen berkurang
apabila mengalami beban tarik, dan
bertambah apabila batang tersebut mengalami
beban tekan. Ada suatu konstanta di antara
kedua perubahan lateral ini dengan yang
terjadi dalam arah longitudinal. Konstanta
hubungan ini biasanya disebut sebagai angka
poisson () yang didefinisikan sebagai v = -
y/x. Untuk baja angka Poisson sekitar 0,3.
Sebutan kekuatan sering digunakan sebagai
acuan dalam menentukan kapasitas memikul
beban material. Sebagaimana telah disinggung
di atas, material sering kali menunjukkan
perilaku yang tidak sederhana apabila dibebani
sehingga perlu ada definisi yang lebih tepat
untuk menyebut kekuatan. Sebagai contoh,
banyak material dapat terus memikul beban
tambahan bahwa setelah limit proporsional
material terlampaui.
Baja dapat terus memikul taraf tegangan diatas
limit proporsional, tetapi disertai deformasi
yang sangat berlebihan untuk penambahan
tegangan yang sedikit saja. Titik kritis, yang
disebut titik leleh, dicapai apabila baja
berdeformasi tanpa adanya penambahan
tegangan sama sekali. Sebenarnya, apabila baja
diuji tarik dengan menggunakan mesin uji-tarik
(yang pada umumnya dapat memberi
deformasi dan mengukur tegangan atau
bebannya, bukan sebaliknya), pengurangan
aktual dalam taraf tegangan akan terjadi.
Apabila beban diberikan langsung (bukan
deformasi), titik leleh dengan mudah akan
terlihat dengan adanya pertambahan deformasi
secara tiba-tiba.
Selanjutnya material akan mengalami
deformasi permanent (dalam daerah plastis)
pada taraf tegangan yang relatif konstan.
Akan tetapi, pada saat deformasinya
bertambah, baja mulai tidak aman untuk
memikul beban, dan taraf tegangan yang ada
lagi. Ini adalah yang disebut sebagai kekuatan
batas (ultimate strength) material. Sesudah
tegangan ini tercapai, baja berdeformasi
dengan sangat cepat, disertai dengan
berkurangnya luas penampang, yaitu
terbentuk apa yang disebut sendi plastis dan
akhirnya putus.
Material daktail(Ductile) versus Getas
(Brittle)
Perilaku Daktil dan Getas. Material yang dapat
mengalami deformasi plastis seperti yang baru
saja dibahas di atas, sampai keadaan sebelum
putus biasanya disebut sebagai material daktil.
Baja adalah contoh material daktil. Sebaliknya,
apabila material tidak menunjukkan perilaku
plastis, tetapi dapat putus pada saat deformasi
yang tidak besar, disebut material getas
(brittle). Besi tuang adalah material getas,
begitu pula beton polos (plain concrete). Kurva
tegangan-regangan menggambarkan
perbedaan perilaku yang ada di antara kedua
jenis umum material.
Besar daktilitas atau kegetasan pada material
seperti baja secara aktual dapat dikontrol
dengan mengatur konsistensi atau metode
prosesnya. Dengan menambah kadar karbon
di dalamnya, daktilitas akan berkurang.
Alternatif lain, baja yang menunjukkan
daktilitas kecil dapat semakin daktil dengan
menempanya (dipanaskan pada temperatur
tinggi dan dibiarkan mendingin secara
berlahan-lahan).
Implikasi Daktilitas dalam Desain Struktural.
Dari tinjauan desain struktural, material seperti
baja menunjukkan perilaku daktil atau plastis
yang sangat diinginkan karena daerah
plastisnya memberikan arti sebagai ukuran
cadangan kekuatan.Material getas tidak
menunjukkan perilaku plastis.
Elemen struktur yang menggunakan material
getas, seperti balok dan besi tuang, tidak dapat
berdefleksi secara cukup besar untuk memberi
peringatan sebelum terjadinya collapse. Elemen
struktur demikian cukup berbahaya apabila
digunakan.
Beton juga merupakan material yang getas,
tetapi apabila digunakan bersama material
daktail seperti baja (sebagai tulangan), material
gabungannya (disebut beton bertulang) dapat
mempunyai sifat daktail.
Efek Laju Regangan. Jika laju pembebanan
pada struktur bertambah, biasanya material
yang secara normal daktail mulai berperilaku
sebagai material getas (deformasi plastis yang
ada hanya sedikit). Limit proporsional dan titik
leleh sering kali bertambah apabila laju
Efek Rangkak.
regangan Sebutan rangkak (creep) disini
bertambah.
dimaksudkan sebagai deformasi terus-menerus
dengan bertambahnya waktu untuk suatu
keadaan tegangan konstan. Bahan plastik dan
beton polos, misalnya mempunyai
kecendrungan demikian, sedangkan baja tidak.
Defleksi jangka panjang pada struktur akibat
rangkak sering kali cukup besar sehingga tidak
dapat diabaikan. Rangkak dapat juga
menyebabkan redistribusi tegangan yang tidak
diinginkan pada elemen struktur beton
Efek Temperatur. Temperatur rendah sering
kali meyebabkan material yang secara normal
daktail, seperti baja, mulai menunjukkan
perilaku getas. Dalam banyak hal, efek
temperatur rendah pada material sama dengan
efek
Efeklaju regangan
Fatik. tinggi.
Material yang mengalami siklus
tegangan yang bolak-balik dapat mengalami
kegagalan pada tegangan yang relatif rendah
(meskipun masih dibawah kekuatan elastis
material). Batas daya tahan material adalah
tegangan satuan maksimum.
Kebanyakan material yang mengandung
ferrum(seperti baja) mempunyai limid daya
tahan yang terdefenisi dengan baik. Material
yang tidak mengandung ferrum, seperti
alumunium, tidak demikian. Pada umumnya
fatik bukan merupakan masalah pada gedung
karena tidak ada beban dominan yang
menyebabkan terjadinya tegangan bolak-balik.
Efek Pemusatan Tegangan, Retak dan
Cacat. Pada banyak struktur sangat mungkin
terjadi retak mikro maupun cacat-cacat lainnya.
Pada titik-titik demikian sering timbul tegangan
yang sangat tinggi pada luasan yang sangat
kecil. Inilah yang disebut pemusatan
(konsentrasi) tegangan.
Apabila yang digunakan material getas, maka
pada titik-titik dimana terjadi pemusatan
tegangan akan terjadi retak yang menjalar terus
hingga dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan pada elemen struktur tersebut.
Apabila material daktail yang digunakan, maka
material akan berdeformasi sedikit secara lokal
saja sehingga memungkinkan terjadinya
redistribusi tegangan. Dengan demikian, retak
yang terjadi pada material daktail akan
menjalar lebih lambat dibandingkan pada
material getas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai