Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Pengujian Mekanik

pengujian Tarik (Tensile test)


Diposkan oleh Widi Eko Saputro pada 19:53

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengevaluasi kelakuan tarik suatu logam dengan cara memberikan beban tarik pada logam
dengan cara memberi atau menerapkan beban tarik pada logam.
2. Mengetahui cara-cara mendapatkan sifat-sifat mekanik material

TEORI DASAR
Uji tarik adalah uji yang dilakukan pada suatu material dengan cara menerapkan beban tarik pada
material tersebut. Dengan pemberian beban tarik tersebut kita dapat mengevaluasi kelakuan material,
sehingga akan diperoleh sifat-sifat mekanik dari material tersebut, antara lain :
Kekuatan Luluh = yield strength (y)

Gambar diatas mengunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh suatau material.Yield
strength digunakan untuk menentukan batas antara deformasi elasatis dengan deformasi plastis.
Yield strength dalam aplikasinya biasa digunakan untuk menentukan beban maksimal yang diberikan
pada material sebelum mengalami deformasi plastis.
Kekuatan Tarik = tensile strength (u),

(UTS : Ultimate TS) Ultimate tensile strength merupakan beban maksimum yang diberikan pada
sebuah material sebelum mengalami nacking. Pada aplikasinya UTS digunakan dalam menentukan
seberapa besar beban mampu diteriama oleh suatu material.

Keuletan = elongation(ef)

Elongation merupakan perpanjangan dari sebuah material ketika diuji tarik samapai patah. Hal ini
berguna dalam merancang sebuah alat sepeti tali pada jembatan dalam hal seberapa panjang tali
tersebut mengalamai perpanjangan sampai patah ketika diberi beban uniaksial. Elongation berguna
dalam menentukan apakah suatu material itu ulet apa getas, hal tersebut bias dilihat dari nilai
elongationnya. Jika nilai elongationnya besar material tersebut bersifat ulet apabila nilai elongationnya
kecil maka material tersebut dikatakan getas.
Reduksi Penampang = reduction of area(q)

Reduction of area merupakan pengecilan penampang ketika mengalami fracture. Hal ini berguna
dalam menentukan seberapa besar suatu material yang mengalami beban uniaksial akan mengalami
pengecilan luas penampang.
Kekakuan = stiffness, `
(E)elastic modulus =

/e = tan

Modulus elastisitas merupakan sifat material yang digunakan dalam merancang sebuah alat agar
tidak mengalami deformasi plastis. Aplikasinya dalam merancang sebuah jembatan, harus
mempunyai modulus elastisitas yang kecil, supaya kaku. Dalam penerapannya modulus elastisitas
digunakan berdasarkan keperluannya.
Modulus Resilience = modulus of resilience (Ur)

Kemampuan suatu material menyerap energi ketika deformafi elastis dan kembali ketika beban
dilepaskan disebut resilience. Modulus resilience merupakan luas daerah di bawah kurva stress-strain
yang mash mengalami deformasi elastis. Modulus resilience berguna untuk mengetahui seberapa
besar energi yang diberikan agar tetap mengalami deformasi elastis.
Ketangguhan = toughness (Ut)

Dalam hal Perencanaan toughness dipakai untuk menentukan seberapa besar suatu material
menyerap energi sampai dia patah. Dalam aplikasinya toughness dipakai untuk merusak material
agar bias mengetahui energi maksimal sampai patah.
Alat yang digunakan untuk melakukan uji tarik adalah Tensile Testing Machine . Prinsip pengujian
tarik adalah spesimen ditarik dengan laju pembebanan yang lambat, hingga spesimen itu putus.
Mesin uji tarik akan mencatat besarnya beban tarik yang diberikan terhadap spesimen setiap saat
beserta besarnya perpanjangan (elongation) yang terjadi pada spesimen setelah dilakukan uji tarik.
Alat pencatat beban beban tarik adalah load cell. Sedangkan alat pencatat perpanjangan yang terjadi
pada spesimen adalah ekstensometer.
Grafik yang dihasilkan dari mesin uji tarik adalah grafik antara gaya atau beban tarik terhadap
perpanjangan yang terjadi. Grafik tersebut harus dikonversikan menjadi grafik tegangan teknis
terhadap regangan teknis, tujuannya untu meminimalisasi pengaruh faktor geometris. Tegangan dan
regangan teknis dirumuskan sebagai berikut :

Bentuk grafik gaya atau beban tarik terhadap perubahan panjang dan grafik tegangan teknis,
terhadap regangan teknis adalah sebagai berikut :

Dari diagram tegangan teknis, terhadap regangan teknis akan diperoleh data sebagai berikut:
1. p atau batas proporsional adalah tegangan maksimum dimana perbandingan antara tegangan dan
regangannya masih proporsional.
2. y atau batas luluh adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh spesimen tanpa
menyebabkan deformasi plastis.
3. u atau batas ultimate, adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh spesimen tanpa
menyebabkan deformasi plastis yang tak homogen. Beban ini disebut juga sebagai kekuatan tarik
material
4. f atau beban yang menyebabkan spesimen itu patah.
e atau perpanjangan
5. Reduction of area
6. E ( Modulus Elastisitas ) adalah ukuran kekakuan suatu bahan
Grafik tegangan dan regangan teknis tersbut perlu dikonversi lagi terhadap grafik tegangan-regangan
sebenarnya. Bentuk grafiknya adalah sbb:

K = konstanta
penguatan
n = koefisien
strain hardening Hubungan yang berlaku antara tr dengan dan antara
dengan e adalah :
tr = ( e+1 )
= ln ( e +1 )
Pada saat terjadinya necking atau pengecilan penampang setempat, berlaku hubungan :
=n
Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam ditarik:
1. Ada penyertaan elastis
2. Ada penyertaan plastis
3. Terjadi Necking di titik Ultimate
4. Ada Luders Band
5. y berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami Starin Hardening ditarik kembali.
6. Terjadinya Kurva Hystersis
Luas grafik menandakan besarnya energi yang diserap dari logam.
7. Terjadi fenomena grafik Mulur ( efek Cottrel )
Kekuatan tarik suatu material dapat diperoleh dengan pembebanan maksimum sebelum material itu
mengalami deformasi plastis yang tidak seragam. Tegangan maksimum ( u) disebut sebagai
kekuatan tarik material, yang kemudian dapat dikatakan sebagai ukuran kekuatan suatu logam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian tarik dalah sebagai berikut :
Temperatur
Semakin tinggi temperatur, maka ketangguhan dan keuletan material akan meningkat. Sebaliknya,
modulus elastisitas, tegangan luluh, Ultimate Tensile Strength, dan nilai koefisien pengerasan
regangan (n) akan menurun.
Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis meningkatkan regangan saat spesimen patah, dan meningkatkan keuletan suatu
material.
Efek radiasi
Efek radiasi meningkatkan tegangan luluh dan kekuatan tarik serta kekerasan dari suatu material.
Namun efek radiasi ini menurunkan keuletan dan ketangguhan suatu material.
Sifat-sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik adalah sebagai berikut :
Ketangguhan (toughness), yaitu energi yang diserap oleh material hingga material tersebut patah.
Dalam percobaan ini, ketangguhan merupakan daerah di bawah kurva tegangan sebenarnya
terhadap regangan sebenarnya. Ketangguhan juga dapat diartikan sebagai energi per unit volume.

Modulus Elastisitas (E) adalah ukuran kekakuan (rigidity) suatu bahan. Semakin besar modulus
elastisitas suatu material maka kekakuan suatu material akan semakin tinggi, akibatnya kemampuan
material untuk dibentuk akan semakin rendah, dan sebaliknya.
Keuletan (Ductility) adalah kemampuan suatu material untuk menahan deformasi plastis.

Data dan Pengolahan


Spesimen : Rod ST - 37
Lo = 25 mm
do = 6,23 mm
Ao = 30,468 mm2
Kecepatan tarik
Batas luluh
Batas ultimate
Jenis mesin
Beban maximum mesin
Beban skala penuh
Kekerasan awal
Kekerasan Akhir

Lf = 36,28 mm
df = 3,69 mm
= 2mm/menit
= 833,30 kg
= 1296,77 kg
= Instron 1195
= 10.000 kg
= 2.000 kg
= 32 HRa
= 38,5 HRa

Untuk data setelah terjadinya fenomena necking sebagai berikut :


Dalam mencari nilai

, dengan Ai seperti yang tertera pada tabel B. Untuk nilai yang lain dapat dikerjakan seperti diatas,
dan hasilnya terdapat pada tabel B.
Kurva yang didapat dari data mesin uji tarik :

Setelah memperoleh data dari TABEL A dan TABEL B, maka dapat dicari berbagai kurva uji tarik,
seperti :
Kurva Tegangan Teknik Regangan Teknik

Kurva Tegangan Sebenarnya Regangan Sebenarnya

Kurva Log t Log t

Untuk mendapatkan nilai Modulus Elastisitas bisa digunakan berbagai cara. Salah satu cara yang
dapat kita pakai adalah dengan menggunakan nilai gradien pada daerah plastis kurva tegangan
teknik regangan teknik

Maka kita dapatkan E = tangen , sehingga dari persamaan garis yang telah diketahui, nilai E
adalah 53.172 kg/mm2 atau 521.0856 MPa.

ANALISIS

Perubahan kekerasan material


Sebelum pengujian tarik dilakukan, kita melakukan uji keras pada spesimen yang akan diuji. Uji ini
perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan spesimen sebelum diberi beban tarik. Selain itu,
kita dapat memperkirakan nilai kekuatan tarik suatu material dari nilai kekerasannya.. Hal ini dapat
diketahui karena umumnya harga kekerasan berbanding lurus dengan harga kekuatan material.
Kekerasan suatu material didefinisikan sebagai ketahanan material untuk didefomasi plastis secara
lokal. Sedangkan kekuatan tarik didefinisikan sebagai ketahanan material dideformasi plastis pada
satu kesatuan material. Dari pengertian ini, kekuatan dan kekerasan sama-sama diartikan dengan
kemampuan material untuk dideformasi plastis. Oleh karena itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa
kekerasan suatu material berbanding lurus dengan kekuatan tariknya.Berdasarkan data yang didapat
akan terlihat adanya peningkatan kekerasan akibat strain hardening. Hal ini bisa terjadi disebabkan
oleh pergerakan dislokasi yang mencapai permukaan. Dimana kekerasan awalnya adalah 32 HRa
dan kekerasan akhir 38.5 HRa.
Bentuk patahan spesimen
Pada patahan spesimen uji tarik, terdapat dua macam jenis patahan yaitu patah getas dan patah ulet.
Patah getas memiliki ciri pada patahannya tidak terdapat cup dan cone. Pada patah getas, tidak
terjadi adanya necking sehingga spesimen langsung patah jika diberi beban diatas u nya. Selain itu,
patahannya membentuk sudut 900 terhadap sumbu normal spesimen. Patah getas terjadi karena
adanya pengaruh dari tegangan normal. Berbeda dengan patah ulet, pada patah ulet disebabkan
karena adanya tegangan geser. Sudut patahan membentuk sudut 45 0 terhadap sumbu normal
spesimen. Patahan seperti ini diakibatkan oleh tegangan geser yang maksimum. Dimana beban tarik
yang bekerjalah yang berperan dalam menimbulkan tegangan ini.
Apabila tegangan yang diberikan terhadap spesimen melebihi batas luluhnya, maka pergerakan
dislokasi ini akan mencapai permukaan. Pergerakan dislokasi hingga mencapai permukaan inilah
yang dinamakan deformasi plastis. Deformasi plastis inilah yang menyebabkan pertambahan
panjang pada spesimen bersifat tetap. Apabila besarnya tegangan yang diberikan terhadap spesimen
mencapai titik Ultimate, maka spesimen mulai mengalami pengecilan setempat pada bagian
tengahnya. Pengecilan setempat inilah yang dikenal dengan fenomena necking. Fenomena ini terjadi
karena deformasi plastis yang terjadi pada material tidak lagi homogen.
Efek Cotrell pada kurva tegangan teknik regangan teknik
Efek Cotrell terjadi pada saat kita mengenakan beban tarik. Pada grafik tegangan dan regangan
teknik, terjadi penampakan fluktuasi nilai tegangan yang menunjukkan batas luluh dari material. Hal
ini diakibatkan oleh dislokasi yang menemui penghambat yaitu atom karbon yang tersebar di dalam
butir. Saat dislokasi bertemu atom karbon maka tegangan yang dibutuhkan untuk melewatinya
meningkat ,lalu setelah atom karbon terlewati maka energi yang dibutuhkan untuk menggerakan
dislokasi kembali turun. Hal tersebut terus terjadi hingga semua atom penghambat terlampaui dan
dislokasi mencapai batas butir dan menyebabkan deformasi plastis. Karena atom karbon yang
tersebar relatif sedikit maka peningkatan dan penurunan tegangan pada kurva bisa terlihat dengan
jelas.
Elongasi, Reduction of area dan keuletan
Ketika material ditarik dengan beban tarik yang besarnya melebihi batas luluhnya, maka material
tersebut akan mengalami pertambahan panjang sifatnya tetap. Pertambahan panjang material ini
apabila dibagi dengan panjang awal menghasilkan perpanjangan atau elongation yang disimbolkan

dengan e. Pada saat beban tarik dikenakan pada spesimen melebihi batas luluhnya, maka
perpanjangan yang terjadi pada material adalah perpanjangan totalnya. Besarnya perpanjangan total
merupakam hasil penjumlahan antara perpanjangan plastis dengan perpanjangan elastis. Apabila
beban tersebut dihilangkan, maka perpanjangan totalnya sama dengan perpanjangan plastisnya saja,
karena perpanjangan elastis pada saat beban tersebut dihilangkan sama dengan nol.
Nilai perpanjangan plastis inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keuletan suatu
material. Semakin besar perpanjangan plastis dari suatu material, maka keuletan suatu material akan
semakin tinggi. Namun, pada beberapa kasus, dimana kurva tegangan dan regangan teknis yang
dihasilkan memiliki kemiringan yang cukup tajam, maka untuk menentukan keuletan suatu material
yang perlu dilihat adalah perpanjangan totalnya. Hal ini dilakukan karena penentuan perpanjangan
plastisnya melalui grafik sangat sulit untuk dilakukan, dan besarnya perpanjangan total hampir sama
dengan perpanjangan plastisnya sebagai akibat dari kemiringan kurva yang sangat tajam.
Spesimen hasil pengujian tarik juga mengalami pengecilan setempat pada bagian tengahnya yang
disebut juga dengan istilah necking. Besarnya reduction of area ini dapat pula dijadikan sebagi dasar
dalam penentuan keuletan suatu material. Semakin besar reduction of area yang dihasilkan
maka keuletan material tersebut akan semakin tinggi. Reduction of area ini terjadi karena beban
yang diterapkan pada material melebihi batas ultimatenya, sehingga deformasi plastis yang terjadi
pada material tidak lagi homogen.
Yield strength, Modulus elastisitas, Strain hardening exponent, & Strength coefficient
Nilai Tegangan Luluh, Modulus Elastisitas, Eksponent strain hardening serta Koefisien penguatan
yang didapat berbeda dari literatur. Dimana berdasarkan perhitungan didapat hasil sbb :
Modulus Elastisitas ( E ) = 521.0856 MPa
n = 0,4176
K = 1345.628 MPa
y = 268.03 MPa
Menurut literatur harga data-data diatas adalah sbb :
Modulus Elastisitas ( E ) = 207 MPa
n = 0,21
K = 600 MPa
y = 210 MPa
Nilai-nilai ini berbeda dikarenakan faktor kesalahan. Dalam menentukan modulus elastisitas
sebenarnya lebih baik jika kita menggunakan uji bending. Karena pada uji bending, kita hanya
menentukan daerah elastis, sehingga data yang diperoleh dari uji bending dapat lebih valid.

KESIMPULAN
1. Hasil Perhitungan
a. Modulus Elastisitas ( E ) = 521.0856 Mpa
b. n = 0,4176
c. K = 1345.628 MPa
d. y = 268.03 MPa
2. Terjadinya fenomena strain hardening yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai kekerasan
3. Terjadinya fenomena cup and cone serta sudut patahan 45 yang menandakan bahwa material
tersebut ulet.
4. Adanya fenomena Cotrell yang ditunjukkan pada grafik berupa fluktuasi grafik yang naik.

5. Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam ditarik :


a. Ada penyertaan elastis
b. Ada penyertaan plastis
c. Terjadi necking di titik Ultimate
d. y berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami Starin Hardening ditarik kembali.
e. Terjadinya Kurva Hystersis
Luas grafik menandakan besarnya energi yang diserap dari logam.
f. Terjadi fenomena grafik Mulur ( efek Cottrel )

DAFTAR PUSTAKA
1. Davis,H.E., et.al, The Testing and Inspection of Engineering Materials, McGraw-Hill Book Co
2. Dieter, G.E., Mechanical Metalurgy, McGraw-Hill Book Co.
3. Popov, Mechanics of Solid Materials Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs, USA, 1978.
4. Kalpakjian, Serope, Manufacturing Processes for Engineering Materials Prentice-Hall Inc, Upper
Sadle River, NJ, 2003.

Anda mungkin juga menyukai