Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENGUJIAN BAHAN

“UJI TARIK”

OLEH:
Daffa Aji Pratama
19067084
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

DOSEN PEMBIMBING:
RODESRI MULYADI, ST, MT

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1.melakukan pengujian tarik untuk bahan baja, kuningan, tambaga, dan alumunium.

2. Mengetahui cara-cara mendapatkan sifat-sifat mekanik material

3. menentukan kekuatan tarik pda logam (baja, kuningan, tambaga, dan alumunium)

4. menetukan regangan dan modulud elastis bahan tersebut diatas.

II. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan
1.Mesin Uji Tarik
2.Jangka sorong
3.Dial indicator
4.Spidol
5.Palu karet
6.Spesimen Baja
7.Kertas milimeter blo

III. TEORI DASAR

Uji tarik adalah uji yang dilakukan pada suatu material dengan cara menerapkan beban
tarik pada material tersebut. Dengan pemberian beban tarik tersebut kita dapat mengevaluasi
kelakuan material, sehingga akan diperoleh sifat-sifat mekanik dari material tersebut, antara
lain :

Kekuatan Luluh = yield strength (σy)


Gambar diatas mengunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh suatau
material.Yield strength digunakan untuk menentukan batas antara deformasi elasatis dengan
deformasi plastis. Yield strength dalam aplikasinya biasa digunakan untuk menentukan beban
maksimal yang diberikan pada material sebelum mengalami deformasi plastis.

Kekuatan Tarik = tensile strength (σu),

(UTS : Ultimate TS) Ultimate tensile strength merupakan beban maksimum yang
diberikan pada sebuah material sebelum mengalami nacking. Pada aplikasinya UTS
digunakan dalam menentukan seberapa besar beban mampu diteriama oleh suatu material.

Keuletan = elongation(ef)

Elongation merupakan perpanjangan dari sebuah material ketika diuji tarik samapai
patah. Hal ini berguna dalam merancang sebuah alat sepeti tali pada jembatan dalam hal
seberapa panjang tali tersebut mengalamai perpanjangan sampai patah ketika diberi beban
uniaksial. Elongation berguna dalam menentukan apakah suatu material itu ulet apa getas, hal
tersebut bias dilihat dari nilai elongationnya. Jika nilai elongationnya besar material tersebut
bersifat ulet apabila nilai elongationnya kecil maka material tersebut dikatakan getas.
Reduksi Penampang = reduction of area(q)

Reduction of area merupakan pengecilan penampang ketika mengalami fracture. Hal ini
berguna dalam menentukan seberapa besar suatu material yang mengalami beban uniaksial
akan mengalami pengecilan luas penampang.

Kekakuan = stiffness, `

(E)elastic modulus = σ/e = tan α

Modulus elastisitas merupakan sifat material yang digunakan dalam merancang sebuah
alat agar tidak mengalami deformasi plastis. Aplikasinya dalam merancang sebuah jembatan,
harus mempunyai modulus elastisitas yang kecil, supaya kaku. Dalam penerapannya modulus
elastisitas digunakan berdasarkan keperluannya.

Modulus Resilience = modulus of resilience (Ur)

Kemampuan suatu material menyerap energi ketika deformafi elastis dan kembali
ketika beban dilepaskan disebut resilience. Modulus resilience merupakan luas daerah di
bawah kurva stress-strain yang mash mengalami deformasi elastis. Modulus resilience
berguna untuk mengetahui seberapa besar energi yang diberikan agar tetap mengalami
deformasi elastis.

Ketangguhan = toughness (Ut)

Dalam hal Perencanaan toughness dipakai untuk menentukan seberapa besar suatu
material menyerap energi sampai dia patah. Dalam aplikasinya toughness dipakai untuk
merusak material agar bias mengetahui energi maksimal sampai patah.

Alat yang digunakan untuk melakukan uji tarik adalah Tensile Testing Machine .
Prinsip pengujian tarik adalah spesimen ditarik dengan laju pembebanan yang lambat, hingga
spesimen itu putus. Mesin uji tarik akan mencatat besarnya beban tarik yang diberikan
terhadap spesimen setiap saat beserta besarnya perpanjangan (elongation) yang terjadi pada
spesimen setelah dilakukan uji tarik. Alat pencatat beban beban tarik adalah load cell.
Sedangkan alat pencatat perpanjangan yang terjadi pada spesimen adalah ekstensometer.

Grafik yang dihasilkan dari mesin uji tarik adalah grafik antara gaya atau beban tarik
terhadap perpanjangan yang terjadi. Grafik tersebut harus dikonversikan menjadi grafik
tegangan teknis terhadap regangan teknis, tujuannya untu meminimalisasi pengaruh faktor
geometris. Tegangan dan regangan teknis dirumuskan sebagai berikut :
Bentuk grafik gaya atau beban tarik terhadap perubahan panjang dan grafik tegangan
teknis, terhadap regangan teknis adalah sebagai berikut :

Dari diagram tegangan teknis, terhadap regangan teknis akan diperoleh data sebagai
berikut:

1. σp atau batas proporsional adalah tegangan maksimum dimana perbandingan antara


tegangan dan regangannya masih proporsional.

2. σy atau batas luluh adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh spesimen
tanpa menyebabkan deformasi plastis.
3. σu atau batas ultimate, adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh spesimen
tanpa menyebabkan deformasi plastis yang tak homogen. Beban ini disebut juga sebagai
kekuatan tarik material

4. σf atau beban yang menyebabkan spesimen itu patah.

e atau perpanjangan

5. Reduction of area

6. E ( Modulus Elastisitas ) adalah ukuran kekakuan suatu bahan

Grafik tegangan dan regangan teknis tersbut perlu dikonversi lagi terhadap grafik
tegangan-regangan sebenarnya. Bentuk grafiknya adalah sbb:

K = konstanta
penguatan

n = koefisien strain
hardening

Hubungan yang berlaku antara σtr dengan σ dan antara ε dengan e adalah :

σtr = σ ( e+1 )
ε = ln ( e +1 )

Pada saat terjadinya necking atau pengecilan penampang setempat, berlaku hubungan :

ε=n

Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam ditarik:

1. Ada penyertaan elastis

2. Ada penyertaan plastis

3. Terjadi Necking di titik Ultimate

4. Ada “ Luders Band “

5. σy berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami Starin Hardening
ditarik kembali.

6. Terjadinya Kurva Hystersis

Luas grafik menandakan besarnya energi yang diserap dari logam.

7. Terjadi fenomena grafik Mulur ( efek Cottrel )

Kekuatan tarik suatu material dapat diperoleh dengan pembebanan maksimum sebelum
material itu mengalami deformasi plastis yang tidak seragam. Tegangan maksimum (σu)
disebut sebagai kekuatan tarik material, yang kemudian dapat dikatakan sebagai ukuran
kekuatan suatu logam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian tarik dalah sebagai berikut :

Temperatur

Semakin tinggi temperatur, maka ketangguhan dan keuletan material akan meningkat.
Sebaliknya, modulus elastisitas, tegangan luluh, Ultimate Tensile Strength, dan nilai
koefisien pengerasan regangan (n) akan menurun.

Tekanan hidrostatis

Tekanan hidrostatis meningkatkan regangan saat spesimen patah, dan meningkatkan


keuletan suatu material.

Efek radiasi
Efek radiasi meningkatkan tegangan luluh dan kekuatan tarik serta kekerasan dari suatu
material. Namun efek radiasi ini menurunkan keuletan dan ketangguhan suatu material.

Sifat-sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik adalah sebagai berikut :

Ketangguhan (toughness), yaitu energi yang diserap oleh material hingga material
tersebut patah. Dalam percobaan ini, ketangguhan merupakan daerah di bawah kurva
tegangan sebenarnya terhadap regangan sebenarnya. Ketangguhan juga dapat diartikan
sebagai energi per unit volume.

Modulus Elastisitas (E) adalah ukuran kekakuan (rigidity) suatu bahan. Semakin besar
modulus elastisitas suatu material maka kekakuan suatu material akan semakin tinggi,
akibatnya kemampuan material untuk dibentuk akan semakin rendah, dan sebaliknya.

Keuletan (Ductility) adalah kemampuan suatu material untuk menahan deformasi


plastis.

Data dan Pengolahan

Spesimen : Rod ST - 37

Lo = 25 mm Lf = 36,28 mm

do = 6,23 mm df = 3,69 mm

Ao = 30,468 mm2

Kecepatan tarik = 2mm/menit

Batas luluh = 833,30 kg

Batas ultimate = 1296,77 kg

Jenis mesin = Instron 1195


Beban maximum mesin = 10.000 kg

Beban skala penuh = 2.000 kg

Kekerasan awal = 32 HRa

Kekerasan Akhir = 38,5 HRa

Untuk data setelah terjadinya fenomena necking sebagai berikut :

Dalam mencari nilai  

, dengan Ai seperti yang tertera pada tabel B. Untuk nilai yang lain dapat dikerjakan
seperti diatas, dan hasilnya terdapat pada tabel B.

Kurva yang didapat dari data mesin uji tarik :


 

Setelah memperoleh data dari TABEL A dan TABEL B, maka dapat dicari berbagai
kurva uji tarik, seperti :

Kurva Tegangan Teknik – Regangan Teknik

Kurva Tegangan Sebenarnya – Regangan Sebenarnya


Kurva Log εt – Log σt

Untuk mendapatkan nilai Modulus Elastisitas bisa digunakan berbagai cara. Salah satu
cara yang dapat kita pakai adalah dengan menggunakan nilai gradien pada daerah plastis
kurva tegangan teknik – regangan teknik
Maka kita dapatkan E = tangen α, sehingga dari persamaan garis yang telah diketahui,
nilai E

adalah 53.172 kg/mm2 atau 521.0856 MPa.

IV. Langkah Kerja


1. persiapkan uji tensiometer
2. ukur dimensi benda uji dengan menggunakan jarngka sorong
3. pasang benda kerja pada penjepit mesin uji
4. pasang kertas grafik pada mesin uji
5. set pembacaan skala gaya pada posisi nol
6. putar engkol pemutar mesin secara perlahan-lahan sehingga benda kerja mulai
terenggang secara perlahan
7. ulangi pemutaran secara terus menerus
8. ulangi prosedur yg sama dengan benda yang berbeda

V. Data percobaan

Bahan : Baja

Diameter : 8.00 mm

No Panjang (L) Gaya (F) Torsi (T) Sudut Puntir Modulus Gelincir
. m N Nm (…o) Rad (G) GPa

1 0,6 10 1 0,701 0,012 124,4

2 0,6 15 1,5 1,30 0,022 102,2


3 0,6 20 2 1,701 0,029 103,4

4 0,5 10 1 0,601 0,01 124,4

5 0,5 15 1,5 1,401 0,024 77,75

6 0,5 20 2 1,501 0,026 95,69

7 0,4 10 1 0,401 0,069 144,2

8 0,4 15 1,5 0,75 0,013 114,83

9 0,4 20 2 1,101 0,019 104,76

Bahan : Kuningan

Diameter : 8.00 mm

No Panjang (L) Gaya (F) Torsi (T) Sudut Puntir Modulus Gelincir
. m N Nm (…o) Rad (G) GPa
22,61
1 0,6 10 1 3,801 0,066
23,18
2 0,6 15 1,5 5,71 0,099
22,28
3 0,6 20 2 7,701 0,134
22,30
4 0,5 10 1 3,201 0,055
22,30
5 0,5 15 1,5 4,801 0,083
21,94
6 0,5 20 2 6,501 0,113
8,78
7 0,4 10 1 2,601 0,045
21,96
8 0,4 15 1,5 3,90 0,0680
29,27
9 0,4 20 2 5,201 0,0907

Bahan : Tembaga

Diameter : 8.00 mm

No Panjang (L) Gaya (F) Torsi (T) Sudut Puntir Modulus Gelincir
. m N Nm (…o) Rad (G) GPa
0,036 40,73
1 0,6 10 1 2,101
0,056 39,98
2 0,6 15 1,5 3,25
0,076 38,92
3 0,6 20 2 4,401
0,031 39,65
4 0,5 10 1 1,801
0,047 39,64
5 0,5 15 1,5 2,701
0,064 38,53
6 0,5 20 2 3,701
0,024 40,79
7 0,4 10 1 1,401
0,050 29,41
8 0,4 15 1,5 2,91
0,050 39,33
9 0,4 20 2 2,901

Bahan : Aluminium

Diameter : 8.00 mm

No Panjang (L) Gaya (F) Torsi (T) Sudut Puntir Modulus Gelincir
. m N Nm (…o) Rad (G) GPa
0,036 40,73
1 0,6 10 1 2,101
0,056 39,57
2 0,6 15 1,5 3,25
0,076 38,88
3 0,6 20 2 4,401
0,031 39,61
4 0,5 10 1 1,801
0,047 39,64
5 0,5 15 1,5 2,701
0,064 38,61
6 0,5 20 2 3,701
0,024 40,73
7 0,4 10 1 1,401
0,0507 29,44
8 0,4 15 1,5 2,91
0,0506 39,33
9 0,4 20 2 2,901
VI. Interpretasi Data
data hasil diperoleh data dari beberapa spesimen yang telah diuji, dimana setelah
melakukan analisis, didapat nilai rengangan, kontraksi, dan specimen yang berbeda.
Hal ini disebabkan oleh:
1. pengkalibrasian alat ukur yang kurang tepat
2. kesalahan dalam pengambilam data
Kekuatan pada specimen pemutaran engkol

VII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :


1. Material yang elastis tidak akan mudah putus pada saat dilakukan penarikan.
2. Semakin panjang garis tegangan pada grafik maka material tersebut dikategorikan
sebagai material yang elastis. Sebaliknya semakin pendek garis tegangan maka
material tersebut bersifat getas.
3. Pada pengujian tarik terjadi fenomena – fenomena yang terjadi pada saat pengujian,
diantaranya adalah necking, pertambahan panjang, sampai benda itu putus.
4. Sifat – sifat dan perhitungan yang telah diketahui sangat penting bagi para engineer
dalam melakukan perancangan

Anda mungkin juga menyukai