Anda di halaman 1dari 11

Kekuatan Luluh = yield strength (σy)

Gambar diatas mengunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh suatau material.Yield
strength digunakan untuk menentukan batas antara deformasi elasatis dengan deformasi plastis. Yield
strength dalam aplikasinya biasa digunakan untuk menentukan beban maksimal yang diberikan pada
material sebelum mengalami deformasi plastis.

Kekuatan Tarik = tensile strength (σu),

(UTS : Ultimate TS) Ultimate tensile strength merupakan beban maksimum yang diberikan pada sebuah
material sebelum mengalami nacking. Pada aplikasinya UTS digunakan dalam menentukan seberapa
besar beban mampu diteriama oleh suatu material.

Keuletan = elongation(ef)

Elongation merupakan perpanjangan dari sebuah material ketika diuji tarik samapai patah. Hal ini berguna
dalam merancang sebuah alat sepeti tali pada jembatan dalam hal seberapa panjang tali tersebut
mengalamai perpanjangan sampai patah ketika diberi beban uniaksial. Elongation berguna dalam
menentukan apakah suatu material itu ulet apa getas, hal tersebut bias dilihat dari nilai elongationnya. Jika
nilai elongationnya besar material tersebut bersifat ulet apabila nilai elongationnya kecil maka material
tersebut dikatakan getas.

Reduksi Penampang = reduction of area(q)

Reduction of area merupakan pengecilan penampang ketika mengalami fracture. Hal ini berguna dalam
menentukan seberapa besar suatu material yang mengalami beban uniaksial akan mengalami pengecilan
luas penampang.

Kekakuan = stiffness, `
(E)elastic modulus = σ/e = tan α
Modulus elastisitas merupakan sifat material yang digunakan dalam merancang sebuah alat agar tidak
mengalami deformasi plastis. Aplikasinya dalam merancang sebuah jembatan, harus mempunyai modulus
elastisitas yang kecil, supaya kaku. Dalam penerapannya modulus elastisitas digunakan berdasarkan
keperluannya.

Modulus Resilience = modulus of resilience (Ur)

Kemampuan suatu material menyerap energi ketika deformafi elastis dan kembali ketika beban dilepaskan
disebut resilience. Modulus resilience merupakan luas daerah di bawah kurva stress-strain yang mash
mengalami deformasi elastis. Modulus resilience berguna untuk mengetahui seberapa besar energi yang
diberikan agar tetap mengalami deformasi elastis.

Ketangguhan = toughness (Ut)


Dalam hal Perencanaan toughness dipakai untuk menentukan seberapa besar suatu material menyerap
energi sampai dia patah. Dalam aplikasinya toughness dipakai untuk merusak material agar bias
mengetahui energi maksimal sampai patah.

Alat yang digunakan untuk melakukan uji tarik adalah Tensile Testing Machine . Prinsip pengujian tarik
adalah spesimen ditarik dengan laju pembebanan yang lambat, hingga spesimen itu putus. Mesin uji tarik
akan mencatat besarnya beban tarik yang diberikan terhadap spesimen setiap saat beserta besarnya
perpanjangan (elongation) yang terjadi pada spesimen setelah dilakukan uji tarik. Alat pencatat beban
beban tarik adalah load cell. Sedangkan alat pencatat perpanjangan yang terjadi pada spesimen
adalah ekstensometer.
Grafik yang dihasilkan dari mesin uji tarik adalah grafik antara gaya atau beban tarik terhadap perpanjangan
yang terjadi. Grafik tersebut harus dikonversikan menjadi grafik tegangan teknis terhadap regangan teknis,
tujuannya untu meminimalisasi pengaruh faktor geometris. Tegangan dan regangan teknis dirumuskan
sebagai berikut :

Bentuk grafik gaya atau beban tarik terhadap perubahan panjang dan grafik tegangan teknis, terhadap
regangan teknis adalah sebagai berikut :
Dari diagram tegangan teknis, terhadap regangan teknis akan diperoleh data sebagai berikut:
1. σp atau batas proporsional adalah tegangan maksimum dimana perbandingan antara tegangan dan
regangannya masih proporsional.
2. σy atau batas luluh adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh spesimen tanpa
menyebabkan deformasi plastis.
3. σu atau batas ultimate, adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh spesimen tanpa menyebabkan
deformasi plastis yang tak homogen. Beban ini disebut juga sebagai kekuatan tarik material
4. σf atau beban yang menyebabkan spesimen itu patah.
e atau perpanjangan
5. Reduction of area
6. E ( Modulus Elastisitas ) adalah ukuran kekakuan suatu bahan

Grafik tegangan dan regangan teknis tersbut perlu dikonversi lagi terhadap grafik tegangan-regangan
sebenarnya. Bentuk grafiknya adalah sbb:
K = konstanta penguatan
n = koefisien strain hardening

Hubungan yang berlaku antara σtr dengan σ dan antara ε dengan e adalah :
σtr = σ ( e+1 )
ε = ln ( e +1 )
Pada saat terjadinya necking atau pengecilan penampang setempat, berlaku hubungan :
ε=n

Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam ditarik:


1. Ada penyertaan elastis
2. Ada penyertaan plastis
3. Terjadi Necking di titik Ultimate
4. Ada “ Luders Band “
5. σy berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami Starin Hardening ditarik kembali.
6. Terjadinya Kurva Hystersis
Luas grafik menandakan besarnya energi yang diserap dari logam.
7. Terjadi fenomena grafik Mulur ( efek Cottrel )
Kekuatan tarik suatu material dapat diperoleh dengan pembebanan maksimum sebelum material itu
mengalami deformasi plastis yang tidak seragam. Tegangan maksimum (σu) disebut sebagai kekuatan tarik
material, yang kemudian dapat dikatakan sebagai ukuran kekuatan suatu logam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian tarik dalah sebagai berikut :

Temperatur
Semakin tinggi temperatur, maka ketangguhan dan keuletan material akan meningkat. Sebaliknya,
modulus elastisitas, tegangan luluh, Ultimate Tensile Strength, dan nilai koefisien pengerasan regangan
(n) akan menurun.

Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis meningkatkan regangan saat spesimen patah, dan meningkatkan keuletan suatu
material.

Efek radiasi
Efek radiasi meningkatkan tegangan luluh dan kekuatan tarik serta kekerasan dari suatu material. Namun
efek radiasi ini menurunkan keuletan dan ketangguhan suatu material.
Sifat-sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik adalah sebagai berikut :

Ketangguhan (toughness), yaitu energi yang diserap oleh material hingga material tersebut patah. Dalam
percobaan ini, ketangguhan merupakan daerah di bawah kurva tegangan sebenarnya terhadap regangan
sebenarnya. Ketangguhan juga dapat diartikan sebagai energi per unit volume.

Modulus Elastisitas (E) adalah ukuran kekakuan (rigidity) suatu bahan. Semakin besar modulus
elastisitas suatu material maka kekakuan suatu material akan semakin tinggi, akibatnya kemampuan
material untuk dibentuk akan semakin rendah, dan sebaliknya.

Keuletan (Ductility) adalah kemampuan suatu material untuk menahan deformasi plastis.

Data dan Pengolahan


Spesimen : Rod ST - 37
Lo = 25 mm Lf = 36,28 mm
do = 6,23 mm df = 3,69 mm
Ao = 30,468 mm2
Kecepatan tarik = 2mm/menit
Batas luluh = 833,30 kg
Batas ultimate = 1296,77 kg
Jenis mesin = Instron 1195
Beban maximum mesin = 10.000 kg
Beban skala penuh = 2.000 kg
Kekerasan awal = 32 HRa
Kekerasan Akhir = 38,5 HRa
Untuk data setelah terjadinya fenomena necking sebagai berikut :
Dalam mencari nilai

, dengan Ai seperti yang tertera pada tabel B. Untuk nilai yang lain dapat dikerjakan seperti diatas, dan
hasilnya terdapat pada tabel B.

Kurva yang didapat dari data mesin uji tarik :

Setelah memperoleh data dari TABEL A dan TABEL B, maka dapat dicari berbagai kurva uji tarik, seperti
:
Kurva Tegangan Teknik – Regangan Teknik

Kurva Tegangan Sebenarnya – Regangan Sebenarnya


Kurva Log εt – Log σt

Untuk mendapatkan nilai Modulus Elastisitas bisa digunakan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat
kita pakai adalah dengan menggunakan nilai gradien pada daerah plastis kurva tegangan teknik –
regangan teknik
Maka kita dapatkan E = tangen α, sehingga dari persamaan garis yang telah diketahui, nilai E
adalah 53.172 kg/mm2 atau 521.0856 MPa.

ANALISIS
Perubahan kekerasan material
Sebelum pengujian tarik dilakukan, kita melakukan uji keras pada spesimen yang akan diuji. Uji ini perlu
dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan spesimen sebelum diberi beban tarik. Selain itu, kita dapat
memperkirakan nilai kekuatan tarik suatu material dari nilai kekerasannya.. Hal ini dapat diketahui karena
umumnya harga kekerasan berbanding lurus dengan harga kekuatan material. Kekerasan suatu material
didefinisikan sebagai ketahanan material untuk didefomasi plastis secara lokal. Sedangkan kekuatan tarik
didefinisikan sebagai ketahanan material dideformasi plastis pada satu kesatuan material. Dari pengertian
ini, kekuatan dan kekerasan sama-sama diartikan dengan kemampuan material untuk dideformasi plastis.
Oleh karena itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa kekerasan suatu material berbanding lurus dengan
kekuatan tariknya.Berdasarkan data yang didapat akan terlihat adanya peningkatan kekerasan akibat
strain hardening. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh pergerakan dislokasi yang mencapai permukaan.
Dimana kekerasan awalnya adalah 32 HRa dan kekerasan akhir 38.5 HRa.

Bentuk patahan spesimen


Pada patahan spesimen uji tarik, terdapat dua macam jenis patahan yaitu patah getas dan patah ulet.
Patah getas memiliki ciri pada patahannya tidak terdapat cup dan cone. Pada patah getas, tidak terjadi
adanya necking sehingga spesimen langsung patah jika diberi beban diatas σu nya. Selain itu, patahannya
membentuk sudut 900 terhadap sumbu normal spesimen. Patah getas terjadi karena adanya pengaruh dari
tegangan normal. Berbeda dengan patah ulet, pada patah ulet disebabkan karena adanya tegangan geser.
Sudut patahan membentuk sudut 450 terhadap sumbu normal spesimen. Patahan seperti ini diakibatkan
oleh tegangan geser yang maksimum. Dimana beban tarik yang bekerjalah yang berperan dalam
menimbulkan tegangan ini.

Apabila tegangan yang diberikan terhadap spesimen melebihi batas luluhnya, maka pergerakan dislokasi
ini akan mencapai permukaan. Pergerakan dislokasi hingga mencapai permukaan inilah yang dinamakan
deformasi plastis. Deformasi plastis inilah yang menyebabkan pertambahan panjang pada spesimen
bersifat tetap. Apabila besarnya tegangan yang diberikan terhadap spesimen mencapai titik Ultimate, maka
spesimen mulai mengalami pengecilan setempat pada bagian tengahnya. Pengecilan setempat inilah yang
dikenal dengan fenomena necking. Fenomena ini terjadi karena deformasi plastis yang terjadi pada
material tidak lagi homogen.

Efek Cotrell pada kurva tegangan teknik – regangan teknik


Efek Cotrell terjadi pada saat kita mengenakan beban tarik. Pada grafik tegangan dan regangan teknik,
terjadi penampakan fluktuasi nilai tegangan yang menunjukkan batas luluh dari material. Hal ini diakibatkan
oleh dislokasi yang menemui penghambat yaitu atom karbon yang tersebar di dalam butir. Saat dislokasi
bertemu atom karbon maka tegangan yang dibutuhkan untuk melewatinya meningkat ,lalu setelah atom
karbon terlewati maka energi yang dibutuhkan untuk menggerakan dislokasi kembali turun. Hal tersebut
terus terjadi hingga semua atom penghambat terlampaui dan dislokasi mencapai batas butir dan
menyebabkan deformasi plastis. Karena atom karbon yang tersebar relatif sedikit maka peningkatan dan
penurunan tegangan pada kurva bisa terlihat dengan jelas.

Elongasi, Reduction of area dan keuletan


Ketika material ditarik dengan beban tarik yang besarnya melebihi batas luluhnya, maka material tersebut
akan mengalami pertambahan panjang sifatnya tetap. Pertambahan panjang material ini apabila dibagi
dengan panjang awal menghasilkan perpanjangan atau elongation yang disimbolkan dengan e. Pada saat
beban tarik dikenakan pada spesimen melebihi batas luluhnya, maka perpanjangan yang terjadi pada
material adalah perpanjangan totalnya. Besarnya perpanjangan total merupakam hasil penjumlahan antara
perpanjangan plastis dengan perpanjangan elastis. Apabila beban tersebut dihilangkan, maka
perpanjangan totalnya sama dengan perpanjangan plastisnya saja, karena perpanjangan elastis pada saat
beban tersebut dihilangkan sama dengan nol.

Nilai perpanjangan plastis inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keuletan suatu material.
Semakin besar perpanjangan plastis dari suatu material, maka keuletan suatu material akan semakin tinggi.
Namun, pada beberapa kasus, dimana kurva tegangan dan regangan teknis yang dihasilkan memiliki
kemiringan yang cukup tajam, maka untuk menentukan keuletan suatu material yang perlu dilihat adalah
perpanjangan totalnya. Hal ini dilakukan karena penentuan perpanjangan plastisnya melalui grafik sangat
sulit untuk dilakukan, dan besarnya perpanjangan total hampir sama dengan perpanjangan plastisnya
sebagai akibat dari kemiringan kurva yang sangat tajam.

Spesimen hasil pengujian tarik juga mengalami pengecilan setempat pada bagian tengahnya yang disebut
juga dengan istilah necking. Besarnya reduction of area ini dapat pula dijadikan sebagi dasar dalam
penentuan keuletan suatu material. Semakin besar reduction of area yang dihasilkan maka keuletan
material tersebut akan semakin tinggi. Reduction of area ini terjadi karena beban yang diterapkan pada
material melebihi batas ultimatenya, sehingga deformasi plastis yang terjadi pada material tidak lagi
homogen.

Yield strength, Modulus elastisitas, Strain hardening exponent, & Strength coefficient
Nilai Tegangan Luluh, Modulus Elastisitas, Eksponent strain hardening serta Koefisien penguatan yang
didapat berbeda dari literatur. Dimana berdasarkan perhitungan didapat hasil sbb :
Modulus Elastisitas ( E ) = 521.0856 MPa
n = 0,4176
K = 1345.628 MPa
σy = 268.03 MPa
Menurut literatur harga data-data diatas adalah sbb :
Modulus Elastisitas ( E ) = 207 MPa
n = 0,21
K = 600 MPa
σy = 210 MPa
Nilai-nilai ini berbeda dikarenakan faktor kesalahan. Dalam menentukan modulus elastisitas sebenarnya
lebih baik jika kita menggunakan uji bending. Karena pada uji bending, kita hanya menentukan daerah
elastis, sehingga data yang diperoleh dari uji bending dapat lebih valid.

KESIMPULAN
1. Hasil Perhitungan
a. Modulus Elastisitas ( E ) = 521.0856 Mpa
b. n = 0,4176
c. K = 1345.628 MPa
d. σy = 268.03 MPa
2. Terjadinya fenomena strain hardening yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai kekerasan
3. Terjadinya fenomena cup and cone serta sudut patahan 45º yang menandakan bahwa material tersebut
ulet.
4. Adanya fenomena Cotrell yang ditunjukkan pada grafik berupa fluktuasi grafik yang naik.
5. Fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam ditarik :
a. Ada penyertaan elastis
b. Ada penyertaan plastis
c. Terjadi necking di titik Ultimate
d. σy berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami Starin Hardening ditarik kembali.

e. Terjadinya Kurva Hystersis


Luas grafik menandakan besarnya energi yang diserap dari logam.
f. Terjadi fenomena grafik Mulur ( efek Cottrel )

Anda mungkin juga menyukai