BAB I
PENDAHULUAN
Besi dan baja merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar untuk suatu
oleh suatu material ialah berbeda-beda. Salah satu dari sifat mekanik logam ialah
beban kejut atau menyerap energi yang diberikan. Ketangguhan suatu logam
merupakan gabungan antara kekuatan dan keuletan logam tersebut. Karena itu
ketangguhan suatu logam. uji impak banyak dipakai dalam bidang menguji sifat
mekanik yang dimiliki oleh suatu material tersebut.Uji impak adalah pengujian
cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi yang
besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses
penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon material seperti
terhadap harga impak (HI) serta jenis patahan dan sifat perpatahan berdasarkan
persen patahan.
terdiri dari variabel – variabel sebagai berikut, variabel bebas di dalam percobaan
ini ialah temperatur pemanasan baja BSN 375, kemudian variabel kontrol dalam
percobaan ini adalah baja BSN 375, serta adapun variable terikat dari percobaan
uji impak ini adalah harga impak, energi yang diserap, serta jenis patahan
sub bab dengan sistematika penulisan yang terbagi menjadi sebagai berikut. Bab I
dan sistematika penulisan, lalu berikutnya Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan
dasar teori mengenai uji impak yang dikutip dari beberapa sumber yaitu jurnal dan
buku, Bab III Metode Penelitian yang berisi mengenai alat dan bahan yang
melakukan percobaan uji impak, Bab IV Hasil dan Pembahasan berisi mengenai
pembahasan serta data hasil percobaan yang mencakup penjelasan prosedur serta
perbandingan antara data dari hasil percobaan dengan literatur, Bab V Kesimpulan
dan Saran yang berisi mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan dari hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Besi dan baja merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar dalam suatu
konstruksi. Berbagai macam kebutuhan sifat mekanik yang dibutuhkan oleh suatu
berbeda-beda, maka banyak metode untuk menguji sifat yang dimiliki oleh suatu
material tersebut. Ketahanan impak biasanya diukur dengkan uji impak izod atau
charpy terhadap uji bertakik atau tanpa takik. Pada pengujian ini beban diayunkan
dari ketinggian tertentu dengan mengenai benda uji, kemudian diukur energi
dispasi pada patahan[1]. Uji impak merupakan salah satu metode untuk mengetaui
pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari pembebanan jenis ini
4
dapat dilihat pada strain ratenya. Pada pembebanan cepat atau disebut dengan
beban impak, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik
Prinsip Dasar Mesin Uji Impak Apabila pendulum dengan berat G dan
akhir 4 pada ketinggian h2 yang juga hampir sama dengan tinggi semula (h1),
dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji yang baik, skala akan
dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji dan selanjutnya pendulum
Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha yang
5
diserap benda uji sampai patah dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
2.1[3]. :
Dimana :
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat dihitung dengan
Dimana :
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui
6
dimana :
K = A0 W ............................................................................................ 2.7
dimana :
1. Material yang getas, bentuk patahannya akan permukaan merata, hal ini
menunjukkan bahwa material yang getas akan cenderung patah akibat tegangan
7
normal.
2. Material yang ulet akan terlihat meruncing, hal ini menunjukkan bahwa
3. Semakin besar posisi sudut β akan semakin getas, demikian sebaliknya. Artinya
pada material getas, energi untuk mematahkan material cenderung semakin kecil,
demikian sebaliknya.
sampel standar yaitu batang uji charpy dan batang uji izod.
energi yang diserap oleh bahan selama terjadi patahan. Energi yang diserap adalah
ukuran ketangguhan bahan tertentu dan bertindak sebagai alat untuk belajar
bergantung pada suhu transisi ulet getas. Metode ini banyak digunakan pada
industri dengan keselamatan yang kritis, karena mudah untuk dipersiapkan dan
dilakukan. Kemudian hasil pengujian dapat diperoleh dengan cepat dan murah.
Tes ini dikembangkan pada 1905 oleh ilmuwan Perancis Georges Charpy.
Pengujian ini penting dilakukan dalam memahami masalah patahan kapal selama
jembatan, dan untuk menentukan bagaimana keadaan alam (badai, gempa bumi,
dll.) akan mempengaruhi bahan yang digunakan dalam berbagai macam aplikasi
industri. Tujuan uji impak charpy adalah untuk mengetahui kegetasan atau
keuletan suatu bahan (spesimen) yang akan diuji dengan cara pembebanan secara
tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara statik. Dimana benda uji dibuat
takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar ASTM E23 dan hasil pengujian
pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk seperti bengkokan atau
patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap benda uji tersebut.
Percobaan uji impak charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba
terhadap benda uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat
terlebih dahulu sesuai dengan ukuran standar ASTM E23. Adapun perlengkapan
yang digunakan dalam pengujian impact yaitu alat uji impak tipe charpy dan
Energi pembebanan
Secara skematik alat uji impak charpy seperti gambar dibawah ini:
sampai kedudukan fungsi akhir pada ketinggian h2 yang juga hampir sama
dengan berat G dan pada kedudukan h1 dilepaskan, maka akan mengayun sampai
kedudukan fungsi akhir 4 pada ketinggian h3 yang juga hampir sama dengan
tinggi semula h1 dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji yang baik,
skala akan menunjukkan usaha lebih dari 0,05 kilogram meter (kg m), pada saat
dan pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji dan
pada tumpuan dengan posisi dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.
Energi
pembebanan
Fracture atau patah pada material teknik mungkin terjadi karena dua hal
yaitu ductile fracture (patah ulet) dan brittle fracture (patah getas). Hal ini
ulet biasanya mempunyai daerah deformasi plastis yang luas disertai penyerapan
energi yang besar. Sebaliknya material getas mengalami sedikit atau tidak sama
sekali deformasi plastis dengan penyerapan energi yang kecil yang akan
dengan pengeluaran energi sedikit dibandingkan dengan patahan ulet dan tanpa
cukup deformasi plastik. Perpatahan kuat tarik getas memiliki tampilan cerah,
deformasi plastik dan pengeluaran energi yang cukup besar. Perpatahan tarik ulet
12
BAB III
METODE PERCOBAAN
Berikut merupakan diagram alir dari percobaan uji impak yang telah
BSN 375 yang telah di panaskan diletakkan pada mesin uji impak charpy
Bandul dilepaskan dan energi yang diserap untuk mematahkan benda uji
dicatat
Harga impak yang telah didapatkan dari setiap benda uji dihitung
Bentuk patahan yang terjadi diamati dan diukur serta tentukan % (persen)
patahan yang didapat pada spesimen tersebut
Data Pengamatan
14
Pembahasan
Literatur
Kesimpulan
impak yaitu:
2. Termometer
3. Jangka Sorong
4. Tang penjepit
5. Palu
2. Air
15
4. Bandul pada mesin uji impak charpy diatur pada posisi skala 300 Joule.
6. Bandul dilepaskan dan energi yang diserap untuk mematahkan spesimen baja
dicatat.
10. Data yang didapat dari hasil percobaan dicatat pada blanko percobaan.
16
BAB IV
spesimen yaitu baja BSN 375 dengan menggunakan tiga suhu berbeda yaitu 5℃,
30℃, dan 50℃ dengan menggunakan metode charpy dan dengan bentuk takik V
maka didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
(mm2) (Joule)
(%) Perpatahan
4.2. Pembahasan
Pada awal percobaan uji impak ini kami menyiapkan dua buah spesimen
berupa baja BSN 375, yang kemudian luas penampang dan kedalaman takik dari
spesimen itu kami ukur menggunakan jangka sorong dengan satuan mm, lalu
berikutnya kami masukkan BSN 375 kedalam oven yang sudah terlebih dahulu
dipanaskan.
dari bandul pada mesin uji impak charpy pada posisi skala 300 joule. Setelah itu
benda uji berupa BSN 375 diambil dari dalam oven dengan menggunakan tang
penjepit dan sarung tangan, kemudian mengukur suhu dari BSN 375
menggunakan thermometer, dan suhu yang didapat adalah 50℃. Kemudian BSN
375 yang telah dipanaskan diletakkan pada mesin uji impak charpy dengan posisi
benda impak berlawanan arah dengan posisi takik. Setelah itu bandul yang ada
pada mesin uji impak charpy dilepaskan hingga menumbuk spesimen tersebut dan
kemudian mencatat energi yang diserap oleh spesimen, namun spesimen pada
percobaan ini ternyata tidak langsung terbelah menjadi 2 bagian, karena adanya
proses pemanasan yang membuat baja BSN 375 menjadi semakin ulet, hal ini
berkaitan dengan adanya gerakan atom yang bergerak cepat didalam material
logam tersebut yang membuat baja menjadi semakin ulet, sehingga dalam
18
prosesnya memerlukan alat bantu yaitu palu untuk membuatnya terbelah menjadi
2 bagian.
spesimen atau BSN 375 dengan suhu yang lebih rendah yang tidak dipanaskan
atau sesuai dengan suhu ruangan, yaitu 30℃. Ketika dilakukan percobaan
menggunakan mesin uji impak, BNS 375 terbelah dua. Hal ini dikarenakan BSN
375 dengan suhu kamar mempunyai suhu yang rendah, dan tidak menyerap energi
lebih banyak daripada BSN yang telah dipanaskan, sehingga mempengaruhi jenis
patahan dari BSN 375, maka patahan yang dihasilkan adalah patah getas.
nilai harga impak dari spesimen tersebut dengan membagi antara energi yang
diserap spesimen dengan luas permukaan spesimen tersebut. Harga impak yang
didapat adalah, pada BSN 375 dengan suhu 5℃ menghasilkan harga impak
sebesar 0,1875 J/mm2, pada BSN 375 dengan suhu 30℃ menghasilkan harga
impak sebesar 1,1625 J/mm2, sedangkan pada BSN 375 dengan suhu 50℃
mendapatkan hasil 1,4125 J/mm2. Dan kemudian kami menentukan jenis patahan
yang terjadi pada spesimen tersebut berdasarkan persen patahan yang merujuk
NDT FDT
100
Cv
0
T5m T4 T3 T2 T1
Temperature
Gambar 4.1 Diagram FATT
yang lebih valid dibandingkan bila dilakukan dengan izod, karena energi yang
diserap penyangga tidak terlalu besar sehingga tidak banyak mempengaruhi harga
impak. Praktikum ini menggunakan spesimen BSN 375 dengan takikan V. Selain
harga impak, pengujian ini juga dapat menentukan nilai temperatur transisi.
mengalami perubahan jenis patahan dari ulet menjadi getas. Temperatur transisi
patahan 50% getas dan 50% ulet. Kedua, memperhatikan nilai FTP (Fracture
Transition Plastic) dan NDT (Nil Ductile Temperature). FTP adalah temperatur
dimana suatu patahan dari ulet sempurna menjadi getas. Sedangkan NDT adalah
temperatur saat tidak ada lagi deformasi plastis yang terjadi sehingga suatu
material langsung mengalami patah getas. Jangkauan temperatur antara FTP dan
20
NDT inilah yang disebut dengan temperatur transisi. Prinsip pengujian impak ini
adalah menghitung energi yang diberikan beban dan menghitung energi yang
Ketiga baja BSN 375 dilakukan perlakuan pada suhu yang berbeda-beda,
masing-masing adalah Dari 500C, 300C, dan 50C.hasil perlakuan pemberian suhu
tersebut, energi yang diserap pun berbeda-beda yaitu secara berurutan 113 J, 93J
dan 15 J. Maka didapatkan hasil bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan pada
benda uji, energi yang diserap juga akan semakin tinggi. Berikutnya hasil yang
Dari persen patahan yang didapat, bentuk patahan pun dapat ditentukan
Pada diagram FATT semakin besar persen patahannya, maka material tersebut
merupakan patahan bersifat getas dan semakin rendah persen patahannya bersifat
ulet. Patah getas dapat dilihat dari bentuk patahannya yang terlihat datar dan
Ketiga baja BSN 375 dilakukan perlakuan pada suhu yang berbeda,
masing-masing adalah 500C, 300C, dan 50C. Dari hasil perlakuan pemberian suhu
tersebut, maka presentasi patahan (% patahan) yaitu secara berurutan 62%, 21%,
dan 11%. Berdasarkan teori untuk menentukan patahan, jika diketahui bahwa nilai
patahannya >50% maka material tersebut adalah ulet dan bila nilai patahannya <
50% maka material tersebut getas[4]. Jadi semakin tinggi temperaturnya maka
21
akan semakin getas pula patahan yang dihasilkannya fenomena ini terjadi erat
kaitannya dengan dengan adanya getaran antar atom yang mana jika suatu
meterial dipanaskan maka atom tersebut akan bergetar dengan cepat dan befungsi
sebagai penahan yang menyebabkannya menjadi semakin ulet dan secara otomatis
akan membuat material tersebut menjadi semakin tangguh. Semakin rendah harga
impak, maka jenis perpatahan yang terjadi akan semakin getas, semakin tinggi
harga impak, maka jenis perpatahan yang terjadi akan semakin ulet. Secara umum
fracture atau patah adalah terbaginya sebuah benda menjadi beberapa bagian atau
Dari ketiga baja BSN 375 dilakukan perlakuan pada suhu yang berbeda,
masing-masing adalah 50 0C, 300C, dan 50C. Dari hasil perlakuan pemberian suhu
tersebut, maka didapatkan nilai harga impak dari spesimen tersebut yaitu secara
berurutan 1,4125 J/mm2, 1,1625 J/mm2, dan 0,1875 J/mm2, hal ini membuktikan
bahwa pada temperatur yang besar maka usaha untuk mematahkan spesimen
tersebut juga akan semakin besar, karena perubahan sifat mekanik yang terjadi,
logam. Dan semakin tinggi temperaturnya maka akan semakin ulet logam tersebut
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada praktikum ini, yaitu uji impak
dengan menggunakan satu buah spesimen yaitu baja BSN 375 yang menggunakan
metode charpy dengan bentuk takik V maka dapat disimpulkan ialah sebagai
berikut ini :
5.2. Saran
Agar praktikum uji impak selanjutnya dapat berjalan dengan lancar, maka
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hirsch, P.B. (ed). The Physics of Metals. 2. Defect. Cambridge University
[3] Budiman Haris. Analisis Pengujian Impak Metode Izod dan Charpy
Vol.1:244
[4] Muhibuddin.2014. Pengujian dan Validasi Alat Uji Impak Type Charpy (
[6] Widiyanti et al. Perbedaan Kekuatan Tarik dan Jenis Patahan Sambungan
Las GMAW Baja Karbon Rendah (ST 37) Akibat Proses Normalizing.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
26
Jawaban :
a. Kekuatan
b. Kekerasan
penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance) yaitu
c. Ketangguhan
standar ASTM!
Jawaban :
a. Takik V
Takik V atau takik segitiga V memiliki energy impak yang paling kecil,
sehingga mudah patah. Hal ini terjadi karena distribusi tegangan hanya
27
terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan. Bentuk
benda kecil sehingga mudah untuk diuji. Biaya yang dikeluarkan untuk
b. Takik U
Takik U atau takik setengah lingkaran memiliki energi impak yang besar
c. Takik kunci
Berlubang pada bagian tengahnya dan memiliki celah datar yang garisnya
dan tumpul dibandingkan V notch. Oleh karena itu cukup sulit karena
Jawaban :
Uji impak adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
Jawaban :
Uji impak penting dilakukan dalam uji teknik karena untuk mengetahui salah
satu sifat mekanis suatu material yaitu ketagguhan, agar dapat memprediksi
akibat atau apa yang sebenarnya dialami suatu material apabila mendapatkan
Jawaban :
b. Tegangan triaksial
c. Temperatur
d. Laju regangan
e. Kadar karbon
Jawaban :
A. Patah Getas
terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat. Dalam kehidupan nyata,
peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah ulet, karena
terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada
karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat namun rapuh. Berikut ini
memantulkan cahaya.
B. Patah Ulet
retak akan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi
yang dihasilkan, jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah
ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan
kandungan karbon rendah. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari patah ulet
getas!
Jawaban :
fenomena patah getas adalah teragedi Kapal Titanik yang melintasi samudra
Atlantik. Fenomena yang terjadi terhadap kapal tersebut yang berada pada
dan mudah patah. Dimana laut memiliki banyak beban ( tekanan ) dari arah
Jawaban :
berada pada arah yang secara kebetulan samar dengan arah datangnya gaya,
Jawaban :
bila diuji pada temperatur tersebut. Dan ketika temperatur berubah makan
sifat dari suatu material juga akan berubah ketika temperatur panas maka
material tersebut akan semakin ulet dan apabila semakin dingin maka
material akan berubah menjadi getas. Hal ini erat kaitannya dengan adanya
getaran antar atom yang jika suatu meterial dipanaskan maka atom tersebut
semakin ulet.
Jawaban :
32
Bentuk ½ lingkaran
Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah patah.
Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan
Jawab :
33
Penghalusan butir adalah salah satu cara yang efektif bagi penguatan yang
Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan meningkatkan batas butir per unit
volume dan mengurangi garis edar bebas dari slip yang berkelanjutan.
atau menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir berikutnya. Grain boundary
mengalami perubahan arah. Sudut yang kecil dari lapisan butir tidak efektif
dalam menahan dislokasi.Sudut yang besar dari lapisan butir mampu menahan
pertambahan butir. Material dengan butir yang halus akan lebih keras dan kuat
permukaan lebih besar pada total area lapisan butir yang akan menghambat
meningkatkan ketangguhan.
Jawab :
Energy absorbed, Cv
% Deavaged Fracture
Temperature
Gambar B.3 DBTT (Ductile Britile Temperature Transition)
34
lb.
temperatur transisi dari material yang digunakan, maka adanya crack pada
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN
39
40
41
42