Anda di halaman 1dari 80

I-1

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT UGD


MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX
“DI PUSKESMAS BANJAR”

Disusun Oleh:

ADAM AL YUBI
3333160099

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2019
I-2

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT UGD
MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX
“DI PUSKESMAS BANJAR”

Laporan Kerja Praktek Diajukan Untuk Memenuhi Kelulusan Mata Kuliah


Kerja Praktek Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Disusun Oleh:

ADAM AL YUBI
3333160099

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON BANTEN
2019
I-3

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN INDUSTRI
PUSKESMAS BANJAR- BANTEN

Laporan kerja praktek ini diajukan oleh :


Nama : Adam Al Yubi
NIM : 3333160099
Jurusan : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Perguruan : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Telah menyelesaikan Kerja Praktek Lapangan di Puskesmas Banjar pada


bagian UGD Setelah memeriksa, kami menyetujui isi laporan yang di buat
oleh manusia tersebut.

Cilegon, 20 Maret 2019


Menyetujui,
Kepala Puskesmas Pembimbing Lapangan

Supriadi Hj. Yayat Haryati, SST


Kepala Koordinator Specialist Keperawatan

Mengetahui,
Divisi Unit Gawat Darurat

Budiana. Amd. Kep


Perawat Medis
I-4

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kerja praktek ini diajukan oleh :


Nama : Adam Al Yubi
NIM : 3333160099
Jurusan : Teknik Industri
Judul : PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT UGD
MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX
“DI PUSKESMAS BANJAR”

Telah berhasil dipetahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan dalam mata kuliah kerja praktek di Jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pada Hari :
Tanggal :

Mengetahui
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Ani Umyati, ST, MT Hj. Yayat Haryati, SST


NIP.198107292008122004 NIP. 196703151989012005

Koordinator Kerja Praktek

Diah Ayu Lintang T


NIP.198704202014042001
I-5

PRAKATA

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
matakuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Industi Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis mendapat banyak dukungan moril
dari berbagai pihak, maka izinkanlah penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Nikmat, hidayah serta kesehatan yang
sangat berharga bagi penulis, sehingga kerja praktek ini dapat terlaksana.
2. Kedua Orang tuaku tercinta yang terus dan akan selalu memberikan
motivasi, dukungan dan doa bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan
laporan kerja praktek ini.
3. Kedua kakak ku yang ikut serta dalam memberikan dorongan dan motivasi
sehingga penulis dapat lebih giat lagi dalam mengerjakan laporan ini.
4. Bapak Putro Ferro Ferdinant, S.T.,M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik
Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Dyah Lintang Trenggonowati, S.T.,M.T, selaku Koordinator Kerja
Praktek Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Ani Umyati S.T.,M.T, selaku Dosen Pembimbing, terimakasih atas
bimbingan dan kesabarannya.
7. Bapak Supriadi Selaku Kepala Puskesmas Banjar yang telah membantu
penulis dalam Kerja Praktek.
8. Bapak Erfan Efriliawan, SKM selaku Kepala Tu Puskesmas Banjar yang
telah membantu penulis dalam penentuan tempat penelitian.
I-6

9. Ibu Hj Yayat Haryati, SST selaku Pembimbing Lapangan yang selalu


sabar membimbing dan memberikan arahan serta pengetahuan di
perusahaan selama penulis melakukan Kerja Praktek.
10. Seluruh Karyawan Puskesma Banjar yang telah memberikan masukan atau
arahan bagi penulis saat melakukan penelitian.
11. Kawan-kawan penulis yang selalu memberikan semangat dan teman
seperjuangan Teknik Industri angkatan 2016, terimakasih atas dukungan,
bantuan dan do’anya.
12. Rekan-Rekan Kerja Praktek Puskesmas Banjar dan teman-teman dari
berbagai STIKES yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.
13. Dan tak lupa kepada seseorang yang berarti di hidupku tak jauh dari
seorang kekasih yang telah lama menemaniku dari yang tadi nya tidak bias
apa- apa hingga detik ini Alhamdulillah berkat doa dan dukukunganya saya
bias sampai disini yaitu Lia Fadliah, beribu- ribu nikmat penulis ucapkan
Terimkasih.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaikinya.

                                                                                      Cilegon, April 2019


    
                                                                                      
Penulis
I-7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarkan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehata perseorangan (UKP),
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginyadi wilayah
kerjanya (Novia Ardianty, dkk 2017).
Puskesmas Banjar merupakan sarana pelayanan kesehatan yang begerak di
bidang jasa perawatan medis selama 8 jam kerja dengan bagian- bagian yang telah
di tentukan yaitu, Bagian Pemeriksaan umum, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),
Poli Gizi, Poli Gigi, TB. Paru- Paru/ Kusta, Laboraturium, Persalinan dan UGD
(Unit Gawat Darurat). Jumlah karyawan pada Puskesmas Banjar berjumlah 42
orang dimana 10 di antaranya yaitu perawat pada bagian UGD (Unit Gawat
Darurat). Diketahui dari data pasien bahwa setiap harinya bisa mencapai 100-200
pasien yang ingin di periksa, melihat dari semua divisi yang paling ramai yaitu
pada divisi UGD dimana kemungkinan besar pada perawat pada divisi UGD itu
memiliki beban kerja mental yang tinggi. Berdasarkan kemampuan
penyelenggaraan, Puskesmas Banjar dikategorikan sebagai puskesmas non rawat
inap, yaitu puskesmas yang tidak menyelenggarakan rawat inap, kecuali
pertolongan unit gawat darurat (UGD) seperti kecelakaan dan persalinan normal,
sedangkan puskesmas rawat inap yaitu puskesmas yang di beri tambahan sumber
daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat tidak
lepas dari peran tenaga keperawatan yang secara langsung memberikan pelayanan
kepada pasien yang berkunjung ke puskesmas. Secara umum fungsi perawat
adalah fungsi independen (Tindakan bersama tim kesehatan) dan dependen
I-8

(Tindakan perawat membantu dokter dalam pelayanan medis) (Novia Ardianty,


dkk 2017).
Adanya beban kerja yang tinggi tidak sebanding dengan jumlah perawat di
puskesmas sehingga menimbulkan berbagai keluhan yang menunjukan gejala
kelelahan antara lain daya piket menurun, kurang konsentrasi, mudah lupa
terhadap sesuatu, tidak semangat dalam bekerja, lelah seluruh tubuh, sulit tidur,
merasa lesu, pusing dan ngantuk.
Melihat kondisi di atas, maka sangat perlu dilakukan penelitian melalui
pengukuran beban kerja mental terhadap perawat UGD dengan menggunakan
metode NASA-TLX. Hal ini dapat di jadikan sebagai sebuah acuan kerja dan
perbaikan yang selanjutnya dapat digunakan di Puskemas Banjar Pandeglang.
Sehingga melalui pengukuran beban kerja mental ini Puskesmas Banjar dapat
pelayanan yang lebih maksimal.
Metode NASA-TLX (National Aeronnautics and Space Administration
Task Load Indox) Merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban
kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas
dalam pekerjaaanya. Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. dari
NASA-ames research center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State
University pada tahun 1981. Metode ini di kembangkan berdasarkan munculnya
kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembian faktor ( Kesuitan
tugas, Tekanan waktu, Jenis aktivitas, Usaha fisik, Usaha mental, Performansi,
Frustasi, Stress, dan Kelelahan). Dari 9 sembilan faktor ini disederhanakan lagi
menjadi 6 yaitu kebutuhan Mental demand (MD) Physical demand (PD),
Temporal demand (TD) Perfomance (P) Frustatation Level (FR).
Metode pengukuran beban kerja mental yang dilakukan pada saat penelitian
di perusahaan di bidang jasa khususnya di Puskesmas Banjar ini bertujuan untuk
menstabilkan kondisi mental saat bekerja melakukan tanggung jawab terhatap
kerjanya, sehingga karyawan merasa nyaman, dalam melakukan aktifitas
kerjanya.
I-9

1.2 Perumusan Masalah


Berikut ini merupakan rumusan masalah yang di dapatkan dalam penelitian
di Puskesmas Banjar adalah sebagai berikut :
1. Berapakah skor Beban Kerja Mental Masing- masing Perawat UGD di
Puskesmas Banjar ?
2. Perawat manakah yang memiliki nilai skor Beban Kerja Metal tertinggi di
Puskesmas Banjar pada divisi UGD ?
3. Berapakah skor Beban Kerja Mental rata-rata untuk perawat UGD di
Puskesamas Banjar. ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berikut ini merupakan Tujuan penelitian yang di dapat dalam penelitian di
Puskesmas Banjar adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui skor Beban Kerja Mental masing- masing perawat UGD di
Puskesmas Banjar.
2. Mengetahui perawat manakah yang memiliki nilai skor Beban Kerja Mental
tertinggi di Puskesmas Banjar pada divisi UGD.
3. Mengatahui skor Beban Kerja Mental rata- rata perawat UGD di Puskesmas
Banjar.
1.4 Batasan Masalah
Berikut ini merupakan Batasan Masalah yang di dapat dalam suatu
penelitian di Puskesmas Banjar adalah sebagai berikut:
1. Data Responden yang diambil merupakan data dari Perawat pada divisi
UGD (Unit Gawat Darurat) yang berkondisi fit.
2. Penelitian dilakukan di Puskesmas Banjar Pandeglang divisi UGD
3. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 januari 2019 sampai 15 februari 2019
di Puskesmas Banjar.
4. Penelitian ini menggunakan Metode NASA-TLX
I-10

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan ini terdiri dari 6 bab yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
praktikum, asumsi penelitian, batasan masalah, sistematika penulisan
dan flow chart pemecahan masalah.
BAB II DATA UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan mengenai tentang sejarah perusahaan, visi misi
perushanaan, struktur organisasi perusahaan, peraturan dan tata tertib
perusahaan, dan aktivitas perusahaan.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori dasar yang digunakan sebagai
referensi ilmu baik dalam pelaksanaan penelitian, pengolahan hasil
penelitian, maupun dalam penyusunan laporan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang cara pengumpulan data dari data yang
diperoleh dalam penelitian dan dari pengolahan data.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan penjabaran hasil-hasil penelitian dan pembahasan
mendalam serta analisa mengenai hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mengemukakan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban
dari tujuan penelitian serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
I-11

1.6 Flow Chart Pemecahan Masalah


Berikut ini merupakan Flow Chart Pemecahan Masalah yang di lakukan di
Puskesmas Banjar.

Gambar 1 Flow Chart Pemecahan Masalah

1.6.1 Deskripsi Flow Chart Pemecahan Masalah


Berikut ini merupakan Deskripsi Flow Chart Pemecahan Masalah yang
di lakukan di Puskesmas Banjar.

1. Mulai
I-12

Memulai disini merupakan awal dari penelitian yang akan di lakukan


dari sebuah penelitian.
2. Studi Literatur
Studi Literatur yaitu langkah untuk mencari bahan materi dan referensi
yang berhubungan dengan apa yang di butuhkan.
3. Observasi Lapangan
Dimana pada lagkah ini merupakan Observasi pada sebuah tempat
penelitian yaitu di Puskesmas Banjar Seperti pengamatan data, dan
pengambilan data.
4. Perumusan Masalah
Dimana setelah di lakukan observasi maka langkah selanjutnya yaitu
merumuskan suatu masalah dalam penelitian terkait masalah yang
akan di selesaikan di Puskesmas Banjar.
5. Tujuan Penelitian
Setelah mengatahui rumusan masalahnya maka langkah selanjutnya di
perlukan untuk menjawab pada rumusan masalah tersebut yang dapat
mengidentifikasi dari masalah- masalah yang ada dalam suatu
penelitian di Puskesmas Banjar.
6. Batasan Masalah
Batasan Masalah merupakan suatu pembatas satu atau lebih dari satu
masalah yang dipaparkan di latar belakang terkait masalah yang akan
di selesaikan dalam penelitian ini. Dimana dalam penelitian kali ini
yaitu menggunakan metode Nasa-TLX (National Aeronautics and
Space Administration – Talk Load Index).
7. Pengumpulan Data
Dimana pada langkah ini yaitu mengumpulkan data yang di butuhkan
baik itu data Responden atau data kuisoner Nasa-TLX (National
Aeronautics and Space Administration – Talk Load Index). Yang di
sebarkan pada perawat khusunya yaitu di pada divisi UGD (Unit
Gawat Darurat).
8. Pengolahan Data
I-13

Setelah dilakukan pengumpulan data maka langkah selanjutnya yaitu


mengolah data dengan menghitung beban kerja mental, yaitu dengan
penjelasan indicator, Rekapitulasi Pembobotan Kuisoner, Rekapitulas
Pemberian Rating, dan perhitungan skor beban kerja di Puskesmas
Banjar.
9. Analisa
Dimana pada langkah ini yaitu menganalisa hasil dari pengolahan data
yang telah di dapatkan jawaban dari hasil pengolahan data yang telah
di lakukan di Puskesmas Banjar.
10. Kesimpulan dan Saran
Setelah di lakukan analisa maka langkah selanjutnya kesimpulan
dimana kesimpulan ini menjawab dari tujuan penelitian, sedangkan
saran adalah sebagai bahan evaluasi agar penelitian selanjutnya dapat
lebih baik.
11. Selesai
Dimana pada langkah ini semua kegiatan yang di lakukan dalam
sebuah penelitian dapat menyelesaikan nya maka semua kegiatanya di
anggap telah selesai.

BAB II
I-14

DATA UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Sejarah Berdirinya Puskesmas Banjar berdiri pada tahun 1976 masa
pemerintahan orde baru meliputi wilayah kerja 23 Desa, pada tahun 1986
dilakukan pemekaran menjadi 2 wilayah yaitu Puskesmas Banjar dan Puskesmas
Kadu hejo, dimana Puskesmas Banjar meliputi 14 desa dan Puskesmas Kadu hejo
9 Desa, kemudian pada Tahun 2006 dilakukan pemekaran kembali menjadi 2
wilayah yaitu Puskesmas Banjar dengan puskesmas Mekarjaya. Dimana
Puskesmas Banjar meliputi 11 desa dan Puskesmas Mekarjaya 3 Desa. setelah
dilakukan pemekaran dengan Puskesmas Mekarjaya Puskesmas Banjar
mempunyai binaan 11 desa :
1. Desa Banjar
2. Desa Kadu bale
3. Desa Mogana
4. Desa Kadu limus
5. Desa Kadu maneuh
6. Desa Citalahab
7. Desa Bandung
8. Desa Cibereum
9. Desa Cibodas
10. Desa Pasirawi
11. Desa Gunung putri

Puskesmas Banjar dipimpin oleh kepala puskesmas dan berprofesi sebagai


dokter adapun pimpinan yang telah menduduki jabatan tersebut adalah :
1. Tahun 1994 Puskesmas dipimpin oleh dr. Johan lay
2. Tahun 1997 puskesmas dipimpin oleh dr. Hj Aprilia
3. Tahun 2000 puskesmas dipimpin oleh dr. Api
4. Tahun 2002 puskesmas dipimpin oleh dr. Tri Utami
5. Tahun 2002 puskemas dipimpin oleh Bapak H. Edi
I-15

6. Tahun 2003 puskesmas dipimpin oleh Bapak H. Saepudin


7. Tahun 2009 puskesmas dipimpin oleh Ibu Hj. Oom Amd. Keb
8. Tahun 2009 puskesmas dipimpin oleh Ibu Hj. Ika Rostika S.sos
9. Tahun 2010 puskesmas dipimpin oleh Ibu Rosi Sukmawati
10. Tahun 2010 puskesmas dipimpin oleh Ibu Hj. Nuriah
11. Tahun 2010 puskesmas dipimpin oleh Ibu Hj. Ika
12. Tahun 2012 – 2017 puskesmas dipimpin oleh Ibu Hj. Euis Jubaedah S.ST,
S.Sos
13. Tahun 2017 sampai sekarang di pimpin oleh bapak Supriadi sampai
sekarang
Puskesmas Banjar terletak diwilayah kecamatan Banjar kab Pandeglang
Provinsi Banten. dengan luas wilayah kerja terdiri :
a. Jumlah desa : 11(sebelas) desa
b. Luas Wilayah : 2.870 Km²
c. Jumlah RW : 60
d. Jumlah RT : 162
e. Jumlah Posyandu : 65
Jarak puskesmas Banjar ke kota Kabupaten 7 km dan jarak ke Provinsi
Banten sekitar 35 km dengan batas wilayah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Kadu hejo
b. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Cimanuk
c. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Lebak
d. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Lebak
Pada tahun 2015 dilakukan Renovasi total bangunan puskesmas yaitu
gedung depan yang sekarang berdiri tahun 2016 Renovasi gedung belakang yang
sedang berdiri dua lantai.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan


Berikut ini merupakan Visi Misi dari perusahaan yang di dapat pada
penelitian di Puskesmas Banjar Pandeglang.
A. Visi
I-16

Untuk mencapai dan mendukung peningkatan derajat kesehatan di wilayah


Kabupaten Pandeglang umumnya dan wilayah puskesmas Banjar
khususnya, maka visi Puskesmas Kecamatan Banjar yaitu :
”Kecamatan Banjar Sehat Melalui pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat”.
B. Misi
Dalam mendukung dan mewujudkan keinginan sebagaimana dalam visi
tersebut di atas maka puskesmas Banjar mempunyai misi sebagai berikut :
1. Menggerakan pembangunan di wilayah puskesmas yang berwawasan kesehatan
sehingga dapat tercipta lingkungan dan perilaku masyarakat sehat. Misi ini
mempunyai beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian antara lain:
a. Unsur sumber daya manusia kesehatan diharapkan dapat bekerja sebagai
seorang yang professional yang produktif dan transparan, sehingga fungsi
penggerakan puskesmas dapat terselenggara dengan baik sehingga
cerminan staf yang baik dan sebagai suri tauladan bagi masyarakat untuk
berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Untuk mendukung unsur sumber daya manusia yang berkualitas maka
fungsi dan kinerja puskesmas harus ditunjang oleh tenaga dan sarana yang
sesuai sehingga Puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar
yang bermutu sesuai dengan standar.
c. Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap
pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan
baik langsung maupun tidak langsung, setiap program pembangunan yang
ada sekecil apapun bentuknya sebaiknya dikaji dampaknya bagi kesehatan
masyarakat, bila dampaknya kurang baik sebaiknya dihindari.
2. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
a. Bermutu, mengandung arti bahwa pelayanan kesehatan minimal yang
diberikan harus sesuai dengan standar yang berlaku sehingga setiap
pelayanan yang diberikan dapat diterima dan dapat memuaskan pelanggan.
I-17

b. Merata, mengandung arti bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan


sedekat mungkin dengan kelompok masyarakat yang membutuhkan.
c. Terjangkau, artinya tidak memberatkan masyarakat/ dapat diakses terutama
bagi masyarakat kurang mampu dan dapat terlaksana dengan baik dan
berkesinambungan, antara lain tersedianya Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan Pos Kesehatan Desa di wilayah binaan puskesmas.
3. Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungan sekitar.
a. Kemandirian, berarti berkurangnya ketergantungan terhadap orang lain,
diantaranya ketergantungan terhadap subsidi pemerintah.
b. Pemberdayaan Kesehatan, merupakan alih teknologi sederhana dari hal-hal
yang biasa dilaksanakan oleh pemerintah menjadi tanggung jawab
masyarakat secara bertahap.
c. Individu, berarti perorangan. Keluarga artinya kelompok kecil dari
masyarakat. Masyarakat adalah kelompok orang yang terdiri dari individu
dan keluarga.

2.3 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi merupakan penegasan sussunan kerangka yang
menunjukan saling berhubungan atau tata kerja antara bagian- bagian atau sub
bagian yang ada dalam suatu unit kerja. Sehingga setiap bagian atau sub bagian
mengatahui secara jelas apa yang menjadi bidang tugas atau suatu tanggung jawab
berikut ini merupakan bagian Struktur Organisasi yang ada di Puskesmas Banjar.
I-18

Gambar 2 Struktur Organisasi Perusahaan

2.4 Peraturan Perusahaan


Berikut ini merupakan peraturan external perusahaan menurut Menteri
Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
I-19

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 44 TAHUN 2016
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN PUSKESMAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :
A. Bahwa Puskesmas sebagai tulang punggung penyelenggaraan upaya
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.
B. Bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan baik upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
dibutuhkan manajemen Puskesmas yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan agar menghasilkan kinerja Puskesmas yang efektif dan efisien
C. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
I-20

Republik Indonesia Nomor 5607); 4. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012


tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 193); 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1676); 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN
MANAJEMEN PUSKESMAS.
Pasal 1 Pedoman manajemen Puskesmas harus menjadi acuan bagi: a.
Puskesmas dalam: 1) menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci
kedalam rencana tahunan; 2) menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara
efesien dan efektif; 3) melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penilaian
kinerja Puskesmas; 4) mengelola sumber daya secara efisien dan efektif; dan 5)
menerapkan pola kepemimpinan yang tepat dalam menggerakkan, memotivasi,
dan membangun budaya kerja yang baik serta bertanggung jawab untuk
meningkatkan mutu dan kinerjanya. b. Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen Puskesmas.
Pasal 2 Ruang lingkup Pedoman Manajemen Puskesmas meliputi: a.
perencanaan; b. penggerakkan dan pelaksanaan; c. pengawasan, pengendalian,
dan penilaian kinerja; dan d. dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
manajemen Puskesmas.
Pasal 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Manajemen Puskesmas
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4 (1) Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan
Menteri ini dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai tugas dan fungsi masing-masing. (2)
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
I-21

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kinerja Puskesmas yang berkualitas


secara optimal.
Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peratuan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 September 2016

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK


Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 September 2016

DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA
2.5 Tata Tertib Perusahaan
Tata tertib adalah peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, apabila
di langgar mendapatkan punishment atau berupa Sanksi (Hukuman). Berikut ini
merupakan Tata tertib yang diterapakan di Puskesmas Banjar.
1. Jam Datang dan Pulang Kantor
a. Jam datang : 07.30 WIB
b. Jam pulang : Senin – Kamis : 14.00 WIB
: Jum’at : 14.30 WIB
: Sabtu : 14.00 WIB
2. Aturan berpakaian bagi staf
I-22

a. Senin dan Selasa : Pakaian Seragam PDH Warna Kaki Untuk Semua
Staf,
Jilbab Kuning Polos (Bagi Wanita), Sepatu Hitam
b. Rabu : Pakaian Hitam Putih
c. Kamis dan Jum’at : Pakaian Batik
d. Sabtu : Pakaian bebas rapih dan sopan
3. Pelaksanaan apel pagi setiap hari senin dilaksanakan Pukul 07.30 WIB
4. Karyawan 10 menit sebelum apel pagi,dilakukan kegiatan pembersihan
dimasing-masing ruangan
5. Bagi yang terlambat mengikuti apel membersihkan ruangan masing-masing
dan kaca.

2.6 Aktivitas Perusahaan


Program kesehatan yang direncanakan di Kecamatan Banjar tahun 2017,
mengacu kepada Visi dan Misi kesehatan kecamatan Banjar. Secara garis besar,
perencanaan ini terdiri dari tiga program Utama yaitu :
1. Program untuk mencapai indikator kecamatan Banjar sehat yang terdiri dari
tiga indikator yakni :

a. Indikator derajat kesehatan : yang merupakan hasil akhir, terdiri dari


indikator-indikator mortalitas, Indikator-indikator morbiditas dan Indikator-
indikator status gizi.
b. Indikator hasil antara lain : yang terdiri atas indikator-indikator keadaan
lingkungan, Indikator-indikator perilaku hidup bersih dan sehat, serta
indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
c. Indikator Proses dan Masukan : yang terdiri dari indikator-indikator
Pelayanan Kesehatan, indikator-indikator Sumber Daya Kesehatan,
indikator-indikator Manajemen Kesehatan, indikator-indikator Kontribusi
Sektor-sektor Terkait.

2. Program Pokok Puskesmas Banjar, yang terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
a. Program Wajib
I-23

Balai pengobatan kmum, kesehatan ibu dan anak, KB dan kesehatan


reproduksi, kesehatan gigi, gizi, P2PL, SP3, promosi kesehatan,
laboratorium, PHN, USILA, kesehatan lingkungan, Imunisasi, Kesehatan
gigi, UKS dan UKGS.
b. Program Pengembangan
Kesehatan kerja, puskesmas keliling, kesehatan jiwa, kesehatan mata,
kesehatan olah raga dan batra.
2.6.1 Sasaran
Dari hasil rumusan tujuan tersebut di atas, diperlukan operasional melalui
uraian sasaran sebagai berikut :
1. Program pengembangan manajemen dan sumber daya kesehatan
a. Tersedianya sumber daya kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat serta terpenuhinya standar tenaga pelayanan kesehatan sesuai
dengan kategori yang dibutuhkan.
b. Terciptanya pemahaman yang jelas tentang arah kebijakan, tujuan, tugas
pokok dan fungsi masing – masing petugas puskesmas.
c. Terciptanya sistem informasi kesehatan di puskesmas dengan dukungan
sarana yang memadai sesuai kemajuan teknologi, sehingga masyarakat
dapat mengetahui informasi kesehatan.
d. Meningkatkan pendayagunaan tenaga kesehatan yang professional serta
berfungsinya pengembangan karier yang didasari penilaian prestasi kerja.
e. Berkembangnya upaya – upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat
dan makin meluasnya pemahaman masyarakat tentang konsep JKN.
f. Bertambahnya jumlah dan mutu sarana pelayanan kesehatan masyarakat.
g. Meningkatnya pembiayaan dan anggaran kesehatan
2. Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
a. Terselenggaranya sistem kewaspadaan dan respon dini KLB/ Wabah
b. Meningkatnya upaya pemberantasan terhadap penyakit menular, serta upaya
pencegahannya
c. Meningkatkan intensifikasi pelayanan kesehatan lingkungan
I-24

d. Terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatnya kualitas


sanitasi dasar disetiap tatanan
3. Program peningkatan kesehatan keluarga dan perbaikan gizi
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan angka
kematian ibu dan balita
b. Meningkatkan status kesehatan keluarga melalui pemberdayaan remaja, ibu
dan lansia.
c. Meningkatkan kerja sama lintas sektor dan lintas program juga kemitraan
baik dengan lembaga – lembaga sosial kemasyarakatan.
4. Program pelayanan kesehatan dalam gedung dan luar gedung
a. Mengembangkan jangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat
b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat,
melalui kegiatan puskesmas keliling untuk wilayah yang tidak memiliki
puskesmas pembantu dan poskesdes.
5. Program Penyuluhan Kesehatan
a. Meningkatkan frekuensi penyuluhan setiap tahunnya dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan PHBS.
b. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mengupayakan
kerja sama lintas sektor dan lintas program.
6. Program pengawasan obat, makanan dan bahan – bahan berbahaya
c. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

3.1 TARGET PROGRAM


Tabel 1 Target program di Puskesmas pada tahun 2017
I-25

PROGRAM KESEHATAN TARG


NO ET KET
URAIAN INDIKATOR Th.
2017
(%)
A. Pelayanan Kes.Dasar
1. Yan. Kes.Ibu & Bayi
Anc Ibu Hamil % Cakupan K4 100
Pertolongan Persalinan % Linakes 100
Deteksi Bumil Risti % Bumil Risti di Rujuk 100
Pemeriksaan Neonatus % Cakupan Kunjungan N2 100
Pemeriksaan Bayi 1-12 Bulan % Cak. Kunjungan Bayi 100
Penanganan BBLR % Cak. BBLR ditangani 100

2. Yankes Anak Pra Sekolah dan % Cakupan Deteksi dini 100


Usia Sekolah Tumbuh Kembang Anak
Balita dan Pra-Sekolah
% Cak. Pem. Kes. Siswa 100
SD/sederajat oleh tenaga
/Guru UKS terlatih
% Cakupan Kes. Remaja 100

3. Pelayanan Keluarga Berencana % Cak. Peserta KB Aktif 100

4. Pelayanan Imunisasi % Cakupan Desa UCI 100


untuk Semua jenis Antigen

5. Pengobatan / Perawatan :
a. Pelayanan Rawat Jalan % Cak. Rawat Jalan 100

6. Pelayanan Kesehatan Jiwa %Gangguan Jiwa di 100


Sarkes
7. Pelayanan Kesehatan Kerja 100
% Cak. YANKESJA
pekerja Formal
8. Pelayanan Kesehatan Usia 100
Lanjut % Cak. Yankes Pra-Usila
Dan Usia Lanjut
9. 100
Pelayanan Kesehatan Olah Raga % Cakupan Kesehatan
Olah Raga
B. Pelayanan Gizi Masyarakat

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita % Balita Naik BB (N/D) 100


% Cak. Balita BGM <5

2. Pelayanan Gizi % Cak. Balita dapat 100


I-26

PROGRAM KESEHATAN TARG


NO ET KET
URAIAN INDIKATOR Th.
2017
(%)
Vit.A 100
% Cak. Bumil dapat Fe 100
% Cak. MP ASI pada
Bayi BGM dari Gakin 100
% Balita Gizi Buruk
dapat Perawatan 100
% Cak. WUS dapat
Yodium

C. YANKES. RUJUKAN DAN


PENUNJANG
1. PONED dan Komprehensif Akses ketersediaan darah
% Bumil Risti Tertangani 80
% Neonatal Risti 80
ditangani
2. Pelayanan Gawat Darurat % Sarkes dgn Gawat 90
Darurat yang dapat
Diakses Masyarakat

D. Penyelenggaraan P2 Menular

1. PE dan Penaggulangan KLB dan % Desa KLB diatasi 100


Gizi Buruk <24 Jam
% Desa bebas rawan Gizi 80

2. P2 Penyakit Polio AFP rate/100.000 Pendu ≥1


<15 Th

3. P2 TB Paru % BTA(+) sembuh >85

4. P2 ISPA % Cak. Pnemoni diobati 100

5. P2 HIV/ AIDS % Inf Menular Sexual 100

6. P2 DBD % Penderita DBD diobati 80

7. P2 Diare % Balita Diare diobati 100

8. P2 Malaria %Pendrita Malaria 100


diobati
9. P2 Kusta % RTF rate >90

10. P2 Filariasis % Kasus Filariasis 90


I-27

PROGRAM KESEHATAN TARG


NO ET KET
URAIAN INDIKATOR Th.
2017
(%)
Ditangani

E. Kesehatan Lingkungan dan


Sanitasi Dasar
1. Kesehatan Lingkungan % Institusi Dibina 70
2. Pengandalian Vektor % Rumah Bebas Jentik >90
Nyamuk
3. Hyginene Sanitasi TTU % TTU Memenuhi Syarat 80

F. Penyelenggaraan Promosi
Kesehatan
1. Penyuluhan Prilaku Sehat % Rumah Tangga Sehat 65
% Bayi dengan ASI 80
Eklusif 90
% Desa Garam Yod Baik 40
% Posyandu Purnama

G. P2 Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika
Dan Zat Adiktif (NAPZA)
1. P3 NAPZA Berbasis Masyarakat % Upaya Penyuluhan P3 15
NAPZA Oleh NAKES
H. Pelayanan Kefarmasian
Dan Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alkes
1. Penediaan Obat dan Perbekalan % Tersedia Obat Sesuai 90
Kesehatan Kebutuhan
% Pengadaan Obat 100
Esensial
% Pengadaan Obat 100
Generik

2. Penggunaan Obat Generik % Penulisan Obat 90


Generik
I. Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan
1. Pembiayaan Yankes Perorangan % Cakupan JKN dan KIS 80

2. Pembiayaan Gakin dan Rentan % Cakupan Gakin dan 100


Rentan

2.6.2 Gambaran Singkat Rencana Kinerja Puskesmas Banjar Tahun 2018


I-28

Dari hasil kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas pada tahun 2018 yang
dibiayai oleh pemerintah daerah antara lain :
1. Program pengembangan manajemen dan sumber daya kesehatan
a. Mengikuti pelatihan– pelatihan teknis di tingkat Kabupaten dan
memberikan izin belajar kepada staf puskesmas.
b. Perbaikan sistem pencatatan, pelaporan dan pengarsipan di puskesmas.
c. Penyusunan profil kesehatan dan laporan tahunan puskesmas.
d. Penghitungan angka kredit bagi tenaga fungsional tertentu.
e. Pengembangan sistem informasi kesehatan.
f. Pertemuan staf 1 bulan 2 kali.
g. Mengadakan kegiatan lokmin tingkat kecamatan setiap 3 bulan sekali.
h. Mengikuti rapat koordinasi tingkat kecamatan.
i. Peningkatan kinerja petugas melalui pelatihan formal maupun informal.
j. Adanya pembagian tugas yang sesuai dengan profesinya, juga roling
pemegang program pada setiap 2 tahun sekali.
k. Mengikutsertakan tenaga surveillance dalam pelatihan secara teknis
l. Penanggulangan terhadap KLB
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
a. Pemberantasan terhadap penyakit TB-Paru
b. Pembentukan kader TB-Paru
c. Pemberantasan dan penyuluhan terhadap penyakit ISPA, Diare, Kusta dan
DHF.
d. Mengikuti pelatihan program imunisasi.
e. Penyelenggaraan bulan imunisasi anak sekolah.
f. Evaluasi hasil kegiatan program P2PL di puskesmas.
g. Pengawasan dan pembinaan terhadap tempat – tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan.
h. Inspeksi sanitasi satu tahun 4 kali.
2. Program peningkatan kesehatan keluarga dan perbaikan gizi
a. Peningkatan sistem manajemen data pelayanan kesehatan keluarga.
I-29

b. Operasional bidan ke Desa dalam rangka upaya peningkatan cakupan


program KIA.
c. Pelacakan kasus kematian ibu dan balita.
d. Mengikuti lomba balita sehat tingkat kabupaten.
e. Pemantauan dan evaluasi terhadap kasus gizi buruk yang mendapat PMT
Pemulihan.
f. Peningkatan mutu kesehatan usia lanjut melalui kegiatan posbindu dan
kunjungan rumah terhadap kelompok rentan.
g. Peningkatan terhadap kegiatan UKS.
h. Pembinaan dan evaluasi terhadap bidan di desa.
i. Pertemuan kemitraan bidan, Paraji dan kader di tingkat puskesmas.
3. Program pelayanan kesehatan dalam gedung dan luar gedung
a. Pelayanan kesehatan dasar terhadap keluarga miskin
b. Monitoring terhadap sarana kesehatan dasar swasta
c. Pemeliharaan terhadap gedung puskesmas
d. Pengelolaan dan pemeliharaan alat kesehatan
e. Pengelolaan obat dan penggunaan obat generik
f. Kunjungan rumah KK rawan
g. Puskesmas Keliling
h. Kegiatan Prolanis untuk peserta JKN/KIS yang meliputi : Senam, edukasi,
dan pemeriksaan kesehatan.
i. Kunjungan Keluarga Sehat
4. Program penyuluhan kesehatan
a. Penyuluhan dalam gedung maupun luar gedung
b. Pembinaan dan evaluasi program penyuluhan
c. Peningkatan kegiatan UKS dan penyuluhan terhadap anak sekolah
d. Lomba posyandu tingkat kecamatan
e. Lomba cerdas cermat kader posyandu pada HUT RI.
5. Program pengawasan obat, makanan dan bahan– bahan berbahaya
a. Pembinaan terhadap produksi makanan dan minuman yang ada di
lingkungan Wilayah puskesmas Banjar.
I-30

b. Penyuluhan kesehatan lingkungan terhadap industri rumah tangga pangan,


mengikutsertakan pengelola/ penanggung jawab industri makanan dan
minuman serta pengobatan tradisional dalam pelatihan teknis di tingkat
kabupaten.
I-31

BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu
“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas
ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia
memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa negara seperti di Skandinavia
menggunakan istilah “Bioteknologi” sedangkan di negara Amerika menggunakan
istilah “Human Engineering” atau “Human Factors Engineering”. Namun
demikian, kesemuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi
manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.
Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk
menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara
optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi,
antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis
keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi (Tarwaka, 2004).

3.2 Psikologi Kerja


Psikologi terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan belajar.
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “psyche” yang berarti “jiwa” dan
“logos” yang berarti “ilmu”. Dengan demikian secara harpiah psikologi dapat
diartikan ilmu jiwa (Lestari, 2017). Bermacam-macam definisi psikologi yang
satu sama lain berbeda , diantaranya :
a. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental
life)
b. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
c. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)
I-32

Menurut Crow and Crow, psicology is the study of human behavior and
human relationship, Psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni interaksi
manusia dengan dunia sekitarnya.

3.2.1 Pengertian Psikologi Kerja


Psikologi kerja adalah beban yang dialami atau diterima oleh seseorang
ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan. Aspek lain dari psikologi kerja ini
yang sering menjadi masalah kesehatan kerja adalah stress. Stress terjadi pada
hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun pelaksana. Pada tempat
kerja terlebih tempat kerja yang lingkupannya tidak baik, sangat potensial untuk
menimbulkan stress bagi karyawannya. Stress ini dapat dihindari dengan
mengelola, mengatasi dan mencegah terjadinya stress tersebut sehingga tidak
menggangu pekerjaan.

3.3 Metode NASA-TLX


Metode pengukuran beban kerja subyektif yang populer digunakan adalah
metode NASA-TLX (NASA Task Load Index). Metode NASA-TLX
dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center serta
Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981 (Fithri &
Anisa 2017). Metode ini berupa kuisoner dikembangkan berdasarkan munculnya
kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah tetapi lebih sensitif pada
pengukuran beban kerja. Metode NASA-TLX merupakan prosedur rating
multidimensional, yang membagi workload atas dasar rata-rata pembebanan
enam dimensi, yaitu Mental Demand, Physical Demand, Temporal Demand,
Effort, Own Performance, dan Frustation.
NASA-TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala
(Paired Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event Scoring).
(Fithri & Anisa 2017). Menjelaskan beberapa pengembangan metode NASA-
TLX yang ditulis, antara lain (Fithri, Prima & Anisa 2017):
1. Kerangka Konseptual
2. Informasi yang Diperoleh dari Peringkat (Rating) Subjektif
3. Pembuatan Skala Rating Beban Kerja
I-33

4. Pemilihan Sub-skala
Pengukuran beban psikologi secara subyektif Pengukuran beban kerja
psikologis secara subjektif dapat dilakukan dengan (Fithri & Anisa
2017):
a. SWAT
b. NASA TLX
c. Modified Cooper Harper Scaling (MCH)
d. Multidiscriptor Scale
Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur dapat dilihat pada
Tabel Langkah- langkah dalam pengukuran beban kerja mental dengan
menggunakan metode NASA-TLX [Fithri & Anisa 2017]
Tabel 2 Indikator Metode NASA-TLX
Skala Rating Keterangan
Mental Demand (MD) Rendah, Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan
perceptual yang dituntut oleh pekerjaan ini
dalam hal melihat, mengingat, mencari.
Apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit,
sederhana atau kompleks, pekerjaan tersebut
pesti atau penuh toleransi.
Physical Demand (PD) Rendah, Tinggi Seberapa besar aktivitas fisik yang dituntut
oleh pekerjaan ini (misal: mendorong,
menarik, mengontrol putaran, dan lain-lain).
Apakah pekerjaan tersebut berat atau ringan,
lambat atau cepat, cukup istirahat atau tidak.
Temporal Demand Rendah, Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan
(TD) waktu yang dirasakan selama elemen
pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan
perlahan atau cepat melelahkan.
Performance (OP) Tidak Tepat, Seberapa berhasil anda dalam memenuhi
Sempurna tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh
anda atau peneliti. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi
target tersebut.
Effort (EF) Rendah, Tinggi Seberapa keras usaha secara mental dan fisik
yang Dibutuhkan untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut.
Frustation Level (FR) Rendah, Tinggi Seberapa tidak aman, stress (tekanan), dan
termotivasinya pekerja dibandingkan dengan
perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan
diri yang dirasakan selama menyelesaikan
pekerjaan.
(Sumber: Fithri & Anisa 2017)
I-34

1. Pembobotan
Kuesioner disebar ke perawat pada poliklinik bedah, mata, fisioterapi,
internist dan neurologi sebanyak 8 responden. Data beban kerja mental dengan
menggunakan metode NASA-TLX menggunakan enam indikator yang diukur
untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental yang dialami oleh perawat.
indicator tersebut adalah Mental demand (MD), Physical demand (PD), Temporal
demand (TD), Performance (P), Frustation level (FR). Sedangkan pembobotan
merupakan tahap pemberian bobot yang menyajikan 15 pasangan indikator
kemudian diisi oleh responden dengan cara melingkari salah satu pasangan
indikator yang mana menurut mereka lebih dominan. Pada bagian ini responden
diminta untuk melingkari salah satu dari duaindikator yang dirasakan lebih
dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuisoner
NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini
dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh.
Jumlah tally menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental (T.Fariz Hidayat,
dkk. 2013)

Gambar 3 Data Rekapitulasi Pembobotan Kuisoner


(T.Fariz Hidayat, dkk. 2013)

2. Pemberian Rating
Peringkat (rating), merupakan tahap lanjutan setelah dilakukannya tahap
pembobotan. Pada tahap ini peringkat atau rating pada skala 1-100 diberikan
untuk setiap indikator sesuai dengan keadaan yang dialami oleh sang perawat.
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator
beban mental. Rating yang diberikan adalah subyektif tergantung pada beban
I-35

mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban
mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian
dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan).

Gambar 4 Data Rekapitulasi Pemberian Ranting


(T.Fariz Hidayat, dkk. 2013)

3. Pengkatagorian Penilaian Beban Kerja


Kategori penilaian beban kerja terdiri dari Lima tingkatan, yaitu Rendah
dengan skala interval 0 – 9, Sedang dengan skala interval 10 - 29, Agak Tinggi
dengan skala interval 30 – 49, Tinggi dengan skala interval 50 – 79, dan Sangat
Tinggi dengan skala interval 80 – 100.

Gambar 5 Kategori Penilaian Beban


(T.Fariz Hidayat, dkk. 2013)

3.4 Beban Kerja


I-36

Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja diharapkan pada tugas yang
harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah
kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara
kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan
beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau
tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari pekerja. Beban kerja
fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan
kemungkinan sumber stres pekerjaan (Munandar, 2008).
Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan
tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja,
keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja fisik perawat
meliputi mengangkat pasien, membantu pasien ke kamar mandi, memandikan
pasien, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien,
mendorong brankart pasien. Sedangkan beban kerja mental yang dialami perawat,
diantaranya bekerja shift atau bergiliran, mempersiapkan rohani mental pasien dan
keluarga terutama bagi yang akan melaksanakan operasi atau dalam keadaan
kritis, bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien serta harus
menjalin komunikasi dengan pasien (Munandar, 2008).
3.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Menurut Tarwaka (2004), faktor yang mempengaruhi beban kerja mental
adalah sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai stresor. Yang
termasuk beban kerja eksternal adalah :
a. Tugas-tugas (tasks). Tugas ada yang bersifat fisik seperti, tata ruang kerja,
stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja dan alat bantu
kerja. Tugas juga ada yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan
dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
I-37

b. Organisasi kerja. Organisasi kerja yang mempengaruhi beban kerja


misalnya, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, sistem
pengupahan, kerja malam, musik kerja, tugas dan wewengan.
c. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban
kerja adalah yang termasuk dalam beban tambahan akibat lingkungan
kerja. Misalnya saja lingkungan kerja fisik (penerangan, kebisingan,
getaran mekanis), lingkungan kerja kimiawi (debu, gas pencemaran
udara), lingkungan kerja biologis (bakteri, virus dan parasit) dan
lingkungan kerja psikologis (penempatan tenaga kerja).
2. Faktor internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut
dikenal dengan strain. Secara ringkas faktor internal meliputi.
a. Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, status gizi.
b. Faktor psikis, yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan,
dan lain-lain. Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah merupakan beban bagi
pelakunya. Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun
beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Masingmasing orang
memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan beban
kerja. Ada orang yang lebih cocok untuk menanggung beban fisik, tetapi
ada orang lain akan lebih cocok melakukan pekerjaan yang lebih banyak
pada beban mental atau sosial (Mutia, 2014).

3.5 Hubungan Strees Kerja dengan Kelelahan Perawat


Hubungan antara Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Perawat Stres
merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi
kesehatan fisik manusia tersebut. Stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau
kondisi di dalam lingkungan kita sendiri. Pengertian lain menyatakan bahwa stres
merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
I-38

dan kondisi seseorang. Jika seorang karyawan mengalami stres yang terlalu besar,
maka akan mengganggu kemampuan seseorang tersebut untuk menghadapi
lingkungan dan pekerjaannya (Widodo Haryono, 2009)
Meningkatnya tuntutan pekerjaan perawat saat naiknya lonjakan pasien di
Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI dapat menyebabkan stres kerja pada
perawat, bila perawat tidak siap menghadapi perubahan yang pesat. Hasil tabulasi
silang antara stres kerja dan kelelahan kerja perawat di RSIY PDHI menunjukkan
bahwa tingkat stres perawat adalah sedang (82,70%). Hal ini kemungkinan karena
perawat sudah mempunyai pengalaman kerja yang cukup dan telah memahami
epidemiologi penyakit yang muncul pada tahun- tahun sebelumnya. Tetapi
kemungkinan terjadinya stres kerja tetap ada, dikarenakan kondisi psikologis
seseorang berbeda beda antara satu waktu dengan waktu yang lain. Stres kerja
yang muncul di RSIY PDHI antara lain disebabkan karena beban kerja berlebih,
perasaan cemas, dan suasana hati yang mudah berubah- ubah.
Penyebab stres kerja antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat,
waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja
yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan
tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antar karyawan dengan pimpinan
yang frustasi dalam kerja. Pendapat ini sejalan dengan yang menyatakan penyebab
timbulnya stres kerja dikarenakan suatu tuntutan pekerjaan yang di luar batas
kemampuan individu.
Oleh karena itu, faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat
seperti emosi, pikiran, perasaan, situasi kerja dan tuntutan pekerjaan perlu
dikendalikan untuk meminimalisir terjadinya stres kerja. Namun, perlu diingat
pula, bahwa stres kerja juga diperlukan untuk mendorong dan memotivasi perawat
dalam bekerja.

3.5.1 Strees Kerja Perawat


I-39

Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami oleh karyawan dalam
menghadapi pekerjaan atau dengan kata lain adalah sesuatu yang terlihat sebagai
ancaman baik nyata maupun imajinasi, di mana persepsi berasal dari perasaan
takut atau marah. Di tempat kerja, perasaan ini dapat muncul berupa sikap yang
pesimis, tidak puas, produktivitas rendah dan sering tidak hadir. Emosi, sikap dan
perilaku yang mempengaruhi stres dapat menimbulkan masalah kesehatan, namun
ketegangan dapat dengan mudah muncul akibat kejenuhan yang timbul dari beban
kerja yang berlebihan. Pada kenyataannya, setiap pekerjaan memiliki tingkat
tantangan dan kesulitan yang berbedabeda. Manajemen stres kerja yang efektif
dapat mempertahankan rasa pengendalian diri dalam lingkungan kerja, sehingga
beberapa urusan akan diterima sebagai tantangan bukan ancaman (Riza Desima,
2013).
3.6 Hubungan Beban Kerja Mental dengan Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil uji stastika menggunakan uji alternative Beban kerja
yang diberikan pada pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis dan
fisik pekerja yang bersangkutan. Keadaan perjalanan, waktu perjalanan dari dan
ke tempat kerja yang seminimal mungkin dan seaman mungkin berpengaruh
terhada kondisi kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan kerja pada
khususnya. Pembinaan mental yanag berlangsung secara priodik dan khusus
mampu mengubah kecendrungan timbulnya kelelahan kerja. Fasilitas kerja dan
fasilitas rekreasi merupakan nilai positif bagi pekerja(Nofia Ardiyanti, dkk 2017).

3.6.1 Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kelelahan Kerja


Berdasarkan Uji statistik Riwayat penyakit yang diderita oleh responden
antara lain asma, hepatitis A, tekanan darah tinggi dan diabetes. Pada penelitian
responden yang mengalami kelelahan tingkat lelah banyak pada responden yang
tidak memilikiriwayat penyakit. Hal trsebut dapat terjadi karena penyakit yang di
miliki responden tidak kambuh. Kelelahan secara fisiologis dan psikologis dapat
terjadi saat kondisi tubuh tidak fit/sakit atau seseorang mempunyai keluhan
terhadap penyakit tertentu (Nofia Ardiyanti, dkk 2017.)

3.6.2 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja


I-40

Berdasarkan hasil pengukuran status gizi menggunakan perhitungan IMT


(Index Masa Tubuh) dan kelelahan kerja menggunakan reaction timer sehingga
terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan kerja.
Responden dengan gizi tidak normal lebih cepat merasakan lebih ketika
melaksanakan pekerjaanya. Nutrisi yang memadai saja tidak cukup tetepi
dibutuhkan suatu keadaan tubuh yang sehat agar nutrisi dapat dicerna dan
didistribusikan oleh organ tubuh secara tepat . sehingga perlu adanya kegiatan
untuk kesegaran jasmani guna mendukung gizi seimbang pada setiap orang (Nofia
Ardiyanti, dkk 2017).

3.6.3 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja


Berdasarkan hasil uji statistik masa kerja dalam penelitian ini terdapat
hubungan kerja karena responden dengan masa kerja kurang ≤ 5 tahun atau < 5
tahun memiliki tugas pokok dan tambahan yang sesuai dengan pendidikan
pendidikanya. Masa kerja dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun
negatif, akan memberi pengaruh positif pada kinerja personal karena dengan
bertambahnya masa kerja maka pengalaman dalam melaksanakan tugasnya
semakin bertambah. Sebaliknya akan memberi pengaruh negatif apa bila semakin
bertambahnya masa kerja maka akan muncul kebiasaan pada tenaga kerja (Nofia
Ardiyanti, dkk 2017).

3.6.4 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja


Hasil Uji statistik menyebutkan hubungan yang bermakna antara umur
dengan kelelahan kerja. Responden paling banyak mengalami tingkat kelelahan
sangat lelah pada umur > 40 tahun. Beberapa responden mengungkapkan bahwa
umur sangat berpengaruh dalam mereka bekerja karena hal tersebut dapat
menyebabkan menurunya konsentrasi dalam bekerja. Bertambahnya umur akan
diikutu penurunan; Vo2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan
membedakan sesuatu, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka
pendek. Demikian pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam
memberikan pekerjaan pada seseorang (Nofia Ardiyanti, dkk 2017).
I-41

BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN

4.1 Pengumpulan Data


Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data responden atau data
perawat di bagian UGD yang sedang melakukan pekerjaannya, data kuisioner
NASA TLX yang diambil 1 hari pada saat aktivitas kerja selesai dilakukan
berikut merupakan pengumpulan data yang dilakukan di Puskesmas Banjar.

4.1.1 Data Responden Beban Kerja Mental


Data responden adalah data yang di ambil pada saat penelitian yaitu
dengan memberikan kuisoner dari penelitian yang berjumlah 10 orang perawat
pada bagian UGD di puskesmas Banjar Pandeglang.
Tabel 3 Data Responden Puskesmas Banjar
No Nama Umur Jenis Masuk Bekerja Pekerja
Responden kelamin
1 Perawat 1 25Thn P Febuari 2019 Perawat
2 Perawat 2 50 thn P Juni 1991 Perawat
3 Perawat 3 28 thn P Mei 2017 Perawat
4 Perawat 4 24 thn L November 2018 Perawat
5 Perawat 5 29 thn P Febuari 2014 Perawat
6 Perawat 6 29 thn P Januari 2012 Perawat
7 Perawat 7 41 thn L Febuari 2014 Perawat
8 Perawat 8 24 thn P Januari 2012 Perawat
9 Perawat 9 43 thn P Maret 2014 Perawat
10 Perawat 10 50 thn L Oktober 2010 Perawat

Tabel diatas merupakan tabel responden yang mengisi kuisoner di Puskesmas


Banjar.

4.1.2 Data Kuisioner NASA- TLX


Data kuisioner Nasa- TLX yang diambil adalah dari data perawat
puskesmas di bagian Unit Gawat Darurat (UGD). Responden meliputi perawat
yang berada di dalam ruangan tindakan baik yang shift dan non shift dan berikut
ini merupakan data kuisioner Nasa- TLX yang meliputi nilai pembobotan dan
perantingan.

a. Pembobotan
I-42

Pada tahap pemberian bobot ini responden di minta untuk memilih salah
satu dari dua indikator yang dirasa lebih dominan menimbulkan beban kerja
mental dalam melakukan aktivitas kerja. Pada pembobotan ini terdapat 15 pasang
indikator . berikut ini adalah salah satu sample pembobotan yang dilakukan
terhadap responden perawat 1, yaitu perawat di puskesmas Banjar di bagian Unit
Gawat Darurat (UGD)
b. Perantingan
Perantingan adalah pemberian skor pada tiap indikator 1-100 sehingga
responden dapat memberikan skor yang sesuai dengan kriteria indikator pada saat
melakukan pekerjaanya. Berikut ini merupakan peantingan di Puskesmas Banjar.
Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan
unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima
oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat
informasi yang lampau.
Di bawah ini merupakan data beban kerja mental tiap masing-masing
perawat setelah melakukan pekerjaan.
1. Data Kuisioner perawat 1
Di bawah ini merupakan data yang diisi oleh perawat 1 berupa data
pembobotan, dan data peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental
NASA-TLX. Berikut adalah data pembobotan beban kerja mental responden
perawat 1 dalam kuesioner NASA-TLX

Tabel 4 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden perawat 1


PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR


I-43

Adapun berikut ini adalah jumlah dari pembobotan yang dipilih oleh
responden perawat 1. Dan cara pengelompokan jumlah kategori dengan
menjumlahkan berapa kriteria yang terpilih seperti contoh MD mempunyai
jumlah 2.
Tabel 5 Rekapitulasi Pembobotan Beban Kerja Mental Responden perawat 1
Kategori Tally Nilai
MD II 2
PD II 2
TD II 2
OP III 3
EF IIII 4
FR 2 2
Berdasarkan hasil dari pembobotan perawat 1, pada MD memiliki nilai 2,
PD memiliki nilai 2, TD memiliki nilai 2, OP memiliki nilai 3, EF memiliki nilai
4, dan FR memiliki nilai 2. Pada nilai EF (Effort) dengan nilai 4 lebih dominan
untuk menjadi sumber dari beban kerja mental.

Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan perawat 1 setelah


melakukan pekerjaan.
Tabel 6 Pertanyaan dan Skala Peratingan perawat 1
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 70 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 80 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 80 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 70 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 90 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 80 100
I-44

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa perawat 1


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebedar 80, TD sebesar
80, OP sebesar 70, EF sebesar 90 dan FR sebesar 80. Skala dengan nilai tertinggi
ada pada EF (Effort) dengan nilai 90, kemudian skala terendah ada pada OP
(Performance) dengan nilai 70 dan MD (Mental Demand) dengan nilai 70.
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental perawat 1.
Tabel 7 Rekapitulasi Peratingan Beban Kerja Mental Responden perawat 1
Kategori Rating
MD 70
PD 80
TD 80
OP 70
EF 90
FR 80

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa perawat 1


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebedar 80, TD sebesar
80, OP sebesar 70, EF sebesar 90 dan FR sebesar 80. Dengan skala tertinggi pada
EF (Effort) dengan nilai 90, kemudian rating terendah ada pada OP
(Performance) dengan nilai 70 dan MD (Mental Demand) dengan nilai 90.
2. Data Responden perawat 2
Di bawah ini merupakan data perawat 2 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 2 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 8 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden perawat 2
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR


I-45

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden perawat 2.
Tabel 9 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden perawat 2
Kategori Tally Nilai
MD III 3
PD IIII 4
TD I 1
OP III 3
EF II 2
FR II 2

Berdasarkan hasil dari pembobotan perawat 2, pada MD memiliki nilai 3,


PD memiliki nilai 4, TD memiliki nilai 1, OP memiliki nilai 3, EF memiliki nilai
2, dan FR memiliki nilai 2. Pada nilai PD (Physical Demand) dengan nilai 4 lebih
dominan untuk menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan perawat 2 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 10 Pertanyaan dan Skala Peratingan perawat 2
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low PD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 80 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong Low OP High
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit, 0 70 100
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 75 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam Low PD High
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda 0 80 100
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low PD High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 80 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 60 100
I-46

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa perawat 2


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 80, PD sebedar 70, TD sebesar
75, OP sebesar 80, EF sebesar 80 dan FR sebesar 60. Skala dengan nilai tertinggi
ada pada MD (Mental Demand) OP (Performance) EF (Effort), dengan nilai 80
kemudian skala terendah ada pada FR (Frustation Level) dengan nilai 60
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental perawat 2.
Tabel 11 Peratingan Beban Kerja Mental Responden perawat 2
Kategori Rating
MD 80
PD 70
TD 75
OP 80
EF 80
FR 60

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa perawat 2


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 80, PD sebesar 70, TD sebesar 75,
OP sebesar 80, EF sebesar 80 dan FR sebesar 60. Dengan skala tertinggi pada MD
(Mental Demand) OP (Performance) EF (Effort) dengan nilai 80, kemudian
Ranting terendah ada pada FR (Frustation Level) dengan nilai 60.
3. Data Responden perawat 3
Di bawah ini merupakan data perawat 3 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden perawat 3 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 12 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden perawat 3

PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR


I-47

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden perawat 3.
Tabel 13 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden perawat 3
Kategori Tally Nilai
MD III 3
PD IIII 4
TD III 3
OP I 1
EF II 2
FR II 2

Berdasarkan hasil dari pembobotan perawat 3, pada MD memiliki nilai 3,


PD memiliki nilai 4, TD memiliki nilai 3, OP memiliki nilai 1, EF memiliki nilai
2, dan FR memiliki nilai 2. Pada nilai PD (Physical Demand) dengan nilai 4 lebih
dominan untuk menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan perawat 3 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 14 Pertanyaan dan Skala Peratingan perawat 3
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 70 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 50 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 90 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 70 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 70 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 60 100
I-48

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa perawat 3


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebesar 50, TD sebesar 90,
OP sebesar 70, EF sebesar 70 dan FR sebesar 60. Skala dengan nilai tertinggi ada
pada TD (Temporal Demand) dengan nilai 90, kemudian skala terendah ada pada
PD (Physical Demand) dengan nilai 50.
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 3.
Tabel 15 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 3
Kategori Rating
MD 70
PD 50
TD 90
OP 70
EF 70
FR 60

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 3


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebesar 50, TD sebesar 90,
OP sebesar 70, EF sebesar 70 dan FR sebesar 60. Dengan skala tertinggi pada TD
(Temporal Demand) dengan nilai 90, kemudian rating terendah ada pada PD
(Physical Demand) dengan nilai 50.
4. Data Responden Perawat 4
Di bawah ini merupakan data Perawat 4 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 4 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 16 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 4
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR


I-49

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat 4.
Tabel 17 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 4
Kategori Tally Nilai
MD IIII 4
PD II 2
TD II 2
OP III 3
EF III 3
FR I 1

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 4, pada MD memiliki nilai 4,


PD memiliki nilai 2, TD memiliki nilai 2, OP memiliki nilai 3, EF memiliki nilai
3, dan FR memiliki nilai 1. Pada nilai MD (Mental Demand) dengan nilai 4 lebih
dominan untuk menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 4 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 18 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 4
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 80 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 60 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 50 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 70 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 40 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 30 100
I-50

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 4


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 80, PD sebesar 60, TD sebesar 50,
OP sebesar 70, EF sebesar 40 dan FR sebesar 30. Skala dengan nilai tertinggi ada
pada MD (Mental Demand) dengan nilai 80, kemudian skala terendah ada pada
FR (Frustation Level) dengan nilai 30.
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 4.
Tabel 19 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 4
Kategori Rating
MD 80
PD 60
TD 50
OP 70
EF 40
FR 30

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 4


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 80, PD sebesar 60, TD sebesar 50,
OP sebesar 70, EF sebesar 40 dan FR sebesar 30. Dengan skala tertinggi pada MD
(Mental Demand) dengan nilai 80, kemudian rating terendah ada pada FR
(Frustation Level) dengan nilai 30.
5. Data Responden Perawat 5
Di bawah ini merupakan data Perawat 5 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 5 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 20 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 5
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR


I-51

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat 5.
Tabel 21 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 5
Kategori Tally Nilai
MD I 1
PD II 2
TD III 3
OP IIIII 5
EF IIII 4
FR - 0

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 5, pada MD memiliki nilai 1,


PD memiliki nilai 2, TD memiliki nilai 3, OP memiliki nilai 5, EF memiliki nilai
4 dan FR memiliki nilai 0. Pada OP (Performance) lebih dominan untuk menjadi
sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 5 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 22 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 5
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 50 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 40 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 40 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 80 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 70 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 80 100
Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat Gina
memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 50, PD sebesar 40, TD sebesar 40,
I-52

OP sebesar 80, EF sebesar 70 dan FR sebesar 30. Skala dengan nilai tertinggi ada
pada OP (Performance) dengan nilai 80, kemudian skala terendah ada pada FR
(Frustation Level) dengan nilai 30.
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 5.
Tabel 23 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 5
Kategori Rating
MD 50
PD 40
TD 40
OP 80
EF 70
FR 30

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 5


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 50, PD sebesar 40, TD sebesar 40,
OP sebesar 80, EF sebesar 70 dan FR sebesar 30. Dengan skala tertinggi pada OP
(Performance) dengan nilai 80, kemudian rating terendah ada pada FR
(Frustation Level) dengan nilai 30.
6. Data Responden Perawat 6
Di bawah ini merupakan data Perawat 6 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 6 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 24 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 6
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat 6.
Tabel 25 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 6
I-53

Kategori Tally Nilai


MD III 3
PD II 2
TD II 2
OP III 3
EF II 2
FR III 3

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 6, pada MD memiliki nilai 3,


PD memiliki nilai 2, TD memiliki nilai 2, OP memiliki nilai 3, EF memiliki nilai
2, EF memiliki nilai 2 dan FR memiliki nilai 3. Pada nilai MD (Mental Demand)
TD (Temporal Demand) dan FR (Frustation Level) dengan nilai 3 lebih dominan
untuk menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 6 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 26 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 6
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 90 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 20 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 30 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam Low MD High
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda 0 90 100
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low OP High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 70 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 80 100

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 6


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 90, PD sebedar 20, TD sebesar
30, OP sebesar 90, EF sebesar 70 dan FR sebesar 80. Skala dengan nilai tertinggi
I-54

ada pada MD (Mental Demand) dan OP (Performance) dengan nilai 90, kemudian
skala terendah ada pada PD (Physical Demand) dengan nilai 20.
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 6.
Tabel 27 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 6
Kategori Rating
MD 90
PD 20
TD 30
OP 90
EF 70
FR 80

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 6


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 90, PD sebesar 20, TD sebesar 30,
OP sebesar 90, EF sebesar 70 dan FR sebesar 80. Dengan skala tertinggi pada
MD (Mental Demand) dan OP (Performance) dengan nilai 90, kemudian rating
terendah ada pada PD (Physical Demand) dengan nilai 20.
7. Data Responden Perawat 7
Di bawah ini merupakan data Perawat 7 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 7 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 28 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden 7
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat Erfan.
Tabel 29 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 7
Kategori Tally Nilai
I-55

MD I 1
PD III 3
TD III 3
OP IIII 4
EF III 3
FR I 1

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 7 pada MD memiliki nilai 1,


PD memiliki nilai 3, TD memiliki nilai 3, OP memiliki nilai 4, EF memiliki nilai
3 dan FR memiliki nilai 1. Pada nilai OP (Performance) dengan nilai 4 lebih
dominan untuk menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 7 setelah
melakukan pekerjaan
Tabel 30 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 7
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 90 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low MD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 70 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 80 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 60 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 50 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 80 100

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 7


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 90, PD sebesar 70, TD sebesar 80,
OP sebesar 60, EF sebesar 50 dan FR sebesar 80. Skala dengan nilai tertinggi ada
I-56

pada MD (Mental Demand) dengan nilai 90, kemudian skala terendah ada pada
EF (Effort) dengan nilai 50.
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 7.
Tabel 31 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 7
Kategori Rating
MD 90
PD 70
TD 80
OP 60
EF 50
FR 80

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 7


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebesar 80, TD sebesar 80,
OP sebesar 70, EF sebesar 90 dan FR sebesar 80. Dengan skala tertinggi pada MD
(Mental Demand) dengan nilai 90, kemudian rating terendah ada pada EF (Effort)
dengan nilai 50.
8. Data Responden Perawat 8
Di bawah ini merupakan data Perawat 8 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 8 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 32 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 8
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat 8.

Tabel 33 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 8


I-57

Kategori Tally Nilai


MD II 2
PD II 2
TD III 3
OP II 2
EF III 3
FR III 3

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 8, pada MD memiliki nilai 2,


PD memiliki nilai 2, TD memiliki nilai 3, OP memiliki nilai 2, EF memiliki nilai
3, dan FR memiliki nilai 3. Pada nilai TD (Temporal Demand), EF (Effort), dan
FR (Frustation Level) dengan nilai 3 lebih dominan untuk menjadi sumber dari
beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 8 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 34 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 8
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 70 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 60 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 80 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 85 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 75 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 65 100

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 8


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebedar 60, TD sebesar
80, OP sebesar 85, EF sebesar 75 dan FR sebesar 65. Skala dengan nilai tertinggi
I-58

ada pada OP (Performance) dengan nilai 85, kemudian skala terendah ada pada
PD (Physical Demand) dengan nilai 50 .
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 8.
Tabel 35 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 8
Kategori Rating
MD 70
PD 60
TD 80
OP 85
EF 75
FR 65

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 8


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebesar 60, TD sebesar 80,
OP sebesar 85, EF sebesar 75 dan FR sebesar 65. Dengan skala tertinggi pada OP
(Performance), kemudian rating terendah ada pada PD (Physical Demand).
9. Data Responden Perawat 9
Di bawah ini merupakan data Perawat 9 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental responden Perawat 9 dalam kuesioner
NASA-TLX.
Tabel 36 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 9
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat 9.

Tabel 37 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 9


Kategori Tally Nilai
I-59

MD IIII 4
PD III 3
TD III 3
OP II 2
EF III 3
FR - 0

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 9 , pada MD memiliki nilai 4,


PD memiliki nilai 3, TD memiliki nilai 3, OP memiliki nilai 2, EF memiliki nilai
3, dan FR memiliki nilai 0. Pada nilai MD (Mental Demand) lebih dominan untuk
menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 9 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 38 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 9
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 70 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 30 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 70 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 60 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 50 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 10 100

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 9


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 90, PD sebedar 30, TD sebesar
70, OP sebesar 60, EF sebesar 50 dan FR sebesar 10. Skala dengan nilai tertinggi
I-60

ada pada MD (Mental Demand), kemudian skala terendah ada pada FR


(Frustation Level).
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 9.
Tabel 39 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 9
Kategori Rating
MD 90
PD 30
TD 70
OP 60
EF 50
FR 10

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 9


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 90, PD sebedar 30, TD sebesar
70, OP sebesar 60, EF sebesar 50 dan FR sebesar 10. Dengan skala tertinggi pada
MD (Mental Demand), kemudian rating terendah ada pada FR (Frustation
Level).
10. Data Responden Perawat 10
Di bawah ini merupakan data Perawat 10 data pembobotan, dan data
peratingan dalam kuesioner pengukuran beban kerja mental NASA-TLX. Berikut
adalah data pembobotan beban kerja mental Perawat 10 dalam kuesioner NASA-
TLX.
Tabel 40 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 10
PD/MD TD/PD TD/FR

TD/MD OP/PD TD/EF

OP/MD FR/PD OP/FR

FR/MD EF/PD OP/FR

EF/MD TD/OP EF/FR

Adapun di bawah ini adalah rincian dari pembobotan yang dipilih oleh
responden Perawat 10.

Tabel 41 Pembobotan Beban Kerja Mental Responden Perawat 10


I-61

Kategori Tally Nilai


MD II 2
PD I 1
TD IIII 4
OP IIII 4
EF III 3
FR - 0

Berdasarkan hasil dari pembobotan Perawat 10p ada MD memiliki nilai 2,


PD memiliki nilai 1, TD memiliki nilai 4, OP memiliki nilai 4, EF memiliki nilai
3, dan FR memiliki nilai 0. Pada nilai TD (Temporal Demand), dan OP
(Performance) lebih dominan untuk menjadi sumber dari beban kerja mental
Berikut merupakan Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 10 setelah
melakukan pekerjaan.
Tabel 42 Pertanyaan dan Skala Peratingan Perawat 10
Pertanyaan Skala
Meenurut anda seberapa besar aktivitas mental dan Low MD High
perseptual yang dituntut oleh pekerjaan ini dalam
melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan 0 70 100
tersebut mudah atau sulit, atau sederhana atau
kompleks, longgar, atau ketat?
Menurut anda seberapa besar aktivitas fisik yang Low PD High
dituntut oleh pekerjaan ini (misal: mendorong
mengangkat dan lain-lain). Apakah pekerjaan 0 30 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau rumit,
serta longgar atau ketat?
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda Low TD High
rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan
pekerjaan ini? 0 80 100
Menurut anda seberapa berhasil anda dalam
memenuhi tujuan pekerjaan yang talah ditetapkan Low OP High
oleh anda/peneliti yang lain. Seberapa puas anda
terhadap performansi kerja dalam memenuhi target 0 50 100
tersebut?
Menurut anda seberapa keras kerja mental dan fisik Low EF High
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
performansi kerja anda tersebut? 0 50 100
Menurut anda seberapa tidak aman, putus asa,
tersinggung, terganggu, dibandingkan perasaan Low FR High
aman, puas, nyaman, dan kepuasaan diri yang
dirasakan selama pekerjaan berlangsung? 0 20 100

Dari hasil skala peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 10


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebesar 30, TD sebesar 80,
OP sebesar 50, EF sebesar 50 dan FR sebesar 20. Skala dengan nilai tertinggi ada
I-62

pada TD (Temporal Demand), kemudian skala terendah ada pada (Performance)


FR (Frustation).
Dibawah ini merupakan tabel dari hasil peratingan pada beban kerja
mental Perawat 10.
Tabel 43 Peratingan Beban Kerja Mental Responden Perawat 10
Kategori Rating
MD 70
PD 30
TD 80
OP 50
EF 50
FR 20

Dari hasil tabel peratingan diatas, dapat diketahui bahwa Perawat 10


memiliki beban kerja dengan skala MD sebesar 70, PD sebesar 30, TD sebesar 80,
OP sebesar 50, EF sebesar 50 dan FR sebesar 20. Dengan skala tertinggi pada MD
(Mental Demand), kemudian rating terendah ada pada FR (Frustation Level).

4.1.2.1 Klasifikasi Beban Kerja Mental


Klasifikasi dibawah ini merupakan penjelasan dari Hart dan Staveland,
1981 dalam Modul Beban Kerja Mental Laboratorium DSK&E Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia, 2017. Skor beban kerja yang di peroleh sebagai
berikut :
Tabel 44 Klasifikasi Beban Kerja Mental
Golongan Beban Kerja Mental Nilai
Rendah 0-9
Sedang 10-29
Agak Tinggi 30-49
Tinggi 50-79
Sangat Tinggi 80-100

(Sumber Modul Beban Kerja Mental Laboratorium DSK&E Teknik Industri


Universitas Islam Indonesia, 2017.)
I-63

4.2 Pengolahan Data


Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah
pengolahan data untuk mengetahui jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.
Berikut merupakan pengolahan data pada penelitian ini.
4.2.1 Penerapan Metode NASA TLX (National Aeronautics and Space
Administration–Task Load Index)
Beban kerja mental merupakan penilaian pekerja bersamaan dengan
tuntutan- tuntutan pekerjaannya dengan kapasitas yang dimiliki. Sehingga apabila
tuntutan kerja lebih tinggi dari kapasitas yang dimiliki, maka akan menimbulkan
beban kerja mental pada pekerja. Pada penelitian ini pengukuran beban kerja
mental dengan menggunakan metode NASA TLX (National Aeronautics and
Space Administration–Task Load Index) perhitungannya dilakukan dengan cara
mengalikan bobot dan rating berdasarkan penilaian responden dari hasil kuisioner.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tuntutan pekerjaan yang
dilakukan pengukuran beban kerja mental dilakukan pada 10 orang perawat di
Puskesmas Banjar dengan membagikan kuisioner kepada perawar dibagian IGD
1. Rata– Rata Beban Kerja Mental Pekerja Unit Gawat Darurat (UGD) di
Puskesmas Banjar
Perhitungan beban kerja mental didasarkan pada hasil pembobotan dan
peratingan yang telah diberikan responden dalam bentuk kuisioner NASA-TLX.
Beban kerja mental dihitung dengan mengalikan bobot dan rating untuk masing-
masing indikator yang sudah tersedia.
Berikut merupakan hasil perhitungan beban kerja mental masing- masing
perawat di Puskesmas Banjar.
1. Perawat 1
Tabel 45 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 1
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 70 2 140
2 PD 80 2 160
3 TD 80 2 160
4 OP 70 3 210
5 EF 80 2 160
6 FR 90 4 360
7 Total 15 1190
I-64

Dengan nilai MD sebesar 140, nilai PD sebesar 160, nilai TD sebesar 160,
nilai OP sebesar 210, nilai EF sebesar 160 dan nilai FR 360. Jadi total nilai beban
kerja mental perawat 1 adalah 1190.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
1190
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 80,0

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 1190 = 80,0
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 1 memiliki nilai sebesar 80,0 masuk dalam kategori sangat tinggi.
2. Perawat 2
Tabel 46 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 2
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 80 3 240
2 PD 70 4 280
3 TD 75 1 75
4 OP 80 3 240
5 EF 80 2 160
6 FR 60 2 120
7 Total 15 1115

Dengan nilai MD sebesar 240, nilai PD sebesar 280, nilai TD sebesar 75, nilai
OP sebesar 240, nilai EF sebesar 160 dan nilai FR 1200. Jadi total nilai beban
kerja mental Perawat 2 adalah 1115.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
1115
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 74,33

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 1115 = 74,33
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
I-65

Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 2 memiliki nilai sebesar 74,33 masuk dalam kategori tinggi.
3. Perawat 3
Tabel 47 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 3
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 70 3 210
2 PD 50 4 200
3 TD 90 3 270
4 OP 70 1 70
5 EF 70 2 140
6 FR 60 2 320
7 Total 15 1010

Dengan nilai MD sebesar 210, nilai PD sebesar 200, nilai TD sebesar 270,
nilai OP sebesar 70, nilai EF sebesar 140 dan nilai FR 320. Jadi total nilai beban
kerja mental Perawat 3 adalah 1010.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
1010
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 67,33

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 1010 = 67,33
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 3 memiliki nilai sebesar 67,33 masuk dalam kategori tinggi.
4. Perawat 4
Tabel 48 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 4
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 80 4 320
2 PD 60 2 120
3 TD 50 2 100
4 OP 70 3 210
5 EF 40 3 120
6 FR 30 1 30
7 Total 15 900
I-66

Dengan nilai MD sebesar 320, nilai PD sebesar 120, nilai TD sebesar 100,
nilai OP sebesar 210, nilai EF sebesar 120 dan nilai FR 30. Jadi total nilai beban
kerja mental Perawat 4 adalah 900.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
900
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 60

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 900 = 60
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 4 memiliki nilai sebesar 60 masuk dalam kategori tinggi.

5. Perawat 5
Tabel 49 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 5
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 50 1 50
2 PD 40 2 80
3 TD 40 3 120
4 OP 80 5 400
5 EF 70 4 280
6 FR 30 0 0
7 Total 15 930

Dengan nilai MD sebesar 50, nilai PD sebesar 80, nilai TD sebesar 120, nilai
OP sebesar 400, nilai EF sebesar 280 dan nilai FR 0. Jadi total nilai beban kerja
mental Perawat 5 adalah 930.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
930
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 62

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 930 = 62
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
I-67

Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 5 memiliki nilai sebesar 62 masuk dalam kategori tinggi.

6. Perawat 6
Tabel 50 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 6
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 90 3 270
2 PD 20 2 40
3 TD 30 2 60
4 OP 90 3 270
5 EF 70 2 140
6 FR 80 3 240
7 Total 15 1020
Dengan nilai MD sebesar 270, nilai PD sebesar 40, nilai TD sebesar 60, nilai
OP sebesar 270, nilai EF sebesar 140 dan nilai FR 240. Jadi total nilai beban kerja
mental Perawat 6 adalah 1020.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
1020
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 68

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental =
1020
=
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15

68
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 6 memiliki nilai sebesar 68 masuk dalam kategori tinggi.

7. Perawat 7
Tabel 51 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 7
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 90 1 90
2 PD 70 3 210
3 TD 80 3 240
4 OP 60 4 240
5 EF 50 3 150
6 FR 80 1 80
7 Total 15 1010
I-68

Dengan nilai MD sebesar 90, nilai PD sebesar 210, nilai TD sebesar 240, nilai
OP sebesar 240, nilai EF sebesar 150 dan nilai FR 80. Jadi total nilai beban kerja
mental Perawat 7 adalah 1010.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
1010
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 67,33

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 1010 = 67,33
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 7 memiliki nilai sebesar 67,33 masuk dalam kategori tinggi.

8. Perawat 8
Tabel 52 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 8
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 70 2 140
2 PD 60 2 120
3 TD 80 3 240
4 OP 85 2 170
5 EF 75 3 225
6 FR 65 3 195
7 Total 15 1090
Dengan nilai MD sebesar 140, nilai PD sebesar 120, nilai TD sebesar 240,
nilai OP sebesar 170, nilai EF sebesar 225 dan nilai FR 195. Jadi total nilai beban
kerja mental Perawat 8 adalah 1090.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
1090
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 72,66

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 1090 = 72,66
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
I-69

Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 8 memiliki nilai sebesar 72,66 masuk dalam kategori tinggi.

9. Perawat 9
Tabel 53 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 9
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 90 4 360
2 PD 30 3 90
3 TD 70 3 210
4 OP 60 2 120
5 EF 50 3 150
6 FR 10 0 0
7 Total 15 930
Dengan nilai MD sebesar 360, nilai PD sebesar 90, nilai TD sebesar 210, nilai
OP sebesar 120, nilai EF sebesar 150 dan nilai FR 0. Jadi total nilai beban kerja
mental Perawat 9 adalah 930.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
930
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 62

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 930 = 62
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat Eva Erlina memiliki nilai sebesar 62 masuk dalam kategori tinggi.

10. Perawat 10
Tabel 54 Perhitungan Beban Kerja Mental Perawat 10
No Kategori Rating Bobot Nilai
1 MD 70 2 140
2 PD 30 1 30
3 TD 80 4 320
4 OP 50 4 200
5 EF 50 3 150
6 FR 20 0 0
7 Total 15 840
I-70

Dengan nilai MD sebesar 140, nilai PD sebesar 30, nilai TD sebesar 320, nilai
OP sebesar 200, nilai EF sebesar 150 dan nilai FR 0. Jadi total nilai beban kerja
mental Perawat 10 adalah 840.
Contoh Perhitungan
∑( Bobot x Rating)
Skor Beban Kerja =
15
840
Skor Beban Kerja =
15
Skor Beban Kerja = 56

Skor Beban Kerja Mental =


∑ Nilai Beban Kerja Mental = 840 = 56
∑ Bobot Beban Kerja Mental 15
Pada Tabel di atas setelah dihitung dapat diketahui data nilai beban kerja
mental dari ke 10 responden. Data nilai beban kerja mental dari responden
Perawat 10 memiliki nilai sebesar 56 masuk dalam kategori tinggi.

4.2.2 Perhitungan Beban Kerja Mental Rata-rata


Dari data yang diperoleh dari hasil skor beban kerja mental dapat diratakan
dengan cara sebagai berikut:
Tabel 55 Perhitungan Beban Kerja Mental Rata-Rata
Rata- Rata
No Nama Perawat Skor Beban Kerja Beban Kerja
Mental
1 Perawat 1 80.0

2 Perawat 2 74.33

3 Perawat 3 67.33

4 Perawat 4 60

5 Perawat 5 62 66.89

6 Perawat 6 68

7 Perawat 7 67.33

8 Perawat 8 72.66

9 Perawat 9 62

10 Perawat 10 56
I-71

ΣNilai Beban Kerja Mental 668.98


Skor rata-rata beban kerja mental = = =
ΣJumlah perawat 10
66.89

Tabel 56 Klasifikasi Beban Kerja Mental Perawat Puskesmas Banjar

No Nama Perawat Skor Beban Kerja Kategori

1 Perawat 1 80.0 Sangat Tinggi

2 Perawat 2 74.33 Tinggi

3 Perawat 3 67.33 Tinggi

4 Perawat 4 60 Tinggi

5 Perawat 5 62 Tinggi

6 Perawat 6 68 Tinggi

7 Perawat 7 67.33 Tinggi

8 Perawat 8 72.66 Tinggi

9 Perawat 9 62 Tinggi

10 Perawat 10 56 Tinggi

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk 10 responden yang ada
di Puskesmas Banjar. Setelah Dihitung ternyata hampir semua pekerja perawat di
Puskesmas Banjar memiliki beban kerja tinggi, yaitu 9 dari 10 perawat masuk
kedalam kategori tinggi sedangkan 1 orang perawat memiliki beban kerja yang
masuk pada kategori sangat Tinggi. Selanjutnya yaitu menghitung rata- rata beban
kerja mental pekerja di Puskesmas Banjar. Perhitungan rata- rata bertujuan untuk
mengetahui skor beban kerja mental keseluruhan dari perawat.

Contoh Perhitungan :
Skor beban kerja mental rata-rata dari masing-masing operator
Jumlah skor bebankerjamental
=
jumlah perawat
668.98
=
10
I-72

= 66.89
Skor beban kerja mental rata-rata dari masing-masing Perawat UGD sebesar
66.89 termasuk ke dalam kategori beban kerja mental yang tinggi.

BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Skor Beban Kerja Mental Perawat UGD Dengan NASA-TLX


Dari hasil kuisioner NASA- TLX yang di ambil dari perawat Puskesmas
Banjar di bagian Unit Gawat Darurat (UGD). Responden meliputi pekerja yang
berada di dalam ruangan tindakan dengan berjumlah 10 orang responden dengan
mengisi kuisioner pembobotan dan perantingan berikut adalah hasil pembobotan
dan perantingan (Mustfa 2012).
1. Pada tahap pemberian bobot yang menyajikan 15 pasang jenis indikator
kemudian di isi oleh perawat dengan cara memilih salh satu pasangan
I-73

indikator yang menurut perawat itu lebih dominan dengan kondisi pada saat
bekerja, dari ke 10 responden didapatkan bobot rara-rata yaitu sebesar 66.89
termasuk ke dalam kategori beban kerja mental yang tinggi.
2. Selanjutnya Perantingan yaitu pemberian skor pada tiap indikator 1-100
sehingga responden dapat memberikan skor yang sesuai dengan kriteria
indikator pada saat melakukan pekerjaannya. Berikut ini merupakan
perantingan yang di lakukan di Puskesmas Banjar. Hasil perkalian
pembobotan dan perantingan kuisioner NASA-TLX di Puskesmas Banjar
maka di dapatkan skor beban kerja sangat tinggi yaitu Perawat 1 dengan
skor 80,0 masuk kedalam kategori sangat tinggi.
Hasil dari perkalian pembobotan dan perantingan kuisioner NASA-TLX di
Puskesmas Banjar maka di dapatkan skor beban kerja kerja sangat tinggi yaitu 1
perawat dengan skor beban kerja 80 masuk kedalam kategori sangat tinggi,
sedangkan 9 perawat lainya masuk kedalam kategori tinggi dengan skor beban
kerja masing- masing. Perawat 2 memiliki nilai skor beban kerja sebesar 74.33
Perawat 3 memiliki nilai skor beban kerja sebesar 67.33 Perawat 4 memiliki nilai
skor beban kerja sebesar 60 Perawat 5 memiliki nilai skor beban kerja sebesar 62
Perawat 6 memiliki nilai skor beban kerja sebesar 68 Perawat 7 memiliki nilai
skor beban kerja sebesar 67.33 Perawat 8 memiliki nilai skor beban kerja sebesar
72.66 Perawat 9 memiliki nilai skor beban kerja sebesar 62 dan Perawat 10
memiliki nilai skor beban kerja sebesar 56. Sehingga harus membatasi kegiatan
kerja agar beban kerja mental perawat tidak mengalami kenaikan atau mengalami
strees yang berlebih di butuhkan istirahat yang cukup dan melakukan aktivitas
lainya agar dapat mengurangi beban kerja mental yang di alami perawat.

5.2 Analisa Skor Beban Kerja Tertinggi di Divisi (UGD)


Dalam Menjalankan tugasnya seorang perawat tidak terlepas dari strees,
karena masalah strees tidak dapat dilepaskan dari dunia kerja. Dengan semakin
bertambhanya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin besar kemungkian seorang
perawat mengalami strees kerja, setiap jenis pekerjaan tidak terlepas dari tekanan-
tekanan baik dari dalam maupun dari luar yang menimbulkan strees bagi para
pekerjanya. Dalam proses bekerjanya hasil atau akibatnya perawat dapat
I-74

mengalami strees, yang dapat berkembang menjadikan perawat sait fisik dan
mental, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal (Widyasari,2010) dan
menurut hasil survey dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun
2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia
megalami strees kerja, sering pusing lelah, tidak bisa beristirahat karena beban
kerja terlalu tinggi dan banyak menyita waktu.
Selain itu, berdasarkan hasil pengolahan data sebelumnya diketahui bahwa
beban kerja mental tertinggi yang dialami perawat Unit Gawat Darurat (UGD) di
Puskesmas Banjar Pandeglang terjadi pada Perawat 1 dengan skor beban kerja
mental 80. Dilihat dari segi pelaksanaan tugas yang dilakukan Perawat 1 telah
melakukan sesuai tugas yang seharunya dikerjakannya. Dari hasil pengamatan
pula, diketahui bahwa perawat melaksanakan kegiatan kerja yang tidak hanya
melibatkan fisik, tetapi juga mental. Perawat UGD juga merupakan tenaga kerja
yang memiliki kemampuan untuk tetap dapat menjaga performa kerjanya baik
dalam berbagai kondisi keadaan pasien.
Menurut (Nofia Ardiyanti, dkk 2017) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi beban kerja mental perawat di antarnya : Riwayat penyakit, status
gizi, masa kerja , Umur, dan jenis kelamin. Dari banyaknya faktor tersebut maka
bisa dikatakan perawat 1 ini dipengaruhi oleh lama nya bekerja berdasarkan data
responden.
Masa kerja dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif, akan
memberi pengaruh positif pada kinerja personal karena dengan bertambahnya
masa kerja maka pengalaman dalam melaksanakan tugasnya semakin bertambah.
Sebaliknya akan memberi pengaruh negatif apabila semakin bertambahnya masa
kerja maka akan muncul kebiasaan pada tenaga kerja (Nofia Ardiyanti, dkk 2017).

5.3 Analisa Nilai Rata-rata Beban Kerja Mental Perawat UGD


Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan tempat pelayanan darurat untuk
pasien yang butuh pertolongan medis segera yang di adakan di setiap Puskesmas
atau Rumah Sakit. Perkembangan medis merupakan hal terpenting yang harus
dijalankan agar pelayanan kepada pasien bisa tertangani dengan baik. Untuk
menghindari adanya kematian pasien dikarenakan kondisi darurat, maka
I-75

penanganan medis pertama adalah UGD, di setiap kondisi perkembangan pasien


baik dan buruknya tidak boleh salah dalam penanganan. Pengalaman Perawat
UGD puskesmas dalam merawat korban kecelakaan lalu lintas merupakan
pengalaman yang kompleks. Implikasi secara teori adalah permasalahan yang di
hadapi oleh perawat UGD (Riza, 2018).
Berdasarkan hasil kuisioner NASA- TLX dari 10 perawat UGD di
Puskesmas Banjar memiliki rata- rata beban kerja mental sebesar 66.89 yang
tergolong dalam kategori tinggi. Dari ke 10 responden tersebut terdapat 1 perawat
dalam kategori sangat tinggi, Sembilan perawat lainya dalam kategori tinggi. Skor
tersebut tentunya didapatkan dari hasil penilaian masing- masing responden secara
subjektif yang tentunya penilaian setiap orang berbeda. Namun bisa dipastikan
bahwa skor beban kerja yang didapatkan merupakan kondisi yang dialami pekerja
dalam melakukan pekerjaan.
Munculnya beban kerja mental perawat tidak lain dipengaruhi oleh beban
perawat itu sendiri dari kondisi lingkungan yang menjadi faktor external.
Sedangkang faktor internalnya yaitu seperti perbedaan usia, jenis kelamin dan
lamanya bekerja. Dilihat dari data responden lebih cenderung pada masa kerja
yaitu enam perawat kurang ≤ 5 tahun. Sehingga Kurangnya pengalaman dalam
bekerja, masa kerja dapat mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif,
akan memberi pengaruh positif pada pekerja personal karena dengan
bertambahnya masa kerja maka pengalaman dalam melaksanakan tugasnya seakin
bertambah. Dan empat perawat lainya berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, di ketahui bahwa responden merasa lebih cepat lelah pada umur > 40
tahun, bahkan sering merasa mengantuk.
Beberapa responden mengungkapkan bahwa umur sangat berpengaruh
dalam mereka bekerja karena hal tersebut dapat menyebabkan menurunya
konsentrasi dalam bekerja. Bertambahnya umur akan diikutu penurunan; Vo2 max,
tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat
keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek. Demikian pengaruh umur
harus selalu dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada seseorang
(Nofia Ardiyanti, dkk 2017)
I-76

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Banjar di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari hasil pengolahan data di dapatkan hasil skor beban kerja mental
hampir semua perawat UGD di Puskesmas Banjar mengalami skor beban
kerja mental yang tinggi di antaranya yaitu : Perawat 1 skor beban kerja
mental 80.0 masuk dalam kategori sangat tinggi, perawat 2 sebesar 74.33,
perawat 3 sebesar 67.33, perawat 4 sebesar 60.0, perawat 5 sebesar 62.0,
perawat 6 sebesar 68.0, perawat 7 sebesar 67.33, perawat 8 sebesar 72.66
I-77

perawat 9 sebesar 62.0, dan trakhir perawat 10 sebesar 56.0. Semua


perawat UGD dikategori Tinggi terkecuali perawat 1.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa perawat yang
memiliki beban kerja mental Sangat Tinggi adalah Perawat 1 dengan skor
Beban kerja 80,0 masuk kedalam kategori sangat tinggi.
3. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan skor rata- rata Beban Kerja
Mental perawat UGD di Puskesmas Banjar yaitu sebesar 66.89 termasuk
ke dalam kategori Beban Kerja Mental yang tinggi.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Banjar di
dapatkan saran penelitian dan saran terkait tempat penelitian sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya di harapkan untuk meneliti di bagian Badan
pemeriksaan untuk membandingkan perawat mana yang lebih tinggi skor
beban kerjanya.
2. Penelitian Selanjutnya juga dapat di tempat puskesmas lain.
3. Penelitian selanjutnya di harapkan melakukan penelitian di bulan Maret-
April untuk membandingkan dengan bulan sebelumnya.
4. Pada penelitian berikutnya di harapkan menambahkan metode lain

DAFTAR PUSTAKA

Fithri, Prima & Windi Fitri Anisa. Pengukuran Beban Kerja Psikologis dan
Fisiologi Pekerja di Industri Tekstil. Jurnal Optimasi Sistem Industri- VOL.
16 NO. 2 (2017) 120-130.
Tarwaka, Solichul Ha dan Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas.Surakarta: UNIBA PRESS.
Lestari, Neta Dian (2017). Perbedaan Hasil Belajar Akutansi Siswa Dalam
Penerapan Konsep Psikologi kapital Intelektual Dengan Kapital Sosial DI
SMK MUHAMMADIYAH 2 PALEMBANG. Jurnal Neraca Vol.1 No.1, Juni
2017: 75-98.
I-78

Riza Desima. TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN PERILAKU


CARING PERAWAT. JURNAL KEPERAWATAN,ISSN 2086-3071. Volume
4, Nomor 1, Januari 2013 :43-55.
Depkes RI, 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas, Jakarta.
T. Fariz Hidayat, Sugiharto Pujaongkoro, dan Anizar. PENGUKURAN BEBAN
KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH
SAKIT XYZ. Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 2, No. 1, Mei 2013 pp. 42-
47
Widodo Hariyono, Dyah Suryani, Yanuk wulandari. HUBUNGAN ANTARA
BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN
KELELAHAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM
YOGYAKARTA PDHI KOTA YOGYAKARTA. KES MAS Vol. 3, No. 3,
September 2009 : 162-232
Nofia Andryanti, Ida Wahyuni, Suroto, Siswi jayanti. HUBUNGAN BEBAN
KERJA MENTAL DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA
KEPERAWATAN DAN TENAGA KEBIDANAN DI PUSKESMAS MLATI II
SLEMAN YOGYAKARTA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volum 5, Nomor
5, Oktober 2017 (ISSN:2356-3346)
Munandar, 2008. Psikologi Industri dan Organisasi, UI pres, Jakarta
Mutia, Mega. 2014. Pengukuran Beban Kerja Fisiologis dan Psikologis pada
operator Pemetikan Teh dan Operator Produksi The Hijau Di PT. Mitra
Kerinci .Padang
I-79

LAMPIRAN
I-80

Anda mungkin juga menyukai