Anda di halaman 1dari 130

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ANALISIS IMPLEMENTASI CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT


SYSTEM (CSMS) PADA TAHAP PELAKSANAAN DI PT. MULTIKARYA
ASIA PASIFIK RAYA PADA PROYEK PT. PERTAMINA EP ASSET 3
FIELD JATIBARANG TAHUN 2019

SKRIPSI

BUSTANI ANGGIT NUGROHO


20170301038

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ANALISIS IMPLEMENTASI CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT


SYSTEM (CSMS) PADA TAHAP PELAKSANAAN DI PT. MULTIKARYA
ASIA PASIFIK RAYA PADA PROYEK PT. PERTAMINA EP ASSET 3
FIELD JATIBARANG TAHUN 2019

SKRIPSI
Untuk memenuhi tugas akhir pada fakultas Ilmu-ilmu kesehatan Universitas
Esa Unggul

BUSTANI ANGGIT NUGROHO


20170301038

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019

ii
Scanned by CamScanner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bustani Anggit Nugroho


NIM : 20170301038
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang, 13 Juni 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Pancoran Barat I RT. 006/003
Pancoran Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12760
No. Telepon/ Hp : 081219133612
E-mail : rmi.anggit@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1994 – 1999 : SD Negeri 01 Bantarbolang Pemalang
2000 – 2003 : SMP Pondok Modern Daaru Ulil Albab Warurejo
2004 – 2006 : SMA Pondok Modern Selamat Kendal
2007 – 2010 : Poltekkes Negeri Jakarta 1 Jurusan Keperawatan
2017 – 2019 : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Contractor
Safety Manegement System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang Tahun
2019”
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt, selaku Dekan Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
2. Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK, selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK Selaku Dosen Pembimbing Akademik
serta Pembimbing Praktik Lapangan yang telah memberikan waktu dan
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Skripsi ini.
4. Ibu Decy Situngkir, S.KM, M.KKK selaku Dosen penguji yang telah
menyediakan waktu untuk memberikan kritik dan saran dalam penyusunan
Skripsi ini agar lebih baik.
5. Ibu Devi Angeliana Kusumaningtiar, S.KM., M.PH selaku Dosen penguji
yang telah menyediakan waktu untuk memberikan kritik dan saran dalam
penyusunan Skripsi ini agar lebih baik.
6. Bapak Satria Dwi Parindra, S.T selaku HSE Manager yang telah membantu
penulis dalam mendapatkan data dan informasi mengenai Penerapan
Contractor Safety Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang.
7. Seluruh tim divisi HSE dan operasional PT Multikarya Asia Pasifik Raya,
Bapak Arif Santoso, Mas Budi Kurniawan, Kang Aradea Rosidiansyah yang
telah banyak membantu memberikan informasi terkait implementasi

vii
Contractor Safety Manegement System dan serta memberikan saran dalam
pengerjaan Skripsi ini.
8. Seluruh pihak PT. Multikarya Asia Pasifik Raya yang telah banyak
membantu dalam proses memperoleh data yang saya perlukan.
9. Orang tuaku tercinta Uti dan Aung yang tiada hentinya berdoa untuk
kebaikan dan kesuksesan anaknya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan tepat waktu.
10. Istriku tercinta Ika Siskawati yang selalu pengertian dan memberikan
semangat serta dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Putra dan Putriku tersayang Arjuno Malik Nugroho dan Arimbi Malika
Nugroho yang menjadi semangat penulis serta sangat pengertian hingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
12. Mentor Saya Mba Siti Nurul Zainab yang selalu dengan ikhlas telah banyak
membantu serta memberikan dukungan dan memberikan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat satu bimbingan dan satu perjuangan Erdiana Yuniarti, Darma
Saputra, Ceu Laosma Sipahutar, Mariam Mulia, M. Zaki teman praktek
lapangan yang banyak memberikan semangat dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, serta sahabat lain yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu per satu.
14. Teman-teman satu angkatan paralel 2017 yang menjadi teman suka duka
selama menjalani proses perkuliahan dan memberikan dukungan untuk tetap
semangat membuat skripsi ini.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan ini masih
terdapat banyak kekurangan. Penulis berharap ini dapat berguna bagi semua
pihak.

Jakarta, 23 Agustus 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

Nama : Bustani Anggit Nugroho

Program Studi : Kesehatan Masyarakat


Judul : Analisis Implementasi Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap
pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya
pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang Tahun 2019.
Contractor Safety Management System merupakan dokumen standar yang
dibutuhkan baik bagi kontraktor sebagai pemberi kerja maupun dari sisi mitra
kerja sebagai penyedia tenaga kerja tujuannya agar sistem bisa berjalan dan angka
kecelakaan kerja bisa diturunkan (PT. Pertamina EP, 2011). Menurut evaluasi
perusahaan pada penilaian berjalan diduga hasil penilaian evaluasi sementara yang
menurun pada bulan Januari, Februari dan bulan Maret 2019 adalah kurangnya
konsistensi dari para pekerja baik dari aspek Inspeksi HSE dan Program
Implementasi HSE Plan. Tujuan penelitian menganalisis implementasi CSMS
pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019 melibatkan karyawan yang
mengetahui proses CSMS dengan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa perlu dilakukan sosialisasi kembali terhadap personil
yang belum mengerti peran dan tanggung jawabnya dalam melakukan
implementasi HSE, ketegasan dari supervisor masih sangat kurang, tidak adanya
personil HSE di area pekerjaan tersebut juga menjadi masalah dalam proses
pengawasan pekerja dan dokumentasi-dokumentasi program yang telah disepakati
pada HSE Plan. Saran kepada perusahaan refresh sosialisasi atau briefing tentang
checklist pemeriksaan inspeksi HSE terhadap personil dan program implementasi
HSE Plan yang telah disepakati antara user dan kontraktor sebelum pekerjaan
dimulai, perlunya pengawasan yang lebih konsisten oleh supervisor kepada para
personil

Kata kunci : Contractor Safety Management System, Penilaian Berjalan,


Evaluasi Sementara.
6 BAB, 73 Halaman, 15 Tabel, 2 Gambar
Perpustakaan : 27 (2001-2019)
Lampiran : 33

x
ABSTRACT

Nama : Bustani Anggit Nugroho


Program Studi : Public Health
Judul : Analysis of the implementation of the Contractor
Safety Management System (CSMS) at the
implementation stage at PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya on the PT. Pertamina EP Asset 3
Jatibarang Field in 2019

CSMS is a document the required standards better for contractors in an


employer as well as between the the side of a partner of the as the insurer of the
on the workforce for individuals the aim is to the venomous system takes a walk
and then the number of work accident can be lowered (PT. Pertamina EP, 2011).
According to a subsidiary to us company evaluations of the restructurization of
assumed to proceeds of the assessment of which had tended to fall January,
February and March 2019 is the lack of the consistency of the multitude the
country working essentially and perfectly morally good from the aspect of HSE
inspection and his controversial reform program the implantation of the HSE
plan. Research objectives analyzed the hour by hour the implantation of the
CSMS during the preparatory phase of the implementation of the in reinsurance
firm PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang Tahun 2019 involving employee who know the correct process
CSMS and qualitative research was conducted. Based on the research suggests
that needs to be done on the back against personnel who did not understand the
roles and responsibilities in conducting the HSE, firmness of supervisor is very
weak, no personnel HSE in the area that work is also became a problem in the
supervision of workers and document program that has been prepared in the HSE
plan. Advice to the company refreshed a briefing about the socialization or
checklist HSE examination inspection programs and personnel to the HSE plan
agreed between user and contractors before work began, the need to create a
more consistent by supervisor to the personnel
Keyword: Contractor Safety Management System, walktrough Assesment ,
temporary evaluation
6 CHAPTER, 73 Pages, 15 Tables, 2 Picture
Library : 27 (2001-2019)
Attachment : 33

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. ix
ABSTRAK ............................................................................................................... x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................. 8
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9
2.1 Landasan Teori ............................................................................................. 9
2.1.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) ........................................................................................................ 9
2.1.2 Definisi Kontraktor ............................................................................ 11
2.1.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Kontraktor .................................................................................... 12
2.1.4 Dasar Pelaksanaan Contractor Safety Management System
(CSMS) ....................................................................................................... 25
2.2 Kerangka Teori............................................................................................ 29
2.3 Penelitian Terkait ........................................................................................ 30
3. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 33
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 33
3.2 Definisi Operasional ................................................................................... 34
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 34
3.4 Jenis Penelitian ............................................................................................ 35
3.5 Informan Penelitian .................................................................................... 35
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 35
3.7 Teknik Keabsahan Data .............................................................................. 37
3.8 Analisis Data ............................................................................................... 37
4. HASIL PENELITIAN .................................................................................... 39
4.1 Gambaran Pemeriksaan Inspeksi HSE di PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang .................. 39

xii
4.2 Gambaran Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang ........................................................................................... 49
4.3 Gambaran Penilaian Evaluasi Sementara di PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang .................. 61
5. PEMBAHASAN .............................................................................................. 66
5.1. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 66
5.2. Gambaran Pemeriksaan Inspeksi HSE di PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang ................. 66
5.3. Gambaran Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang .......................................................................................... 69
5.4. Gambaran Penilaian Evaluasi Sementara di PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang ................. 71
6. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 73
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 73
6.2 Saran............................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA …........................................................................................77
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 29


Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 33

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terkait ................................................................................ 30


Tabel 4.1 Hasil Telaah dokumen pedoman kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE 40
Tabel 4.2 Hasil Telaah dokumen tugas personil yang terlibat pemeriksaan
inspeksi HSE ......................................................................................................... 42
Tabel 4.3 Hasil Telaah dokumen pengawasan pada pemeriksaan inspeksi HSE . 44
Tabel 4.4 Hasil Observasi Pemeriksaan Inspeksi HSE ........................................ 45
Tabel 4.5 Hasil Telaah dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE ................ 47
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pemeriksaan Inspeksi HSE ........................................ 47
Tabel 4.7 Hasil Telaah dokumen pedoman pemeriksaan program implementasi
HSE Plan............................................................................................................... 51
Tabel 4.8 Hasil Telaah dokumen pedoman kegiatan pemeriksaan program
implementasi HSE plan. ....................................................................................... 53
Tabel 4.9 Hasil Telaah dokumen tugas personil yang terlibat pemeriksaan
implementasi HSE plan ........................................................................................ 55
Tabel 4.10 Hasil Telaah dokumen pengawasan pada pemeriksaan inspeksi HSE
............................................................................................................................... 57
Tabel 4.11 Hasil Observasi Pemeriksaan Implemantasi HSE Plan ..................... 58
Tabel 4.12 Hasil Telaah dokumen dokumentasi pada pemeriksaan program
implementasi HSE plan ........................................................................................ 60
Tabel 4.13 Hasil Observasi Pemeriksaan Inspeksi HSE ...................................... 60
Tabel 4.14 Hasil Telaah dokumen dokumentasi pada penilaian evaluasi sementara
............................................................................................................................... 63
Tabel 4.15 Hasil Telaah dokumen dokumentasi pada penilaian evaluasi sementara
............................................................................................................................... 64

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Formulir persetujuan (informed consent)


Lampiran II Pedoman wawancara
Lampiran III Lembar checklist
Lampiran IV Keterangan lolos kaji etik
Lampiran V Formulir persetujuan pengambilan data penelitian
Lampiran VI Surat balasan penelitian
Lampiran VII Matriks wawancara
Lampiran VIII Hasil lembar checklist telaah dokumen
Lampiran IX Hasil observasi
Lampiran X Formulir bimbingan skripsi
Lampiran XI Absen wawancara pengambilan data penelitian
Lampiran XII Pengisian informed consent

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegagalan pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan dan pada saat
kecelakaan kerja seberapapun kecilnya akan mengakibatkan efek kerugian
(loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja, yaitu kelelahan
(fatigue), kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working
condition), kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training; karakteristik
pekerjaan itu sendiri (Sucipto, 2014).
Dikatakan bahwa 80% penyebab kecelakaan merupakan perilaku yang
tidak aman sehingga kontrol rekayasa saja tidak cukup dan harus mulai beralih
atau ditambah dengan kontrol manajerial. Kecelakaan tertinggi didapati di
industri yang memproduksi alat berat, pengeboran minyak dan gas bumi dan
industry konstruksi (Salami, 2016).
Menurut perkiraan terbaru yang dikeluarkan oleh International Labour
Organization (ILO) pada tahun 2017, terdapat 2,78 juta pekerja meninggal
setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4
juta atau 86,3% dari kematian ini dikarenakan penyakit akibat kerja,
sementara lebih dari 380.000 atau 13,7% dikarenakan kecelakaan kerja.
Setiap tahun, ada hampir seribu kali lebih banyak kecelakaan kerja non fatal
dibandingkan kecelakaan kerja fatal. Kecelakaan non fatal diperkirakan
dialami 374 juta pekerja setiap tahun dan banyak dari kecelakaan ini memiliki
konsekuensi yang serius terhadap kapasitas penghasilan para pekerja (ILO,
2018).
Menurut The International Association of Oil and Gas Producers (OGP)
jika dilihat dari data accident fatality yang terdiri dari 62 perusahaan yang
tersebar di beberapa negara, terlihat jelas tingginya angka kecelakaan kerja
yang terjadi pada kontraktor lebih besar dibandingkan dengan karyawan
perusahaan itu sendiri, dari data yang di publikasikan oleh IOGP dari tahun
2007 sampai dengan 2016 tingkat kecelakaan fatal perusahaan dan kontraktor

1
Universitas Esa Unggul
2

selama 100 juta jam kerja, bahwa kontraktor selalu menduduki tingkat
pertama untuk kasus kecelakaan fatal (OGP, 2017)
Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan jumlah kasus kecelakaan
kerja terus menurun. Tahun 2015 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 110.285
kasus, sedangkan tahun 2016 sejumlah 105.182 kasus, sehingga mengalami
penurunan sebanyak 4,6%. Sedangkan sampai Bulan Agustus tahun 2017
terdapat sebanyak 80.392 kasus. Salah satu penyebab kecelakaan kerja
tersebut adalah belum optimalnya pengawasan dan pelaksanaan K3 serta
perilaku K3 di tempat kerja. Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata
untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja secara maksimal (Kemenkes RI, 2018).
Menurut SKK Migas pada tahun 2016 tercatat jumlah jam kerja
karyawan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan mitra kerja pada
kegiatan usaha hulu migas sebesar 358 juta jam yang berasal dari 48 KKKS
Produksi, 33 KKKS Eksplorasi dan 7 KKKS tahap EPC/Proyek yang aktif
menyampaikan laporan secara periodik kepada Divisi Penunjang Operasi
SKK Migas. Berdasarkan kategori utama, jumlah korban kecelakaan tambang
fatal pada tahun 2016 terbanyak terjadi pada kegiatan eksploitasi, dengan
jumlah korban sebanyak 3 orang (75%), sedangkan pada kegiatan eksplorasi
sebanyak 1 orang (25%). Dapat dilaporkan juga bahwa tahun 2012-2015
semua kecelakaan terjadi pada kegiatan eksploitasi. SKK Migas juga
mencatat jumlah korban kecelakaan tambang fatal pada kegiatan usaha hulu
migas sebanyak 4 korban lebih dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 6
korban atau terjadi penurunan sebesar 33%. Apabila dibandingkan dengan
periode sebelumnya (2011-2015) jumlah korban kecelakaan tambang fatal
tahun 2016 adalah yang terkecil dimana semua korban yang meninggal
berasal dari mitra kerja (SKK Migas, 2018).
Contractor Safety Management System (CSMS) merupakan dokumen
standar yang dibutuhkan baik bagi kontraktor sebagai pemberi kerja maupun
dari sisi mitra kerja sebagai penyedia tenaga kerja tujuannya agar sistem bisa
berjalan dan angka kecelakaan kerja bisa diturunkan. Contractor Safety
Management System (CSMS) merupakan sistem yang dikelola untuk

Universitas Esa Unggul


3

memastikan bahwa kontraktor telah memiliki sistem manejemen HSE dan


telah memenuhi persyaratan HSE yang berlaku serta menerapkan
persyaratan HSE dalam pekerjaan kontrak yang dilaksanakan (PT. Pertamina
EP, 2011).
Pada penelitian sebelumnya mengenai implementasi Contractor Safety
Management System (CSMS) yang dilakukan oleh Lukiatsinto dan Widajati
(2014) pada proyek PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, dikatakan
bahwa PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap mulai mengimplementasikan
CSMS pada tahun 2011, dimana seharusnya sejak CSMS diberlakukan
angka kejadian fatality dapat menurun bahkan tidak terdapat kejadian
kecelakaan kerja ringan. Sedangkan dari data yang diperoleh, kejadian
kecelakaan kerja masih terjadi sebelum dan sesudah dijalankannya CSMS.
Bahkan setelah dijalankan CSMS pada tahun 2011, angka kecelakaan kerja
pada tahun 2011 meningkat dibandingkan pada tahun 2010, yaitu 10
kejadian kecelakaan kerja. Serta pada tahun 2012 dan tahun 2013 angka
kecelakaan kerja menurun dibandingkan pada tahun 2011, sekalipun
menurunnya tidak signifikan, yaitu 8 kejadian kecelakaan kerja (Lukiatsinto
dan Widajati, 2014).
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya (PT. MKAPR) adalah perusahaan
service company di Indonesia yang bergerak dalam bidang penjualan dan
jasa penyewaan mud pump dan water pump untuk pengeboran (drilling
services) dan material supplier berbagai jenis pompa untuk kegiatan
eksplorasi dan produksi pada sektor minyak dan gas bumi. PT. MKAPR
mempunyai aktifitas pekerjaan di onshore dan offshore yang mempunyai
potensi bahaya dan risiko yang cukup besar. Perusahaan ini juga
menggunakan banyak teknologi canggih seperti peralatan mesin dan bahan-
bahan kimia lainnya. PT. MKAPR memperkerjakan kurang lebih 50%
karyawan untuk dikirim ke site atau lokasi klien, adapun kinerja dari
karyawan yang bekerja di area klien sangat mempengaruhi kinerja dan
berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, produktivitas, dan
citra PT. MKAPR (PT Multikarya, 2019).

Universitas Esa Unggul


4

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa di PT.


MKAPR pada tahun 2019 mempekerjakan pekerja dengan jumlah 414 orang
pekerja yang tersebar di beberapa proyek oil company dibeberapa wilayah
Indonesia. Salah satu proyek yang sedang dikerjakan adalah proyek Jasa
Water Pump Injection terproduksi sebesar 15.000 BWPD di WTIP SPUB
area kerja PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang, dengan kategori high
risk. Bahaya yang umumnya berpotensi tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan
di area PT. MKAPR antara lain seperti kecelakaan kerja (terjepit, terpeleset,
tersandung, terjatuh, tersetrum, dan lain-lain), penyakit akibat kerja
(penyakit akibat bising, getaran, cuaca yang ekstrim (heat stress), serta
bahaya lain seperti ledakan, kebakaran dan pencemaran lingkungan.
Dalam Contractor Safety Management System (CSMS) terdapat
Penilaian Berjalan (PB) khususnya di area PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang yang terdiri dari penilaian Inspeksi HSE dan penilaian Program
Implementasi HSE Plan, serta penilaian Evaluasi Sementara. Batas
minimum nilai Penilaian Berjalan (PB) untuk kategori high risk sesuai
dengan Tata Kerja Individu (TKI) dari PT. Pertamina EP adalah 60 % dari
total seluruh kriteria yang dinilai. PT. MKAPR pada hasil checklist Penilaian
Berjalan (PB) periode bulan Januari, Februari dan bulan Maret 2019 di PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang terdapat beberapa hasil penilaian yang
menurun baik dari aspek pemeriksaan Inspeksi HSE dan pemeriksaan
Program Implementasi HSE Plan. Pada bulan Januari didapatkan nilai
evaluasi sementara pada penilaian berjalan yaitu 79,5, bulan Februari
didapatkan 76 dan pada bulan Maret evaluasi sementara dengan nilai 75,5.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian evaluasi akhir CSMS
dan apabila tidak dilakukan perbaikan (corrective action) sangat berdampak
terhadap Key Performance Indicator khususnya adalah Lagging Indicator
dimana frekuensi terjadinya kecelakaan kerja dapat terjadi di area PT.
MKAPR selain itu akibat yang lain adalah PT. Pertamina Asset 3 Field
Jatibarang dapat melakukan pemutusan kontrak untuk tender pekerjaan
tersebut. Oleh karena itu, PT. MKAPR harus melakukan improvement
terhadap upaya pencegahan, pengendalian serta tindak lanjut secara

Universitas Esa Unggul


5

maksimal dan perbaikan dalam aspek K3 dengan mengikuti Pedoman Tata


Kerja Pengelolaan K3 yang ada di area PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang, serta selalu konsisten dalam melakukan pengawasan serta
inspeksi oleh supervisor yang ada dilapangan terhadap seluruh para pekerja
(PT. Multikarya, 2019).
Contractor Safety Management System (CSMS) terdapat beberapa
tahapan dalam penerapannya terutama di industri Minyak dan Gas bumi
khususnya PT. Pertamina EP yang mempunyai resiko sangat tinggi. Oleh
karena itu, penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) harus
benar-benar diterapkan secara konsisten pada setiap pekerjaan yang akan
dikontrakan kepada kontraktor dalam upaya untuk memenuhi peraturan
pemerintah Indonesia, Pedoman Tata Kerja Nomor; PTK-
005/SKKMA0000/2018/S0 yaitu proses pengelolaan K3LL untuk Mitra
Kerja KKKS dari awal proses berupa penilaian risiko, penilaian berjalan
sampai dengan akhir proses yaitu penilaian akhir (SKK Migas, 2018).
Tujuan Contractor Safety Management System (CSMS) yaitu sistem
manajemen untuk mengelola kontraktor dan subkontraktor yang bekerja
dilingkungan perusahaan agar memperhatikan aspek K3LL dan menjaga
pelaksanaan K3LL tersebut didalam proses kerja agar terhindar dari potensi
kecelakaan dan risiko yang dapat merugikan perusahaan (PT. Pertamina EP,
2011).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang “Analisis implementasi Contractor Safety Management System
(CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada
proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi
permasalahan adalah inkonsistensi dan kurangnya monitoring dari pengawas
lapangan serta kurangnya kedisiplinan dari para pekerja terhadap
implementasi HSE antara lain; aspek pemeriksaan Inspeksi HSE dan
pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan. Dari hasil checklist Penilaian

Universitas Esa Unggul


6

Berjalan (PB) periode bulan Januari, Februari dan bulan Maret 2019 di
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang terdapat beberapa hasil penilaian yang
menurun baik dari aspek pemeriksaan Inspeksi HSE dan pemeriksaan
Program Implementasi HSE Plan. Pada bulan Januari didapatkan nilai
evaluasi sementara pada penilaian berjalan yaitu 79,5, bulan Februari
didapatkan 76 dan pada bulan Maret evaluasi sementara dengan nilai 75,5.
Dampak yang ditimbulkan apabila terdapat penilaian berjalan yang menurun
akan sangat mempengaruhi penilaian pada fase penilaian akhir Contractor
Safety Management System (CSMS) dan apabila tidak dilakukan perbaikan
(corrective action) sangat berdampak terhadap Key Performance Indicator
khususnya adalah Lagging Indicator dimana frekuensi terjadinya kecelakaan
kerja dapat terjadi di area PT. MKAPR selain itu akibat yang lain adalah PT.
Pertamina Asset 3 Field Jatibarang dapat melakukan pemutusan kontrak
untuk tender pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, PT. MKAPR harus
melakukan improvement terhadap upaya pencegahan, pengendalian serta
tindak lanjut secara maksimal dan perbaikan dalam aspek K3 dengan
mengikuti Pedoman Tata Kerja Pengelolaan K3 yang ada di area PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang, serta selalu konsisten dalam
melakukan pengawasan serta inspeksi oleh supervisor yang ada dilapangan
terhadap seluruh para pekerja. Dengan permasalahan tersebut penulis
bermaksud menganalisis implementasi Contractor Safety Management
System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya
pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019.

1.3. Pertanyaan Penelitian


1.3.1. Bagaimana analisis implementasi Contractor Safety Management
System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang
Tahun 2019?
1.3.2. Bagaimana gambaran pemeriksaan inspeksi HSE tahap pelaksanaan
Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Multikarya

Universitas Esa Unggul


7

Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field


Jatibarang Tahun 2019?
1.3.3. Bagaimana gambaran pemeriksaan program implementasi HSE plan
dalam tahap pelaksanaan Contractor Safety Management System
(CSMS) di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT.
Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019?
1.3.4. Bagaimana gambaran laporan hasil penilaian evaluasi sementara pada
tahap pelaksanaan Contractor Safety Management System (CSMS) di
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3
Field Jatibarang Tahun 2019?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Menganalisis implementasi Contractor Safety Management System
(CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya
pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pemeriksaan inspeksi HSE Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3
Field Jatibarang Tahun 2019.
2. Mengetahui gambaran pemeriksaan program implementasi HSE
Plan Contractor Safety Management System (CSMS) pada tahap
pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT.
Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019.
3. Mengetahui gambaran laporan hasil penilaian evaluasi sementara
Contractor Safety Management System (CSMS) pada tahap
pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT.
Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019.

Universitas Esa Unggul


8

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadikan perbaikan yang terus
berlanjut terkait budaya K3 khususnya diarea pemberi kerja (user) dan
bahan pertimbangan untuk mengevaluasi implementasi pada
contractor safety management system (CSMS).
1.5.2. Bagi Universitas
Sebagai tambahan wawasan keilmuan khususnya penelitian dibidang
K3 untuk selanjutnya perlu dikembangkan dalam penelitian yang lebih
komprehensif.
1.5.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya demi perkembangan ilmu analisis implementasi
Contractor Safety Management system (CSMS) pada tahap
pelaksanaan penilaian berjalan.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Contractor
Safety Management system (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang Tahun 2019. Penelitian ini akan dilakukan di PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juli 2019. Melibatkan
karyawan yang mengetahui proses Contractor Safety Manegement System
(CSMS) karena menurut evaluasi perusahaan diduga hasil penilaian yang
menurun pada bulan Januari, Februari dan bulan Maret 2019 adalah
kurangnya konsistensi dari para pekerja baik dari aspek Inspeksi HSE dan
Program Implementasi HSE Plan. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif yaitu menggali pertanyaan melalui wawancara mendalam dengan
pihak manajemen perusahaan, observasi dan telaah dokumen.

Universitas Esa Unggul


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan K3, kegiatan SMK3 dilaksanakan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktifitas tinggi
(Hadipoetro, 2014).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
menurut PP No. 50 tahun 2012 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif (Kemenaker RI, 2012).
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang
digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
kebijakan K3 dan mengatur risiko dari K3 itu sendiri. Sistem
manajemen adalah seperangkat elemen yang saling terkait yang
digunakan untuk menetapkan kebijakan dan tujuan dan untuk
mencapai tujuan tersebut. Sistem manajemen mencakup struktur
organisasi, kegiatan perencanaan (termasuk misalnya penilaian resiko
dan penetapan tujuan), tanggung jawab, praktik, prosedur, proses dan
sumber daya (Ramli, 2010).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
merupakan bagian yang sangat penting untuk perlindungan tenaga
kerja agar pekerja tetap aman, sehat, dan selamat. Penerapan SMK3
di perusahaan akan menghindarkan diri dari risiko kerugian material

9
Universitas Esa Unggul
10

maupun imaterial, kehilangan jam kerja, maupun keselamatan


manusia dan lingkungan sekitarnya, yang diakibatkan oleh
kecelakaan. SMK3 juga dapat memberikan perlindungan bagi
masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran
bahan-bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk industri (Suardi, 2005).
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen K3, tujuan dari penerapan sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja buruh, dana
tau serikat pekerja/serikat buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk
mendorong produktivitas (Kemenaker RI, 2012).
Banyak aspek K3 yang perlu didokumentasikan seperti proses
dan prosedur yang dijalankan dalam pengembangan SMK3. Suatu
saat dokumen mengenai peristiwa kecelakaan atau inspeksi suatu
peralatan akan diperlukan ketika melakukan penyelidikan kecelakaan
atau modifikasi peralatan dan sistem (Ramli, 2009).
Berdasarkan data pemenuhan laporan bulanan yang dimiliki
departemen K3, sebanyak 76% kontraktor belum secara rutin
menyerahkan laporan bulanan atas pekerjaannya tersebut.
Ketidakteraturan pembuatan laporan bulanan yang dibuat oleh
kontraktor belum sesuai dengan prosedur yang ada dapat disebabkan
karena berbagai hal. Salah satunya kurangnya informasi yang
diberikan pada kontraktor pada saat awal pekerjaan sebelum
pelaksanaan kick of meeting. Penyebab lain yang dapat memicu

Universitas Esa Unggul


11

keterlambatan pelaporan tersebut adalah kurangnya kesadaran


kontraktor dalam pemenuhan laporan (Pratiwi, 2017).
2.1.2 Definisi Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan yang telah mempunyai kontrak
yang sah untuk memasok barang dan jasa-jasa pada perusahan induk
(PT. Vico Indonesia, 2006).
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima pekerjaan
sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapan (Ervianto, 2005).
Kontraktor adalah penyedia barang/jasa yang berupa badan
usaha atau perorangan yang melaksanakan pengadaan barang/jasa
untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan bidang usahanya, yang
memiliki surat izin usaha yang masih berlaku yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang. Kontraktor terdiri dari pemasok
barang, penyedia jasa, pemborong, penyedia jasa lainnya dan
penyedia jasa konsultasi (PT. Pertamina EP, 2018).
Menurut (Ramli, 2010) pekerja kontraktor sangat rawan terhadap
kecelakaan karena beberapa faktor, antara lain :
a. Tenaga kontraktor khususnya untuk pekerjaan kasar merupakan
tenaga kerja kurang terdidik dibading dengan tenaga kerja
perusahaan. Faktor tersebut menjadi alasan pengetahuan
mengenai K3 relatif lebih rendah dibanding pekerja perusahaan
b. Tenaga kontraktor umumnya berada atau bersingungan langsung
dengan pekerjaan. Merekalah yang sejatinya paling terkena
pajanan bahaya ditempat kerja. Pekerja perusahaan kadang-
kadang hanya bersifat memantau dan mengawasi pekerja
kontraktor. Itulah yang menjadi penyebab pekerja kontraktor
akan lebih rentan terhadap bahaya dan kecelakaan.
c. Kepedulian kontraktor khususnya kontraktor kecil terhadap
keselamatan pekerjanya relatif kurang. Mereka kadang-kadang
tidak mampu menyediakan alat keselamatan yang harganya
relatif mahal.

Universitas Esa Unggul


12

d. Kontraktor selalu berupaya menyelesaikan pekerjaannya dengan


cepat karena dikejar jadwal atau target penyelesaian pekerjaan,
sehingga kadang-kadang mengabaikan keselamatan. Tenaga
kontraktor bersifat sementara dengan masa kerja terbatas sesuai
dengan kebutuhan dan tugasnya. Kondisi ini sering
mengakibatkan kontraktor ditekan untuk menyelesaikan tugas
tepat waktu, dikejar target atau deadline menyelesaikan tugas
dan proyeknya. Oleh karena itu, sering pula pihak kontraktor
mempekerjakan tenaga yang juga bersifat sementara atau
terbatas (Ramli, 2010). Kendala yang dianggap sebagai kendala
utama adalah keterbatasan waktu dalam menjalankan sebuah
proyek. Biasanya suatu proyek berfokus terhadap progress.
Mengingat bahwa kontrak suatu proyek memiliki waktu yang
berbeda beda, maka kontraktor tidak mempekerjakan pekerja
secara tetap. Sementara kontraktor harus memberi waktu untuk
melakukan training atau pelatihan kepada pekerjanya sebelum
melakukan pekerjaan (Duri & Berlian, 2018).

2.1.3 Contractor Safety Management System (CSMS)


Contractor Safety Management System (CSMS) sedikit berbeda
dengan SMK3 pada umumnya, karena pada pekerjaan kontrak ada
batasan waktu, sehingga perlu ada proses ataupun tahapan mulai dari
pemilihan kontraktor sampai penutupan kontrak. Contractor Safety
Management System (CSMS) memiliki pengertian yaitu sistem
manajemen untuk mengelola kontraktor dan sub kontraktor yang
bekerja dilingkungan perusahaan agar memperhatikan aspek K3LL
dan menjaga pelaksanaan K3LL tersebut didalam proses kerja agar
terhindar dari potensi kecelakaan dan risiko yang dapat merugikan
perusahaan (PT. Pertamina EP, 2011).
Contractor Safety Manegement System (CSMS) menurut SKK
Migas dalam Pedoman Tata Kerja Nomor; KEP-
005/SKKMA0000/2018/S0 adalah Pengelolaan Kesehatan,

Universitas Esa Unggul


13

Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) disusun


untuk digunakan sebagai acuan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(KKKS) dan mitra kerja dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
meningkatkan pengelolaan K3LL (SKK Migas, 2018).
Kesulitan yang terkadang muncul dalam implementasi CSMS
kepada kontraktor yaitu mengenai komitmen manajemen dari
kontraktor yang kadang-kadang perusahaan kontraktor kurang
bertanggung jawab dalam menjalankan prosedur yang ada. Dalam
pelaksanaan Work In Progress ada dilakukan Management Field
Visit. Dimana kegiatan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan
bagi manajemen user dan manajemen dari pihak kontraktor untuk
menunjukkan komitmen masing-masing dalam hal K3 untuk menilai
tingkat kesadaran K3 dan praktik di lapangan dan untuk
berkomunikasi membahas permasalahan K3. PT. Petronesia Benimel
menunjuk K3 Manager dan Project Manager untuk melakukan
Management Field Visit minimal dua kali kunjungan dalam satu
bulan (Duri & Berlian, 2018)
Tujuan SKK Migas dalam mengembangkan CSMS untuk
Kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan arahan dan kerangka penerapan bagi KKKS
dalam program pengelolaan K3LL berdasarkan penaatan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan proses pengelolaan Risiko
(risk based concept).
2. Sebagai pedoman penilaian pencapaian kinerja pengelolaan K3LL
bagi KKKS dan Mitra Kerja.
3. Sebagai Pedoman bagi SKK Migas dalam memberikan umpan
balik atas keunggulan dan keterbatasan penerapan pengelolaan
K3LL di lingkungan KKKS dan Mitra Kerja.
Dalam proses CSMS kontraktor sesuai Pedoman Tata Kerja
Nomor; PTK-005/SKKMA0000/2018/S0 yaitu proses pengelolaan
K3LL untuk Mitra Kerja KKKS dari awal proses berupa penilaian

Universitas Esa Unggul


14

Risiko sampai dengan akhir proses yaitu Penilaian Akhir antara lain
sebagai berikut :

a. Penilaian Risiko

Dalam proses pengelolaan K3LL untuk Mitra Kerja KKKS,


pengkategorian dan penilaian tingkat Risiko dari kegiatan yang
akan dilakukan merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi
potensi bahaya dan aspek K3LL yang dapat timbul terhadap
kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan. KKKS
menetapkan kategori Risiko dari pekerjaan yang akan dilakukan
mengacu kepada profil Risiko pekerjaan yang terdapat di dalam
bank data mengenai Profil Risiko Jenis Pekerjaan. Risiko setiap
pekerjaan diklasifikasikan dalam kategori Rendah (R), Sedang (S)
dan Tinggi (T). Ruang lingkup pekerjaan berdasarkan Risiko yang
diatur dalam Pedoman Tata Kerja Pengelolaan K3LL Kegiatan
Usaha Hulu Migas terbatas pada Kegiatan Pengadaan Jasa (SKK
Migas, 2018).

b. Penilaian Pra-Kualifikasi (PK)

Penilaian Pra-Kualifikasi (PK) merupakan suatu prosedur


untuk menilai kualifikasi Mitra Kerja dalam hal K3LL. Proses ini
bertujuan untuk menjaring kontraktor yang mampu dalam
mengelola K3LL untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
klasifikasinya. PK dilakukan hanya untuk pekerjaan dengan
kategori Risiko Sedang dan Tinggi. Proses Pra-kualifikasi
dilakukan dengan cara kontraktor mengisi jawaban dan
melengkapi bukti-bukti program pelaksanaannya, lalu dokumen
tersebut dikirim kebagian Contract Administration akan memberi
score dari dokumen tersebut menggunakan kriteria penilaian
prakualifikasi
Setiap KKKS menggunakan data penilaian Prakualifikasi
K3LL Mitra Kerja yang terdapat di dalam Bank Data K3LL.
Hanya Mitra Kerja yang memenuhi persyaratan yang akan

Universitas Esa Unggul


15

diikutsertakan dalam proses tender. Jika data K3LL Mitra Kerja


tidak tercantum dalam Bank Data K3LL maka akan dilakukan
Penilaian Kualifikasi K3LL. Penilaian Kualifikasi K3LL hanya
dilakukan untuk pekerjaan yang masuk dalam kategori Risiko
Pekerjaan Sedang (S) atau Tinggi (T). Penilaian Kualifikasi K3LL
Mitra Kerja harus dilakukan sebelum tender. Nilai minimum
Penilaian Kualifikasi adalah 60% untuk tingkat Risiko Tinggi dan
54,3% untuk tingkat Risiko Sedang (SKK Migas, 2018).
Menurut Handayani dan Modjo (2016) dalam conference
paper dikatakan CSMS online digunakan sebagai penunjang
pelaksanaan program CSMS didokumentasikan dalam sistem
database berbasis web (CSMS Online) yang dapat diakses oleh
semua personil yang relevan, termasuk tim kepemimpinan dan
manajemen. Sistem ini memudahkan tim manajemen dalam
memantau kegiatan CSMS yang dilakukan oleh karyawan. Setiap
Manajer/Team Leader bertanggung jawab untuk memastikan
setiap proses CSMS untuk segera diinput kedalam CSMS online
dengan menetapkan pemilik kontrak atau perwakilan departemen
khusus. CSMS Online ini dikelola dan dipelihara oleh Departemen
Procurement Supply Chain Manegement, yang juga memiliki
kewenangan untuk memastikan pelaksanaan (Handayani dan
Modjo, 2016).
Menurut Falenshina (2012) dalam jurnal Implementasi CSMS
terhadap Kontraktor Proyek TA Unit CD III Pertamina RU III
Palembang, tahap pra kulaifikasi dimulai dengan mengisi sejumlah
form pertanyaan-pertanyaan (questionnaire) dan sekaligus
memberikan bukti-bukti dari program pelaksanaannya. Dokumen
yang telah diisi diserahkan kepada pihak kontrak administrasi
untuk dinilai (Falenshina, 2012).

c. Seleksi

Proses seleksi dilakukan untuk memilih dan menentukan Mitra

Universitas Esa Unggul


16

Kerja yang akan melakukan pekerjaan dengan memenuhi


persyaratan K3LL yang ditetapkan selain persyaratan administrasi,
teknis, dan komersial. Sebelum proses seleksi Mitra Kerja
dilakukan, panduan pemenuhan persyaratan K3LL yang ditetapkan
oleh KKKS harus dilampirkan dalam dokumen tender dan
dikomunikasikan ke semua peserta tender dalam rapat klarifikasi
pra-tender. KKKS mensyaratkan peserta tender untuk
menyampaikan surat pernyataan komitmen pemenuhan persyaratan
K3LL untuk bekerja di KKKS tersebut pada saat memasukkan
dokumen tender (SKK Migas, 2018).
Semua peserta tender untuk pekerjaan Risiko Tinggi
disyaratkan untuk menyerahkan rencana K3LL bersamaan dengan
dokumen tender. Untuk pekerjaan Risiko sedang, penyerahan
rencana K3LL hanya oleh pemenang tender sesudah penerimaan
penunjukan pemenang.

Rencana K3LL peserta tender umumnya terdiri dari ;

a. Kepemimpinan dan Komitmen,

b. Kebijakan dan Sasaran Strategis K3LL,

c. Organisasi, Tanggung Jawab, Sumber Daya, Standar dan


Dokumentasi,

d. Manajemen Risiko,

e. Perencanaan dan Prosedur,

f. Implementasi dan Pemantauan Kinerja K3LL, dan

g. Audit dan Tinjauan Manajemen K3LL.

h. Manajemen K3LL – pencapaian lainnya.

Dalam penyusunan rencana K3LL, perencanaan program


keamanan dan sosial hanya diperlukan untuk kegiatan tahun jamak
dan/atau menggunakan sumber daya manusia dalam jumlah
signifikan. Tahapan tersebut diatas dijalankan kontraktor secara

Universitas Esa Unggul


17

paralel untuk pelaksanaan tender pada umumnya. Proses seleksi


dilakukan oleh fungsi pengadaan (Bagian Contract
Administration), apabila diperlukan dapat dibentuk Panitia
Pengadaan yang menjalankan Pemilihan Langsung, dengan
melibatkan beberapa wakil dari Fungsi Pengadaan.
Pada saat evalusi proses seleksi Tender, Panitia Tender
memastikan ketersediaan surat pernyataan komitmen pemenuhan
persyaratan K3LL. Selain itu, untuk pekerjaan dengan Risiko
tinggi, ketersediaan Rencana K3LL dari semua peserta juga perlu
dipastikan. Penilaian lanjutan dapat dilakukan untuk memastikan
kesesuaian antara dokumen tender dengan kenyataan yang ada di
lapangan (fasilitas milik Mitra Kerja) sepanjang tidak mengganggu
tata waktu pelaksanaan tender. Personel K3LL KKKS dapat
membantu dalam hal memastikan kesesuaian Rencana K3LL oleh
Mitra Kerja dan memberikan rekomendasi yang diperlukan. Setelah
penerimaan penunjukkan pemenang tender (baik untuk Risiko
tinggi maupun sedang), Mitra Kerja harus menyampaikan Rencana
K3LL final dan rincian programnya untuk persetujuan KKKS (SKK
Migas, 2018).

d. Penilaian Sebelum Bekerja (PSB)

PSB merupakan penilaian awal kinerja Mitra Kerja oleh


penanggung jawab Kontrak untuk memastikan bahwa aspek-aspek
K3LL yang relevan termasuk rencana K3LL untuk pekerjaan Risiko
sedang serta tinggi diserahkan, dikomunikasikan dan dipahami
oleh semua pihak sebelum pelaksanaan Kontrak. Mitra kerja harus
menjamin bahwa semua fase pekerjaan termasuk tahap mobilisasi
dan demobilisasi tercantum di dalam rencana K3LL. KKKS dapat
meminta penjelasan Mitra Kerja apabila dinilai ada ketidak-
sesuaian Rencana K3LL Mitra Kerja dengan program K3LL
KKKS dan kontradiktif dengan pekerjaan yang sedang berjalan
lainnya. Sebelum pekerjaan dimulai, KKKS dan Mitra Kerja harus
melakukan kegiatan dasar yang meliputi:

Universitas Esa Unggul


18

a. Rapat Awal
Rapat Awal dipimpin oleh penanggung jawab Kontrak
segera setelah persetujuan Kontrak dan sebelum pelaksanaan
pekerjaan. Rapat awal dilakukan untuk mengenal lokasi kerja
termasuk potensi bahayanya, fasilitas, personel yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan informasi kerja lainnya.
Rapat awal ini harus diikuti oleh wakil semua pihak yang
terlibat di dalam pekerjaan, termasuk personel Mitra Kerja
berkompeten dan para subkontraktornya.
Pembahasan rapat awal antara lain mencakup:

a. Rencana K3LL (HSE Plan)


Untuk pekerjaan dengan resiko tinggi, sebelum
pekerjaan dimulai pihak kedua wajib membuat HSE Plan
untuk meminimalkan resiko pekerjaan. HSE Plan adalah
rincian tentang bagaimana pihak kedua akan
melaksanakan persyaratan HSE dalam pekerjaan yang
disepakati oleh para pihak. HSE Plan harus
dipresentasikan dan dibahas dengan User (bridging
document). HSE Plan yang telah disetujui oleh kedua
belah pihak agar ditandatangani oleh kedua belah pihak.

b. Pemahaman tugas dan tanggung jawab para pihak.

c. Finalisasi Indikator Pengukuran Kinerja K3LL .

d. Penjelasan ketentuan-ketentuan K3LL pada sub-


kontraktor.
e. Kesiapan pelaksanaan pekerjaan serta pemahaman
prosedur pelaporan.

f. Hal lain yang baru muncul dan belum tercantum dalam


dokumen kontrak.
b. Kesiapan Mobilisasi Mitra Kerja

Selama pra-mobilisasi, KKKS akan melakukan evaluasi

Universitas Esa Unggul


19

dan pemeriksaan untuk memastikan Mitra Kerja siap memulai


pekerjaan. Mekanisme evaluasi dan pemeriksaannya
ditetapkan sesuai dengan kebijakan masing-masing KKKS.
Aktivitas awal pekerjaan dimulai dengan Kick off
Meeting untuk memastikan bahwa seluruh HSE Plan telah
dimengerti dan dipahami oleh para pihak. HSE Plan di
presentasikan oleh pihak kedua dalam Kick off Meeting. User
berhak memberikan masukan terhadap HSE Plan yang belum
sesuai dengan standar yang dianut oleh User. Dalam Kick off
Meeting akan dibuat Minutes off Meeting yang harus dipenuhi
oleh kontraktor dan merupakan sebagai dari perjanjian. User
akan menerbitkan Surat Izin Kerja Aman (SIKA) apabila
kontraktor telah memenuhi seluruh ketentuan HSE. SIKA
merupakan syarat awal pekerjaan dapat dimulai.
User memastikan prosedur dan perlengkapan HSE yang
menjadi tanggung jawab para pihak telah disiapkan dengan
lengkap dan baik. Untuk memastikan hal ini, dilakukan
peninjauan lapangan, dan apabila masih ditemukan adanya
kekurangan-kekurangan, harus dipenuhi sebelum SIKA
diterbitkan dan pekerjaan dimulai (SKK Migas, 2018).
Menurut Suaery dkk (2016) dalam jurnal Implementasi
CSMS pada tahap persiapan kerja di Coca Cola Amatil
Indonesia Semarang, penyampaian informasi mengenai tahap
persiapan kerja disampaikan melalui kegiatan seperti bidding
awal, kick off meeting, dan kegiatan induksi. Informasi yang
disampaikan dalam kick off meeting adalah pembahasan
mengenai ruang lingkup dari pekerjaan yang mau dikerjakan.
Poin dari kick off meeting adalah membahas mengenai
kesiapan kontraktor (Suaery, dkk., 2016).

e. Penilaian Berjalan (PB)


Penilaian Berjalan (PB) bertujuan untuk menjamin agar
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan Persyaratan dan

Universitas Esa Unggul


20

Rencana K3LL yang disepakati, dan menyampaikan temuan


selama pelaksanaan pekerjaan. Penilaian dilakukan dalam suatu
periode di mana pekerjaan fisik dilaksanakan di lapangan,
menggunakan Formulir Penilaian Berjalan. Dalam PB dilakukan
pengujian apakah semua kewajiban Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan yang tertera di dalam rencana K3LL
serta penerimaan bersyarat/conditional acceptance (jika ada),
sudah dilaksanakan oleh Mitra Kerja. Dalam tahap ini juga
dimungkinkan dilakukan perubahan rencana K3LL apabila ada
perubahan lingkup kerja yang dapat menambah potensi bahaya
yang signifikan.

Penilaian Berjalan (PB) dapat mencakup inspeksi di lokasi


pekerjaan pertemuan untuk menilai dan memastikan pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan Persyaratan dan Rencana K3LL,
melihat ketidaksesuaian yang ditemukan, dan juga menilai kinerja
K3LL sesuai dengan Indikator Pengukuran Kinerja selama
pekerjaan. Dalam pelaksanaan PB, KKKS dapat menetapkan
ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan internal
KKKS selain pemenuhan ketentuan umum (minimum) dalam
Formulir Penilaian Berjalan, selama tidak mempengaruhi penilaian
kualifikasi K3LL. Mitra Kerja, bersama KKKS, akan bersama-
sama bertanggung jawab pada pelaksanaan Penilaian Berjalan ini.
Penilaian Berjalan dilakukan oleh Penanggung Jawab Kontrak dan
perwakilan Mitra Kerja yang ditunjuk, yang dalam
pelaksanaannya dapat difasilitasi oleh personel K3LL KKKS.
Nilai minimum Penilaian Berjalan adalah 60% untuk tingkat
Risiko Tinggi dan 54,3% untuk tingkat Risiko Sedang.
Hasil Penilaian Berjalan hanya dapat dimasukkan oleh KKKS
yang melakukan PB ke dalam CIVD/Bank Data K3LL satu kali
selama jangka waktu Kontrak. Apabila nilai PB di bawah nilai
minimum, maka Mitra Kerja baru dapat mengajukan Penilaian
Kualifikasi Ulang enam bulan terhitung setelah nilai PB

Universitas Esa Unggul


21

dimasukkan ke dalam CIVD dan tidak berhak mendapatkan nilai


PB sebelum nilai kualifikasi K3LL berdasarkan PK ulang keluar di
KKKS manapun (SKK Migas, 2018).
Sesuai Pedoman Sistem Manajemen HSE Kontraktor PT.
Pertamina EP (2016) Penilaian Berjalan (PB) dilakukan secara
berkala atau saat diperlukan, User melakukan pengawasan
kepatuhan kontraktor terhadap HSE Plan. User berhak
menghentikan pekerjaan kontraktor yang dinilai tidak
memperhatikan atau tidak memenuhi keselamatan dan kesehatan
kerja. Waktu penghentian seperti ini tidak dapat dijadikan alasan
oleh pihak kontraktor untuk mengajukan perpanjangan waktu
perjanjian. Apabila kontraktor mendapatkan sanksi akibat
pelanggaran HSE sebagaimana diatur pada aturan yang
mengakibatkan penghentian sementara pekerjaan, kontraktor harus
melakukan perbaikan/pemulihan atas pelanggaran HSE tersebut
sebelum melanjutkan pekerjaan (PT. Pertamina EP, 2016).
Adapun tahapan Penilaian Berjalan (PB) sesuai dengan
Pedoman Sistem Manajemen HSE Kontraktor PT. Pertamina EP
(2016) Hal –hal yang akan dinilai antara lain adalah :
a. Pemeriksaan Inspeksi HSE
Pada tahapan pemeriksaan inspeksi HSE terdapat 17 elemen
yang diperiksa antara lain adalah :
1. Kebersihan Tempat kerja (Housekeeping), terdapat 10 point
yang dinilai.
2. Perlengkapan Perlindungan Perseorangan (PPE), terdapat
11 point yang dinilai.
3. Pencegahan dan Perlindungan Kebakaran (Fire Prevention
and Fire Protection), terdapat 8 point yang dinilai.
4. Tanda-tanda, Sinyal dan Tanda Peringatan (Signs, Signals,
and Barricades), terdapat 3 point yang dinilai.
5. Komunikasi Bahaya (Hazard Communication), terdapat 5
point yang dinilai.

Universitas Esa Unggul


22

6. Bahan Berbahaya (Limbah Buangan, Asbestos, Radio Aktif


& Bahan Peledak), terdapat 2 point yang dinilai.
7. Peralatan Tangan & Listrik (Hand and Power tools),
terdapat 9 point yang dinilai.
8. Keamanan Elektrikal (El Safeectricalty), terdapat 9 point
yang dinilai.
9. Welding, Cuting and Grinding, terdapat 8 point yang
dinilai.
10. Gas Bertekanan (Compressed Gas), terdapat 5 point yang
dinilai.
11. Tempat tertutup (Confined Space), terdapat 5 point yang
dinilai.
12. Tangga (Ladder), terdapat 6 point yang dinilai.
13. Penghalang/Penahan (Scaffolds), terdapat 5 point yang
dinilai.
14. Penggalian (Excavation), terdapat 8 point yang dinilai.
15. Peralatan Angkut, terdapat 8 point yang dinilai.
16. Cranes and Hoists, terdapat 9 point yang dinilai.
17. Pembukaan Dinding (Wall Opening), terdapat 4 point yang
dinilai
18. Lain-lain, apabila terdapat tambahan penilaian diluar 17
elemen diatas, maka pihak user akan menambahkan
penilaian inspeksi pada kolom lain-lain (PT. Pertamina EP,
2016).

b. Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan


Pada tahapan Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan
terdapat sepuluh elemen yang diperiksa antara lain adalah :
1. Komitmen Manajemen, terdapat 4 point yang diperiksa.
2. HSE Key Performance Indicator (KPI), terdapat 2 point
yang diperiksa.
3. Organisasi HSE, terdapat 2 point yang diperiksa.

Universitas Esa Unggul


23

4. Risk Assessment, terdapat 1 point yang diperiksa.


5. Program Pengendalian Resiko, terdapat 20 point yang
diperiksa.
6. Journey Management Plan, terdapat 4 point yang diperiksa.
7. Emergency Response Plan, terdapat point yang diperiksa.
8. Investigasi Insiden, terdapat 2 point yang diperiksa.
9. Pengelolaan Aspek HSE Subkontraktor, terdapat 1 point
yang diperiksa.
10. Inspeksi dan Audit HSE, terdapat 5 point yang diperiksa.

c. Laporan Hasil Penilaian Evaluasi Sementara


Pada hasil penilaian evaluasi sementara terdapat rekapitulasi
nilai Pemeriksaan Inspeksi HSE, rekap nilai Implementasi HSE
Plan, dan temuan Inpeksi. Pada rekapitulasi nilai inspeksi HSE
total nilai dari 17 elemen x 100 dan pada rekap nilai HSE Plan
total nilai dari 10 elemen x 100, dan pada nilai laporan evaluasi
sementara yaitu : Nilai Hasil Inspeksi + Nilai Implementasi
HSE Plan dibagi dua, seperti rincian dibawah ini;
1. Nilai hasil Inspeksi HSE : (Total Nilai / 170) x 100
2. Nilai hasil HSE Plan : (Total Nilai / 10) x 100
3. Nilai Laporan Hasil Evaluasi Sementara :
(Nilai Hasil Inspeksi + Nilai Implementasi HSE Plan)
2
Pelaksanaan inspeksi menjadi lebih efektif dengan
berpedoman pada peta pabrik, mencari sesuatu sesuai poin-poin
dalam checklist, mengambil tindakan perbaikan sementara,
jelaskan dan tempatkan setiap hal dengan jelas, klasifikasikan
hazard, serta tentukan faktor penyebab utama adanya tindakan
kondisi tidak aman (Tarwaka, 2014).
Audit dilakukan dalam proses CSMS atau CHESM oleh
pihak Chevron, PT. Petronesia Benimel melakukan Audit
secara internal untuk melihat bagaimana pencapaian perusahaan

Universitas Esa Unggul


24

dalam pelaksanaan program Health, Environtment and Safety


yang mereka terapkan selama kegiatan pekerjaan. Setiap hasil
dari inspeksi lapangan dicatat dalam setiap form yang telah
tersedia dan dilaporkan setiap kali ada ditemukan
ketidaksesuaian dan segera dilakukan tindakan mitigasi (Duri &
Berlian, 2018).

f. Penilaian Akhir (PA)

Pada akhir kontrak, kontraktor wajib menyerahkan semua


laporan kegiatan yang berhubungan dengan aspek K3LL kepada
Pengawas Pelaksana Pekerjaan, selanjutnya Pengawaas Pelaksana
Pekerjaan dapat meminta masukan dari bagian Safety untuk ikut
memberikan evaluasi terhadap kinerja aspek K3LL dari kontraktor
tersebut. Section Head dari Pengawas Pelaksana Pekerjaan
memasukan nilai Final Evaluation dalam Service Entry Sheet.
Penilaian Akhir dilaksanakan sebagai evaluasi bersama
terhadap pelaksanaan pekerjaan, implementasi persyaratan dan
rencana K3LL, dan penilaian kinerja K3LL Mitra Kerja sesuai
dengan Indikator Pengukuran Kinerja (KPI) selama pekerjaan.
Mitra Kerja dan KKKS diberi kesempatan untuk saling
memberikan umpan balik atas pekerjaan yang telah berakhir untuk
perbaikan di pekerjaan mendatang. PA dilakukan di akhir periode
Kontrak oleh Penanggung Jawab Kontrak dan perwakilan Mitra
Kerja yang ditunjuk, yang dalam pelaksanaannya dapat difasilitasi
oleh personel K3LL KKKS dan personel fungsi Pengadaan,
menggunakan Formulir Penilaian Akhir. Nilai minimum Penilaian
Akhir adalah 60% untuk tingkat Risiko Tinggi dan 54,3% untuk
tingkat Risiko Sedang. Hasil Penilaian Akhir dimasukkan oleh
KKKS yang melakukan PA ke dalam Bank Data K3LL/CIVD
sebagai hasil penilaian kualifikasi K3LL secara berkelanjutan
(SKK Migas, 2018).

Universitas Esa Unggul


25

2.1.4 Dasar Pelaksanaan Contractor Safety Manegement System


(CSMS)

2.1.4.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012


Berikut ini dijelaskan dasar hukum dari Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yang berisi pedoman
penerapan SMK3 diindonesia. Pada pasal 11 dijelaskan dasar
hukum pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja kontraktor di suatu perusahaan, antara lain
sebagai berikut :

1. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus


melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit meliputi :
a. Tindakan pengendalian meliputi pengendalian
terhadap kegiatan, produk barang dan jasa yang
dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja sekurang-kurangnya mencakup
pengendalian terhadap bahan, peralatan, lingkungan
kerja, cara kerja, sifat pekerjaan, dan proses kerja.
d. Perancangan (design) dan rekayasa meliputi
pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi
dan penyesuaian berdasarkan identifikasi sumber
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
e. Penyusunan prosedur dan intruksi kerja
memperhatikan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja dan ditinjau ulang apabila terjadi
kecelakaan, perubahan proses dan/atau perubahan
bahan baku serta ditinjau ulang secara berkala.
f. Dalam kontrak penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan, memuat jaminan kemampuan perusahaan

Universitas Esa Unggul


26

penerima pekerjaan dalam memenuhi persyaratan


keselamatan dan kesehatan kerja.
g. Dalam pembelian/pengadaan barang dan jasa perlu
memperhatikan spesifikasi teknis dan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja serta kelengkapan
lembar data keselamatan bahan.
h. Produk akhir dilengkapi dengan petunjuk
pengoperasian, spesifikasi teknis, lembar data
keselamatan bahan, label dan/atau informasi
keselamatan dan kesehatan kerja.
i. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri; dan
j. Rencana dan pemulihan keadaan darurat.
3. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf f, dilaksanakan berdasarkan
identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.
4. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
dan huruf h dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya,
investigasi, dan analisa kecelakaan.

2.1.4.2 Berdasarkan OHSAS 18001:2007


Klausul 4.4.3.2 tentang partisipasi dan konsultasi,
menjelaskan bahwa organisasi harus membuat, menerapkan
dan memelihara prosedur untuk:

a. Partipasi pekerja melalui:


1. Keterlibatannya dan identiikasi bahaya, penilaian
resiko dan penetapan pengendalian;
2. Keterlibatannya dalam penyelidikan insiden;
3. Keterlibatannya dalam pengembangan dan
peninjauan kebijakan dan tujuan K3;
4. Konsultasi dimana ada perubahan yang berdampak
pada K3;

Universitas Esa Unggul


27

5. Diwakilkan dalam hal-hal terkait K3, pekerja harus


diinformasikan terkait pengaturan partisipasi,
termasuk siapa yang menjadi wakil mereka dalam
hal-hal terkait K3.
b. Konsultasi dengan para kontraktor atas perubahan-
perubahan yang terjadi dan berdampak pada K3.
Dalam klausul 4.4.6 tentang Pengendalian Operasional
menjelaskan bahwa setiap organisasi harus mengidentifikasi
kegiatan operasi dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan bahaya-bahaya yang teridentifikasi, dimana kendali
pengukuran perlu dilakukan untuk mengendalikan risiko-
risiko. Untuk kegiatan operasi dan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan bahaya yang teridentifikasi tersebut, setiap
organisasi harus menerapkan dan memelihara beberapa
aspek, diantaranya:
1. Kendali-kendali operasional, sesuai keperluan organisasi
dan aktivitas-aktivitasnya; organisasi harus
mengintegrasikan kendali-kendali operasionalnya ke
dalam sistem manajemen K3 secara keseluruhan.
2. Pengendalian terkait pembelian material, peralatan dan
jasa.
3. Pengendalian terkait para kontraktor dan tamu-tamu lain
ke tempat kerja.
4. Mendokumentasikan prosedur-prosedur yang mencakup
situasi-situasi dimana ketiadaannya dapat menyebabkan
penyimpangan-penyimpangan dari kebijakan dan tujuan
K3.
5. Kriteria-kriteria operasi yang telah ditetapkan dimana
ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan-
penyimpangan dari kebijakan dan tujuan K3.
Seperti yang disebutkan pada beberapa pernyataan
diatas berdasarkan OHSAS 18001:2007, yaitu bahwa

Universitas Esa Unggul


28

organisasi harus menerapkan dan memelihara


pengendalian terkait para kontraktor dan tamu-tamu lain
yang berada di tempat kerja. Pernyataan tersebut yang
menjadikan dasar hukum dari penerapan pengendalian
kontraktor (Ramli, 2010).
2.1.4.3 Menurut International Labour Organization (ILO) tahun
2001
ILO dalam buku Guideniles of Occupational Safety and
Health Management System menjelaskan tentang
penyusunan dan perawatan perencanaan prosedur
persayaratan K3 bagi kontraktor dan para pekerja, dan harus
memenuhi beberapa ketentuan diantaranya:
1. Melakukan evaluasi K3 dalam memilih kontraktor.
2. Mengkomunikasikan pencegahan dan pengendalian
bahaya dengan kontraktor.
3. Perencanaan dalam pelaporan cidera akibat kerja,
gangguan kesehatan, penyakit dan insiden selama
kontraktor bekerja dalam organisasi.
4. Menyediakan lingkungan kerja yang aman, serta
pelatihan dan pengenalan lingkungan.
5. Memantau performa K3 dari aktivitas kontraktor secara
rutin di tempat kerja.
6. Memastikan prosedur K3 di tempat kerja dan
perencanaan diikuti oleh para kontraktor (ILO, 2001).

Universitas Esa Unggul


29

2.2 Kerangka Teori

Penilaian Risiko 1. Kegiatan


Pemeriksaan 2. Personil
Inspeksi HSE 3. Pengawasan
Penilaian Kualifikasi 4. Dokumentasi

Seleksi

1. Pedoman
Penilaian Sebelum Pemeriksaan 2. Kegiatan
Bekerja (PSB) Program 3. Personil
Implementasi HSE 4. Pengawasan
Plan 5. Dokumentasi
Penilaian Berjalan
(PB)

Penilaian Akhir (PA)


Laporan Hasil 1. Dokumentasi
Penilaian Evaluasi 2. Hasil Evaluasi
Sementara

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Pedoman SMK3 Kontraktor PT. Pertamina (2016).

Universitas Esa Unggul


30

2.3 Penelitian Terkait


Tabel 2.1 Tabel penelitian terkait
No Judul Penulis Variabel Metode Hasil
1. Analisis Zainul Dependen : Kualitatif Pada Struktur
Implementasi Abidin CSMS tahap birokrasi, SOP yang
CSMS Pada Suaery, persiapan mengatur CSMS
Tahap Persiapan Bina kerja sudah ada, namun
Kerja di Coca Kurniawa independen : masih terdapat
Cola Amatil n, dan Struktur kendala yang
Indonesia Ekawati birokrasi, disebabkan oleh
(CCAI) komunikasi, sistem pemenuhan
Semarang sumber daya, dokumen yang
dan disposisi menyamaratakan
untuk semua
kontraktor. Hal ini
disebabkan oleh
sistem pemenuhan
dokumen-dokumen
yang menyamaratakan
untuk semua
kontraktor. Pada
komunikasi, tidak ada
kendala dalam
pemahaman informasi,
namun masalahnya
adalah waktu
pertemuan yang dirasa
singkat. Pada sumber
daya, jumlah personil
HSE sebagai
pengelola sudah
mencukupi dan tidak
mengalami beban
selama pelaksanaan,
serta terdapat
pelatihan CSMS bagi
personil HSE. Pada
disposisi, manajemen
sangat mendukung
pelaksanaan CSMS di
CCAI. (Suaery, dkk.,
2016).
2. Metode Online Putri Pengenalan Kualitatif Sistem Online yang
Dalam Handayani CSMS digunakan dirasakan
Pelaksanaan , Robiana Online, oleh sebagian besar
Contractor Modjo Penggunaan pengguna sudah
Safety CSMS memberikan manfaat

Universitas Esa Unggul


31

No Judul Penulis Variabel Metode Hasil


Management
z Online, dalam pelaksanaan
System Manfaat CSMS. Namun,
CSMS beberapa pengguna
Online merasa sistem tersebut
masih perlu untuk
dikembangkan
berdasarkan
keterbatasan dan
kendala yang
ditemukan dalam
penggunaanya.
Sehingga, diperlukan
suatu upaya
komprehensif dalam
meningkatkan peran
sistem online dalam
pelaksanaan CSMS
(Handayani dan
Modjo, 2016).
3. Implementasi Nizhenifa Input : Kualitatif Pada tahap penilaian
CSMS Terhadap Falenshina Pedoman resiko sudah sesuai
Kontraktor TKO CSMS dengan pedoman TKO
Projek TA Unit Proses : CSMS pada tahap pra
CD III PT. tahapan kualifikasi sebagian
Pertamina RU CSMS besar telah mengikuti
III Palembang (penilaian alur TKO. tahap
resiko, seleksi telah mengacu
prakualifikasi pada pedoman TKO
, seleksi, pra CSMS, kontraktor
pekerjaan, melalui 3 tahapan
pekerjaan yaitu teknik, K3LL,
berlangsung, dan keuangan. Pada
dan evaluasi tahap pekerjaan sudah
akhir) Output mengacu kepada
: TKO. Tahap pekerjaan
Implementasi berlangsung sudah
CSMS berjalan sesuai TKO,
namun ada hambatan
yang membuat skor
pada tahapan menjadi
lebih rendah, tetapi
manajemen
memberikan
intervensi-intervensi.
Pada tahapan evaluasi
akhir penulis hanya
mendapatkan data

Universitas Esa Unggul


32

No Judul Penulis Variabel Metode Hasil


pada wawancara
mendalam saja
terhadap pihak
manajemen
kontraktor. Dari hasil
analisis melalui
wawancara tersebut,
pihak manajemen
kontraktor masih
belum tegas dan
konsisten dalam
menerapkan HSE plan
saat pekerjaan
berlangsung
(Falenshina, 2012).
4. Analisis Hera Input : Kualitatif Pada tahap pra
Penerapan Yulinanda Pedoman kualifikasi perusahaan
Contractor Pratiwi CSMS Proses juga memberikan
Safety : PDCA ketentuan yang
Management Output : terdapat dalam
System (CSMS) Implementasi dokumen andwijzing.
di PT. X Dokumen tersebut
Bontang memberikan
Kalimantan penjelasan scope of
Timur work yang akan
dilakukan serta
ketentuan kontraktor
yang dibutuhkan
dalam pekerjaan
tersebut. Persyaratan
pemenuhan sertifikat
CSMS juga terdapat di
dalam dokumen
tersebut (Pratiwi,
2017).
Penerapan Rewi Input
6. : Kualitatif Beberapa kecelakaan
5. CSMS Lukiatsint Penilaian yang terjadi setelah
(Contractor o, dan Resiko sistem CSMS
Safety Noeroel pekerjaan, diberlakukan bukan
Management Widajati Pra- kesalahan sistem
System) Sebagai kualifikasi, CSMS, tetapi dari
Upaya Seleksi, Pre implementasi sistem
Pencegahan Job Activity, yang tidak sesuai
Kecelakaan Work in (Lukiatsinto dan
Kerja Progress, Widajati, 2014).
Evaluasi
Akhir

Universitas Esa Unggul


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Ketidaksesuaian Contractor Safety Management System (CSMS) pada
tahap pelaksanaan (penilaian berjalan) disebabkan oleh banyak faktor yang
melatarbelakangi. Pada pekerjaan berlangsung dipengaruhi oleh faktor
penyampaian komunikasi, pendidikan dan pelatihan bagi pekerja, pengawasan
yang dilakukan, instruksi kerja sebagai pedoman saat melakukan pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin menganalisis Contractor
Safety Manegement System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada Proyek Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang Tahun
2019.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Sumber: Pedoman SMK3 Kontraktor PT. Pertamina (2016).

33
Universitas Esa Unggul
34

3.2 Definisi Istilah


Tabel 3.1 Definisi Istilah
No Variabel Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur
1. Pemeriksaan Aktifitas rutin yang a. Wawancara, a. Pedoman
Inspeksi terjadwal maupun secara b. Telaah wawancara
HSE tiba-tiba yang dilakukan Dokumen b. Lembar
oleh pengawas pekerjaan c. Observasi checklist
untuk menemukan lapangan c. Lembar
potensi bahaya yang ada observasi
di area kerja untuk
mencegah terjadinya
kerugian maupun
kecelakaan ditempat
kerja dalam penerapaan
K3 di area proyek Water
Injection Pump di
Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang
2. Pemeriksaan Pemeriksaan program a. Wawancara, a. Pedoman
Program kerja HSE yang telah b. Telaah wawancara
Implementasi disepakati pada HSE Dokumen b. Lembar
HSE Plan Plan, dan memastikan c. Obsevasi checklist
bahwa program berjalan lapangan c. Lembar
sesuai dengan rencana observasi
pada proyek Water
Injection Pump di
Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang.
3 Laporan Proses akhir pada fase a. Wawancara, a. Pedoman
hasil penilaian berjalan b. Telaah wawancara
penilaian sebagai penaksiran untuk Dokumen b. Lembar
evaluasi menentukan nilai checklist
Sementara berdasarkan acuan dari
pemeriksaan inspeksi
HSE dan pemeriksaan
Program Implementasi
HSE pada proyek Water
Injection Pump

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


1.3.1 Tempat Penelitian
Tempat Penelitian dilakukan di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya
dengan alamat Gd Cibis Nine Lt. 16 Unit A – D Jl. TB. Simatupang

Universitas Esa Unggul


35

No. 2, Jakarta Selatan 12560 dan Pertamina EP Asset 3 Field


Jatibarang, Mundu Jatibarang, Jawa Barat.
1.3.2 Waktu Penelitian
Waktu yang ditempuh dalam penyusunan skripsi ini mulai Maret –
Juli 2019

3.4 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang tahun
2019 melalui wawancara mendalam dengan informan, telaah dokumen, serta
observasi dilapangan langsung.

3.5 Informan Penelitian


Penelitian ini melibatkan informan kunci, informan utama dan informan
pendukung sebanyak 4 orang. Informan kunci yaitu HSE Officer yang
memonitor proyek water injection pump di PT. Pertamina Asset 3 Field
Jatibarang, Informan utama yaitu seorang Leader bagian water pump injection
yang menjadi penanggung jawab operasional pekerjaan di area PT. Pertamina
EP Asset 3 Field Jatibarang dan informan pendukung yaitu HSE Manager dan
supervisor unit operation water pump injection.

3.6 Instrumen Penelitian


Pada variabel penelitian ini digunakan instrumen penelitian sebagai
berikut:
3.6.1 Pemeriksaan Inspeksi HSE
Pada variabel Pemeriksaan Inspeksi HSE diteliti dengan metode telaah
dokumen, observasi dan wawancara mendalam dengan alat bantu
lembar observasi, lembar checklist, pedoman wawancara, alat tulis,
kamera dan perekam suara. Indikator dari variabel Pemeriksaan
Inspeksi HSE adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan, tugas personil,

Universitas Esa Unggul


36

kualifikasi personil, pengawasan dari supervisor, dokumentasi dari


daily activity seperti toolbox meeting, permit to work, job safety
analysis (JSA), lock out tag out (LOTO), dan hambatan selama proses
pekerjaan pada implementasi inspeksi HSE. Variabel pemeriksaan
inspeksi HSE diteliti dengan 6 pertanyaan dan 4 checklist dokumen.
3.6.2 Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan
Pada variabel pemeriksaan program implemetasi HSE plan diteliti
dengan telaah dokumen, observasi dan wawancara mendalam, dengan
alat bantu lembar observasi, lembar checklist, pedoman wawancara,
alat tulis, kamera dan perekam suara. Indikator dari variabel
dokumentasi adalah pedoman atau bridging document yang telah
disepakati pada HSE Plan, kegiatan atau aktifitas yang ada pada
program HSE Plan, tugas personil, kualifikasi personil, pengawasan
dari supervisor, kelengkapan dokumen pada penilaian berjalan pada
elemen program implementasi HSE, fungsi dari dokumen yang
dikumpulkan, hambatan dalam melakukan implementasi HSE.
Variabel pemeriksaan program implementasi HSE Plan diteliti dengan
8 pertanyaan dan 5 checklist dokumen.
3.6.3 Laporan Hasil Penilaian Evaluasi Sementara
Pada variabel laporan hasil penilaian evaluasi sementara diteliti dengan
telaah dokumen dan wawancara mendalam, dengan alat bantu lembar
checklist, pedoman wawancara, alat tulis dan perekam suara, indikator
dari variabel laporan hasil penilaian evaluasi sementara adalah
dokumentasi kelengkapan dokumen pada penilaian berjalan pada
elemen pemeriksaan inspeksi HSE, pemeriksaan program
implementasi HSE Plan, fungsi dari dokumen yang dikumpulkan,
hambatan dalam melakukan dokumentasi, dan dampak jika dokumen
implementasi tidak ada atau tidak lengkap, Hasil evaluasi, nilai pada
hasil evaluasi sementara apakah terdapat nilai yang menurun dari
periode sebelumnya dan bagaimana tindakan perbaikannya. Variabel
laporan hasil penilaian evaluasi sementara diteliti dengan 5 pertanyaan
dan 2 checklist dokumen.

Universitas Esa Unggul


37

3.7 Teknik Keabsahan Data


Teknik keabsahan data dilakukan dengan tujuan agar data yang
diperoleh dalam penelitian kualitatif dapat terjaga dan merupakan data yang
valid. Jenis Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
3.7.1 Triangulasi sumber
Dengan cara melakukan wawancara dan observasi, peneliti dapat
terlibat dalam melakukan pengamatan langsung, mengecek derajat
kepercayaan melalui telaah dokumen. Sehingga menghasilkan bukti
atau data selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda.
3.7.2 Triangulasi metode
Dengan cara pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
wawancara dan hasil observasi untuk dicek kebenarannya dan peneliti
melakukan wawancara dengan informan kunci, utama dan pendukung
sehingga data dari satu informan dapat dibandingkan dengan informan
lain.

3.8 Analisis Data


Data yang diperoleh dari pengumpulan data secara primer maupun
sekunder melalui penelitian kualitatif didapatkan data berupa kata-kata.
Terdapat beberapa teknik analisis data sebagai berikut:
3.8.1 Pengumpulan data
Proses yang berlangsung selama penelitian dengan menggunakan
seperangkat instrumen yang telah dipilih untuk memperoleh informasi
data melalui proses wawancara.
3.8.2 Reduksi data
Pemilihan data yang terdapat di perusahaan dengan dilakukan
pemusatan perhatian kepada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi dari data kasar yang muncul.
3.8.3 Penyajian data
Penyajian data dengan cara mengumpulkan informasi hasil wawancara
menggunakan matriks hasil wawancara berbentuk tabel, hasil
observasi menggunakan tabel dan dinilai berdasarkan kondisi saat

Universitas Esa Unggul


38

penelitian. Sedangkan telaah dokumen dibuat dalam bentuk tabel atau


pernyataan dalam bentuk kalimat.
3.8.4 Verifikasi atau menarik kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
hasil reduksi data dan tetap berorientasi pada rumusan masalah serta
tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah di susun dibandingkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga mempermudah penarikan
kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan.

Universitas Esa Unggul


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Pemeriksaan Inspeksi HSE di PT. Multikarya Asia Pasifik


Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.
Pemeriksaan Inspeksi HSE adalah salah satu aktifitas rutin yang
terjadwal maupun secara tiba-tiba yang dilakukan oleh pengawas pekerjaan
untuk menemukan potensi bahaya yang ada di area kerja untuk mencegah
terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat kerja dalam penerapan
K3LL.
Dalam aktifitas pemeriksaan inpkesi HSE terdapat beberapa indikator
penilaian yaitu pedoman kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE, personil yang
melakukan pemeriksaan inspeksi HSE, pengawasan terhadap aktifitas diarea
kerja, dokumentasi program-program yang telah disepakati pada HSE plan,
serta hambatan selama aktifitas pemeriksaan HSE.

4.1.1 Gambaran Kegiatan Pemeriksaan Inspeksi HSE


Pedoman penilaian berjalan dalam kegiatan pemeriksaan inspeksi
HSE merupakan acuan dalam melakukan proses penilaian berjalan
untuk menjamin agar pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dan rencana K3LL yang disepakati, dan menyampaikan
temuan selama pelaksanaan pekerjaan. Penilain dilakukan dalam satu
periode dimana pekerjaan fisik dilaksanakan dilapangan.
Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan inspeksi HSE kontraktor
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disepakati oleh user dan
kontraktor. Inspeksi HSE dilaksanakan dengan mengisi Formulir No. F-
001/C-020/A3/EP8000/2014-S0. Daftar Periksa Inspeksi HSE sesuai
dengan kondisi yang ada dilokasi dengan mengikuti panduan formulir
dari user. Pada kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE terdapat 17 elemen
yang diperiksa.
Gambaran tahapan kegiatan pada pemeriksaan inspeksi HSE
diketahui melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk
memperoleh hasil yang meliputi, gambaran kegiatan pemeriksaan

39
40

inspeksi HSE, langkah-langkah kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE.


Berikut hasil kutipan wawancara :
“Prosesnya kita melakukan pengisian checklist dilapangan
bersama dengan user, iyaa mereka namakan TKO atau TKI”
(Informan Kunci)
“Impelementasi diharuskan evidancenya yang diminta dari user,
mengikuti guidance dari SOP yang utama dari user” (Informan
Utama)
“Daftar inspeksi sifatnya mandatory harus dilaksanakan oleh
kontraktor sebagai pemegang kontrak, yaa standar prosedur ada
dari pihak Pertamina karena itu jadi acuan bagi kontraktor”
(Informan Pendukung 1)
“Prosedur yang sudah ada divisi HSE Pertamina, TKO
Pertamina” (Informan Pendukung 2)

Dalam kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE harus mengikuti


prosedur yang sudah ditetapkan oleh user, melalui wawancara
mendalam peneliti juga menanyakan apakah proses penilaian sesuai
dengan prosedur yang dari PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.
Berikut hasil kutipan wawancara :
“Mengikuti SOP” (Informan Kunci)
“Pasti yaa” (Informan Utama)
“Iyaa” (Informan Pendukung 1)
“Sesuai” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE mengikuti pedoman dari PT.
Pertamina selaku user yang dinamakan Tata Kerja Individu dan telah
mengikuti prosedur yang ada.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
pedoman kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.
Tabel 4.1 Hasil Telaah dokumen pedoman kegiatan pemeriksaan
inspeksi HSE

Variabel Komponen Ada Tidak ada


Pemeriksaan Form Checklist
Inspkesi HSE Pemeriksaan Inspeksi HSE

No Dok : F-001/C-
020/A3/EP8000/2014-S0

Universitas Esa Unggul


41

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait


pedoman kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE didapatkan informasi
bahwa PT. Multikarya Asia Pasifik Raya menggunakan pedoman
checklist dari user yaitu form pemeriksaan inspeksi HSE dari PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang dengan no dokumen F-001/C-
027/A3.2/EP8000/2014-S0.

4.1.2 Gambaran Personil Pada Pemeriksaan Inspeksi HSE


Personil pada pemeriksaan inspeksi HSE merupakan perangkat
yang berfungsi untuk melaksanakan pemeriksaan inspeksi penilaian
berjalan. Tugas dari personil ini adalah menilai aspek-aspek K3LL
sesuai daftar periksa inspeksi HSE.
Gambaran personil pada pemeriksaan inspeksi HSE diketahui
melalui proses wawancara dan telaah dokumen untuk memperoleh hasil
yang meliputi gambaran organisasi yang berperan dalam pemeriksaan
inspeksi HSE, tugas-tugas dari masing-masing personil, dan kualifikasi
yang dimiliki oleh tiap personil. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan informan, gambaran personil pada pemeriksaan
inspeksi HSE diketahui bahwa terdapat tim yang terlibat dan
bertanggung jawab dalam proses pemeriksaan inspeksi HSE di PT
Multikarya Asia Pasifik Raya pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang. Berikut hasil kutipan wawancara :
“HSE, Operasi dan User, User menilai berdasarkan checklist,
kedua kita sebagai yang dinilai” (Informan Kunci)
“Supervisor dilapangan dan didampingi oleh HSE, Iya semua
harus terlibat dalam pelaksanaan HSE Program yang sudah
ditetapkan” (Informan Utama)
“Pertamina, HSE, produksi operation, personil dilapangan
memastikan safety program yang berjalan dilapangan berjalan
dengan baik” (Informan Pendukung 1)
“Personil dilokasi, Supervisor termasuk mekanik, operator dan
pasti ya HSE diinternal kami yaa” (Informan Pendukung 2)

Pada gambaran personil peran dan tanggung jawab terhadap


aktifitas inspeksi HSE sangat penting karena berhubungan dengan
prosedur yang telah ditetapkan oleh user dan menurut informasi masih

Universitas Esa Unggul


42

terdapat personil yang belum mengetahui peran dan tanggung


jawabnya. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Selama ini kalau boleh jujur, HSE membantu untuk menyediakan
evidance, temen lapangan belum mengerti terhadap tugas dan
tanggung jawab mereka jadi lack juga” (Informan Kunci)
“Ada beberapa lah personil yang belum mengetahuir, tapi
supervisor sudah mengertilah untuk target HSE program yang
harus dicapai” (Informan Utama)
“Variatif juga yaa, ada yang tidak mengetahui sama sekali, ada
yang sedikit mengetahui, ada yang lumayan mengetahui atau ada
yang sangat paham sekali” (Informan Pendukung 1)
“Sudah mengetahui peran, semuanya sudah faham” (Informan
Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran personil yang terlibat pada pemeriksaan inspeksi HSE
adalah dari departemen operasi, HSE dan juga user atau pihak
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang sebagai pemberi kerja, namun
menurut informasi terdapat beberapa personil dilapangan yang belum
mengerti peran dan tanggung jawab terhadap pemeriksaan inspeksi
HSE.
Personil yang bertanggung jawab atau terlibat dalam pemeriksaan
inspeksi HSE harus memiliki integritas dan ketegasan dalam hal
memberikan teguran kepada pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan
rencana kerja. Tugas tim pemeriksaan inspeksi HSE pada penilaian
berjalan tercantum didalam struktur organisasi proyek PT. Pertamina
EP Asset 3 Field Jatibarang yang didalamnya terdapat Supervisor, HSE,
dan Operator hal ini dibuktikan dari telaah dokumen yang dilakukan.
Berikut lembar checklistnya :
Tabel 4.2 Hasil Telaah dokumen tugas personil yang terlibat
pemeriksaan inspeksi HSE
Variabel Komponen Ada Tidak ada
Pemeriksaan Daftar tugas personil yang
Inspkesi HSE terlibat pemeriksaan

inspeksi HSE
Dok HSE Plan Struktur
Organisasi Proyek

Universitas Esa Unggul


43

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait


personil pada pemeriksaan inspeksi HSE, didapatkan informasi bahwa
terdapat tim yang tercantum pada HSE Plan struktur organisasi proyek.
Personil yang terlibat dalam proses pemeriksaan inspeksi antara lain
supervisor operation yang ada dilapangan, HSE dari kontraktor dan
User selaku pemberi kerja dalam hal ini adalah PT. Pertamina EP Asset
3 Field Jatibarang, namun terdapat beberapa personil dilapangan yang
belum mengerti peran dan tanggung jawab terhadap pemeriksaan
inspeksi HSE.

4.1.3 Gambaran Pengawasan Pada Pemeriksaan Inspeksi HSE


Pengawasan merupakan aktifitas yang dilakukan pada saat
kontraktor bekerja diarea proyek. Pengawasan ini bertujuan agar
kontraktor tetap memenuhi aspek K3LL dalam proses pekerjaan sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Gambaran pengawasan PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada
proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang diketahui melalui
wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi lapangan untuk
memperoleh hasil yang meliputi gambaran pengawasan kontraktor,
personil yang bertanggung jawab mengawasi pekerja. Pengawasan
dapat dilakukan dengan maksud untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan oleh pekerja dan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan, diketahui bahwa program pengawasan mengikuti
user yang disepakati pada pra pekerjaan yaitu HSE Plan. Namun
kontraktor juga mempunyai program pengawasan internal. Berikut hasil
kutipan wawancara :
“Kita itu selalu punya namanya HSE Plan” (Informan Kunci)
“Untuk program-program itu sudah ada beberapa, yag pasti yang
membuat kita dari HSE dan dibridging dengan user, plan
program” (Informan Utama)
“Ohh ada, yaa untuk program pengawasan sendiri sebetulnya dari
departemen HSE dan Pertamina” (Informan Pendukung 1)
“Oh iyaa itu ada” (Informan Pendukung 2)

Universitas Esa Unggul


44

Pada gambaran pengawasan terhadap aktifitas inspeksi HSE sangat


penting untuk memantau apakah para pekerja sudah mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan oleh user dan menurut informasi masih
kurangnya pengawasan dari supervisor yang ada dilapangan. Berikut
hasil kutipan wawancara :
“Iyaa, pengawasan dari supervisor terkadang masih kurang
konsisten” (Informan Kunci)
“Untuk pengawasan sih ada supervisor dilapangan, namun tidak
bisa setiap saat memonitor karena banyak kegiatan yg lain”
(Informan Utama)
“Selain supervisor dari kita, terkadang juga diawasi oleh pihak
user” (Informan Pendukung 1)
“Oh iyaa itu ada supervisor yang dilokasi, ya tapi balik lagi ke
personil dari operator terkadang kalo gak ada supervisor
terkadang mereka kurang disiplin” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran pengawasan pada pemeriksaan inspeksi HSE sudah
mengikuti dari prosedur yang ada di HSE Plan, yang mana HSE Plan
ini dibuat oleh PT. Multikarya Asia Pasifik Raya dengan mengikuti
pedoman dari PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang, namun peran
pengawasan masih kurang konsisten dalam melakukan monitoring
terhadap pekerja dilokasi.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
pengawasan pada pemeriksaan inspeksi HSE PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang
Tabel 4.3 Hasil Telaah dokumen pengawasan pada pemeriksaan
inspeksi HSE
Variabel Komponen Ada Tidak ada
Pemeriksaan Laporan temuan
Inspkesi HSE pemeriksaan inspeksi HSE

No Dok : F-005/C-
020/A3/EP8000/2014-S0

Hal ini diperkuat dengan hasil observasi lapangan yang


menunjukan bahwa pengawasan rutin dilakukan kepada pekerja PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya di area PT. Pertamina, namun ketegasan

Universitas Esa Unggul


45

dari supervisor pengawas dan HSE masih kurang, tidak adanya personil
HSE Officer di area pekerjaan tersebut juga menjadi masalah dalam
proses pengawasan pekerjanya.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Pemeriksaan Inspeksi HSE
No Kriteria Keterangan
1 Komunikasi Bahaya 1. Rutin dilakukan supervisor
(Hazard lapangan
Communication) 2. Ketegasan dari supervisor masih
kurang
3. Masih ditemukan beberapa
personil yang kurang disiplin
dalam pemakain APD seperti
sarung tangan, kacamata

Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi


lapangan terkait pengawasan pada pemeriksaan inspeksi HSE,
didapatkan informasi bahwa program pengawasan yang dilakukan oleh
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang yang dinamakan HSE Plan yang
dibuat sebelum aktifitas pekerjaan dimulai serta untuk memonitor
temuan dari pengawasan tersebut sesuai hasil telaah dokumen terdapat
format laporan temuan pemeriksaan inspeksi HSE dengan nomer
dokumen : F-005/C-020/A3/EP8000/2014-S0, namun supervisor masih
kurang konsisten terhadap monitoring pengawasan kepada pekerja yang
ada dilokasi, ketegasan dari supervisor pengawas masih kurang, tidak
adanya personil HSE Officer di area pekerjaan tersebut juga menjadi
masalah dalam proses pengawasan pekerjanya.

4.1.4 Gambaran Dokumentasi Pada Pemeriksaan Inspeksi HSE


Dokumentasi ini merupakan berkas-berkas yang harus dipenuhi
oleh kontraktor selama aktifitas berjalan di area pekerjaan, dokumentasi
sebagai evidance atau bukti nyata tentang komitmen, indikator kinerja
yang memperkuat bahwa kontraktor betul-betul melakukan HSE
program sesuai elemen pada pemeriksaan inspeksi HSE antara lain
bagaimana checklist housekeeping diarea kerja, checklist monitoring

Universitas Esa Unggul


46

alat pelindung diri, checklist fire extinguisher pencegahan dan


perlindungan kebakaran, komunikasi bahaya dokumentasi daily safety
meeting atau pre job safety meeting, penempatan MSDS (Material
Safety Data Sheets).
Gambaran dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE diketahui
melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk memperoleh
hasil yang meliputi persyaratan-persyaratan yang wajib dipenuhi oleh
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset
3 Field Jatibarang. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Penilaian CSMS, biasanya user akan menanyakan evidance-
evidance kepada kita mulai dari tailgate meeting, JSA SIKA”
(Informan Kunci)
“Beberapa target yang harus dicapai misalnya toolbox atau
tailgate meeting prejob, Meeting inspeksi terus PEKA kartu kerja
aman itu ada harus didokumentasikan dalam berupa evidance”
(Informan Utama)
“Hasil checklist tersebut ada dokumentasi foto-foto, ada
dokumentasi HSE Plan” (Informan Pendukung 1)
“Meeting pagi toolbox meeting, MOM daftar hadir permit,
Checklist LV kendaraan, Checklist tools, housekeeping dan lain-
lainnya” (Informan Pendukung 2)

Dalam pemenuhan dokumentasi bukti-bukti dari HSE program


pada kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE terdapat juga hambatan dalam
pemenuhan dokumentasi tersebut, melalui wawancara mendalam
peneliti juga menanyakan apa saja hambatan yang muncul dalam
kegiatan inspeksi HSE di PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada
proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang. Berikut hasil
kutipan wawancara :
“Dari orang lapangan sendiri lebih ke awareness mereka”
(Informan Kunci)
“Data dokumentasi yang terkadang tidak siap” (Informan Utama)
“Yaa, level edukasi temen-temen dilapangan juga berbeda-beda
dengan cara mereka menyerap bagaimana yang seharusnya
dilakukan dan bagaimana yang seharusnya diimplementasikan”
(Informan Pendukung 1)
“Kesadaran yang masih agak kurang dari temen-temen
dilapangan” (Informan Pendukung 2)

Universitas Esa Unggul


47

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE yang
harus dipenuhi PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sesuai HSE Program
yang telah disepakati dengan user antara lain bukti-bukti seperti pre job
safety meeting, checklist light vehicle, checklist tools, housekeeping,
kartu pengamatan bahaya, namun terdapat hambatan dalam pemenuhan
dokumentasi tersebut yaitu kesadaran dari personil dilapangan dalam
membuat dokumentasi implementasi yang masih kurang konsisten.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
gambaran dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang.
Tabel 4.5 Hasil Telaah dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE
Variabel Komponen Ada Tidak ada
Pemeriksaan Hasil rekapitulasi
Inspkesi HSE pemeriksaan inspeksi HSE

Dok No : F-001/C-
020/A3/EP8000/2014-S0

Hal ini diperkuat dengan hasil observasi lapangan yang


menunjukan bahwa dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pemeriksaan Inspeksi HSE
No Kriteria Keterangan
1. Kebersihan tempat kerja Housekeeping, kondisi lingkungan
kerja cukup baik dan bersih

2. Perlengkapan APD untuk personil crew lengkap


Perlindungan sesuai mandatory dari Pertamina EP
Perseorangan (APD)
3. Checklist pencegahan Terdapat monthly checklist APAR
dan perlindungan
kebakaran
4. Tanda-tanda, Sinyal dan Terdapat safety sign diarea lokasi
Tanda Peringatan (Signs,
Signal, and Barricades)

Universitas Esa Unggul


48

No Kriteria Keterangan
5. Bahan Berbahaya Tidak ditemukan Material Safety
(Limbah Buangan, Data Sheets di area
Asbestos, Radio Aktif &
Bahan Peledak)
6. Peralatan Tangan & Peralatan sesuai dengan toolkits
Listrik (Hand and Power
Tools)
7. Keamanan Elektrikal (El Keamanan elektrikal seperti kabel
Safeectricalty) grounding terpasang di area unit

8. Welding, Cutting and Tidak ada, hanya ada diworkshop


Grinding
9. Gas Bertekanan Terdapat peralatan gas bertekanan
(Compressed Gas)
10. Tempat tertutup Tidak tersedia confined space
(Confined Space)
11. Tangga (Ladder) Terdapat tangga portable di area
kerja

12. Penghalang/penahan Terdapat scaffolds di area gas dryer


(Scaffolds)
13. Penggalian (Excavation) Tidak ada aktifitas penggalian

Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi


lapangan terkait dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE,
didapatkan informasi bahwa dokumentasi yang harus dipenuhi oleh PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT. Pertamina
yang dinamakan HSE program yang dibuat sebelum aktifitas pekerjaan
dimulai serta terdapat hasil rekapitulasi pemeriksaan inspeksi HSE yang
dimana harus dilampirkan beberapa bukti seperti pre job safety meeting,
checklist kebersihan tempat kerja, Checklist pencegahan dan
perlindungan kebakaran, kartu pengamatan bahaya, namun terdapat
hambatan dalam pemenuhan dokumentasi tersebut yaitu kesadaran dari
personil dilapangan dalam membuat dokumentasi implementasi yang
masih kurang konsisten personil hanya fokus kepada operasional unit.

Universitas Esa Unggul


49

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan triangulasi data dari


segi wawancara, telaah dokumen dan observasi lapangan gambaran
pemeriksaan inspeksi HSE Contractor Safety Management System
(CSMS) pada tahap pelaksanaan bahwa kegiatan pemeriksaan Inspeksi
HSE telah mengikuti prosedur form pemeriksaan inspeksi HSE dan
personil yang melakukan pemeriksaan inspeksi HSE terdapat tim yang
tercantum pada HSE Plan struktur organisasi proyek. Pada pengawasan
dilakukan adalah HSE Plan yang dibuat sebelum aktifitas pekerjaan
dimulai serta untuk memonitor temuan dari pengawasan, namun perlu
dilakukan pelatihan, sosialisasi kembali terhadap personil yang belum
mengerti peran dan tanggung jawabnya, ketegasan dari supervisor
pengawas dan HSE masih kurang, tidak adanya personil HSE Officer di
area pekerjaan tersebut juga menjadi masalah dalam proses pengawasan
pekerjanya dan dokumentasi program-program yang telah disepakati
pada HSE plan dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE namun
terdapat hambatan dalam pemenuhan dokumentasi tersebut dikarenakan
tidak ada personil khusus yang fokus terhadap implementasi
dokumentasi.

4.2. Gambaran Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan di PT.


Multikarya Asia Pasifik Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang.
Pemeriksaan program implementasi HSE Plan adalah salah satu
aktifitas rutin yang terjadwal maupun secara tiba-tiba dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan inspeksi HSE yang dilakukan oleh pengawas pekerjaan
untuk menemukan potensi bahaya yang ada di area kerja untuk mencegah
terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat kerja dalam penerapan
K3LL, pemeriksaan program implemaentasi HSE plan telah disepakati pada
awal sebelum pekerjaan dimulai dan kontraktor wajib memastikan bahwa
program HSE plan dapat berjalan sesuai dengan rencana pada proyek Water
Injection Pump di Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.
Dalam aktifitas pemeriksaan program implementasi HSE plan terdapat
beberapa indikator penilaian yaitu pedoman HSE Plan yang telah di bridging

Universitas Esa Unggul


50

dengan user kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE, personil yang melakukan


pemeriksaan program implementasi HSE Plan, pengawasan terhadap aktifitas
diarea kerja serta dokumentasi program-program yang telah disepakati pada
HSE plan.

4.2.1 Gambaran Pedoman Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan


Pedoman program pemeriksaan HSE plan merupakan acuan dalam
melakukan proses penilaian berjalan untuk menjamin agar pekerjaan
yang dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dan rencana K3LL yang
disepakati. HSE plan dibuat oleh kontraktor dan di submit kepada user
sesuai dengan pedoman yang ada. Penilaian dilakukan dalam satu
periode bersamaan dengan pemeriksaan inspeksi HSE dimana
pekerjaan fisik dilaksanakan dilapangan.
Pemeriksaan program implementasi HSE plan dilaksanakan
dengan mengisi Formulir No. F-002/C-020/A3/EP8000/2014-S0. Daftar
Periksa Implementasi HSE plan sesuai dengan kondisi yang ada
dilokasi dengan mengikuti panduan formulir dari user. Pada kegiatan
pemeriksaan inspeksi HSE terdapat 10 elemen yang diperiksa.
Gambaran pedoman pada pemeriksaan program implementasi HSE
plan diketahui melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen
untuk memperoleh hasil yang meliputi, gambaran prosedur
pemeriksaan inspeksi HSE plan. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Iya, submit document” (Informan Kunci)
“Iya, saat sebelum pre job activity kita submit HSE plan sesuai
dengan Guideline” (Informan Utama)
“Pastinya yaa bridging document pembuatan HSE Plan dengan
user” (Informan Pendukung 1)
“Iyaa, Kita biasanya sih langsung dari HSE” (Informan
Pendukung 2)

Pedoman pemeriksaan implementasi HSE Plan juga harus


disosialisasikan kepada personil yang ada dilokasi karena daily activity
yang dilakukan di lapangan mereka yang akan menjalankan, melalui
wawancara mendalam peneliti menanyakan apakah pedoman

Universitas Esa Unggul


51

pemeriksaan HSE plan sudah disosialisasikan kepada seluruh personil


yang ada dilokasi. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Sudah, sebelum pekerjaan disosialisasikan” (Informan Kunci)
“Iyaa” (Informan Utama)
“Sudah disosiaisasikan oleh HSEOfficer” (Informan Pendukung 1)
“Udah disosialisasi” (Informan Pendukung 2)

Pada pemeriksaan implementasi HSE Plan terdapat pedoman yang


telah disepakati oleh pihak kontraktor dan user namun berdasarkan
hasil wawancara tidak semua personil mengetahui pedoman tersebut.
Berikut hasil kutipan wawancara :
“Posisi supervisor saja yang lebih mengerti, level yang lain masih
perlu remind dari supervisor” (Informan Kunci)
“Iyaa tanggung jawabnya dan implementasinya apa yang harus
dilakukan personil lokasi terkadang lupa” (Informan Utama)
“Kalau dibilang mereka mengerti semua tidak, tapi paling tidak
supervisor dilapangan itu paham” (Informan Pendukung 1)
“Iyaa, mengertilah” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa pedoman pemeriksaan implementasi HSE Plan mengikuti
pedoman dari PT. Pertamina EP selaku user yang dinamakan Tata
Kerja Individu dan sudah disosialisasikan kepada seluruh pekerja yang
ada dilapangan, namun tidak semua personil dilapangan mengetahui
pedoman HSE plan, hanya level supervisor yang mengetahui.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
pedoman kegiatan pemeriksaan implementasi HSE Plan PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang.
Tabel 4.7 Hasil Telaah dokumen pedoman pemeriksaan program
implementasi HSE Plan.

Variabel Komponen Ada Tidak ada


Pemeriksaan Form Checklist Daftar
Program Pemeriksaan Implementasi

Implementasi HSE PlanNo Dok : F-002 /C-
HSE Plan 020/A3.2/EP8000/2014-S0

Universitas Esa Unggul


52

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait


pedoman pemeriksaan program inspeksi HSE plan didapatkan
informasi bahwa PT. Multikarya Asia Pasifik Raya menggunakan
pedoman checklist dari user yaitu form pemeriksaan inspeksi HSE dari
PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang dengan no dokumen F-
002/C-027/A3.2/EP8000/2014-S0, dan program tersebut sudah
disosialisasikan kepada seluruh crew yang ada dilokasi, namun tidak
semua personil dilapangan mengetahui pedoman HSE plan, hanya level
supervisor yang mengetahui.

4.2.2 Gambaran Kegiatan Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan.


Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan program impelemntasi HSE
plan dilakukan untuk menjamin agar pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan dan rencana K3LL yang disepakati, dan
menyampaikan temuan selama pelaksanaan pekerjaan. pemeriksaan
program implementasi HSE plan kontraktor dilaksanakan sesuai jadwal
yang telah disepakati oleh user dan kontraktor. Inspeksi HSE
dilaksanakan dengan mengisi Formulir No. F-002/C-
020/A3/EP8000/2014-S0. Daftar Periksa Inspeksi HSE sesuai dengan
kondisi yang ada dilokasi dengan mengikuti panduan formulir dari user.
Gambaran kegiatan pada pemeriksaan program implementasi HSE
plan diketahui melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen
untuk memperoleh hasil yang meliputi, gambaran kegiatan pemeriksaan
inspeksi berdasarkan program HSE plan serta langkah-langkah kegiatan
pemeriksaan inspeksi HSE. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Checklist mengikuti SOP Pertamina” (Informan Kunci)
“Iya, kalo untuk form mengikuti format user” (Informan Utama)
“Menyediakan data sesuai dengan program-program yang sudah
dilaksanakan” (Informan Pendukung 1)
“Iya, sudah ada standarnya” (Informan Pendukung 2)

Dalam proses kegiatan pemeriksaan program implementasi HSE


plan yang selama ini dilakukan menurut informan proses penilaian

Universitas Esa Unggul


53

sudah sesuai dengan prosedur yang ada dari PT. Pertamina EP Asset 3
Field jatibarang. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Iya, sudah” (Informan Kunci)
“Iya” (Informan Utama)
“Sudah” (Informan Pendukung 1)
“Sesuai dengan prosedur” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa kegiatan pemeriksaan program HSE plan mengikuti pedoman
dari PT. Pertamina selaku user yang dinamakan Tata Kerja Individu
dan proses penilaian sudah mengikuti prosedur yang ada.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
pedoman kegiatan pemeriksaan inspeksi HSE PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.
Tabel 4.8 Hasil Telaah dokumen pedoman kegiatan pemeriksaan
program implementasi HSE plan.

Variabel Komponen Ada Tidak ada


Pemeriksaan Form Checklist
Program Pemeriksaan Program HSE

Implementasi Plan
HSE Plan No Dok : F-002/C-
020/A3/EP8000/2014-S0

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait


gambaran kegiatan pemeriksaan program implementasi HSE plan
didapatkan informasi bahwa PT. Multikarya Asia Pasifik Raya
menggunakan pedoman checklist dari user yaitu Tata Kerja Individu
No Dok : F-002/C-020/A3/EP8000/2014-S0 dan menurut informan
penilaian selama ini sudah mengikuti prosedur tersebut.

4.2.3 Gambaran Personil Pada Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan


Personil pada pemeriksaan program implementasi HSE plan
merupakan perangkat yang berfungsi untuk melaksanakan pemeriksaan
sesuai dengan daftar periksa implementasi HSE plan penilaian berjalan.

Universitas Esa Unggul


54

Tugas dari personil ini adalah menilai aspek-aspek K3LL sesuai daftar
periksa inspeksi HSE.
Gambaran personil pada pemeriksaan program implementasi HSE
plan diketahui melalui proses wawancara dan telaah dokumen untuk
memperoleh hasil yang meliputi gambaran organisasi yang berperan
dalam pemeriksaan program implementasi HSE plan, tugas-tugas dari
masing-masing personil, dan kualifikasi yang dimiliki oleh tiap
personil. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan,
gambaran personil pada pemeriksaan program implementasi HSE plan
diketahui bahwa terdapat tim yang terlibat dan bertanggung jawab
dalam proses pemeriksaan program implementasi HSE plan di PT
Multikarya Asia Pasifik Raya pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3
Field Jatibarang. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Operasi dan HSE” (Informan Kunci)
“Yaa pasti yang terlibat crew-crew disana, supervisor” (Informan
Utama)
“HSE dan departemen terkait baik itu operasional maupun
production” (Informan Pendukung 1)
“Iyaa tetep yang ada dilokasi aja supervisor” (Informan
Pendukung 2)

Pada pemeriksaan program implementasi HSE plan terdapat peran


personil yang terlibat dalam pemeriksaan HSE plan tersebut. Berikut
hasil kutipan wawancara :
“HSE memberikan coaching, untuk full inchargenya dari temen-
temen dilapangan” (Informan Kunci)
“Supervisor, namun terkadang masih perlu dari HSE untuk
mengassist” (Informan Utama)
“yang pasti supervisor dilapangan itu wajib tau tugasya, HSE
membantu jika terdapat temuan yang memerlukan rekomendasi”
(Informan Pendukung 1)
“Iyaa terkadang supervisor lupa memonitor, karena mungkin ada
fokus pekerjaan lainnya” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran personil yang terlibat pada pemeriksaan program
implementasi HSE plan adalah dari departemen operasi yaitu
supervisor, HSE dari internal dan juga user atau pihak Pertamina EP

Universitas Esa Unggul


55

sebagai pemberi kerja, namun peran supervisor masih kurang konsisten


sesuai dengan tanggung jawabnya khususnya dalam menjalankan
program implementasi HSE Plan dikarenakan supervisor lebih
memprioritaskan operasional produksi dari pump unit yang ada
dilokasi. Tugas tim pemeriksaan implementasi HSE plan pada penilaian
berjalan tercantum didalam struktur organisasi proyek PT. Pertamina
EP Asset 3 Field Jatibarang yang didalamnya terdapat Supervisor, HSE,
dan Operator hal ini dibuktikan dari telaah dokumen yang dilakukan.
Berikut lembar checklist :
Tabel 4.9 Hasil Telaah dokumen tugas personil yang terlibat
pemeriksaan implementasi HSE plan

Variabel Komponen Ada Tidak ada


Daftar tugas personil yang
terlibat pemeriksaan

inspeksi HSE
Pemeriksaan Dok HSE Plan Struktur
program Organisasi Proyek
Implementasi Kompetensi personil;
HSE plan Prosedur kompetensi,
pelatihan dan kepedulian
No. Dok : PQHSE- √
MKAPR-007 Rev 1

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait


personil pada pemeriksaan implementasi HSE Plan, didapatkan
informasi bahwa terdapat tim yang tercantum pada HSE Plan struktur
organisasi proyek, PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sudah mempunyai
prosedur internal terkait kompetensi personil. Personil yang terlibat
dalam proses pemeriksaan inspeksi antara lain supervisor operation
yang ada dilapangan, HSE dari kontraktor dan User selaku pemberi
kerja dalam hal ini adalah PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang,
namun peran supervisor masih kurang konsisten sesuai dengan
tanggung jawabnya khususnya dalam menjalankan program
implementasi HSE Plan

Universitas Esa Unggul


56

4.2.4 Gambaran Pengawasan Pada Pemeriksaan Implementasi HSE Plan


Pengawasan merupakan aktifitas yang dilakukan pada saat
kontraktor bekerja diarea proyek. Pengawasan ini bertujuan agar
kontraktor tetap memenuhi aspek K3LL dalam proses pekerjaan sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Gambaran pengawasan PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada
proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang diketahui melalui
wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi lapangan untuk
memperoleh hasil yang meliputi gambaran pengawasan kontraktor,
personil yang bertanggung jawab mengawasi pekerja. Pengawasan
dapat dilakukan dengan maksud untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan oleh pekerja dan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan, diketahui bahwa program pengawasan mengikuti
user yang disepakati pada pra pekerjaan yaitu HSE Plan. Namun
kontraktor juga mempunyai program pengawasan internal. Berikut hasil
kutipan wawancara :
“Ada, Iya dari kita dan HSE Pertamina” (Informan Kunci)
“HSE prosedur pasti ada dari internal yaa sebagai acuan pada
saat implementasi dilapangan” (Informan Utama)
“Yaa, HSE Plan itu” (Informan Pendukung 1)
“Ada” (Informan Pendukung 2)

Pada gambaran pengawasan terhadap pemeriksaan implementasi


HSE plan sedikit berbeda dengan aktifitas pemeriksaan inspeksi HSE
karena pada HSE plan terdapat elemen-elemen tersendiri dalam
memantau apakah para pekerja sudah mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh user dan menurut informasi masih kurangnya
pengawasan dari supervisor yang ada dilapangan. Berikut hasil kutipan
wawancara :
“Iyaa, sama seperti pemeriksaan HSE pada HSE plan
implementasi pengawasan dari supervisor juga kurang konsisten”
(Informan Kunci)
“Untuk HSE plan ini sebenrnya harus lebih diawasi karena
berhubungan dengan komitmen diawal pekerjaan (Informan
Utama)

Universitas Esa Unggul


57

“Peran pengawas sangat krusial ya karena mereka yang harus


memastikan itu jalan, tapi sampai saat ini HSE yang sering
meremind” (Informan Pendukung 1)
“Terkadang supervisor memberikan info saat daily meeting kepada
personil dilapangan” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran pengawasan pada pemeriksaan implementasi HSE
plan sudah mengikuti dari prosedur yang telah disepakati dari user
yaitu HSE plan, yang mana HSE Plan ini dibuat oleh PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya dengan mengikuti pedoman dari PT. Pertamina EP
Asset 3 Field Jatibarang, namun peran dari supervisor dan komitmen
dari manajemen terhadap pengawasan masih kurang konsisten dalam
memonitor program HSE plan yang sudah dibuat oleh kontraktor dan
user.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
pengawasan pada pemeriksaan implementasi HSE plan PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang.
Tabel 4.10 Hasil Telaah dokumen pengawasan pada pemeriksaan
inspeksi HSE

Variabel Komponen Ada Tidak ada


Laporan temuan
Pemeriksaan pemeriksaan inspeksi HSE

Program No Dok : F-005/C-
Implementasi 020/A3/EP8000/2014-S0
HSE Plan Prosedur pemantauan dan
pengukuran No. Dok :

PQHSE-MKAPR-013 Rev1

Hal ini diperkuat dengan hasil observasi lapangan yang


menunjukan bahwa pengawasan dan komitmen manajemen yang
terdapat pada HSE plan seperti program management visit atau
management walktrough yang seharusnya dilakukan secara rutin masih
kurang konsisten dilakukan kepada pekerja PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya di area PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.

Universitas Esa Unggul


58

Tabel 4.11 Hasil Observasi Pemeriksaan Implementasi HSE Plan


No Kriteria Keterangan
1. Komitmen Manajemen Management Visit masih kurang
(Management Visit, konsisten, tidak sesuai jadwal yang
Walktrough) telah disepakati pada program HSE
Plan

2. Inspeksi dan Audit Terdapat format inspeksi dan audit


HSE Subkontraktor HSE

Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi


terkait pengawasan pada pemeriksaan implementasi HSE plan,
didapatkan informasi bahwa program pengawasan yang dilakukan oleh
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT.
Pertamina yang dinamakan HSE Plan yang dibuat sebelum aktifitas
pekerjaan dimulai serta untuk memonitor temuan dari pengawasan
tersebut sesuai hasil telaah dokumen terdapat format laporan temuan
pemeriksaan inspeksi HSE dengan nomer dokumen : F-005/C-
020/A3/EP8000/2014-S0 dan PT. Multikarya Asia Pasifik Raya juga
mempunyai prosedur pengawasan Prosedur pemantauan dan
pengukuran dengan No. Dok : PQHSE-MKAPR-013 Rev 1, namun
peran dari supervisor terhadap pengawasan masih kurang konsisten
dalam memonitor program HSE plan serta pada observasi lapangan
terdapat komitmen manajemen yang tertuang pada HSE plan secara
periode harus dilakukan management visit untuk memantau pekerja
dilokasi belum konsisten untuk dilakukan.

4.2.5 Gambaran Dokumentasi Pada Pemeriksaan Implementasi HSE Plan.


Dokumentasi ini merupakan berkas-berkas yang harus dipenuhi
oleh kontraktor selama aktifitas berjalan di area pekerjaan, dokumentasi
sebagai evidance atau bukti nyata tentang komitmen, indikator kinerja
yang memperkuat bahwa kontraktor betul-betul melakukan HSE
program sesuai elemen pada pemeriksaan program implementasi HSE
plan antara lain bukti komitmen manajemen terhadap management visit

Universitas Esa Unggul


59

yang telah disepakati didalam kontrak, key performance indicator


apakah terdapat laporan yang menyatakan bahwa KPI aspek HSE sudah
tercapai dari leading indicator dan lagging indicator.
Gambaran dokumentasi pada pemeriksaan program implementasi
HSE plan diketahui melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen
untuk memperoleh hasil yang meliputi persyaratan-persyaratan yang
wajib dipenuhi oleh PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang. Berikut hasil kutipan
wawancara :
“Dokumen seperti JSA SIKA, meeting-meeting, inspeksi-inspeksi,
sosialisasi-sosialisasi dan training” (Informan Kunci)
“Dokumentasi evidance dari implementasi HSE Program”
(Informan Utama)
“Dokumentasi foto katakanlah ada finding before dan after itu
yang harus disediakan” (Informan Pendukung 1)
“Permit JSA, Toolbox meeting absensi dan inspeksi lain-lainnya”
(Informan Pendukung 2)

Namun, menurut informan banyak hambatan yang muncul saat


pemenuhan dokumentasi dilapangan, ketika pemeriksaan program
implementasi HSE plan personil dilokasi terkadang kurang siap dengan
bukti-bukti implementasi. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Iyaa hambatannya dokumentasi” (Informan Kunci)
“Implementasi dari temen-temen dilapangan harus sesuai dari
HSE plan yang kita buat, yang berat disitu untuk melakukan
implementasinya” (Informan Utama)
“Yaa hambatannya habit supervisor dilapangan, lalu cara kerja,
tata waktu dan termasuk masalah komunikasi koordinasi dan lain-
lain” (Informan Pendukung 1)
“Sama aja sih sebetulnya, kesadaran dari crew lokasi” (Informan
Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran dokumentasi pada pemeriksaan implementasi HSE
plan yang harus dipenuhi PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sesuai HSE
Program yang telah disepakati dengan user antara lain bukti-bukti dari
leading indicator dan lagging indicator, namun menurut informan
banyak hambatan dalam pemenuhan dokumentasi yaitu dari kesadaran

Universitas Esa Unggul


60

personil dilokasi yang masih kurang dalam mendokumentasikan


program tersebut dikarenakan supervisor lebih fokus ke operasional
unit, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi sementara yang menurun.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
gambaran dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang.
Tabel 4.12 Hasil Telaah dokumen dokumentasi pada pemeriksaan
program implementasi HSE plan

Variabel Komponen Ada Tidak ada


Pemeriksaan Hasil rekapitulasi
Program pemeriksaan program

Implementasi implementasi HSE plan
HSE plan Dok No : F-002/C-
020/A3/EP8000/2014-S0
Dokumentasi Pengendalian dokumen
kegiatan No.Dok:PQHSE-MKAPR-

008

Hal ini diperkuat dengan hasil observasi lapangan yang


menunjukan bahwa dokumentasi pada pemeriksaan program
implementasi HSE plan.
Tabel 4.13 Hasil Observasi Pemeriksaan Implementasi HSE plan
No Kriteria Keterangan
1. Komitmen manajemen Terdapat bukti foto Management
Visit yang dilakukan oleh top level,
namun masih kurang konsisten dan
tidak sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati

2. Risk Assessment Terdapat Job Safety Analysis dan


Work Permit di area unit kerja
3. Journey Management Terdapat Jouney Management Plan
Plan untuk aktifitas mobilisasi di project
4. Emergency Response Terdapat flow chart ERP untuk
Plan evakuasi bahaya di lokasi

Universitas Esa Unggul


61

Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi


lapangan terkait dokumentasi pada pemeriksaan program implementasi
HSE plan, didapatkan informasi bahwa dokumentasi yang harus
dipenuhi oleh PT. Multikarya Asia Pasifik Raya mengikuti pedoman
dari PT. Pertamina yang dinamakan HSE plan yang dibuat sebelum
aktifitas pekerjaan dimulai serta terdapat hasil rekapitulasi pemeriksaan
inspeksi HSE yang dimana harus dilampirkan beberapa bukti-bukti dari
leading indicator dan lagging indicator, namun menurut informan
banyak hambatan dalam pemenuhan dokumentasi yaitu dari kesadaran
personil dilokasi yang masih kurang dalam mendokumentasikan
program tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan triangulasi data dari


segi wawancara, telaah dokumen dan observasi lapangan pemeriksaan
program implementasi HSE Plan Contractor Safety Management
System (CSMS) pada tahap pelaksanaan bahwa gambaran kegiatan
pemeriksaan program implementasi HSE plan sudah mengikuti
prosedur tersebut, terdapat tim yang tercantum pada HSE Plan struktur
organisasi proyek, PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sudah mempunyai
prosedur internal terkait kompetensi personil. Namun personil
dilapangan masih belum mengetahui terkait pedoman HSE plan yang
ada, pada observasi lapangan terdapat komitmen manajemen yang
tertuang pada HSE plan secara periode harus dilakukan management
visit untuk memantau pekerja dilokasi belum konsisten untuk
dilakukan, dokumentasi menurut informan banyak hambatan dalam
pemenuhan dokumentasi.

4.3. Gambaran Penilaian Evaluasi Sementara di PT. Multikarya Asia Pasifik


Raya Pada Proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.
Laporan hasil penilaian evaluasi sementara adalah proses akhir pada
fase penilaian berjalan sebagai penaksiran untuk menentukan nilai
berdasarkan acuan dari pemeriksaan inspeksi HSE dan pemeriksaan program
implementasi HSE plan, user membuat laporan evaluasi sementara

Universitas Esa Unggul


62

berdasarkan hasil inspeksi dan evaluasi HSE yang telah dilaksanakan dengan
mengisi formulir laporan evaluasi sementara No. F-003/C-
020/A3/EP8000/2014-S0.
Dalam penilaian evaluasi sementara terdapat beberapa indikator
penilaian yaitu dokumentasi program-program yang telah disepakati pada
HSE plan yaitu dokumentasi dari elemen-elemen pemeriksaan inspeksi HSE
dan dokumentasi dari elemen-elemen pemeriksaan implementasi HSE plan
serta hasil evaluasi penilaian yang dimana terdapat temuan hasil inpeksi baik
unsafe condition maupun unsafe action, tindak lanjut serta rekomendasi dari
user terkait temuan-temuan tersebut di PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang.

4.3.1 Gambaran Dokumentasi Pada Penilaian Hasil Evaluasi Sementara


Dokumentasi ini merupakan sebagai lampiran bukti pada penilaian
evaluasi sementara yang menjadi indikator apakah kontraktor
mendapatkan nilai sesuai dengan resiko pekerjaan yang telah ditetapkan
oleh user berkas-berkas yang harus dipenuhi oleh kontraktor selama
aktifitas berjalan di area pekerjaan mencakup daftar pemeriksaan
inspeksi HSE dan pemeriksaan program implementasi HSE plan.
Gambaran dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi HSE diketahui
melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk memperoleh
hasil yang meliputi persyaratan-persyaratan yang wajib dipenuhi oleh
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset
3 Field Jatibarang. Berikut hasil kutipan wawancara :
“Penerapan dari HSE plan, meeting-meeting, training-training,
penerapan JSA, penerapan SIKA, penerapan LOTO, penerapan
MSDS itu yang dinilai” (Informan Kunci)
“Evidance-evidance dokumentasi yang kita show up ke user
dokumentasi implementasi HSE program” (Informan Utama)
“Yaa, ada work in progress audit yang dilakukan sesuai checklist
dari user” (Informan Pendukung 1)
“yaa yang report harian kegiatan mekanik dari yang bulanan juga
ada” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran dokumentasi pada evaluasi sementara yang harus

Universitas Esa Unggul


63

dipenuhi PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sesuai HSE Program yang
telah disepakati dengan user antara lain daftar pemeriksaan inspeksi
HSE dan pemeriksaan program implementasi HSE plan.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
gambaran dokumentasi pada evaluasi sementara PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang
Tabel 4.14 Hasil Telaah dokumen dokumentasi pada penilaian
evaluasi sementara
Variabel Komponen Ada Tidak ada
Laporan Hasil Dokumentasi rekapitulasi
Penilaian laporan evaluasi sementara

Evaluasi Dok No : F-003/C-
Sementara 020/A3/EP8000/2014-S0

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait


dokumentasi pada penilaian evaluasi sementara, didapatkan informasi
bahwa dokumentasi yang harus dipenuhi oleh PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT. Pertamina yaitu rekapitulasi
daftar pemeriksaan inspeksi HSE dan rekapitulasi pemeriksaan program
implementasi HSE plan yang dimana harus dilampirkan beberapa
bukti-bukti program yang sudah diajalanlkan selam proyek berjalan.

4.3.2 Gambaran Hasil Evaluasi Pada Penilaian Evaluasi Sementara


Hasil evaluasi pada aktifitas penilaian berjalan menjadi indikator
sementara apakah selama aktifitas pekerjaan yang dilakukan PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya sudah mengikuti prosedur yang ada
dengan menggunakan dokumen F-003/C-020/A3/EP8000/2014-S0 dari
pertamina. Penilaian ini didasarkan dari pemeriksaan inspeksi HSE dan
pemeriksaan implementasi program HSE plan.
Gambaran hasil evaluasi pada penilaian berjalan diketahui melalui
wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk memperoleh hasil
yang meliputi bagaimana proses penilaian evaluasi sementara serta
apakah penilaian sudah mengikuti prosedur yang ada sesuai
persyaratan-persyaratan yang wajib dipenuhi oleh PT. Multikarya Asia

Universitas Esa Unggul


64

Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang.


Berikut hasil kutipan wawancara :
“Penilaiannya sesuai SOP, TKO TKI mereka jadi kita mengikuti
mereka semua formulirnya” (Informan Kunci)
“Ada guidance standar prosedur, dari prosedur pertamina”
(Informan Utama)
“Iyaa pasti kita mengikuti standar prosedurnya user” (Informan
Pendukung 1)
“Sesuai prosedur” (Informan Pendukung 2)

Menurut hasil wawancara mendalam didapatkan informasi dari


informan bahwa jika terdapat temuan hasil yang tidak sesuai atau
penurunan penilaian pada evaluasi sementara terdapat sangsi dari user
kepada kontraktor dan akan berdampak kepada evaluasi akhir. Berikut
hasil kutipan wawancara :
“Ada, iya karena dia avarage bahkan sangsi dapat terjadi
pemutusan kontrak” (Informan Kunci)
“Iya ada, yaa pasti berkaitan karena itu, point-point evaluasi
sementara berkaitan dengan evaluasi akhir” (Informan Utama)
“Ada, Iyaa pastinya” (Informan Pendukung 1)
“Iyaa” (Informan Pendukung 2)

Kesimpulan hasil wawancara dari berbagai informan menunjukan


bahwa gambaran hasil penilaian evaluasi sementara yang harus
dipenuhi PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sesuai HSE Program yang
telah disepakati dengan mengikuti prosedur yang ada dengan memakai
format checklist F-003/C-020/A3/EP8000/2014-S0.
Hal tersebut dibuktikan juga melalui telaah dokumen terkait
gambaran hasil penilaian pada evaluasi sementara PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang
Tabel 4.15 Hasil Telaah dokumen dokumentasi pada penilaian
evaluasi sementara
Variabel Komponen Ada Tidak ada
Laporan Hasil Dokumentasi rekapitulasi
Penilaian laporan evaluasi sementara

Evaluasi Dok No : F-003/C-
Sementara 020/A3/EP8000/2014-S0

Universitas Esa Unggul


65

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terkait hasil


evaluasi pada penilaian evaluasi sementara, didapatkan informasi
bahwa dokumentasi yang harus dipenuhi oleh PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT. Pertamina yaitu rekapitulasi
daftar pemeriksaan inspeksi HSE dan rekapitulasi pemeriksaan program
implementasi HSE plan yang dimana harus mengisi format checklist F-
003/C-020/A3/EP8000/2014-S0 serta jika terdapat temuan hasil yang
tidak sesuai atau penurunan penilaian pada evaluasi sementara terdapat
sangsi dari user kepada kontraktor dan akan berdampak kepada evaluasi
akhir nantinya.
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan triangulasi data dari
segi wawancara dan telaah dokumen gambaran laporan hasil penilaian
evaluasi sementara Contractor Safety Management System (CSMS)
pada tahap pelaksanaan bahwa dokumentasi yang harus dipenuhi oleh
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT.
Pertamina yaitu rekapitulasi daftar pemeriksaan inspeksi HSE dan
rekapitulasi pemeriksaan program implementasi HSE plan yang dimana
harus dilampirkan beberapa bukti-bukti program yang sudah dijalankan
selama proyek berjalan dan dokumentasi yang harus dipenuhi
didapatkan hasil penilaian evaluasi sementara yang mengalami
penurunan.

Universitas Esa Unggul


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Keterbatasan penelitian


Dalam melakukan penelitian analisis implementasi Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun
2019, keterbatasan pada penelitian adalah keterbatasan tata waktu untuk
melakukan observasi lapangan sehingga tidak bisa memonitor aktifitas dan
safety culture personil dilapangan secara lebih mendalam.

5.2. Gambaran Pemeriksaan Inspeksi HSE Contractor Safety Management


System (CSMS) pada Tahap Pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya pada Proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019
Berdasarkan hasil penelitian gambaran pemeriksaan inspeksi HSE
Contractor Safety Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan
bahwa kegiatan pemeriksaan Inspeksi HSE telah mengikuti prosedur form
pemeriksaan inspeksi HSE dan personil yang melakukan pemeriksaan inspeksi
HSE terdapat tim yang tercantum pada HSE Plan struktur organisasi proyek.
Pada aktifitas pengawasan sesuai dengan HSE Plan yang telah dibuat sebelum
aktifitas pekerjaan dimulai serta untuk memonitor temuan dari pengawasan,
namun ketegasan dari supervisor pengawas dan HSE masih kurang, tidak
adanya personil HSE Officer di area pekerjaan tersebut juga menjadi masalah
dalam proses pengawasan pekerjanya dan dokumentasi program-program
yang telah disepakati pada HSE plan dokumentasi pada pemeriksaan inspeksi
HSE terdapat hambatan dalam pemenuhan dokumentasi tersebut. Hal ini
terjadi karena HSE Officer didalam kontrak tidak ada dilapangan hanya ada
supervisor pengawas yang lebih memprioritaskan operasional produksi dan
kesadaran dari personil dilapangan dalam membuat dokumentasi
implementasi yang masih kurang konsisten.
Hasil penelitian sejalan dengan studi yang dilakukan Duri & Berlian
(2018) bahwa kendala yang dianggap sebagai kendala utama adalah

66
Universitas Esa Unggul
67

keterbatasan waktu dalam menjalankan sebuah proyek. Biasanya suatu proyek


berfokus terhadap progress. Mengingat bahwa kontrak suatu proyek memiliki
waktu yang berbeda beda, maka kontraktor tidak mempekerjakan pekerja
secara tetap. Sementara kontraktor harus memberi waktu untuk melakukan
training atau pelatihan kepada pekerjanya sebelum melakukan pekerjaan.
Hasil penelitian sejalan dengan teori Ramli (2013) tenaga kontraktor
bersifat sementara dengan masa kerja terbatas sesuai dengan kebutuhan dan
tugasnya. Kondisi ini sering mengakibatkan kontraktor ditekan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, dikejar target atau deadline menyelesaikan
tugas dan proyeknya. Oleh karena itu, sering pula pihak kontraktor
mempekerjakan tenaga yang juga bersifat sementara atau terbatas.
Hasil penelitian sejalan dengan studi yang dilakukan Pratiwi (2017)
berdasarkan data pemenuhan laporan bulanan yang dimiliki departemen K3,
sebanyak 76% kontraktor belum secara rutin menyerahkan laporan bulanan
atas pekerjaannya tersebut. Ketidakteraturan pembuatan laporan bulanan yang
dibuat oleh kontraktor belum sesuai dengan prosedur yang ada dapat
disebabkan karena berbagai hal. Salah satunya kurangnya informasi yang
diberikan pada kontraktor pada saat awal pekerjaan sebelum pelaksanaan kick
of meeting. Penyebab lain yang dapat memicu keterlambatan pelaporan
tersebut adalah kurangnya kesadaran kontraktor dalam pemenuhan laporan
Hasil penelitian sejalan dengan OHSAS 18001 dalam Ramli (2009)
bahwa banyak aspek K3 yang perlu didokumentasikan seperti proses dan
prosedur yang dijalankan dalam pengembangan SMK3. Suatu saat dokumen
mengenai peristiwa kecelakaan atau inspeksi suatu peralatan akan diperlukan
ketika melakukan penyelidikan kecelakaan atau modifikasi peralatan dan
sistem.
Tarwaka (2014) menyebutkan bahwa pelaksanaan inspeksi menjadi
lebih efektif dengan berpedoman pada peta pabrik, mencari sesuatu sesuai
poin-poin dalam checklist, mengambil tindakan perbaikan sementara, jelaskan
dan tempatkan setiap hal dengan jelas, klasifikasi hazard, serta tentukan faktor
penyebab utama adanya tindakan dan kondisi tidak aman.

Universitas Esa Unggul


68

PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sudah melakukan sosialisasi pada


awal rekrutmen tentang secara umum safety induction kepada seluruh
personil baik dari level supervisor sampai dengan operator dan sesuai dengan
prosedur dari PT. Multikarya Asia Pasifik Raya semua personil akan
diberikan pelatihan dalam penggunaan prosedur pemeriksaan dan checklist.
Apabila ada perubahan, semua personil akan diinformasikan atau diberi
pelatihan, jadwal pemeriksaan akan disiapkan oleh panitia K3LL setiap
tahun, serta perusahaan sudah memberlakukan adanya keharusan untuk
melakukan inspeksi dan dokumentasi secara tertulis seluruh aktifitas yang
berkaitan dengan program yang telah disepakati dengan user, agar jika ada
temuan-temuan yang ada dilapangan dapat tercatat dan dilakukan upaya
pengendaliannya. Namun, pada kondisi dilapangan proses dokumentasi masih
kurang konsisten dikarenakan supervisor lebih memprioritaskan aktifitas
operasional produksi, terdapat juga personil yang masih belum mengetahui
peran dan tanggung jawabnya dikarenakan sosialisasi hanya diberikan pada
awal pekerjaan terkait peran dan tanggung jawab terhadap pemeriksaan HSE,
ketegasan dan pengawasan yang kurang dari supervisor terhadap safety
culture diarea kerja seperti halnya beberapa personil yang masih kurang
disiplin terhadap pemakaian APD dikarenakan supervisor ketika melakukan
visit ke area kerja lebih fokus ke operasional dari performance unit yang ada
dilokasi serta tidak adanya HSE Officer yang memonitor diarea kerja.
Berdasarkan pembahasan di atas maka diperlukan adanya pelatihan
refresh sosialisasi atau briefing tentang pedoman elemen HSE program
khususnya didalam checklist pemeriksaan inspeksi HSE terhadap personil
dilapangan yang belum mengerti peran dan tanggung jawab serta sosialisasi
mengenai pentingnya dalam membuat dokumentasi ketika aktifitas yang
berkaitan dengan program, sehingga dapat memunculkan kesadaran terhadap
personil, perlunya peningkatan pengawasan dilapangan terhadap pekerja
secara daily dan ketegasan dari supervisor, edukasi kepada personil terhadap
pemenuhan dokumentasi implementasi yang ada dilapangan.

Universitas Esa Unggul


69

5.3. Gambaran Pemeriksaan Program Implementasi HSE Plan Contractor


Safety Management System (CSMS) pada Tahap Pelaksanaan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya pada Proyek PT. Pertamina Asset 3 Field
Jatibarang Tahun 2019.
Berdasarkan hasil penelitian pemeriksaan program implementasi HSE
Plan Contractor Safety Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan
bahwa gambaran kegiatan pemeriksaan program implementasi HSE plan
sudah mengikuti prosedur tersebut, terdapat tim yang tercantum pada HSE
Plan struktur organisasi proyek, PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sudah
mempunyai prosedur internal terkait kompetensi personil. Namun pada
observasi lapangan terdapat komitmen manajemen yang tertuang pada HSE
plan secara periode harus dilakukan management visit untuk memantau
pekerja dilokasi belum konsisten untuk dilakukan, dokumentasi menurut
informan banyak hambatan dalam pemenuhan dokumentasi secara tertulis
dalam aktifitas HSE Plan yang telah dibuat.
Hal ini terjadi karena management visit wajib dilakukan oleh top level
management yaitu setingkat direktur perusahaan untuk mengetahui kondisi
yang ada di area kerja, namun PT. Multikarya Asia Pasifik Raya ini memiliki
banyak project yang salah satunya project di PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang dan tidak dilakukan dokumentasi secara tertulis karena program
management visit tidak dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat.
Hasil penelitian sejalan dengan studi yang dilakukan Duri & Berlian
(2018) kesulitan yang terkadang muncul dalam implementasi CSMS kepada
kontraktor yaitu mengenai komitmen manajemen dari kontraktor yang
kadang-kadang perusahaan kontraktor kurang bertanggung jawab dalam
menjalankan prosedur yang ada. Dalam pelaksanaan Work In Progress ada
dilakukan Management Field Visit. Dimana kegiatan ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan bagi manajemen user dan manajemen dari pihak
kontraktor untuk menunjukkan komitmen masing-masing dalam hal K3 untuk
menilai tingkat kesadaran K3 dan praktik di lapangan dan untuk
berkomunikasi membahas permasalahan K3. PT. Petronesia Benimel

Universitas Esa Unggul


70

menunjuk K3 Manager dan Project Manager untuk melakukan Management


Field Visit minimal dua kali kunjungan dalam satu bulan.
Hasil penelitian sejalan dengan Nasution (2005) unsur-unsur program
keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting adalah pernyataan dan
kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk
memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis
penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada
kecelakaan.
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya sudah memberikan kuasa kepada
perwakilan manajemen untuk melakukan kunjungan lapangan atau
management visit dalam hal ini adalah setingkat general manager atau
setingkat operation manager namun dalam penerapannya kunjungan juga
masih kurang konsisten dikarenakan beberapa kesibukan dari aktifitas
operasional yang ada pada perusahaan.
Berdasarkan pembahasan di atas maka diperlukan adanya
pemberitahuan ketika rapat manajemen terkait pentingnya manegement visit di
area kerja untuk mengetahui isu-isu yang ada baik dari personil maupun unit
yang ada dilokasi, perlunya dilakukan pelatihan serta refresh sosialisasi atau
briefing tentang program implementasi HSE Plan yang telah disepakati antara
user dan kontraktor sebelum pekerjaan dimulai serta diberikan briefing
kembali kepada personil dilapangan ketika pekerjaan sudah berjalan agar
personil selalu aware dengan program yang harus dijalankan, karena selama
ini hanya level supervisor yang lebih mengetahui, supervisor harus lebih
konsisten terhadap tanggung jawabnya dan pengawasan terhadap personil
dilapangan dalam menjalankan program HSE plan tersebut tidak hanya
berfokus kepada operasional produksi saja, serta mengingatkan personil
terkait pembuatan dokumentasi agar dilakukan secara konsisten katika
terdapat observasi atau temuan-temuan baik itu unsafe condition maupun
unsafe action, supervisor harus lebih konsisten terhadap tanggung jawabnya
dan pengawasan terhadap personil dilapangan dalam menjalankan program
HSE plan tersebut.

Universitas Esa Unggul


71

5.4. Gambaran Laporan Hasil Penilaian Evaluasi Sementara Contractor


Safety Management System (CSMS) pada Tahap Pelaksanaan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya pada Proyek PT. Pertamina Asset 3 Field
Jatibarang Tahun 2019.
Berdasarkan hasil penelitian gambaran laporan hasil penilaian evaluasi
sementara Contractor Safety Management System (CSMS) pada tahap
pelaksanaan bahwa dokumentasi yang harus dipenuhi oleh PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya mengikuti pedoman dari PT. Pertamina EP Asset 3 Field
Jatibarang yaitu rekapitulasi daftar pemeriksaan inspeksi HSE dan rekapitulasi
pemeriksaan program implementasi HSE plan yang dimana harus dilampirkan
beberapa bukti-bukti program yang sudah dijalankan selama proyek berjalan
dan dokumentasi yang harus dipenuhi didapatkan hasil penilaian evaluasi
sementara yang mengalami penurunan, hal ini terjadi karena pada inspeksi K3
setiap personil belum melakukan pengawasan dan dokumentasi dengan baik.
Sedangkan pada program implementasi belum adanya komitmen manajemen
dengan tidak terlaksananya management visit dan belum dilakukannya
dokumentasi secara konsisten dikarenakan PT. Multikarya Asia Pasifik Raya
ini memiliki banyak project yang salah satunya adalah project di PT.
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang dan tidak dilakukan dokumentasi
secara tertulis karena program management visit tidak dilaksanakan secara
konsisten sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
Hasil penelitian sejalan dengan studi Duri & Berlian (2018) Audit
dilakukan dalam proses CSMS atau CHESM oleh pihak Chevron, PT.
Petronesia Benimel melakukan Audit secara internal untuk melihat
bagaimana pencapaian perusahaan dalam pelaksanaan program Health,
Environtment and Safety yang mereka terapkan selama kegiatan pekerjaan.
Setiap hasil dari inspeksi lapangan dicatat dalam setiap form yang telah
tersedia dan dilaporkan setiap kali ada ditemukan ketidaksesuaian dan segera
dilakukan tindakan mitigasi.
PT. Multikarya Asia Pasifik Raya menduga adanya penyebab
penurunan yang terjadi pada penilaian evaluasi sementara dikarenakan
pengawasan dari supervisor kepada para personil yang kurang konsisten

Universitas Esa Unggul


72

sehingga banyak pelanggaran dari para personil seperti kurang disiplin


terhadap pemakaian APD, tidak dilakukannya housekeeping pada area kerja,
daily safety meeting yang tidak konsisten serta dokumentasi secara tertulis
yang tidak dibuat ketika terdapat inspeksi atau temuan. Pada pemeriksaan
implementasi HSE program ditemukan management visit yang seharusnya
dilakukan oleh setingkat top level namun tidak berjalan sesuai jadwal yang
sudah disepakati dalam komitmen HSE plan dengan user.
Berdasarkan pembahasan di atas maka diperlukan adanya pengawasan
yang lebih rutin dan harus dilakukan secara konsisten oleh supervisor kepada
para personil untuk memastikan program HSE berjalan dengan baik karena
sebelumnya pengawasan yang dilakukan oleh supervisor diarea kerja lebih
fokus pada teknis operasional unit, adanya booklet HSE yang disediakan oleh
perusahaan sebagai pedoman untuk implementasi dokumentasi secara tertulis
agar dibuat agar ketika terdapat temuan-temuan baik unsafe condition
maupun unsafe action dapat termonitor dengan baik serta mendapatkan
rekomendasi yang tepat, serta komitmen dari top level management dalam
melakukan kunjungan lapangan atau management visit yang telah disepakati
pada HSE plan dan ketika dilakukan penilaian berjalan contractor safety
management system (CSMS) hasil evaluasi sementara dapat memenuhi
persyaratan sesuai dengan level resiko bahaya yang ditetapkan oleh user atau
pihak PT. Pertamina EP Asset 3 Field jatibarang, jika terdapat penurunan
skor dalam penilaian berjalan pemeriksaan inspeksi HSE serta pemeriksaan
program implementasi HSE Plan akan sangat berpengaruh terhadap penilaian
akhir dan user akan memberikan sangsi bahkan pemutusan kontrak.

Universitas Esa Unggul


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis implementasi Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun
2019, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
6.1.1.Gambaran pemeriksaan inspeksi HSE Contractor Safety Management
System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia Pasifik
Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun 2019,
bahwa kegiatan pemeriksaan Inspeksi HSE telah mengikuti prosedur
form pemeriksaan inspeksi HSE dan personil yang melakukan
pemeriksaan inspeksi HSE terdapat tim yang tercantum pada HSE Plan
struktur organisasi proyek. Pada pengawasan dilakukan adalah HSE
Plan yang dibuat sebelum aktifitas pekerjaan dimulai serta untuk
memonitor temuan dari pengawasan, namun perlu dilakukan sosialisasi
kembali terhadap personil yang belum mengerti peran dan tanggung
jawabnya, ketegasan dari supervisor pengawas dan HSE masih kurang,
tidak adanya personil HSE Officer di area pekerjaan tersebut juga
menjadi masalah dalam proses pengawasan pekerjanya dan dokumentasi
program-program yang telah disepakati pada HSE plan dokumentasi
pada pemeriksaan inspeksi HSE namun terdapat hambatan dalam
pemenuhan dokumentasi tersebut.
6.1.2.Gambaran pemeriksaan program implementasi HSE Plan Contractor
Safety Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT.
Multikarya Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field
Jatibarang Tahun 2019, kegiatan pemeriksaan program implementasi
HSE plan sudah mengikuti prosedur tersebut, terdapat tim yang
tercantum pada HSE Plan struktur organisasi proyek, PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya sudah mempunyai prosedur internal terkait
kompetensi personil. Namun personil dilapangan masih belum

73
Universitas Esa Unggul
74

mengetahui terkait pedoman HSE plan yang ada, pada observasi


lapangan terdapat komitmen manajemen yang tertuang pada HSE plan
secara periode harus dilakukan management visit untuk memantau
pekerja dilokasi belum konsisten untuk dilakukan, dokumentasi menurut
informan banyak hambatan dalam pemenuhan dokumentasi.
6.1.3.Gambaran laporan hasil penilaian evaluasi sementara Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya
Asia Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang
Tahun 2019, mengikuti pedoman dari PT. Pertamina yaitu rekapitulasi
daftar pemeriksaan inspeksi HSE dan rekapitulasi pemeriksaan program
implementasi HSE plan yang dimana harus dilampirkan beberapa bukti-
bukti program yang sudah dijalankan selama proyek berjalan dan
dokumentasi yang harus dipenuhi didapatkan hasil penilaian evaluasi
sementara yang mengalami penurunan.

6.2. Saran
Berdasarkan hasi penelitaian analisis implementasi Contractor Safety
Management System (CSMS) pada tahap pelaksanaan di PT. Multikarya Asia
Pasifik Raya pada proyek PT. Pertamina Asset 3 Field Jatibarang Tahun
2019, peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Perusahaan disarankan perlunya adanya refresh sosialisasi atau briefing
tentang pedoman elemen HSE program khususnya didalam checklist
pemeriksaan inspeksi HSE terhadap personil dilapangan yang belum
mengerti peran dan tanggung jawab serta sosialisasi mengenai
pentingnya dalam membuat dokumentasi ketika aktifitas yang berkaitan
dengan program, sehingga dapat memunculkan kesadaran terhadap
personil, perlunya peningkatan pengawasan dilapangan terhadap
pekerja secara daily dan ketegasan dari supervisor, edukasi kepada
personil terhadap pemenuhan dokumentasi implementasi yang ada
dilapangan.
2. Perusahaan disarankan perlunya adanya pemberitahuan ketika rapat
manajemen terkait pentingnya manegement visit di area kerja untuk

Universitas Esa Unggul


75

mengetahui isu-isu yang ada dilokasi baik dari personil maupun unit,
perlunya dilakukan pelatihan serta refresh sosialisasi atau briefing
tentang program implementasi HSE Plan yang telah disepakati antara
user dan kontraktor sebelum pekerjaan dimulai serta diberikan briefing
kembali kepada personil dilapangan ketika pekerjaan sudah berjalan
agar personil selalu aware dengan program yang harus dijalankan,
karena selama ini hanya level supervisor yang lebih mengetahui,
supervisor harus lebih konsisten terhadap tanggung jawabnya dan
pengawasan terhadap personil dilapangan dalam menjalankan program
HSE plan tersebut tidak hanya berfokus kepada operasional produksi
saja, serta mengingatkan personil terkait pembuatan dokumentasi agar
dilakukan secara konsisten katika terdapat observasi atau temuan-
temuan baik itu unsafe condition maupun unsafe action, supervisor
harus lebih konsisten terhadap tanggung jawabnya dan pengawasan
terhadap personil dilapangan dalam menjalankan program HSE plan
tersebut.
3. Perusahaan disarankan perlunya pengawasan yang lebih konsisten oleh
supervisor kepada para personil untuk memastikan program HSE
berjalan dengan baik, dokumentasi secara tertulis agar dibuat agar
ketika terdapat temuan-temuan baik unsafe condition maupun unsafe
action dapat termonitor dengan baik serta mendapatkan rekomendasi
yang tepat, serta komitmen dari top level management dalam
melakukan kunjungan lapangan atau management visit yang telah
disepakati pada HSE plan dan ketika dilakukan penilaian berjalan
contractor safety management system (CSMS) hasil evaluasi sementara
dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan level resiko bahaya yang
ditetapkan oleh user atau pihak PT. Pertamina EP Asset 3 Field
jatibarang, jika terdapat penurunan skor dalam penilaian berjalan
pemeriksaan inspeksi HSE serta pemeriksaan program implementasi
HSE Plan akan sangat berpengaruh terhadap penilaian akhir dan user
akan memberikan sangsi bahkan pemutusan kontrak.

Universitas Esa Unggul


76

4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan observasi lapangan


dengan tata waktu periode yang cukup agar dapat mendapatkan kualitas
hasil observasi yang lebih mendalam untuk memonitor aktifitas serta
safety culture dari pekerja dilapangan.

Universitas Esa Unggul


DAFTAR PUSTAKA
Duri, B., & Berlian, M. (2018). Analisis Implementasi Contractor Safety
Management System ( CSMS ) pada Tahap Pelaksanan di PT . Petronesia.
Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi Ofset.
Falenshina, N. (2012). Implementasi Contractor Safety Management System
(CSMS) Terhadap Kontraktor Project Ta Unit CD III PT. Pertamina RU III
Palembang.
Hadipoetro, S. (2014). Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Jakarta:
Yayasan Putra Tarbiyyah Nusantara.
Handayani, Putri., dan Modjo, R. (2016). Metode Online Dalam Pelaksanaan
Contractor Safety Metode Online Dalam Pelaksanaan Contractor Safety,
(November).
ILO.(2001). Guidelines of Occupational Safety and Health Management System.
USA.
ILO. (2018). Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda. In Hari
K3 sedunia (Pertama, pp. 2–3). Jakarta: Internasional, Kantor Perburuhan.
http://www.oit.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_627174.pdf
Kemenaker. (2012). PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3, Jakarta.
Kemenkes RI. (2018). Menaker Hanif Canangkan Peringatan Bulan K3 Nasional
2018. KEMENKES.
Lukiatsinto, Rewi., dan Widajati, N. (2014). Penerapan CSMS (Contractor Safety
Management System) Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 3, 2.
Migas, S. (2018). Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindung
Lingkungan di Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Jakarta.
Pratiwi, H. Y. (2017). Analisis Penerapan Contractor Safety Management System
(CSMS) di PT. X, Bontang Kalimantan Timur, (March), 187–196.
https://doi.org/10.20473/ijosh.v6i2.2017.187-196.
PT. Multikarya, A. P. R. (2019). Laporan Work In Progress Contractor Safety
Manegement System. Jakarta.
PT. Pertamina EP. (2011). HSE plan. Jakarta.

Universitas Esa Unggul


PT. Pertamina EP. (2014). TKI C-019/A3/EP8000/2014-S0 Evaluasi HSE Plan
Untuk Pekerjaan Yang Dikontrakan.. Indonesia.
PT. Pertamina EP. (2016). Pedoman Sistem Manajemen HSE Kontraktor.
Indonesia.
PT. Pertamina EP. (2018). Tata Kerja Individu Pelaksanaan Penilaian Berjalan
dan Penilaian Akhir HSE Kontraktor, Pub. L. No. C-020/A3/EP0300/2018-
S0. Indonesia.
PT. Vico Indonesia. Pedoman Tata Kerja Pengelolaan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan Kontraktor. (2006). Indonesia.
PT Multikarya, A. P. R. (2019). Company Profile. Jakarta
Ramli, S. (2009). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. (H.
Djajaningrat, Ed.). Jakarta: Dian Rakyat.
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Dian
Rakyat, Jakarta.
Ramli, S. (2013). Smart Safety Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta:
Dian Jakarta.
Salami, I. R. S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suaery, Abidin, Z., Kurniawan, Bina, & Ekawati. (2016). Analisis Implementasi
Contractor Safety Management System (CSMS) Pada Tahap Persiapan
Kerja di Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Semarang. Kesehatan
Masyarakat, Vol 4, 3.
Suardi, R. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Penerbit PPM.
Sucipto, C. D. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gosyen
Publishing.
Tarwaka. (2014). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat
Kerja. Surakarta: Harapan Press.
The International Association of Oil & Gas Producers. (2017). Safety Performace
Indicators. Maret 07, 2019. http://www.ogp.org.uk/pubs/2017s.pdfb

Universitas Esa Unggul

Anda mungkin juga menyukai