Anda di halaman 1dari 16

SERI

PRAKTIK
CERDAS Yayasan Rumsram
STBM

MEWUJUDKAN
SEHAT SECARA
MANDIRI
Mendorong Kemandirian Melalui Nilai-Nilai Kearifan Lokal

SHAW (The Sanitation Hygiene and Water Programme) bersama pemerintah Indonesia
menerapkan 5 Pilar Perilaku sanitasi dan higiene di Indonesia Bagian Timur dengan strategi
nasional sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Di bawah koordinasi SIMAVI, sebuah
LSM dari Belanda, program SHAW dilaksanakan oleh lima lembaga swadaya masyarakat
nasional, termasuk di antaranya Yayasan Rumsram Biak Papua.

Rumsram berasal dari bahasa Biak; “Rum Sram” yang berarti “rumah pemuda”. Dalam adat
istiadat masyarakat Biak, anak lelaki yang tumbuh menjadi remaja dilatih untuk mandiri
dengan ditempatkan dalam suatu rumah (Rum Sram), tidur terpisah dari orangtuanya.
Sesuai namanya, Yayasan Rumsram Biak Papua pun mencita-citakan kemandirian
masyarakat kampung, dan hal itu mendapat peluang lebar melalui Program SHAW/STBM.
Namun pendekatan SHAW/STBM yang nonsubsidi sangat bertolak belakang dengan
pendekatan program lain di Papua - yang sejak dikukuhkan sebagai Daerah Otonomi
Khusus sejak 2001 - mendapat bantuan program bersifat subsidi secara masif dan simultan.
Inilah tantangan utama pelaksanaan program ini di Papua. Tantangan utama bukan dalam
mewujudkan deklarasi; tantangan utama adalah mewujudkan kemandirian masyarakat
kampung.

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat hanyalah medium untuk mendorong


kemandirian. Deklarasi hanyalah pintu masuk untuk memperkenalkan masyarakat dengan
hidup yang lebih baik, serta dukungan pemerintah yang nyata, sehingga dua hal ini
berkelindan dan menggulirkan keberlanjutan. Masyarakat yang berdaya, ketika mampu
menyelenggarakan STBM secara mandiri, mengangkat kembali nilai-nilai kearifan lokal serta
mendapat dukungan penuh pimpinan wilayahnya. Masyarakat berdaya menyadari bahwa
sehat itu merupakan hak setiap orang yang perlu untuk diperjuangkan.

Publikasi ini mencoba memaparkan pembelajaran dari sebuah proses pemberdayaan


menuju masyarakat yang sehat melalui STBM. Publikasi ini bukan resep, sehingga
penerapannya harus didasarkan pada pemahaman konteks maupun kondisi masyarakat di
lokasi program.

„ Penulis/Fotografer/Desainer Grais: Putri Yunifa - Supervisor: Dinnia Joedadibrata/Abang Rahino SIMAVI

2
TAHUN 2010. YAYASAN RUMSRAM BIAK PAPUA, SEBUAH ORGANISASI NONPROFIT NASIONAL
YANG BELUM BERPENGALAMAN DI BIDANG PROGRAM SANITASI, MENGHADAPI TANTANGAN BARU
- PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 5 PILAR. MESKI BELUM MENGENAL SELUK BELUK
PROGRAM SANITASI, NAMUN RUMSRAM SUDAH MEMILIKI JAM TERBANG CUKUP TINGGI DALAM
PENDAMPINGAN MASYARAKAT KAMPUNG DI BIAK NUMFOR DAN SUPIORI. DAN LAGI, VISI UTAMANYA
YAITU KEMANDIRIAN MASYARAKAT BIAK, SEJALAN DENGAN VISI PROGRAM SHAW/STBM YAITU
KEMANDIRIAN STBM DI TINGKAT KAMPUNG.

R umsram berdiri sebagai respon atas kondisi di


mana masyarakat kampung di Biak cenderung
terpinggirkan dalam mengakses layanan kesehatan
dan pembelajaran dengan tiga mitra SHAW
lainnya; YDD, Plan Indonesia serta CD Bethesda,
Rumsram memulai program STBM di Biak Numfor.
terkait sanitasi, higiene dan air. Pembangunan yang Awalnya Rumsram merencanakan intervensi hanya
tidak berorientasi pada kepentingan masyarakat 42 kampung dengan harapan masyarakat yang
kampung, termasuk hak-hak ulayat masyarakat tinggal di sekitar kampung yang diintervensi
adat, mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan, mau mengadopsi. Ternyata, hal itu tidak terjadi.
pendidikan dan ekonomi mereka. Maka, masuknya Dalam perjalanan, Rumsram mendampingi total 78
program SHAW menjadi ‘angin segar’ bagi kampung, yaitu keseluruhan kampung pada 7 distrik
kemandirian masyarakat kampung. “Program inilah serta 56 sekolah dasar dan hanya 5 kampung pada 1
yang akan membantu tercapainya masyarakat sehat, distrik ditambah 5 sekolah dasar. Di distrik Biak Timur,
cerdas, produktif, bersyukur dan mampu mengelola program ini hanya menjangkau beberapa kampung,
potensi alam secara berkelanjutan,”kata Ishak. karena pertimbangan efisiensi dan efektivitas.
Sebelum memulai SHAW/STBM, Rumsram sudah
menjalankan program sanitasi dan air bersih di Biak;
khususnya Kecamatan Biak Utara dan Biak Timur.
H ingga akhir Juni 2015, tercatat 39 kampung
di Kabupaten Biak Numfor dan 1 kampung di
Kabupaten Supiori, lolos verifikasi STBM Kecamatan
Berawal dari kerjasama pertama dengan SIMAVI dan melakukan Deklarasi STBM 100%. Selain itu,
itulah, Rumsram kemudian mengajukan diri untuk 1 kampung di Biak Numfor dan Supiori sedang
program sanitasi yang lebih menyeluruh, STBM berada pada persiapan deklarasi berikutnya. Lambat
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) 5 Pilar. tapi pasti, masyarakat Biak Numfor dan Supiori
Salah satu misi lembaga Rumsram adalah membuktikan, STBM 5 Pilar dapat terwujud di mana
meningkatkan kapasitas masyarakat sehingga saja - di bumi dengan hujan subsidi sekalipun. (*)
lebih mandiri, dan peluang itu terbuka lebar
melalui program STBM. Setelah berbagi masukan

3
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Bumi Papua
Perjuangan Mendorong Kemandirian di
Negeri Otonomi Khusus
DESA MANDIRI STBM 100% MENJADI TUJUAN PROGRAM SHAW, SEKALIGUS CITA-CITA GERAKAN STBM
INDONESIA. YAYASAN RUMSRAM, MEMANDANG BAHWA PENDEKATAN NONSUBSIDI YANG DIUSUNG
OLEH SHAW/STBM AKAN MENJAMIN PERUBAHAN PERILAKU MENYELURUH. BAGAIMANA YAYASAN
RUMSRAM MENGAWAL PERUBAHAN TERSEBUT DI TENGAH GEMPURAN SUBSIDI PASCA PEMBERLAKUAN
OTONOMI KHUSUS DI PAPUA? URAIAN BERIKUT MEMAPARKAN UPAYA TERSEBUT MELALUI SKEMA
PENDEKATAN PARTISIPATIF.

MEMULAI STBM: sejak tahun 2008, Program 1 Kampung 1 Milyar


Menghadang Hujan Subsidi (Kabupaten Supiori), Program TNMD (Tentara
Nasional Masuk Desa), dan lain sebagainya. Di

D alam Road Show dan Road Map tingkat


kabupaten, kecamatan, serta sosialisasi di
kampung, Rumsram selalu menjelaskan bahwa
tengah hujan subsidi, tidak heran jika muncul
kekhawatiran program STBM yang nihil subsidi ini
tidak berjalan dengan semestinya.
program ini pada dasarnya bersifat nonsubsidi.
Untuk itu, Rumsram merasa perlu memulai dari
Penjelasan ini sangat krusial, mengingat provinsi
wilayah yang sudah didampingi sebelumnya, di mana
Papua sarat dengan program bantuan berupa
seluk beluk masyarakatnya sudah dikenal cukup baik.
material atau fisik. Sebut saja Program Nasional
Berkaitan dengan wilayah yang sudah didampingi,
Pembangunan Masyarakat (PNPM) Mandiri- RESPEK1
di awal program STBM, Rumsram memulai dengan
1 Distrik yaitu Warsa; ada 14 kampung saat itu.
1 PNPM-RESPEK adalah bagian dari program kerjasama antara Mengapa Warsa? Waktu itu Rumsram sudah
pemerintah daerah (RESPEK/Rencana Strategis Pembangunan berpengalaman memulai program air di wilayah
Kampung yang bersumber dari dana otonomi khusus Papua
dan Papua Barat), yang dimulai tahun 2008. Program ini tersebut. Strategi yang coba diterapkan adalah,
merupakan inisiatif gubernur provinsi Papua dan Papua Barat, mendampingi kampung-kampung tertentu secara
bertujuan untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam terpisah-pisah dalam satu distrik, dengan harapan
pembangunan, karena alokasi dana pemerintah untuk Otonomi hal tersebut akan memicu keinginan kampung di
Khusus (Otsus) belum dirasakan manfaatnya secara optimal
bagi masyarakat di luar perkotaan. Melalui program ini, dana
masyarakat sebesar Rp100 juta per kampung disalurkan ke
lebih 4.000 kampung di dua provinsi untuk mendanai kegiatan seperti PNPM Perdesaan, terdapat perbedaan yang signifikan
pembangunan yang meliputi: (a) pengamanan nutrisi dan pada program RESPEK yaitu dana disalurkan secara langsung
pangan; (b) pendidikan; (c) pelayanan kesehatan utama; (d) melalui kepala kampung untuk dikelola bersama dengan
pembangunan infrastruktur desa; dan (e) peningkatan sumber masyarakat (sumber: htp://pnpm-support.org/; dilihat pada 18
mata pencaharian ekonomi (economic livelihoods). Walaupun Juli 2015 pukul 16.30 WIB).
memiliki tujuan pembangunan dan mekanisme yang sama

z Dalam menentukan lokasi


pendampingan, penting
untuk mempertimbangkan
wilayah yang sudah
didampingi sebelumnya
selain berdasarkan
relevansi atau kebutuhan.
Hal ini untuk memudahkan
proses penerimaan
masyarakat terhadap
suatu isu.
„ Foto: Kampung Komboi, Distrik
Warsa - salah satu wilayah yang
memang sedari dulu didampingi
Rusmram.

4
z Dalam pendampingan
masyarakat kampung,
pendekatan melalui kepala
kampung saja tidak akan
efektif. Dalam konteks
Papua, ada tiga “tungku”
yang harus didekati, yaitu
kepala kampung, tokoh
agama, dan tokoh adat.
Ketiga tokoh inilah yang
harus terus-menerus
didekati demi efektivitas
pendampingan.
„ Foto: Ishak Matarihi, Direktur Yayasan
Rumsram ketika melakukan sosialisasi
di antara tokoh masyarakat kampung.

sekitarnya untuk menerapkan program yang sama “Jadi, meskipun hanya kampung yang menyerahkan
bagi wilayah sekitarnya. Ternyata, hal itu tidak terjadi. surat minat yang didampingi, ternyata di antara
Kemudian Rumsram memasukkan penambahan mereka banyak yang tetap berharap bantuan,
jumlah kampung di proposal SHAW menjadi 42 meskipun kita sudah beritahukan bahwa STBM ini
kampung, dan terakhir 78 kampung atau semua nonsubsidi,”kata Nasaruddin, Koordinator Program
kampung di 8 Distrik, tanpa terkecuali. Selain ke-8 SHAW –Yayasan Rumsram. Ketidakselarasan harapan
distrik tersebut, beberapa kampung di satu distrik, dengan kenyataan ini diduga menjadi penyebab
Biak Timur, tidak didampingi karena terletak di pendekatan STBM di awal-awal tersebut tidak
seberang pulau, sehingga pendampingannya akan berjalan. Di sisi lain, beda dengan PNPM lainnya,
memakan biaya operasional yang tinggi. pada PNPM RESPEK ini dana langsung dikucurkan
melalui kepala kampung, sehingga pendekatan yang
Selain pemilihan prioritas wilayah berdasarkan
hanya melalui kepala kampung semata akan memicu
wilayah program kerja yang sudah didampingi
anggapan bahwa STBM ini juga ini bersifat subsidi,
sebelumnya, Rumsram juga mencoba memperkuat
tidak beda dengan proyek lainnya.
keputusannya berdasarkan informasi dari dinas
kesehatan setempat. Hal inilah yang menjadi titik awal perubahan
pendekatan Rumsram. Menurut Ishak Matarihi,
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU: Direktur Yayasan Rumsram, ada tiga tungku yang
Internalisasi isu di Tengah Hujan Subsidi harus didekati yaitu: gereja, kepala kampung, dan
Sebagaimana mitra SHAW lain, untuk mendorong adat. Artinya, pendekatan melalui kepala desa saja
perubahan perilaku di kampung secara masif dan tidak cukup.
terstruktur, Rumsram menginisiasi pembentukan Kemudian Ishak mengontak SIMAVI, meminta
Tim STBM secara berjenjang dari kabupaten peningkatan kapasitas. “Uang bagi saya memang
hingga kampung. Masing-masing tim STBM berada penting, tapi lebih penting lagi kapasitas,” katanya.
di bawah tanggung jawab struktur pemerintah Dengan anggaran yang ada, Rumsram kemudian
terkait. Berdasar hal inilah, pada awalnya, Rumsram menuruti saran SIMAVI untuk melakukan peningkatan
melakukan pendekatan struktural, yaitu kepala kapasitas dalam hal pengelolaan isu berbasis kearifan
kampung yang juga merupakan Ketua Tim STBM lokal. Setelah mempelajari hal tersebut, Rumsram
Kampung. Hal ini berlangsung dari 2010 hingga memutuskan untuk masuk melalui gereja.
2012. Namun, tidak banyak perubahan perilaku
Strategi utama Rumsram untuk memperkenalkan
yang terjadi. Para staf penanggung jawab wilayah
STBM ke masyarakat kampung kemudian beralih
mulai merasa ‘kehabisan amunisi’, meskipun sudah
melalui gereja. Ishak mengaku sangat menekankan
melalui proses pendampingan intensif di masyarakat.
pendekatan tersebut, mengingat peranan
Akibatnya, program STBM sempat terseok-seok
gereja yang sangat besar sebagai media sosial
di awal pelaksanaannya. Rupanya, meskipun pada
di masyarakat. Saking pentingnya, Ishak lebih
waktu Road Show dan Road Map sudah disampaikan
mengutamakan pendekatan di awal lewat gereja,
bahwa program STBM ini nonsubsidi, namun
ketimbang langsung melalui kepala kampung.
ternyata banyak di antara kepala kampung yang
Menurutnya, pendekatan melalui gereja akan
diam-diam tetap mengharapkan bantuan.
memudahkan Rumsram dalam memperkenalkan

5
z Pendekatan melalui
gereja menjadi efektif,
bukan saja karena
terkait dengan sejarah
masyarakat Biak,
namun juga, gereja
merupakan media
sosial yang dekat
dengan kehidupan
masyarakatnya. Hal
ini menjadikan peran
Gereja - dalam hal
ini, jemaat - sebagai
media promosi STBM,
menjadi strategis.

STBM. Hal ini diperkuat pernyataan mantan Ketua proyek yang dihasilkannya sarat pemberian subsidi
Jemaat Gereja Lahairoi, Abraham Mirino; “STBM dan berpotensi menimbulkan ketergantungan
memberi manfaat langsung di masyarakat, jadi masyarakat terhadap bantuan yang bersifat materi,
harus disampaikan lewat gereja,”(Baca: Secercah serta mengikis semangat kesukarelawanan maupun
harapan di Tengah Banjir Subsidi – Majelis Jemaat gotong royong. Sebagai program nasional yang
Sangat Dekat dengan Masyarakat). Seorang warga diturunkan dari provinsi secara top down, pemerintah
Biak Barat, Pontinatus Womsiworo yang mengenal kabupaten tidak dapat berbuat banyak. “Petunjuk
Rumsram dari Jemaat Betel Wardo Sup, Yomdori, teknis (juknis)nya saja kan sudah ditentukan dari
Klasis Biak Barat, misalnya, meski menyebut pusat,” kata Kepala BAPPEDA Biak Numfor,
Rumsram sebagai organisasi dengan “uang yang Turbey O. Dangeubun. Berdasarkan pengamatan
tidak banyak” tapi mengakui pentingnya STBM bagi Rumsram, program ini meski mensyaratkan
kesehatan. aspirasi masyarakat, namun tidak disertai analisis
Memasuki 2012, isu 5 Pilar STBM mulai bergaung kebutuhan yang kuat, sehingga apapun permintaan
melalui gereja begitu gereja membuka ruang masyarakat dituruti begitu saja. Dengan kata lain,
terhadap Rumsram melalui program STBM. Promosi fasilitasi program ini lemah. “RESPEK menyerahkan
STBM dilakukan melalui warta jemaat atau setelah semuanya ke masyarakat,” kata Ishak. Lemahnya
ibadah. Jemaat gereja yang ada saat itu terdiri atas fasilitasi ini menjadikan tidak semua infrastruktur
perkumpulan perempuan, remaja, pemuda, kaum dimanfaatkan dengan baik. Pembangunan jamban,
bapak, dan rayon. Mereka itulah media dan forum termasuk di antaranya.3 Hasil tinjauan Rumsram di
yang digunakan untuk menyosialisasikan STBM. Dan lapangan menunjukkan banyak bangunan jamban
Distrik Warsa pun kemudian mulai beranjak menuju yang dibangun dengan biaya berkisar Rp5 juta
deklarasi STBM pertama, disusul wilayah-wilayah per bangunan tersebut tidak dimanfaatkan oleh
lainnya. masyarakat sebagaimana mestinya. Bahkan menurut
Nasaruddin, hasil survei awal di Distrik Warsa, dari
Pendekatan internalisasi isu STBM ini mendapat keseluruhan jamban yang dibangun melalui RESPEK,
tantangan besar dengan hadirnya Program Nasional 40%-nya tidak digunakan. Hal ini menunjukkan,
Pendampingan Masyarakat (PNPM) RESPEK. Program pembangunan infrastruktur secara masif seperti
ini merupakan salah satu implikasi penerapan UU melalui RESPEK ini tidak serta merta mengubah
No.21 tahun 2001 mengenai Otonomi Khusus, di perilaku.
mana dikatakan bahwa penggunaan anggaran
Dana Otonomi Khusus ini diperuntukkan terutama
untuk pembangunan infrastruktur.2 Tidak heran,
3 Mayoritas dari sub-proyek ini (76,56 persen) merupakan
infrastruktur basah (wet infrastructure) yaitu jamban, sumur
terbuka, penampungan air hujan, pipa sumur bor, penampungan
2 Pasal 34,c UU No21. Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus: mata air, profil tank. Penelitian ini juga menemukan bahwa
Dana tambahan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus terbatasnya fasilitasi dan dominasi elit kampung menyebabkan
yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dengan DPR rendahnya pemanfaatan infrastruktur secara keseluruhan.
berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran, Sumber: PNPM RESPEK: Kapasitas Infrastruktur dan
yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan Kelembagaan Desa - AKATIGA
infrastruktur.

6
Awalnya, pendekatan PNPM ini mendapat tantangan ada). Dengan berpedoman pada nilai-nilai kearifan
keras dari Rumsram. Melalui dialog interaktif di RRI, lokal itulah, Rumsram mencoba mensosialisasikan
Rumsram meminta RESPEK untuk menghentikan pola bahwa 5 pilar STBM bisa dilakukan dengan bahan
subsidi. Rumsram juga melibatkan RESPEK dalam lokal, tidak perlu beli dari luar. Jadi, 5 Pilar STBM
pelatihan-pelatihan yang difasilitasi oleh Rumsram. menggunakan potensi lokal. Hal ini tampak misalnya
Namun Rumsram kemudian menyadari bahwa dari penggunaan bambu dan kaleng cat untuk
kebijakan terkait mekanisme kerja RESPEK sudah CTPS. Dengan demikian, masyarakat tidak berpikir
ditentukan dari pusat dan provinsi. bahwa cuci tangan harus pakai wastafel. Itu semua
dipromosikan melalui gereja, baik melalui warta
“Kalau begitu, STBM ini tidak bisa benar-benar
jemaat ataupun sesi setelah ibadah. Di beberapa
swadaya murni,” pikir Ishak. Akhirnya, mereka harus
kampung di Biak Numfor dan Supiori warganya juga
berkompromi. Di satu sisi, Rumsram juga sadar
menggunakan karung bekas raskin (jatah beras untuk
bahwa di antara penerima bantuan dari RESPEK,
keluarga miskin) dari Bulog sebagai wadah sampah.
memang ada yang tidak mampu secara ekonomi
sehingga perlu ditolong. PNPM RESPEK membantu Pendekatan untuk melihat kapasitas lokal juga
masyarakat kampung memiliki infrastruktur yang muncul ketika menerapkan Pemicuan yang
dibutuhkan untuk keberlanjutan STBM, seperti berkonsep pada PRA atau Participatory Rural
jamban, penampungan mata air, sumur, dan lain- Appraisal. Pemicuan ini juga merupakan media
lain. PNPM RESPEK juga masih didasarkan pada untuk melakukan proses internalisasi isu. Pada
swadaya – meski tidak 100% swadaya. Prinsip proses pemicuan ini, fasilitator memperkenalkan
swadaya inilah yang juga menjadi pedoman program STBM melalui metode yang melibatkan partisipasi
STBM. Berdasarkan berbagai pertimbangan inilah, masyarakat. Ini adalah proses di mana masyarakat
Rumsram kemudian memilih bersikap realistis dan diberi ruang untuk mengalami pembelajaran tanpa
tidak memaksakan nilai nonsubsidi lagi, terlebih paksaan; menyampaikan pendapatnya, mengusulkan
ketika timbul pemahaman di antara pendamping model jamban sederhana sesuai kemampuan
RESPEK dengan pihak Rumsram bahwa program mereka saat itu, menyadari sendiri perilakunya
sanitasi ini penting. Bahkan menurut Rumsram, pihak saniter atau belum, dan semua itu dilakukan tanpa
pendamping RESPEK mengakui bahwa seharusnya fasilitator menawarkan subsidi. Di Kampung Nermnu
isu sanitasi ini dihembuskan ke masyarakat kampung misalnya, warga kemudian membangun jamban
terlebih dahulu, sebelum kemudian memulai model plengsengan dengan bahan utama kayu.
RESPEK. Plengsengan banyak dipilih masyarakat yang berada
di wilayah relatif jauh dari sumber mata air.
Mengangkat Potensi Lokal: Fararur kayam
MOBILISASI SUMBER DAYA
Meski berada di antara hujan subsidi dari proyek
Celah Dari Program Subsidi
pembangunan lain, namun Rumsram tetap
berpegang pada prinsip non subsidi. Untuk itu,
Rumsram berusaha mengangkat kembali nilai-nilai
kearifan lokal yang sudah mulai tersingkirkan, seperti
P enggunaan sumber daya secara sistematis
dan terstruktur membantu Rumsram dalam
mengoptimalkan STBM ini. Sebagaimana dibahas
“kobe oser” atau “babe oser (bahasa Biak yang sebelumnya, Rumsram meyakini tiga “tungku”
berarti kerjasama). Ada fararur kayam (bahasa Biak yaitu kepala desa, tokoh adat, dan tokoh agama
yang berarti membangun dengan potensi yang atau gereja sebagai tokoh kunci yang patut

z Ketimbang terus menerus bersikap


resisten terhadap perbedaan
pendekatan proyek dengan subsidi,
Rumsram kemudian memilih
bersikap realistis dengan melihat
aspek persamaan maupun manfaat
yang ditinggalkan proyek tersebut
bagi dampingannya, namun
dengan tetap menekankan prinsip
partisipasi, swadaya serta potensi/
kearifan lokal untuk menyelesaikan
target yang belum tersentuh.
„ Foto: Kantung bekas raskin yang banyak
digunakan sebagai kantong sampah. Lokasi:
Kampung Puweri, Kab. Supiori

7
didekati. Pendekatan terhadap hanya salah Rumsram melakukan advokasi ke BAPPEDA untuk
satunya, berdasarkan pengalaman Rumsram, akan mengalokasikan anggaran pelatihan pemasaran
membuahkan hasil yang kurang optimal. Perubahan sanitasi (dengan mengundang fasilitator dari
mulai dirasakan Rumsram ketika elit kampung lain Paguyuban Tukang Peduli Sanitasi dari Lombok
juga dilibatkan, terutama tokoh agama. Tokoh Timur).4 Untungnya, Kepala BAPPEDA Biak cukup
agamalah yang membuka jalan melalui gereja untuk tanggap, dan anggaran pun segera dicairkan dari
dijadikan sarana promosi STBM. Keterlibatan elit pemerintah kabupaten. Serangkaian negosiasi
kampung dalam proses penyadaran ini memang Rumsram dengan pendamping RESPEK pun berbuah
penting, mengingat peranan elit kampung dalam hasil, yaitu ketika RESPEK berkomitmen untuk
menentukan arah pembangunan cenderung tinggi. mensyaratkan ketersediaan jamban bagi setiap
Di sisi lain, begitu kepala kampung tergerak untuk penerima bantuan rumah yang difasilitasi RESPEK.
melakukan perubahan, maka perubahan yang Jamban yang menjadi syarat tersebut merupakan
diinginkan pun terjadi (Baca: Menyentuh Celah di hasil karya para pemasar sanitasi binaan Rumsram.
Tengah Hujan Subsidi). Rumsram juga menggunakan media Radio Republik
Selain kepala kampung dan tokoh agama, yang juga Indonesia (RRI) untuk mempromosikan STBM. Selain
menjadi andalan utama bagi Rumsram adalah warga berupa spot iklan, Rumsram menggunakan format
kampung yang bersedia menjadi Relawan serta dialog untuk mengangkat seputar persoalan STBM
kader posyandu. Kader posyandu menjadi andalan di media milik pemerintah tersebut. Berbagai media
karena selain peran mereka sudah jauh lebih dulu untuk penguatan perilaku juga dilakukan untuk
ada, mereka juga bekerja dengan dasar kerelawanan mencegah terjadi slippage atau kembalinya perilaku
– hanya insentif yang tidak lebih dari Rp50 ribu yang lama. Di Kabupaten Supiori, pemerintah
sebulan (Baca: Kader Posyandu Merangkap Relawan setempat memproduksi pembuatan baliho dan
STBM). Umumnya mereka juga perempuan, sehingga stiker mengenai himbauan bupati tentang STBM
keikutsertaan kelompok ini membuka peluang lebar yang menggunakan bahasa lokal. Selain itu, media
terakomodasinya aspirasi perempuan dalam program film, serta penghargaan (reward) juga diberikan
ini. Sejak 2013, Rumsram akhirnya mewajibkan berupa penguatan kapasitas dalam hal pertanian
kader posyandu dilibatkan dalam pelatihan menjadi melalui Protestantse Kerk in Nederland (PKN) (Baca:
relawan. Rumsram sendiri mengakui, bahwa selama Menyentuh Celah di Tengah Hujan Subsidi).
ini kebanyakan perempuan yang menunjukkan
kesadaran pada waktu pemicuan dan bertanggung PEMANTAUAN
jawab dalam pengelolaan program, namun mereka Pergumulan dengan Masalah SDM
tidak bisa berbuat banyak karena sistem patriarki
meletakkan keputusan di tangan laki-laki di
rumahnya. R umsram melatih tim STBM termasuk relawan
untuk melakukan promosi STBM serta
pendampingan, termasuk di antaranya pemantauan.
D emi meningkatkan akses masyarakat terhadap
kloset murah dan berkualitas, Rumsram pun
menginisiasi pelatihan pembuatan kloset sebagai
Namun pada akhirnya, tidak semua relawan
melanjutkan aktivitas mereka untuk melakukan
bagian dari strategi pemasaran sanitasi. Mengenai pemantauan. Umumnya alasan yang muncul adalah,
pemasaran sanitasi ini, Ishak mengakui bahwa hal ini
awalnya memang tidak terpikirkan, sehingga alokasi 4 Rumsram bekerja sama dengan Yayasan Mitra Peduli (YMP)
anggaran mengenai pemasaran sanitasi pun luput Lombok Timur dalam pelatihan pembuatan kloset. Untuk
dari proposal. “Waktu kami menulis proposal ini, melatih warga binaan Rumsram, YMP mengutus Tim Tukang
kami memang blank (tidak tahu apa-apa),” tuturnya. Peduli Sanitasi, yang tidak lain merupakan dampingan YMP
untuk kegiatan pemasaran sanitasi. Baca: Praktik STBM YMP.

z Dalam mobilisasi sumber daya,


Rumsram bukan saja menerapkan
keterlibatan tokoh kunci (kepala
kampung, tokoh agama, maupun
tokoh adat), namun juga Kader
Posyandu - yang sejak lama memang
sudah teruji kerelawanannya. Selain
itu, masuknya Kader Posyandu
- yang mayoritas perempuan -
sebagai bagian Tim STBM Kampung
ini membuka peluang lebih
didengarnya aspirasi perempuan
dalam program ini.
„ Foto: Kader Posyandu (kaos biru dan putih di
antara ibu-ibu dan balita di Puskesmas Korem.

8
z Pemantauan merupakan proses kunci yang menentukan
dalam perubahan. Rendahnya kualitas ataupun kuantitas
sumber daya akan memengaruhi keberhasilan proses ini.
Teridentiikasinya masalah kapasitas sumber daya manusia
dalam proses pemantauan ini dapat mengantisipasi
dampak yang ditimbulkannya, sehingga ikut menentukan
keberhasilan STBM.
„ Foto: Suasana rekapitulasi data di Kampung Opuri, Biak Barat (Dokumentasi
Rumsram).

kesibukan mata pencaharian. Di Kampung Nermnu, Namun keterbatasan tenaga kesehatan, khususnya
misalnya, dari 7 relawan, tinggal 3 relawan yang sanitarian, merupakan isu yang perlu ditindaklanjuti
masih aktif. Yeremias di antaranya, mengaku dalam oleh pemerintah setempat.
satu minggu paling hanya 2 hari untuk melakukan
pemantauan. Itu pun tidak semua rumah dia kunjungi
– dari 72 rumah hanya sekitar sepertiganya. “Saya
D alam pemantauan, sanitarian biasanya
memegang peranan penting baik sebagai
koordinator tim pemantauan maupun penanggung
orang berkebun,”kilahnya. Isu yang sama muncul jawab analisis hasil rekapitulasi data. Namun,
juga di Kampung Opuri, maupun Mamoribo, Biak kurangnya tenaga sanitarian, menjadi batu
Barat. Muncul kebutuhan untuk mengupah relawan sandungan penting yang dapat menghambat proses
dengan honor yang memadai. ini. Menurut Ruslan, kekurangan tenaga sanitarian
Tantangan lain muncul juga di level dinas kesehatan, akan diatasi dengan pengadaan tenaga kontrak
khususnya Dinas Kesehatan Biak Numfor. Ruslan, menggunakan Dana Otonomi Khusus. Persoalan
kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan kurangnya tenaga sanitarian ini muncul di beberapa
mengatakan, sejauh ini dinas kesehatan sudah puskesmas yang dikunjungi, seperti Puskesmas
berupaya melakukan penguatan di tingkat kesehatan Korem – yang hingga kini mengandalkan tenaga
maupun pelayanan puskesmas. Rendahnya kualitas perawat – serta Puskesmas Ampombukor, yang
sumber daya manusia, khususnya di dinas kesehatan, mengandalkan tenaga honorer untuk turun lapangan.
menyebabkan sistem pelaporan pun ikut tersendat. Soal minimnya tenaga kesehatan ini dikonfirmasi
“Saya akui memang ada teman-teman di dinas oleh Yoel Maryen Kepala Bidang Pemerintahan
kesehatan yang sering mangkir tidak masuk kantor, dan Sosial Budaya BAPPEDA. “Ya, memang ada
sehingga sistem pelaporan tidak berjalan lancar,” kekurangan tenaga,” Maka, pemerintah kabupaten
katanya. Akibatnya, dari 8 puskesmas baru 3 yang berencana di masa depan merekrut tenaga dari
sudah diterima laporannya. Yayasan Rumsram sendiri lulusan sekolah akademi kesehatan sebagai tenaga
mengaku kesulitan mendapatkan data valid yang kontrak untuk menutup kekurangan tersebut.
dibutuhkan dari dinas kesehatan untuk menentukan
prioritas wilayah di awal pelaksanaan program tahun MELUASKAN GERAKAN DAN
2010. Belajar dari situasi tersebut, berdasarkan KEBERLANJUTAN
penelusuran Rumsram memang ditemukan bahwa Mendorong Kemandirian Kampung
di beberapa puskesmas masih kekurangan tenaga
sanitarian, dan beberapa di antaranya bahkan tidak
menguasai komputer. Beberapa persoalan minor M andat utama STBM adalah kemandirian di
tingkat desa atau kampung, dan hal itu menjadi
tanggungjawab pemerintah kabupaten beserta
terkait kapasitas sumber daya tersebut berhasil
diatasi oleh Rumsram melalui peningkatan kapasitas. satuan kerjanya. UU No.6 tahun 2014 tentang Desa

9
bukan saja menekankan otonomi desa, namun juga Mandat untuk membuat peraturan daerah
menguatkan peran dan tanggung jawab struktur mengenai STBM ini sebenarnya sudah termaktub
di atasnya untuk membimbing kampung ke arah dalam Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang STBM
tersebut. Hal inilah, yang masih menjadi proses khususnya Pasal 9. Permenkes ini tegas menyebutkan
panjang di kedua kabupaten Biak Numfor serta tanggung jawab pemerintah daerah dan kabupaten
Supiori. dalam hal STBM, di antaranya, dengan menyusun
Saat ini, pemerintah kabupaten Biak Numfor peraturan dan kebijakan teknis mengenai STBM.
sudah menerbitkan Peraturan Daerah mengenai Kemandirian dan partisipasi masyarakat ini pula
RPJMD di mana terdapat strategi terkait sanitasi. yang menjadi nafas utama UU No. 6 tahun 2014.
Dokumen tersebutlah yang menjadi acuan dalam Persoalannya, UU tentang Desa ini sendiri oleh
penyusunan RPJM Kampung, termasuk untuk sebagian kepala kampung masih dimaknai sebagai
mendorong masyarakat dan pemerintah kampung “Dana Desa 1 Milyar”, sementara substansi
agar memasukkan isu sanitasi dalam dokumen utamanya, yaitu peningkatan partisipasi masyarakat,
perencanaan mereka. Proses penyelesaian dokumen justru kurang menggema. Padahal melalui STBM,
perencanaan kampung (RPJM Kampung, RKP peluang terjadinya peningkatan partisipasi
Kampung serta APB Kampung) juga masih berjalan masyarakat justru terbuka lebar melalui keterlibatan
di kedua kabupaten. Bagaimana dengan Supiori? berbagai unsur di masyarakat, termasuk perempuan.
“Belum, kita belum ada (strategi sanitasi di RPJMD). STBM juga memunculkan wacana mengenai “tidak
Masih kita dorong terus,” kata Amos Yeninar, dari lagi menjadikan masyarakat hanya meminta-minta”
Rumsram. di wilayah dampingan Rumsram dan potensial untuk
mengimbangi wacana pemberian subsidi yang
Turbey O Dangeubun, Kepala BAPPEDA Biak bersifat masif dan terstruktur selama ini.
Numfor menyatakan bahwa dengan terselesaikannya
Rumsram telah mengamati bahwa pemberian
draft Peraturan Bupati mengenai Pengelolaan
subsidi, sekalipun memberi manfaat nyata bagi
Keuangan, semakin lebar jalan menuju pencairan
masyarakat, jika dilakukan dengan fasilitasi
Dana Desa. “Sudah terkirim per 30 Juni lalu, dan
pendampingan yang lemah, dapat menyeret
sudah ada pencairan 40% ke rekening kabupaten.
masyarakat kepada ketergantungan dan mengikis
Tinggal proses penyelesaian RPJM Kampung,”
nilai kegotongroyongan. Di Supiori misalnya, kepala
katanya. Pemerintah Kabupaten Biak Numfor
kampung Puweri, Sem Yeninar, mengeluhkan
mulai melakukan replikasi terhadap wilayah atau
anggota Lembaga Kemasyarakatan Kampung
distrik yang belum didampingi oleh Rumsram
di kampungnya tidak lagi mau bekerja sukarela
menggunakan Dana Otonomi Khusus. Di Biak
sekalipun untuk kampungnya sendiri, sejak ada
Numfor, replikasi mulai dilakukan melalui Puskesmas,
Program 1 Kampung 1 Milyar (Baca: Menyentuh
di antaranya Puskesmas Ampombukor, Distrik
Celah di Tengah Hujan Subsidi).
Swandiwe di Biak Utara. Namun, berbagai tantangan
muncul antara lain kurangnya tenaga kesehatan Di sisi lain, pendekatan nonsubsidi tanpa disertai
(baca: Puskesmas Ampombukor, Distrik Swandiwe: kemampuan memfasilitasi dan advokasi yang
Replikasi STBM Di Tengah Keterbatasan). Pemerintah memadai, juga akan sulit diterima masyarakat.
Kabupaten Supiori juga menyatakan siap untuk Seperti dikemukakan Amos Yeninar: “Daya gerak
melakukan replikasi terhadap 33 kampung yang kita untuk advokasi di kabupaten kurang, sehingga
belum didampingi. Selama ini baru 2 distrik dengan masyarakat kurang dengar.”
15 kampung yang didampingi oleh Rumsram Belajar dari berbagai situasi tersebut, Rumsram
bersama pemerintah dan SKPD setempat. Menurut mengakui, bahwa pihaknya memang masih
dr. Jenggo Suwarko, Kepala Dinas Kesehatan perlu meningkatkan keterampilan mengenai
Kabupaten Supiori, prinsip utama dalam replikasi ini pengorganisasian masyarakat terutama dalam hal
yaitu adanya komitmen dari pemerintah kabupaten keterampilan komunikasi untuk advokasi, serta
serta DPRD untuk melanjutkan STBM ini secara keterampilan memfasilitasi. (*)
meluas. Yang kedua, adanya komitmen dari tokoh
masyarakat. Saat ini, baru pendeta yang juga menjadi z Keberlanjutan program pemberdayaan
Ketua Klasis di Supiori Utara yang menyatakan masyarakat tidak terlepas dari
berkomitmen, dan direncanakan segera disusul keberhasilan dalam pendampingan
wilayah lainnya. “Ya, mudah-mudahan semua masyarakat serta pendekatan politik;
(penggalangan komitmen) bisa berjalan,”katanya, dan untuk itu, keterampilan advokasi
sembari berharap komitmen ini bisa dibuat dalam serta memfasilitasi masyarakat menjadi
bentuk peraturan daerah sehingga legitimatif. keniscayaan.

10
INSPIRASI

MENYENTUH CELAH
DI ANTARA HUJAN SUBSIDI „ Keterangan foto: Atas: Andres
Mnumumes, Kepala Kampung
Komboi, Warsa - Kiri, Amos dan
Kepala Kampung serta relawan
KAMPUNG-KAMPUNG INI MENUNJUKKAN STBM Kampung Puweri,
SEMANGAT STBM DI TENGAH ‘HUJAN’ SUBSIDI Supiori

P apua, memang bak permata. Begitu provinsi ini


dinyatakan menyandang status Otonomi Khusus,
berbagai program bantuan pembangunan dengan
Kampung itu sendiri merupakan hal baru bagi Sem.
Senada dengan Kampung Puweri, Kampung Nermnu
di Biak Utara juga mengambil manfaat dari PNPM
jumlah yang menggiurkan langsung digelontorkan RESPEK untuk pemenuhan STBM 5 Pilar. Pasca
ke provinsi paling timur Indonesia ini. Termasuk di pemicuan, bulan Februari 2013, Kepala Kampung
antaranya, Kampung Puweri. Kampung yang terletak Nermnu, Robert Arwimbar, menitahkan warganya
di Distrik Supiori Utara ini, harus melalui jalan untuk memulai gotong royong mengerjakan
yang relatif panjang untuk bisa Deklarasi STBM di pembangunan jamban. “Saya alokasikan dananya
pertengahan tahun 2015 ini. dari anggaran RESPEK,” katanya.
“Program STBM ini sudah Dengan dana tersebut, jamban pun
ada dari 2012, namun dibangun, meski sebagian besar
dalam perkembangannya, terbuat dari kayu, namun sudah
dukungan dari masyarakat mendukung perilaku higienis dan
dan pemerintah kampung saniter. Klosetnya juga terbuat dari
kurang, karena program ini kayu dengan model plengsengan
nonsubsidi,” Tutur Amos yang irit air karena letak mata air yang
Yeninar, Penanggung jawab cukup jauh.
Wilayah Supiori Utara dari Kampung Komboi, Distrik Warsa, juga
Rumsram, sembari menyebut tidak terlena dengan pembangunan
beberapa program bantuan
„ Kloset plengsengan
jamban yang masif di wilayahnya. Di
pemerintah seperti PNPM sini, nilai-nilai kearifan lokal kembali digali, termasuk
RESPEK, 1 Kampung 1 Milyar dari kayu di Kampung
Nermnu dengan menerapkan 7 Budaya Malu, di antaranya:
dan Beras untuk Orang Malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan
Miskin yang digelontorkan ke kebersihan lingkungan, kantor dan masyarakat.
kampung ini pada periode yang sama. Sem Yeninar, Dan mereka mulai menyadari bahwa program
Kepala Kampung, memaparkan bahwa kesulitan bantuan yang bertubi-tubi dapat menimbulkan
terutama dalam pengelolaan Pilar 4 dan 5. Selain itu, ketergantungan. “Saya sering sampaikan ke tamu
Pilar 1 yang biasanya menjadi beban material paling yang datang ke sini; namanya masyarakat kampung
tinggi, sebagian besar pemenuhannya terpenuhi pastilah ketika ada kegiatan bakti kampung akan
dari proyek PNPM RESPEK yang mengalokasikan bertanya; ada uang atau tidak. Tapi hal seperti
dana untuk pembangunan jamban. Sisanya, masih ini kita berupaya menghilangkan dari pandangan
20 rumah yang belum memiliki MCK, dan di masyarakatnya, supaya jangan berpikir soal uangnya.
sinilah peran Rumsram. Bersama Rumsram, Sem Sehingga, di sini lebih banyak kita non subsidi,” tutur
dan masyarakatnya melakukan penyusunan RPJM Andres Mnumumes, Kepala Kampung Komboi,
Kampung yang di dalamnya termasuk perencanaan yang sudah mengawal STBM sejak awal. Ketika
sanitasi. Pengalaman dalam penyusunan RPJM STBM masuk di wilayah ini, memang tinggal sekitar

11
INSPIRASI

5 rumah yang belum memiliki jamban. Tapi dari


jamban-jamban yang dibangun, banyak yang belum
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
HADIAH UNTUK PERUBAHAN PERILAKU
Dari Lomba STBM hingga PKN
Selain Pilar 1, Pilar 2 merupakan pilar yang
paling menantang di kampung yang terletak di
pesisir pantai ini. Dari proses pendampingan
yang dilakukan, muncul berbagai inovasi untuk
M enyadari betul bahwa masyarakat yang sudah
berubah perilakunya dapat kembali pada
perilaku yang lama, Rumsram menyediakan berbagai
menggunakan benda-benda yang sudah ada seperti strategi penguatan perilaku berupa pemberian
kaleng bekas cat, dan galon bekas air mineral. “reward”. Di antaranya, melalui lomba STBM yang
Meskipun raskin banyak dikritik karena menimbulkan diadakan di setiap distrik. Hadiah berupa piala
ketergantungan baru dalam hal pangan, namun untuk masing-masing kategori dan Piala Bergilir
karung bekasnya terbukti bermanfaat untuk untuk Juara Umum. Kehadiran lomba ini disambut
menunjang Pilar 4 alias Pengamanan Sampah Rumah baik oleh warga kampung di Biak. Sewaktu kami
Tangga. Di beberapa kampung yang kami kunjungi, mengunjungi Kampung Opuri, Biak Barat, kepala
dengan mudah karung-karung ini ditemukan kampungnya, Septinus Justinus Womsiwor atau
tergantung di setiap rumah sebagai pengganti akrab dipanggil SJW, dengan bangga memamerkan
tong sampah. “Ya, itu ide warga sendiri, bukan ide piala yang diraihnya dua kali berturut-turut. Bukan
Rumsram,” kata Ishak. hanya di Kampung Opuri, respon positif mengenai
lomba STBM ini juga muncul di antara masyarakat
Saat ini Rumsram memang berusaha menemukan
Kampung Komboi, Biak Utara. “Kalau tim penilai
celah yang belum tuntas tertangani melalui program-
melewatkan satu rumah saja, maka warga pemilik
program bantuan yang bersifat masif. Sebuah
rumah akan protes,”tutur Andres, kepala Kampung
penelitian juga mengungkap bahwa penyebab
Komboi, menggambarkan antusias warganya
infrastruktur yang dibangun melalui PNPM RESPEK
mengikuti Lomba STBM.
tidak dirasakan manfaatnya secara optimal yaitu
karena fasilitasi yang lemah. Selain lomba, hadiah lain berupa peningkatan
kapasitas ekonomi pertanian melalui Protestantse
Hal inilah yang coba diatasi Rumsram. Melalui
Kerk in Nederland (PKN) yang dilakukan terhadap
fasilitasi perencanaan RPJM Kampung, Rumsram
kelompok-kelompok tani. Terdapat 20 kampung
membantu peningkatan kapasitas masyarakat
yang dipilih secara acak untuk didampingi termasuk
kampung dalam melakukan perencanaan kampung.
kampung Puweri, Kabupaten Supiori. Pada setiap
(*)
kampung ditentukan 25 KK yang mendapat prioritas
berdasar kerentanan dan keterpinggiran terhadap
akses pembangunan selama ini, termasuk di
antaranya relawan STBM. “Saya melihat, relawan
harus diberi reward secara ekonomi ini,” kata Ishak.
Dengan pendekatan ini, Rumsram berkontribusi
dalam peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat
di satu sisi, dengan tetap berpijak pada prinsip
nonsubsidi di sisi lain. Meski belum ada penelitian
mengenai efektivitas PKN ini terhadap penguatan
STBM, namun mengingat hal ini menyentuh
persoalan mata pencaharian utama masyarakat,
maka pendekatan ini menjadi potensial untuk
mendukung keberlanjutan STBM di kampung jika
dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh.
Sistem “reward” juga diterapkan pemerintah
kabupaten Biak Numfor. “Pada beberapa kampung
yang sudah deklarasi, pemerintah kabupaten
memiliki kebijakan untuk mengalihkan prioritas
pembangunan ke wilayah tersebut,” Kata Kepala
BAPPEDA Biak Numfor, Turbey O. Dangeubun.
Jika reward direncanakan secara sistematis, terukur
„ Kepala Kampung dan terintegrasi dengan program yang sudah ada,
Opuri beserta relawan maka hal tersebut dapat mendukung keberlanjutan
STBM memamerkan
program. (*)
penghargaan STBM
dengan bangga

12
INSPIRASI

Secercah Harapan di Tengah


‘Banjir’ Subsidi
“MAJELIS
JEMAAT SANGAT
„ Foto: Abraham Mirino di depan Gereja Kristen
DEKAT DENGAN
Injili di Tanah Papua - Jemaat Lahairoi Mamoribo. MASYARAKAT.”

S emenjak Injil masuk di wilayah Biak Numfor,


sejarah masyarakat Biak tidak dapat dipisahkan
dari eksistensi gereja. Jemaat Lahairoi yang lahir pada
Gereja Lahairoi (Bahasa Biak, berarti: Allah melihat)
yang sekaligus perangkat kampung ini. Abraham
melihat STBM sebagai program yang penting dan
19 April 1928 merupakan salah satu jemaat yang ikut memiliki manfaat kesehatan langsung bagi anggota
berkontribusi untuk mempromosikan STBM kepada masyarakat, karenanya harus disampaikan melalui
jemaatnya di waktu ibadah hari minggu maupun gereja. “Dan majelis jemaat ini sangat dekat dalam
ibadah yang khusus diikuti unsur-unsur gereja seperti kehidupan masyarakat,” katanya. Gereja pun
kaum bapak, perempuan, remaja, serta angkatan membuka secercah harapan bagi program STBM di
muda atau pemuda. Dengan demikian, Jemaat tengah masyarakat yang dibuai subsidi.
Lahairoi merupakan salah satu jemaat yang dapat
STBM dipromosikan setiap hari Minggu pada waktu
dijadikan contoh oleh jemaat-jemaat yang lain yang
warta jemaat. Selain itu, setiap hari Jumat, disepakati
ada di wilayah Biak Numfor.
sebagai hari kerja massal untuk membersihkan
“Kontribusi gereja dalam menyukseskan STBM kampung - yang dikukuhkan juga melalui gereja -
tidak terlepas dari peranan gereja selama ini dalam sekaligus untuk mempromosikan STBM oleh kepala
menggalang masyarakat menuju manusia yang kampung. Dengan cara itulah STBM tertanam dalam
benar,” kata Abraham Mirino, mantan Ketua Jemaat kehidupan spirit masyarakat Biak Numfor. (*)

Kader Posyandu Merangkap Relawan STBM


ANTARA PUSKESMAS DAN KAMPUNG

S etelah program STBM mulai berjalan, Rumsram


segera menyadari bahwa kader posyandu
merupakan aset kampung yang potensial untuk
Meski selama ini mereka terbukti bekerja sukarela,
namun seiring berlakunya UU Desa, muncul
kebutuhan untuk menambah nilai insentif yang
STBM. Kelompok yang didominasi perempuan ini, mereka terima. Para kepala kampung yang ditemui
sudah ada jauh sebelum program STBM, dan telah pun pada dasarnya setuju adanya penambahan
bekerja untuk kesehatan secara sukarela, hanya insentif bagi kader posyandu yang menjadi relawan.
dengan insentif tidak lebih dari Rp50 ribu per bulan. Namun, masih terjadi tarik menarik kepentingan
Atas dasar itulah, Rumsram kemudian mewajibkan antara puskesmas dengan kampung. Pihak kampung
kader posyandu juga menerima pelatihan STBM. beranggapan bahwa urusan insentif kader menjadi
Semenjak itulah, para kader posyandu merangkap tanggung jawab puskesmas. Sementara puskesmas
relawan STBM ini benar-benar menjadi ujung tombak berpikir sebaliknya. “Posyandu ada bukan untuk
utama bagi pelaksanaan STBM 5 Pilar di kampung. puskesmas, itu untuk kampung juga. Puskesmas
Yuliana, Deborah dan Yuli, kader posyandu hanya mendampingi pelayanan teknis,” kata Abner
dari Kampung Opuri, Biak Barat, misalnya, sejak Krisifu, Kepala Puskesmas Ampombukor.
menerima pelatihan STBM dari Yayasan Rumsram Secara umum, isu kebutuhan honor bagi relawan
beberapa tahun lalu, mereka terjun langsung dalam ini muncul di semua kampung. Persoalan ekonomi
pemantauan dari rumah ke rumah. Bahkan mereka menjadi dasar pertimbangan utama. “Saya ingin
masih hapal lagu “STBM” dengan baik. Yuli, salah menegur relawan untuk bekerja demi STBM, tapi
satu relawan STBM di kampung ini, sudah lebih 25 mereka kan orang yang berumah tangga,”kata
tahun bertugas sebagai kader posyandu. Selain itu Paulinus, Koordinator Relawan STBM Kampung
juga ada Ruth Mambenar, relawan STBM sekaligus Mamoribo. Tampaknya memang semua pihak terkait
kader posyandu dari Kampung Puweri, Supiori, yang perlu duduk bersama untuk membahas soal ini,
sudah teruji komitmennya sehingga berkesempatan sehingga terpenuhi kepentingan bersama.(*)
mengunjungi ibukota RI, Jakarta, untuk pertemuan
STBM antar kabupaten.

13
INSPIRASI

„ Foto: kiri: Kepala


Puskesmas Ampombukor, Puskesmas
Distrik Swandiwe, Biak Numfor Ampombukor,
Abner Krisifu dan
kanan, Yohanes
REPLIKASI STBM Korwa, sanitarian
DI TENGAH honorer

KETERBATASAN „ Bawah: Puskesmas


Ampombukor

S ebagai wujud komitmen pemerintah Kabupaten


Biak Numfor untuk meluaskan STBM adalah
melalui replikasi STBM di beberapa distrik, termasuk
dijangkau karena persoalan jarak. Yohanes Korwa
yang bertugas melakukan kunjungan juga mengalami
kesulitan, karena terbatasnya sarana maupun
Distrik Swandiwe. Puskesmas Ampombukor prasarana transportasi.
merupakan motor replikasi di wilayah ini. Usai
menerima pelatihan dari Rumsram tahun 2013, Sanitarian Definitif Hanya Mengurusi
Puskesmas ini pun mulai menerapkan replikasi Pelaporan Dana
terhadap 16 kampung di wilayahnya. Tantangan Bukan hanya itu. Sebagaimana Puskesmas Korem,
klasik segera menghadang sejak awal program; puskesmas ini pun minim tenaga sanitarian. Saat ini
“Masyarakat masih berpikir bahwa kita akan memberi petugas sanitarian yang definitif hanya satu orang, itu
bantuan, padahal sudah dijelaskan bahwa STBM ini pun lebih banyak ditugaskan di belakang meja, yaitu
nonsubsidi,” kata Abner Krisifu, Kepala Puskesmas untuk mengelola pelaporan dana program. Pelayanan
Ampombukor. Selain soal persepsi masyarakat, Abner kesehatan lingkungan dibebankan kepada sanitarian
mengeluhkan soal keterbatasan dana operasional yang masih honorer, yaitu Anis Korwa. Anis juga yang
puskesmas. Padahal, kegiatan STBM ini juga banyak bertugas merekapitulasi data dengan komputer yang
mengandalkan keterlibatan kader posyandu yang ada. “Tapi itu pun harus bergantian,” kata Abner.
menjadi relawan. Dua tahun lalu, Puskesmas ini punya hak SKPD untuk
Saat ini, puskesmas bahkan belum bisa banyak mengelola dana sendiri, sehingga bisa berbelanja
mengandalkan relawan. Yohanes Korwa alias kebutuhan peralatan kantor termasuk komputer.
Anis, petugas sanitarian honorer, mengaku bahwa Tapi, semenjak hak itu dicabut, maka tidak bisa lagi.
dia jarang mengoordinasi relawan ataupun kader “Seharusnya jangan dicabut, tapi dilengkapi saja,”
pada saat akan turun ke lapangan. Selain karena tukas Abner.
keterbatasan alat komunikasi, juga karena ia sering Kepala Dinas Kesehatan Biak Numfor, Petrus Yapen
dimintai upah. “Ada yang saya libatkan, tapi lebih saat dihubungi SIMAVI awal Agustus ini menyatakan
banyak saya tidak libatkan dorang (mereka). Kadang bahwa pihaknya sudah merealisasikan anggaran
saya libatkan dorang, tapi ada tuntutan dari dorang berupa BOK ke seluruh puskesmas sejak minggu
ke saya untuk bayar upah, begitu,” jelas Anis yang lalu. Ia juga menekankan bahwa puskesmas harus
sering kali terpaksa jalan kaki karena keterbatasan mengembalikan fungsinya melayani kesehatan
sarana transportasi di puskesmas. Adanya tuntutan masyarakat, dan bukannya fokus pada hal-hal teknis
insentif dari relawan atau kader posyandu ini diakui seperti pelaporan. “Dalam waktu dekat, kami akan
Abner. Dengan berlakunya UU Desa, Abner berharap melakukan monev (monitoring and evaluation)
pembiayaan kader posyandu bisa dibebankan ke untuk mengetahui kinerja puskesmas,” kata Petrus
kampung. mengakhiri percakapan.
Saat ini, dari 16 kampung, ada 11 kampung yang sulit Sungguh jalan berliku dalam replikasi STBM!(*)

Yoel Maryen, Kepala Bidang Pemerintahan dan


Sosial Budaya BAPPEDA Biak Numfor
“Dua tahun yang lalu memang Puskesmas itu kami
berikan Hak SKPD sehingga bisa mengelola dana
sendiri. Tapi setelah kami evaluasi, ternyata kurang
efektif. Sudah kurang tenaga, tenaga kesehatan yang
ada diberikan tugas kelola dana, sehingga pelayanan
pasien terabaikan. Akhirnya ya kami cabut, berdasarkan
masukan dari berbagai pihak bahwa pelayanan kesehatan
kurang bagus. Tapi, memang kami kekurangan tenaga
kesehatan. Di masa mendatang rencana kami ambil
tenaga kontrak dari lulusan sekolah kesehatan.”(*)

14
INSPIRASI

Rangkuman
Pembelajaran
SEBUAH GERAKAN, SELALU DIAWALI
DARI PROSES AKSI DAN REFLEKSI.
INILAH RANGKUMAN PEMBELAJARAN
MENGENAI PRAKTIK STBM YANG
DILAKUKAN YAYASAN RUMSRAM BIAK „ Foto: suasana Kampung Puweri, Kab. Supiori. Tampak
PAPUA. kantung sampah bergelantungan di setiap pagar rumah.

Pemilihan Lokasi Wilayah Dampingan tetap menekankan prinsip partisipasi, swadaya serta
Dalam menentukan lokasi pendampingan, Rumsram potensi atau kearifan lokal untuk menyelesaikan
memandang penting untuk mempertimbangkan target yang belum tersentuh.
wilayah yang sudah didampingi sebelumnya selain
Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia yang
berdasarkan relevansi atau kebutuhan. Hal ini
Sudah Teruji dalam Kerja-kerja Sukarela
untuk memudahkan proses penerimaan masyarakat
terhadap suatu isu. Dalam mobilisasi sumber daya, Rumsram bukan
saja menerapkan keterlibatan tokoh kunci (kepala
Mengidentifikasi Tokoh yang Berpengaruh kampung, tokoh agama, maupun tokoh adat),
dalam Pendampingan Masyarakat namun juga menerapkan keterlibatan kader
Dalam pendampingan masyarakat kampung, posyandu - yang sejak lama memang sudah teruji
pendekatan melalui kepala kampung saja tidak akan kerelawanannya. Masuknya kader posyandu - yang
efektif. Dalam konteks Papua, ada tiga “tungku” mayoritas perempuan - sebagai bagian Tim STBM
yang harus didekati, yaitu kepala kampung, tokoh Kampung ini membuka peluang lebih didengarnya
agama, dan tokoh adat. Ketiga tokoh inilah yang aspirasi perempuan dalam program ini.
perlu terus-menerus didekati demi efektivitas
pendampingan. Mengidentifikasi Masalah dalam Pemantauan

Menjadikan Pihak Gereja yaitu Jemaat - Pemantauan merupakan proses kunci yang
yang Selama Ini Dekat dengan Masyarakat - menentukan dalam perubahan. Rendahnya kualitas
sebagai Media Promosi STBM ataupun kuantitas sumber daya akan memengaruhi
keberhasilan proses ini. Teridentifikasinya masalah
Pendekatan melalui gereja menjadi efektif, bukan kapasitas sumber daya manusia dalam proses
saja karena terkait dengan sejarah masyarakat Biak, pemantauan ini dapat mengantisipasi dampak
namun juga, gereja merupakan media sosial yang yang ditimbulkannya, sehingga ikut menentukan
dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Hal ini keberhasilan STBM.
menjadikan peran gereja - dalam hal ini, jemaat -
sebagai media promosi STBM, menjadi strategis. Mengidentifikasi Keterampilan yang
Dibutuhkan untuk Pemberdayaan Masyarakat
Bersikap Realistis dan Terus Mencari
Peluang untuk Mengoptimalkan Fasilitasi Keberlanjutan program pemberdayaan
Pendampingan Masyarakat masyarakat tidak terlepas dari keberhasilan dalam
pendampingan masyarakat serta pendekatan
Ketimbang terus menerus menentang proyek lain politik; dan untuk itu, keterampilan advokasi serta
yang menggunakan pendekatan subsidi, Rumsram memfasilitasi masyarakat menjadi keniscayaan.
kemudian memilih bersikap realistis dengan melihat
aspek persamaan maupun manfaat yang ditinggalkan
proyek tersebut bagi dampingannya, namun dengan

15
ASPIRASI

Sem Yeninar, Yohanes Kapitarauw,


Kepala Kampung Puweri, Sanitarian Puskesmas
Kabupaten Supiori Korem, Biak Utara

Walaupun bapak lepas dari Bulan Juli ini, akan


jabatan kepala kampung, ada pertemuan untuk
tapi bapak masih punya menjelaskan keberlanjutan
kampung ini, jadi bapak akan STBM setelah tidak lagi
tetap minta yang baru supaya didampingi Rumsram.
STBM ini dijaga bagus karena Alokasi dari BOK kami
melalui STBM ini kampung kecil untuk membawa 28
sudah bagus. kampung di wilayah kami.
Jadi perlu dibicarakan
bersama.

Ruth Mambenar, Relawan Hein Baransano,


STBM Kampung Puweri, Ketua Jemaat GKI
Kabupaten Supiori Betel dan Kepala
Kampung Koyomi
Tolong petugas kesehatan
Distrik Warsa
tetap memperhatikan.
Sanitarian ada datang, tapi Rumsram membantu
jarang, dan hanya tugas proses penyusunan RPJM
pokok mereka saja, STBM Kampung, RKP Kampung
jarang. Saya juga dorong dan APB Kampung.
Amos (Rumsram) untuk Ya, walaupun tidak
dorong Kabupaten Supiori terima uang dari STBM,
untuk deklarasi STBM, jangan tapi manfaatnya tetap
hanya 2 kampung ini saja. dinikmati langsung oleh
masyarakat.

Alexander Kaisiepu, Marthen Wompere,


Kepala Distrik Biak Barat Kepala Distrik Warsa
STBM ini yang dibicarakan STBM ini kalau dibekali
adalah semua hal-hal yang dengan pemahaman yang
seharusnya dilakukan melalui cukup, maka dengan
5 Pilar ini - jika dilakukan, sendirinya orang akan
maka semua penyakit melihat ini sebagai
lingkungan akan hilang gerakan, karena ini adalah
dengan sendirinya. Distrik kebutuhan. Tapi kalau
sendiri memberi dukungan disertai stimulan dalam
melalui prioritas pelatihan maksud yang salah,
RPJM Kampung, melalui maka akan menimbulkan
alokasi anggaran di Distrik. persoalan yang baru lagi.

KONTAK
Mitra SHAW Yayasan Rumsram Biak Papua
Jl. Bosnik Raya, Depan PLTD II, Kantor Kelurahan Karang Mulia,
Distrik Samofa Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua
YAYASAN DIAN DESA
Telp: +62 981-23269
E-mail: ruanginforumsram@yahoo.com
website: www.rumsram.org
Donor Kerja sama dengan Mitra Pemerintah
Simavi
Fonteinlaan 5 2012 JG Haarlem - The Netherlands
E-mail: info@simavi.nl; General: 0031 23 531 80 55
website: www.simavi.org

Anda mungkin juga menyukai