Anda di halaman 1dari 161

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

GAMBARAN PROGRAM STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh :

MICHELLA SEPTANIA DARMALA PUTRI

20170301004

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Michella Septania Darmala Putri

NIM : 20170301004

Fakultas : Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Jurusan : Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Judul : Gambaran Program Stop Buang Air Besar Sembarangan Di Wilayah


Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang Tahun 2022

Jakarta, 24 Maret 2022

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Devi Angeliana Kusumaningtiar, SKM, MPH


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh
Nama : Michella Septania Darmala Putri
NIM : 20170301004

Fakultas : Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan


Jurusan : Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Judul : Gambaran Program Stop Buang Air Besar Sembarangan Di Wilayah


Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang Tahun 2022

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Esa Unggul.

Menyetujui,

(Prof. Dr. apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed)


Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Dosen Penguji
Pembimbing I : Devi Angeliana Kusumaningtiar, SKM, MPH ( )

Penguji I : Erna Veronika, SKM, MKM


( )

Penguji II : Mugi Wahidin, SKM, M.Epid ( )

Ditetapkan di : Universitas Esa Unggul Jakarta Barat


Tanggal : 24 Maret 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini
Nama : Michella Septania Darmala Putri
NIM : 20170301004
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat pada penulisan skripsi saya yang
berjudul :
Gambaran Program Stop Buang Air Besar Sembarangan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang Tahun 2022
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindak plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang akan diterapkan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya


Jakarta,

Michella Septania Darmala Putri

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI

Sebagai sivitas akademik Universitas Esa Unggul, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Michella Septania Darmala Putri
NIM : 20170301004
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Esa Unggul Hak Bebas Royalti, Non-ekslusif (Non-exsclusive
Royality Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“ Gambaran Program Stop Buang Air Besar Sembarangan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang Tahun 2022”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
ekslusif ini Universitas Esa Unggul berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempubikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Tangerang Pada Tanggal : 24 Maret 2022

Yang Menyatakan

(Michella Septania Darmala Putri)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Michella Septania Darmala Putri


Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 29 September 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : michellaseptani@gmail.com
Nomor HP : 083808334433
Alamat : Kampung Pangkalan RT 002/RW 006, Desa
Pangkalan, Kec. Teluknaga, Kab. Tangerang,
Banten. 15510

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Tahun 2004-2005 : RA Al-Hikma


Tahun 2005-2011 : SDN Kampung Melayu I Teluknaga
Tahun 2011-2014 : SMP Islamic Village Tangerang
Tahun 2014-2017 : SMK Islamic Village Tangerang

vi
ABSTRAK

Nama : Michella Septania Darmala Putri


Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul : Gambaran Program Stop Buang Air Besar Sembarangan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang
Tahun 2022

Stop buang air besar sembarangan ini merupakan pilar pertama dari
program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dimana sesuai dengan target
Sustainable Development Goals 6.2, hingga akhir tahun 2024 pemerintah
Indonesia menetapkan target 0% buang air besar sembarangan, 90% akses sanitasi
dan 15% sanitasi aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus Kabupaten Tangerang tahun 2022. Penelitian ini merupakan studi kualitatif
yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus pada September –
Februari 2022. Informan penelitian adalah 6 orang yaitu Kepala Puskesmas,
Petugas Kesling, 2 Kader Kesling, dan 2 masyarakat yang berada di Desa Tanjung
Pasir yang dipilih secara purposif. Data primer diperoleh melalui wawancara
mendalam menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi dan telaah
dokumen. Data sekunder diperoleh dari buku profil Puskesmas Tegal Angus tahun
2020. Data analisis dengan analisis naratif untuk mengetahui perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan program
stop buang air besar sembarangan dilaksanakan melalui perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kendala dan hambatan yang terjadi adalah
tidak adanya biaya untuk pemicuan pada tahun ini, masyarakat masih banyak
yang mengharapkan bantuan jamban/tangki septik gratis, kurangnya peranan dari
stakeholder yang seharusnya dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran akan kesehatan lingkungan, dan tidak adanya pemanfaatan dana desa
dalam penuntasan stop buang air besar sembarangan untuk masyarakatnya.
Cakupan dari 6 desa di wilayah Pusksemas Tegal Angus pada tahun 2021 telah
menjadi desa STBM dengan cakupan 100%, untuk sarana sanitasi layak atau

vii
jamban sehat sebanyak 72,87% yang digunakan oleh 20.795 KK pengguna, dan
untuk cakupan desa ODF yaitu 0% atau belum ada desa yang berstatus ODF.
Saran yang diberikan adalah sebaiknya pihak puskesmas mensosialisasikan
pedoman pelaksanaan stop BABS dan pedoman pemicuan yang diberikan oleh
Dinkes dan Kemenkes kepada tokoh masyarakat dan masyarakat, membuat atau
bekerja sama dengan kelompok wirausaha santasi, memberikan motivasi yang
lebih kepada masyarakat dan melakukan pemicuan tidak hanya satu kali, dan
mengadakan evaluasi bersama Kepala Desa/Lurah bersama perangkat desa.

Kata Kunci : Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, BABS

viii
ABSTRACT
Name : Michella Septania Darmala Putri
Study Program : Public Health
Title : Overview of the Stop Open Defecation Program in the
Working Area of the Tegal Angus Health Center,
Tangerang Regency in 2022

Stop open defecation is the first pillar of the total community-based


sanitation program (STBM) where in accordance with the target of Sustainable
Development Goals 6.2, by the end of 2024 the Indonesian government has set a
target of 0% open defecation, 90% access to sanitation and 15% sanitation. safe.
This study aims to determine the description of the program to stop open
defecation in the working area of the Tegal Angus Health Center, Tangerang
Regency in 2022. This research is a qualitative study carried out in the working
area of the Tegal Angus Health Center in September - February 2022. The
research informants were 6 people, namely the Head of the Puskesmas , Kesling
Officer, 2 Kesling Cadres, and 2 communities in Tanjung Pasir Village who were
selected purposively. Primary data were obtained through in-depth interviews
using interview guidelines, observation sheets and document review. Secondary
data was obtained from the profile book of the Tegal Angus Health Center 2020.
Data analysis with narrative analysis to determine planning, implementation,
monitoring and evaluation. The results showed that the program to stop open
defecation was implemented through planning, implementation, monitoring and
evaluation. Constraints and obstacles that occur are the absence of costs for
triggering this year, many people still expect free latrine/septic tank assistance,
the lack of a role from stakeholders who should be able to motivate the community
to increase awareness of environmental health, and the absence of utilization of
village funds in completion of the stop open defecation for the community. The
coverage of 6 villages in the Tegal Angus Puskesmas area in 2021 has become
STBM villages with 100% coverage, for proper sanitation facilities or healthy
latrines as much as 72.87% used by 20,795 user families, and for ODF village
coverage is 0% or not. there are villages with ODF status. The advice given is

ix
that the puskesmas should socialize the guidelines for the implementation of stop
open defecation and the triggering guidelines provided by the Health Office and
the Ministry of Health to community and community leaders, create or
collaborate with recreational entrepreneurial groups, provide more motivation to
the community and trigger not only one time, and conduct evaluations with the
Village Head/Lurah with village officials.

Keywords : Planning, Implementation, Monitoring, Evaluation, BABS

x
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT


yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta selalu memberikan
kesehatan baik jasmani maupun rohani. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi. Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa
Unggul.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang sudah
membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan Skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Mamah dan Nenek yang selalu memberikan doa serta dukungan moril dan
meteril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
3. Ibu Putri Handayani, SKM., M.KKK selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul.
4. Ibu Devi Angeliana Kusumaningtiar, SKM. MPH selaku Pembimbing
Akademik yang selalu sabar membantu, mendukung dan membimbing
dengan sabar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Para Dosen dan Staff Sekretariat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa
Unggul.
6. Bapak dr. Allan Sartana selaku Kepala Puskesmas Tegal Angus
Kabupaten Tangerang.
7. Bapak M. Irfan Shobari Amd. KL selaku petugas sanitarian dan
pembimbing lapangan di Puskesmas Tegal Angus yang selalu sabar
membantu, mendukung dan membimbing dengan sabar sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
8. Para Staff UPTD Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang.
9. Adik, Bibi, dan Om yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi.

xi
10. Terima kasih Siti Nurmalisah yang selalu mau direpotkan untuk ditanya-
tanya terkait skripsi dan metode penelitian kualitatif.
11. Terima kasih kepada Ratu Dhea Wulandari yang telah menemani penulis
dalam melakukan pengamatan ke Puskesmas Tegal Angus dan Desa
Tanjung Pasir.
12. Terima kasih kepada teman seperjuangan saya Wulan Putri Indah
Permatasari, Laili Husni Ristiani, Melya Dhiya Ulhaq, Riska Indasari,
Joshepin Filisitas Lobo, Siti Ridayati, Ega Suryani, Lely Herviani, Damara
Aldha Widyadana, Yuwandira, Sherly Ratna Oktavia, Afifa Naim
Rokhima yang selama 3 tahun ini selalu memberikan semangat sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
13. Terima Kasih kepada sahabat saya Yosie Edriani Syafitri, Reviana
Nurhasanah, Selvi Alvionita, Rachmatia Nurmala, Safa Aulia Julfan,
Maritta Arum Andani, Farhan Fauzi Furu, Ahmad Farhan dan Arif
Rahman yang selalu memberikan semangat, membantu dan mendukung
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan teman-teman Fakultas Ilmu Kesehatan dan Jurusan Kesehatan
Masyarakat khususnya mahasiswa peminatan kesehatan lingkungan.

Jakarta, 24 Maret 2022


Penulis

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. ii


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................. 7
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
1.5.1 Intitusi Pendidikan ...................................................................... 8
1.5.2 Peneliti...................................................................................... 8
1.5.3 Tempat Penelitian........................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 10
2.1.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ............................................ 10
2.1.1.1 Stop Buang Air Besar Sembarangan ............................... 11
2.1.1.2 Tujuan & Manfaat Sanitasi Total Berbasis Masyarakat . 15
2.1.1.3 Sasaran Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ................... 16
2.1.1.4 Prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat .................... 16
2.1.2 Proses Stop Buang Air Besar Sembarangan ............................... 16
2.1.2.1 Perencanaan..................................................................... 17

xiii
2.1.2.2 Pelaksanaan ..................................................................... 19
2.1.2.3 Monitoring dan Evaluasi ................................................. 21
2.1.3 Pemicuan ..................................................................................... 28
2.1.3.1 Pengertian Pemicuan ....................................................... 28
2.1.3.2 Langkah-Langkah Pemicuan........................................... 30
2.1.3.3 Pasca Pemicuan ............................................................... 34
2.1.4 Open Defecation Free (ODF....................................................... 34
2.1.4.1 Pengertian ODF............................................................... 34
2.1.4.2 Karakteristik dan Verifikasi Desa ODF .......................... 35
2.1.5 Analisis Fishbone (Tulang Ikan)................................................. 36
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 38
2.3 Penelitian Terkait ................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 48
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 48
3.2 Definisi Istilah ..................................................................................... 48
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 50
3.4 Jenis Penelitian ..................................................................................... 50
3.4.1 Desain penelitian ......................................................................... 50
3.4.2 Pengumpulan data ....................................................................... 51
3.5 Informan Penelitian .............................................................................. 51
3.6 Instrumen Penelitian............................................................................. 52
3.7 Validitas Data ....................................................................................... 53
3.8 Analisis Data ........................................................................................ 54
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 55
4.1 Gambaran Perencanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 .......................... 55
4.2 Gambaran Pelaksanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 .......................... 58
4.3 Gambaran Monitoring Program Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 .......................... 62
4.4 Gambaran Evaluasi Program Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 ................................ 65

xiv
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 69
5.1 Gambaran Perencanaan Pada Program Stop Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun
2022 ...................................................................................................... 69
5.2 Gambaran Pelaksanaan Pada Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 .................. 73
5.3 Gambaran Monitoring Pada Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 ................. 80
5.4 Gambaran Evaluasi Pada Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022 .................. 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 87
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 87
6.2 Saran..................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT ................................................................................. 93
PEDOMAN WAWANCARA .......................................................................... 95
LEMBAR OBSERVASI .................................................................................. 110
LEMBAR CHECKLIST .................................................................................. 113
DOKUMENTASI PENELITIAN .................................................................... 116
SURAT PENELITIAN .................................................................................... 119
ETHICAL APPROVAL……………………………………………………... 122
MATRIKS WAWANCARA………………………………………………… 123

xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan upaya pencegahan penyakit dan atau
gangguan kesehatan dari faktor resiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial
(Kementerian Sekretariat Negara, 2014). Perbaikan sanitasi termasuk dalam
target perbaikan di Indonesia untuk mencapai Suntainable Development Goals
(SDG’s) tahun 2030, saat ini masih menjadi kendala karena kurang kesadaran
masyarakat akan sanitasi lingkungan seperti masalah buang air besar
sembarangan, pengolahan limbah rumah tangga, pengolahan air bersih dan
sampah (Kementrian Kesehatan RI, 2016b).
Masalah kesehatan lingkungan masih menjadi salah satu problem solving
pemerintah yang dapat dilihat sejak dikeluarkannya RPJMN 2020-2024 dimana
pemerintah melaksanakan program penyehatan lingkungan berupa penyehatan
air dan sanitasi dasar, penyehatan pemukiman dan tempat-tempat umum,
penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, Higiene sanitasi pangan dan
pengamanan limbah udara dan radiasi. Pendekatan kegiatan penyehatan
lingkungan yang digunakan untuk mendorong mewujudkan kualitas lingkungan
sehat melalui konseling, inspeksi kesehatan lingkungan dan intervensi kesehatan
lingkungan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO), sanitasi merupakan upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan
hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan
tubuh. Menurut WHO pula, kematian yang disebabkan karena waterborne
disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. Dari semua kematian yang bersumber
pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian
terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun. Dari semua kematian tersebut berakar pada
sanitasi dan kualitas air yang buruk. Salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui program nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Berdasarkan Peraturan Menteri

1
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2016b).
STBM memiliki 5 pilar yaitu pilar pertama Stop Buang Air Sembarangan
(Stop BABS), pilar kedua Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), pilar ketiga
Pengamanan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), pilar ke
empat Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), pilar ke lima Pengelolaan
Air Limbah Rumah Tangga (PAL-RT). Dalam pelaksanaan program STBM
dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Sembarangan dan sekaligus
menjadi fokus utama dalam pelaksanaannya, karena pilar pertama menjadi pintu
masuk menuju sanitasi total dan merupakan upaya untuk memutus rantai
kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan dan lainnya.
Pada pilar pertama juga menjadi kunci kesuksesan program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), jika pilar pertama dapat terealisasi dengan baik
tentu akan berdampak baik kepada pilar selanjutnya seperti pada pilar ke tiga
dan ke lima yang saling berkaitan (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Sesuai
dengan target Sustainable Development Goals 6.2, hingga akhir tahun 2024
pemerintah Indonesia menetapkan target 0% buang air besar sembarangan, 90%
akses sanitasi dan 15% sanitasi aman hingga akhir tahun 2024. Target itu dicapai
dengan membuat rencana kerja yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJNM) dan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024 (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Menurut data dan informasi dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2021 menjelaskan bahwa ada 34 provinsi di Indonesia yang
melaksanakan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sebanyak
78.706 Desa dari 80.930 Desa yang ada, atau sebanyak 97,25% dari jumlah
Desa/Kelurahan di Indoesia sudah menjadi Desa/Kelurahan STBM. Provinsi
Banten pada tahun 2021 termasuk kedalam daerah yang pengimplementasian
program STBM yang sudah mencapai 100% dari total seluruh Desa/Kelurahan
yang ada (Kementrian Kesehatan RI, 2021).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rumah tangga di
Indonesia yang mempunyai akses sanitasi layak pada tahun 2021 sebesar 80,29
dan di Provinsi Banten sebesar 82,89% Angka ini menunjukkan bahwa masih

2
banyak daerah yang ada di Provinsi Banten yang belum menerapkan hygiene
dan sanitasi lingkungan (Badan Pusat Statistik, 2021). Berdasarkan data dari
kesehatan lingkungan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2020, tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit berbasis lingkungan menjadi
permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia Salah satu penyebabnya adalah
perilaku buang air besar sembarangan. Kecamatan Teluknaga merupakan
wilayah yang masih ditemukan perilaku buang air besar sembarangan yaitu
sebayak 15,39%. Salah satu solusi pemerintah dalam menanggapi permasalahan
tersebut adalah dengan program STBM (Puskesmas Tegal Angus, 2020).
Proses adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan program. Proses sendiri dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan meliputi perencanaan yang merupakan tujuan
program, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan berfokus pada
bagaimana manajer kesehatan mengarahkan seluruh sumber daya baik manusia
maupun yang bukan manusia demi terwujudnya tujuan suatu organisasi. Oleh
karena itu bergeraknya dan terarahnya sumber daya dalam organisasi oleh peran
pemimpin (leader), komunikasi, motivasi, kerja sama antar manajer dan staf.
Setelah semua unsur terpenuhi maka akan dihasilkan capaian program yang
dapat dinilai berhasil atau tidaknya suatu proram. Untuk menilai berhasil atau
tidak berhasilnya suatu program maka dilakukan evaluasi program (Satrianegara,
2014).
Desa/Kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek
buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Dengan
melihat indikator/kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar
Sembarangan) yaitu semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban
yang aman dan layak dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang
aman dan layak, tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar, ada
mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
KK mempunyai jamban layak dan aman (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam
komunitas tidak buang air besar sembarangan. Dalam program STBM suatu desa
dapat dikatakan ODF jika masyarakatnya tidak ada lagi yang melakukan

3
aktivitas buang air besar sembarangan atau dapat dikategorikan dengan
persentase BABS 0%. Suatu Desa dikatakan ODF dengan melihat indikator
melalui proses verifikasi yaitu jika semua masyarakat telah BAB hanya di
jamban sehat dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban, tidak
ditemukannya lagi tinja di lingkungan sekitar, tidak ada bau tidak sedap akibat
pembuangan tinja/kotoran manusia, ada peningkatan kualitas jamban yang ada
supaya semua menuju jamban sehat, ada mekanisme monitoring peningkatan
kualitas jamban, ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh
masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat, ada
mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
KK mempunyai jamban sehat (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Berdasarkan
Review STBM Kemenkes RI tahun 2021, jumlah cakupan akses sanitasi
Indonesia sebanyak 62,77% dengan akses sanitasi dan 37,23% tanpa akses
sanitasi. Angka tersebut merupakan angka rerata nasional, untuk desa/kelurahan
yang sudah terverifikasi ODF dari 80.930 atau 97,25% total desa dan kelurahan
di Indonesia sebanyak 30.648 atau 37,87% yang baru terverifikasi sebagai
desa/kelurahan ODF. Untuk Provinsi Banten yang sudah dinyatakan sebagai
desa/kelurahan ODF dari 1.551 desa/kelurahan sebanyak 255 desa/kelurahan
atau 16,5%, dan yang masih berstatus OD/BABS di Provinsi Banten tahun 2021
yaitu 83,5% atau 1.296. Untuk wilayah Kabupaten Tangerang yang sudah
dinyatakan ODF dari 274 desa/kelurahan sebanyak 21 desa/kelurahan atau 7,7%
dan yang masih berstatus OD /BABS sebanyak 253 atau 92,3% (Kementrian
Kesehatan RI, 2021).
Menurut penelitian Luthfiyatul & Suhartono tahun 2020 tentang analisis
pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama
tingkat Puskesmas Kabupaten Demak, program STBM pilar pertama telah
dilakukan dengan baik sesuai prosedur yang ditetapkan namun belum memenuhi
target yang telah ditetapkan oleh Peraturan Bupati no. 50 tahun 2017 tentang
rencana aksi daerah percepatan Demak bebas buang air besar sembarangan
(Mustafidah et al., 2020). Menurut penelitian Nurul tahun 2015 tentang
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program sanitasi total berbasis
masyarakat pilar pertama (Stop BABS) di Desa Purwosari Kecamatan Sayung

4
Kabupaten Demak tahun 2015, partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
program STBM di Desa Purwosari masih rendah alasannya karena kondisi
lingkungan sering terjadi abrasi dan perilaku masyarakat (Fatonah, 2016).
Menurut penelitian Yosef tahun 2015 tentang pelaksanaan program STBM stop
buang air besar sembarangan di Desa Lembur Timur dan Desa Luba Kecamatan
Lembur Kabupaten Alor tahun 2015, upaya pemberdayaan masyarakat belum
berjalan maksimal karena belum dibentuk komite sanitasi total berbasis
masyarakat desa, perlu meningkatkan pengetahuan petugas sanitarian dengan
melakukan studi litelatur dan studi banding ke puskesmas lain dengan sistem
pencatatan dan pelaporan yang baik (Yusran, 2015).
Puskesmas Tegal Angus adalah Puskesmas tingkat pertama yang terletak
di kompleks kantor Desa Tegal Angus di Jl. Raya Tanjung Pasir No. 5,
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang Banten. wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus terdiri dari 6 Desa binaan yaitu Desa Lemo, Desa Pangkalan, Desa
Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir, Desa Tegal Angus dan Desa Muara.
Dilakukannya penelitian di Puskesmas Tegal Angus karena dari 44 Puskesmas
yang berada di Kabupaten Tangerang, Puskesmas Tegal Angus tidak termasuk
kedalam 10 Puskesmas yang telah terverifikasi ODF di Desa wilayah kerjanya
dan terdapat 3 Desa di wilayah kerjanya menjadi Desa lokus stunting selama 3
tahun 2020-2022 (Tangerang, 2021). Puskesmas Tegal Angus pada koordinator
program kesehatan lingkungan untuk cakupan target pelaksanaan program
STBM pada tahun 2021 seluruh desa binaan sudah menjadi desa STBM dengan
cakupan 100%, untuk sarana sanitasi layak atau jamban sehat sebanyak 72,87%
yang digunakan oleh 20.795 KK pengguna, untuk masyarakat yang masih buang
air besar sembarangan sebanyak 27,13% dan untuk cakupan desa ODF yaitu 0%
atau belum ada desa yang berstatus ODF. Angka sarana sanitasi layak dan Desa
ODF masih belum memenuhi target Nasional yaitu 90% akses sanitasi, 0%
buang air besar sembarangan dan 100% Desa ODF, untuk tahun 2021
Puskesmas Tegal Angus menargetkan cakupan akses sanitasi layak yaitu 75%
dari seluruh KK pengguna. Oleh karena itu saat ini program stop buang air besar
sembarangan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaannya dikarenakan masih

5
belum ada Desa ODF di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus (Puskesmas
Tegal Angus, 2020).
Berdasarkan pengamatan awal pada saat petugas kesling melakukan
sosialisasi tentang pentingnya melaksanakan stop buang air besar sembarangan
peneliti mengamati pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di
wilayah Puskesmas Tegal Angus masih belum efektif karena kurangnya
kerjasama antara masyarakat dan petugas sanitarian, yaitu dalam kegiatan
pendampingan pasca pemicuan masyarakat tidak ingin diberikan stimulan
berupa pasir dan semen tetapi masyarakat ingin diberikan bantuan berupa WC
dan tangki septik karena kendala di faktor ekonomi hal ini menyebabkan masih
ditemukannya warga melakukan BABS sebanyak 27,13% Sehingga
menyebabkan adanya kasus penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus sebanyak 2.470 kasus diare pada tahun 2020 dan masih kurangnya
peranan dari stakeholder yang seharusnya dapat memotivasi masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran, justru sangat kesulitan dalam pemahaman mereka
terkait tugas yang harus dikerjakan serta tidak adanya pemanfaatan dana desa
dalam penuntasan stop buang air besar sembarangan untuk masyarakatnya.
Berkaitan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran program stop buang air besar sembarangan
di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus Tahun 2022”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data profil Puskesmas Tegal Angus tahun 2021, diketahui
bahwa dari 6 desa di wilayah Pusksemas Tegal Angus telah menjadi desa STBM
dengan cakupan 100%, untuk sarana sanitasi layak atau jamban sehat sebanyak
72,87% yang digunakan oleh 20.795 KK pengguna, dan untuk cakupan desa
ODF yaitu 0% atau belum ada desa yang berstatus ODF. Angka sarana sanitasi
layak dan Desa ODF masih belum memenuhi target Nasional yaitu 90% akses
sanitasi dan 100% Desa ODF, untuk tahun 2021 Puskesmas Tegal Angus
menargetkan cakupan akses sanitasi layak yaitu 75% dari seluruh KK pengguna.
Untuk pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
Puskesmas Tegal Angus juga masih belum efektif karena kurangnya kerjasama
antara masyarakat dan petugas sanitarian, yaitu dalam kegiatan pendampingan

6
pasca pemicuan masyarakat tidak ingin diberikan stimulan berupa pasir dan
semen tetapi masyarakat ingin diberikan bantuan berupa WC dan tangki septik
karena kendala di faktor ekonomi, dan masih kurangnya peranan dari
stakeholder yang seharusnya dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran, justru sangat kesulitan dalam pemahaman mereka terkait tugas yang
harus dikerjakan oleh karena itu proses program buang air besar sembarangan
memerlukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang baik, serta
tidak adanya pemanfaatan dana desa dalam penuntasan stop buang air besar
sembarangan untuk masyarakatnya. Berdasarkan data tersebut peneliti merasa
tertarik ingin meneliti tentang “Gambaran program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang
tahun 2022”.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran program stop buang air besar sembarangan di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang tahun
2022?
2. Bagaimana gambaran proses perencanaan dalam program stop buang air
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang tahun 2022?
3. Bagaimana gambaran pelaksanaan dalam program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang tahun 2022?
4. Bagaimana gambaran monitoring dalam program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang tahun 2022?
5. Bagaimana gambaran evaluasi dalam program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang tahun 2022?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum

7
Mengetahui gambaran program stop buang air besar sembarangan
di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang tahun
2022.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Mengetahui bagaimana gambaran proses perencanaan
dalam program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang tahun 2022.
1.4.2.2 Mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan dalam
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang tahun 2022.
1.4.2.3 Mengetahui bagaimana gambaran monitoring dalam
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus Kabupaten Tangerang tahun 2022.
1.4.2.4 Mengetahui bagaimana gambaran evaluasi dalam program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus Kabupaten Tangerang tahun 2022.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan
tambahan dan untuk menambah daftar buku perpustakaan tentang
gambaran pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan.
1.5.2 Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru bagi peneliti
dalam melaksanakan penelitian sekaligus menambah wawasan ilmiah
dan pengetahuan tentang gambaran pelaksanaan program stop buang air
besar sembarangan. Serta sebagai pemenuhan tugas akhir di Universitas
Esa Unggul.
1.5.3 Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sekaligus bahan
evaluasi, agar Puskesmas Tegal Angus dapat lebih memberikan edukasi
semaksimal mungkin kepada masyarakat di wilayah kerjanya, serta
sebagai sarana informasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

8
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan dan
menumbuhkan rasa peduli akan kesehatan dan kebersihan di lingkungan
sekitarnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran stop
buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
Kabupaten Tangerang tahun 2022. Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus dengan lokasi penelitian di Desa Tanjung
Pasir yang dilaksanakan pada bulan september 2021 sampai selesai.
Penelitian ini dilakukan karena masih menemukan masalah yakni, masih
ditemukan masyarakat yang melakukan buang air besar sembarangan
sebanyak 27,13%. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
jenis deskriptif sasarannya adalah kepala Puskesmas Tegal Angus,
petugas sanitarian Puskesmas Tegal Angus, kader kesling dan
masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus.
Dengan menggunakan jenis data yaitu wawancara, obesrvasi dan telaah
dokumen. Cara pengumpulan data menggunakan data primer yaitu
melalui wawancara dan observasi langsung, dan data sekunder
didapatkan dari buku profil Puskesmas Tegal Angus tahun 2020. Dan
untuk informan pada penelitian ini adalah informan kunci yaitu kepala
Puskesmas Tegal Angus, Informan utama yaitu petugas
sanitarian/koordinator program kesling, dan informan pendukung yaitu 2
orang kader kesling dan masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus. Analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis naratif yaitu mengumpulkan semua data yang diperoleh dari
informan melalui wawancara dan obesrvasi, membuat transkip/salinan
wawancara dengan informan kedalam ketikan diatas kertas, membuat
matriks/tabel data untuk memberikan gambaran yang jelas, melakukan
interpretasi daa dan merujuk gambaran yang jelas dan melakukan
pemeriksaan keabsahan data dengan triagulasi sumber menggunakan data
dari berbagai informan yang berbeda.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Sanitasi dasar adalah sanitasi rumah tangga meliputi sarana buang
air besar, sarana pengelolaan sampah dan sarana limbah rumah tangga.
Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat
sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka
menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
memecahkan persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraan (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Menurut pedoman pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) 2014, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
adalah pendekatan perubahan perilaku hygiene sanitasi melalui kegiatan
pemicuan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sudah dilaksanakan sejak
tahun 2008 dengan tujuan mengubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kondisi sanitasi
total di komunitas yang berkelanjutan. Dasar pelaksanaan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masarakat. Kemudian disempurnakan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2014b)
Program STBM sangat berperan dalam peningkatan derajat
kesehatan penduduk dan juga sebagai upaya pemerintah membangun
kesehatan masyarakat. Sebagaimana dalam Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang mengamanatkan bahwa kesehatan
merupakan investasi yang berharga. Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (HAM, 2009).

10
Program STBM mempunyai indikator outcome dan output.
Indikator outcome yaitu menurunkan kejadian berbasis lingkungan yang
berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output yaitu
setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi
dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air
di sembarang tempat (ODF), setiap rumah tangga dapat menerapkan
pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, setiap
rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas
(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal)
tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan) sehingga
semua orang mencuci tangan dengan benar, setiap rumah tangga
mengelola limbahnya dengan benar, setiap rumah tangga mengelola
sampahnya dengan benar (Kementrian Kesehatan RI, 2014a)
Program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan
untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan cara pemicuan, dalam pelaksanaannya terdapat 5
pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun,
pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah
rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b)
Tujuan akhir dari pendekatan STBM adalah merubah cara
pandang dan perilaku sanitasi yang memicu terjadinya pembangunan
jamban dengan inisiatif masyarakat sendiri tanpa subsidi dan pihak luar,
serta menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan BABS adalah masalah
bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga
pemecahnya juga harus dilakukan dan dipecahkan bersama (Kementrian
Kesehatan RI, 2012).
2.1.1.1 Stop Buang Air Besar Sembarangan
Pelaksanaan stop buang air besar sembarangan akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat
yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan
keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan stop

11
buang air besar sembarangan dalam janka panjang dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh
sanitasi yang kurang baik dan dapat mendorong terwujudnya
masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan (Kementrian
Kesehatan RI, 2020).
Stop buang air besar sembarangan adalah kondisi ketika
setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan
perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi
menyebarkan penyakit. Perilaku buang air besar sembarangan
diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa
jamban yang sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi
yang memenuhi standar persyaratan kesehatan yaitu tidak
mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan
yang berbahaya bagi manusia akibat dari pembuangan kotoran
manusia dan menegah vektor pembawa untuk meyebar penyakit
pada pemakai dan lingkungan disekitarnya (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b).
Tujuan utama dari kegiatan pembuangan kotoran manusia
yang aman adalah untuk mengurangi penyebaran penyakit akibat
pencemaran lingkungan oleh kotoran manusia, sehingga
terciptanya lingkungan yang sehat Perilaku buang air besar
sembarangan merupakan perilaku yang dapat membantu
penyebaran kuman penyakit. Saat turun hujan kuman penyakit
dapat terbawa ke sumber-sumber air misalnya ke sungai, danau,
dan air bawah tanah. Jika sumber-sumber air ini tidak diolah
dengan baik maka kuman penyakit akan masuk ke dalam
makanan dan minuman (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air guna
membersihkannya (Proverawati & Rahmawati, 2012).

12
Jamban sehat merupakan jamban yang memenuhi kriteria
bangunan dan persyaratan kesehatan. Persyaratan kesehatan
jamban sehat yaitu :
1. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran
bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat
pembuangan kotoran manusia.
2. Dapat mencegah vektor pembawa untuk
menyebarkan penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitarnya (Kementrian Kesehatan RI,
2017).
Jenis-jenis jamban yang digunakan yaitu :
A. Jamban Cemplung
Jamban cemplung merupakan jamban yang
penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan
tinja/kotoran kedalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar
lubang. Pada penggunaan jamban cemplung diharuskan terdapat
penutup untuk menghindari agar tidak berbau.
B. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban tangki septik/leher angsa merupakan jamban
berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangka
septic kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapan.
Jamban harus dipelihara agar tetap sehat, membersihkan
jamban secara teratur agar tidak ada kotoran yang terlihat, tidak
terdapat serangga tikus yang berkeliaran dapat mencegah
berbagai macam penyakit akibat lingkungan yang kotor.
Syarat jamban sehat meliputi :
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus

13
d. Tidak mencemari tanah sekitar
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g. Penerangan dan ventilasi cukup
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
i. Tersedia air, sabun dan alat untuk membersihkannya
(Proverawati & Rahmawati, 2012).
Jamban sehat yang efektif untuk memutus penularan
penyakit harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga
dengan penempatan yang mudah dijangkau (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b) Beberapa standar dan persyaratan
kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a. Bangunan atas jamban (dinding atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk
melindungi pemakai dari gangguan cuaca atau gangguan
lainnya.
b. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 bagian bangunan tengah jamban yaitu
lubang tempat pembuangan kotoran/tinja yang saniter
dilengkapi oleh konstruksi leher angsa, pada konstruksi
sederhana (semi saniter) lubang dapat dibuat tanpa
konstruksi leher angsa tetapi harus diberi penutup. Dan
lantai jamban terbuat dari bahan yang kedap air serta tidak
licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas
ke sistem pembuangan air limbah (SPAL).
c. Bangunan bawah jamban
Bangunan bawah merupakan bangunan
penampungan, pengolahan, dan pengurai kotoran/tinja
yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit,
baik secara langsung maupun tidak langsung, jenisnya
dapat berupa cubluk kembar, tangki septik dengan bidang

14
resapan, bio filter dan unit pengolahan air limbah
fabrikasi (buatan pabrik). Tangki septik adalah suatu bak
kedap air berbentuk persegi atau silinder (air dalam tangki
septik tidak dapat meresap ketanah) yang berfungsi
sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan
urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal
dari tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar
dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka
dibuat suatu saringan untuk mengolah cairan tersebut.
Tangki septik yang baik harus dikuras lumpur tinjanya
setiap 2 atau 3 tahun untuk diolah di IPLT (Instansi
Pengolahan Lumpur Tinja), oleh karena itu harus
dilengkapi dengan manhole yang berguna pada waktu
penyedotan lumpur tinja di tangki septik. Cubluk
merupakan lubang galian yang akan menampung limbah
padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan
akan meresapkan cairan limbah tersebut kedalam tanah
dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian
padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.
Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segiempat,
dindingnya harus aman dari longsor, jika diperlukan
dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali,
buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya
(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
2.1.1.2 Tujuan & Manfaat Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
Tujuan dan Manfaat STBM adalah untuk mencapai
kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku hygine dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3
komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung,
peningkatan kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi

15
dan pengembangan inovasi sesuai dengan kondisi wilayah
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Dengan adanya STBM dapat mewujudkan perilaku
masyarakat yang hygiene dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).
2.1.1.3 Sasaran Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
1. Semua masyarakat yang belum melaksanakan salah satu
atau lima pilar STBM.
2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi
tetapi belum memenuhi syarat kesehatan (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b).
2.1.1.4 Prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
1. Tidak Memaksa
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah
atau pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi
dasarnya, penyediaan sanitasi dasar merupakan
tanggung jawab masyarakat.
2. Tanpa Subsidi
Inisiatif pembangunan sanitasi berasal dari masyarakat,
fasilitator sanitasi hanya membantu memberikan
masukan dan solusi kepada masyarakat untuk
meningkatkan akses sanitasi. Semua kegiatan maupun
pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh masyarakat
sendiri.
3. Masyarakat Sebagai Pemimpin
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat
dengan cara memaksa mereka untuk mempraktekkan
budaya hygiene dan sanitasi (Kementrian Kesehatan RI,
2012).
2.1.2 Proses Stop Buang Air Besar Sembarangan

16
Process (proses) menurut (Satrianegara, 2014) mengartikan
proses sebagai tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan yang ditentukan. Umumnya proses adalah tanggung
jawab pimpinanan dan manajer kesehatan dalam organisasi. Pada
praktiknya fungsi manajerial ini dibagi menjadi:
2.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan (planning). Proses dalam merumuskan
masalah kesehatan masyarakat disebut perencanaan bidang
kesehatan. Selain itu di dalam perencanaan dilakukan juga
penentuan kebutuhan, serta sumber daya yang dapat digunakan,
kemudian menentukan tujuan program utama, serta menyusun
langkah-langkah dalam mencapai cita-cita suatu program. Dalam
menyusun suatu perencanaan kesehatan terdapat langkah-langkah
yang diperlukan dalam kegiatan menyusun perencanaan.
Dalam menyusun suatu perencanaan kesehatan, terdapat
beberapa langkah yang diperlukan dalam kegiatan menyusun
perencanaan.
1. Analisis situasi
2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
3. Menentukan tujuan program.
4. Mengkaji hambatan dan kelemhan program.
5. Menyusun rencana kerja oprasional (RKO)
(Satrianegara, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
Tahun 2014, strategi dan tahapan penyelenggaraan STBM
meliputi 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan satu sama
lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan
kebutuhan sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi.
1) Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif
Komponen ini meliputi advokasi kepada pemerintah, pemerintah
daerah dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan
komitmen bersama untuk mengembangkan program

17
pembangunan sanitasi pedesaan yang diharapkan akan
menghasilkan :
a. Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber
daya untuk melaksanakan program STBM yang
dinyatakan dalam surat kepemimpinan.
b. Kebijakan daerah dan peraturan tentang sanitasi seperti
keputusan Bupati, Peraturan Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta
Rencana Strategi (Restra) dan lain-lain.
c. Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengutamakan
sektor sanitasi untuk menghasilkan peningkatan anggaran
sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari
pemerintah maupun non pemerintah.
d. Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM dan program
pengkatan fasilitas.
e. Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta
proses pengelolaan pembelajaran.
2) Peningkatan Kebutuhan Sanitasi
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya
sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis
dan saniter berupa :
a. Pemicuan perubahan perilaku.
b. Promosi dan kampanye perubahan perilaku hygiene dan
sanitasi.
c. Penyampaian pesan melalui media komunikasi.
d. Mengembangkan komitemen masyarakat dalam
perubahan perilaku.
e. Memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat dan
f. mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap
masyarakat maupun institusi.
3) Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi

18
Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan
untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan
akes dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan
mengembangkan pasar sanitasi pedesaan yaitu :
a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang
sesuai kebutuhan dan terjangkau.
b. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi
pedesaan dan
c. mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas
pelaku pasar sanitasi (Kementrian Kesehatan RI, 2014b).
2.1.2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan (implementing). Fungsi manajemen ini
berfokus pada kegiatan mengarahkan resources atau sumber daya
baik manusia dan bukan manusia yang dilakukan oleh seorang
manajer dalam upaya mewujudkan cita-cita program. Oleh karena
itu bergeraknya dan terarahnya sumber daya manusia dalam suatu
organisasi tergantung kepada leadership, kerjasama, komunikasi,
serta motivasi antar sesama karyawan (Satrianegara, 2014).
Pelaksaaan STBM dilakukan dengan keterlibatan pemangku
kebijakan dalam setiap tahapnya. Seluruh persiapan pelaksanaan
STBM di setiap tingkat haruslah memperhatikan koordinasi lintas
sektor serta pemangku kebijakan, pemangku program
pembangunan air minum, serta sanitasi sehingga persiapan
pelaksanaan STBM yang terpadu dapat diwujudkan.
Setelah 3 (tiga) komponen strategi dan tahapan
penyelenggaraan STBM terpenuhi, maka pelaksanaan STBM
dapat dilaksanakan dengan tahapan berikut :
1. Persiapan STBM- Tingkat Pusat
a. Penyiapan NSPK (Norma, Standar, Pedoman,
Kriteria).
b. Advokasi dan komunikasi ke pemerintah daerah.
c. Menggali potensi pembiayaan.

19
d. Mengembangkan peningkatan kapasitas
inssitusi.
e. Mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi
dan pengelolaan pengetahuan.
2. Persiapan STBM-Tingkat Provinsi
a. Riset pasar tingkat provinsi dan kajian terhadap
lingkungan pendukung pada kabupaten/kota
sasaran.
b. Membangun strategi pemasaran kemitraan dan
kebijakan bekerjasama dengan stakeholder
provinsi.
c. Mengidentifikasi berbagai pilihan pembiayaan
bersama kabupaten/kota dalam pengelolaan
anggaran.
3. Pelaksanaan STBM – Tingkat Kabupaten/Kota
a. Advokasi kepada pemerintah kabupaten/kota
dengan melibatkan SKPD terkait dan kecamatan.
b. Penyusunan strategi pengelolaan program STBM
kabupaten/kota meliputi, komitmen, rencana
aksi, segmentasi/zoning/clustering/pertahapan
rencana penerapan strategi pemasaran, rencana
pemantauan, pengelolaan bantuan dan rencana
strategi pelaksanaan, pemantauan, rencana
pengelolaan bantuan, rencana pengelolaan
pengetahuan serta anggaran 1-5 tahun.
c. Bersama instansi kecamatan mengidentifkasi dan
mulai melaksanakan mekanisme pemicuan
berdasarkan kepeminatan.
4. Pelaksanaan Tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan
a. Advokasi dan sosialisasi program STBM kepada
stakeholder kecamatan.

20
b. Menyusun rencana dan implementasi
komunikasi perubahan perilaku.
c. Membangun kemampuan penyediaan/supply
lokal untuk melaksanakan strategi pemasaran
yang dipilih.
d. Mengakomodasi permintaan masyarakat dalam
proses STBM.
e. Membangun kapasitas kabupaten/kota dan
kecamatan untuk mengimplmentasikan rencana
pelaksanaan, pemantauan dan pengelolaan
pengetahuan, termasuk pemantauan dan
verifikasi akses sanitasi sesuai indikator (contoh
: verifikasi SBS untuk pilar satu).
5. Pelaksanaan Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan
a. Pelaksanaan peningkatan perminatan selaras
dengan pemicuan di masyarakat.
b. Pelaksanaan rencana pemantauan mengenalkan
metode pemantauan partisifatif oleh masyarakat
melalui pemicuan.
c. Mengoprasikan sistem verifikasi sesuai indikator
masing-masing pilar.
6. Pelaksanaan Tingkat Pusat dan Provinsi
a. Memfasilitasi pengelolaan pengetahuan dan
pemantauan lintas kabupaten/kota.
b. Advoksi dalam rangka perluasan dan
pengembangan program (Kementrian Kesehatan
RI, 2014b).
2.1.2.3 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukakan untuk memberikan informasi
mengenai penyebab serta imbas dari pelaksanaan suatu kebijakan
yang sedang berlangsung di masyarakat. Monitoring dilaksanakan
agar kesalahan awal bisa segera diketahui sehingga dapat segera

21
dicari solusi yang sesuai, dengan demikian dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan program (HAM RI, 2006).
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan membandingkan
realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Dengan kata lain evaluasi
merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh selama
kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu evaluasi juga
menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu
rangkaian program sebagai dasar mengambil keputusan tentang
tngkat keberhasilan yang telah dicapai tindakan selanjutnya yang
diperlukan (HAM RI, 2006).
Monitoring dan evaluasi di daerah didapati cukup berbeda-beda,
sistem manajemen informasi dari hasil pemantauan yang akan
dikembangkan serta dilembagakan pada pemerintah harus
memenuhi syarat, yaitu :
1. Pemantauan kemajuan serta evaluasi dampak dilakukan
oleh pemerintah daerah serta melibatkan masyarakat
dalam pelaksanaannya.
2. Informasi disampaikan dengan data yang tepat, benar, dan
dapat dipertanggung jawabkan yang berarti harus akurat.
3. Menerapkan sistem informasi satu pintu dalam
pemantauan. Kabupaten dengan lembaga yang telah
disepakati memiliki tanggung jawab untuk memverifikasi
aliran data serta informasi kemudian dilaporkan ke
provinsi kemudia nasional.
4. Hasil kemajuan sebaiknya sejalan dengan target MDG’s
Nasional
5. Hasil pemantauan harus diinformasikan tepat waktu agar
dapat dilakukan perbaikan program dengan segera.
6. Pelaksanaan pemantauan sebaiknya dilakukan dengan
pelaksanaan pemantauan tingkat nasional yang juga
diiringi dengan pemantauan berbasis masyarakat.

22
7. Informasi dianalisis serta diolah sesuai dengan kebutuhan
oleh masing-masing tingkatan.
8. Melakukan umpan balik sehingga manfaat dari hasil
pemantauan serta pelaporan berjenjang bisa dirasakan
oleh masing- masing pemangku kebijakan di masing-
masing tingkatan.
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM
dilakukan untuk mengukur perubahan dalam pencapaian program
serta mengidentifikasi pembelajaran yang ada dalam
pelaksanaannya, mulai pada tingkat komunitas masyarakat di
desa/kelurahan (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM di
setiap tingkat pemerintah secara berjenjang dilakukan melalui
sistem informasi pemantauan yang dilaksanakan dengan tahapan :
1. Pengumpulan data informasi
2. Pengolahan dan analisis data dan informasi; dan
3. Pelaporan dan pemberian umpan-balik
Capaian Indikator Pemantauan dan Evaluasi :
1. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah
melaksanakan STBM adalah :
a) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di
salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut.
b) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk
melanjutkan aksi intervensi STBM seperti
disebutkan pada poin pertama, baik individu
(natural leader) ataupun bentuk kelompok
masyarakat.
c) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM,
kelompok masyarkat menyusun suatu rencana aksi
kegiatan dalam rangka mencapai komitmen

23
perubahan perilaku pilar STBM, yang telah
disepakati bersama.
2. Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar
Sembarangan)
Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai
status SBS adalah :
a) Semua masyarkat telah BAB hanya di jamban
yang sehat dan membuang tinja/kotoran bayi
hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
c) Ada penerapan sanksi, perturan atau upaya lain
oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di
sembarang tempat.
d) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat
masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai
jamban sehat.
e) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat
mencapai sanitsi total.
3. Desa /Kelurahan STBM
Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan sebagai
Desa/Kelurahan STBM adalah Desa/Kelurahan tersebut
telah mencapai 5 (lima) pilar STBM.
Adapun rangkaian pelaksanaan pemantauan program
STBM seperti berikut :
a) Pemantauan di Desa/Kelurahan dilakukan oleh
fasilitator untuk melihat perkembangan kegiatan
pemicuan di masyarkat dan mengumpulkan data
dasar STBM. Hasil dari pemantauan berupa data
dasar dan kemajuan akses sanitasi tentang proses
pemicuan yang selanjutnya dicatat dan
didokumentasikan dalam bentuk peta sosial

24
masyarakat, terbentuknya tim kerja masyarakat di
Desa/Kelurahan, dan rencana kerja masyarakat.
b) Pemantauan dan evaluasi di Kecamatan dilakukan
oleh tenaga kesehatan Puskesmas, untuk
melakukan kompilasi pemicuan, rencana kerja
masyarakat, dan aktifitas tim kerja masyarakat.
Selanjutnya tenaga kesehatan Puskesmas
melakukan pendampingan terhadap masyarkat
yang terpicu agar mampu melaksanakan rencana
kerjanya dan melaporkan hasil kemajuan akses
sanitasi masyarakat di wilayah kerjanya.
c) Pemantauan dan evaluasi di Kabupaten/Kota
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan
pemicuan, impelementasi rencana kerja
masyarakat yang tidak BABS serta upaya
percepatan menuju Desa/Kelurahan STBM.
d) Pemantauan dan evaluasi di Provinsi dilakukan
oleh Dinas Keseahatan Provinsi untuk
memperoleh gambaran tentang upaya dalam
percepatan Desa/Kelurahan STBM pada
Kabupaten/Kota.
e) Pemantauan dan evaluasi di Pusat dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan untuk memperoleh
gambaran tentang kemampuan Kabupaten/Kota
serta Provinsi dalam menerapkan pendekatan
STBM dalam rangka mencegah dan memutus
mata rantai penularan penyakit berbasis
masyarakat.
Teknik pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi
STBM dapat dilakukan dengan cara :

25
a) Sanitarian Puskesmas mengirimkan data ke
layanan pesan singkat (SMS) sever di
Kementerian Kesehatan, SMS yang masuk di
server akan diverifikasi oleh sistem
berdasarkan riwayat data sebelumnya, apabila
sistem menemukan kesalahan/meragukan,
sitem akan mengirimkan SMS kepada
sanitarian untuk klarifikasi, namun sebaliknya
data akan dikirim ke website server.
b) Petugas pemantauan di Kabupaten akan masuk
ke menu (control panel) Kabupaten melalui
situs STBM, dan masuk pada menu isi data.
Sistem akan mengenali data Desa/Kelurahan
yang berhubungan dengan database pengirim
berdasarkan wilayah kerjanya sebagai
penanggung jawab pemantauan.
c) Data dari dua cara perekaman sistem
pemantauan akan disimpan dalam database
server melakui situs dan melalui SMS akan
dilakukan sinkronasi dalam dua database
utama yaitu data dasar dan data kemajuan.
Di samping pemantauan dan evaluasi sebagaimana
diuraikan di atas dalam pelaksanaan STBM dilakukan
pula verifikasi tehadap Desa/Kelurahan STBM untuk
memastikan bahwa telah terjadi perubahan perilaku
masyarakat dalam menyelenggarakan STBM. Secara
lengkap verifikasi Desa/Kelurahan STBM adalah
sebagai berikut :
1) Pelaku Verifikasi
Verifikasi merupakan serangkaian kegiatan
untuk mengetahui kebenaran informasi atas
laporan yang disampaikan serta memberikan

26
pernyataan atas keabsahan dari laporan
tersebut.
a. Dusun -> Tim Verifikasi Desa
melakukan kunjungan rumah dan
melaporkan kemajuan 5 pilar STBM,
serta dipantau perubahan perilaku
masyarakat oleh kader kesling.
b. Desa -> Tim Verifikasi Kecamatan
melakukan kunjungan rumah secara
acak, melaporkan kemajuan 5 pilar
STBM, merekomendasikan deklarasi
Desa STBM, merekomendasikan
peningkatan dan pengembangan Desa
STBM, dan merekomendasikan
pencabutan status Desa SBS/STBM
serta pemantauan perubahan perilaku
diakukan oleh Tim kerja masyarakat.
c. Kecamatan -> Tim Verifikasi
Kabupatan/Kota melakukan kunjungan
rumah secara acak, melaporkan
kemajuan pelaksanaan 5 pilar STBM
Kabupaten/Kota, merekomendasikan
deklarasi pencapaian Desa STBM pada
wilayah Kecamatan,
merekomendasikan penigkatan dan
pengembangan Desa STBM pada
wilayah Kecamatan dan
merekomendasikan pencabutan status
Desa SBS/STBM pada wilayah
Kecamatan, serta pemantauan
perubahan perilaku diakukan oleh Tim
pemantauan Kecamatan.

27
d. Kabupaten -> Tim Verifikasi Provinsi
melakukan analisis laporan kemajuan
pelaksanaan 5 pilar STBM,
merekomendasikan deklarasi pencapain
Desa STBM pada wilayah Kabupaten,
merekomedasikan pengembangan Desa
STBM pada wilayah Kabupaten/Kota
lain, serta pemantauan perubahan
perilaku diakukan oleh Tim
pemantauan Kabupaten/Kota.
2) Waktu Verifikasi
Kegiatan verifikasi dilakuakan setelah
diterimanya laporan bahwa suatu wilayah telah
menyatakan 100% (seratus persen) komunitas
menjalankan 5 pilar STBM secara sekaligus
atau komunitas yang telah menjalankan salah
satu pilar tertentu dan mencapai 100% (seratus
persen).
3) Cara Melakukan Verifikasi
Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara
wawancara, observasi lapangan, analisis
laporan dan diskusi madalam tentang
pencapaian pilar STBM (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b).
2.1.3 Pemicuan
2.1.3.1 Pengertian Pemicuan
Pemicuan merupakan usaha untuk mengubah perilaku
higiene serta sanitasi individu ataupun masyarakat dengan
kesadaran pribadi menyentuh perasaan, perilaku, pola pikir, serta
kebiasaan individu di dalam suatu masyarkat. Pemicuan adalah
kegiatan stimulus dan insiasi terjadina reaksi yang dilakukan oleh
fasilitator yang terlatih, dan dilakukan dengan cara memancing

28
emosi masyarakat tehadap kebiasaan BABS. Imbas dari reaksi
terhadap perilaku BABS yaitu munculnya kebutuhan pemecahan
masalah sanitasi serta mobilisasi gerakan masyarakat.
Pemicuan dilakukan dengan pertemuan tatap muka
dengan masyaraat selama 1-3 jam, difasilitasi oleh 5 orang
fasilitator yang didukung oleh tenaga kesehatan lingkungan dari
puskesmas. Peserta adalah kepala keluarga serta angota keluaga
yang tidak mempunyai jamban, dan keluarga yang sudah
memiliki sarana sanitasi tetapi belum memenuhi persyaratan
kesehatan. (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Pelaku pemicuan
a. Tim fasilitator STBM Desa/Kelurahan yang terdiri dari
sedikitnya relawan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
dengan dukungan kepala desa dapat dibantu oleh orang
lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar desa
tersebut.
b. Bidan desa dihapakan akan berperan sebagai
pendamping terutama ketika ada pertanyaan masyarakat
terkait medis dan pendampingan lanjutan serta
pemantauan dan evaluasi.
c. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah
kelembagaan yang ada di masyarakat yang akan
dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan,
pelaksanaan, pembangunan, pengumpulan alternatif
pendanaan samapai dengan pemantauan dan evaluasi.
d. Kader posyandu diharapkan juga dapat sebagai
fasilitator yang ikut serta dalam kegiatan pemicuan desa.
e. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim
Fasilitator STBM desa untuk keberlanjutan STBM
(Kementrian Kesehatan RI, 2014b)

29
2.1.3.2 Langkah-Langkah Pemicuan
Proses pemicuan dilakukan satu kali dalam periode
tertentu, dengan lama waktu pemicuan antara 1-3 jam, hal ini
untuk menghindari informasi yang terlalu banyak dan dapat
membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang
sampai sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah
orang yang tergerak dengan spontan dan menyatakan untuk
merubah perilaku. Biasanya sang pelapor ini disebut dengan
natural leader.
a. Pengantar Pertemuan
1. Memperkenalkan diri beserta semua anggota
tim dan membangun hubungan setara dengan
masyarakat yang akan dipicu.
2. Menjelaskan tujuan keberadaan kader atau
fasilitator.
3. Menjelaskan bahwa kader atau fasilitator akan
banyak bertanya dan meminta kesediaan
masyarakat yang hadir untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
4. Menjelaskan bahwa kedatangan kader atau
fasilitator bukan untuk memberikan bantuan dalam
bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain)
melainkan untuk belajar.
b. Pencairan Suasana
Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan
suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga
masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang
terjadi.
c. Identifikasi Istilah- Istilah Yang Terkait Dengan
Sanitasi
Fasilitator atau kader dapat memulai dengan
pertanyaan, misalnya “Siapa yang melihat dan mencium

30
bau kotoran manusia pada hari ini?” “Siapa saja yang
BAB ditempat terbuka pada hari ini?”
d. Pemetaan Sanitasi
1.Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan
pemetaan sederhana yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menentukan lokasi rumah,
sumber daya yang tersedia dan permasalahan
sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu
terjadinya diskusi dan dilakukan diruangan terbuka
yang cukup lapang.
2. Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di
lokasi (daun, batu, batang, kayu dan lain-lain)
untuk membuat peta.
3. Memulai pembuatan peta dengan membuat
batas kampung, jalan desa, lokasi pemicuan, lokasi
kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk
(tandai mana yang punya jamban dan yang tidak
punya jamban, sarana cuci tangan, tempat
pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah
tangga).
4. Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya
digunakan untuk membuang tinja, sampah dan
limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat
garis dari lokasi pembuangan sampah ke rumah
tangga.
5. Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan
cara meminta peserta untu berdiri berkelompok
sesuai dengan dusun/RT. Minta mereka
mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor?
Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya.
e. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)

31
1. Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri
desa sambil melakukan pengamatan, bertanya dan
mendengar.
2. Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan
limbah cair rumah tangga, dan kunjungi rumah
yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan,
tempat pembuangan sampah dan saluran
pembuangan limbah cair.
3. Penting sekali untuk berhenti di lokasi
pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah
tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk
berdiskusi.
f. Diskusi
1. Alur kontaminasi
a) Menanyakan gambaran-gambaran yang
menunjukkan alur kontaminasi penyakit
b) Tanyakan : Apa yang terjadi jika lalat-
lalat tersebut hinggap di makanan anda? Di
piring anda? Di wajah dan bibir anak kita?
c) Kemudian tanyakan : Jadi apa yang kita
makan bersama makanan kita?
d) Tanyakan : Bagaimana perasaan anda
yang telah saling memakan kotorannya
sebagai akibat dari BAB di sembarang
tempat?
e) Fasilitator tidak boleh memberikan
komentar apapun, biarkan meraka berfikir
dan ingatkan kembali hal ini ketika
membuat rangkuman pada akhir proses
analisis.
2. Simulasi air yang terkontaminasi

32
a) Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh
dan meminta salah seseorang anggota
masyarakat minum air tersebut. Lanjutkan
ke yang lainnya sampai mereka yakin
bahwa air tersebut memang layak
diminum.
b) Minta 1 helai rambut kepala salah
seorang peserta, kemudia tempelkan
rambut tersebut ke tinja sekitar kita,
celupkan rambut tersebut ke air yang tadi
diminum oleh peserta.
c) Minta juga peserta yang minum air tadi
untuk meminum kembali air yang telah
dicelup rambut bertinja.
d) Minta juga peserta lainnya
meminumnya. Ajukan pertanyaan : Kenapa
tidak ada yang berani minum?
e) Tanyakan berapa jumlah kaki seekor
lalat dan beritahu mereka bahwa lalat
mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan
: Apakah lalat bisa menganggkut tinja lebih
banyak dari rambut yang dicelupkan ke air
tadi?
g. Menyusun rencana program sanitasi
1. Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan
ingin berubah, dorong mereka untuk mengadakan
pertemuan untuk membuat rencana aksi.
2. Pada saat pemicuan, amati apakah ada orang-
orang yang akan muncul menjadi natural leader.
3. Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi
pemimpin kelompok, memicu orang lain untuk
mengubah perilaku.

33
4. Tindak lanjut setelah pemicuan merupakan hal
penting yang harus dilakukan, untuk menjamin
keberlangsungan perubahan perilaku serta
peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus
menerus.
5. Mendorong natural leader untuk bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana aksi dan
perubahan perilaku terus berlanjut.
6. Setelah tercapai status 100% (serratus persen)
STBM pilar 1 masyarakat didorong untuk
mendeklarasikannya jika perlu memasang papan
pengumuman.
7. Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali
ke perilaku semula, masyarakat perlu membuat
aturan lokal, contohnya denda bagi anggota
masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.
8. Mendorong masyarakat untuk terus melakukan
perubahan perilaku hygiene dan sanitasi sampai
tercapai sanitasi total (Kementrian Kesehatan RI,
2014b).
2.1.3.3 Pasca Pemicuan
Paska pemicuan merupakan pendukung program serta
membantu berlanjutnya kebutuhan sebagai akibat dari
pelaksanaan pemicuan melalui kegiatan pendampingan,
pemantauan, kegiatan promosi, dan penyediaan fasilitas untuk
membangun sarana yang tepat dalam penyelesaian masalah
sanitasi.
2.1.4 Open Defecation Free (ODF)
2.1.4.1 Pengertian ODF
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Dalam program STBM suatu desa dapat dikatakan ODF jika

34
masyarakatnya tidak ada lagi yang melakukan aktivitas buang air
besar sembarangan atau dapat dikategorikan dengan persentase
BABS 0%. Tidak buang air besar sembarangan adalah kondisi
ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air
besar di sembarang tempat, tetapi difasilitasi dengan jamban
sehat. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat
berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan,
untuk memutuskan mata rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses jamban. Agar usaha tersebut berhasil, akses
jamban (sehat) pada masyarakat harus mencapai 100% pada
seluruh komunitas. Sedangkan Kelurahan/Desa ODF adalah
Desa/Kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar
di jamban sehat, yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif
terkait pilar 1 dan 5 pilar STBM lainnya.
2.1.4.2 Karakteristik dan Verifikasi Desa ODF
Karakteristik dan verifikasi Desa ODF, Suatu komunitas
atau masyarakat dikatakan telah ODF jika :
1. Komunitas tersebut juga bisa melakukan pengajuan
permohonan agar diverifikasi kepada Puskesmas serta
kantor Kecamatan terdekat, jika mereka sudah bebas
BABS.
2. Tim verifikasi dan kecamatan melakukan secara
mendadak terhadap komunitas yang akan diverifikasi.
Tim mengobservasi kondisi serta perilaku masyarakat,
melakukan wawancara dengan keluarga yang sudah
berubah perilakunya, hasilnya akan diumumkan di hari itu
juga.
3. Komunitas yang sudah terverifikasi ODF akan
diumumkan serta diresmikan secara simbolis, misalnya
pemasangan deklarasi berlogo Puskesmas.

35
4. Apabila ada bentuk-bentuk penghargaan, sebaiknya
diwujudkan dengan penghargaan yang sejalan dengan
pencapaian prioritas masalah lainnya.
5. Apabila terjadi kesalahan, sehingga hasil verifikasi tidak
bisa diumumkan kepada masyarakat maka mereka dapat
mengajukan ulang verifikasi pada waktu yang disepakati
bersama.
Hal ini juga berlaku bagi deklarasi Kecamatan dan Kabupaten
yang ODF. Secara proses juga mengikuti verifikasi status dalam
komunitas. Evaluasi untuk deklarasi kecamatan yang sudah ODF
dilakukan oleh tim verifikasi Kabupaten, untuk deklarasi
Kabupaten ODF akan dilakukan oleh tim verifikasi Provinsi
ataupun tim verifikasi Nasional.
2.1.5 Analisis Fishbone (Tulang Ikan)
Analisis fishbone yaitu salah satu teknik yang efektif dalam
menganalisis data yang ada untuk mengidentifikasi permasalahan dengan
menganalisis penyebab-penyebab masalah yang terjadi. Penemunya
adalah seorang ilmuan Jepang pada tahun 60-an bernama Dr. Kaoru
Ishikiwa. Analisis fishbone dalam grafik penyajiannya menyerupai
tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Efek atau
akibat dituliskan pada moncong kepala sedangkan tulang ikan diisi oleh
sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Analisis
fishbone (atau Ishikawa) adalah suatu pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam
menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan
kesenjangan yang ada (Gaspers, 2002). Menurut (Rudy Prihantoro, 2012)
kegunaan dari diagram fishbone adalah menganalisis sebab dan akibat
suatu masalah, menentukan penyebab permasalahan, dan menyediakan
tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-sumber variasi.
Dengan mengetahui permasalahan secara menyeluruh dapat
memudahkan untuk mengambil langkah atas penyebab permasalahan
terjadi. Berikut langkah-langkah dalam membuat diagram fishbone :

36
a. Menentukan permasalahan spesifik yang akan dibahas.
b. Menentukan karakteristik dari masalah tersebut dan jadikan hal
tersebut adalah tulang belakang (backbone) dari diagram
fishbone.
c. Menentukan penyebab utama dari permasalahan tersebut.
Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi. Letakkan sebab-sebab
tersebut di largebone yang ada di backbone.
d. Di setiap penyebab utama, analisalah hal-hal yang berkontribusi
kepada penyebab utama tersebut dan letakkan penyebab tersebut
di middle bones.
e. Menganalisis kembali dan mengidentifikasi penyebab- penyebab
yang ada di middle bones dan kemudian letakkan di small bones.
f. Melakukan crooscheck kembali keseluruhan permasalahan yang
sudah didapat dan membuat kesimpulan atas permasalahan
tersebut.
g. Dalam pembuatan diagram fishbone diupayakan pencarian
penyelesaian suatu masalah dengan mengumpulkan gagasan dari
berbagai pihak yang terkait, sehingga penjabaran sumber
permasalahan dapat disimpulkan dengan baik (Rudy Prihantoro,
2012).

37
2.2 Kerangka Teori

Stop Buang Air Pengelolaan


Cuci Tangan
Besar Makanan & Minum
Pakai Sabun
Sembarangan Rumah Tangga

Perencanaan Monitoring
n
Evaluasi
Pelaksanaan

Perencanaan Perencanaan Monitoring


Monitoring

Pelaksanaan Pelaksanaan Evaluasi


Evaluasi Sanitasi Total
b
Berbasis
Masyarakat
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan Monitoring
Monitoring
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi

Pengelolaan Pengelolaan
Sampah Rumah Limbah Cair
Tangga Rumah Tangga

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2014), (HAM, 2009), (Kementerian
Sekretariat Negara, 2014), (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

38
2.3 Penelitian Terkait
Tabel 2.1
Penelitian Terkait

No. Nama Judul Metode Hasil


Variabel Desain Sampel
1. a.Luthfiyatul Analisis a.Pilar Pertama Kualitatif 6 Informan a. Program STBM Pilar pertama telah
Mustafidah Pelaksanaan STBM dengan jenis utama yaitu dilakukan dengan baik sesuai prosedur
b.Suhatono Program b.Pelaksanaan Deskriptif. petugas yang ditetapkan, namun belum dapat
c.Hartuti Sanitasi Total c.Monitoring pelaksana memenuhi target yang telah ditentukan
Purnaweni Berbasis d.Evaluasi program oleh Perarturan Bupati No.50 tahun 2017
Fakultas Masyarakat STBM tingkat tentang Rencana aksi daerah percepatan
Kesehatan Pada Pilar puskesmas, Demak bebas buang air besar
Masyarakat Pertama Di serta 5 sembarangan.
Universitas Tingkat informan b. Pengetahuan petugas terkait program
Diponogoro Puskesmas triangulasi sudah baik, mereka telah mendapatkan
Tahun 2020 Kabupaten terdiri dari pelatihan untuk menunjang keterampilan
Demak kader, bidan dalam pelaksanaan program, sarana dan
desa, dan prasarana belum menunjang dan seluruh

39
fasilitator petugas telah mengetahui regulasi yang
STBM Dinas digunakan sebagai pedoman dalam
Kesehatan. pelaksanaan program.
c. Petugas Dinas Kesehatan telah
melaksanakan monitoring dan evaluasi
dengan cara verifikasi
terhadap pelaksanaan program dan
kepemilikan akses jamban sehat bagi
masyarakat.
2. Magistia Peran Stop Buang Kualitatif Informan Pada pelaksanaan pemicuan program
Ramadhani Puskesmas Air Besar dengan jenis utama terdiri masih rendahnya kesadaran warga untuk
Candrarini Dalam Sembarangan Deskriptif. dari : Kepala buang air besar di jamban. Hal ini
Jurusan Ilmu Melaksanakan Puskesmas membuat capaian program belum sesuai
Kesehatan Program Leyangan, target ODF 100%, masih terdapat desa
Masyarakat Sanitasi Pilar Sanitarian, yang persentasenya masih 35% yaitu Desa
Fakultas Stop Buang Air Promotor Kalirejo.
Ilmu Besar kesehatan.
Olahraga Sembarangan Informan

40
Universitas triangulasi
Negri terdiri dari :
Semarang bidan
Tahun 2020 Kelurahan
Kalirejo,
warga
penerima
bantuan
jamban
Kelurahan
Kalirejo,
bidan
Kelurahan
Beji, Kasie
Kestra
Kelurahan
Beji, dan
warga

41
penerima
bantua jamban
Kelurahan
Beji.
3. Agnes Pelaksanaan a.Stop Buang Evaluatif Informan a. Masalah utama penyebab belum
Sonya Program Air Besar dengan jenis kunci yaitu tercapainya target program STBM Stop
Meilani Sanitasi Total Sembarangan Deskriptif. Kepala BABS di wilayah kerja Puskesmas
Lumban Berbasis b.Perencanaan Puskesmas Bonandolok I adalah kebiasaan BABS di
Gaol Masyarakat c.Pelaksanaan Bonandolok I, kebun belakang rumah, sungai, serta
Fakultas Stop BABS Di d.Monitoring informan masyarakat yang menunggu pemerintah
Kesehatan Puskesmas e.Evaluasi utama yaitu untuk memberi bantuan dalam
Masyarakat Bonandolok 1 sanitarian atau membangun sarana sanitasi. Kondisi ini
Universitas Kabupaten penanggung berhubungan langsung dengan kondisi
Sumatera Humbang jawab perekonomian masyarakat.
Utara Tahun Hasundutan program b. Aspek proses dari pelaksanaan program
2020 Tahun 2019 kesehatan STBM Stop BABS di wilayah kerja
lingkungan, Puskesmas Bonandolok I yaitu
dan fasilitator, perencanaan, pengorganiasaian,

42
serta informan pelaksanaan, dan monitoring sudah
tambahan dilaksanakan 100% sesuai dengan
yaitu Pedoman STBM.
masyarakat c. Perencanaan (planning) sudah dilakukan
sasaran oleh kepala puskesmas dengan advokasi
STBM kepada pemerintah, pemerintah daerah,
Puskesmas maupun tokoh masyarakat.
Bonandolok I. d. Monitoring dilaksanakan
oleh pelaksana program STBM Stop
BABS secara langsung kepada komite
STBM di desa, kemudian melakukan
survey langsung ke rumah warga.
4. a.Charles Evaluasi a.Evaluasi Evaluasi 14 orang a. Pelaksanaan program STBM pilar
Foeh Pelaksanaan b.Stop Buang Kualitatif sanitarian dari pertama Stop BABS di Kabupaten
b.Tri Joko Pilar Pertama Air Besar dengan jenis 7 puskesmas Nagekeo belum dapat berjalan dengan
c.Yusniar Stop Buang Air Sembarangan Deskriptif. di Kabupaten baik karena terdapat beberapa kendala
Hanani D Besar c.Perencanaan Nagekeo. dalam pelaksanaannya.
Fakultas Sembarangan d.Pelaksanakan

43
Kesehatan Pada Program e.Monitoring
Masyarakat Sanitasi Total
Universitas Berbasis
Diponegoro Masyarakat Di
Tahun 2019 Kabupaten
Nagekeo
5. Yosef Pelaksanaan a.Stop Buang Evaluatif Total a. Variabel pelatihan fasilitator, rencana
Yusran Program Air Besar Sumatif responden kegiatan, natural leader serta monitoring
Departemen STBM Stop Sembarangan dengan jenis keseluruhan dan evaluasi memenuhi syarat Permenkes
Kesehatan BABS Di Desa b.Pelaksanaan Deskriptif. berjumlah 14 No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Lingkungan Lembur Timur c.Monitoring orang yaitu : Berbasis Masyarakat, sedangkan variabel
Fakultas Dan Desa Luba d.Evaluasi Kepala pemicuan dan advokasi tidak memenuhi
Kesehatan Kecamatan Puskesmas syarat.
Masyarakat Lembur Lembur, b. Hasil evaluasi proses pelaksanaan
Universitas Kabupatem mantan program Sanitasi Total Berbasis
Airlangga Alor Tahun Kepala Masyarakat Stop Buang Air Besar
Tahun 2015 2015 Puskesmas Sembarangan di Desa Lembur Timur dan
Lembur Desa Luba, dapat disimpulkan bahwa

44
yang bertugas petugas sanitarian di Puskesmas Lembur
pada tahun tidak melakukan pengarsipan dokumen
2015, 1 orang hasil pemicuan sehingga menjadi kendala
Sanitarian dalam melakukan monitoring dan
Puskesmas evaluasi.
Lembur, 1
orang petugas
Promosi
Kesehatan
Puskesmas
Lembur,
Kepala
Desa Lembur
Timur dan
Desa Luba, 2
orang
Natural
Leader dan 2

45
orang tokoh
masyarakat di
masing-
masing desa.
6. a.Afriani Evaluasi a.Evaluasi Kualitatif Informan a. pelaksanaan program Stop BABS di
Yorince Pencapaian b.Stop Buang dengan jenis penelitian desa Kambata Tana telah dilaksanakan
Blegur Program Air Besar Deskriptif. yaitu dari tahun 2012 hingga saat ini, akan
b.Gede Sanitasi Total Sembarangan masyarakat tetapi belum berhasil mewujudkan sebagai
Herry Berbasis yang desa SBS.
Purnama Masyarakat mengikuti b. Pelaksanaan program sanitasi total
Ilmu Pilar Pertama program berbasis masyarakat
Kesehatan Di Wilayah STBM, pilar 1 stop BABS di Desa kambata Tana
Masyarakat Kerja Petugas belum berjalan secara maksimal Sehingga
Fakultas Puskesmas Puskesmas disarankan untuk peningkatan motivasi
Kedokteran Kawangu Sayung 1, dan tanggung jawab program agar
Universitas Kabupaten Bidan Desa mewujudkan
Udayana Sumba Timur Purwosari, desa ODF.
Tahun 2016 (Studi Kasus Di dan perangkat c. Penyebab belum tercapainya desa SBS

46
Desa Kambata desa. di desa Kambata
Tana) Tana adalah rendahya kesadaran
masyarakat untuk melakukan perubahan
perilaku sehingga selalu mengacu pada
subsidi dari pemerintah desa, rendahnya
pendapatan masyarakat sehingga
mengalami kesulitan dalam pengadaan
material dalam membangun jamban
keluarga, Keterbatan sarana air bersih,
serta adanya subsidi dari pemerintah desa
yang menimbulkan kecemburuan sosial
diantara masyarakat yang melemahkan
motivasi dalam perubahan perilaku BABS.

47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan standar sistem pelaksanaan STBM pada pilar 1 yaitu stop
buang air besar sembarangan dari PERMENKES RI No. 3 tahun 2014 yang telah
dijabarkan dalam kerangka teori. Maka dalam penelitian ini yang menjadi
variabel adalah langkah-langkah dari pelaksanaan program stop buang air besar
sembarangan. Oleh karena itu, kerangka konsep pada penelitian ini ialah sebagai
berikut :

Perencanaan Pelaksanaan

SDM Biaya
Biaya SDM
Metode
Sarana & Sarana &
Prasarana Metode
Prasarana Stop Buang Air
Besar
Sembarangan
SDM
SDM Biaya
Sarana & Biaya
Sarana &
Metode Prasarana
Prasarana Metode

Monitoring Evaluasi

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
3.2 Definisi Istilah
Definisi istilah atau disebut juga penjelasan istilah merupakan penjelasan
mengenai variabel penelitian yang dapat diamati :
Tabel 3.1
Definisi Istilah
No. Variabel Definisi Istilah Teknik Alat Ukur

48
Penelitian Pengumpulan
Data
1. Stop buang Stop buang air besar Wawancara, Pedoman
air besar sembarangan adalah suatu Observasi dan wawancara,
sembarangan kondisi di mana ketika Telaah Lembar
setiap individu dalam dokumen observasi
komunitas tidak buang air dan
besar sembarangan. Lembar
Pelaksanaan program stop ceklis
buang air besar
sembarangan dapat dilihat
dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi program.
2. Perencanaan Perencanaan bertujuan Wawancara, Pedoman
untuk terwujudnya stop Observasi dan wawancara,
buang air besar Telaah Lembar
sembarangan di wilayah dokumen observasi
kerja Puskesmas Tegal dan
Angus. Terwujudnya stop Lembar
buang air besar ceklis
sembarangan ditandai
dengan berubahnya perilaku
masyarakat yang
sebelumnya tidak saniter
menjadi saniter, yang dapat
dilihat berdasarkan
pendekatan SDM, sarana
prasarana, metode dan
biaya.
3. Pelaksanaan Pelaksanaan yaitu aktivitas Wawancara, Pedoman
atau usaha yang dilakukan Observasi dan wawancara,

49
dalam rangka mewujudkan Telaah Lembar
tujuan program. Yang dapat dokumen observasi
berdasarkan pendekatan dan
SDM, sarana prasarana, Lembar
metode dan biaya. ceklis
4. Monitoring Monitoring dilakukan Wawancara, Pedoman
dengan pencatatan dan Observasi dan wawancara,
pelaporan untuk mengetahui Telaah Lembar
secara langsung dokumen observasi
perkembangan pasca dan
pemicuan, melalui Lembar
pendekatan SDM, sarana ceklis
prasarana, metode dan
biaya.
5. Evaluasi Evaluasi merupakan Wawancara, Pedoman
kegiatan melakukan Observasi dan wawancara,
pemeriksaan dan verifikasi Telaah Lembar
terhadap hasil dan progres dokumen observasi
pelaksanaan program stop dan
buang air besar Lembar
sembarangan yang sedang ceklis
berjalan. Dapat dilihat
berdasarkan pendekatan
SDM, sarana prasarana,
metode dan biaya.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tegal Angus yang terletak di Jl.
Raya Tanjung Pasir No. 5, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang
Banten. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan September 2021
sampai dengan bulan februari 2022.
3.4 Jenis Penelitian
3.4.1 Desain penelitian

50
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan daesain fenomenologi yaitu dengan
memberikan gambaran atau penjelasan mendetail mengenai program stop
buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
Kabupaten Tangerang melalui proses perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi dengan menggunakan variabel SDM, sarana &
prasarana, biaya dan metode.
3.4.2 Pengumpulan data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini didapatkan dari
wawancara dan observasi langsung. Wawancara dilakukan
kepada informan penelitian dimana pewawancara akan
memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan variabel yang
akan diteliti dengan menggunakan pedoman wawancara yang
dilaksanakan pada bulan tanggal 1-3 Februari 2022. Sedangkan
observasi dilakukan dengan turun langsung ke lapangan dan
melihat secara fakta kondisi stop buang air besar sembarangan di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus menggunakan lembar
observasi.
b. Data Sekunder
Selain data primer peneliti juga menggunakan data
sekunder yang merupakan data yang berhubungan langsung
dengan penelitian yang dilaksanakan. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus berupa
profil Puskesmas Tegal Angus tahun 2020.
3.5 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menguasai
permasalahan yang diangkat. Pemilihan informan dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yaitu jumlah informan dalam
penelitian dapat ditentukan langsung oleh peneliti. Dalam hal ini yang menjadi

51
informan penelitian adalah pihak-pihak yang berkaitan dengan Puskesmas Tegal
Angus dan terlibat pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan
dengan pertanyaan yang berbeda. Informan tersebut adalah :
a. Informan Kunci
Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara
mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Yang menjadi informan
kunci adalah 1 (satu) orang yaitu kepala Puskesmas Tegal Angus yang
bertugas sebagai memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di
Puskesmas Tegal Angus.
b. Informan Utama
Informan utama adalah informan yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial dan topik yang diteliti. Adapun informan utama dalam
penelitian ini adalah 1 (satu) orang Koordinator Program Kesehatan
Lingkungan yang bertanggung jawab atas segala kegiatan pelaksanaan
mengenai program stop buang air besar sembarangan di lingkungan
Puskesmas Tegal Angus.
c. Informan Pendukung
Informan pendukung adalah informan yang ditentukan dengan
dasar pertimbangan yang dapat memberikan informasi tambahan
walaupun tidak terlibat langsung dalam kegiatan penelitian. Yang
menjadi informan pendukung adalah 4 (empat) orang dari Desa Tanjung
Pasir, 2 kader kesling yaitu yang membantu saat pelaksanaan stop buang
air besar sembarangan berlangsung dengan memilih kader yang berada di
desa wilayahnya masih banyak masyarakatnya melakukan buang air
besar sembarangan dan 2 warga/masyarakat yang ikut serta dalam
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dengan memilih berdasarkan
masyarakat yang masih melakukan buang air besar sembaragan dan yang
sudah buang air besar di jamban sehat.
3.6 Instrumen Penelitian
1. Perencanaan

52
Variabel ini dapat dinilai dari SDM, Metode, Biaya dan Sarana &
Prasarana. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara,
observasi dan telaah dokumen. Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah recorder, pedoman wawancara, lembar observasi, lembar
cheklis, dan alat tulis.
2. Pelaksanaan
Variabel ini dapat dinilai dari SDM, Metode, Biaya dan Sarana &
Prasarana. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara,
observasi dan telaah dokumen. Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah recorder, pedoman wawancara, lembar observasi, lembar
cheklis, dan alat tulis.
3. Monitoring
Variabel ini dapat dinilai dari SDM, Metode, Biaya dan Sarana &
Prasarana. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara,
observasi dan telaah dokumen. Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah recorder, pedoman wawancara, lembar observasi, lembar
cheklis, dan alat tulis.
4. Evaluasi
Variabel ini dapat dinilai dari SDM, Metode, Biaya dan Sarana &
Prasarana. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara,
observasi dan telaah dokumen. Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah recorder, pedoman wawancara, lembar observasi, lembar
cheklis, dan alat tulis.
3.7 Validitas Data
Validitas data yaitu untuk menunjukan bahwa alat ukur yang digunakan
benar-benar mengukur apa yang telah diikur. Menurut (Sugiyono, 2019), dalam
penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid,
reliable, dan objektif. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini data dilakukan dengan triangulasi data :
1. Triangulasi Sumber

53
Dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa
informan diantaranya : informan kunci yaitu koordinator program
kesehatan lingkungan, informan utama yaitu satu orang kepala
Puskesmas Tegal Angus, dan informan pendukung adalah empat orang
yaitu 2 orang kader kesling dan 2 orang warga/masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus.
2. Triangulasi Data
Teknik metode pada penelitian ini adalah wawancara dan
observasi. Dari hasil triangulasi data dengan beberapa informan,
selanjutnya dilakukan triangulasi data yaitu dengan membandingkan
antara hasil wawancara infroman dengan hasil observasi.
3.8 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis naratif, analisis data
dilakukan secara kualitatif dengan mengacu kepada referensi yang relevan untuk
melakukan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal penting dalam penelitian dan selanjutnya disajikan dalam bentuk
bagan/matriks sehingga lebih mudah di pahami. Penarikan kesimpulan dapat
dilakukan setelah ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten. (Sugiyono,
2019).
Langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari informan melalui
wawancara dan observasi.
2. Membuat transkip/salinan wawancara dengan informan kedalam
ketikan diatas kertas.
3. Membuat matriks/tabel data untuk memberikan gambaran yang
jelas.
4. Melakukan interpretasi data dan merujuk gambaran yang jelas.
5. Melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan trigulasi sumber
menggunakan data dari beberapa informan yang berbeda.

BAB IV

54
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Perencanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan


di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seluruh informan
didapatkan informasi bahwa dalam perencanaan untuk ketersediaan SDM di
Puskesmas Tegal Angus sudah cukup yaitu terdapat 1 orang petugas kesling
sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan stop BABS yang dipilih sesuai
dengan profesinya yaitu sarjana kesehatan lingkungan, dibantu dengan 2 kader
kesling di setiap desa wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang sudah
diberikan pelatihan oleh Puskesmas sebelum dilaksanakannya kegiatan.
Pendukung dari tokoh masyarakat dan ikut serta dalam program stop BABS ini
yaitu ada RT/RW, Mandor, kepala desa/Lurah, Bapedda, Dinas Kesehatan dan
Dinas Permukiman. Berikut petikan hasil wawancara mendalam yang telah
dilakukan peneliti dengan informan :
“iya cukup, persediaan SDM disini sudah ada petugas kesling sekarang
di Puskesmas, ada juga dari Pemda yang mengawasi tentang kesling,
dari dinas permukiman juga sudah ada dan dari desa juga kita sudah
membentuk kader kesling untuk memantau pelaksanaan ini” (Informan
Kunci).
“RT, RW,Kepala Desa, Dinas Perkim” (Informan Utama).
“ada, petugas kesling : kan petugas kesling harus dimintai laporan buat
STBM dan buat ODF” (Informan Kunci).
“karena sesuai profesinya, dia adalah sarjana kesehatan lingkungan,
profesinya kita kan kerja harus berdasrkan profesinya sekarang,
profesionalismenya yah dibagian dia kesehatan lingkungan, nah kita
mengakui profesinya sebagai kesling engga mungkin saya kasih seoran
bidan untuk menangani program itu nanti dia bingung” (Informan
Kunci).
“banyak, pihak-pihak terkait kalau dijabarkan tidak terhitung.
Puskesmas : Kesling, Gizi, Promkes. Desa : Kader kesling, RT, Lurah.

55
Dinas : Dinas Perkim, Dinas Kesehatan dan Bappeda” (Informan
Utama).
“iya setiap tahun ada dilaksanakannya setahun 1 kali sebelum program
pemicuan” (Informan Utama).
Dalam proses perencanaan pertama dari Dinas kesehatan melaksanakan
atau mengadakan pertemuan untuk program yang akan dilaksanakan di
masyarakat, setelah itu puskesmas menyusun RUK, menyusun RPK, dan
melaksanakan kegiatan kemudian di evaluasi. Terkait sumber dana untuk
perencanaan program stop BABS tersedia dari BOK, DAK Dinkes, dan CSR.
Terdapat subsidi dari APBD untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan dan
penyuluhan dari Dinas Perkim, kalau untuk kegiatan fisik Kepala Desa yang
harus mengajukan ke Dinas Kesehatan pada saat kegiatan muslembang Desa.
Pada saat perencanaan tidak ada hambatan terkait sumber dana karena semuanya
sudah dianggarkan. Lalu untuk alat dan bahan yang digunkan pada saat
perencanaan yaitu menggunakan lembar balik untuk edukasi mengenai STBM,
papan white board, dan soundsystem. Berikut petikan hasil wawancara
mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan informan :
“biasanya dari Dinkes memberikan arahan tentang program lalu setelah
itu dari kita menyusun RPK, RUK dan melaksanakan kegiatan”
(Informan Kunci).
“BOK, Dinas Perkim, DAK Dinkes, Yayasan, CSR yang bersifat kegiatan
non fisik” (Informan Utama).
“ Subsidi dari APBD itu biasanya kita yang harus mengajukan ke Dinkes
waktu muslembang Desa itu Kepala Desa yang harus mengajukan disitu,
karena kita minta kaya buat bedah rumah atau apa nah masuk di dana
itu” (Informan Kunci).
“hambatan terkait sumber dana tidak ada karena semuanya sudah
dianggarkan” (Informan Utama).
“alat dan bahan yang digunakan yaitu lembar baik untuk edukasi
mengenai STBM, papan white board, spidol warna-warni, kertas plip
chart, dan karton warna” (Informan Utama).

56
“ada matrial tapi uangnya yang tidak ada, jaraknya kurang lebih 1 km
dari desa” (Informan Utama).
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara terkait proses perencanaan stop
BABS dapat diketahui bahwa ketersediaan SDM sudah cukup yaitu terdapat 1
orang petugas kesling sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan stop BABS
yang dipilih sesuai dengan profesinya yaitu sarjana kesehatan lingkungan,
dibantu dengan 2 kader kesling di setiap desa wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus yang sudah diberikan pelatihan oleh Puskesmas sebelum dilaksanakannya
kegiatan. Pendukung dari tokoh masyarakat dan ikut serta dalam program stop
BABS ini yaitu ada RT/RW, Mandor, kepala desa/Lurah, Bapedda, Dinas
Kesehatan dan Dinas Permukiman.
Dalam perencanaan puskesmas menyusun RUK, menyusun RPK, dan
melaksanakan kegiatan kemudian di evaluasi. Terkait sumber dana untuk
perencanaan program stop BABS tersedia dari BOK, DAK Dinkes, dan CSR.
Terdapat subsidi dari APBD untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan dan
penyuluhan dari Dinas Perkim, kalau untuk kegiatan fisik Kepala Desa yang
harus mengajukan ke Dinas Kesehatan pada saat kegiatan muslembang Desa.
Pada saat perencanaan tidak ada hambatan terkait sumber dana karena semuanya
sudah dianggarkan. Lalu untuk alat dan bahan yang digunakan pada saat
perencanaan yaitu menggunakan lembar balik untuk edukasi mengenai STBM,
papan white board, dan soundsystem.
Dari hasil wawancara tersebut telah dilakukan juga dengan telaah
dokumen dimana Puskesmas Tegal Angus ini belum memiliki SOP untuk
melaksanakan program stop BABS, namun di Puskesmas Tegal Angus ini
mengacu pada pedoman pelaksanaan stop BABS dan pedoman pelaksanaan
pemicuan yang telah diberikan oleh Dinas Kesehatan dan Kemenkes RI.
Dari hasil wawancara dan telaah dokomen tersebut juga telah dibuktikan
dengan observasi langsung dimana terdapat 1 orang petugas kesling yang
melaksanakan dan sebagai penanggung jawab atas program stop BABS dibantu
dengan 2 kader kesling, serta tersedianya tempat kegiatan sosialisasi untuk kader
kesling dan tokoh masyarakat.

57
4.2 Gambaran Pelaksanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seluruh informan
didapatkan informasi bahwa dalam pelaksanaan program stop buang air besar
sembarangan ini terdapat 3 tenaga kesehatan yang ikut serta dalam pelaksanaan
yaitu petugas kesling, promkes dan gizi dibantu dengan 2 kader kesling di setiap
desa dan dilakukan kegiatan pra pemicuan/sosialisasi/BIMTEK untuk para kader
dan tokoh masyarakat. Sasaran dalam program ini yaitu masyarakat yang masih
melakukan perilaku buang air besar sembarangan atau masyarakat yang sudah
mempunyai jamban tetapi tidak mempunyai tangki septik dan masih melakukan
buang air sembarangan di laut atau kebun. Partisipasi masyarakat sudah baik
dalam program ini yaitu pada saat pemicuan banyak yang ikut serta dan antusias,
lalu pada saat kegiatan pasca pemicuan masyarakat banyak yang tidak ikut serta
dikarenakan masyarakat tidak mempunyai biaya untuk membangun WC dan
tangki septik. Pengertian pemicuan adalah upaya untuk memancing atau memicu
masyarakat untuk merubah perilaku hidup yang lebih bersih dan sehat melalui
sektor sanitasi dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat itu sendiri sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Berikut petikan hasil wawancara mendalam yang telah
dilakukan peneliti dengan informan :
“dari Puskesmas sih 3 : petugas kesling, gizi sama promkes” (Informan
Kunci).
“2 permasing-masing desa” (Informan Utama)
“iya dilaksanakannya 1 tahun sekali biasanya dilaksanakan pada bulan
Agustus/September/Oktober sebelum kegiatan pemicuan” (Informan
Utama).
“pemicuan adalah upaya untuk memancing atau memicu masyarakat
untuk merubah perilaku hidup yang lebih bersih dan sehat melalui sektor
sanitasi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, pelaksanaanya dilakukan di rumah RT atau
warga agar berkumpul lalu diberikan sosialisasi pentingnya

58
melaksanakan program stop BABS agar tidak terjadi penyebaran
penyakit berbasis lingkungan di masyarakat” (Informan Utama).
“masyarakat yang masih buang air besar sembarangan di laut/di kebun
dan yang masih belum mempunyai WC” (Informan Kunci).
“partisipasi baik pada saat kegiatan pemicuan masyarakat antusias dan
banyak yang ikut serta, lalu ketika kegiatan pendampingan pasca
pemicuan warga banyak yang mundur dikarenakan warga banyak
mengharapkan bantuan sedangkan puskesmas tidak memberikan
bantuan” (Informan Utama).
Dalam proses pelaksanaan yaitu dengan mengumpulkan warga di
lingkungannya lalu menanyakan siapa warga yang masih buang air besar
sembarangan setelah itu menelusuri wilayah desa dan melihat tempat yang biasa
dipakai warga untuk buang air besar kemudian petugas kesling memicu melalui
sosialisasi kepada warga bahwa buang air besar sembarangan dapat mencemari
lingkungan dan menimbulkan penyakit. Terkait sumber dana untuk pelaksanaan
program stop BABS tersedia dari BOK, DAK Dinkes, dan CSR. Terdapat
subsidi dari APBD untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan dan penyuluhan
dari Dinas Perkim, kalau untuk kegiatan fisik Kepala Desa yang harus
mengajukan ke Dinas Kesehatan pada saat kegiatan muslembang Desa. Terdapat
hambatan terkait sumber dana dalam pelaksanaan yaitu tidak adanya sumber
dana untuk kegiatan pemicuan karena pemicuan dikhususkan untuk puskesmas
yang memiliki akses sanitasi 90%. Lalu untuk alat dan bahan yang digunakan
pada saat pelaksanaan yaitu menggunakan lembar balik untuk edukasi mengenai
STBM, papan white board , spidol warna – warni, kertas plip chart, karton
warna, meteran dan soundsystem. Pada saat kegiatan pemicuan membutuhkan
material yang berasal dari Puskesmas, pihak puskesmas tidak menyediakan atau
meminjamkan cetakan jamban karena Puskesmas Tegal Angus tidak mempunyai
kelompok wirausaha santasi dan masyarakat yang memperoleh bahan jamban
dari matrial yang jaraknya kurang lebih 1 km dari desanya menggunakan uang
pribadi mereka. Berikut petikan hasil wawancara mendalam yang telah
dilakukan peneliti dengan informan :

59
“pertama saya mendata ke masyarakat mana yang masih melakukan
buang air besar sembarangan, lalu melakukan sosialisasi kepada para
kader lalu setelah itu melakukan kegiatan pemicuan kepada masyarakat
di desanya setelah itu baru melakukan kegiatan pendampingan pacsa
pemicuan dan mendata mana masayarakat yang mau membangun
jamban serta merubah perilakunya” (Informan Utama).
“BOK, Dinas Perkim, DAK Dinkes, Yayasan, CSR yang bersifat kegiatan
non fisik” (Informan Utama).
“Subsidi dari APBD itu biasanya kita yang harus mengajukan ke Dinkes
waktu muslembang Desa itu Kepala Desa yang harus mengajukan disitu,
karena kita minta kaya buat bedah rumah atau apa nah masuk di dana
itu” (Informan Kunci).
“hambatan terkait sumber dana ada untuk tahun ini yaitu tidak adanya
sumber dana untuk kegiatan pemicuan karena kegiatan pemicuan di
khususkan untuk puskesmas yang mempunyai akses sanitasi 90%”
(Informan Utama).
“alat dan bahan yang digunakan yaitu lembar baik untuk edukasi
mengenai STBM, papan white board, spidol warna-warni, kertas plip
chart, dan karton warna” (Informan Utama).
“iya diperoleh dari puskesmas anggarannya dari BLUD” (Informan
Utama).
“ada matrial tapi uangnya yang tidak ada, jaraknya kurang lebih 1 km
dari desa” (Informan Utama).
“tidak, kerena tidak punya kelompok wirausaha sanitasi dan tidak ada
dananya untuk meminjamkan karena puskesmas fungsinya tidak
menyediakan tetapi hanya memicu masyarkat saja” (Informan Utama).
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara terkait pelaksanaan program
stop buang air besar sembarangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 3
tenaga kesehatan yang ikut serta dalam pelaksanaan ini yaitu dari petugas
kesling, promkes dan gizi dibantu dengan 2 kader kesling setiap desa dan
dilakukan kegiatan pra pemicuan/sosialisasi/BIMTEK untuk para kader dan
tokoh masyarakat. Sasaran dalam program ini yaitu masyarakat yang masih

60
melakukan perilaku buang air besar sembarangan atau masyarakat yang sudah
mempunyai jamban tetapi tidak mempunyai tangki septik dan masih melakukan
buang air sembarangan di laut atau kebun. Partisipasi masyarakat sudah baik
dalam program ini yaitu pada saat pemicuan banyak yang ikut serta dan antusias,
lalu pada saat kegiatan pasca pemicuan masyarakat banyak yang tidak ikut serta
dikarenakan masyarakat tidak mempunyai biaya untuk membangun WC dan
tangki septik.
Pelaksanaannya yaitu dengan mengumpulkan warga di lingkungannya
lalu menanyakan siapa warga yang masih buang air besar sembarangan setelah
itu menelusuri wilayah desa dan melihat tempat yang biasa dipakai warga untuk
buang air besar kemudian petugas kesling memicu melalui sosialisasi kepada
warga bahwa buang air besar sembarangan dapat mencemari lingkungan dan
menimbulkan penyakit. Terkait sumber dana untuk pelaksanaan program stop
BABS tersedia dari BOK, DAK Dinkes, dan CSR. Terdapat subsidi dari APBD
untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan dan penyuluhan dari Dinas Perkim,
kemudian terdapat hambatan terkait sumber dana dalam pelaksanaan yaitu tidak
adanya sumber dana untuk kegiatan pemicuan karena pemicuan dikhususkan
untuk puskesmas yang memiliki akses sanitasi 90%.
Dari hasil wawancara tersebut telah dilakukan juga dengan telaah
dokumen dimana dalam proses pelaksanaan program stop buang air besar
sembarangan ini terdapat jobdesk petugas kesling, daftar sarana yang digunakan,
pedoman pelaksanaan pemicuan serta lembar absensi pemicuan.
Selanjutnya dari hasil wawancara dan telaah dokumen telah dibuktikan
juga dengan observasi langsung dimana Puskesmas Tegal Angus telah
melaksanakan pemicuan yang dilakukan dengan durasi 1-3 jam dalam satu kali
pertemuan dengan menggunakan soundsystem dalam keadaan baik dan tempat
pemicuan mudah dijangkau oleh petugas kesling dan masyarakat, kemudian
dilakukan pemetaan sanitasi dan Transect Walk (Penelusuran Wilayah), lalu
untuk alat pembuat jamban Puskesmas tidak menyediakan karena Puskesmas
tidak memiliki wirausaha sanitasi.
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen
terkait pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja

61
Puskesmas Tegal Angus tahun 2022 bahwa terdapat jobdesk petugas kesling,
daftar sarana yang digunakan, pedoman pelaksanaan pemicuan serta lembar
absensi pemicuan. Dalam pelaksanaannya Puskesmas Tegal Angus telah
melaksanakan pemicuan yang dilakukan dengan durasi 1-3 jam dalam satu kali
pertemuan dengan menggunakan soundsystem dalam keadaan baik dan tempat
pemicuan mudah dijangkau oleh petugas kesling dan masyarakat, kemudian
dilakukan pemetaan sanitasi dan Transect Walk (Penelusuran Wilayah), lalu
untuk alat pembuat jamban Puskesmas tidak menyediakan karena Puskesmas
tidak memiliki wirausaha sanitasi. Selanjutnya partisipasi masyarakat sudah baik
dalam program ini yaitu pada saat pemicuan banyak yang ikut serta dan antusias
serta adanya hambatan terkait sumber dana dalam pelaksanaan yaitu tidak
adanya sumber dana untuk kegiatan pemicuan karena pemicuan dikhususkan
untuk puskesmas yang memiliki akses sanitasi 90%.
4.3 Gambaran Monitoring Program Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seluruh informan
didapatkan informasi bahwa proses monitoring program stop buang air besar
sembarangan ini dilakukan oleh petugas kesling dan kader kesling, masyarakat
sudah mengetahui tujuan dari program stop buang air besar sembarangan dapat
dilihat dari beberapa masyarakat yang sudah membangung jamban dan tangki
septik dirumahnya, untuk rentang waktu pencapaian sampai satu desa menjadi
ODF tidak bisa diperkirakan karena semua tergantung dari masyarakat mau
merubah perilakunya atau tidak. Pelaksanaan program stop buang air besar
sembarangan ini dari tahun ke tahun pelaksanaannya baik, selalu ada
peningkatan akses sanitasi setiap tahun walaupun tidak banyak dan masyarakat
sudah banyak yang merubah perilakukanya menjadi lebih baik dengan tidak
buang air besar sembarangan lagi, untuk pelaporan hasil kegiatan pertama dari
kader kesling melaporkan ke petugas kesling mengenai hasil kegiatan pemicuan
dan pengembangan akses sanitasi di masyarakat setelah itu petugas kesling
mengimput atau melaporkan ke Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan melalui
google form yang telah disediakan Dinas Kesehatan dan diinput di aplikasi smart
STBM, lalu puskesmas juga melakukan advokasi kepada pemerintah setempat

62
sebelum dilaksanakannnya program ini. Berikut petikan hasil wawancara
mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan informan :
“sudah, bisa dilihat dari beberapa masyarakat yang sudah merubah
perilakunya dan membangun jamban beserta tangki septik di rumahnya,
kalau yang belum membangun biasanya numpang ke tetangga yang
mempunyai jamban dan tangki septik” (Informan Utama).
“kalau diperkirakan yah engga bisa diperkirakan yah karena kita liat
juga kondisi masyarakat bagaimana, tapi kalau untuk target setiap tahun
pasti petugas kesling menentukan targetnya sendiri berapa” (Informan
Kunci).
“pelaksanaan dari tahun ketahun sudah pasti ada peningkatan baik dari
akses sanitasi dan perubahan perilaku masyarakat juga, yah kira-kira
dari tahun 2016 sampai sekarang 20% lebih” (Informan Utama).
“yang melaporkan hanya petuas kesling ke dinkes kalau dari puskesmas
nah kalau dari desa dari kader kesling” (Informan Utama).
“biasa di input di google form yang dari Dinkes itu lalu ada juga di
input di smart STBM” (Informan Utama).
“iya dilakukannya sebelum dilaksanakannya program ini, biasanya
ngobrol sama pak lurah dan RT/RW setempat” (Informan Utama).
Dalam melakukan monitoring program stop buang air besar sembarangan
ini petugas kesling dan kader kesling melihat perkembangan di masyarakat
setelah dilakukannya kegiatan pemicuan serta melihat hambatan apa saja yang
terjadi di masyarakat, kemudian untuk penyediaan materi informasi dan edukasi
yaitu berupa spanduk, diagram F, pamflet, lembar balik dan buku panduan 5
pilar STBM untuk masyarakat, poster, notulen, jurnal, dan sosialisasi serta
bentuk pemantauan dari Kabupaten atau Kota yaitu menggunkan smart STBM
dan google form dilaporkannya setiap 1 bulan sekali oleh petugas kesling.
Berikut petikan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan
informan :
“bisanya saya dan kader kesling turun ke masyarakat lagi untuk melihat
dan mendata lagi apakah ada masyarakat yang terpicu dan mau
mengubah perilakunya, lalu di data di setiap rumah apakah dirumah

63
tersebut mempunyai WC dan tangki septik atau tidak” (Informan
Utama).
“ hambatannya paling di dana buat bangun WC soalnya kebanyakan
warga disini pengahasilannya sehari cuma cukup buat makan aja,
makanya banyak warga yang ngarepin dapet WC gratis” (Informan
Kunci).
“biasanya sih dari Dinkes kaya pamflet sama poster” (Informan Kunci).
“ada kaya spanduk, diagram F, pamflet, lembar balik, sama buku
panduan 5 pilar untuk masyarakat itu” (Informan Utama).
“ada lewat smart STBM sama google form” (Informan Utama).
“setiap tahun sih kita ngelaporin dari petugas kesling ke Dinkes”
(Informan Kunci).
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara terkait proses monitoring
program stop buang air besar sembarangan tersebut dapat diketahui bahwa
proses monitoring program stop buang air besar sembarangan ini dilakukan oleh
petugas kesling dan kader kesling, masyarakat sudah mengetahui tujuan dari
program stop buang air besar sembarangan dapat dilihat dari beberapa
masyarakat yang sudah membangung jamban dan tangki septik dirumahnya,
untuk rentang waktu pencapaian sampai satu desa menjadi ODF tidak bisa
diperkirakan karena semua tergantung dari masyarakat mau merubah
perilakunya atau tidak. Pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan
ini dari tahun ke tahun pelaksanaannya baik, selalu ada peningkatan akses
sanitasi setiap tahun walaupun tidak banyak dan masyarakat sudah banyak yang
merubah perilakukanya menjadi lebih baik dengan tidak buang air besar
sembarangan lagi, untuk pelaporan hasil kegiatan pertama dari kader kesling
melaporkan ke petugas kesling mengenai hasil kegiatan pemicuan dan
pengembangan akses sanitasi di masyarakat setelah itu petugas kesling
mengimput atau melaporkan ke Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan melalui
google form yang telah disediakan Dinas Kesehatan dan diinput di aplikasi smart
STBM dilaporkannya setiap 1 bulan sekali oleh petugas kesling.
Dari hasil wawancara tersebut telah dilakukan juga dengan telaah
dokumen bahwa dalam proses monitoring program stop buang air besar

64
sembarangan ini terdapat lembar monev stop buang air besar sembarangan,
lembar kepemilikan jamban dan jadwal pengecekan perdesa.
Dari hasil wawancara dan telaah dokumen tersebut telah dibuktikan juga
dengan observasi langsung dimana monitoring program stop buang air besar
sembarangan di Puskesmas Tegal Angus dilakukan pencatatan dan pelaporan
melalui google form yang telah disediakan Dinas Kesehatan dan diinput di
aplikasi smart STBM dilaporkannya setiap 1 bulan sekali oleh petugas kesling
dengan menggunakan komputer/laptop dan wifi dalam keadaan baik. Kemudian
petugas kesling melakukan promosi terkait program stop BABS melalui media
massa kepada kader, kalau untuk masyarakat dilakukan sosialisasi pada saat di
desanya serta petugas kesling dan kader kesling sudah mengusulkan sistem
kredit jamban untuk masyarakat yang ingin membangun jamban tapi terkendala
pada biaya.
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen
terkait monitoring pada program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus tahun 2022 bahwa terdapat lembar monev stop
buang air besar sembarangan, lembar kepemilikan jamban dan jadwal
pengecekan perdesa. Dalam melakukan proses monitoring petugas kesling dan
kader kesling kembali lagi ke desa melihat perkembangan akses sanitasi dan
perubahan perilaku pada masyarakat, kemudian dilakukan pencatatan dan
pelaporan melalui google form yang telah disediakan Dinas Kesehatan dan
diinput di aplikasi smart STBM dilaporkannya setiap 1 bulan sekali oleh petugas
kesling dengan menggunakan komputer/laptop dan wifi dalam keadaan baik.
Kemudian petugas kesling melakukan promosi terkait program stop BABS
melalui media massa kepada kader, kalau untuk masyarakat dilakukan sosialisasi
pada saat di desanya serta petugas kesling dan kader kesling sudah mengusulkan
sistem kredit jamban untuk masyarakat yang ingin membangun jamban tapi
terkendala pada biaya.
4.4 Gambaran Evaluasi Program Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seluruh informan
didapatkan informasi bahwa proses evaluasi dilakukan oleh Dinas Kesehatan,

65
Puskesmas hanya menunjukkan akses sanitasi di wilayah kerjanya setelah itu
diberikan program inovasi terkait hambatan untuk kegiatan pada tahun
berikutnya. Untuk kader kesling sudah paham tentang program stop buang air
besar sembarangan ini dapat dilihat sudah melaksanakan tugas dengan baik,
kalau dari tokoh masyarakat seperti RT/RW masih belum paham bagaimana
program stop buang air besar sembarangan mereka hanya ikut kegiatannya saja
saat diberitahu oleh kader kesling, untuk usulan perencanaan dari masyarakat
adalah masyarakat ingin mendapatkan bantuan jamban gratis. Cara Puskesmas
mempengaruhi penanggung jawab agar melaksanakan tugas secara maksimal
yaitu dengan melihat kinerja, poksi, target dan sasarannya yang harus dicapai
dalam setiap tahun, lalu untuk motivasi ke masyarakat yaitu mendampingi
masyarakat yang telah terpicu kemudian diberi usul untuk menabung atau
melakukan kredit jamban kepada yayasan jika terkendala oleh biaya, kemudian
tidak ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban dikarenakan
takut salah satu masyarakat ada yang iri dan salah paham. Berikut petikan hasil
wawancara mendalam dengan seluruh informan :
“proses evaluasi biasanya dari Dinkes, pertama puskesmas
menunjukkan akses sanitasi di wilayah kerjanya kemudian Dinkes
memberikan program inovasi atau usulan terkait hambatan yang dialami
untuk tahun berikutnya kepada petugas kesling agar menjalankan
program tahun depan lebih baik lagi” (Informan Utama).
“iya kader kesling paham bagaimana pelaksanaan dan sudah
menjalankan tugasnya dengan baik, kalau tokoh masyarakat masih
belum paham dia hanya menjalankan tugas bila diberitahu ada
kegiatan” (Informan Utama).
“rata-rata usulan dari masyarakat ingin mendapatkan jamban gratis
sedangkan puskesmas kan hanya menyediakan dana untuk yang non fisik
kan kalau ngasih jamban bentuknya fisik, nah kalau itu bukan ranah di
kita” (Informan Kunci).
“masyarakat didampingi lalu diberi usul melalui penyedia kredit
jamban” (Informan Utama).

66
“tidak, karena takut ada yang iri dan salah paham” (Informan
Pendukung 1).
Dalam melakukan evaluasi tidak ada hambatan kalau dari puskesmas
tetapi kalau dari masyarakat tidak jauh dari sumber dana untuk membangun
jamban bagi warga yang belum memiliki jamban, kemudian terdapat
peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksanya program stop buang air
besar sembarangan ini di wilayah Puskesmas Tegal Angus dari tahun 2016
sampai saat ini, lalu ada penghargaan untuk desa jika suatu saat dapat terbentuk
desa ODF dari Kecamatan dengan bentuk piagam. Berikut petikan hasil
wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan informan :
“tidak ada hambatan saat proses evaluasi, adanya hambatan dana pada
masyarakat yang ingin membangun jamban” (Informan Utama).
“iya ada kalau besarannya saya kurang tau pasti berapa, bisa
ditanyakan saja ke petugas kesling” (Informan Kunci).
“ada, sudah ada diatas 20%” (Informan Utama).
“Piagam untuk desa dari kecamatan”(Informan Utama).
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara terkait proses evaluasi program
stop buang air besar sembarangan tersebut dapat diketahui bahwa proses
evaluasi biasanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas hanya
menunjukkan akses sanitasi di wilayah kerjanya setelah itu diberikan program
inovasi terkait hambatan untuk kegiatan pada tahun berikutnya. Untuk kader
kesling sudah paham tentang program stop buang air besar sembarangan ini
dapat dilihat sudah melaksanakan tugas dengan baik, kalau dari tokoh
masyarakat seperti RT/RW masih belum paham bagaimana program stop buang
air besar sembarangan mereka hanya ikut kegiatannya saja saat diberitahu oleh
kader kesling, untuk usulan perencanaan dari masyarakat adalah masyarakat
ingin mendapatkan bantuan jamban gratis.
Setelah itu melakukan motivasi kepada masyarakat yaitu mendampingi
masyarakat yang telah terpicu kemudian diberi usul untuk menabung atau
melakukan kredit jamban kepada yayasan jika terkendala oleh biaya, kemudian
tidak ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban dikarenakan
takut salah satu masyarakat ada yang iri dan salah paham tetapi penghargaan

67
untuk desa jika suatu saat dapat terbentuk desa ODF dari Kecamatan dengan
bentuk piagam. Dalam melakukan evaluasi tidak ada hambatan kalau dari
puskesmas tetapi kalau dari masyarakat tidak jauh dari sumber dana untuk
membangun jamban bagi warga yang belum memiliki jamban, kemudian
terdapat peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksanya program stop
buang air besar sembarangan ini di wilayah Puskesmas Tegal Angus dari tahun
2016 sampai saat ini.
Dari hasil wawancara tersebut telah dilakukan juga dengan telaah
dokumen bahwa dalam proses evaluasi ini terdapat lembar monev stop buang air
besar sembarangan yang berisi tentang akses sanitasi aman dan layak serta
tangki septik yang baik untuk pembuangan tinja. Dari hasil wawancara dan
telaah dokumen tersebut juga telah dibuktikan dengan observasi langsung
dimana proses evaluasi program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas
Tegal Angus telah melakukan kerja sama lintas sektor agar dapat memberikan
bantuan kepada masyarakat yang ingin membangun jamban dan tangki septik
dan akan adanya pemberian penghargaan bagi desa yang sudah mencapai desa
ODF berupa piagam yang diberikan oleh Kecamatan.
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen
terkait evaluasi pada program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus tahun 2022 bahwa terdapat lembar monev stop buang
air besar sembarangan dimana berisi tentang akses sanitasi aman dan layak serta
tangki septik yang baik untuk pembuangan tinja. Dalam proses evaluasi
Puskesmas Tegal Angus telah melakukan kerja sama lintas sektor agar dapat
memberikan bantuan kepada masyarakat yang ingin membangun jamban dan
tangki septik dan akan adanya pemberian penghargaan bagi desa yang sudah
mencapai desa ODF berupa piagam yang diberikan oleh Kecamatan. Dalam
melakukan evaluasi tidak ada hambatan kalau dari puskesmas tetapi kalau dari
masyarakat tidak jauh dari sumber dana untuk membangun jamban bagi warga
yang belum memiliki jamban, kemudian terdapat peningkatan kepemilikan
jamban seiring terlaksanya program stop buang air besar sembarangan ini di
wilayah Puskesmas Tegal Angus dari tahun 2016 sampai saat ini.

68
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Perencanaan Pada Program Stop Buang Air Besar


Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian gambaran proses perencanaan pada program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
untuk ketersediaan SDM di Puskesmas Tegal Angus yaitu petugas keslingnya 1
orang petugas kesling sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan stop BABS
ini dengan dibantu oleh 2 kader kesling perdesa. Dalam perencanaan sudah
cukup karena dipilih sesuai dengan profesinya yaitu sarjana kesehatan
lingkungan dan dilakukan pelatihan terlebih dahulu oleh Puskesmas sebelum
dilaksanakannya kegiatan.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Lingga,
2021), bahwa Tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program STBM di desa
Pangguruan sudah memenuhi kualifikasi minimal Diploma Tiga (D3) yaitu
Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan dengan pendidikan D3 Kesehatan
Lingkungan. Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan sudah pernah diberi
pelatihan tentang pelaksanaan program STBM sehingga beliau dapat
mengarahkan bidan desa dan kepala dusun sebagai tenaga pelaksana di desa
dalam melaksanakan program STBM di Desa Pangguruan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di
Puskesmas Pasal 12 Ayat 2 bahwa sumber daya manusia sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) Huruf a paling sedikit 1 (satu) orang tenaga kesehatan lingkungan
yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan
Pasal 1 Ayat 8 tenaga kesehatan lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan minimal Diploma tiga dibidang kesehatan lingkungan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Dalam hal ini bahwa Puskesmas Tegal Angus untuk ketersediaan SDM dalam
perencanaan sudah cukup dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

69
Adapun pendukung dari tokoh masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan
yaitu ada RT,RW, Mandor, Lurah, Bappeda, Dinas Kesehatan dan Dinas
Permukiman. Dalam perencanaan program stop BABS ini sudah efektif karena
dapat dipastikan bahwa setiap keputusan yang diambil akan didukung oleh
pemerintah dan juga masyarakat. Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh (Gaol, 2020) bahwa Perencanaan dilakukan oleh pelaksana
program STOP BABS di Puskesmas Bonandolok I dengan melibatkan
pemerintah Kecamatan Sijamapolang, Koramil, Perangkat Desa, dan tokoh
masyarakat setempat. perencanaan program STBM Stop BABS dinilai sudah
efektif karena dapat dipastikan bahwa setiap keputusan yang diambil akan
didukung oleh pemerintah dan juga masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 9 sampai 12 bahwa
dalam Pemerintah dan Pemerintah daerah mendukung penyelenggaraan STBM,
berperan dalam pelaksanaan kegiatan dan bertanggung jawab atas
pengembangan penyelenggaraan STBM (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Hal
ini juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
kesehatan lingkungan pada Pasal 3 Ayat 2 yaitu mengatur, membina dan
mengawasi penyelenggaraan kesehatan lingkungan (Kementerian Sekretariat
Negara, 2014). Dalam hal ini bahwa Puskesmas Tegal Angus untuk pendukung
dari tokoh masyarakat ada dan ikut serta pada perencanaan program.
Dalam proses perencanaan bahwa biasanya yang dilakukan Puskesmas
Tegal Angus yaitu menyusun RUK (Rencana Usulan Kegiatan), dan RPK
(Rencana Pelaksanaan Kegiataan). Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh (Gaol, 2020) bahwa dalam melaksanakan setiap program
yang ada di Puskesmas Bonandolok I, pelaksana program setiap kegiatan
membuat RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiataan) yang dibuat setiap awal tahun.
Selain RPK, ada juga RUK (Rencana Usulan Kegiatan), yang dibuat untuk tahun
berikutnya. RPK dan RUK yang dibuat akan dikaji ulang oleh Dinas Kesehatan
apakah layak untuk direalisasikan atau tidak.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang pedoman manajemen puskesmas pada Pasal 1 Ayat 1 bahwa

70
puskesmas dalam menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci
kedalam rencana tahunan, dalam menyusun perencanaan 5 (lima) tahun
Puskesmas selain mengacu pada Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan
kabupaten/kota, Puskesmas juga harus memperhatikan dan mengacu pada
Rencana Lima Tahunan Kementerian Kesehatan. Apabila Puskesmas
sebelumnya telah menyusun rencana 5 (lima) tahunan dan rencana tahunan,
maka dengan keluarnya kebijakan baru yang berkaitan dengan kesehatan,
Puskesmas perlu menelaah kembali rencana 5 (lima) tahun Puskesmas yang
telah disusun sebelumnya untuk dapat disesuaikan dengan hal-hal yang sangat
prinsip dan prioritas (Kementrian Kesehatan RI, 2016a). Dalam hal ini bahwa
Puskesmas Tegal Angus untuk proses perencanaan sudah sesuai peraturan dan
mengikuti perintah dari Dinas Kesehatan.
Untuk sumber dana untuk pelaksanaan program stop BABS ini dari
BOK, Dinas Perkim, DAK Dinkes, yayasan dan CSR. Untuk subsidi APBD
untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan dan penyuluhan ada dari Dinas
Perkim kalau untuk yang fisik biasanya Kepala Desa mengajukan ke Dinas
Kesehatan pada saat muslembang Desa atau dana dari masing-masing. Hasil
penelitian diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Lingga, 2021) bahwa
sumber dana dalam pelaksanaan program STBM pilar pertama stop buang air
besar sembarangan di desa pangguruan adalah dari dana BOK (Biaya
Operasional Kesehatan) berupa SPPD (Surat Perintah Perjalanan Tugas) yang
digunakan selama pelaksanaan STBM di Desa Pangguruan. Dana untuk
pelaksanaan STBM di desa Pangguruan sebesar 7,5 juta, dana tersebut dari awal
sudah di buat perencanaan penggunaan dana selama pelaksanaan program
STBM di desa Pangguruan sedangkan dana untuk pembangunan jamban
menggunakan dana masing-masing keluarga atau dana hibah dari sumber
lainnya . Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh
(Gaol, 2020) bahwa Anggaran dana utama untuk program STBM Stop BABS
berasal dari APBD, BOK, dan masyarakat sendiri. Sedangkan untuk sumber
pembiayaan alternatif bisa diperoleh dari donor Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).

71
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 16 bahwa
pendanaan penyelenggaraan STBM bersumber dari masyarakat dan pendanaan
untuk mendukung penyelenggaraan STBM oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang tidak
mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b). Hal ini sesuai dengan Peraturan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 170 Ayat 3 bahwa
sumber pembiayaan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
swasta dan sumber lain (HAM, 2009). Hal ini juga sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2019 tentang petunjuk
penggunaan dana alokasi khusus nonfisik bidang kesehatan Pasal 4b bahwa
BOK Provinsi diarahkan untuk mendukung oprasional fungsi rujukan upaya
kesehatan masyarakat tersier meliputi : penyehatan lingkungan, promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Dalam hal ini bahwa Puskesmas Tegal Angus untuk biaya perencanaan tidak ada
hambatan terkait sumber dana karena semuanya sudah dianggarkan.
Untuk alat dan bahan yang akan digunakan pada saat pelaksanaan
biasanya menggunakan lembar balik untuk edukasi mengenai STBM, papan tulis
putih, spidol warna – warni, kertas plip chart, karton warna. Hasil penelitian
diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Lingga, 2021) bahwa sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan program STBM pilar pertama stop buang air besar
sembarangan di Desa Pangguruan berupa brosur, gambar, video, papan tulis dan
spidol yang digunakan untuk menggambar contoh jamban sehat serta
penjelasanan langsung dari petugas kesehatan serta kendaraan Puskesmas
Sumbul berupa 1 unit ambulance yang digunakan untuk turun ke desa. Hasil
penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Entianopa et al.,
2017). bahwa sarana untuk pelaksanaan program STBM di desa Ampelu sudah
memadai karena alat dan bahan tesebut sudah disediakan langsung oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Batanghari, untuk mempromosikan tentang kesehatan
khususnya mengenai STBM dengan menggunakan leaflet, brosur, penyuluhan
dan pemutarn film atau video.

72
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 5 pada
penyelenggaraan kegiatan menggunakan media seperti brosur, leaflet, baliho,
papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa dikembangkan
sendiri oleh desa (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Sarana dan prasarana yang
digunakan dalam pelaksanaan program stop BABS di Puskesmas Tegal Angus
sudah sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, tidak terdapat kendala dalam penyediaan
sarana dan prasarana dan pihak puskesmas tidak menyediakan atau
meminjamkan cetakan jamban karena Puskesmas Tegal Angus tidak mempunyai
kelompok wirausaha sanitasi tetapi masyarakat memperoleh bahan jamban dari
matrial yang jaraknya 1 km dari desanya menggunakan uang pribadi mereka.
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pada program stop buang air
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum memiliki
SOP atau prosedur tertulis dan hanya mengikuti dari pedoman yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan dan Kemenkes RI, pendukung dari tokoh masyarakat yaitu
terdapat RT/RW, Mandor, Kepala Desa, Dinkes, Dinas Perkim dan Bappeda.
Terkait sumber dana untuk perencanaan program stop BABS tersedia dari BOK,
DAK Dinkes, dan CSR. Terdapat subsidi dari APBD untuk kegiatan non fisik
seperti pemicuan dan penyuluhan dari Dinas Perkim dan terdapat 1 orang
petugas kesling yang akan melaksanakan dan sebagai penanggung jawab atas
program stop BABS dibantu dengan 2 kader kesling, serta tersedianya tempat
kegiatan sosialisasi untuk kader kesling dan tokoh masyarakat. Oleh karena itu
untuk mengatasi masalah yang ada sebaiknya pihak puskesmas
mensosialisasikan pedoman pelaksanaan stop BABS dan pedoman pemicuan
yang diberikan oleh Dinkes dan Kemenkes kepada tokoh masyarakat dan
masyarakat agar dalam pelaksanaan berjalan dengan baik dan maksimal
sehingga dapat tercapainya desa ODF di lingkungannya.
5.2 Gambaran Pelaksanaan Pada Program Stop Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian gambaran proses pelaksanaan pada program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus

73
bahwa pelaksanaan ini dilakukan dengan cara pelaksanaannya mengikuti dari
Dinas Kesehatan pertama biasanya petugas kesling mendata mana yang masih
buang air besar sembarangan lalu diadakan sosialisasi kepada kader kesling dan
setelah itu diadakan kegiatan pemicuan dan yang terkahir masyarakatnya sendiri
yang bergerak membuat WC petugas kesling hanya mendampingi saja. Pada
pelaksanaan program stop BABS ini terdapat 3 tenaga kesehatan yang ikut serta
dalam pelaksanaan ini yaitu dari kesling, promkes dan gizi dibantu dengan 2
kader kesling setiap desa dan dilakukan kegiatan pra
pemicuan/sosialisasi/BIMTEK untuk para kader dan tokoh masyarakat. Dalam
pelaksanaan sudah cukup karena dipilih sesuai dengan profesinya dan dilakukan
pelatihan terlebih dahulu oleh Puskesmas sebelum dilaksanakannya kegiatan.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Lingga,
2021), bahwa Tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program STBM di desa
Pangguruan sudah memenuhi kualifikasi minimal Diploma Tiga (D3) yaitu
Kepala Puskesmas Sumbul dengan pendidikan S1 Kedokteran, Penanggung
Jawab Kesehatan Lingkungan dengan pendidikan D3 Kesehatan Lingkungan dan
Bidan Desa Pangguruan dengan pendidikan D3 Kebidanan. Penanggung Jawab
Kesehatan Lingkungan sudah pernah diberi pelatihan tentang pelaksanaan
program STBM sehingga beliau dapat mengarahkan bidan desa dan kepala
dusun sebagai tenaga pelaksana di desa dalam melaksanakan program STBM di
Desa Pangguruan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 9 bahwa
komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk
melaksanakan program STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan
(Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan lingkungan di Puskesmas Pasal 12 Ayat 2 bahwa sumber daya
manusia sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Huruf a paling sedikit 1 (satu)
orang tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Dalam hal ini

74
bahwa Puskesmas Tegal Angus untuk tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
sudah cukup dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
Sasaran dalam program ini yaitu masyarakat yang masih melakukan
perilaku buang air besar sembarangan atau masyarakat yang sudah punya
jamban tetapi tidak mempunyai tangki septik dan masih melakukan buang air
sembarangan di laut atau kebun. Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh (Gaol, 2020) bahwa pelaksanaan program STBM Stop
BABS ini, sasaran adalah masyarakat yang belum memilki jamban dan
masyarakat yang sudah memiliki sarana sanitasi tetapi belum memenuhi syarat
kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sasaran dipilih dengan
melihat data kepemilikan jamban terbaru dari setiap desa. Sasaran diharapkan
dapat mengubah perilakunya agar menjadi higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang tentang sanitasi total berbasis masyarakat bahwa sasaran
pelaksanaan STBM (Pemicuan) yaitu Semua keluarga yang belum
melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM dan semua keluarga yang telah
memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi syarat kesehatan (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b). Dalam hal ini bahwa Puskesmas Tegal Angus untuk
sasaran dalam pelaksanaan stop BABS ini sudah sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan.
Untuk partisipasi masyarakat dalam program ini baik pada saat pemicuan
banyak yang ikut serta dan antusias, lalu saat kegiatan pasca pemicuan
masyarakat banyak yang mundur dikarnakan tidak mempunyai biaya untuk
membangun WC dan tangki septik. Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh (Gaol, 2020) bahwa masyarakat sebenarnya sudah
memahami pemicuan, serta sudah mengerti mengenai dampak dan akibat dari
BABS, namun kendala yang paling umum dialami oleh sasaran adalah masalah
ekonomi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang tentang sanitasi total berbasis masyarakat bahwa Stop
Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu

75
komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang
berpotensi menyebarkan penyakit (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Pada
penelitian ini masyarakat pertisipasinya sangat baik dan antusias untuk merubah
perilakunya agar lebih sehat tetapi mereka terhalang dengan biaya sehingga saat
kegiatan pasca pemicuan masyarakat banyak yang mundur.
Pemicuan adalah upaya untuk memancing atau memicu masyarakat
untuk merubah perilaku hidup yang lebih bersih dan sehat melalui sektor sanitasi
dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat itu
sendiri sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dengan pelaksanaannya mengumpulkan warga di desanya, menanyakan siapa
warga yang masih buang air besar sembarangan, menelusuri wilayah desa serta
melihat tempat yang biasa dipakai warga untuk buang air besar lalu petugas
kesling memicu lewat sosialisasi kepada warga.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Lingga,
2021) bahwa tahap pemicuan diawali dengan tahap pendataan sasaran pemicuan
untuk mendata jumlah Kepala Keluarga yang tidak memiliki jamban yang
dilakukan oleh bidan desa dan kepala dusun. Pengantar pertemuan dilakukan
oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Sumbul dengan cara menggunakan
bahasa setempat sehingga masyarakat merasa akrab dengan petugas. Pencairan
suasana dilakukan dengan mengajak masyarakat membentuk lingkaran dan
melakukan permainan secara manual dengan menggunakan padi. Kegiatan ini
dapat membuat suasana menjadi lebih hidup dan peserta lebih membaur baik
dengan petugas maupun sesama masyarakat. Menjelaskan istilah STBM, tujuan,
serta dampaknya dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Sumbul. Hal
ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang STBM serta
dapat memahami pentingnya kegiatan tersebut dilakukan. Pemetaan sanitasi
dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk menggambar di kertas karton
letak lokasi sekolah, rumah ibadah, rumah masyarakat, sungai dan lokasi lain
yang digunakan untuk buang air besar sembarangan. Tahap pemetaan sanitasi ini
dilakukan untuk menggambarkan peta wilayah dan kondisi sanitasi desa tersebut
dan memudahkan peserta untuk melakukan penelusuran wilayah. Penelusuran
wilayah dilakukan untuk melihat lokasi yang digunakan untuk buang air besar

76
sembarangan seperti sungai, kebun dibelakang rumah serta mengecek jamban
dan pembuangannya sekaligus melakukan pemicuan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang tentang sanitasi total berbasis masyarakat bahwa proses
pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama waktu
Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu
banyak dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang
sampai sejumlah orang terpicu. Dengan langkah-langkah seperti pengantar
pertemuan, pencairan suasana, identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan
sanitasi, pemetaan sanitasi, penelusuran wilayah, diskusi dan menyusun rencana
program sanitasi (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Dalam hal ini bahwa
Puskesmas Tegal Angus untuk kegiatan pemicuan sudah dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
Untuk sumber dana untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan berasal
dari BOK lalu subsidi dari APBD biasanya dari Dinas Perkim untuk kegiatan
non fisik kalau untuk yang fisik biasanya Kepala Desa mengajukan ke Dinas
Kesehatan pada saat muslembang Desa atau dana dari masing-masing. Hasil
penelitian diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Lingga, 2021) bahwa
sumber dana dalam pelaksanaan program STBM pilar pertama stop buang air
besar sembarangan di desa pangguruan adalah dari dana BOK (Biaya
Operasional Kesehatan) berupa SPPD (Surat Perintah Perjalanan Tugas) yang
digunakan selama pelaksanaan STBM di Desa Pangguruan. Dana untuk
pelaksanaan STBM di desa Pangguruan sebesar 7,5 juta, dana tersebut dari awal
sudah di buat perencanaan penggunaan dana selama pelaksanaan program
STBM di desa Pangguruan sedangkan dana untuk pembangunan jamban
menggunakan dana masing-masing keluarga atau dana hibah dari sumber
lainnya. Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh
(Gaol, 2020) bahwa Anggaran dana utama untuk program STBM Stop BABS
berasal dari APBD, BOK, dan masyarakat sendiri. Sedangkan untuk sumber
pembiayaan alternatif bisa diperoleh dari donor Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).

77
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 16 bahwa
pendanaan penyelenggaraan STBM bersumber dari masyarakat dan pendanaan
untuk mendukung penyelenggaraan STBM oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang tidak
mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Kementrian
Kesehatan RI, 2014b). Hal ini sesuai dengan Peraturan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 170 Ayat 3 bahwa
sumber pembiayaan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
swasta dan sumber lain (HAM, 2009). Hal ini juga sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2019 tentang petunjuk
penggunaan dana alokasi khusus nonfisik bidang kesehatan Pasal 4b bahwa
BOK Provinsi diarahkan untuk mendukung oprasional fungsi rujukan upaya
kesehatan masyarakat tersier meliputi : penyehatan lingkungan, promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Dalam hal ini bahwa Puskesmas Tegal Angus untuk biaya pelaksanaan ada
hambatan terkait sumber dana dalam pelaksanaan yaitu tidak adanya sumber
dana untuk kegiatan pemicuan karena pemicuan dikhusukan untuk puskesmas
yang memiliki akses sanitasi 90%.
Lalu untuk alat dan bahan yang akan digunkan pada saat pelaksanaan
biasanya menggunakan lembar balik untuk edukasi mengenai STBM, papan tulis
putih, spidol warna – warni, kertas plip chart, karton warna, meteran dan
soundsystem. Hasil penelitian diatas sesuai dengan studi yang dilakukan oleh
(Lingga, 2021) bahwa sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program STBM
pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Pangguruan berupa
brosur, gambar, video, papan tulis dan spidol yang digunakan untuk
menggambar contoh jamban sehat serta penjelasanan langsung dari petugas
kesehatan serta kendaraan Puskesmas Sumbul berupa 1 unit ambulance yang
digunakan untuk turun ke desa. Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh (Entianopa et al., 2017) bahwa sarana untuk pelaksanaan
program STBM di desa Ampelu sudah memadai karena alat dan bahan tesebut
sudah disediakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, untuk

78
mempromosikan tentang kesehatan khususnya mengenai STBM dengan
menggunakan leaflet, brosur, penyuluhan dan pemutarn film atau video.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 5 pada
penyelenggaraan kegiatan menggunakan media seperti brosur, leaflet, baliho,
papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa dikembangkan
sendiri oleh desa (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Sarana dan prasarana yang
digunakan dalam pelaksanaan program stop BABS di Puskesmas Tegal Angus
sudah sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Untuk kegiatan pemicuan membutuhkan
material yang berasal dari Puskesmas, pihak puskesmas tidak menyediakan atau
meminjamkan cetakan jamban karena Puskesmas Tegal Angus tidak mempunyai
kelompok wirausaha santasi dan masyarakat memperoleh bahan jamban dari
matrial yang jaraknya 1 km dari desanya menggunakan uang pribadi mereka.
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan stop buang air besar sembarangan
di wilayah Puskesmas Tegal Angus terdapat jobdesk petugas kesling, daftar
sarana yang digunakan, pedoman pelaksanaan pemicuan serta lembar absensi
pemicuan. Dalam pelaksanaannya Puskesmas Tegal Angus telah melaksanakan
pemicuan yang dilakukan dengan durasi 1-3 jam dalam satu kali pertemuan
dengan menggunakan soundsystem dalam keadaan baik dan tempat pemicuan
mudah dijangkau oleh petugas kesling dan masyarakat, kemudian dilakukan
pemetaan sanitasi dan Transect Walk (Penelusuran Wilayah), lalu untuk alat
pembuat jamban Puskesmas tidak menyediakan karena Puskesmas tidak
memiliki wirausaha sanitasi. Selanjutnya partisipasi masyarakat sudah baik
dalam program ini yaitu pada saat pemicuan banyak yang ikut serta dan antusias
serta adanya hambatan terkait sumber dana dalam pelaksanaan yaitu tidak
adanya sumber dana untuk kegiatan pemicuan karena pemicuan dikhususkan
untuk puskesmas yang memiliki akses sanitasi 90%. Oleh karena itu untuk
mengatasi masalah yang ada sebaiknya pihak puskesmas membuat atau bekerja
sama dengan kelompok wirausaha santasi agar masyarakat dapat lebih mudah
membangun jamban/tangki septik dirumahnya tanpa terkait hambatan pada
biaya.

79
5.3 Gambaran Monitoring Pada Program Stop Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian gambaran proses monitoring pada program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
bahwa monitoring ini dilakukan oleh petugas kesling dan kader kesling
mengecek dan melihat perkembangan di masyarakat apakah masyarakat banyak
yang terpicu setelah dilakukannya kegiatan pemicuan serta melihat hambatan
apa saja yang terjadi di masyarakat. Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan
studi yang dilakukan oleh (Gaol, 2020) bahwa Monitoring dilakukan oleh
pelaksana program kesehatan lingkungan kepada komite STBM dengan
melakukan survey langsung ke lapangan. Komite STBM melakukan pendataan
jamban pada saat dilakukan pemicuan serta setelah pemicuan.
Menurut pedoman pelaksanaan STBM Tahun 2012 Tujuan dari
pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program STBM adalah agar dapat
mengukur perubahan dalam pencapaian program dan mengidentifikasi
pembelajaran yang dapat dipetik selama pelaksanaan (Kementrian Kesehatan RI,
2012). Dalam hal ini masyarakat sudah mengetahui tujuan dari program stop
buang air besar sembarangan dapat dilihat dari beberapa masyarakat yang sudah
membangung jamban dan tangki septik dirumahnya ada juga yang ingin
mengubah perilakunya tetapi terhalang oleh dana.
Pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan dari tahun ke
tahun baik selalu ada peningkatan akses sanitasi setiap tahun walaupun tidak
banyak dan masyarakat sudah banyak yang merubah perilakukanya menjadi
lebih baik, untuk rentang waktu pencapaian sampai satu desa menjadi ODF tidak
bisa diperkirakan karena tergantung dari masyarakatnya mau merubah
perilakunya atau tidak tetapi untuk target dari Kabupaten tahun 2024 tercapai.
Pelaporan hasil kegiatan bisanya dari masyarakat dilaporakan kader kesling ke
petugas kesling setelah itu petugas kesling menginput atau melaporkan ke
Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan melalui google form yang telah
disediakan Dinas Kesehatan dan diinput di aplikasi smart STBM dilakukannya 1
bulan sekali dari puskesmas kalau dari kader biasanya recap data 1 tahun 2 kali
tetapi melaporkan hasil setiap bulan.

80
Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh
(Gaol, 2020) bahwa dalam pelaksanaan monitoring dilakukan juga pencatatan
dan pelaporan yang dilakukan oleh komite STBM setiap kali ada perkembangan
jumlah jamban di desa. Laporan tersebut kemudian disampaikan kepada
penanggung jawab kesehatan lingkungan, selanjutnya data akan di krimkan ke
pihak dinas kesehatan kabupaten yang juga akan dikrimkan ke website resmi
STBM-Indonesia.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 15 bahwa
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/atau
masyarakat. Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai penyelenggaraan STBM
dengan indikator yang meliputi : aksesibilitas penyelenggaraan STBM,
keberhasilan penyelenggaraan STBM, permasalahan yang dihadapi, dandampak
penyelenggaraan STBM (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Dalam hal ini
terkait pelaporan sudah sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan RI
tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Penyediaan materi informasi dan edukasi biasanya berupa spanduk,
diagram F, pamflet, lembar balik dan buku panduan 5 pilar STBM untuk
masyarakat, poster, notulen, jurnal, dan sosialisasi. Hasil penelitian diatas juga
sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Entianopa et al., 2017) bahwa sarana
untuk pelaksanaan program STBM di desa Ampelu sudah memadai karena alat
dan bahan tesebut sudah disediakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Batanghari, untuk mempromosikan tentang kesehatan khususnya mengenai
STBM dengan menggunakan leaflet, brosur, penyuluhan dan pemutarn film atau
video.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 5 bahwa pada
penyelenggaraan kegiatan menggunakan media seperti brosur, leaflet, baliho,
papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa dikembangkan
sendiri oleh desa (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Penyedia materi informasi

81
yang digunakan dalam pelaksanaan program stop BABS di Puskesmas Tegal
Angus sudah sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan RI tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa monitorng stop buang air besar sembarangan
di wilayah Puskesmas Tegal Angus terdapat lembar monev stop buang air besar
sembarangan, lembar kepemilikan jamban dan jadwal pengecekan perdesa.
Dalam melakukan proses monitoring petugas kesling dan kader kesling kembali
lagi ke desa melihat perkembangan akses sanitasi dan perubahan perilaku pada
masyarakat, kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan melalui google form
yang telah disediakan Dinas Kesehatan dan diinput di aplikasi smart STBM
dilaporkannya setiap 1 bulan sekali oleh petugas kesling dengan menggunakan
komputer/laptop dan wifi dalam keadaan baik. Kemudian petugas kesling
melakukan promosi terkait program stop BABS melalui media massa kepada
kader, kalau untuk masyarakat dilakukan sosialisasi pada saat di desanya serta
petugas kesling dan kader kesling sudah mengusulkan sistem kredit jamban
untuk masyarakat yang ingin membangun jamban tetapi terkendala pada biaya.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah yang ada sebaiknya pihak puskesmas
memberikan motivasi yang lebih kepada masyarakat dan melakukan pemicuan
tidak hanya satu kali agar masyarakat terpicu untuk merubah perilakunya dan
membangun jamban atau tangki septik dirumahnya.
5.4 Gambaran Evaluasi Pada Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian gambaran proses evaluasi pada program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
bahwa evaluasi ini biasanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas hanya
menunjukkan akses sanitasi di wilayah kerjanya setelah itu diberikan program
inovasi terkait hambatan untuk kegiatan pada tahun berikutnya.
Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh
(Gaol, 2020) bahwa evaluasi terhadap sasaran pemicuan dilakukan dengan
mengunjungi rumah masyarakat yang menjadi sasaran pelaksanaan program,
untuk melihat apakah masyarakat sudah memiliki jamban sehat atau sudah
memiliki jamban tetapi belum layak secara kesehatan. Evaluasi terhadap target

82
yang telah dicapai dilakukan dengan meminta data masyarakat yang sudah
melakukan perubahan perilaku, kepada bidan desa atau kepala dusun. Apabila
masih terdapat masyarakat yang belum memiliki jamban maka kepala desa
dibantu oleh bidan desa dan kepala dusun membujuk dan memotivasi
masyarakat hingga akhirnya tercapai 100% seluruh masyarakat memiliki
jamban. Evaluasi terhadap pelaksanaan program STBM stop buang air besar
sembarangan dilakukan dengan rapat koordinasi di Kantor Camat Sumbul dan di
Puskesmas Sumbul, tentang perkembangan desa masing-masing yang sudah
dilaporkan sebelumnya oleh kepala desa kepada Camat dan Dokter atau kepala
puskesmas.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 15 bahwa
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan untuk mengukur
perubahan dalam pencapaian program serta mengidentifikasi pembelajaran yang
ada dalam pelaksanaannya, mulai pada tingkat komunitas masyarakat di
desa/kelurahan. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM di setiap
tingkat pemerintahan secara berjenjang dilakukan melalui Sistem Informasi
Pemantauan yang dilaksanakan dengan tahapan : pengumpulan data dan
informasi, pengolahan dan analisis data dan informasi serta pelaporan dan
pemberian umpan balik (Kementrian Kesehatan RI, 2014b). Dalam hal
melakukan evaluasi biasanya tidak ada hambatan kalau dari puskesmas tapi
kalau dari masyarakat tidak jauh dari sumber dana untuk membangun jamban
bagi warga yang belum mempunyai jamban, kemudian terdapat peningkatan
kepemilikan jamban seiring terlaksanya program stop buang air besar
sembarangan ini di wilayah Puskesmas Tegal Angus dari tahun 2016 sampai saat
ini.
Untuk kader kesling sudah paham tentang program stop buang air besar
sembarangan ini dan melaksanakannya dengan baik, kalau dari tokoh
masyarakat seperti RT/RW masih belum paham bagaimana program stop buang
air besar sembarangan mereka hanya ikut kegiatannya saja itupun kalau
diberitahu. Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh
(Nitami & Situngkir, 2019) bahwa keaktifan dari stakeholder yang harusnya

83
berperan masih jarang terlaksana dalam memperdayakan masyarakat secara
langsung turun ke masyarakat, mereka hanya melaksanakan perencanaan dan
evaluasi tanpa ikut serta turun ke lapangan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
tersebut. Selain itu juga, ada beberapa dari stakeholder yang tidak mengetahui
dan kurang menegerti dengan perannya sebagai salah satu pemangku
kepentingan terkait STBM ini, sehingga untuk merencanakan dan melaksanakan
program menjadi lebih sulit. Menurut mereka lebih baik program ini dilakukan
perlingkup kecil sehingga lebih fokus dan efektif.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 9 bahwa dalam
mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam : penyusunan
peraturan dan kebijakan teknis, fasilitasi pengembangan teknologi tepat guna,
fasilitasi pengembangan penyelenggaraan STBM, pelatihan teknis bagi tenaga
pelatih, dan penyediaan panduan media komunikasi, informasi, dan edukasi.
Pada Pasal 10 bahwa untuk mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah
berperan : melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program, menyiapkan
materi pelatihan teknis bagi tenaga pelatih, melakukan pemantauan dan evaluasi,
dan melakukan kajian, penelitian, dan pengembangan (Kementrian Kesehatan
RI, 2014b). Pada penelitian ini selain kurangnya pamahaman dari RT/RW dalam
program stop BABS ini penyebab lainnya juga RT/RW kurang antusias jadi saat
melaksanakan program masih kurang maksimal dan untuk usulan perencanaan
dari masyarakat adalah masyarakat ingin mendapatkan jamban gratis atau
mendapatkan bantuan.
Cara Puskesmas mempengaruhi penanggung jawab agar melaksanakan
tugas semaksimal mungkin yaitu dengan mengingatkan kinerjanya apakah sudah
sesuai dengan kinerjanya, poksinya, targetnya dan sasarannya yang harus dicapai
dalam tahunan, lalu untuk motivasi ke masyarakat biasanya didampingi lalu
diberi usul untuk menabung atau melakukan kredit jamban kepada yayasan.
Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh (Gaol,
2020) bahwa apalagi masih terdapat masyarakat yang belum memiliki jamban
maka kepala desa dibantu oleh bidan desa dan kepala dusun membujuk dan

84
memotivasi masyarakat hingga akhirnya tercapai 100% seluruh masyarakat
memiliki jamban.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat Pasal 12 bahwa untuk
mendukung penyelenggaraan STBM, pemerintah daerah kabupaten/kota
berperan : menetapkan skala prioritas wilayah untuk penerapan STBM,
melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program, jejaring kerja, dan
kemitraan dalam rangka pengembangan penyelenggaraan STBM, melaksanakan
pelatihan teknis bagi petugas dan masyarakat kecamatan dan/atau
desa/kelurahan, melakukan pemantauan dan evaluasi dan menyediakan materi
media komunikasi, informasi, dan edukasi (Kementrian Kesehatan RI, 2014b).
Dalam hal ini terkait motivasi sudah sesuai dengan peraturan Kementerian
Kesehatan RI tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Kemudian
tidak ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban dikarenakan
takut salah satu masyarakat ada yang iri dan salah paham.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi stop buang air besar sembarangan di
wilayah Puskesmas Tegal Angus terdapat lembar monev stop buang air besar
sembarangan dimana berisi tentang akses sanitasi aman dan layak serta tangki
septik yang baik untuk pembuangan tinja. Dalam proses evaluasi Puskesmas
Tegal Angus telah melakukan kerja sama lintas sektor agar dapat memberikan
bantuan kepada masyarakat yang ingin membangun jamban dan tangki septik
dan akan adanya pemberian penghargaan bagi desa yang sudah mencapai desa
ODF berupa piagam yang diberikan oleh Kecamatan. Dalam melakukan evaluasi
tidak ada hambatan kalau dari puskesmas tetapi kalau dari masyarakat tidak jauh
dari sumber dana untuk membangun jamban bagi warga yang belum memiliki
jamban, kemudian terdapat peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksanya
program stop buang air besar sembarangan ini di wilayah Puskesmas Tegal
Angus dari tahun 2016 sampai saat ini. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah
yang ada sebaiknya pihak puskesmas mengadakan evaluasi bersama Kepala
Desa/Lurah bersama perangkat desa, agar Lurah dan perangkat desa tahu kondisi
lingkungan desa dan masyarakatnya seperti apa, serta jika ada hambatan terkait

85
proses program stop buang air besar sembarangan dapat dipecahkan atau
diberikan solusi mengenai permasalah tersebut.

86
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada stop buang air
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus tahun 2022 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
Perencanaan biasnya puskesmas menyusun RUK, menyusun
RPK, dan melaksanakan kegiatan kemudian di evaluasi, kemudian
terdapat 1 orang petugas kesling yang akan melaksanakan dan sebagai
penanggung jawab atas program stop BABS dibantu dengan 2 kader
kesling. Terkait sumber dana untuk perencanaan program stop BABS
tersedia dari BOK, DAK Dinkes, dan CSR serta untuk alat dan bahan
yang digunkan pada saat perencanaan yaitu menggunakan lembar balik
untuk edukasi mengenai STBM, papan white board, dan soundsystem
2. Pelaksanaan Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
Pelaksanaan dilakukan yaitu dengan mengumpulkan warga di
lingkungannya lalu menanyakan siapa warga yang masih buang air besar
sembarangan setelah itu menelusuri wilayah desa dan melihat tempat
yang biasa dipakai warga untuk buang air besar kemudian petugas
kesling memicu melalui sosialisasi kepada warga bahwa buang air besar
sembarangan dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.
Kemudian sasaran dalam program ini yaitu masyarakat yang masih
melakukan perilaku buang air besar sembarangan atau masyarakat yang
sudah mempunyai jamban tetapi tidak mempunyai tangki septik dan
masih melakukan buang air sembarangan di laut atau kebun. Terdapat
hambatan terkait sumber dana dalam pelaksanaan yaitu tidak adanya
sumber dana untuk kegiatan pemicuan karena pemicuan dikhususkan
untuk puskesmas yang memiliki akses sanitasi 90%. Pihak puskesmas
tidak menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban karena
Puskesmas Tegal Angus tidak mempunyai kelompok wirausaha santasi

87
dan masyarakat yang memperoleh bahan jamban dari matrial yang
jaraknya kurang lebih 1 km dari desanya menggunakan uang pribadi
mereka.
3. Monitoring Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
Monitoring dilakukan oleh petugas kesling dan kader kesling,
masyarakat sudah mengetahui tujuan dari program stop buang air besar
sembarangan dapat dilihat dari beberapa masyarakat yang sudah
membangung jamban dan tangki septik dirumahnya. Terdapat subsidi
dari APBD untuk kegiatan non fisik seperti pemicuan dan penyuluhan
dari Dinas Perkim, kemudian untuk penyediaan materi informasi dan
edukasi yaitu berupa spanduk, diagram F, pamflet, lembar balik dan buku
panduan 5 pilar STBM untuk masyarakat, poster, notulen, jurnal, dan
sosialisasi serta bentuk pemantauan dari Kabupaten atau Kota yaitu
menggunkan smart STBM dan google form dilaporkannya setiap 1 bulan
sekali oleh petugas kesling.
4. Evaluasi Program Stop Buang Air Besar Sembarangan
Evaluasi dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas hanya
menunjukkan akses sanitasi di wilayah kerjanya setelah itu diberikan
program inovasi terkait hambatan untuk kegiatan pada tahun berikutnya.
Terkait sumber dana untuk perencanaan program stop BABS tersedia
dari BOK, DAK Dinkes, dan CSR, untuk kader kesling sudah paham
tentang program stop buang air besar sembarangan ini dapat dilihat
sudah melaksanakan tugas dengan baik, kalau dari tokoh masyarakat
seperti RT/RW masih belum paham bagaimana program stop buang air
besar sembarangan mereka hanya ikut kegiatannya saja saat diberitahu
oleh kader kesling, lalu ada penghargaan untuk desa jika suatu saat dapat
terbentuk desa ODF dari Kecamatan dengan bentuk piagam.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka saran
yang diberikan peneliti terkait permasalahan yang ada pada stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yaitu :

88
1. Terkait perencanaan program stop buang air besar sembarangan,
sebaiknya pihak puskesmas mensosialisasikan pedoman pelaksanaan
stop BABS dan pedoman pemicuan yang diberikan oleh Dinkes dan
Kemenkes kepada tokoh masyarakat dan masyarakat agar dalam
pelaksanaan berjalan dengan baik dan maksimal sehingga dapat
tercapainya desa ODF di lingkungannya.
2. Terkait pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan,
sebaiknya pihak puskesmas membuat atau bekerja sama dengan
kelompok wirausaha santasi agar masyarakat dapat lebih mudah
membangun jamban/tangki septik dirumahnya tanpa terkait hambatan
pada biaya.
3. Terkait monitoring program stop buang air besar sembarangan,
sebaiknya pihak puskesmas memberikan motivasi yang lebih kepada
masyarakat dan melakukan pemicuan tidak hanya satu kali agar
masyarakat terpicu untuk merubah perilakunya dan membangun jamban
atau tangki septik dirumahnya.
4. Terkait evaluasi program stop buang air besar sembarangan, sebaiknya
pihak puskesmas mengadakan evaluasi bersama Kepala Desa/Lurah
bersama perangkat desa, agar Lurah dan perangkat desa tahu kondisi
lingkungan desa dan masyarakatnya seperti apa, serta jika ada hambatan
terkait proses program stop buang air besar sembarangan dapat
dipecahkan atau diberikan solusi mengenai permasalah tersebut.

89
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2021). Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi dan
Memiliki Akses terhadap Sanitasi Layak.
https://www.bps.go.id/indicator/29/847/1/persentase-rumah-tangga-
menurut-provinsi-dan-memiliki-akses-terhadap-sanitasi-layak.html
Entianopa, Marisdayana, R., Andriani, L., & Hendriani, V. (2017). Analisis
Pelaksanaan Program STBM Pilar Pertama Stop Buang Air Besar
Sembarangan Di Desa Ampelu Kabupaten Batanghari.
Fatonah, N. S. (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar Pertama (Stop BABS) Di Desa
Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2015.
Gaol, A. S. M. L. (2020). Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Stop BABS Di Puskesmas Bonandolok I Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2019.
Gaspers, V. (2002). Total Quality Management.
HAM, K. H. dan. (2009). Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
HAM RI, K. H. dan. (2006). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Kementerian Sekretariat Negara. (2014). Peraturan Pemerintah RI No. 66
Tentang Kesehatan Lingkungan.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5507
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pelaksanaan Teknis STBM.
Kementrian Kesehatan RI. (2014a). Kurikulum dan Modul Fasilitator Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2014b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan

90
Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas.
Kementrian Kesehatan RI. (2016a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas.
Kementrian Kesehatan RI. (2016b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Panduan Praktis 5 Pilar STBM Untuk
Masyarakat.
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 89 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Rencana Aksi Penyehatan Lingkungan TA
2020-2024. https://mediaindonesia.com/humaniora/440340/indonesia-terus-
kejar-ketertinggalan-di-sektor-sanitasidengan-stbm
Kementrian Kesehatan RI. (2021). Laporan Kemajan Akses Sanitasi.
http://monev.stbm.kemkes.go.id/monev/
Lingga, D. Y. (2021). Analisis Keberhasilan Pelaksanaan Program STBM Pilar
Pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan Di Kecamatan Sumbul
Kabupaten Dairi Tahun 2020.
Mustafidah, L., Suhartono, & Purnaweni, H. (2020). Analisis Pelaksanaan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pada Pilar Pertama Di
Tingkat Puskesmas Kabupaten Demak.
Nitami, M., & Situngkir, D. (2019). Gambaran Penerapan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat Pada Stakeholder Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara Tahun 2019.
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Puskesmas Tegal Angus. (2020). Profil Puskesmas Tegal Angus Tahun 2020.
Rudy Prihantoro. (2012). Konsep Pengendalian Mutu.
Satrianegara, M. F. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Sugiyono. (2019). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d.
Tangerang, K. B. (2021). Keputusan Bupati Tangerang Nomor 050/Kep.339-
Huk/2021 Tentang Penetapan Desa Prioritas Konvergensi Percepatan

91
Pencegahan Dan Penurunan Stunting Kabupaten Tangerang.
Yusran, Y. (2015). Pelaksanaan Program STBM Stop BABS Di Desa Lembur
Timur Dan Desa Luba Kecamatan Lembur Kabupaten Alor Tahun 2015.

92
Lampiran 1 Informed Consent

PERTANYAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL


Pernyataan Pemberian Izin oleh Responden
Judul Penelitian : Gambaran Program Stop Buang Air Besar
Sembarangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Angus Kabupaten Tangerang Tahun 2022
Peneliti : Michella Septania Darmala Putri
Nomor Induk Mahasiswa : 20170301004
Contact Person : 085259594656
Saya Michella Septania Darmala Putri mahasiswi Sarjana Reguler Tahun
2017 dengan Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Saya
bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Gambaran Program Stop
Buang Air Besar Sembarangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
Kabupaten Tangerang Tahun 2022”.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui Gambaran Program Stop Buang
Air Besar Sembarangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang Tahun 2022. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus. Tahap pengumpulan data meliputi data kualitatif. Informan dalam
penelitian ini merupakan orang-orang yang terlibat atau termasuk ke dalam
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus sebanyak 6 orang. Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara,
observasi, dan telaah dokumen, yang akan dilaksanakan pada bulan januari
sampai februari 2022. Informan diberikan 30 menit untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti.

93
Adapun semua informasi yang informan berikan adalah untuk
kepentingan penelitian penulis dan akan menjadi masukan bagi stop buang air
besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2022. Oleh karena itu saya
mengharapkan kepada Ibu/bapak selaku informan dapat memberikan jawaban
yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, sejujurnya dan apa adanya.
Identitas data maupun jawaban dijamin kerahasiaannya dan tidak
disebarluaskan.
Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang berjudul
“Gambaran Program Stop Buang Air Besar Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Angus Kabupaten Tangerang Tahun 2022”. Saya bersedia menjadi informan
secara lengkap dan jelas serta nantinya akan dilakukan wawancara terkait
dengan penelitian. Informan yang akan dilakukan wawancara terkait dengan
penelitian sebelumnya sudah diberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian
dilakukan pada lembar sebelum persetujuan.
Jika ada pertanyaan tentang penelitian ini atau masih memerlukan
penjelasan tambahan, dapat menghubungi saya selaku peneliti Michella Septania
Darmala Putri dengan alamat Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu – Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jakarta, Jalan Arjuna No.9
Kebon Jeruk- Jakarta Barat, atau dapat menghubungi melalui nomor
Handphone 083808334433.

Tangerang, 03 Februari 2022


Peneliti Informan

Michella Septania Darmala Putri Mohammad Irfan Shobari, Amd, K.L

94
Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara untuk informan kunci (Kepala Puskesmas)

No. Pertanyaan
1. Perencanaan
SDM :
a) Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang program stop buang air besar
sembarangan?
b) Bagaimanakah dengan ketersediaan SDM untuk pelaksanaan program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus?
c) Apakah ada pendukung dari tokoh masyarakat terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus?
d) Apakah ada penanggung jawab program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
e) Bagaiamana kriteria yang ditetapkan pihak Puskesmas untuk memilih
SDM sebagai penanggung jawab program stop buang air besar
sembarangan?
f) Berapa jumlah keseluruhan yang menangani pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
Apakah sudah cukup?
g) Apakah pihak Puskesmas Tegal Angus memberikan pelatihan kepada
kader untuk menjalankan prrogram stop buang air besar sembarangan?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses perencanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program stop buang air

95
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
c) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
2. Pelaksanaan
SDM :
a) Ada berapakah jumlah tenaga kesehatan yang ikut serta dalam
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Berapa jumlah kader yang ikut serta dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
c) Dilaksanakan kegiatan pra pemicuan/sosialisasi/Bimtek?
d) Siapakah sasaran untuk program stop buang air besar sembarangan dan
bagaimana cara penentuan sasarannya serta siapa saja yang dilibatkan
dalam penentuan sasaran?
e) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program stop buang air
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung

96
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Apakah dalam pelaksanaan pemicuan membutuhkan material?
c) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
d) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
3. Monitoring
SDM :
a) Apakah sasaran sudah mengetahui tujuan pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan?
b) Berapakah rentan waktu pencapaian program stop buang air besar
sembarangan?
c) Bagaimanakah pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan
dari tahun ke tahun?
d) Apakah semua petugas pelaksana yang terlibat dalam program stop
buang air besar sembarangan melaporkan hasil kegiatan?
e) Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan terkait hasil kegiatan
program stop buang air besar sembarangan serta seperti apa bukti sistem
pencatatan dan pelaporannya?
f) Apakah dilakukannya advokasi dengan pemerintahan setempat?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses monitoring
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam monitoring program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk monitoring program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada penyediaan materi media komunikasi, informasi dan
edukasi dari pemerintah provinsi?

97
b) Apakah ada pemantauan dari pihak kabupaten atau kota terkait
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus?
c) Berapa kali dilakukannya sistem pencatatan dan pelaporan terkait
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
4. Evaluasi
SDM :
a) Kader kesling dan tokoh masyarakat paham tentang pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan
b) Apakah ada usulan perencanaan dari sasaran terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan ?
c) Bagaimana cara bapak mempengaruhi penanggung jawab agar
melaksanakan program stop buang air besar sembarangan semaksimal
mungkin sehingga mencapai tujuan?
d) Bagaimana bapak memberikan motivasi terhadap masyarakat yang
ingin membangun jamban?
e) Apakah ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban
dan mengubah kebiasaannya untuk BAB di jamban?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses evaluasi program
stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam evaluasi program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk evaluasi program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksananya
program stop buang air besar sembarangan dari tahun 2016 sampai saat
ini?

98
b) Berapa presentase peningkatan dan seperti apa bukti dokumentasi atau
data hasilnya?
c) Apakah ada penghargaan bagi desa jika suatu saat dapat terbentuk desa
ODF?

Pedoman wawancara untuk informan utama (Sanitarian)


No. Pertanyaan
1. Perencanaan
SDM :
a) Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang program stop buang air besar
sembarangan?
b) Bagaimanakah dengan ketersediaan SDM untuk pelaksanaan program
stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus?
c) Apakah ada pendukung dari tokoh masyarakat terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus?
d) Apakah ada penanggung jawab program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
e) Berapa jumlah keseluruhan yang menangani pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
Apakah sudah cukup?
f) Apakah pihak Puskesmas Tegal Angus memberikan pelatihan kepada
kader untuk menjalankan prrogram stop buang air besar sembarangan?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses perencanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program stop buang air

99
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
c) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
2. Pelaksanaan
SDM :
a) Ada berapakah jumlah tenaga kesehatan yang ikut serta dalam
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Berapa jumlah kader yang ikut serta dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
c) Dilaksanakan kegiatan pra pemicuan/sosialisasi/BIMTEK?
d) Apakah pemicuan itu dan bagaimana pelaksanaanya?
e) Siapakah sasaran untuk program stop buang air besar sembarangan dan
bagaimana cara penentuan sasarannya serta siapa saja yang dilibatkan
dalam penentuan sasaran?
f) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program stop buang air
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :

100
a) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Apakah dalam pelaksanaan pemicuan membutuhkan material?
c) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
d) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
3. Monitoring
SDM :
a) Apakah sasaran sudah mengetahui tujuan pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan?
b) Berapakah rentan waktu pencapaian program stop buang air besar
sembarangan?
c) Bagaimanakah pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan
dari tahun ke tahun?
d) Apakah semua petugas pelaksana yang terlibat dalam program stop
buang air besar sembarangan melaporkan hasil kegiatan?
e) Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan terkait hasil kegiatan
program stop buang air besar sembarangan serta seperti apa bukti sistem
pencatatan dan pelaporannya?
f) Apakah dilakukannya advokasi dengan pemerintahan setempat?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses monitoring
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam monitoring program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk monitoring program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada penyediaan materi media komunikasi, informasi dan

101
edukasi dari pemerintah provinsi?
b) Apakah ada pemantauan dari pihak kabupaten atau kota terkait
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus?
c) Berapa kali dilakukannya sistem pencatatan dan pelaporan terkait
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
4. Evaluasi
SDM :
a) Kader kesling dan tokoh masyarakat paham tentang pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan
b) Apakah ada usulan perencanaan dari sasaran terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan ?
c) Bagaimana bapak memberikan motivasi terhadap masyarakat yang
ingin membangun jamban?
d) Apakah ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban
dan mengubah kebiasaannya untuk BAB di jamban?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses evaluasi program
stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam evaluasi program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk evaluasi program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksananya
program stop buang air besar sembarangan dari tahun 2016 sampai saat
ini?
b) Berapa presentase peningkatan dan seperti apa bukti dokumentasi atau
data hasilnya?

102
c) Apakah ada penghargaan bagi desa jika suatu saat dapat berbentuk
desa ODF?

Pedoman wawancara untuk informan pendukung (Kader Kesling)


No. Pertanyaan
1. Perencanaan
SDM :
a) Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang program stop buang air besar
sembarangan?
b) Apakah ada pendukung dari tokoh masyarakat terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus?
c) Apakah pihak Puskesmas Tegal Angus memberikan pelatihan kepada
kader untuk menjalankan program stop buang air besar sembarangan?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses perencanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
c) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
2. Pelaksanaan
SDM :
a) Ada berapakah jumlah tenaga kesehatan yang ikut serta dalam
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?

103
b) Berapa jumlah kader yang ikut serta dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
c) Apakah dilaksanakan kegiatan pra pemicuan/sosialisasi/BIMTEK?
d) Apakah pemicuan itu dan bagaimana pelaksanaanya?
e) Siapakah sasaran untuk stop buang air besar sembarangan dan
bagaimana cara penentuan sasarannya serta siapa saja yang dilibatkan
dalam penentuan sasaran?
f) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program stop buang air
besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Apakah dalam pelaksanaan pemicuan membutuhkan material?
c) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
d) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
3. Monitoring
SDM :
a) Apakah sasaran sudah mengetahui tujuan pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan?
b) Bagaimanakah pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan
dari tahun ke tahun?

104
c) Apakah semua petugas pelaksana yang terlibat dalam program stop
buang air besar sembarangan melaporkan hasil kegiatan?
d) Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan terkait hasil kegiatan
program stop buang air besar sembarangan serta seperti apa bukti sistem
pencatatan dan pelaporannya?
e) Apakah dilakukannya advokasi dengan pemerintahan setempat?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses monitoring
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam monitoring program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk monitoring program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada penyediaan materi media komunikasi, informasi dan
edukasi dari pemerintah provinsi?
b) Apakah ada pemantauan dari pihak kabupaten atau kota terkait
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus?
c) Berapa kali dilakukannya sistem pencatatan dan pelaporan terkait
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
4. Evaluasi
SDM :
a) Kader kesling dan tokoh masyarakat paham tentang pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan
b) Apakah ada usulan perencanaan dari sasaran terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan ?
c) Bagaimana ibu memberikan motivasi terhadap masyarakat yang ingin
membangun jamban?

105
d) Apakah ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban
dan mengubah kebiasaannya untuk BAB di jamban?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses evaluasi program
stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam evaluasi program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Darimana sumber dana untuk evaluasi program stop buang air besar
sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus?
c) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksananya
program stop buang air besar sembarangan untuk tahun ini?
b) Berapa presentase peningkatan dan seperti apa bukti dokumentasi atau
data hasilnya?
c) Apakah ada penghargaan bagi desa jika suatu saat dapat berbentuk
desa ODF?

Pedoman wawancara untuk informan pendukung (Masyarakat)


No. Pertanyaan
1. Perencanaan
SDM :
a) Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang program stop buang air besar
sembarangan?
b) Saat Ibu/Bapak ingin buang air besar, kemanakah Ibu/Bapak akan
pergi?
c) Jenis jamban seperti apa yang Ibu/Bapak miliki (cemplung/leher
angsa)?
d) Apakah Ibu/Bapak mengetahui jenis jamban yang baik seperti apa?
e) Jelaskan dampak negatif apa saja yang akan timbul bila buang air besar

106
sembarangan?
f) Jelaskan dampak positif, jika melakukan buang air besar di jamban
sehat?
g) Apakah ada pendukung dari tokoh masyarakat terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses perencanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
b) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
2. Pelaksanaan
SDM :
a) Ada berapakah jumlah tenaga kesehatan yang ikut serta dalam
pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan?
b) Berapa jumlah kader yang ikut serta dalam pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan ?
c) Siapakah sasaran untuk program stop buang air besar sembarangan dan
bagaimana cara penentuan sasarannya?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam pelaksanaan program stop buang air besar sembarangan di wilayah

107
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada tempat khusus atau toko yang menyediakan dan
memudahkan masyarakat untuk memperoleh bahan jamban?
b) Apakah petugas menyediakan atau meminjamkan cetakan jamban?
3. Monitoring
SDM :
a) Apakah sasaran sudah mengetahui tujuan pelaksanaan program stop
buang air besar sembarangan?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses monitoring
program stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan
dalam monitoring program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada penyediaan materi media komunikasi, informasi dan
edukasi dari pemerintah provinsi?
4. Evaluasi
SDM :
a) Apakah ada usulan perencanaan dari sasaran terkait pelaksanaan
program stop buang air besar sembarangan ?
b) Apakah ada penghargaan bagi warga yang mau membangun jamban
dan mengubah kebiasaannya untuk BAB di jamban?
Metode :
a) Bagaimana prosedur/langkah-langkah dalam proses evaluasi program
stop buang air besar sembarangan di Puskesmas Tegal Angus?
Biaya :
a) Apakah ada sumber dana atau subsidi dari APBD yang digunakan

108
dalam evaluasi program stop buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus?
b) Apakah ada hambatan terkait sumber dana?
Sarana dan Prasarana :
a) Apakah ada peningkatan kepemilikan jamban seiring terlaksananya
program stop buang air besar sembarangan untuk tahun ini?

109
Lampiran 3 Lembar Observasi

Lembar Observasi Gambaran Program Stop Buang Air Besar


Sembarangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang tahun 2022

No. Komponen Yang Dinilai Ya Tidak Keterangan


Perencanaan
1. Disedikannya tempat untuk √ Kegiatan
sosialisasi kepada kader sosialisasi
kesling atau tokoh dilakukan di aula
masyarakat. Puskesmas Tegal
Angus
2. Petugas kesling di √ Sesuai
Puskesmas Tegal Angus
berjumlah 1 orang dan 2
orang kader kesling yang
membantu dalam kegiatan
stop buang air besar
sembarangan.
Pelaksanaan
1. Dilaksanakan kegiatan √ Sesuai
pemicuan.
2. Pemicuan dilakukan dengan √ Sesuai
durasi 1-3 jam untuk sekali
pertemuan.
3. Dilakukan pemetaan sanitasi. √ Sesuai
4. Dilakukan Transect Walk √ Sesuai
(Penelusuran Wilayah).
5. Soundsystem dalam keadaan √ Sesuai
baik.
6. Tersedia alat pembuat √ Puskesmas Tegal
jamban. Angus tidak

110
mempunyai
kelompok
wirausaha sanitasi
7. Tempat pemicuan mudah √ Sesuai
dijangkau oleh petugas
kesling dan masyarakat
Monitoring
1. Promosi melalui media √ Biasanya dari
massa. puskesmas ke
kader kesling
melalui whatsApp,
kalau masyarakat
saat sosialisasi saja
ke desa.
2. Dilakukan pencatatan dan √ Sesuai
pelaporan.
3. Komputer/laptop dan wifi √ Sesuai
berfungsi dengan baik.
4. Masyarakat melakukan √ Iya jika
sistem kredit jamban. masyarakat yang
tidak ada dananya,
biasanya dapat
dari yayasan.
Hanya sebagian
yang melakukan
kredit jamban.
Evaluasi
1. Melakukan kerja sama lintas √ Sudah dilakukan
sektor agar memberikan tetapi memberikan
bantuan kepada masyarakat bantuan berupa
yang ingin membangun meminjamkan
jamban dan tangki septik. dana untuk

111
membangun
jamban.
2. Memberikan reward terhadap √ Diberikan oleh
pencapaian desa (untuk desa Kecamatan kepada
ODF). Desa dalam bentuk
piagam.

112
Lampiran 4 Lembar Telaah Dokumen

Lembar Checklist Gambaran Program Stop Buang Air Besar


Sembarangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Kabupaten
Tangerang tahun 2022
No. Nama Dokumen Ya Tidak Keterangan
Variabel Perencanaan
1. Pedoman pelaksanaan pemicuan. √ Terdapat dari
Kemenkes RI.
2. Jadwal pelaksanaan sosialisasi √ Pelaksanaan
dan pemicuan. sosialisasi dilakukan 1
kali setiap tahun
sebelum kegiatan
pemicuan, untuk
pemicuan dilakukan 1
kali per masing-
masing desa.
3. Pedoman pelaksanaan stop √ Terdapat dari Dinas
buang air besar sembarangan. Kesehatan Kabupaten
Tangerang.
4. Terdapat SOP terkait √
pelaksanaan stop buang air besar
sembarangan.
5. Adanya sumber dana dari √ Ada dari BOK dan
Puskesmas atau dari APBD. Dinas Perkim
6. Pemicuan dilakukan 4 kali dalam √
setahun untuk setiap desa.
Variabel Pelaksanaan
1. Lembar absensi pemicuan. √ Daftar hadir yang ikut
serta dalam kegiatan
pemicuan di desanya
biasanya ada 1 atau 2

113
lembar.
2. Pedoman pelaksanaan pemicuan. √ Terdapat dari
Kemenkes RI.
3. Daftar sarana pelaksanaan stop √ lembar balik untuk
buang air besar sembarangan. edukasi mengenai
STBM, papan white
board , spidol warna –
warni, kertas plip
chart, karton warna,
meteran dan
soundsystem.
4. Terdapat jobdesk petugas √ 1 petugas kesling
kesling.
Variabel Monitoring
1. Lembar monev stop buang air √ 1 lembar permasing-
besar sembarangan. masing desa
2. Lembar kepemilikan jamban. √ 1 lembar untuk
seluruh desa yang
berada di wilayah
kerja Puskesmas
Tegal Angus
3. Jadwal pengecekan perdesa. √ 1 lembar untuk 6 desa
di wilayah kerja
Puskesmas Tegal
Angus
Variabel Evaluasi
1. Lembar monev stop buang air √ Berisi tentang akses
besar sembarangan. sanitasi aman dan
layak serta BABS/OD
Tertutup atau
BABS/OD Terbuka
sesuai dengan RPJMN

114
2020-2024.

115
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
1. Masyarakat masih melakukan BABS di lingkungannya

2. Masih terdapat jamban helikopter di masyarakat

3. Masih terlihat tinja di sekitar masyarakat

116
4. Limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke lingkungan

5. Sarana yang telah dibangun oleh Pemerintah setempat

6. Warga yang telah terpicu dan membangun jamban di rumah

117
7. Wawancara kepada Informan

118
Lampiran 6 Surat Penelitian

119
120
121
Lampiran 7 Ethical Approval

122
Lampiran 8 Matriks Wawancara

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Kunci Informan Informan Informan Informan
Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung 4
1 2 3
Perencanaan
1. Apakah bapak/ibu iya, tidak buang air iya, diharapkan iya, iya, tidak Tidak tahu Jangan buang
mengetahui tentang besar sembarangan lagi setiap masyarakat mencegah buang air air besar
program stop buang dengan pelaksanaan buang airnya terjadinya besar sembarangan
air besar kegiatan pra pemicuan, dirumah sendiri, penyakit sembarangan
sembarangan? pemicuan dan pasca mempunyai WC diare,
pemicuan bertujuan masing-masing dan menjaga
untuk mengubah tidak buang air kesehatan
perilaku masyarakat besar di selokan, di pada balita
agar meningkatkan sungai, di kebun agar tidak
derajat kesehatan yang dan di laut. stunting atau
lebih baik sehingga Pokoknya buang air dampak
mengurangi faktor besar pada buruk bagi
resiko penaykit yang tempatnya dan tidak kesehatan
disebabkan oleh buang air besar
lingkungan sembarangan
2. Bagaimana dengan cukup, petugas kesling iya cukup, - - - -
ketersediaan SDM 1 orang dan 2 kader persediaan SDM
untuk pelaksanaan kesling di setiap desa disini sudah ada
program stop buang petugas kesling
air besar sembarangan sekarang di
di wilayah kerja Puskesmas, ada

0
Puskesmas Tegal juga dari Pemda
Angus? yang mengawasi
tentang kesling,
dari dinas
permukiman juga
sudah ada dan dari
desa juga kita sudah
membentuk kader
kesling untuk
memantau
pelaksanaan ini
3. Apakah ada Ada dari RT, Lurah, Camat, RT, RW, RT, RW, RT, RW, RT, RW,
pendukung dari tokoh RW,Kepala Desa, Dinkes, Dinas Mandor, Mandor Mandor Mandor
masyarakat terkait Dinas Perkim Permukiman Lurah. Tapi
pelaksanaan program kalau
stop buang air besar RT/RW
sembarangan di kalau diajak
wilayah kerja atau
Puskesmas Tegal diberitahu
Angus? ada kegiatan
baru mau
bergerak atau
membantu,
masih belum
ada
inisiatifnya
4. Apakah ada ada, saya sendiri ada, petugas kesling - - - -
penanggung jawab petugas kesling : kan petugas

1
program stop buang kesling harus
air besar sembarangan dimintai laporan
di wilayah kerja buat STBM dan
Puskesmas Tegal buat ODF
Angus?
5. Bagaimana kriteria - karena sesuai - - - -
yang ditetapkan pihak profesinya, dia
puskesmas untuk adalah sarjana
memilih SDM sebagai kesehatan
penanggung jawab lingkungan,
program stop buang profesinya kita kan
air besar sembarangan kerja harus
di wilayah kerja berdasrkan
Puskesmas Tegal profesinya
Angus? sekarang,
profesionalismenya
yah dibagian dia
kesehatan
lingkungan, nah
kita mengakui
profesinya sebagai
kesling engga
mungkin saya kasih
seorang bidan untuk
menangani program
itu nanti dia
bingung
6. Berapa jumlah banyak, pihak-pihak - - - - -

2
keseluruhan yang terkait kalau dijabarkan
menangani tidak terhitung.
pelaksanaan program Puskesmas : Kesling,
stop buang air besar Gizi, Promkes. Desa :
sembarangan di Kader kesling, RT,
wilayah kerja Lurah. Dinas : Dinas
Puskesmas Tegal Perkim, Dinas
Angus? Apakah sudah Kesehatan dan Bappeda
cukup?
7. Apakah pihak iya setiap tahun ada Iya, setiap tahun iya biasanya iya biasanya - -
Puskesmas Tegal dilaksanakannya kita adakan disini terkait terkait
Angus memberikan setahun 1 kali sebelum sebelum pemicuan pelaksanaan pelaksanaan
pelatihan kepada program pemicuan pemicuan pemicuan
kader untuk STBM di STBM,
menjalankan program setiap denah lokasi
stop buang air besar kemandoran, dan cara
sembarangan? buang air
besar dengan
baik dan
benar seperti
apa
8. Bagaimana menyusun RUK, biasanya dari - - - -
prosedur/langkah- menyusun RPK, Dinkes memberikan
langkah dalam proses melakukan kegiatan, arahan tentang
perencanaan program lalu setelahnya evaluasi program lalu
stop buang air besar dari Dinkes setelah itu dari kita
sembarangan di menyusun RPK,
wilayah kerja RUK dan

3
Puskesmas Tegal melaksanakan
Angus? kegiatan
9. Apakah ada sumber ada subsidi biasanya Subsidi dari APBD - - - -
dana atau subsidi dari dari Dinas Perkim tapi itu biasanya kita
APBD yang tidak tau besaran yang harus
digunakan dalam subsidinya berapa mengajukan ke
perencanaan program Dinkes waktu
stop buang air besar muslembang Desa
sembarangan di itu Kepala Desa
wilayah kerja yang harus
Puskesmas Tegal mengajukan disitu,
Angus? karena kita minta
kaya buat bedah
rumah atau apa nah
masuk di dana itu
10. Darimana sumber BOK, Dinas Perkim, sediakan dari BOK Dari Dari - -
dana untuk DAK Dinkes, Yayasan, karena puskesmas puskesmas puskesmas
pelaksanaan program CSR yang bersifat itu kegiatannya
stop buang air besar kegiatan non fisik hanya non fisik
sembarangan di yang fisik itu bukan
wilayah kerja dari kita, bukan dari
Puskesmas Tegal Dinas kesehatan
Angus? atau bagian
kesehatan
11. Apakah ada hambatan hambatan terkait hambatan terkait - - - -
terkait sumber dana? sumber dana tidak ada sumber dana saat
karena semuanya sudah perencanaan tidak
dianggarkan ada karena

4
perencanaan
masuknya kegiatan
non fisik jadi sudah
disediakan dari
BOK
12. Apa saja alat dan alat dan bahan yang alat dan bahan - - - -
bahan yang digunakan digunakan yaitu lembar detailnya saya tidak
untuk mendukung baik untuk edukasi tahu, yang tahu
pelaksanaan program mengenai STBM, petugas kesling
stop buang air besar papan white board, disini saya hanya
sembarangan? spidol warna-warni, memfasilitasi jika
kertas plip chart, dan petugas kesling
karton warna membutuhkan
untuk kegiatan yaa
saya kasih
13. Apakah ada tempat ada matrial tapi matrial sih paling Beli sendiri Beli sendiri Beli di Beli di
khusus atau toko yang uangnya yang tidak ada, cuma yah balik lagi di matrial di matrial, matrial matrial, di
menyediakan dan jaraknya kurang lebih 1 ke masyarakatnya biasanya matrialnya jaraknya Tegal Angus
memudahkan km dari desa ada duit atau tidak mereka beli ada di Tegal dari matrialnya
masyarakat untuk untuk membeli sendiri di Angus puskesmas neng
memperoleh bahan matrial, kesini
jamban? matrial engga tau
paling deket berapa kilo
yaah ada di
Desa Tegal
Angus
14. Apakah petugas tidak, kerena tidak tidak, kita kan Engga, Engga, Engga, saya Engga,
menyediakan atau punya kelompok puskesmas hanya karena karena beli di beli pakai biasanya beli

5
meminjamkan cetakan wirausaha sanitasi dan menyediakan membangun matrial dana pribadi di matrial
jamban? tidak ada dananya kegiatan non fisik sendiri sendiri
untuk meminjamkan saja kalau
karena puskesmas meminjamkan atau
fungsinya tidak menyediakan
menyediakan tetapi cetakan jamban itu
hanya memicu bukan tugas kita
masyarkat saja
Pelaksanaan

15. Ada berapakah jumlah 3 yaitu petugas kesling, dari Puskesmas sih 2 yaitu bidan 2 yaitu bidan 2 yaitu 2 yaitu bidan
tenaga kesehatan yang promkes dan gizi 3 : petugas kesling, desa dan desa dan bidan desa desa dan
ikut serta dalam gizi sama promkes petugas petugas dan petugas petugas
pelaksanaan program kesling kesling kesling kesling
stop buang air besar
sembarangan?
16. Berapa jumlah kader 2 permasing-masing - ada 2 ada 2 ada 2 ada 2
yang ikut serta dalam desa
pelaksanaan program
stop buang air besar
sembarangan?
17. Dilaksanakannya sekali biasanya iya biasanya iya ada yang iya ada yang - -
kegiatan pra dilaksanakan pada dilaksanakan di menyelengga menyelengga
pemicuan/sosialisasi/ bulan puskesmas 1 tahun rakan dari rakan dari
BIMTEK? Agustus/September/Okt sekali pihak pihak
ober sebelum kegiatan puskesmas puskesmas,
pemicuan untuk tahun
lalu sudah

6
tapi tahun ini
belum
18. Apakah pemicuan itu pemicuan adalah upaya pemicuan itu istilah pemicuan pelaksanaann - -
dan bagaimana untuk memancing atau prinsipnya dari yaitu ya yang
pelaksanaanya? memicu masyarakat masyarakat oleh memicu atau pertama
untuk merubah perilaku masyarakat dan memberi ditanya siapa
hidup yang lebih bersih untuk masyarakat tahu yang tidak
dan sehat melalui sektor itu sendiri, kita masyarakat punya WC
sanitasi sehingga dapat hanya sampai agar tidak lalu
meningkatkan derajat menyadarkan buang air diarahkan
kesehatan masyarakat masyarakat supaya besar masyarakatny
yang setinggi-tingginya, mereka sadar sembarangan a melalui
pelaksanaanya sendiri mereka agar sosialisasi
dilakukan di rumah RT sendiri yang masyarakat
atau warga agar bergerak dan hidup sehat
berkumpul lalu manfaatnya untuk setiap
diberikan sosialisasi mereka sendiri, kita kemandoran
pentingnya hanya memicu saja
melaksanakan program supaya mereka tuh
stop BABS agar tidak tahu
terjadi penyebaran pengetahuannya
penyakit berbasis tentang stop buang
lingkungan di air besar
masyarakat sembarangan,
pelaksanaannya
biasanya dilakukan
oleh petugas
kesling ke desa

7
19. Siapakah sasaran masyarakat yang masyarakat yang masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
untuk stop buang air perilaku hidupnya masih buang air yang tidak yang belum yang masih yang masih
besar sembarangan masih tidak sehat atau besar sembarangan mempunyai punya WC jorok atau buang air
dan bagaimana cara masih melakukan buang di laut/di kebun dan WC dan dan masih perilakunya besar
penentuan sasarannya air besar sembarangan yang masih belum tangki septik melakukan tidak sehat sembarangan
serta siapa saja yang mempunyai WC buang air di kebun
dilibatkan dalam besar ataupun laut
penentuan sasaran? sembaranan
serta yang
tidak
menjaga
kebersihan
20. Bagaimana partisipasi partisipasi baik pada partisipasi menanggapin bagus tapi Tidak tau belum
masyarakat dalam saat kegiatan pemicuan masyarakat bagus ya bagus, masyarakat
pelaksanaan program masyarakat antusias dan mereka paham lalu terkendala di
stop buang air besar banyak yang ikut serta, tentang stop buang masyarakat dana untuk
sembarangan ? lalu ketika kegiatan air besar ingin tau membangun
pendampingan pasca sembaranan ini tapi apakah jamban dan
pemicuan warga banyak balik lagi ke dana, membuat tangki septik
yang mundur mereka tidak jamban dan dirumah
dikarenakan warga mampu untuk tangki septik
banyak mengharapkan membangun WC gratis atau
bantuan sedangkan dirumahnya karena pakai uang
puskesmas tidak penghasilan yang sendiri
memberikan bantuan sedikit cuma cukup
untuk makan sehari
aja
21. Bagaimana pertama saya mendata di puskesmas pertama kita pertama - -

8
prosedur/langkah- ke masyarakat mana sebenarnya mendata, mendata dulu
langkah dalam proses yang masih melakukan mengikuti dari lihat warga yang
pelaksanaan program buang air besar Dinkes, kita punya masyarakatn sudah punya
stop buang air besar sembarangan, lalu petugas kesling nah ya yang WC atau
sembarangan di melakukan sosialisasi petugas kesling masih buang tidak lalu
Puskesmas Tegal kepada para kader lalu yang lebih banyak air besar di setelah itu
Angus? setelah itu melakukan ke masyarakat. laut atau meminta izin
kegiatan pemicuan Yang pertama kebun lalu ke Desa/RT
kepada masyarakat di biasanya petugas lihat yang ingin
desanya setelah itu baru kesling melakukan sudah punya mengadakan
melakukan kegiatan pendataan mana WC setelah pemicuan
pendampingan pacsa yang masih buang itu kita
pemicuan dan mendata air besar adakan
mana masayarakat yang sembarangan dan pemicuan di
mau membangun mana yang masih desa
jamban serta merubah belum punya WC
perilakunya lalu dari data itu
dianalisa dan
dilakukan
penyuluhan yang
terakhir
masyarakatnya
sendiri yang
bergerak untuk
membangun
WCnya masing-
masing
22. Apakah ada sumber ada subsidi biasanya Subsidi dari APBD Tidak tau Ada, tidak Tidak 3 jt untuk

9
dana atau subsidi dari dari Dinas Perkim tapi itu biasanya kita besarnya tau soalnya mebangun
APBD yang tidak tau besaran yang harus berapa tapi subsidinya pakai dana WC/rumah
digunakan dalam subsidinya berapa mengajukan ke ada berapa sendiri
pelaksanaan program Dinkes waktu
stop buang air besar muslembang Desa
sembarangan di itu Kepala Desa
wilayah kerja yang harus
Puskesmas Tegal mengajukan disitu,
Angus? karena kita minta
kaya buat bedah
rumah atau apa nah
masuk di dana itu
23. Darimana sumber BOK, Dinas Perkim, sumber dana kita Dari Dari Dari Dari
dana untuk DAK Dinkes, Yayasan, sediakan dari BOK puskesmas puskesmas puskesmas puskesmas
pelaksanaan program CSR yang bersifat karena puskesmas
stop buang air besar kegiatan non fisik itu kegiatannya
sembarangan di hanya non fisik
wilayah kerja yang fisik itu bukan
Puskesmas Tegal dari kita, bukan dari
Angus? Dinas kesehatan
atau bagian
kesehatan
24. Apakah ada hambatan hambatan terkait - Kadang buat Pencairan Tidak Kebanyakan
terkait sumber dana? sumber dana ada untuk dana dari dana susah, soalnya dari dananya
tahun ini yaitu tidak atasannya kendala di dana sendiri dikorpsi jadi
adanya sumber dana benar, nah faktor bantuannya
untuk kegiatan dibawahnya ekonomi juga engga sampai
pemicuan karena engga benar buat ke masyarakat

10
kegiatan pemicuan di makanya ngebangun
khususkan untuk banyak yang WC
puskesmas yang macet
mempunyai akses
sanitasi 90%
25. Apa saja alat dan alat dan bahan yang alat dan bahan tidak ada ukuran - -
bahan yang digunakan digunakan yaitu lembar detailnya saya tidak hanya meteran dan
untuk mendukung baik untuk edukasi tahu, yang tahu soundsystem soundsystem
pelaksanaan program mengenai STBM, petugas kesling saja
stop buang air besar papan white board, disini saya hanya
sembarangan? spidol warna-warni, memfasilitasi jika
kertas plip chart, dan petugas kesling
karton warna membutuhkan
untuk kegiatan yaa
saya kasih
26. Apakah dalam iya diperoleh dari - iya, Iya ada dari - -
pelaksanaan pemicuan puskesmas anggarannya puskesmas puskesmas
membutuhkan dari BLUD yang bawa
material? kader yang
menyiapkan
27. Apakah ada tempat ada matrial tapi matrial sih, paling Ada, matrial Ada, matrial Ada, matrial Ada, matrial
khusus atau toko yang uangnya yang tidak ada, cuma yah balik lagi
menyediakan dan jaraknya kurang lebih 1 ke masyarakatnya
memudahkan km dari desa ada duit atau tidak
masyarakat untuk untuk membeli
memperoleh bahan
jamban?
28. Apakah petugas tidak, kerena tidak tidak, kita kan biasanya biasanya ada matrial ada matrial

11
menyediakan atau punya kelompok puskesmas hanya mereka beli mereka beli biasanya biasanya kita
meminjamkan cetakan wirausaha sanitasi dan menyediakan sendiri di sendiri di kita beli beli sendiri
jamban? tidak ada dananya kegiatan non fisik matrial, matrial, sendiri mba mba jaraknya
untuk meminjamkan saja kalau matrial matrial paling jaraknya kira-kira 3 km
karena puskesmas meminjamkan atau paling deket deket yaah kira-kira 3 dari Desa
fungsinya tidak menyediakan yaah ada di ada di Desa km dari Tegal Angus
menyediakan tetapi cetakan jamban itu Desa Tegal Tegal Angus Desa Tegal kesini
hanya memicu bukan tugas kita Angus Angus
masyarkat saja kesini
Monitoring

29. Apakah sasaran sudah sudah, bisa dilihat dari masyarakat kalau sudah tau, sudah, - -
mengetahui tujuan beberapa masyarakat dibilang paham yah ada yang mereka
pelaksanaan program yang sudah merubah sudah paham, paham ada memahami
stop buang air besar perilakunya dan mereka ingin juga yang agar punya
sembarangan? membangun jamban merubah tidak paham WC
beserta tangki septik di perilakunya tetapi
rumahnya, kalau yang terkendala di
belum membangun dananya untuk
biasanya numpang ke membangun WC di
tetangga yang rumahnya
mempunyai jamban dan
tangki septik
30. Berapakah rentan tidak bisa diperkirakan kalau diperkirakan - - - -
waktu pencapaian tergantung yah engga bisa
program stop buang masyarakatnya mau diperkirakan yah
air besar berubah atau tidak, karena kita liat juga
sembarangan? karena banyak kendala kondisi masyarakat

12
juga di faktor ekonomi bagaimana, tapi
tapi target dari kalau untuk target
Kabupaten sih tahun setiap tahun pasti
2024 sudah tercapai petugas kesling
menentukan
targetnya sendiri
berapa
31. Bagaimanakah pelaksanaan dari tahun ada peningkatan pelaksanaan sekarang - -
pelaksanaan program ketahun sudah pasti ada detailnya pasti sudah sudah ada
stop buang air besar peningkatan baik dari peningkatnnya dilakukan kemajuan
sembarangan dari akses sanitasi dan berapa saya kurang dengan untuk tahun
tahun ke tahun? perubahan perilaku tau jelas karena maksimal 22 belum
masyarakat juga, yah yang pegang data tapi kadang mendata lagi,
kira-kira dari tahun petugas kesing masyarakatn tapi kalau
2016 sampai sekarang ya masih untuk tahun
20% lebih menganggap 2021 sudah
sepele, ada perbaikan
peningkatann
ya ada untuk
wilayah
kemandoran
5 paling 10
rumah lagi
yang belum
punya WC
32. Apakah semua yang melaporkan hanya biasa yang kalau dari kalau dari - -
petugas pelaksana petuas kesling ke melaporkan hasil masyarakat masyarakat
yang terlibat dalam dinkes kalau dari kalau dari yah kita yang yah kita yang

13
program stop buang puskesmas nah kalau puskesmas yah melaporkan melaporkan
air besar sembarangan dari desa dari kader petugas kesling, ke ke puskesmas
melaporkan hasil kesling tapi kalau dari desa puskesmas
kegiatan? biasanya kader
keslingnya yang
melapor ke petugas
kesling
33. Bagaimana sistem biasa di input di google - kita biasanya kita biasanya - -
pencatatan dan form yang dari Dinkes mendata lagi mendata lagi
pelaporan terkait hasil itu lalu ada juga di masyarakat masyarakat
kegiatan program stop input di smart STBM yang belum yang belum
buang air besar punya WC punya WC
sembarangan serta sama yang sama yang
seperti apa bukti sudah punya sudah punya
sistem pencatatan dan WC, lalu kita WC, lalu kita
pelaporannya? dikasih dikasih
format gitu format gitu
dari dari
puskesmas puskesmas
yang harus yang harus
kita data di kita data di
setiap rumah setiap rumah
34. Apakah dilakukannya iya dilakukannya sudah dilakukan iya sudah - - -
advokasi dengan sebelum sebelum dijelaskan
pemerintahan dilaksanakannya pelakanaan, waktu setiap
setempat? program ini, biasanya kumpul sih pas keiatan pasti
ngobrol sama pak lurah rapat ngomongnya kita bilang
dan RT/RW setempat iya-iya aja saya ke bu lurah

14
bersedia saya dulu
bersedia tapi ketika
pelaksanaan
kenyataan di
lapangan yah begitu
kurang antusias dan
semangat
35. Bagaimana bisanya saya dan kader - kalau kita kalau kita - -
prosedur/langkah- kesling turun ke biasanya biasanya
langkah dalam proses masyarakat lagi untuk turun lagi ke turun lagi ke
monitoring program melihat dan mendata masyarakat masyarakat
stop buang air besar lagi apakah ada bareng pak bareng pak
sembarangan di masyarakat yang irfan irfan (petugas
Puskesmas Tegal terpicu dan mau (petugas kesling)
Angus? mengubah perilakunya, kesling) setelah
lalu di data di setiap setelah kegiatan
rumah apakah dirumah kegiatan pemicuan
tersebut mempunyai pemicuan kemarin ada
WC dan tangki septik kemarin ada engga
atau tidak engga masyarakat
masyarakat yang terpicu
yang terpicu mau bangun
mau bangun WC dan
WC dan merubah
merubah perilakunya,
perilakunya, ya kalau ada
ya kalau ada kita
kita dampingin

15
dampingin kita kasih
kita kasih motivasi biar
motivasi biar perilakunya
perilakunya jadi baik
jadi baik
36. Darimana sumber BOK, Dinas Perkim, sediakan dari BOK Dari Dari - -
dana untuk monitoring DAK Dinkes, Yayasan, karena puskesmas puskesmas puskesmas
program stop buang CSR yang bersifat itu kegiatannya
air besar sembarangan kegiatan non fisik hanya non fisik
di Puskesmas Tegal yang fisik itu bukan
Angus? dari kita, bukan dari
Dinas kesehatan
atau bagian
kesehatan
37. Apakah ada hambatan hambatan dan kendala hambatannya paling Buat bangun hambatannya - hambatannya
terkait sumber dana? yang terjadi di di dana buat bangun WC engga udah itu mba di dana,
masyarakat ya rata-rata WC soalnya ada dananya cuma satu banyak warga
kehambat di dana, kebanyakan warga karena faktor yaitu di dana yang pengen
banyak yang pengen disini ekonomi buat bangun bangung WC
bangun WC tapi pengahasilannya WC sama septik
dananya engga ada sehari cuma cukup tank tapi
buat makan aja, engga ada
makanya banyak dananya
warga yang
ngarepin dapet WC
gratis
38. Apakah ada ada kaya spanduk, biasanya sih dari notulen, bentuknya ada ada sosialisasi
penyediaan materi diagram F, pamflet, Dinkes kaya jurnal, poster dari sosialisasi ke masyarakat

16
media komunikasi, lembar balik, sama pamflet sama poster materi/teori puskesmas ke dari
informasi dan edukasi buku panduan 5 pilar dari petugas masyarakat puskesmas
dari pemerintah untuk masyarakat itu kesling dari
provinsi? puskesmas
39. Apakah ada ada lewat smart STBM ada tapi saya tidak ada Tidak, karena - -
pemantauan dari pihak sama google form tau seperti apanya, kayaknya tidak tahu
kabupaten atau kota bisa ditanyakan ke cuma saya yang
terkait pelaksanaan petugas kesling engga tau melaporkan
program stop buang bentuknya langsung dari
air besar sembarangan kaya apa, puskesmas
di wilayah kerja kita cuma
Puskesmas Tegal melaporkan
Angus? hasil ke
puskesmas
aja
40. Berapa kali dilaporkan atau di input setiap tahun sih kita melaporkan melaporkan 1 - -
dilakukannya sistem setiap 1 bulan sekali ngelaporin dari 1 tahun 2 tahun 2 kali
pencatatan dan petugas kesling ke kali biasanya
pelaporan terkait Dinkes di bulan
pelaksanaan program maret sama
stop buang air besar oktober
sembarangan?
Evaluasi
41. Kader kesling dan iya kader kesling kalau kader kesling iya sudah Iya kita - -
tokoh masyarakat paham bagaimana sudah paham disampaikan sudah
paham tentang pelaksanaan dan sudah soalnya sudah dengan baik menjalankan
pelaksanaan program menjalankan tugasnya melaksanakan ke tugas dengan

17
stop buang air besar dengan baik, kalau dengan baik saat masyarakat baik dan
sembarangan? tokoh masyarakat masih pelaksanaan ini dan sudah sudah
belum paham dia hanya berlangsung, kalau dilaksanakan dilaksanakan
menjalankan tugas bila tokoh masyarakat semaksimal juga
diberitahu ada kegiatan masih belom paham mungkin, kegiatannya
cuma bilang iya iya kalau
doang ngejalanin RT/RW
tugasnya mah kitanya yang
engga harus kasih
tau dulu
kalau ada
kegiatan
kalau kita
engga kasih
tau mah dia
diem aja
orang engga
ngerti
42. Apakah ada usulan masyarakat ingin rata-rata usulan dari dikasih dana ingin dapat - ingin
perencanaan dari mendapatkan jamban masyarakat ingin untuk sumbangan masyarakat
sasaran terkait gratis tetapi puskesmas mendapatkan masyarakat WC punya WC
pelaksanaan program tidak bisa memberikan jamban gratis yang tidak dan air bersih
stop buang air besar karena tidak ada sedangkan punya WC dapat
sembarangan ? anggaran untuk itu puskesmas kan dialirkan di
hanya menyediakan blok barat
dana untuk yang
non fisik kan kalau
ngasih jamban

18
bentuknya fisik,
nah kalau itu bukan
ranah di kita
43. Bagaimana cara bapak - Kalau saya sih - - - -
mempengaruhi cuma mengingatkan
penanggung jawab kinerjanya dia :
agar melaksanakan tolongdilihat
program stop buang kinerjanya apa,
air besar sembarangan foksinya
semaksimal mungkin apa,targetnya
sehingga mencapai berapa, sasarannya
tujuan? berapa. Yaitulah
yang harus dicapai
dalam tahunan,
dalam setahun itu
paling tidak apalah
yang sudah dibuat
mau penyuluhan
atau dibuat kader
kesling atau mau
apa yang pasti
kalau buat
menyedia dana
bangu WC engga
mungkin
44. Bagaimana bapak/ibu masyarakat didampingi WC itu perlu nabung menabung - -
memberikan motivasi lalu diberi usul melalui karena bisa selama 1 agar bisa
terhadap masyarakat penyedia kredit jamban menyebabkan tahun yang membangun

19
yang ingin penyakit dan penting ada jamban atau
membangun jamban? mencemari niat untuk meminjam
lingkungan, membangun, dana dari
setidaknya jika masa sih yayasan
tidak punya WC kalau nabung
bisa numpang di setahun
saudara atau engga bisa
tetangga agar kebangun
perilaku juga mba
kesehatannya baik
45. Apakah ada tidak ada, paling tepuk tidak ada, kalau tidak, karena
penghargaan bagi tangan saja penghargaan takut ada
warga yang mau biasanya dari desa yang iri dan
membangun jamban sih yang kasih salah paham
dan mengubah kalau dari
kebiasaannya untuk puskesmas mah
BAB di jamban? engga ada, engga
tau kalau desa
ngasih
penghargaannya
kaya gimana
46. Bagaimana proses evaluasi - - - - -
prosedur/langkah- biasanya dari Dinkes,
langkah dalam proses pertama puskesmas
evaluasi program stop menunjukkan akses
buang air besar sanitasi di wilayah
sembarangan di kerjanya kemudian
Puskesmas Tegal Dinkes memberikan

20
Angus? program inovasi atau
usulan terkait hambatan
yang dialami untuk
tahun berikutnya
kepada petugas kesling
agar menjalankan
program tahun depan
lebih baik lagi
47. Darimana sumber BOK, Dinas Perkim, sediakan dari BOK Dari Dari - -
dana untuk evaluasi DAK Dinkes, Yayasan, karena puskesmas puskesmas puskesmas
program stop buang CSR yang bersifat itu kegiatannya
air besar sembarangan kegiatan non fisik hanya non fisik
di Puskesmas Tegal yang fisik itu bukan
Angus? dari kita, bukan dari
Dinas kesehatan
atau bagian
kesehatan
48. Apakah ada hambatan tidak ada hambatan saat - - - - -
terkait sumber dana? proses evaluasi, adanya
hambatan dana pada
masyarakat yang ingin
membangun jamban
49. Apakah ada ada, sudah ada diatas iya ada kalau Ada, kemungkinan ada sudah ada hampir
peningkatan 20% besarannya saya kemungkina 80% warga banyak semua disini
kepemilikan jamban kurang tau pasti n 80% warga yang sudah yang mau sudah punya
seiring terlaksananya berapa, bisa yang sudah membangun membangun WC paling
program stop buang ditanyakan saja ke membangun WC WC sekitar 10
air besar sembarangan petugas kesling WC rumah lagi

21
dari tahun 2016 yang belum
sampai saat ini? membangun
50. Berapa presentase sudah ada diatas 20% bisa ditanyakan saja kemungkina kemungkinan Tidak tau sekitar 10
peningkatan dan ke petugas kesling n 80% 80% rumah lagi
seperti apa bukti yang belum
dokumentasi atau data membangun
hasilnya?
51. Apakah ada Piagam untuk desa dari Dari Kecamatan Dikasih Dilihat dari - -
penghargaan bagi desa kecamatan bentuknya piagam penghargaan RT/Kemando
jika suatu saat dapat sama pak ran mana
berbentuk desa ODF? lurah dilihat yang paling
dari bersih lalu
lingkungan diberikan
yang paling penghargaan
bersih dari pak lurah
perkemandor
an

22
0

Anda mungkin juga menyukai