Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

EVALUASI PROGRAM OPEN DEFECATION FREE


DI KECAMATAN BANDONGAN
PUSKESMAS BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Bandongan Kabupaten Magelang

Disusun Oleh:
Ayu Indra Mashita
(14711123)

Pembimbing Universitas :
dr. Sunarto, M.Kes

Dosen Pembimbing Lapangan:


dr. Benjamin Tri Dharma Putra

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI PROGRAM OPEN DEFECATION FREE
DI KECAMATAN BANDONGAN
PUSKESMAS BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh :

Ayu Indra Mashita


(14711120)

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Pembimbing Fakultas

dr. Sunarto, M.Kes

Dosen Pembimbing Lapangan

dr. Benjamin Tri Dharma Putra


KATA PENGANTAR

”Assalamu’alaikumwarahmatullaahi wabarakatuh”
Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur saya haturkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan kegiatan elektif pada stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) di
Kecamatan Bandongan, Kabupaten Mageang dengan judul elektif “Evaluasi
Program Open Defecation Free di Kecamatan Bandongan, Puskesmas Bandongan,
Kabupaten Magelang”. Lalu shalawat beserta salam yang tak lupa saya curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari
jaman kegelapan hingga jaman yang penuh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini. Dalam pelaksanaannya penulis mendapat bimbingan,
bantuan, dan dukungan dari banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan ini tepat pada waktunya. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis
ingin memberikan ucapan terimakasih kepada :
1. dr. Benjamin Tri Dharma selaku Dokter Pembimbing Lapangan di
Puskesmas Bandongan, Magelang

2. dr. Sunarto, M. Kes., selaku Dokter Pembimbing Fakultas.

3. Ibu Novianti A.Md selaku penaggungjawab program Kesehatan


Lingkungan di Puskesmas Bandongan

4. Bapak Mulyatno, S.sos selaku Camat Bandongan

5. Seluruh Perangkat Desa di Kecamatan Bandongan

6. Seluruh ibu-ibu Kader Kesehatan Desa di Kecamatan Bandongan

7. Kedua orangtua yang selalu memberikan doa dan dukungan.

8. Teman-teman kelompok dokter muda FK UII saya

Semoga segala bantuan, do’a, dukungan dan bimbingannya yang telah


diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak
keliru dalam penulisan laporan elektif ini serta banyak kekurangan dan kekhilafan
yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan, oleh karena itu penulis memohon
maaf dan dengan senang hati menerima kritik dan saran. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk semua pembaca dan dapat menjadi tambahan ilmu untuk kita
semua Aamiin.

”Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Bandongan, 11 januari 2019

Ayu Indra Mashita


Dokter Muda
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan


seseorang dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Jika tubuh dan jiwa kita
sehat maka seseorang dapat menjalankan kegiatannya secara lebih produktif dan
hasilnya akan jauh lebih baik. Maka dari itu perlunya kita menjaga kesehatan baik
personal maupun komunitas. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan motivasi, kesadaran, keinginan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap manusia agar terwujudnya peningkatan derajat kesehatan di masyarakat.
Ketika itu terwujud maka terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia
yang penduduknya hidup dengan perilaku dan hidup dalam lingkungan yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata hingga ke daerah yang terpencil, serta memiliki
tingkat kesehatan yang setinggi tingginya (Kemenkes, 2016). Kesehatan sendiri
datangnya bukan hanya dari diri personal baik juga dari sosial maupun
lingkungan. Derajat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor
utama yaitu faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan.
Faktor lingkungan meurpakan faktor terbesar dan sangat mempengaruhi kesehatan
masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 2014 Kesehatan
Lingkungan adalah upaya pencegahan terjadinya penyakit dan atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial yang diselenggarakan
dalam bentuk upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian faktor risiko
lingkungan (Lembaran Negara, 2014)

Salah satu masalah kesehatan lingkungan yang penting yaitu masalah


sanitasi. Pemerintah terus berusaha untuk mengatasi masalah sanitasi seperti akses
masyarakat terhadap jamban sehat tetapi tantangannya adalah sosial budaya
perilaku penduduk Indonesia yang terbiasa buang air besar di sembarang tempat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO 3 Tahun 2014
yang menerangkan bahwa perlunya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
yang sangat penting, untuk memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, dan meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar. Pemerintah
membentuk Program STBM sebagai upaya untuk pencapaian Millenium
Development Goals (MDG’s) Tahun 2015 poin 7c yaitu meningkatkan akses air
minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi
penduduk yang belum mendapatkan akses. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) memiliki lima buah pilar yaitu : 1) Stop Buang Air Besar Sembarangan
(Stop BABS), 2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), 3) Pengelolaan Air Minum
dan Makanan Rumah Tangga yang Aman, 4) Pengamanan Sampah Rumah
Tangga, dan 5) Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (Tentama, 2017).

Program STBM dilaksanakan dari pilar pertama yaitu Stop BABS yang
merupakan pintu masuk sanitasi total dan upaya memutuskan rantai kontaminasi
kotoran manusia terhadap air minum, makan dan lainnya. Penyakit yang dapat
terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, disentri, diare, kolera,
penyakit cacing, virus hepatitis dan penyakit gastrointestinal lainnya. Pendekatan
STBM kepada masyarakat menggunakan metode pemicuan melalui
pemberdayaan masyarakat yang dapat mengubah perilaku higenitas dan sanitasi.
Dengan metode tersebut diharapkan dapat merubah perilaku masyarakat dalam
memperbaiki keadaan sanitasi lingkungan mereka sehingga tercapai kondisi
(Open Defecation Free (ODF), pada suatu desa ataupun komunitas. Tersedianya
jamban sehat merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat
memutus rantai penularan penyakit. Suatu desa dikatakan ODF jika 100%
penduduknya mempunyai akses BAB di jamban sehat, tidak adanya kotoran di
lingkungan, serta mampu menjaga kebersihan jamban (Permenkes, 2014).

Menurut Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 di Indonesia sendiri


penggunaan jamban sehat sebaesar 88,2% dan Jawa tengah sendiri sebesar angka
89%. Akses jamban sehat di Kabupaten Magelang saat ini telah mencapai 92,41%
tinggal 7,59% lagi untuk mencapai ODF. Hingga penghujung tahun 2019 sudah
sembilan kecamatan di Magelang yang sudah mencapai ODF sedangkan
kecamatan Bandongan masih belum mendeklarasikan ODF. Beberapa
permasalahan dalam pelaksanaan ODF sendiri yaitu kurangnya dukungan lintas
sektor, kurangnya kebijakan khusus dari desa sehingga masyarakat kurang
berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut. Oleh karena itu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya mewujudkan program
ODF, penulis tertarik untuk melakukan intervensi di bidang ini.

BAB II
METODE

Kegiatan elektif dilaksanakan pada tanggal 20-25 januari 2020 di


Puskesmas Bandongan. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah tertera
penulis memutuskan untuk menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu
berupa wawancara langsung kepada berbagai pihak terkait program Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas Bandongan. Wawancara dilakukan kepada pemangku
program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Bandongan, Pemerintah Kecamatan
Bandongan, Kader kesehatan, dan masyarakat Kecamatan Bandongan sendiri.
Kemudian penulis juga mengambil data sekunder berupa dokumen-dokumen data
terkait Kesehatan Lingkungan dari pihak penanggung jawab program Kesehatan
Lingkungan Puskesmas Bandongan. Berdasarkan data sekunder penulis tertarik
untuk menjadikan program ODF sebagai elektif yang merupakan masalah yang
harus segera diselesaikan oleh pemerintah kecamatan Bandongan.
2.1 Wawancara
Dalam kegiatan elektif ini penulis melakukan beberapa kali wawancara
kepada penanggung jawab program kesehatan lingkungan Puskesmas Bandongan,
pemerintah kecamatan Bandongan, Pemerintah Desa, dan kader-kader kesehatan
desa, serta masyarakat Bandongan. Pada hari pertama dilakukan wawancara pada
penanggung jawab program Kesehatan Lingkungan yaitu Ibu Novianti untuk
mengetahui apa saja program Kesehatan Lingkungan yang dijalankan Puskesmas
Bandongan. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi dan fakta-fakta
yang terjadi selama menjalankan program Kesehatan Lingkungan. Setelah
mengetahui bahwa ODF salah satu masalah yang paling menarik penulis menggali
informasi mengenai data ODF dan bagaimana cakupan dari program tersebut.
Penulis juga bertanya mengenai tujuan dari program ODF, saat ini sudah sampai
mana program tersebut berjalan, apa saja kesulitan dan hambatan dalam
melaksanakan program tersebut, fasilitas apa saja yang diberikan oleh puskesmas
untuk menunjang kegiatan, dan keberhasilan program tersebut. Pertanyaan yang
diajukan kepada kader kesehatan desa dan warga desa adalah terkait respon
masyarakat terhadap program ODF, kesulitan masyarakat terkait mewujudkan
program ODF, dan solusi yang masyarakat inginkan dalam terwujudnya program
ODF.
2.2 Observasi
Penulis melakukan observasi lapangan untuk mengamati pelaksanaan
program kesehatan lingkungan. Observasi langsung ini bertujuan untuk
memahami setiap program kesehatan lingkungan dan bagaimana cara
melaksanakannya di lapangan. Dari kegiatan ini didapatkan berbagai rumah yang
masih belum mempunyai jamban sehat dan pembuangan limbah dan sampah yang
masih tidak pada tempatnya. Penulis juga mengetahui apa indikator penilaian
program ODF dan bagaimana cara mendata ke setiap desa yang masih belum
memiliki akses jamban sehat.

2.3 Pengambilan Data Sekunder

Berdasarkan hasil data primer yang didapatkan peneliti juga melakukan


pengambilan data sekunder selama kegiatan elektif berlangsung, yaitu berupa data
akses jamban sehat di seluruh desa Kecamatan Bandongan. Penulis juga
mengambil data mengenai cakupan keberhasilan program ODF tahun 2019 yang
ada pada penanggung jawab kesehatan lingkungan puskesmas Bandongan.
Tujuannya untuk mengetahui perencanaan dan hasil program ODF oleh
puskesmas Bandongan.
BAB III
HASIL PENGUMPULAN DATA

3.1 Fakta – fakta masalah kesehatan yang ditemukan

3.1.1. Fakta Data Sekunder

No
Indikator  Target  Sasaran Jumlah  Persentase % 
.
1. Proporsi desa yang
55 14 12 85,71
melaksanakan STBM
2. Proporsi TTU memenuhi
82 124 90 72,58
syarat
3. Proporsi TPM memenuhi
74 47 31 65,96
syarat
4. Proporsi penduduk akses
83 18125 15294 84,38
air minum
5. Proporsi penduduk akses
91 18125 15528 85,67
jamban
6. Proporsi pengelolaan
sampah RT memenuhi 53 15532 3581 23,06
syarat
7. Proporsi pengelolaan
limbah cair RT memenuhi 50 15532 5544 35,69
syarat
Kegiatan magang berlangsung selama 6 hari, yaitu dari tanggal 20 Januari
2020 hingga 25 Januari 2020. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan oleh
peneliti, akses jamban penduduk memiliki persentase yang masih dibawah target.
Berikut merupakan data sekunder pencapaian kinerja program kesehatan
lingkungan:

Tabel 1. Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas


Bandongan tahun 2018

Berikut data sekunder yang penulis dapatkan dari Puskesmas Bandongan


mengenai akses jamban sehat di Kecamatan Bandongan :
Tabel 2. Jumlah Akses Jamban Sehat di Kecamatan Bandongan tahun
2018

No Nama Desa Jumlah KK Akses jamban sehat


1. Sukosari 513 499 (97%)
2. Kedungsari 811 703(86%)
3. Salam kanci 1047 684 (65%)
4. Banyuwangi 1649 1577 (95%)
5. Trasan 2034 1761 (86%)
6. Bandongan 2138 1518 (71%)
7. Sukodadi 703 455 (64%)
8. Tonoboyo 1029 766 (74%)
9. Kebonagung 674 443 (65%)
10 Kalegen 822 550 (66%)
.
11 Ngepanrejo 1280 525 (41%)
.
12 Gandusari 1263 1066 (84%)
.
13 Sidorejo 973 919 (94%)
.
14 Rejosari 2050 1945 (94%)
.

Tabel 2. Jumlah Akses Jamban Sehat di Kecamatan Bandongan tahun


2019

Selama satu tahun terakhir menurut data sekunder yaitu pada tabel 1.
didapatkan bahwa masalah jamban sehat masih belum ada desa yang memiliki
pencapaian 100%. Permasalahan ini telah mendapatkan perhatian utama sejak
waktu yang lama tetapi masih saja tidak ada desa yang memiliki pencapaian 100%
ODF. Masih banyak masyarakat di kecamatan Bandongan yang masih belum
memiliki akses ke jamban sehat ataupun memiliki septictank. Keadaan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa penyebab dintaranya ekonomi yang kurang untuk
membangun jamban sehat, kondisi wilayah kecamatan Bandongan yang setiap
desanya dialiri sungai dan persawahan sehingga warga dengan mudah
mendapatkan tempat yang tepat untuk melakukan buang air besar sembarangan,
warga merasa lebih nyaman jika buang air besar di sungai, kebun ataupun
persawahan. Dan masih banyak warga yang sudah mempunyai septictank tetapi
alirannya menuju kali ataupun sungai. Ada juga sebagian warga desa yang
memiliki septictank yang tidak tertutup sehingga masih tidak sesuai syarat jamban
sehat.

Tindakan yang telah dilakukan oleh bagian kesehatan lingkungan


puskesmas adalah verifikasi kesetiap desa melalui kader-kader kesehatan yang
telah di sosialisasikan mengenai jamban sehat sebelumnya. Sehingga kader bisa
mendata di dusunnya ada berapa kk yang masih tidak bisa mengakses jamban
sehat. Melalui data tersebut pihak puskesmas bisa merencanakan tindakan
pemicuan yang akan dilakukan. Berdasarkan data tersebut juga dapat diketahui
lokasi mana yang membutuhkan pemicuan sehingga sanitarian bisa membuat
kesepakatan Bersama tim fasilitator maupun dengan tokoh masyarakat dan
masyarakat setempat. Kurangnya keaktifan kader-kader desa terhadap
pelaksanaan pemicuan sanitasi sehingga sebagian besar pelaksanaan pemicuan
dilakukan oleh penanggungjawab kesehatan lingkungan dari puskesmas.

Selain itu kurangnya jumlah personil, wawasan kader kesehatan tentang


pentingnya jamban sehat dan bagaimana caranya untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap jamban sehat juga menjadi masalah yang menghambat
keberhasilan program ODF. Wawasan kader tentang jamban sehat, belum merata,
hal tersebut disebabkan karena perbedaan tingkat pendidikan kader kader tiap
desa. Desa yang dekat dengan pusat kecamatan memiliki kader dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi sehingga penerimaan serta pemahaman sosialisasi
tentang jamban sehat dan pengaruhnya bisa lebih banyak, sedangkan kader kader
yang berada di perbatasan kecamatan memiliki pendidikan yang rendah dan
penerimaan serta pemahanan akan sosialisasi sanitasi yang diterima kurang.
Program pengelolaan jamban sehat yang termasuk kedalam STBM di
puskesmas melakukan beberapa kegiatan guna mengingkatan keberhasilan
program, seperti :

 Melakukan sosialisasi ODF di desa desa dalam wilayah kecamatan


Bandongan.
 Melakukan promosi kesehatan tentang akibat dari BABS
 Memberikan tabel pendataan untuk mendata KK yang masih belum
mendapatkan akses jamban sehat
 Mengirimkan laporan pendataan ke dinas melalui website dan
langsung
 Melakukan wawancara mendalam untuk menguatkan motivasi
fasilitator setiap desa.
 Melakukan kerjasama lintas program di puskesmas
 Melakukan LOKMIN setiap 3 bulan sekali.
 Melakukan SMD dan MMD di setiap desa.

INPUT Riil Idaman Keterangan


Machine and -masih banyak - Program jamban sehat - Dipertimbangkan
Materials warga yang tidak sudah dilaksanakan sejak melakukan bantuan

-Jamban sehat memiliki jamban bertahun-tahun yang lalu jamban sehat


sehingga kebiasaan dan prosesnya sudah
berjalan tetapi tahun 2019
buang air besar
pencapaiannya masih
sembarangan masih
85,67%. Berdasarkan
ada.
peraturan Menteri No 3
Tahun 2014 sebuah desa
dikatakan sudah mencapai
status SBS adalah Semua
masyarakat telah BAB
hanya di jamban yang
sehat dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya
ke jamban yang sehat
(termasuk di sekolah).
Man Puskesmas Berdasarkan peraturan Dipertimbangkan
Bandongan hanya Menteri No pasal 12 untuk dilakukannya
- PJ Kesling
memiliki satu tentang Sumber daya penambahan tenaga
orang petugas tenaga kesehatan kerja di kesehatan
penanggung jawab lingkungan paling lingkungan
kesehatan sedikit 1 orang yang
lingkungan. memiliki izin sesuai
Sehingga sedikit dengan ketentuan
kerepotan untuk peraturan perundang-
- Kader Kesehatan
menangani seluruh undangan.
kegiatan program Untuk mendukung
kesehatan sumber daya maka
dipertimbangkan
lingkungan menggunakan
Menurut Undang-
tenaga kader
Undang No 36 Tahun
kesehatan sebagai
2009 tentang Kesehatan
penghubung ke
Kader kesehatan di pasal 26 pemerintah
masyarakat desa
desa-desa yang berperan penting dalam
berada di penempatan tenaga
kecamatan kesehatan, mengadakan
bandongan belum dan mendayagunakan
memiliki sesuai dengan
pengetahuan kebutuhan daerah.
tentang jamban Sumber Daya Manusia
sehat yang kurang merata
merupakan salah satu
penyebab terhambatnya
kemajuan kesehatan
lingkungan suatu
daerah.
Methods Penanggungjawab Menurut Peraturan Perlunya
kesehatan Menteri Kesehatan Sosialisasi
- Sosialisasi
melakukan nomor 3 tahun 2014 mengenai jamban
sosialisasi dengan tentang Sanitasi Total sehat terhadap
fasilitator dan Berbasis Masyarakat warga desa yang
membahas solusi (STBM) yaitu untuk berada di
permasalahan meningkatkan derajat kecamatan
kesehatan masyarakat
dan mendukung target
SDG’s (Sustainable
mengenai ODF di Development Goals)
aerahnya masing- atau pembangunan bandongan
masing berkelanjutan yang
ditargetkan akan
dicapai pada tahun
2030
Money Dana APBD untuk Menurut Peraturan Dipertimbangkan

Dana APBD untuk program jamban Mentri Kesehatan untuk

program jamban sehat sehat tidak bisa Republik Indonesia menggunakan dana
mengkover seluruh Nomor 82 Tahun 2015 APBD seminimal
pembuatan jamban tentang Petunjuk Teknis mungkin melalui
sehat tiap warga Penggunaan Dana cara septitank
yang belum Alokasi Khusus Bidang komunal
memiliki jamban Kesehatan, Serta Sarana
dan Prasarana
Penunjang Subbidang
Sarpras Kesehatan
menyebutkan bahwa
pendanaan untuk
kesehatan lingkungan
menurut Pasal 4 ayat 2
merupakan dana alokasi
khusus Kegiatan
Operasional Kesehatan
(BOK) yaitu meliputi
upaya kesehatan
promotif dan preventif.

PROSES
Perencanaan Pelaksanaan Dukungan Evaluasi Hambatan Monitoring
Mengumpulka Mewawancara Pihak Verifikasi Kurangnya Laporan
n informasi i pihak terkait data yang tenaga pertahun data
pemerintah
mengenai data mengenai data ada di fasilitator dan mapping
ODF di seluruh ODF di desa desa serta seluruh desa untuk ODF
desa di Kecamatan melalui verifikasi
kader yang
kecamatan kader jamban
Bandongan Bandongan ada di desa sehat
Sosialisasi Penyuluhan Dukungan Tingkat Kurangnya Laporan
mengenai mengenai dari warga pengetahuan penyuluhan cakupan
jamban sehat pentingnya yang warga yang ODF seluruh
ke seluruh antusias mengenai dilakukan desa di
warga jamban sehat hadir serta jamban pertahunnya kecamatan
kader- sehat Bandongan
kader
kesehatan
yang ada.

OUTPUT

- Penanggungjawab kesehatan lingkungan bersama dengan fasilitator dan kader-


kader kesehatan memantau apakah terjadi peningkatan setelah sosialisasi dan
verifikasi ODF.
- Meningkatnya pengetahuan seluruh warga desa di kecamatan bandongan
mengenai jamban sehat
- Meningkatnya cakupan ODF di seluruh desa di kecamatan Bandongan

3.1.2. Fakta Hasil Wawancara


Ketika penulis melakukan wawancara di kegiatan elektif dengan
penanggungjawab program kesehatan lingkungan Puskesmas Bandongan,
didaoatkan bahwa saat ini permasalahan yang harus diselesaikan dalam
waktu yang dekat adalah terwujudnya Open Defecation Free dengan
adanya jamban sehat. Pemerintah mengharapkan bahwa pada tahun 2020
ini seluruh kecamatan di Magelang harus sudah 100% ODF. Permasalahan
ini masih sulit mencapai angka pencapaian yang seharusnya meningkat
setiap tahunnya. Sulitnya pencapaian ODF menjadi 100% terkait dengan
sumber daya masyarakat yang ada di desa. Berikut masalah jamban sehat
yang masih di bawah target yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
b. Kurang tersedianya bantuan jamban sehat dari pemerintah
c. Kebiasaan warga desa yang masih buang air besar di kebon, sungai,
sawah.
d. Banyak warga desa yang mempunyai septictank tetapi tidak sesuai
syarat dan alirannya menuju sungai ataupun kali
e. Sebagian besar warga desa di kecamtan bandongan memiliki ekonomi
yang rendah
f. Kurangnya motivasi diri dari seluruh warga untuk memperbaiki
perilaku hidup sehat.
g. Sebagian warga masih mempercayai bahwa buang air besar di kolam
untuk pangan ikan lele

Berdasarkan masalah jamban sehat yang didapatkan maka


penanggung jawab kesehatan lingkungan puskesmas bandongan telah
melakukan berbagau cara untuk mengatasi permasalahan terebut. untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat desa maka diadakan sosialisasi dan
penyuluhan tentang jamban sehat. Diharapkan penyuluhan ini akan
meningkatkan motivasi warga desa untuk lebih memperhatikan jambannya
sudah termasuk kategori sehat apa tidak, serta jika ada warga yang tidak
mempunyai jamban bisa mempunyai akses jamban terdekat baik punya
tetangga ataupun jamban umum. Selanjutnya akan diadakan verifikasi
tingkat desa untuk memantau apakah seluruh desa sudah mempunyai akses
jamban sehat. Setelah lulus verifikasi akan dilakukan pelaporan ke dinas
mengenai kelulusan verifikasi dan akan ditinjau oleh tim kedinasan ke
lapangan apakah lulus verifikasi atau tidak. Selain itu puskesmas juga
mengadakan lintas sector dengan seluruh kepala desa mengenai rencana
ODF tahun 2020 yang harus disukseskan serta di bantu oleh seluruh
elemen masyarakat dan pemerintah kecamatan.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan seluruh desa didapatkan
masalah jamban sehat masih menjadi masalah yang sulit diatasi oleh
kader-kader kesehatan. Mereka berpendapat bahwa sumber daya mereka
kurang dan warga tidak percaya jika mereka yang memberi nasehat kepada
warga yang masih belum memiliki jamban sehat. Kader kesehatan sering
sekali masih dianggap sepele dan saannya masih jarang didengarkan oleh
warga. Karena itu masih dibutuhkan tim penanggung jawab kesehatan
lingkungan puskesmas bandongan untuk turut serta mengingatkan secara
personal. Factor lainnya juga berasal dari ekonomi dan beberapa warga
hanya tinggal sendiri di rumah dan masih tidak mempunyai jamban
sehingga masih suka buang air besar sembarangan. Masalah tersebut
menjadikan para kader semakin sulit untuk mewujudkan desa yang ODF.

Saat melakukan wawancara ke warga desa penulis menemukan


bahwa sebagian besar terkait dengan ekonomi yang tidak mencukupi untuk
membuat jamban serta kurangnya daerah untuk membuat septictank.
Sebagian warga belum mengetahui syarat-syarat jamban sehat dan tidak
mengetahui akibat buang air besar sembarangan terhadap kesehatan
lingkungan. Sebagian warga juga mengatakan sudah terbiasa buang air
besar ke sungai ataupun kebon sehingga masih susah untuk merubah
perilaku tersebut

3.2. Rencana Intervensi

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan data sekunder yang didapatkan


penulis maka adapun rencana intervensi yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:

3.2.1 Memberikan penyuluhan mengenai jamban sehat dan ODF


Penyuluhan merupakan media yang dapat menyampaikan
informasi secara bersama dan mudah diterima oleh masyarakat
desa. Diharapkan melalui media penyuluhan masyarakat menjadi
sadar betapa pentingnya mewujudkan desa ODF. Kegiatan ini juga
berfungsi sebagai penyegaran ilmu mengenai pengertian jamban
sehat, syarat jamban sehat, jenis jamban sehat, dan penyakit
berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh buang air besar
sembarangan.
3.2.2 Memberikan leaflet yang berisi Stop buang air besar
sembarangan dan pengetahuan mengenai jamban sehat
Leaflet bisa menjadi media pengingat bagi warga desa dan dapat
dibawa ke rumah. Produk berupa leaflet juga diberikan pada
penanggungjawab program kesehatan lingkungan, baik berupa
hardcopy dan softcopy yang bertujuan agar mudah di perbanyak
dikemudian hari.
3.2.3 Memberikan sticker verifikasi ODF
Penulis juga memberikan sticker yang dapat digunakan ketika
verifikasi ODF tingkat desa. Sehingga rumah yang sudah lulus
memiliki jamban sehat ditandai dengan sticker tersebut. Stiker ini
juga dapat memotivasi warga yang masih belum memiliki jamban
sehat untuk dapat membuat jambannya ataupun mempunyai akses
jamban sehat terdekat.
BAB IV

IV. INTERVENSI DAN HASIL

4.1. Intervensi
Hari pertama program elektif dimulai tanggal 20 Januari 2020, penulis
melakukan wawancara kepada penanggungjawab program Kesehatan
Lingkungan di klinik kesling Puskesmas Bandongan. Sebelum melakukan
wawancara, penulis memperkenalkan diri dan meminta izin untuk berdiskusi.
Kegiatan wawancara ini untuk menentukan gambaran besar program apa saja
yang termasuk kesehatan lingkungan. Tidak terdapat adanya pasien yang ke
klinik kesehatan lingkungan pada hari pertama. Setelah itu penulis beserta
penanggungjawab jesehatan lingkungan membagikan undangan acara
perencanaan ODF ke berbagai instansi pemerintah kecamatan Bandongan.
Instansi pertama yang dikunjungi adalah KUA lalu dilanjutkan ke kantor
kecamatan. Kegiatan yang dilakukan di kantor kecamatan yaitu melakukan
koordinasi terkait acara yang akan dilaksanakan hari selasa yang bertempat di
aula kecamatan bandongan. Selanjutnya hari itu penulis juga mengunjungi desa
sidorejo untuk koordinasi verifikasi ODF yang akan dilaksanakan di desa
tersebut Bersama kepala desa. Setelah itu penulis melakukan wawancara
kepada kader-kader kesehatan di desa gandusari mengenai masalah ODF. Di
desa gandusari juga dilakukan koordinasi Bersama kepala desa untuk
menyiapkan sampel dusun yang akan diverifikasi. Desa yang terakhir di
datangi hari pertama yaitu desa rejosari. Penulis dan penanggungjawab
kesehatan lingkungan mewawancarai dan berkoordinasi Bersama kepala desa
rejosari terkait acara yang dilaksanakan di kantor kecamatan.
Pada hari kedua penulis beserta penanggung jawab kesehatan
lingkungan melaksanakan acara lintas sektor di aula kantor kecamatan
bandongan. Acara ini mengundang semua kepala desa beserta perangkat desa
untuk berdiskusi cara verifikasi dan jadwal deklarasi ODF. Penulis disini
bertugas menjadi notulensi dan merangkum hasil kegiatan hari itu. Didapatkan
berbagai masalah yang diutarakan oleh kepala desa mengenai masing-masing
daerah. Serta membahas anggaran dana yang diberikan oleh pemerintah pusat
untuk mendanai kegiatan ODF.
Pada hari ketiga penulis bersama penanggung jawab kesehatan
lingkungan bertemu penjual warung-warung makan yang ada di kecamatan
bandongan. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan bahan
makanan yang dijual di warung tersebut. Apakah pengolahan makanan sudah
sesuai dengan standar kesehatan ataupun tidak. Peneliti juga bertanya
bagaimana cara penyimpanan bahan makanan jika berlebih apakah disimpan di
kulkas dan berapa lama penyimpanannya. Didapatka penjual tersebut
menggunakan alat masak yang terbuat dari stainless steel bukan kuningan
sehingga aman.
Pada hari ke empat, penulis melakukan pengecekan sanitasi di
ligungan pustu desa kalegen. Mulai dari pH, suhu, dan kadar air yang ada di
pustu tersebut. Peneliti juga bertanya mengenai pembuangan limbah yang ada
di pustu desa kalegen. Ternyata di puskesmas pembantu desa kalegen sudah
tersusun rapi antara limbah infeksius, non infeksius.
Pada hari kelima, penulis mulai membuat materi untuk sosialisasi
jamban sehat serta membuat leaflet dan sticker yang akan dibagikan kepada
kader dan masyarakat di desa. Setelah itu penulis menghubungi pihak-pihak
terkait yang akan diundang dan mendisukusikan terkait konsumsi yang akan
diberikan.
Pada hari ke enam,penulis melakukan sosialisasi kepada para kader
dan masyarakat yang berada di posyandu mengenai pentingnya jamban sehat
dan mewujudkan daerah ODF, kemudian melakukan sesi tanya jawab serta
memberikan leaflet kepada para kader dan masyarakat, agar dapat
membacanya dirumah. Penulis juga memberikan sticker kepada
penanggungjawab kesehatan lingkungan untuk bekal saat verifikasi ODF di
desa.

4.2 Hasil

Kegiatan intervensi yang berupa sosialisasi dan penyuluhan mengenai


jamban sehat sangat didukung oleh kader-kader kesehatan dan masyarakat
yang datang. Dukungan tersebut dapat dilihat dari dukungan yang sangat
banyak dari pihak penaggungjawab program kesehatan lingkungan Puskesmas
Bandongan sebelum berlangsungnya kegiatan intervensi ini, serta sambutan
yang sangat ramah dan semangat dari kader-kader kesehatan desa saat kegiatan
penyuluhan akan dimulai. Petugas penanggungjawab program kesehatan
lingkungan sangat antusias ketika sehari-hari ditemani dalam melaksanakan
tugasnya dan saat akan dilakukannya penyuluhan mengenai jamban sehat,
pembuatan sticker verifikasi ODF dan pembuatan leaflet jamban sehat sehat.
Pihak penaggungjawab program kesehatan lingkungan puskesmas sangat
bersemangat dan mendukung kegiatan intervensi ini karena memang sulitnya
dalam mewujudkan ODF di suatu desa akibat kurangnya pengetahuan warga
mengenai jamban sehat dan selalu dianggap sepele oleh masyarakat desa. Saat
penyuluhan sedang berlangsung dari pihak kader kesehatan desa terlihat sangat
antusias dalam memperhatikan pemaparan dari penulis, saat dibuka sesi tanya
jawab banyak dari kader yang ingin bertanya kepada penulis. Tak lupa pula
dukungan yang sangat banyak datang dari pemerintah desa yang mengatur
jadwal untuk diadakannya sosialisasi dan ketika menerima leaflet mereka
sangat senang sekali.

4.3. Perubahan yang terjadi


Setelah dilakukan kegiatan intervensi mengenai jamban sehat tampak
kader-kader kesehatan di desa lebih bersemangat untuk mengatasi masalah ini.
Sebagian besar kader sudah memiliki solusi untuk masyarakat desanya. Ada
yang berencana untuk mempengaruhi warga yang belum punya septictank
untuk Bersama-sama membuat septictank komunal sehingga biayanya lebih
sedikit disbanding membuat sendiri-sendiri. Terbukanya wawasan masyarakat
mengenai bahayanya buang air besar sembarangan dan lebih termotivasi untuk
mencari jamban sehat.
4.4. Harapan masyarakat

Harapan penanggungjawab program kesehatan lingkungan dengan


adanya penyuluhan dan produk yang telah diberikan dapat mempermudah
kader dalam menjalankan tugasnya, membuka pengetahuan baru bagi
masyarakat yang masih melakukan buang air besar sembarangan sehingga
membantu petugas dalam bekerja. Selain itu kader-kader desa berharap
kegiatan ini tidak berhenti sampai disini dan dijadwalkan rutin setidaknya tiga
bulan sekali. Diharapkan masyarakat desa yang masih memiliki kebiasaan
buang air besar sembarangan dapat mengubah perilakunya dan mengerti apa
akibat dari tindakan yang ia lakukan.
V. PEMBAHASAN

Kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan


seseorang dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Maka dari itu perlunya kita
menjaga kesehatan baik personal maupun komunitas. Lingkungan yang sehat
merupakan salah satu unsur yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Di Indonesia sendiri kesehatan lingkungan masih menjadi masalah
yang sangat penting. Pembangunan kesehatan merupakan usaha yang
dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat di masyarakat (Kemenkes, 2016). Telah
disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyrakat dan mendukung target SDG’s (Sustainable Development Goals). salah
satu dari lima pilar STBM yaitu stop buang air besar sembarangan. untuk
mewujudkan pilar pertama masyarakat harus memiliki akses jamban sehat.

Jamban sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Jamban


didefinisakan sebagai sesuatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja
atau kotoran manusia atau biasa disebut kakus. Pembuangan kotoran yang tidak
sesuai akan dapat mencemari lingkungan terutama dalam mencemari tanah,
sumber air, dan udara (Soedjono, 2016) Keberhasilan program STBM sangat
dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia. Oleh karena perlu dilakukan
standarisasi/kompetensi sumber daya manusia yang terlibat baik dari aspek
kualitas maupun kuantitas. Salah satu bentuk penguatan sumber daya manusia
dalam pendekatan STBM adalah melalui pelatihan fasilitator kabupaten atau
revitaslisasi fasilitator yang sudah ada refreshing (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Penyehatan Lingkungan dan Penyehatan
Lingkungan, & Direktorat Penyehatan Lingkungan, 2012).

Berdasarkan roadmap STBM tahun 2015-2019 target pelaksanaan


program Sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang air
besar sembarang harus mencapai 100% open defacation free (ODF). Tetapi
sampai saat ini di kecamatan bandongan belum ada desa yang mendeklarasikan
daerahnya 100% ODF. Berbagai masalah yang dialami oleh petugas pemerintah,
petugas puskesmas dan masyarakat menyebabkan tidak tercapainya target
tersebut. Berdasarkan Bappenas (2015) akses sanitasi layak mencapai 62%.
Data profil kesehatan (2014) menunjukkan bahwa akses sanitasi layak (jamban
sehat) di Jawa Tengah mencapai 63,2%. Ada kesenjangan untuk memenuhi
target akses universal sanitasi di tahun 2019, sehingga dibutuhkan kerja keras
untuk mencapai angka 100%. Hasil laporan Puskesmas Bandongan sendiri pada
tahun 2018 menunjukkan bahwa sudah 13.374 orang yang memiliki akses jamban
sehat sedangkan masih sekitar 3.620 orang belum memiliki akses ke jamban sehat.

Menurut WHO (2009) terdapat fakta bahwa air bersih, sanitasi, dan
higenitas yang buruk termasuk dalam the leading global risks for burden of
disease. Di negara-negara dengan derajat perekonomian yang rendah masalah air
bersih, sanitasi, dan higiene merupakan faktor risiko terbanyak penyebab penyakit
keempat dengan jumlah korban yang meninggal sebanyak 1,6 juta jiwa (6,1 %).
Di Indonesia, diare juga merupakan penyakit berbasis lingkungan yang memiliki
peranan penting terhadap morbiditas dan mortalitas balita (UNICEF, 2015). Dari
masalah yang diakibatkan oleh perilaku buang air besar sembarangan akan
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia itu sendiri dan dampak
salah satunya yaitu penyakit Diare, terutama pada anak Balita yang rentan
terhadap penyakit (Norihwadziyah, I.V. & Keman, S. 2013). Penelitian
Komarulzaman dkk. (2016) mengungkapkan bahwa kebersihan lingkungan,
ketersediaan fasilitas sanitasi, dan akses terhadap air bersih dapat mengurangi
kejadian diare pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


Keluarga. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Lembaran Negara. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Sekretariat
Negara.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Kementerian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat, Pub. L. No. 3/2014 (2014).

Tentama, F. 2017. Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Demi
Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Jawa
Tengah. Jurnal Pemberdayaan, 1(1), 13–18.

Soedjono, E. S., & Fitriani, N. (2016). Penyediaan Jamban Sehat Sederhana


Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat Di Kelurahan Tambakwedi, Kecamatan Kenjeran, Kota
Surabaya. Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan, 8(1), 36–45.

National Institute of Health Research and Development of Ministry of Health of


the Republic of Indonesia. (2013). The 2013 Indonesia Basic Health Survey
(Riskesdas): National Report. Jakarta.
VI. LAMPIRAN

A. DIARY KEGIATAN ELEKTIF

Hari,
No. Jam Kegiatan Hasil yang
Tanggal didapatkan:
1. Senin 07.00 –
Apel pagi Puskesmas Bandongan.
07.30
20 Januari
2020
Magang di klinik kesehatan
Melihat secara
lingkungan di puskesmas
langsung
bandongan.
07.30 – bagaimana warga

08.00 berkossultasi
mengenai
kesehatan
lingkungan.

08.00 – Melakukan wawancara dan diskusi Mengetahui


09.00 dengan penanggung jawab gambaran
program kesehatan lingkungan program-program
mengenai gambaran besar program apa saja yang ada
kesehatan lingkungan di di bagian
puskesmas Bandongan. kesehatan
lingkungan

09.00 – Menyebarkan undangan terkait Perkenalan


11.00 rapat mengenai ODF di kantor dengan fasilitator
kecamatan bandongan. pemerintah di
kecamatan
bandongan
11.00 – Mewawancarai kepala desa Mengetahui
12.00 sidorejo mengenai kegiatan permasalahan
verifikasi ODF yang akan mengenai ODF
dilaksanakan di tingkat desa. yang ada di desa
sidorejo

12.00- Mewawancarai kepala desa Mengetahui


15.00 Gandusari mengenai kegiatan permasalahan
verifikasi ODF yang akan mengenai ODF
dilaksanakan di tingkat desa. yang ada di desa
gandusari

07.00 – Apel pagi Puskesmas Bandongan.


07.30

07.30- Menyiapkan alat dan tempat


08.00 beserta media untuk rapat di aula
Kantor Kecamatan Bandongan

08.00- Rapat lintas sector mengenai Mendapatkan


11.00 verifikasi ODF tingkat desa di notulensi
kecamatan Bandongan mengenai apbd
program odf dan
Selasa jadwal verifikasi
2. 21 Januari
2020 oleh dinas
kesehatan
11.00- Mengikuti rapat mengenai APBD
12.00 kecamatan bandongan

12.00- Mewawancarai kepala desa Mengetahui data


14.00 Rejosari mengenai data ODF warga yang masih
desanya. belum ODF di
desa gandusari
14.00- Mengambil data sekunder Data sekunder
14.30 mengenai ODF di klinik kesling akses jamban
sehat
07.00 – Mengikuti apel pagi di
Rabu 07.30 Puskesmas Bandongan
3. 22 Januari
2020
07.30- Mencari informasi data sekunder Data sekunder
08.30 mengenai cakupan program cakupan program
kesehatan lingkungan di kesehatan
puskesmas Bandongan lingkungan

08.30- Melakukan inspeksi ke warung Didapatkan hasil


10.30 makan “Griya Hinggil” yang ada wawancara
di kecamatan bandongan mengenai
pengolahan
makanan di
warung tersebut
10.30- Melakukan wawancara mengenai Mengetahui data
12.00 pengambilan data verifikasi ke warga yang
desa Tonoboyo masih belum
ODF di desa
tonoboyo serta
masalah yang
menghambat
terciptanya ODF.
12.00- Melakukan inspeksi ke warung Didapatkan hasil
14.00 makan “Popeye” yang ada di wawancara
kecamatan bandongan mengenai
pengolahan
makanan di
warung tersebut
4. Kamis 07.00 – Apel pagi Puskesmas Bandongan.
07.30
23 Januari
2020
Mengetahui cara
Melakukan pengecekan sanitasi
pengecekan
ke puskesmas pembantu kalegen
sanitasi di
puskesmas
07.30-
pembantu
10.00
kalegen

09.00 – Menyebarkan undangan terkait Perkenalan


11.00 rapat mengenai ODF di kantor dengan fasilitator
kecamatan bandongan. pemerintah di
kecamatan
bandongan
11.00 – Mewawancarai kepala desa Mengetahui
12.00 kedungsari mengenai kegiatan permasalahan
verifikasi ODF yang akan mengenai ODF
dilaksanakan di tingkat desa. yang ada di desa
kedungsari

12.00- Magang di klinik kesehatan Melihat secara


14.00 lingkungan di puskesmas langsung
bandongan.. bagaimana warga
berkossultasi
mengenai
kesehatan
lingkungan
5. Jumat 07.00 – Apel pagi Puskesmas Bandongan.
24 Januari
07.30
2020
07.30- Menyiapkan alat dan tempat
08.00 beserta media untuk rapat di aula
Kantor Kecamatan Bandongan
08.00- Rapat lintas sector mengenai Mendapatkan
11.00 verifikasi ODF tingkat desa di notulensi
kecamatan Bandongan mengenai apbd
program odf dan
jadwal verifikasi
oleh dinas
kesehatan
11.00- Mengikuti rapat mengenai APBD
12.00 kecamatan bandongan

12.00- Mewawancarai kepala desa Mengetahui data


14.00 Rejosari mengenai data ODF warga yang masih
desanya. belum ODF di
desa gandusari
07.00 – Mengikuti apel pagi di
07.30 Puskesmas

07.30- Mempersiapkan alat dan media


08.30 untuk melakukan sosialisasi
penyuluhan ODF
Sabtu
Melakukan penyuluhan dan Didapatkan
6. 25 Januari 08.30-
2020 11.00 sosialisasi ODF capaian tiap
program
kesehatan
lingkungan di
Puskesmas
Bandongan.
11.00- Menyebarkan leaflet ke desa-desa
15.00 yang ada di kecamatan
bandongan

B. PRODUK
Gambar 1. Media penyuluhan tentang ODF

Gambar 2. Produk leaflet Jamban Sehat

Gambar 3. Produk sticker verifikasi ODF


C. DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai