Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENGENAI CUCI


TANGAN DAN PEMAKAIAN ATAU AKSES JAMBAN SEHAT DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI DUSUN SUMBERWARU,
DESA SUMBERKALONG, KECAMATAN KALISAT
PERIODE BULAN DESEMBER 2019 – JANUARI 2020

Disusun Oleh :
dr. Sarah Cinthya Margaretha

Pembimbing :
dr. Andy Maulana Ardiansyah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


ANGKATAN I TAHUN 2019-2020
PUSKESMAS KALISAT KABUPATEN JEMBER
PROVINSI JAWA TIMUR
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan mini project ini diajukan oleh

Nama : dr. Sarah Cinthya Margaretha


Periode Internship : Februari 2019 – Februari 2020
Judul : Hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai cuci tangan
dan pemakaian atau akses jamban sehat dengan kejadian
diare pada anak balita di dusun sumberwaru, desa
sumberkalong, kecamatan kalisat periode bulan desember
2019 – januari 2020.

Jember, Januari 2020

dr. Andy Maulana A.


NIP. 19820302 2010011 013

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas segala berkat karunia, kasih, dan penyertaan yang
dilimpahkan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Mini Project ini
dalam rangka memenuhi persyaratan dalam program Internsip di
Kabupaten Jember mengenai “Hubungan tingkat pengetahuan ibu
mengenai cuci tangan dan pemakaian atau akses jamban sehat dengan
kejadian diare pada anak balita di dusun sumberwaru, desa
sumberkalong, kecamatan kalisat periode bulan desember 2019 –
januari 2020”.

Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan


yang dihadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Andy Maulana
sebagai dokter pembimbing dan dr. Santi Indriasari sebagai Kepala
Puskesmas Kalisat yang membimbing dalam pembuatan Mini Project
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Mini Project ini


masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka
terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
Mini Project ini dapat bermanfaat dan membantu teman sejawat.

Jember, Januari 2020

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii


KATA PENGANTAR............................................................................ iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………...3
1.5 Kerangka Konsep……………………………………………………4
1.6 Hipotesis Penelitian …………………………………………………4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Diare………………………………………………………..5
2.2 Penatalaksanaan Diare………………………………………………11
2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat……………………………………15
2.3.1 Pengertian PHBS………………………………………………15
2.3.2 Indikator Keberhasilan PHBS…………………………………16

2.3.3 Pengertian Cuci Tangan……………………………………….16


2.3.4 Pengertian Jamban Sehat………………………………………19
2.4 Kerangka Teori……………………………………………………...23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………..24
3.2 Populasi dan Sampel………………………………………………...24

3.3 Subjek Penelitian……………………………………………………24


3.4 Teknik pengambilan sampel………………………………………...25
3.5 Lokasi dan waktu penelitian………………………………………...25
3.6 Penentuan Variabel Penelitian………………………………………25

iv
3.7 Definisi/Istilah Operasional…………………………………………26

3.8 Prosedur Penelitian………………………………………………….27


3.9 Analsis Data…………………………………………………………28

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Hasil Penelitian……………………………………………………...29
4.2 Pembahasan…………………………………………………………45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan………………………………………………………….48
5.2 Saran………………………………………………………………...50
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….53
LAMPIRAN……………………………………………………………55

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia adalah


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya seperti
yang tercantum dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 (Kemenkes, 2013). Berbagai macam program telah dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu program yang
dicanangkan pemerintah adalah program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Pelaksanaan Pembinaan PHBS diselenggarakan di
berbagai tatanan kehidupan yaitu di rumah tangga, institusi pendidikan, tempat
kerja dan fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2013).
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang
menggambarkan kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, TUPM, air bersih
dan sarana sanitasi dasar seperti pembuangan air limbah, tempat sampah dan
kepemilikan jamban serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan
kesehatan. (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2013)
Dalam upaya peningkatan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi
dasar di Jawa Timur telah berjalan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) yang terdiri dari 5 pilar, yaitu : 1. Peningkatan akses jamban, 2. Cuci
tangan pakai sabun, 3. Pengolahan air minum dan makanan skala rumah tangga,
4. Pengolahan limbah skala rumah tangga, 5. Pengolahan sampah skala rumah
tangga. (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2013)
Hasil Riskerdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat baru mencapai 38,7 %. Oleh

1
sebab itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 –
2014 menentukan target 70 % rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS pada
tahun 2014.
Hasil kegiatan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga Provinsi Jawa Timur tahun
2013 menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 49,05 %. Hal
tersebut bila dibanding tahun 2012 sebesar 46,11 % mengalami kenaikan
sebesar 2,94 %. (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2013)
Data dari studi dan survei sanitasi, proporsi rumah tangga di Indonesia
yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah 76,2%,
milik bersama sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas BAB atau masih BAB sembarangan (open
defecation) yaitu sebesar 12,9%.
Prevalensi diare berdasarkan diagnosis nakes dan gejala menurut
kab/kota, provinsi jawa timur 2013-2018, terjadi peningkatan prevalensi kasus
diare dari 5,9 % pada tahun 2013 menjadi 7,5 % pada tahun 2018. Sedangkan
prevalensi diare pada balita berdasarkan diagnosis nakes dan gejala menurut
kab/kota, provinsi jawa timur 2013-2018, terjadi peningkatan prevalensi kasus
diare dari 11,3 % pada tahun 2013 menjadi 17,8 % pada tahun 2018. Proporsi
perilaku cuci tangan dengan benar pada penduduk umur ≥10 tahun menurut
kab/kota, provinsi jawa timur 2013-2018, pada tahun 2013 presentase cuci
tangan dengan benar mencapai 38 % dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan
menjadi 51 %. Proporsi perilaku benar dalam buang air besar pada penduduk
≥10 tahun menurut kab/kota, provinsi jawa timur 2013-2018, pada tahun 2013
presentase perilaku benar dalam buang air besar mencapai 57 % dan pada tahun
2018 terjadi peningkatan menjadi 73 %. Perilaku benar dalam buang air besar
adalah buang air besar di jamban. (Riskesdas Jawa Timur, 2018)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), dimana kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

2
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, penyakit diare masih
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian.
Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi, 3
kabupaten, dengan jumlah penderita 198 orang dan kematian 6 orang.Angka
kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan <1%. Diketahui bahwa CFR saat
KLB tahun 2008-2016 masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR
pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB
meningkat menjadi 3,04%.
Menurut hasil laporan penyakit diare di Puskesmas Kalisat pada tahun 2019,
didapatkan bahwa dari total jumlah balita 4.635 dengan target sasaran 781 balita
setiap bulannya satu kecamatan Kalisat. Terdapat 981 kasus diare untuk semua
usia pada tahun 2019. Desa Sumberkalong menyumbang jumlah kasus sebesar
57 kasus untuk diare pada balita sepanjang tahun 2019.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai cuci tangan


dan pemakaian jamban sehat dengan kejadian diare pada anak balita di dusun
sumberwaru, desa sumberkalong, kecamatan kalisat periode desember 2019 –
januari 2020.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan cuci tangan pakai sabun
dan penggunaan jamban sehat terhadap kejadian Diare pada Balita di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong, Kecamatan Kalisat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor perilaku (cuci tangan dan penggunaan jamban
sehat) pada kejadian diare anak balita di Dusun Sumberwaru, Desa
Sumberkalong, Kecamatan Kalisat.
b. Untuk mengetahui frekuensi kejadian Diare pada anak balita di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong, Kecamatan Kalisat.

3
c. Untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan cuci tangan pakai
sabun dan penggunaan jamban sehat terhadap kejadian Diare pada
balita khususnya di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong,
Kecamatan Kalisat
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan dan informasi untuk mengurangi angka kejadian Diare
pada Balita.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi untuk memahami pentingnya cuci tangan dengan sabun
dan pemakaian atau akses jamban sehat dan menurunkan angka kejadian
Diare pada balita.
1.4.3 Bagi Penelitian
Sebagai data dasar dan sumber untuk penelitian lebih lanjut.

1.5. Kerangka Konsep

Pengetahuan Cuci Tangan


Pakai Sabun Ibu
Kejadian Diare pada Anak
Balita
Penggunaan Jamban Sehat
Ibu dan Balita

Variabel Independen Variabel Dependen

1.6. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak terdapat hubungan antara Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun


dan Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Dusun
Sumberwaru.
H1 : Terdapat hubungan antara Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun dan
Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Dusun
Sumberwaru.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare

Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari frekuensi tinja atau


konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya.
Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare
didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari.
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari jumlah tinja dan
penurunan konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa
darah dan atau tanpa lendir di dalam tinja dengan frekuensi ≥ 3 – 5 x perhari,
di mana manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan air dan elektrolit
melalui saluran cerna. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis
dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair
3-5 kali perhari. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare akut dan
diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi kurang dari 2 minggu. Diare
kronik adalah diare yang melanjut hingga 2 minggu atau lebih.
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi,
dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi bila cairan
yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Diare tanpa tanda
dehidrasi terjadi jika kehilangan cairan <5% BB, diare dehidrasi ringan
sedang jika kehilangan cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat jika
kehilangan cairan >10% BB.
Etiologi terjadinya diaer ditinjau dari teori Blum, penyebab diare
dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor pelayanan
kesehatan, faktor lingkungan dan faktor perilaku.
a. Faktor Biologi
Kuman penyebab diare, antara lain:
1. Virus : Rotavirus, Virus Norwalk, Norwalk like virus, Astrovirus,
Calcivirus, dan Adenovirus.
2. Bakteri : Escherichia coli (EPEC, ETEC, EHEC, EIEC), Salmonella,
Shigella, Vibrio cholera 01, Clostridium difficile, Aeromonas

5
hydrophilia, Plesiomonas shigelloides, Yersinia enterocolitis,
Campilobacter jejuni, Staphilococcus aureus, dan Clostridium
botulinum.
3. Parasit : Entamoeba histolytica, Dientamoeba fragilis, Giardia
lamblia, Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp, Isospora belli,
Blastocystis hominis, dan Enterobius vermicularis.
4. Cacing : Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis,
Trichinella spiralis.
5. Jamur : Candidiasis, Zygomycosis, dan Coccidioidomycosis
Adapun faktor malnutrisi antara lain: malabsorbsi karbohidrat
disakarida (pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah
intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, dan malabsorbsi protein. Faktor
makanan yaitu makanan basi, makanan beracun, alergi makanan. Faktor
psikologis yaitu rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
Secara umum, port d’entrée kuman dapat berupa fecal oral. Semua
transmisi ini berhubungan dengan rute gastrointestinal. Hal ini dapat terjadi
karena tertelan makanan, terminum makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi feses yang mengandung bakteri. Invasi pada usus halus
dapat terjadi karena lemahnya pertahanan tubuh pada saluran
gastrointestinal tersebut. Hampir semua kuman masuk melalui jalur ini.
Diantaranya adalah:
1. Bakteri: tertelan/terminum makanan yang terkontaminasi bakteri.
a. Tertelan makanan yang mengandung toksin. Toksin dapat
berasal dari Staphylococcus aureus, Vibrio spp., dan Clostridium
perfrigens. Tertelan ekostoksin (jenis neurotoksin) Clostridium
botulinum.
b. Tertelan organisme yang mensekresikan toksin. Organisme ini
berproliferasi pada lumen usus dan melepaskan enterotoksin.
c. Tertelan organisme yang bersifat enteroinvasif. Organisme ini
berproliferasi, menyerang dan menghancurkan sel epitel mukosa
usus. Misalnya, Escherichia coli, Salmonella spp., Bacillus

6
cereus, Clostridium spp, Vibrio cholerae, Campylobacter,
Yersinia enterocolitica, Staphylococcus aureus.
2. Virus: tertelan melalui makanan. Misalnya, Echovirus, Rotavirus,
Norwalk virus.
3. Protozoa: kista matang yang tertelan/terminum. Misalnya, Entamoeba
histolytica, Balantidium coli, Giardia lamblia, Cryptosporodium
parvum.
4. Jamur: flora normal pada esofagus, akan menginvasi usus pada pasien
yang immunocompromised. Misalnya, Candida albicans.
5. Cacing: tertelan telur matang/larva yang mengkontaminasi makanan
atau minuman. Misalnya, Ascaris lumbricoides, Strongyloides
stercoralis, Trichuris trichiura.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang memicu kepada terjadinya diare adalah:
a. Diagnosis salah
Seringkali terjadi di tingkat puskesmas adalah perawat atau paramedis
yang memeriksa pasien tidak dapat menegakkan diagnosis dengan
benar. Banyak perawat dan paramedis kurang peka dengan dasar MTBS
yang telah diterapkan dan sering memandang enteng dengan penyakit
diare yang sebenarnya mungkin bisa menyebabkan kematian. Kadang
terdapat kejadian perawat atau paramedis gagal untuk mengenal pasti
tingkat keparahan diare dan tanda-tanda bahaya pada pasien diare. Salah
satu penyebab kematian diare paling sering adalah gagalnya terapi
pengobatan oral. Namun, perawat atau paramedis sering gagal untuk
mengetahui gejala ini sehingga pasien terlambat diberikan terapi dan
berujung kepada kematian.
b. Posyandu tidak berjalan
Posyandu adalah antara tempat terbaik untuk memberantas penyakit
karena pihak pemberi layanan kesehatan berada lebih dekat dengan
masyarakat. Namun karena kurangnya minat perawat atau paramedis
yang menyertainya menyebabkan posyandu hanyalah menjadi tempat
untuk ibu-ibu mendapatkan imunisasi untuk bayinya. Seringkali

7
posyandu hanya menjadi tempat berkumpul masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dengan biaya yang murah dimana
seharusnyanya tempat tersebut digunakan perawat atau paramedis untuk
memberikan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang sering
terjadi seperti diare.
c. Kader tidak berwawasan
Kader di suatu kawasan sebenarnya adalah elemen penting untuk
memastikan tingkat kesehatan masyarakat dibawah pengawasannya.
Namun seringkali kader-kader hanya memikirkan imbalan yang di dapat
dari pekerjaannya. Terdapat kader yang tidak mempunyai inisiatif
sendiri untuk melakukan program-program penyuluhan kesehatan atau
malah tidak mempunyai inisiatif untuk mengetahui cara pencegahan
sesuatu penyakit. Hasilnya, mereka hanya menunggu program-program
yang dijalankan puskesmas.
c. Faktor Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar–dasar Kesehatan
Masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan, yang terikat dalam bermacam–macam
ekosistem. Lingkungan hidup manusia sangat erat kaitannya antara host,
agent dan lingkungan untuk timbulnya suatu masalah kesehatan seperti
halnya dengan penyakit diare.
Menurut Azwar (1997) lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi
dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan perkembangan
suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah
lingkungan alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim,
keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik
ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar
manusia, misalnya termasuk faktor sosial budaya, norma, dan adat istiadat.
Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit
dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir
bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan

8
reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit
penyakit lainnya yakni: reservoir manusia, reservoir hewan, dan rerservoir
serangga. Pada reservoir disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia.
Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-
sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit ataupun pejamu.
Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam
menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk. Disebutkan
bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan bibit
penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan.
Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan
seperti timbangan. Disini pejamu dan bibit penyakit berada di ujung masing-
masing tuas, sedangkan lingkungan sebagai penumpangnya.
Menurut Sutomo 1995, sanitasi lingkungan adalah bagian dari
kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha
untuk meniadakan atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan penyakit melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk :
a. Sanitasi air
b. Sanitasi Makanan
c. Pembuangan Sampah
d. Sanitasi Udara
e. Pengendalian vektor dan binatang pengerat
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sanitasi lebih mengutamakan upaya pencegahan.
Bertolak dari pemikiran di atas dapat disimpulkan beberapa gatra
lingkungan akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
d. Faktor Perilaku
Faktor perilaku memberi peran yang besar dalam terjadinya kasus diare
di sesuatu daerah. Antara perilaku yang dapat menyebabkan diare adalah:
a. Tidak mencuci tangan sebelum makan
Ditempat tempat dimana mencuci tangan merupakan praktek umum
yang dilakukan sehari-hari, dan banyak terdapat sabun dan air bersih, orang

9
tidak menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun. Para staf
kesehatan sepenuhnya mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan
sabun, namun hal ini tidak dilakukan karena ketiadaan waktu (tidak
sempat), kertas untuk pengeringnya kasar, penggunaan sikat yang
menghabiskan waktu dan lokasi wastafel yang jauh dimana tangan harus
berkali-kali dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan sehingga
merepotkan.
Pencucian tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya
membutuhkan banyak sekali sabun dan air untuk memperoleh busa dan
saat telapak tangan digosok secara sistematis dalam kurun waktu 15-20
detik dengan teknik mengunci antar tangan, setelah tangan dikeringkan pun
para tenaga medis tidak diperkenankan untuk mematikan air atau membuka
pegangan pintu, apabila hal ini mereka harus lakukan, tangan harus
dilidungi dengan kertas tisyu atau handuk kering bersih.
Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan
mencuci tangan secara benar dengan sabun dapat menurunkan separuh dari
penderita diare. Komunitas yang mendapatkan intervensi dan komunitas
pembanding yang mirip tapi tidak mendapatkan intervensi menunjukkan
bahwa jumlah penderita diare berkurang separuhnya.
Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare,
penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan
menggunakan data elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan
bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan
intervensi adalah 95 persen menderita diare, dan mencuci tangan degan
sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47 persen.
b. Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 0-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
c. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini. Memudahkan
pencemaran oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.

10
d. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman
akan berkembang biak.
e. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar
dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di
rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal
sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

2.2 Penatalaksanaan Diare

Ada beberapa prinsip penatalaksanaan penderita diare, yaitu:


1. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan banyak minum, menggunakan
cairan rumah tangga yang dianjurkan misalnya kuah tajin, air sup, kuah
sayur.
2. Mengobati dehidrasi ringan dan sedang dengan pemberian oralit.
Apabila terdapat dehidrasi berat maka sebaiknya dirujuk ke Rumah
Sakit.
3. Tetap memberi makanan sebagai sumber gizi. Cairan dan makanan yang
diberikan sesuai anjuran seperti ASI, susu formula, anak usia 6 bulan
atau lebih makanan mudah dicerna sedikit-sedikit tapi sering.
4. Mengobati masalah lain. Sesuai indikasi utamakan rehidrasi.
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih
atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat
melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah
pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

11
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,
artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak
memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius
perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan
parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Dalam penatalaksanaan diare, juga sangat bergantung pada derajat
dehidrasi diare yang diderita oleh penderita. Maka dari itu perlu untuk
mengetahui derajat dehidrasi terlebih dahulu sebelum memberikan terapi.

Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi

Penilaian A B C

1. Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum atau
tidak haus Minum banyak tidak bisa minum
2. Periksa
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
3. Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat.
Dehidrasi ringan/sedang. Bila ada 1 tanda *
Bila ada tanda * ditambah satu atau
lebih tanda lain

12
ditambah satu atau
lebih tanda lain
4. Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Gambar 2.1 Rencana Terapi A pada Diare

13
Gambar 2.2 Rencana Terapi B pada Diare

14
Gambar 2.3 Rencana Terapi C pada Diare

2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.3.1. Pengertian PHBS

Menurut Kemenkes (2013) PHBS adalah sekumpulan perilaku yang


dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Sedangkan menurut Proverawati
(2011) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS merupakan cerminan
pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan
seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan dilakukan atas perilaku

15
kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan
kesehatan di masyarakat.

2.3.2. Indikator Keberhasilan PHBS

Menurut Kemenkes (2013) suatu tatanan institusi pendidikan telah


berhasil mewujudkan program PHBS jika telah terdapat indikator sebagai
berikut :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI Ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jambar sehat
7. Memberantas jentik didalam rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok didalam rumah

2.3.3. Pengertian Cuci Tangan

Menurut Kemenkes (2007), mencuci tangan adalah proses yang


secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air, yang bertujuan mencegah penularan
penyakit infeksi. Sedangkan menurut WHO (2009), mencuci tangan adalah
istilah umum yang mengacu untuk setiap tindakan membersihkan tangan.

2.3.3.1. Waktu yang dianjurkan untuk mencuci tangan

Kedua tangan kita selalu terlibat dalam setiap aktifitas kita. Tangan
yang kotor akan memudahkan mikroorganisme pathogen masuk ke tubuh
kita. Ada beberapa aktifitas kita yang mengharuskan kita untuk melakukan
cuci tangan setelah maupun sebelum kita melakukan aktifitas tersebut.

16
Dalam program PHBS waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah
(Kemenkes RI, 2011) :
a. Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum memegang makanan
c. Setelah buang air besar dan juga air kecil
d. Setelah menyentuh unggas/hewan, termasuk unggas/hewan piaraan
e. Setelah bermain/berolahraga
f. Sebelum mengobati luka
g. Sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari – jari
ke dalam mulut
atau mata
h. Setelah membuang ingus dan membuang sampah
i. Setelah memegang uang
j. Setelah memegang sarana umum
k. Sebelum masuk kelas
l. Sebelum masuk kantin
Beberapa waktu tersebut perlu kita biasakan kepada anak sekolah agar
menjadi kebiasaan yang baik setelah mereka dewasa nanti.

2.3.3.2. Langkah cuci tangan pakai sabun

Cuci tangan pakai sabun tentunya tidak hanya menggosokkan sabun


pada tangan kita kemudian kita bilas dengan air, tetapi cuci tangan pakai
sabun yang benar harus mengikuti beberapa langkah. Menurut Kemenkes
(2007) dalam program PHBS, mencuci tangan dengan sabun ada 5 langkah
sebagai berikut :
1. Basahi tangan seluruhnya dengan air mengalir
2. Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela-sela jari
3. Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4. Bilas tangan dengan air bersih mengalir
5. Keringkan tangan dengan handuk, tissue atau dianginkan

17
Kelima langkah tersebut sebaiknya dilakukan sekitar 20 detik. Berikut ini
adalah gambar mencuci tangan pakai sabun dengan 5 langkah standar
depkes.

Gambar 2.4 Cuci Tangan Pakai Sabun Standar Depkes

Sedangkan menurut WHO (2009), mencuci tangan dengan sabun ada 11


langkah yaitu :
1. Setelah tangan di basahi dengan air, tuangkan sabun secukupnya
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung dan sela - sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari
5. Jari – jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya

18
8. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
9. Keringkan tangan dengan handuk, tissu sekali pakai sampai kering
10. Gunakan handuk /tissu tersebut untuk menutup kran
11. Tangan anda kini sudah bersih dan aman
Berikut ini adalah gambar mencuci tangan dengan sabun menurut WHO
yang terdiri dari 11 langkah :

Gambar 2.5 Gambar Mencuci Tangan Standar WHO

2.3.4. Pengertian Jamban Sehat

Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang


mencegah kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan
tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga ataupun
binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, dan konstruksi
dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.
Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga
adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan
mengumpulkan kotoran/najis manusia yang lazim disebut jamban atau WC
sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak

19
menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan
pemukiman.

2.3.4.1 Manfaat dan Fungsi Jamban


Terdapat beberapa alasan diharuskannya penggunaan jamban,yaitu:
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yan ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit
saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa
hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

2.3.4.2. Kriteria Jamban Sehat


Jamban Sehat (improved latrine) merupakan fasilitas pembuangan tinja
yang memenuhi syarat:
1. Tidak mengkontaminasi badan air.
2. Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.
3. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat
atau serangga vektor lainnya termasuk binatang.
4. Menjaga buangan tidak menimbulkan bau
5. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi
pengguna

2.3.4.3. Jenis-jenis jamban


Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain:
1. Jamban cubluk (pit privy)

20
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya
diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah
pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu,
dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.

Gambar 2.6 Jamban cubluk


2. Jamban cemplung berventilasi (ventilated improved pit latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan
ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat
dari bambu.

Gambar 2.7 Jamban cubluk berventilasi

21
3. Jamban empang (fish pond latrine)
Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang
memungkinkan terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang
mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.

Gambar 2.8 Jamban empang


4. Jamban pupuk (the compost privy)
Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih dangkal
galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang,
sampah, dan daun-daunan.
5. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi
syarat. Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam
pembuangan untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga
yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki
hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank
merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi
memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang
luas.
Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan
digunakan pembagian 3 jenis jamban, yaitu:

22
1. Jamban Leher Angsa
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada
leher angsa adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya
lalat dan kecoa.
2. Jamban Cemplung
Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk
mengurangi bau serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban
perlu ditutup.
3. Jamban Plengsengan
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu
juga ditutup

2.4 Kerangka Teori

23
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survei yang bersifat


observasional dengan pendekatan longitudinal, yaitu studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dimana cara pengambilan data
variabel bebas dan variabel tergantung akan dilakukan follow-up dalam kurun
waktu tertentu.

3.2. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bayi usia 0 – 5 tahun yang
bertempat tinggal di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong atau yang melakukan
kunjungan pada saat dilakukan kegiatan posyandu balita di Desa Sumberkalong
pada rentang waktu Desember 2019 – Januari 2020.
2. Besar Sampel

Besar sampel yang didapatkan melalui data posyandu Dusun Sumberwaru,


Desa Sumberkalong serta saat kunjungan posyandu di Desa Sumberkalong, yakni
sebesar 40 orang.

3.3 Subjek penelitian

Subjek penelitian disini adalah Seluruh bayi usia 0 – 5 tahun yang terdaftar
di posyandu Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong dan atau datang kontrol ke
Posyandu Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong pada rentang waktu Desember
2019 – Januari 2020

24
3.4. Teknik dan Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sample pada penilitian ini berupa Total sampling.


(Notoatmojo, 2010).

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu balita Dusun Sumberwaru, Desa


Sumberkalong, Puskesmas Kalisat pada rentang waktu Desember 2019 – Januari
2020.

3.6. Penentuan Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel bebas/independen pada penelitian ini adalah perilaku cuci tangan


pakai sabun dan penggunaan jamban sehat pada Balita yang terdaftar di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong dan atau yang datang kontrol ke Posyandu
Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong pada rentang waktu Desember 2019 –
Januari 2020.
2. Variabel Dependen

Variabel terikat/dependen pada penelitian ini adalah frekuensi kejadian


Diare Balita yang terdaftar di posyandu Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong
dan atau datang kontrol ke Posyandu Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong pada
rentang waktu Desember 2019 – Januari 2020.

25
3.7. Definisi/Istilah Operasional

Tabel 3.1 Tabel definisi/istilah operasional

Definisi Indikator
No. Variabel Alat Ukur Skala
Operasional Penilaian
1. Cuci Proses yang Data cuci 1. Jika Nominal
Tangan secara mekanis tangan pakai mencuci
Pakai melepaskan sabun tangan dengan
Sabun kotoran dan didapatkan sabun dan air
debris dari kulit melalui mengalir dan
tangan dengan wawancara dan atau
menggunakan praktek oleh menggunakan
sabun biasa dan ibu dengan 6 langkah
air, yang ceklist cuci tangan.
bertujuan kuisioner. 2. Jika
mencegah mencuci
penularan tangan tidak
penyakit infeksi. dengan sabun
dan air
mengalir dan
atau tidak
menggunakan
6 langkah
cuci tangan.
2. Jamban Tempat fasilitas Data jamban 1. Jika Nominal
Sehat pembuangan sehat menggunakan
tinja yang didapatkan jamban Sehat
mencegah melalui dan atau
kontaminasi ke wawancara mempunyai
badan air, kepada ibu akses
mencegah dengan ceklist menggunakan
kontak antara kuisioner. jamban sehat.
manusia dan 2. Jika tidak
tinja, membuat menggunakan
tinja tersebut jamban Sehat
tidak dapat dan atau tidak
dihinggapi mempunyai
serangga akses
ataupun binatang menggunakan
lainnya, jamban sehat.
mencegah bau
yang tidak
sedap, dan
konstruksi
dudukannya
dibuat dengan

26
baik, aman dan
mudah
dibersihkan.
3. Kejadian Jumlah kejadian Data kuisioner 1. Dinyatakan Nominal
Diare berak lembek yang diberikan Diare jika berak
cair sampai cair pada setiap ibu lembek cair
3-5 kali perhari yang bayinya dengan
yang terjadi pada menjadi frekuensi 3-5
anak usa 0 – 5 sampel kali perhari
tahun. penelitian dan 2. Dinyatakan
data sekunder Tidak Diare jika
posyandu tidak berak
Sumberkalong lembek cair
dan puskesmas dengan
kalisat. frekuensi 3-5
kali perhari

3.8. Prosedur Penelitian/Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara dan pengisian kuisioner
oleh peneliti serta data sekunder didapatkan dari laporan diare puskesmas
kalisat dan posyandu Desa Sumberkalong.

2. Langkah dan Teknik/Prosedur Pengumpulan data

Penelitian dilakukan di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong pada


rentang waktu Desember 2019 – Januari 2020. Peneliti akan melakukan
pemilihan responden dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi,
kemudian peneliti akan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner kepada
setiap ibu dari subjek penelitian serta pengambilan data dari posyandu balita.

3. Alur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan


longitudinal. Penelitian ini dimulai dengan menentukan rumusan masalah dan
menentukan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan studi literatur mengenai
Cuci tangan pakai sabun, jamban sehat dan kejadian Diare. Setelah itu, peneliti

27
menentukan populasi yaitu bayi usia 0 – 5 tahun yang terdaftar di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong dan atau datang kontrol ke Posyandu Desa
Sumberkalong pada Rentang waktu Desember 2019 – Januari 2020. Peneliti
lalu melakukan wawancara dan pengisian kuisioner kepada sampel dan di
lakukan follow-up kepada sampel pada posyandu berikutnya, Terakhir
dilakukan pengolahan data, interpretasi dan pengambilan kesimpulan.

3.9. Analisis Data

Data-data yang diperoleh akan dilakukan editing dan coding,


kemudian di analisis dengan uji Chi Square yang dimasukkan ke program
Statistical Package for Social Science (SPSS) 23 for windows untuk diolah
lebih lanjut. Analisis dilakukan dengan uji Chi Square yang kemudian
dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi.

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Univariat


Penelitian ini dilakukan di Dusun Sumberwaru, Desa
Sumberkalong, Kecamatan kalisat dengan menganalisis data primer yaitu
kuisioner dengan metode wawancara pada ibu responden pada posyandu
Balita selama periode 02 Desember 2019 – 10 Januari 2020. Didapatkan
subjek penelitian sebanyak 40 responden yang memnuhi kriteria inklusi.

Table 4.1 Data Distribusi Usia Balita Responden Penelitian.

Usia Frekuensi Persen


0-6 Bulan 9 22.5
7-12 Bulan 6 15.0
13-36 Bulan 18 45.0
37-60 Bulan 7 17.5
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 responden,


9 responden berusia 0-6 Bulan (22,5%), 6 responden berusia 7-12 Bulan
(15%), 18 responden berusia 13-36 Bulan (45%), dan 7 responden berusia
37-60 bulan (17,5%).

Usia Balita
20 18

15

10 9
7
6
5

0
0-6 Bulan 6-12 Bulan 13-36 Bulan 37-60 Bulan

Usia Balita

Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Usia Balita Responden Penelitian

29
Tabel 4.2 Data Distribusi Jenis Kelamin Responden Penelitian

Jenis Kelamin Frekuensi Persen


LLaki-laki 17 42.5
Perempuan 23 57.5
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 responden,


17 responden berjenis kelamin laki-laki (42,5%) dan 23 responden berjenis
kelamin perempuan (57,5%)

Jenis kelamin
25 23

20
17

15

10

0
Laki-laki Perempuan

Jenis kelamin

Gambar 4.2 Diagram Batang Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.3 Data Distribusi Usia Ibu Responden

Usia Ibu Frekuensi Persen


17-25 tahun 17 42.5
26-30 Tahun 6 15.0
> 31 thn 17 42.5
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 17 ibu responden berusia 17-25 tahun (42,5%), 6 ibu responden

30
berusia 26-30 tahun (15%), dan 17 ibu responden berusia lebih dari 31 tahun
(42,5%).

Usia Ibu
20 17 17

15

10
6
5

0
17-25 Tahun 26-30 Tahun > 31 Tahun

Usia Ibu

Gambar 4.3 Diagram Batang Frekuensi Usia Ibu Responden

Tabel 4.4 Data Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Responden

Tingkat
Pendidikan Ibu Frekuensi Persen
SD 26 65.0
SMP 7 17.5
SMA 7 17.5
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 26 ibu responden mempunyai tingkat pendidikan SD (65%), 7
ibu responden mempunyai tingkat pendidikan SMP (17,5%), dan 7 ibu
responden mempunyai tingkat pendidikan SMA (17,5%).

31
Tingkat Pendidikan Ibu
30
26
25
20
15
10 7 7
5
0
SD SMP SMA

Tingkat Pendidikan Ibu

Gambar 4.4 Diagram Batang Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Responden

Tabel 4.5 Data Distribusi Kepemilikan atau Akses Jamban

Kepemilikan atau Akses Jamban Frekuensi Persen


Terdapat Jamban atau akses ke
16 40.0
Jamban Sehat
Tidak terdapat Jamban atau
24 60.0
akses ke Jamban Sehat
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 16 responden mempunyai jamban atau akses ke Jamban (40%),
dan 24 responden tidak mempunyai jamban ataupun akses ke jamban (60%).

32
Kepemilikan atau Akses Jamban
30

25 24

20
16
15

10

0
Terdapat Jamban atau akses ke Jamban Tidak terdapat Jamban atau akses ke Jamban
Sehat Sehat

Kepemilikan atau Akses Jamban

Gambar 4.5 Diagram Batang Frekuensi Kepemilikan atau Akses Jamban

Tabel 4.6 Data Distribusi Kepemilikan atau Akses Jamban Post Intervensi

Frekuensi Persen
Terdapat Jamban atau akes ke
16 40.0
Jamban
Tidak terdapat Jamban atau
24 60.0
akses ke Jamban
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 16 responden mempunyai jamban atau akses ke Jamban (40%),
dan 24 responden tidak mempunyai jamban ataupun akses ke jamban (60%).

33
Kepemilikan atau Akses Jamban Post Intervensi
30

24
25

20
16
15

10

0
Terdapat Jamban atau akses ke Jamban Tidak terdapat Jamban atau akses ke
Sehat Jamban Sehat

Kepemilikan atau Akses Jamban

Gambar 4.6 Diagram Batang Frekuensi Kepemilikan atau Akses Jamban

Tabel 4.7 Data Distribusi Pengetahuan Ibu Mengenai Cuci Tangan Pakai
Sabun

Pengetahuan Ibu Mengenai


Frekuensi Persen
Cuci Tangan Pakai Sabun
Mengetahui 6 langkah cuci
16 40.0
tangan pakai sabun
Tidak mengetahui 6 langkah
24 60.0
cuci tangan pakai sabun
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 16 responden mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai sabun
(40%), dan 24 responden tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai
sabun (60%).

34
Pengetahuan Cuci Tangan
30

25 24

20
16
15

10

0
Mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai Tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan
sabun pakai sabun

Pengetahuan Cuci Tangan

Gambar 4.7 Diagram Batang Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Cuci
Tangan

Tabel 4.8 Data Distribusi Pengetahuan Ibu Mengenai Cuci Tangan Pakai
Sabun Post Intervensi

Frekuensi Persen
Mengetahui 6 langkah cuci
29 72.5
tangan pakai sabun
Tidak mengetahui 6 langkah
11 27.5
cuci tangan pakai sabun
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 29 responden mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai sabun
(72,5%), dan 11 responden tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai
sabun (27,5%).

35
Pengetahuan Cuci Tangan Post Intervensi
35
29
30

25

20

15
11
10

0
Mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai Tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai
sabun sabun

Pengetahuan Cuci Tangan

Gambar 4.8 Diagram Batang Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Cuci
Tangan Post Intervensi

Tabel 4.9 Data Distribusi Angka Kejadian Diare Balita

Angka Kejadian Diare Balita Frekuensi Persen


Pernah mengalami diare
26 65.0
dalam 1 hari 3x
Tidak pernah mengalami diare
14 35.0
dalam 1 hari 3x
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 14 responden tidak pernah mengalami diare dengan frekuensi 3x
diare dalam satu hari (35%), dan 26 responden pernah mengalami diare
dengan frekuensi 3x diare dalam satu hari (65%).

36
Angka Kejadian Diare
30
26
25

20
14
15

10

0
Pernah mengalami diare dalam 1 hari 3x Tidak pernah mengalami diare dalam 1 hari
3x

Angka Kejadian Diare

Gambar 4.9 Diagram Batang Angka Kejadian Diare Balita

Tabel 4.10 Data Distribusi Angka Kejadian Diare Balita Post Intervensi

Diare Post Intervensi


Frekuensi Persen
Pernah mengalami diare dalam
7 17.5
1 hari > 3x
Tidak pernah mengalami diare
33 82.5
dalam 1 hari > 3x
Total 40 100.0

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total sampel 40 ibu


responden, 7 responden pernah mengalami diare dengan frekuensi 3x diare
dalam satu hari (17,5%), dan 33 responden tidak pernah mengalami diare
dengan frekuensi 3x diare dalam satu hari (82,5%).

37
Angka Kejadian Diare Post Intervensi
35 33

30

25

20

15

10 7
5

0
Pernah mengalami diare dalam 1 hari > 3x Tidak pernah mengalami diare dalam 1 hari > 3x

Angka Kejadian Diare Post Intervensi

Gambar 4.10 Diagram Batang Angka Kejadian Diare Balita Post Intervensi

4.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.11 Data Analisis Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan


Cuci Tangan Ibu dengan Kejadian Diare

DIARE
Tidak pernah Pernah
mengalami mengalami Total
diare dalam 1 diare dalam 1
hari 3x hari 3x
Mengetahui 6 langkah
1 15 16
cuci tangan pakai sabun
CUCI
Tidak mengetahui 6
TANGAN
langkah cuci tangan 13 11 24
pakai sabun
Total 14 26 40

Dari hasil tabulasi silang, didapatkan hasil dari 40 balita yang


menjadi responden, terdapat 16 responden yang mengetahui 6 langkah
cuci tangan namun hanya 1 responden (6,25%) yang mengetahui 6 langkah
cuci tangan dan tidak mengalami diare, 15 responden lain (93,75%)
mengetahui 6 langkah cuci tangan dan mengalami diare. Terdapat 24

38
responden yang tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan, ada 13 responden
(54,16%) yang tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan dan tidak
mengalami diare, 11 responden (45,84%) yang tidak mengetahui 6 langkah
cuci tangan dan mengalami diare.

Tabel 4.12 Data Analisis Chi Square Hubungan Tingkat Pengetahuan Cuci
Tangan Ibu dengan Kejadian Diare

Asymptotic
Value df Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 9.689a 1 .002
Continuity Correctionb 7.697 1 .006
Likelihood Ratio 11.210 1 .001
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
9.446 1 .002
Association
N of Valid Cases 40

Hasil uji Chi-Square pada tabel diatas dapat dilihat p-value/Sig =


0,002 (p < 0,05) yang artinya H0 ditolak, yaitu terdapat hubungan antara
kedua variabel. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu mengenai cuci tangan dengan kejadian diare pada
Balita usia 0 – 60 bulan di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong.

Tabel 4.13 Data analisis Cramer’s V Hubungan Tingkat Pengetahuan Cuci


Tangan Ibu dengan Kejadian Diare

Approximate
Value
Significance
Phi -.492 .002
Nominal by Nominal
Cramer's V .492 .002
N of Valid Cases 40

39
Hasil Uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V pada tabel di
atas dapat dilihat p-value/Sig = 0,002 (p < 0,05) dan C = 0,492 yang
artinya terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi, dapat dikatakan
bahwa ada hubungan moderat antara cuci tangan dengan kejadian diare.

Tabel 4.14 Data Analisis Tabulasi Silang Hubungan kepemilikan atau Akses
Jamban dengan Kejadian Diare

DIARE
Tidak pernah Pernah
mengalami mengalami Total
diare dalam diare dalam 1
1 hari 3x hari 3x
Terdapat Jamban atau
2 14 16
akses ke Jamban Sehat
JAMBAN
Tidak terdapat Jamban
SEHAT
atau akses ke Jamban 12 12 24
Sehat
Total 14 26 40

Dari hasil tabulasi silang, didapatkan hasil dari 40 balita yang


menjadi responden, terdapat 16 responden yang mempunyai jamban atau
akses ke jamban dan terdapat 2 responden (12,5%) yang mempunyai
jamban atau akses ke jamban dan tidak pernah mengalami diare, 14
responden lain (87,5%) yang mempunyai jamban atau akses ke jamban dan
pernah mengalami diare. Terdapat 24 responden yang tidak mempunyai
jamban atau akses ke jamban, ada 12 responden (50%) yang tidak
mempunyai jamban atau akses ke jamban dan tidak pernah mengalami
diare, 12 responden (50%) yang tidak mempunyai jamban atau akses ke
jamban dan pernah mengalami diare.

40
Tabel 4.15 Data Analisis Chi Square Hubungan kepemilikan atau Akses
Jamban dengan Kejadian Diare

Asymptotic
Value df Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 5.934a 1 .015
Continuity Correctionb 4.400 1 .036
Likelihood Ratio 6.468 1 .011
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
5.786 1 .016
Association
N of Valid Cases 40

Hasil uji Chi-Square pada tabel diatas dapat dilihat p-value/Sig =


0,015 (p < 0,05) yang artinya H0 ditolak, yaitu terdapat hubungan antara
kedua variabel. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara
kepemilikan atau akses ke jamban dengan kejadian diare pada Balita usia
0 – 60 bulan di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong.

Tabel 4.16 Data analisis Cramer’s V Hubungan kepemilikan atau Akses


Jamban dengan Kejadian Diare

Approximate
Value
Significance
Nominal by Phi -.385 .015
Nominal Cramer's V .385 .015
N of Valid Cases 40

Hasil Uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V pada tabel di


atas dapat dilihat p-value/Sig = 0,015 (p < 0,05) dan C = 0,385 yang
artinya terdapat hubungan sedang antara kedua variabel. Jadi, dapat
dikatakan bahwa ada hubungan moderat antara kepemilikan atau akses
jamban dengan kejadian diare.

41
Tabel 4.17 Data Analisis Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Pengetahuan Cuci Tangan

PENDIDIKAN IBU
Total
SD SMP SMA
Mengetahui 6 langkah
10 1 5 16
cuci tangan pakai sabun
CUCI
Tidak mengetahui 6
TANGAN
langkah cuci tangan 16 6 2 24
pakai sabun
Total 26 7 7 40

Dari hasil tabulasi silang, didapatkan hasil dari 40 balita yang


menjadi responden, terdapat 16 responden yang mengetahui cuci tangan 6
langkah pakai sabun diantarannya, 10 responden dengan tingkat
pendidikan SD (62,5%), 1 responden dengan tingkat pendidikan SMP
(6,25%), dan 5 responden dengan tingkat pendidikan SMA (31,25%).
Terdapat 24 responden yang tidak mengetahui cuci tangan 6 langkah pakai
sabun diantarannya, 16 responden dengan tingkat pendidikan SD
(66,67%), 6 responden dengan tingkat pendidikan SMP (25%), 2
responden dengan tingkat pendidikan SMA (8,33%).

Tabel 4.18 Data Analisis Chi Square Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Pengetahuan Cuci Tangan

Asymptotic
Value df Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 4.835a 2 .089
Likelihood Ratio 5.077 2 .079
Linear-by-Linear
1.145 1 .285
Association
N of Valid Cases 40

42
Hasil uji Chi-Square pada tabel diatas dapat dilihat p-value/Sig =
0,089 (p > 0,05) yang artinya H0 diterima, yaitu tidak terdapat hubungan
antara kedua variabel. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan cuci tangan
6 langkah di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong.

Tabel 4.19 Data analisis Cramer’s V Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu


dengan Pengetahuan Cuci Tangan

Approximate
Value
Significance
Nominal by Phi .348 .089
Nominal Cramer's V .348 .089
N of Valid Cases 40

Hasil Uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V pada tabel di


atas dapat dilihat p-value/Sig = 0,089 (p > 0,05) dan C = 0,348 yang
artinya terdapat hubungan sedang antara kedua variabel. Jadi, dapat
dikatakan bahwa ada hubungan moderat antara Tingkat pendidikan ibu
dengan pengetahuan cuci tangan ibu.

Tabel 4.20 Data Analisis Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Kepemilikan atau Akses Ke Jamban

PENDIDIKAN IBU
Total
SD SMP SMA
Terdapat Jamban atau
9 2 5 16
akses ke Jamban Sehat
JAMBAN
Tidak terdapat Jamban
SEHAT
atau akses ke Jamban 17 5 2 24
Sehat
Total 26 7 7 40

Dari hasil tabulasi silang, didapatkan hasil dari 40 balita yang


menjadi responden, terdapat 16 responden yang mempunyai jamban atau

43
akses jamban diantarannya, 9 responden dengan tingkat pendidikan SD
(56,25%), 2 responden dengan tingkat pendidikan SMP (12,5%), dan 5
responden dengan tingkat pendidikan SMA (31,25%). Terdapat 24
responden yang tidak mempunyai jamban atau akses jamban diantarannya,
17 responden dengan tingkat pendidikan SD (70,83%), 5 responden
dengan tingkat pendidikan SMP (20,83%), 2 responden dengan tingkat
pendidikan SMA (8,34%).

Tabel 4.21 Data Analisis Chi Square Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Kepemilikan atau Akses Ke Jamban

Asymptotic
Value df Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 3.576a 2 .167
Likelihood Ratio 3.548 2 .170
Linear-by-Linear
2.196 1 .138
Association
N of Valid Cases 40

Hasil uji Chi-Square pada tabel diatas dapat dilihat p-value/Sig =


0,167 (p > 0,05) yang artinya H0 diterima, yaitu tidak terdapat hubungan
antara kedua variabel. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kepemilikan atau akses ke
Jamban di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong.

Tabel 4.22 Data analisis Cramer’s V Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu


dengan Kepemilikan atau Akses Ke Jamban

Approximate
Value Significance
Nominal by Phi .299 .167
Nominal Cramer's
.299 .167
V
N of Valid Cases 40

44
Hasil Uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V pada tabel di
atas dapat dilihat p-value/Sig = 0,167 (p > 0,05) dan C = 0,299 yang
artinya terdapat hubungan lemah antara kedua variabel. Jadi, dapat
dikatakan bahwa ada hubungan lemah antara Tingkat pendidikan ibu
dengan kepemilikan atau akses ke Jamban.

4.3 Pembahasan

Penelitian cross sectional telah dilakukan pada total responden


sebanyak 40 responden usia 0 – 60 Bulan di Dusun Sumberwaru, Desa
Sumberkalong, Kecamatan Kalisat. Didapatkan dari total sampel 40
responden, 9 responden berusia 0-6 Bulan (22,5%), 6 responden berusia 7-
12 Bulan (15%), 18 responden berusia 13-36 Bulan (45%), dan 7 responden
berusia 37-60 bulan (17,5%). Dari jumlah tersebut, didapatkan dari total
sampel 40 ibu responden, 16 responden mengetahui 6 langkah cuci tangan
pakai sabun (40%), dan 24 responden tidak mengetahui 6 langkah cuci
tangan pakai sabun (60%), dan untuk kepemilikan jamban atau akses
jamban didapatkan 16 responden mempunyai jamban atau akses ke Jamban
(40%), dan 24 responden tidak mempunyai jamban ataupun akses ke jamban
(60%). Kejadian diare pada balita didapatkan hasil 14 responden tidak
pernah mengalami diare dengan frekuensi 3x diare dalam satu hari (35%),
dan 26 responden pernah mengalami diare dengan frekuensi 3x diare dalam
satu hari (65%). Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan cuci
tangan dan praktek cuci tangan bersama serta penyuluhan jamban sehat dan
stop BAB di sungai didapatkan hasil penelitian dari total sampel 40 ibu
responden, 16 responden mempunyai jamban atau akses ke Jamban (40%),
dan 24 responden tidak mempunyai jamban ataupun akses ke jamban (60%).
Untuk cuci tangan pakai sabun didapatkan 24 responden mengetahui 6
langkah cuci tangan pakai sabun (60%), dan 16 responden tidak mengetahui
6 langkah cuci tangan pakai sabun (40%). Kejadian diare post intervensi 14
responden pernah mengalami diare dengan frekuensi 3x diare dalam satu
hari (35%), dan 26 responden tidak pernah mengalami diare dengan
frekuensi 3x diare dalam satu hari (65%).

45
Dari hasil analisis data menggunakan uji Chi Square yang
dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V
didapatkan p-value/Sig = 0,002 (p < 0,05) dan C = 0,492 yang artinya
terdapat hubungan moderat antara tingkat pengetahuan ibu mengenai cuci
tangan dengan kejadian diare pada Balita usia 0 – 60 bulan di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong. Dan untuk Iju Chi Square pada Jamban
sehat didapatkan p-value/Sig = 0,015 (p < 0,05) dan C = 0,385 yang artinya
terdapat hubungan moderat antara kepemilikan atau akses ke jamban
dengan kejadian diare pada Balita usia 0 – 60 bulan di Dusun Sumberwaru,
Desa Sumberkalong.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nikmatur Rohmah (2017) kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban
sehat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diare balita
(Rohmah N, 2017). Pada hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan cuci tangan (p=0,006) dan penggunaan jamban
sehat (p=0,014) dengan kejadian diare balita. Kesimpulan pada penelitian
ini adalah kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kejadian diare balita.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Klemens Waromi (2016)
Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan
95% dan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
penggunaan air bersih dengan kejadian diare menunjukkan nilai p value =
0,17, hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare menunjukan p
value = 0,25, dan hubungan mencuci tangan dengan kejadian diare
menunjukan p value = 0,71. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan air
bersih, penggunaan jamban, dan mencuci tangan dengan kejadian diare di
desa Ranowangko kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa.
Dari keseluruhan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara cuci tangan dan penggunaan jamban sehat dengan kejadian
diare pada balita. Diare adalah peningkatan dari jumlah tinja dan penurunan
konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa darah dan
atau tanpa lendir di dalam tinja dengan frekuensi ≥ 3 – 5 x perhari.
Terjadinya penyakit diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

46
lain faktor host, faktor agent, dan faktor environment. Faktor host yang
dapat mempengaruhi terjadinya diare salah satunya adalah perilaku higiene
yang buruk seperti cuci tangan tanpa sabun dan di air yang mengalir. Faktor
agent yang dapat menyebabkan diare diantaranya faktor infeksi, faktor
malabsorpsi, dan faktor makanan, sedangkan faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan diare adalah kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Dusun Sumberwaru,


Desa Sumberkalong, Kabupaten Jember, jumlah responden sebanyak 40
bayi usia 0 – 60 bulan yang terdiri dari 17 responden berjenis kelamin laki-
laki (42,5%) dan 23 responden berjenis kelamin perempuan (57,5%) dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1) Berdasarkan data penelitian kriteria inklusi usia 0 – 60 bulan,


didapatkan dari total sampel 40 responden, 9 responden berusia 0-6
Bulan (22,5%), 6 responden berusia 7-12 Bulan (15%), 18
responden berusia 13-36 Bulan (45%), dan 7 responden berusia 37-
60 bulan (17,5%).

2) Dari data usia ibu responden didapatkan dari total sampel 40 ibu
responden, 17 ibu responden berusia 17-25 tahun (42,5%), 6 ibu
responden berusia 26-30 tahun (15%), dan 17 ibu responden berusia
lebih dari 31 tahun (42,5%).
3) Dari data tingkat pendidikan ibu didapatkan dari total sampel 40 ibu
responden, 26 ibu responden mempunyai tingkat pendidikan SD
(65%), 7 ibu responden mempunyai tingkat pendidikan SMP
(17,5%), dan 7 ibu responden mempunyai tingkat pendidikan SMA
(17,5%).
4) Dari data kepemilikan atau akses jamban sehat didapatkan dari total
sampel 40 ibu responden, 16 responden mempunyai jamban atau
akses ke Jamban (40%), dan 24 responden tidak mempunyai jamban
ataupun akses ke jamban (60%).
5) Dari data pengetahuan ibu mengenai cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir didapatkan dari total sampel 40 ibu responden, 16
responden mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai sabun (40%),
dan 24 responden tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai
sabun (60%).

48
6) Dari data kejadian diare pada anak balita didapatkan dari total
sampel 40 ibu responden, 14 responden tidak pernah mengalami
diare dengan frekuensi 3x diare dalam satu hari (35%), dan 26
responden pernah mengalami diare dengan frekuensi 3x diare dalam
satu hari (65%).
7) Setelah dilakukan intervensi kepada responden yang sama,
didapatkan dari total sampel 40 ibu responden, 16 responden
mempunyai jamban atau akses ke Jamban (40%), dan 24 responden
tidak mempunyai jamban ataupun akses ke jamban (60%).
8) Setelah dilakukan intervensi kepada responden yang sama,
didapatkan dari total sampel 40 ibu responden, 24 responden
mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai sabun (60%), dan 16
responden tidak mengetahui 6 langkah cuci tangan pakai sabun
(40%).
9) Setelah dilakukan intervensi kepada responden yang sama,
didapatkan dari total sampel 40 ibu responden, 14 responden pernah
mengalami diare dengan frekuensi 3x diare dalam satu hari (35%),
dan 26 responden tidak pernah mengalami diare dengan frekuensi
3x diare dalam satu hari (65%).
10) Dari hasil analisis data menggunakan uji Chi Square yang
dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V
didapatkan p-value/Sig = 0,002 (p < 0,05) dan C = 0,492 yang
artinya terdapat hubungan moderat antara tingkat pengetahuan ibu
mengenai cuci tangan dengan kejadian diare pada Balita usia 0 – 60
bulan di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong.
11) Dari hasil analisis data menggunakan uji Chi Square yang
dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V
didapatkan p-value/Sig = 0,015 (p < 0,05) dan C = 0,385 yang
artinya terdapat hubungan moderat antara kepemilikan atau akses ke
jamban dengan kejadian diare pada Balita usia 0 – 60 bulan di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong.
12) Dari hasil analisis data menggunakan uji Chi Square pada
pengetahuan cuci tangan ibu responden didapatkan p-value/Sig =

49
0,089 (p > 0,05) yang artinya H0 diterima, yaitu tidak terdapat
hubungan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
pengetahuan cuci tangan 6 langkah. Namun sesuai uji koefisien
kontingensi menurut Cramer’s V didapatkan hasil C = 0,348 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan moderat antara tingkat
pendidikan ibu dengan pengetahuan cuci tangan 6 langkah di Dusun
Sumberwaru, Desa Sumberkalong.
13) Dari hasil analisis data menggunakan uji Chi Square pada
kepemilikan jamban atau akses jamban didapatkan p-value/Sig =
0,167 (p > 0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan kepemilikan atau akses ke Jamban. Namun
sesuai uji koefisien kontingensi menurut Cramer’s V didapatkan
hasil C = 0,299 yang artinya terdapat hubungan lemah antara
Tingkat pendidikan ibu dengan kepemilikan atau akses ke Jamban
di Dusun Sumberwaru, Desa Sumberkalong.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang sudah
disampaikan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat berguna untuk
kedepannya, yaitu:
1. Bagi Puskesmas Kalisat
Hasil penelitian ini dapat dibuat acuan dan pemahaman untuk
kesadaran setiap pegawai baik di dalam puskesmas maupun diluar
puskesmas mengenai pentingnya melakukan penyuluhan terkait Cuci
Tangan Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat kepada seluruh
masyarakat Kalisat.
Penyuluhan juga harus dilanjutkan kepada kader-kader aktif yang
ada di Kecamatan, tidak tertutup pula untuk memberdayakan masyarakat
luas dalam mempromosikan dan menggalakkan program Cuci Tangan Pakai
Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat tersebut kepada masyarakat Kalisat
Penyuluhan bertujuan bukan hanya untuk menyebarluaskan berita
dan pembaharuan terkini seputar Cuci Tangan Pakai Sabun dan Penggunaan
Jamban Sehat tetapi juga arti pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun dan

50
Penggunaan Jamban Sehat ini bagi anak, ibu, keluarga dan Bangsa
Indonesia sendiri.
Penyuluhan ini juga sekaligus bertujuan untuk memonitor ibu-ibu
dalam melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat,
memecahkan permasalahan seputar Cuci Tangan Pakai Sabun dan
Penggunaan Jamban Sehat serta untuk mengindentifikasi kejadian Diare
pada balita yang ada.
Untuk kegiatan penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun dan
Penggunaan Jamban Sehat, dapat dilakukan secara rutin setiap minimal 1
bulan sekali melalui kader, bidan, perawat dan petugas kesehatan yang lain
di masing-masing desa, dan rencana jangka panjang untuk dapat
terealisasikan adanya tempat cuci tangan yang dapat dibuat dari bahan yang
ada seperti ember yang diberi keran ditempat-tempat umum dan jika
memadai disetiap rumah. Pemicuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dan dapat membuat jamban sehat dirumah masing-masing
dengan kemandirian keluarga.
Selain itu, gerakan dan pembuatan media informasi berupa
audiovisual bilingual (Indonesia dan Madura) tentang gejala, cara
penanganan dan pengobatan terhadap Diare sehingga orangtua bayi dapat
meningkatkan pengetahuan tentang penanganan dan pengobatan terhadap
Diare.
Ditingkatkan pula kesadaran untuk memulai program Cuci Tangan
Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat dari masing-masing individu di
puskesmas kalisat dan semua orang yang berperan dalam mengedukasi Cuci
Tangan Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat Agar menjadi contoh
dan panutan yang dapat membantu meningkatkan kesadaran diri keluarga
Kalisat.
Terakhir, dilakukan evaluasi rutin, minimal 1 bulan sekali terhadap
program-program : A. Pencapaian edukasi pasien terhadap Cuci Tangan
Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat, B. Pencapaian ibu-ibu yang
melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat, C.
Permasalahan dan keterbatasan yang dijumpai selama menjalankan

51
program Cuci Tangan Pakai Sabun dan Penggunaan Jamban Sehat. D.
kejadian Diare.
2. Bagi masyarakat
Responden dalam hal ini adalah ibu balita diharapkan dapat
memperluas informasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
yang meliputi kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dan menggunakan
jamban sehat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan anggota keluarga
sehingga anggota keluarga tidak mudah sakit.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya dengan mengembangkan
metodologi penelitian yang berbeda, seperti menggunakan desain penelitian
case control maupun kohort dan meneliti indikator PHBS yang lainnya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, Siti. 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Faktor Budaya Dengan
Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo. Prosiding Seminar Nasional Unimus,Volume 1,
nomer 1,pp. 91 - 97. http://scholar.google.co.id/jurnal. unimus.ac.id

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI

Bass M. Rotavirus dan Agen-Agen Virus Gastroenteritis Lain. Dalam: Wahab S,


editor. Nelson ilmu kesehatan anak. edisi 15. Jakarta. EGC. 1999.

BPAD Jakarta. 2014. Jakartapedia. [Online] Tersedia di:


http://www.jakartapedia.bpadjakarta.net (sitasi 1 Januari 2020)

Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta. Depkes RI, 1999.

Dinkes Prov. Jatim. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013.
(Online). www.depkes.go.id. Diakses 15 Desember 2019

Guyton, Hall. Ginjal dan Cairan Tubuh. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran,
edisi 9. Jakarta. EGC. 1999.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2005. Apa yang Perlu Diketahui dari Diare Pada
Anak?. No.38. Tahun XXV. Jakarta.

Kemenkes RI. 2011. Panduan Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Rumah Tangga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta : Kemenkes
RI.

Kusumasari, R. D. 2015. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Usia 3 Bulan – 2 Tahun Di Desa Pulosari

53
Kecamatan Kebakramat Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Nikmatur, Rohmah. 2017. Hubungan kebiasaan cuci tangan dan penggunaan


jamban sehat dengan kejadian diare balita. Jurnal, Surabaya, Universitas
Airlangga.

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of


Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Litbangkes, Depkes RI. Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakor
pop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Desember 2019

Waromi, Klemns. 2016. Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat rumah
tangga dengan kejadian diare di desa ranowangko kecamatan tombariri
kabupaten minahasa tahun 2015. Jurnal Ilmiah Farmasi, Manado,
Universitas Samratulangi.

World Health Organization. 2013. Diarrhoeal Disease [internet]. Di akses pada


tanggal 20 Desember 2019. Tersedia pada:
www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs330/en/

54
LAMPIRAN

JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 17 42.5 42.5 42.5
PEREMPUAN 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

PENDIDIKAN IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 25 62.5 62.5 62.5
SMP 7 17.5 17.5 80.0
SMA 7 17.5 17.5 97.5
S-1 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

USIA ANAK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-6 Bulan 9 22.5 22.5 22.5
6-12 Bulan 6 15.0 15.0 37.5
13-36 Bulan 18 45.0 45.0 82.5
37-60 Bulan 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

USIA IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17-25 tahun 17 42.5 42.5 42.5
26-30 Tahun 6 15.0 15.0 57.5
> 31 thn 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

55
JAMBAN SEHAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Terdapat Jamban atau
16 40.0 40.0 40.0
akses ke Jamban Sehat
Tidak terdapat Jamban atau
24 60.0 60.0 100.0
akses ke Jamban Sehat
Total 40 100.0 100.0

DIARE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak pernah mengalami
14 35.0 35.0 35.0
diare dalam 1 hari 3x
Pernah mengalami diare
26 65.0 65.0 100.0
dalam 1 hari 3x
Total 40 100.0 100.0

CUCI TANGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mengetahui 6 langkah cuci
16 40.0 40.0 40.0
tangan pakai sabun
Tidak mengetahui 6 langkah
24 60.0 60.0 100.0
cuci tangan pakai sabun
Total 40 100.0 100.0

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.934 1 .015
b
Continuity Correction 4.400 1 .036
Likelihood Ratio 6.468 1 .011
Fisher's Exact Test .020 .016
Linear-by-Linear Association 5.786 1 .016
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.

56
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi -.385 .015
Cramer's V .385 .015
N of Valid Cases 40

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.689a 1 .002
b
Continuity Correction 7.697 1 .006
Likelihood Ratio 11.210 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.446 1 .002
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi -.492 .002
Cramer's V .492 .002
N of Valid Cases 40

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.576a 2 .167
Likelihood Ratio 3.548 2 .170
Linear-by-Linear Association 2.196 1 .138
N of Valid Cases 40
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.80.

57
Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi .299 .167
Cramer's V .299 .167
N of Valid Cases 40

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 7.854 2 .020
Likelihood Ratio 9.878 2 .007
Linear-by-Linear Association .987 1 .320
N of Valid Cases 40
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.45.

Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi .443 .020
Cramer's V .443 .020
N of Valid Cases 40

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4.835a 2 .089
Likelihood Ratio 5.077 2 .079
Linear-by-Linear Association 1.145 1 .285
N of Valid Cases 40
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.80.

58
Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi .348 .089
Cramer's V .348 .089
N of Valid Cases 40

JAMBAN POST INTERVENSI


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Terdapat Jamban atau akes
16 40.0 40.0 40.0
ke Jamban
Tidak terdapat Jamban atau
24 60.0 60.0 100.0
akses ke Jamban
Total 40 100.0 100.0

DIARE POST INTERVENSI


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah mengalami diare
14 35.0 35.0 35.0
dalam 1 hari > 3x
Tidak pernah mengalami
26 65.0 65.0 100.0
diare dalam 1 hari > 3x
Total 40 100.0 100.0

CUCITANGAN POST INTERVENSI


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mengetahui 6 langkah cuci
24 60.0 60.0 60.0
tangan pakai sabun
Tidak mengetahui 6 langkah
16 40.0 40.0 100.0
cuci tangan pakai sabun
Total 40 100.0 100.0

59
Lembar Kuesioner (Daftar Pernyataan ) Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Mengenai Cuci Tangan dan Penggunaan Jamban dengan kejadian Diare
pada Bayi 0 – 60 Bulan
No. Responden :
Alamat Desa Responden :
Nama Ibu :
Usia Ibu :
Tingkat Pendidikan ibu :
Nama Anak :
Usia Anak :
Jenis Kelamin Anak :
Daftar Pernyataan YA TIDAK
apakah anda cuci tangan dengan sabun?
apakah anda cuci tangan dengan air mengalir?
apakah anda mencuci tangan sebelum makan?
apakah anda mencuci tangan setelah makan?
apakah anda mencuci tangan sebelum memasak?

apakah anda mencuci tangan sebelum memegang anak?

apakah anda mencuci tangan setelah BAB/BAK?

apakah anda mengetahui BAB harus dilakukan di Jamban?


apakah anda BAB di Jamban?
apakah anda mengetahui Jamban sehat harus memiliki bilik?

apakah anda mengetahui Jamban sehat harus memiliki atap?

apakah anda mengetahui Jamban sehat harus memiliki jarak 10


– 15 meter dari sumber air ke pembuangan jamban akhir?

apakah anak anda pernah mengalami diare dalam 1 hari 3x?

60
pendi usia usia cuci no. jamban diare cuci
gender jamban diare
dikan bayi ibu tangan Responden Post I post I tangan PI
1 1 4 3 1 2 1 1 1 2 1
2 4 4 3 2 2 1 2 2 2 1
2 1 4 3 2 2 2 3 2 2 1
2 2 3 3 1 1 2 4 1 1 1
2 1 3 3 2 1 2 5 2 1 1
2 1 2 1 2 1 2 6 2 1 2
2 3 3 1 1 2 1 7 1 2 1
2 1 4 3 2 2 2 8 2 2 2
2 1 4 3 2 2 2 9 2 2 2
2 1 3 3 1 2 1 10 1 2 1
2 2 3 1 2 1 2 11 2 1 2
1 2 2 1 2 1 2 12 2 1 1
1 1 1 1 2 1 2 13 2 1 1
2 1 3 2 2 1 2 14 2 1 1
2 2 3 1 2 2 2 15 2 2 2
1 1 4 3 2 1 2 16 2 1 2
1 1 1 2 2 2 2 17 2 2 2
1 1 3 2 2 1 2 18 2 1 1
2 1 3 3 2 1 2 19 2 1 1
1 1 3 1 2 2 2 20 2 2 2
1 1 3 1 1 1 1 21 1 1 1
2 1 3 1 1 2 1 22 1 2 1
2 2 3 3 2 1 2 23 2 1 2
2 1 2 3 1 2 1 24 1 2 1
2 3 1 1 1 2 1 25 1 2 1
2 1 1 3 2 2 2 26 2 2 2
1 3 1 1 2 2 2 27 2 2 2
1 3 1 1 2 2 2 28 2 2 2
2 2 1 1 2 1 2 29 2 1 2
2 1 2 2 2 1 2 30 2 1 2
1 1 4 3 1 2 1 31 1 2 1
1 2 1 2 1 2 1 32 1 2 1
1 1 3 3 1 2 1 33 1 2 1
2 1 3 2 1 2 1 34 1 2 1
2 1 3 1 1 2 1 35 1 2 1
2 3 3 1 1 2 1 36 1 2 1
1 3 3 1 1 2 1 37 1 2 1
1 1 2 3 2 2 2 38 2 2 2
1 3 1 1 1 2 1 39 1 2 1
1 1 2 3 2 2 2 40 2 2 2

61

Anda mungkin juga menyukai