Anda di halaman 1dari 31

MINI PROJECT

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU


BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KP. SEMPUREUN, DESA
SANGIANG, KECAMATAN MAJA TAHUN 2022

Disusun Oleh:
dr. Dian Sari Rachmawati

Pembimbing:
dr. Riris Delita Siahaan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE IV TAHUN 2021
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP MAJA
KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Mini Project ini diajukan oleh:


Nama : Dian Sari Rachmawati
Judul : Hubungan Sikap Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan Di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022

Disetujui oleh,
Pendamping Dokter Internsip

Dr. Riris Delita Siahaan


NIP. 197504152009022003

Mengetahui,
Dinas Kesehatan Lebak Kepala UPTD Puskesmas DTP Maja

dr. asdfghjkl Hj. Deminah PS, S.KM, S.ST


NIP 1235689 NIP 197311282000122001

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................4
2.1.1 Definisi Perilaku BABS.........................................................................................................4
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi...................................................................................................5
2.1.3 Efek BABS terhadap Kesehatan...........................................................................................6
2.1.4 Jamban...................................................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................................12
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................................................................12
4.2 Analisis Univariat....................................................................................................................13
4.3 Analisis Bivariat.......................................................................................................................17
4.4 Pembahasan.............................................................................................................................19
BAB V.......................................................................................................................................................22
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................22
4.5 Saran.........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24
LAMPIRAN.............................................................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Open Defecation (OD) atau perilaku buang air besar sembarangan (BABS)
merupakan salah satu perilaku hidup yang tidak sehat, adalah perilaku atau tindakan
membuang tinja atau kotoran manusia di tempat terbuka seperti disawah, ladang, semak-
semak, sungai pantai, hutan dan area terbuka lainnya serta dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air. Pembuangan tinja secara
sembarangan ini akan memberikan efek buruk bagi Kesehatan (Melati, 2019).
Pemerintah dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) hendak
menciptakan keluarga dan lingkungan yang sehat, terdapat lima pilar dalam Progaram
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu: stop buang air besar sembarangan, cuci tangan
pakai sabun, pengelolaan air minum, dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah
rumah tangga, dan pengamanan limbah cair rumah tangga. Dalam program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang menjadi pilar pertama adalah Stop BABS
(Kemenkes, 2014).
Perilaku manusia dalam menggunakan jamban dan beradaptasi dengan
lingkungan adalah faktor dalam membentuk budaya masyarakat. Peningkatan jumlah
penduduk dan pola kebiasaan setiap daerah menyebabkan sanitasi tidak cukup
diselesaikan dengan pendekatan teknologi, tetapi membutuhkan pendekatan ekologi,
sosial dan budaya. Perilaku buang air besar sembarangan disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu tidak memiliki jamban dirumah, sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, lebih
nyaman buang air besar diluar dengan udara yang mangalir, lokasi tempat bekerja yang
jauh atau tidak memiliki jamban, lahan yang tidak tersedia untuk membangun jamban
pribadi, lebih malu jika menumpang jamban tetangga untuk buang air besar
sembarangan. Melihat banyaknya faktor tersebut maka diperlukan penelitian untuk
mengetahui tingkat budaya atau tradisi masyarakat terkait perilaku buang air besar
sembarangan (Melati, 2019).

1
Pembuangan tinja secara sembarangan ini akan memberikan efek buruk bagi
kesehatan. Berbagai penyakit yang menjadi akibat dari sanitasi buruk di Indonesia antara
lain penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, dan malnutrisi 25%. Sebagai upaya
untuk menurunkan presentase angka kesakitan maupun kematian akibat sanitasi buruk,
pemerintah melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk meningkatkan upaya
perilaku hidup bersih dan sehat (Melati, 2019).
Penyakit diare yang masih masuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak
yang ada di wilayah kecamatan Puskesmas Maja serta masih banyaknya penduduk yang
belum mendapat akses sanitasi yang layak (jamban sehat). Desa Sangiang merupakan
salah satu desa di kecamatan Maja yang wilayahnya berada dekat aliran sungai. Akses
penduduk ke jamban sehat hanya di angka 58.1%. Hal-hal tersebut di atas membuat
perlunya diketahui faktor yang memengaruhi perilaku BABS pada masyarakat Maja
khususnya Desa Sangiang.
1.2 Rumusan Masalah
Dukungan sosial serta sikap masyarakat terhadap perilaku BABS memiliki
peranan penting untuk mewujudkan desa yang Open Defecation Free (ODF). Oleh sebab
itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian “Hubungan Sikap Dan Dukungan
Sosial Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Di Kp. Sempureun, Desa
Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sikap dan dukungan
sosial berpengaruh terhadap perilaku BABS.

1.4 Manfaat Penelitian


A. Bagi responden
Diharapkan Desa terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan atau Open
Defecation dan dapat mengidentifikasi sikap warga terhadap perilaku BAB serta
bagimana dukungan sosial memengaruhi perilaku BABS.
B. Bagi Puskesmas atau Dinas Kesehatan

2
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk memecahkan masalah
dan mencari solusi agar terwujud desa yang Open Defecation Free (ODF).
C. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti menambah wawasan peneliti dan merupakan
pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan
penelitian yang diambil.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku BABS

2.1.1 Definisi Perilaku BABS


Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan dengan
masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan
sekitar yang mempengaruhi (Skinner 1938 dalam Notoatmodjo 2012).
Perilaku Buang Air Besar adalah praktek seseorang yang berkaitan dengan
kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat
sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi Kesehatan (Notoatmodjo
2012). Semua makanan yang masuk kedalam tubuh akan dicerna oleh organ pencernaan.
Selama proses pencernaan makanan dihancurkan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian
sisa-sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja, urine atau gas
karbondioksida. Akhir proses pencernaan yang berupa tinja disebut buang air besar
(Melati, 2019).
Sejak dahulu sampai kapan pun masalah pembuangan kotoran manusia selalu
menjadi perhatian kesehatan lingkungan. Dengan pertambahan penduduk yang tidak
sebanding dengan area pemukiman. Masalah pembuangan tinja semakin meningkat tinja
merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi komplek yang harus sedini mungkin
diatas. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai penyakit,
karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera dihentikan. Keluarga
masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai. Pekarangan
rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain mengganggu udara segar karena
bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal tempat berkembangnya sektor penyebab
penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia sendiri (Notoatmodjo 2012).

4
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan atau Open Defecation termasuk salah
satu contoh perilaku yang tidak sehat. Open Defecation adalah suatu tindakan membuang
kotoran atau tinja di lading, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya
dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara, dan air.

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi


Faktor yang memengaruhi kebiasaan BABS adalah sama halnya dengan factor
yang memengaruhi masyarakat dalam perilaku Kesehatan. Terdapat tiga factor penting
menurut teori L.Green yaitu faktor predisposisi atau diri sendiri, faktor enabling atau
penguat, dan faktor reinforcing atau pendorong (Lawreence Green dalam Notoadmodjo,
2012).
Jika diuraikan satu persatu, faktor predisposisi dari terjadinya perilaku BABS
diantaraya seperti umur, pengetahuan, sikap, Pendidikan, jenis kelamin, jumlah anggota
keluarga, dan tingkat social ekonomi. Untuk faktor enabling dipengaruhi oleh
ketersediaan air bersih, kepemilikan jamban, dan jarak jamban dengan sumber air.
Penelitian yang dilakukan Qudsiyah dkk (2015) menyebutkan bahwa salah satu faktor
yang berhubungan dengan tingginya angka BABS adalah kepemilikan jamban.
Sedangkan faktor reinforcing seperti peran petugas Kesehatan, dukungan apparat desa,
tokoh masyarakat dan tokoh agama. Kemudian akan dibahas lebih lanjut mengenai
pengaruh sikap dan pengaruh dukungan social dalam perilaku BABS.
A. Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb
salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan
kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup) (Solekha,
2019).
Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari komponen pokok yaitu :
 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

5
 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap
objek.
 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap
adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude) dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting
B. Dukungan Sosial
Penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menggunakan jamban juga memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku BAB
masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dalam beberapa penelitian bahwa pembinaan
petugas Puskesmas juga memiliki hubungan yang bermakna dalam penggunaan
jamban. Hasil Penelitian Pane (2009) adanya hubungan yang bermakna antara
dukungan aparat desa dengan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban yaitu
keluarga yang mendapat dukungan dari aparat desa, kader posyandu, LSM memiliki
peluang menggunakan jamban 2,8 kali dibandingkan yang tidak mendapat dukungan.
Selain dukungan sosial, faktor sosial yang turut memegang pernanan ialah
sanksi social. Sanksi sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat
untuk menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang. Menurut Syarbani
(2012) tujuan diciptakannya sanksi sosial adalah agar anggota masyarakat menaati
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Sistem pengendalian yang merupakan
segala sistem maupun proses yang dijalankan oleh masyarakat selalu disesuaikan
dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Tidak adanya
sangsi sosial di masyarakat menjadi salah satu faktor kegagalan suatu daerah untuk
menjadi daerah bebas BABS.

2.1.3 Efek BABS terhadap Kesehatan


Manusia adalah reservoir dari sebagian besar penyakit dan hal ini dapat
menurunkan kapasitas dan kemampuan kerjanya. Penularan penyakit melalui tinja (fecal

6
borne infection) merupakan salah satu penyebab kematian maupun cacat. Namun
sebagian dari penyakit-penyakit tersebut dapat dikendalikan melalui sanitasi yang baik
terutama pembuangan tinja yang saniter dan memenuhi syarat-syarat Kesehatan
(Kusnoputranto, 1986).
Transmisi penyakit dari orang sakit atau carier ke manusia sehat melalui suatu
mata rantai tertentu. Transmisi tersebut dapat terjadi bila memenuhi faktor sebagai
berikut : adanya agen penyebab (causative agent), reservoir atau sumber infeksi dari agen
penyebab, cara menghindari dari reservoir, cara transmisi dari reservoir ke pejamu baru
yang potensial, cara masuk ke pejamu baru, pejamu yang rentan. Bila salah satu dari ke
enam faktor tersebut tidak ada, maka mengakibatkan penyebaran penyakit menjadi tidak
mungkin (Solekha, 2019).
Tinja sebagai sumber infeksi dapat sampai ke pejamu baru melalui berbagai cara,
misalnya melalui air, tangan, arthopoda, tanah ataupun tangan ke makanan kemudian ke
pejamu baru. Cara pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi tinja sebagi
sumber infeksi sehingga tinja tidak mencemari air bersih yang biasa digunakan
penduduk, meningkatkan kebersihan perorangan yaitu mencuci tangan sebelum makan
dan sesuadah buang air besar serta mencuci makanan dengan air bersih sehingga agen
penyakit tidak mungkin mencapai pejamu yang baru.

2.1.4 Jamban
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit: tinja ditampung dalam tangki septik pribadi atau komunal.
Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga lingkungan
menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun jamban di setiap rumah. Karena
jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka diharapkan tiap individu
untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air besar. Penggunaan jamban akan
bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak berbau.
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban
sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di
dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar
dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari (Kemenkes RI, 2014):
 Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

7
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan gangguan lainnya.
 Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi
oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang
dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran
untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
 Bangunan bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang
berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui
vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan
limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan
tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki
septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan
dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair
dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut
ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari
limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik cross sectional untuk melihat pengaruh
faktor sikap dan dukungan sosial terhadap perilaku BABS di Desa Sangiang Kecamatan Maja
tahun 2022.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kp Sempureun, Desa Sangiang. Waktu penelitian diadakan


pada bulan April 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang yang
berjumlah 4289 jiwa.
Sampel dari penelitian ini adalah subjek yang diambil dari populasi masyarakat Kp.
Sempureun, Desa Sangiang yang masih melakukan BABS ataupun sudah memiliki jamban
sendiri. Rumus untuk menghitung besar sampel adalah sebagai berikut (Dahlan, 2013):

( )
2
Zα √2 PQ+ Zβ √ P 1Q 1+ P 2q 2
n=
P 1−P 2
Zα = Kesalahan tipe I (1.96)
Zβ = Kesalahan tipe II (0.84)
P2 = Proporsi masyarakat Indonesia yang masih belum menerapkan stop BABS (0.8)
Q2 = 1- P2 = 0.2
P1 – P2 = Perbedaan Proporsi (0.2)
Q1 = 1 – P = 0.1

Dengan demikian besaran sampel yang akan diambil adalah sebesar 35 orang.

9
3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel independen atau variabel bebsa adalah variabel yang menyebabkan perubahan
pada variable lain. Variabel independent dari penelitian ini antara lain:

1. Sikap
Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan respon (baik secara
positif maupun negatif) terhadap perilaku buang air besar sembarangan.
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial, faktor pendukung yang kuat dan sangat berpengaruh serta
dianggap penting oleh masyarakat dalam mendukung atau merubah perilaku buang air
besar masyarakat.

Variabel dependen adalah variable yang menglami perubahan akibat pengaruh variabel
yang lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku BAB.

 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (sungai) adalah kegiatan seseorang yang
berkaitan dengan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan
tinja yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat menimbulkan dampak
yang merugikan bagi kesehatan.
 Perilaku Buang Air Besar di Jamban Saniter adalah kegiatan seseorang yang melakukan
pembuangan tinja dijamban yang memenuhi syarat kesehatan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer meliputi identitas responden, sikap dan dukungan sosial dari
responden dengan metode wawancara dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah data mengenai demografi, jumlah
kasus diare, dan sarana jamban yang diambil dari data profil Puskesmas Rawat Inap Maja tahun
2021.

3.6 Metode Pengukuran

1. Sikap
a. Alat ukur : Kuesioner

10
b. Kategori : baik (skor 5-9) dan tidak baik (skor 1-4) (Sugiyono, 2010).
c. Skala : Ordinal
2. Dukungan Sosial
a. Alat ukur : Kuesioner
b. Kategori : ada (jika skor > median) dan tidak ada (skor ≤ median) (Saifuddin,
2008)
c. Skala : Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian untuk
mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari masing-masing variable yaitu sikap,
dukungan sosial dan perilaku buang air besar sembarangan.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variable yaitu
variable bebas dan terikat, apakah variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan
atau tidak. Dalm analisis ini digunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
(Sudigdo, 2014).

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


4.1.1 Profil Puskesmas Rawat Inap Maja

Puskesmas Maja merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya terdii atas 14 desa
yaitu Desa Maja, Maja Baru, Sangiang, Tanjung Sari, Cilangkap, Pasir Kecapi,
Curugbadak, Pasir kembang, Padasuka, Gubugan Cibeureum, Mekarsari, Buyut Mekar,
Binong, dan Sindang Mulya. Luas wilayah kerja Puskemas Maja adalah 72,56 km2 yang
berbatasan dengan Kecamatan Kopo Kabupaten Serang di daerah utara, Kecamatan
Solear kabupaten Tangerang di daerah timur, Kecamatan Jasinga kabupaten Bogor di
daerah selatan, dan Kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak di daerah Barat.
Jumlah penduduk kecamtan Maja menurut estimasi tahun 2021 berjumlah 57.991
jiwa dimana 30.195 jiwa laki-laki dan 27.796 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan
111 jiwa/km2. Jumlah KK sebanyak 18.165. Penduduk kecamatan Maja mayoritas
beragama Islam. Perilaku masyarakatnya sangat dipengaruhi adat istiadat setempat. Mata
pencaharian umunya adalah petani kebun dan pedagang. Sebagian kecil sebagai pegawai
swasta, PNS, TNI, dan POLRI. Sarana transportasi yang tersedia adalah kereta api,
kendaaraan roda empat, dan ojek. Tingkat Pendidikan masyarakat di kecamatan Maja
umumnya masih rendah sehingga menjadi tantangan bagi petugas Kesehatan dalam
menyampaikan informasi ataupun inovasi-inovasi Kesehatan. Rincian tingkat Pendidikan
masyarakat Maja antara lain, 11.97% tidak memiliki ijazah SD, 20.71% lulusan SD,
13.81% lulusan SMP, 14.83% lulusan SMA, 3.45% lulusan SMK, dan 4.28% lulusan
perguruan tinggi. Sarana Pendidikan yang tersedia di kecamatan Maja antara lain TK
(Taman Kanak-Kanak) berjumlah 20, SD atau sekolah dasar berjumlah 30, SMP
(Sekolah Menengah Pertama sejumlah 9, dan 5 SMA atau Sekolah Menengah Atas.
Visi Misi Puskesmas Rawat Inap Maja antara lain:
Visi
Mewujudkan masyarakat Maja yang sehat dan mandiri

12
Misi
 Mendorong pembangunan berwwasan Kesehatan
 Mendrong kemandirian masyarakat Maja untuk hidup sehat
 Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bermutu,
efektif, efisien, adil dan merata serta terjangkau bagi masyarakat Maja dan
sekitarnya

10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Rawat Inap Maja adalah ISPA, Gastritis,
Hipertensi, Febris, Myalgia, Diare, Dermatitis, Faringitis, dan Diabetes Melitus. Desa di
kecamatan Maja yang seluruh masyarakatnya memiliki akses jamban adalah desa Maja,
Cilangkap, dan Mekarsari. Sedangkan desa yang sudah stop BABS adalah desa Maja,
Curugbadak dan Gubugan Cibeureum.

4.1.2 Profil Desa Sangiang


Desa Sangiang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Maja. Desa
Sangiang terdiri dari beberapa kampung yaitu kampung Sempureun, Cibedil, Citameng,
Pasir Puyuh, Bendungan, Numpi, Cikuya, dan Cirompang. Luas wilayah Desa Sangiang
sendiri sekitar 400 hektar dengan jumlah penduduk 4289 jiwa, jumlah rumah tangga 1245
dengan rata-rata tiga jiwa per rumah tangga. Kepadatan penduduknya 107 per km2.
Berdasarkan data tahun 2021, terdapat 337 sarana jamban di Desa Sangiang dengan
jumlah pengguna 2361 jiwa sehingga total penduduk dengan akses sanitasi yang layak
sebesar 58.1%. jumlah perkiraan kasus diare yang terjadi di Desa Sangiang adalah 109
kasus di tahun 2021. Sedangkan jumlah kasus diare yang ditangani adalah sebanyak 37
kasus.

4.2 Analisis Univariat


Analisis univariat ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi dari masing-
masing variabel yaitu variabel perilaku buang air besar, sikap dan dukungan sosial.

13
4.2.1 Gambaran Perilaku Buang Air Besar

Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada masyarakat,


maka didapatkan distribusi perilaku buang air besar masyarakat Kp. Sempureun Desa
Sangiang adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Distribusi Perilaku Buang Air Besar Masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang
Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Tahun 2022
Perilaku Buang Air Besar Jumlah %
Di jamban saniter 25 71.42%
Sembarangan 10 28.57%
Total 35 100%

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa, dari total responden yang berjumlah 35,
10 responden masih melakukan perilaku BABS atau dengan persentase 28.75%.
Sedangkan sisanya yaitu 25 responden atau 71.42% dari total responden tidak melakukan
perilaku BABS atau selalu BAB pada jamban.

4.1.3 Gambaran Sikap terhadap Perilaku Buang Air Besar Sembarangan


Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner, berikut adalah
gambaran distribusi sikap masyarakat terhadap perilaku buang air besar di Kp.
Sempureun, Desa Sangiang, Kabupaten Lebak:

Tabel 2
Distribusi Masyarakat Berdasarkan Sikap terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun
Desa Sangiang Kabupaten Lebak Tahun 2022
Sikap Jawaban
Tidak Setuju % Setuju %
Setiap keluarga atau 0 0% 35 100%
rumah wajib memiliki
jamban
Menegur orang yang 19 54.28% 16 45.72%

14
BABS
Jamban dibersihkan 22 62.85% 13 37.15
minimal 2-3 kali
seminggu
Mengajak setiap orang 11 31.42% 24 68.58%
untuk berpartisipasi
menggunakan jamban
Tidak memiliki 14 40% 21 60%
rencana jangka
Panjang untuk
memperbaiki/memiliki
jamban
Berdiskusi dengan 0 0% 35 100%
keluarga untuk
memiliki jamban
Memiliki jamban 28 80% 7 20%
bukan merupakan
prioritas
Saat beraktifitas di 25 71.42% 10 28.58%
luar rumah buang air
besar di
laut/sungai/kebun,
bukan di jamban
Saat musim kemarau 25 71.42% 10 28.58%
buang air besar di
sungai
Kebersihan jamban 21 60% 14 40%
umum yang sudah ada
bukan merupaan
tanggung jawab

15
Bersama
Melaporkan siapa saja 34 97.14% 1 2.86%
yang buang air besar
sembarangan kepada
petugas Kesehatan

Berdasarkan tabel 2 distribusi masyarakat berdasarkan sikap di Kp Sempureun


Desa Sangiang Kecamatan Maja menunjukkan seluruh responden setuju setiap keluarga
wajib memiliki jamban di rumah namun terdapat 10 responden (28.58%) yang masih
melakukan BABS. Dari jawaban masyarakat di atas diperoleh kategori sikap masyarakat
sebagai berikut:

Tabel 3
Distribusi Kategori Sikap Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun Desa
Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Sikap Jumlah %
Baik 22 62.85%
Tidak Baik 13 37.15%
Total 35 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Sebagian besar masyarakat


memiliki sikap yang baik (62.85%) tentang perilaku buang air besar.

4.1.4 Gambaran Dukungan Sosial terhadap Buang Air Besar Sembarangan


Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner, berikut adalah gambaran
distribusi dukungan sosial kepada masyarakat terhadap perilaku buang air besar di Kp.
Sempureun, Desa Sangiang, Kabupaten Lebak:

Tabel 4
Distribusi Dukungan Sosial kepada Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp.
Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Dukungan Sosial Jawaban
Ada % Tidak %
Aparat desa dan tokoh masyarakat berkoordinasi 31 88.57% 4 11.43
dengan KK untuk memanfaatkan jamban %
Aparat desa dan tokoh masyarakat memiliki 25 71.42% 10 28.58

16
program pemberdayaan masyarakat stop BABS %
Aparat desa dan tokoh masyarakat pernah 16 45.71% 19 54.28
mengadakan penyuluhan stop BABS atau jamban
sehat
Aparat desa dan tokoh masyarakat memberikan 31 88.57% 4 11.43
bantuan untuk menggunakan atau memanfaatkan %
jamban
Aparat desa dan tokoh masyarakat menegur 7 20% 28 80%
masyarakat yang BABS

Dapat dilihat dari tabel 4, dari kelima parameter pengukuran dukungan sosial,
88.57% reponden memberikan respon terdapat ‘aparat desa dan tokoh masyarakat
berkoordinasi dengan KK untuk memanfaatkan jamban’ dan ‘aparat desa dan tokoh
masyarakat memberikan bantuan untuk menggunakan atau memanfaatkan jamban’ pada
lingkungan responden. Sedangkan aparat atau tokoh masyarakat yang menegur
masyarakat yang BABS masih sedikit yaitu sekitar 20%.

Tabel 5
Distribusi Kategori Dukungan Sosial kepada Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp.
Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Dukungan Sosial Jumlah %
Ya 25 71.42%
Tidak 10 28.58%
Total 35 100%

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa 71.42% atau sebanyak 25 responden
mendapat dukungan sosial dalam perilaku BAB, sedangkan 10 responden atau 28.58%
tidak mendapatkan dukungan sosial.

4.3 Analisis Bivariat


4.3.1 Hubungan Sikap dan Perilaku BAB
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang chi-square antara sikap masyarakat
dengan perilaku BABS dapat dilihat pada table di bawah ini:

17
Tabel 6
Hubungan Sikap dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Kp. Sempureun
Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Sikap Buang Air Besar Jumlah P
Tidak Saniter Saniter
n % n % N %
Baik 0 0% 22 100% 22 62.85% <0.001
Buruk 10 76.92% 3 23.08% 13 37.15%

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa seluruh masyarakat yang BABS atau buang air
besar tidak saniter memiliki sikap yang buruk. Sedangkan hanya 23.08% masyarakat yang BAB
pada jamban saniter memiliki sikap buruk. Kemudian tidak ada masyarakat yang BABS
memiliki sikap yang baik. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh
nilai p (= <0.001) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku
buang air besar sembarangan.

4.1.5 Hubungan Dukungan Sosial dan Perilaku BAB


Berdasarkan hasil Analisa bivariat, antara dukungan sosial dan perilaku BAB
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 7
Hubungan Dukungan Sosial dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Kp.
Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Dukunga Buang Air Besar Jumlah P
n Sosial Tidak Saniter Saniter
N % n % N %
Ada 9 36% 16 64% 25 74.14% 0.124
Tidak 1 10% 9 90% 10 25.86%

18
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa 36% masyarakat yang mendapatkan
dukungan sosial melakukan perilaku BABS. Sedangkan 64% yang mendapatkan
dukungan sosial tidak melakukan BABS. Kemudian 90% masyarakat yang tidak
mendapatkan dukungan sosial tidak melakukan perilaku BABS, sedangkan hanya 10%
masyarakat yang mendapatkan dukungan sosial melakukan perilaku BABS. Hasil
analisis bivariat dengan Chi-square diperoleh nilai p (=0.124) yang artinya tidak ada
hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku BABS.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Sikap dan Perilaku BABS

Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase masyarakat dengan sikap baik, seluruhnya
tidak ada yang melakukan BABS. Sedangkan masyarakat yang melakukan BABS mayoritas
(76.92%) bersikap buruk. Begitupun dengan hasil analisis statistik Chi-square mendapatkan hasil
p <0.001 yang artinya sikap masyarakat berhubungan dengan perilaku BABS.

Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2015) tentang faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban di
pemukiman kampung nelayan tambak lorok semarng tahun 2015 yang menunjukkan bahwa
sikap memiliki hubungan signifikan dengan perilaku BABS. Idya (2019) juga mengemukakan
hal serupa yaitu adanya hubungan antara sikap dengan perilaku BABS dengan nilai p 0.001.

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah
melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti rasa suka atau tidak suka, setuju atau
tidak setuju. Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan sebagainya terhadap suatu objek
atau stimulus, dalam penelitian ini adalah perilaku BABS. Terwujudnya sikap menjadi suatu
tindakan diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang dapat menerapkan apa yang
sudah ia ketahui, artinya sikap yang baik belum tentu mewujudkan suatu tindakan yang baik
(Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil analisis yang menyatakan adanya hubungan sikap dengan perilaku
BABS maka ini dapat menjadi satu bidang yang dapat ditelusuri demi mewujudkan desa yang
ODF. Namun seperti teori di atas, sikap baik belum tentu mewujudkan tindakan yang baik
sehingga harus terdapat kondisi tertentu agar perilaku BABS tidak lagi terjadi. Petugas dapat

19
menciptakan kondisi tertentu agar terwujud perilaku tidak BABS seperti dengan mengadakan
penyuluhan atau menyampaikan fakta-fakta bahwa BABS di sungai atau di kebun dapat
mencemari air dan tanah yang akan digunakan juga bagi masyarakat termasuk orang yang masih
BABS tersebut untuk mandi, memasak, mencuci pakaian atau bercocok tanam sehingga
masyarakat yang masih BABS akan merasa enggan untuk mencemarinya. Menurut Putri dan
Notes (2021), aparat desa juga dapat membuat aturan mengenai larangan buang air besar
sembarangan disertai sanksi bila ada yang melanggar, selain itu masyarakat desa bisa
membentuk arisan jamban sehingga seluruh masyarakat nantinya bisa memiliki jamban.

4.4.2 Hubungan Dukungan Sosial dengan Perilaku BABS

Hasil analisis menunjukkan bahwa 64% masyarakat yang mendapatkan dukungan sosial
tidak melakukan BABS, sedangkan sisanya tetap melakukan BABS. Namun 90% warga yang
menyatakan tidak ada dukungan sosial tetap tidak melakukan BABS dan hanya 10% yang
melakukan BABS dengan tanpa adanya dukungan sosial. Kemudian secara statistik uji Chi-
square, mendapatkn p value 0.124 yang artinya dukungan sosial tidak memiliki hubungan
dengan perilaku BABS.

Hal ini serupa dengan hasil yang didapatkan Aulia, dkk (2021) bahwa dukungan sosial
tidak berhubungan dengan perilau BABS dengan p value 0.393. Meskipun sudah mendapatkan
dukungan dari lingkungan sosialnya, terdapat banyak faktor yang menentukan perilaku,
diantaranya masih sedikit yang pernah menegur masyarakat lain yang buang air besar
sembarangan (54.28%) ataupun melaporkan perilaku BABS kepada petugas (2.86%), serta hanya
64.58% yang mengajak setiap orang untuk menggunakan jamban. Linda, dkk (dalam Aulia,
2021) juga mendapatkan hasil yang sama yaitu tidak terdapat dukungan aparat desa, tokoh
masyarakat, dan tokoh agama dengan perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban (p
value 0.548). Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Lawrence Green (dalam
Notoadmodjo) bahwa faktor perilaku salah satunya ditentukan oleh faktor-faktor penguat dimana
untuk berperilaku memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

Berdasarkan 5 parameter dukungan sosial dalam kuesioner untuk mewawancarai


responden, tidak ada responden yang benar-benar mengatakan tidak ada sama sekali dari kelima
pertanyaan itu yang pernah di dapatkan. Begitupula tidak ada responden yang menyatakan
mendapatkan kelima parameter dukungan tersebut. Kemungkinan itulah yang dapat

20
menyebabkan hasil penelitian ini tidak ditemui hubungan antara dukungan sosial dengan
perilaku BABS. Dari data distribusi dukungan sosial terhadap perilaku BAB, aparat yang
menegur masyarakat yang BABS masih rendah, padahal hal tersebut mungkin menjadi salah satu
faktor yang paling penting agar masyarakat enggan untuk melakukan BABS. Kemudian hanya
45.71% yang mengatakan pernah diadakannya penyuluhan oleh aparat atau tokoh masyarakat
mengenai BABS atau jamban sehat, hal ini juga penting untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan membentuk sikap sehingga dapat keluar tindakan yang diharapkan yaitu stop
BABS.

Dukungan sosial bisa di dapatkan dari tokoh masyarakat desa dan pengurus desa, yang
menjadi panutan masyarakat untuk melakukan stop BABS yang lebih sehat, tetapi masyarakat
yang harus meningkatkan kesadarannya akan pentingnya jamban sehat, dukungan masyarakat di
bentuk dengan adanya kemauan dan kemampuan dari masyarakat itu sendiri yang terlibat
langsung, hal ini perlu juga dilakukan pembuatan jamban percontohan untuk masyarakat desa
dengan mengikut sertakan semua aparatur desa, akan tetapi semua itu dak bisa berjalan dengan
semestinya tanpa adanya campur tangan pemerintah yang berhubungan dengan dana (Hayana
dkk, 2018).

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan sikap dan dukungan sosial dengan
perilaku BABS di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel sikap masyarakat berhubungan dengan perilaku BAB di Kp. Sempureun, Desa
Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022
2. Variabel dukungan sosial tidak berhubungan dengan perilaku BAB di Kp. Sempureun,
Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022

4.5 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian di atas mengenai hubungan sikap dan dukungan
sosial dengan perilaku BABS di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun
2022, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi masyarakat ikut berperan dalam perilaku hidup bersih dan sehat, dengan
cara tidak membiasakan dan membiarkan anggota keluarganya buang air besar di
sembarang tempat. Mengadakan kerjasama dengan aparat desa untuk mengadakan
pelatihan pembangunan jamban sehat yang hemat dana dan hemat bahan material atau
membuat program arisan jamban yang guna untuk meningkatkan jumlah ketersediaan
jamban pribadi.
2. Bagi Puskesmas melakukan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dengan
memberikan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat serta pemberian informasi
mengenai jamban sehat dan dan pemanfaatan jamban secara langsung dan rutin dalam
forum posyandu untuk ibu-ibu, forum karang taruna desa untuk remaja dan bapak-bapak,
serta di sekolah bagi para siswa. Selain itu melakukan upaya pengembangan program
STBM dari puskesmas kepada masyarakat yang belum memiliki jamban dengan sistem
pemicuan untuk meningkatkan kepemilikan jamban, kemudian bersama aparat desa dan
tokoh masyarakat melakukan monitoring setelah penyuluhan dan pemicuan

22
3. Bagi aparatur desa disarankan membuat aturan mengenai larangan buang air besar
sembarangan dan disertai dengan sanksi bila ada yang melanggar. Pemerintah desa
diharapkan dapat meningkatkan kerjasama untuk membangun sarana dan prasarana
jamban komunal dan sumber air bersih dengan lokasi yang strategis
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari variabel lain yang belum ada pada
penelitian ini dan menggunkan metode yang berbeda pula untuk mengetahui apa saja
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku buang air besar sembarangan
5.

23
DAFTAR PUSTAKA

Allport, W. Gordon. 1954. The Nature of Prejudice. United States of America : Addison-Wesley

Publishing Company.

Aulia, dkk. 2021. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Kamal Kecamatan

Larangan Kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.9(2):166-174.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/29411/25125

Dahlan, S.M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika

Hayana. Marlina, H. Kurnia, A. 2018. Hubungan Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial

terhadap Perilaku Buang Air Bessar Sembarang. Jurnal Kesehatan Komunitas 4(1):8-15.

Idya, S. 2019. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

Masyarakat di Kelurahan Mandailing Kota Tebing Tinggi Tahun 2018. Universitas

Sumatera Utara.

Kemenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014

Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Kurniawati, L. D. (2015). Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga

dalam pemanfaatan jamban Di Pemukiman Kampung Nelayan Tambak Lorok Semarang.

Scientific Journal of Unnes, 2 (1), 72-79.

Kusnoputranto H. 1986.Kesehatan Lingkungan. FKM UI: Jakarta.

Melati, B.F. 2019. Hubungan Faktor-Faktor Budaya denga Open Defecation di Desa Mangunrejo

Wilayah Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2019. Universitas

Muhammadiyah Magelang. http://eprintslib.ummgl.ac.id/1183/1/17.0603.0057_BAB

24
%20I%2C%20BAB%20II%2C%20BAB%20III%2C%20BAB%20V%2C%20DAFTAR

%20PUSTAKA.pdf

Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmojo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (edisi revisi). Jakarta: Rineka

Cipta.

Qudsiyah, W.A., Pujiati, R.S., Ningrum, P.T. (2015, Mei ). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Tingginya Angka Open Defectaion (OD) di Kabupaten Jember (Studi Kasus di

Desa Sumber Kalong Kecamatan Kalisat). e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(2), 362-369.

Pane, Erlinawati, 2009, Pengaruh Perilaku Keluarga Terhadap Penggunaan Jamban, Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 3, No. 5, April 2009.

Putri, AAWK., Notes, N. 2021. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Bebas Buang

Air Besar Sembarangan di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng

Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.11(2):90-98.

Saifuddin, A. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Solekha, J. 2019. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan.

Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/39644/1/6411414038_Optimized.pdf

Sudigdo. (2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis ( Edisi ke- 5). Jakarta: Sagung Seto.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d).

Bandung: Alfabeta.

Syarbani, S. (2012). Konsep dasar sosiologi dan antropologi: teori dan aplikasi. Jakarta :

Hartanto Media Pustaka

25
LAMPIRAN

26
KUESIONER

SIKAP

Pertanyaan Setuju Tidak Setuju

1. Sebaiknya setiap keluarga atau rumah wajib memiliki jamban sehat

2. Saudara melihat salah satu anggota keluarganya yang buang air besar
di sembarang tempat, kemudian Saudara menegurnya.
3. Saudara memiliki jamban sehat dan selalu membersihkannya
minimal 2 sampai 3 kali dalam seminggu.

4. Saudara memiliki jamban sehat dan mengajak setiap anggota


keluarganya untuk ikut berpartisipasi memanfaatkan jamban.

5. Anda tidak punya rencana jangka panjang untuk memperbaiki/


memiliki jamban sehat.

6. Memiliki jamban sehat bukan merupakan prioritas Anda dan


keluarga

7. Ketika Saudara sedang berada di luar rumah, Saudara melakukan


aktifitas buang air besar di laut/sungai/kebun, bukan di jamban sehat.
8. Kebersihan jamban umum yang sudah ada bukan merupakan
tanggung jawab Anda.
9. Saudara melihat tetangganya BAB sembarangan dan melaporkannya
kepada petugas kesehatan.

27
DUKUNGAN SOSIAL

PERNYATAAN YA Tidak

1. Apakah aparat desa dan tokoh masyarakat(kepala


desa, ketua RT/RW) dan tokoh agama berkoordinasi
dengan tiap kepala keluarga untuk ikut berpartisipasi
memanfaatkan jamban?

2. Apakah aparat desa dan tokoh masyarakat


memiliki program pemberdayaan masyarakat
dalam Stop BABS?

3. Pernahkah aparat desa, tokoh masyarakat atau tokoh


agama ikut berperan dalam penyuluhan mengenai Stop
BABS atau Jamban Sehat?

4. Apakah aparat desa, tokoh masyarakat dan tokoh


agama pernah memberikan bantuan yang bertujuan
untuk menggunakan dan memanfaatkan jamban ?

5. Apakah tokoh masyarakat/warga sekitar pernah


menegur atau mengucilkan masyarakat lain yang buang
air besar sembarangan?

28

Anda mungkin juga menyukai