Disusun Oleh:
dr. Dian Sari Rachmawati
Pembimbing:
dr. Riris Delita Siahaan
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Pendamping Dokter Internsip
Mengetahui,
Dinas Kesehatan Lebak Kepala UPTD Puskesmas DTP Maja
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................4
2.1.1 Definisi Perilaku BABS.........................................................................................................4
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi...................................................................................................5
2.1.3 Efek BABS terhadap Kesehatan...........................................................................................6
2.1.4 Jamban...................................................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................................12
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................................................................12
4.2 Analisis Univariat....................................................................................................................13
4.3 Analisis Bivariat.......................................................................................................................17
4.4 Pembahasan.............................................................................................................................19
BAB V.......................................................................................................................................................22
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................22
4.5 Saran.........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24
LAMPIRAN.............................................................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pembuangan tinja secara sembarangan ini akan memberikan efek buruk bagi
kesehatan. Berbagai penyakit yang menjadi akibat dari sanitasi buruk di Indonesia antara
lain penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, dan malnutrisi 25%. Sebagai upaya
untuk menurunkan presentase angka kesakitan maupun kematian akibat sanitasi buruk,
pemerintah melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk meningkatkan upaya
perilaku hidup bersih dan sehat (Melati, 2019).
Penyakit diare yang masih masuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak
yang ada di wilayah kecamatan Puskesmas Maja serta masih banyaknya penduduk yang
belum mendapat akses sanitasi yang layak (jamban sehat). Desa Sangiang merupakan
salah satu desa di kecamatan Maja yang wilayahnya berada dekat aliran sungai. Akses
penduduk ke jamban sehat hanya di angka 58.1%. Hal-hal tersebut di atas membuat
perlunya diketahui faktor yang memengaruhi perilaku BABS pada masyarakat Maja
khususnya Desa Sangiang.
1.2 Rumusan Masalah
Dukungan sosial serta sikap masyarakat terhadap perilaku BABS memiliki
peranan penting untuk mewujudkan desa yang Open Defecation Free (ODF). Oleh sebab
itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian “Hubungan Sikap Dan Dukungan
Sosial Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Di Kp. Sempureun, Desa
Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022”.
2
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk memecahkan masalah
dan mencari solusi agar terwujud desa yang Open Defecation Free (ODF).
C. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti menambah wawasan peneliti dan merupakan
pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan
penelitian yang diambil.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan atau Open Defecation termasuk salah
satu contoh perilaku yang tidak sehat. Open Defecation adalah suatu tindakan membuang
kotoran atau tinja di lading, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya
dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara, dan air.
5
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap
objek.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap
adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude) dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting
B. Dukungan Sosial
Penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menggunakan jamban juga memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku BAB
masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dalam beberapa penelitian bahwa pembinaan
petugas Puskesmas juga memiliki hubungan yang bermakna dalam penggunaan
jamban. Hasil Penelitian Pane (2009) adanya hubungan yang bermakna antara
dukungan aparat desa dengan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban yaitu
keluarga yang mendapat dukungan dari aparat desa, kader posyandu, LSM memiliki
peluang menggunakan jamban 2,8 kali dibandingkan yang tidak mendapat dukungan.
Selain dukungan sosial, faktor sosial yang turut memegang pernanan ialah
sanksi social. Sanksi sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat
untuk menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang. Menurut Syarbani
(2012) tujuan diciptakannya sanksi sosial adalah agar anggota masyarakat menaati
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Sistem pengendalian yang merupakan
segala sistem maupun proses yang dijalankan oleh masyarakat selalu disesuaikan
dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Tidak adanya
sangsi sosial di masyarakat menjadi salah satu faktor kegagalan suatu daerah untuk
menjadi daerah bebas BABS.
6
borne infection) merupakan salah satu penyebab kematian maupun cacat. Namun
sebagian dari penyakit-penyakit tersebut dapat dikendalikan melalui sanitasi yang baik
terutama pembuangan tinja yang saniter dan memenuhi syarat-syarat Kesehatan
(Kusnoputranto, 1986).
Transmisi penyakit dari orang sakit atau carier ke manusia sehat melalui suatu
mata rantai tertentu. Transmisi tersebut dapat terjadi bila memenuhi faktor sebagai
berikut : adanya agen penyebab (causative agent), reservoir atau sumber infeksi dari agen
penyebab, cara menghindari dari reservoir, cara transmisi dari reservoir ke pejamu baru
yang potensial, cara masuk ke pejamu baru, pejamu yang rentan. Bila salah satu dari ke
enam faktor tersebut tidak ada, maka mengakibatkan penyebaran penyakit menjadi tidak
mungkin (Solekha, 2019).
Tinja sebagai sumber infeksi dapat sampai ke pejamu baru melalui berbagai cara,
misalnya melalui air, tangan, arthopoda, tanah ataupun tangan ke makanan kemudian ke
pejamu baru. Cara pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi tinja sebagi
sumber infeksi sehingga tinja tidak mencemari air bersih yang biasa digunakan
penduduk, meningkatkan kebersihan perorangan yaitu mencuci tangan sebelum makan
dan sesuadah buang air besar serta mencuci makanan dengan air bersih sehingga agen
penyakit tidak mungkin mencapai pejamu yang baru.
2.1.4 Jamban
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit: tinja ditampung dalam tangki septik pribadi atau komunal.
Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga lingkungan
menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun jamban di setiap rumah. Karena
jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka diharapkan tiap individu
untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air besar. Penggunaan jamban akan
bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak berbau.
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban
sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di
dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar
dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari (Kemenkes RI, 2014):
Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
7
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan gangguan lainnya.
Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi
oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang
dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran
untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Bangunan bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang
berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui
vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan
limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan
tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki
septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan
dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair
dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut
ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari
limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik cross sectional untuk melihat pengaruh
faktor sikap dan dukungan sosial terhadap perilaku BABS di Desa Sangiang Kecamatan Maja
tahun 2022.
Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang yang
berjumlah 4289 jiwa.
Sampel dari penelitian ini adalah subjek yang diambil dari populasi masyarakat Kp.
Sempureun, Desa Sangiang yang masih melakukan BABS ataupun sudah memiliki jamban
sendiri. Rumus untuk menghitung besar sampel adalah sebagai berikut (Dahlan, 2013):
( )
2
Zα √2 PQ+ Zβ √ P 1Q 1+ P 2q 2
n=
P 1−P 2
Zα = Kesalahan tipe I (1.96)
Zβ = Kesalahan tipe II (0.84)
P2 = Proporsi masyarakat Indonesia yang masih belum menerapkan stop BABS (0.8)
Q2 = 1- P2 = 0.2
P1 – P2 = Perbedaan Proporsi (0.2)
Q1 = 1 – P = 0.1
Dengan demikian besaran sampel yang akan diambil adalah sebesar 35 orang.
9
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independen atau variabel bebsa adalah variabel yang menyebabkan perubahan
pada variable lain. Variabel independent dari penelitian ini antara lain:
1. Sikap
Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan respon (baik secara
positif maupun negatif) terhadap perilaku buang air besar sembarangan.
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial, faktor pendukung yang kuat dan sangat berpengaruh serta
dianggap penting oleh masyarakat dalam mendukung atau merubah perilaku buang air
besar masyarakat.
Variabel dependen adalah variable yang menglami perubahan akibat pengaruh variabel
yang lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku BAB.
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (sungai) adalah kegiatan seseorang yang
berkaitan dengan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan
tinja yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat menimbulkan dampak
yang merugikan bagi kesehatan.
Perilaku Buang Air Besar di Jamban Saniter adalah kegiatan seseorang yang melakukan
pembuangan tinja dijamban yang memenuhi syarat kesehatan.
Pengumpulan data primer meliputi identitas responden, sikap dan dukungan sosial dari
responden dengan metode wawancara dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah data mengenai demografi, jumlah
kasus diare, dan sarana jamban yang diambil dari data profil Puskesmas Rawat Inap Maja tahun
2021.
1. Sikap
a. Alat ukur : Kuesioner
10
b. Kategori : baik (skor 5-9) dan tidak baik (skor 1-4) (Sugiyono, 2010).
c. Skala : Ordinal
2. Dukungan Sosial
a. Alat ukur : Kuesioner
b. Kategori : ada (jika skor > median) dan tidak ada (skor ≤ median) (Saifuddin,
2008)
c. Skala : Ordinal
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian untuk
mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari masing-masing variable yaitu sikap,
dukungan sosial dan perilaku buang air besar sembarangan.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variable yaitu
variable bebas dan terikat, apakah variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan
atau tidak. Dalm analisis ini digunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
(Sudigdo, 2014).
11
BAB IV
Puskesmas Maja merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya terdii atas 14 desa
yaitu Desa Maja, Maja Baru, Sangiang, Tanjung Sari, Cilangkap, Pasir Kecapi,
Curugbadak, Pasir kembang, Padasuka, Gubugan Cibeureum, Mekarsari, Buyut Mekar,
Binong, dan Sindang Mulya. Luas wilayah kerja Puskemas Maja adalah 72,56 km2 yang
berbatasan dengan Kecamatan Kopo Kabupaten Serang di daerah utara, Kecamatan
Solear kabupaten Tangerang di daerah timur, Kecamatan Jasinga kabupaten Bogor di
daerah selatan, dan Kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak di daerah Barat.
Jumlah penduduk kecamtan Maja menurut estimasi tahun 2021 berjumlah 57.991
jiwa dimana 30.195 jiwa laki-laki dan 27.796 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan
111 jiwa/km2. Jumlah KK sebanyak 18.165. Penduduk kecamatan Maja mayoritas
beragama Islam. Perilaku masyarakatnya sangat dipengaruhi adat istiadat setempat. Mata
pencaharian umunya adalah petani kebun dan pedagang. Sebagian kecil sebagai pegawai
swasta, PNS, TNI, dan POLRI. Sarana transportasi yang tersedia adalah kereta api,
kendaaraan roda empat, dan ojek. Tingkat Pendidikan masyarakat di kecamatan Maja
umumnya masih rendah sehingga menjadi tantangan bagi petugas Kesehatan dalam
menyampaikan informasi ataupun inovasi-inovasi Kesehatan. Rincian tingkat Pendidikan
masyarakat Maja antara lain, 11.97% tidak memiliki ijazah SD, 20.71% lulusan SD,
13.81% lulusan SMP, 14.83% lulusan SMA, 3.45% lulusan SMK, dan 4.28% lulusan
perguruan tinggi. Sarana Pendidikan yang tersedia di kecamatan Maja antara lain TK
(Taman Kanak-Kanak) berjumlah 20, SD atau sekolah dasar berjumlah 30, SMP
(Sekolah Menengah Pertama sejumlah 9, dan 5 SMA atau Sekolah Menengah Atas.
Visi Misi Puskesmas Rawat Inap Maja antara lain:
Visi
Mewujudkan masyarakat Maja yang sehat dan mandiri
12
Misi
Mendorong pembangunan berwwasan Kesehatan
Mendrong kemandirian masyarakat Maja untuk hidup sehat
Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bermutu,
efektif, efisien, adil dan merata serta terjangkau bagi masyarakat Maja dan
sekitarnya
10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Rawat Inap Maja adalah ISPA, Gastritis,
Hipertensi, Febris, Myalgia, Diare, Dermatitis, Faringitis, dan Diabetes Melitus. Desa di
kecamatan Maja yang seluruh masyarakatnya memiliki akses jamban adalah desa Maja,
Cilangkap, dan Mekarsari. Sedangkan desa yang sudah stop BABS adalah desa Maja,
Curugbadak dan Gubugan Cibeureum.
13
4.2.1 Gambaran Perilaku Buang Air Besar
Tabel 1
Distribusi Perilaku Buang Air Besar Masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang
Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Tahun 2022
Perilaku Buang Air Besar Jumlah %
Di jamban saniter 25 71.42%
Sembarangan 10 28.57%
Total 35 100%
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa, dari total responden yang berjumlah 35,
10 responden masih melakukan perilaku BABS atau dengan persentase 28.75%.
Sedangkan sisanya yaitu 25 responden atau 71.42% dari total responden tidak melakukan
perilaku BABS atau selalu BAB pada jamban.
Tabel 2
Distribusi Masyarakat Berdasarkan Sikap terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun
Desa Sangiang Kabupaten Lebak Tahun 2022
Sikap Jawaban
Tidak Setuju % Setuju %
Setiap keluarga atau 0 0% 35 100%
rumah wajib memiliki
jamban
Menegur orang yang 19 54.28% 16 45.72%
14
BABS
Jamban dibersihkan 22 62.85% 13 37.15
minimal 2-3 kali
seminggu
Mengajak setiap orang 11 31.42% 24 68.58%
untuk berpartisipasi
menggunakan jamban
Tidak memiliki 14 40% 21 60%
rencana jangka
Panjang untuk
memperbaiki/memiliki
jamban
Berdiskusi dengan 0 0% 35 100%
keluarga untuk
memiliki jamban
Memiliki jamban 28 80% 7 20%
bukan merupakan
prioritas
Saat beraktifitas di 25 71.42% 10 28.58%
luar rumah buang air
besar di
laut/sungai/kebun,
bukan di jamban
Saat musim kemarau 25 71.42% 10 28.58%
buang air besar di
sungai
Kebersihan jamban 21 60% 14 40%
umum yang sudah ada
bukan merupaan
tanggung jawab
15
Bersama
Melaporkan siapa saja 34 97.14% 1 2.86%
yang buang air besar
sembarangan kepada
petugas Kesehatan
Tabel 3
Distribusi Kategori Sikap Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun Desa
Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Sikap Jumlah %
Baik 22 62.85%
Tidak Baik 13 37.15%
Total 35 100%
Tabel 4
Distribusi Dukungan Sosial kepada Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp.
Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Dukungan Sosial Jawaban
Ada % Tidak %
Aparat desa dan tokoh masyarakat berkoordinasi 31 88.57% 4 11.43
dengan KK untuk memanfaatkan jamban %
Aparat desa dan tokoh masyarakat memiliki 25 71.42% 10 28.58
16
program pemberdayaan masyarakat stop BABS %
Aparat desa dan tokoh masyarakat pernah 16 45.71% 19 54.28
mengadakan penyuluhan stop BABS atau jamban
sehat
Aparat desa dan tokoh masyarakat memberikan 31 88.57% 4 11.43
bantuan untuk menggunakan atau memanfaatkan %
jamban
Aparat desa dan tokoh masyarakat menegur 7 20% 28 80%
masyarakat yang BABS
Dapat dilihat dari tabel 4, dari kelima parameter pengukuran dukungan sosial,
88.57% reponden memberikan respon terdapat ‘aparat desa dan tokoh masyarakat
berkoordinasi dengan KK untuk memanfaatkan jamban’ dan ‘aparat desa dan tokoh
masyarakat memberikan bantuan untuk menggunakan atau memanfaatkan jamban’ pada
lingkungan responden. Sedangkan aparat atau tokoh masyarakat yang menegur
masyarakat yang BABS masih sedikit yaitu sekitar 20%.
Tabel 5
Distribusi Kategori Dukungan Sosial kepada Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp.
Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Dukungan Sosial Jumlah %
Ya 25 71.42%
Tidak 10 28.58%
Total 35 100%
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa 71.42% atau sebanyak 25 responden
mendapat dukungan sosial dalam perilaku BAB, sedangkan 10 responden atau 28.58%
tidak mendapatkan dukungan sosial.
17
Tabel 6
Hubungan Sikap dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Kp. Sempureun
Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Sikap Buang Air Besar Jumlah P
Tidak Saniter Saniter
n % n % N %
Baik 0 0% 22 100% 22 62.85% <0.001
Buruk 10 76.92% 3 23.08% 13 37.15%
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa seluruh masyarakat yang BABS atau buang air
besar tidak saniter memiliki sikap yang buruk. Sedangkan hanya 23.08% masyarakat yang BAB
pada jamban saniter memiliki sikap buruk. Kemudian tidak ada masyarakat yang BABS
memiliki sikap yang baik. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh
nilai p (= <0.001) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku
buang air besar sembarangan.
Tabel 7
Hubungan Dukungan Sosial dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Kp.
Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022
Dukunga Buang Air Besar Jumlah P
n Sosial Tidak Saniter Saniter
N % n % N %
Ada 9 36% 16 64% 25 74.14% 0.124
Tidak 1 10% 9 90% 10 25.86%
18
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa 36% masyarakat yang mendapatkan
dukungan sosial melakukan perilaku BABS. Sedangkan 64% yang mendapatkan
dukungan sosial tidak melakukan BABS. Kemudian 90% masyarakat yang tidak
mendapatkan dukungan sosial tidak melakukan perilaku BABS, sedangkan hanya 10%
masyarakat yang mendapatkan dukungan sosial melakukan perilaku BABS. Hasil
analisis bivariat dengan Chi-square diperoleh nilai p (=0.124) yang artinya tidak ada
hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku BABS.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Sikap dan Perilaku BABS
Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase masyarakat dengan sikap baik, seluruhnya
tidak ada yang melakukan BABS. Sedangkan masyarakat yang melakukan BABS mayoritas
(76.92%) bersikap buruk. Begitupun dengan hasil analisis statistik Chi-square mendapatkan hasil
p <0.001 yang artinya sikap masyarakat berhubungan dengan perilaku BABS.
Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2015) tentang faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban di
pemukiman kampung nelayan tambak lorok semarng tahun 2015 yang menunjukkan bahwa
sikap memiliki hubungan signifikan dengan perilaku BABS. Idya (2019) juga mengemukakan
hal serupa yaitu adanya hubungan antara sikap dengan perilaku BABS dengan nilai p 0.001.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah
melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti rasa suka atau tidak suka, setuju atau
tidak setuju. Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan sebagainya terhadap suatu objek
atau stimulus, dalam penelitian ini adalah perilaku BABS. Terwujudnya sikap menjadi suatu
tindakan diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang dapat menerapkan apa yang
sudah ia ketahui, artinya sikap yang baik belum tentu mewujudkan suatu tindakan yang baik
(Notoadmodjo, 2010).
Berdasarkan hasil analisis yang menyatakan adanya hubungan sikap dengan perilaku
BABS maka ini dapat menjadi satu bidang yang dapat ditelusuri demi mewujudkan desa yang
ODF. Namun seperti teori di atas, sikap baik belum tentu mewujudkan tindakan yang baik
sehingga harus terdapat kondisi tertentu agar perilaku BABS tidak lagi terjadi. Petugas dapat
19
menciptakan kondisi tertentu agar terwujud perilaku tidak BABS seperti dengan mengadakan
penyuluhan atau menyampaikan fakta-fakta bahwa BABS di sungai atau di kebun dapat
mencemari air dan tanah yang akan digunakan juga bagi masyarakat termasuk orang yang masih
BABS tersebut untuk mandi, memasak, mencuci pakaian atau bercocok tanam sehingga
masyarakat yang masih BABS akan merasa enggan untuk mencemarinya. Menurut Putri dan
Notes (2021), aparat desa juga dapat membuat aturan mengenai larangan buang air besar
sembarangan disertai sanksi bila ada yang melanggar, selain itu masyarakat desa bisa
membentuk arisan jamban sehingga seluruh masyarakat nantinya bisa memiliki jamban.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 64% masyarakat yang mendapatkan dukungan sosial
tidak melakukan BABS, sedangkan sisanya tetap melakukan BABS. Namun 90% warga yang
menyatakan tidak ada dukungan sosial tetap tidak melakukan BABS dan hanya 10% yang
melakukan BABS dengan tanpa adanya dukungan sosial. Kemudian secara statistik uji Chi-
square, mendapatkn p value 0.124 yang artinya dukungan sosial tidak memiliki hubungan
dengan perilaku BABS.
Hal ini serupa dengan hasil yang didapatkan Aulia, dkk (2021) bahwa dukungan sosial
tidak berhubungan dengan perilau BABS dengan p value 0.393. Meskipun sudah mendapatkan
dukungan dari lingkungan sosialnya, terdapat banyak faktor yang menentukan perilaku,
diantaranya masih sedikit yang pernah menegur masyarakat lain yang buang air besar
sembarangan (54.28%) ataupun melaporkan perilaku BABS kepada petugas (2.86%), serta hanya
64.58% yang mengajak setiap orang untuk menggunakan jamban. Linda, dkk (dalam Aulia,
2021) juga mendapatkan hasil yang sama yaitu tidak terdapat dukungan aparat desa, tokoh
masyarakat, dan tokoh agama dengan perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban (p
value 0.548). Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Lawrence Green (dalam
Notoadmodjo) bahwa faktor perilaku salah satunya ditentukan oleh faktor-faktor penguat dimana
untuk berperilaku memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.
20
menyebabkan hasil penelitian ini tidak ditemui hubungan antara dukungan sosial dengan
perilaku BABS. Dari data distribusi dukungan sosial terhadap perilaku BAB, aparat yang
menegur masyarakat yang BABS masih rendah, padahal hal tersebut mungkin menjadi salah satu
faktor yang paling penting agar masyarakat enggan untuk melakukan BABS. Kemudian hanya
45.71% yang mengatakan pernah diadakannya penyuluhan oleh aparat atau tokoh masyarakat
mengenai BABS atau jamban sehat, hal ini juga penting untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan membentuk sikap sehingga dapat keluar tindakan yang diharapkan yaitu stop
BABS.
Dukungan sosial bisa di dapatkan dari tokoh masyarakat desa dan pengurus desa, yang
menjadi panutan masyarakat untuk melakukan stop BABS yang lebih sehat, tetapi masyarakat
yang harus meningkatkan kesadarannya akan pentingnya jamban sehat, dukungan masyarakat di
bentuk dengan adanya kemauan dan kemampuan dari masyarakat itu sendiri yang terlibat
langsung, hal ini perlu juga dilakukan pembuatan jamban percontohan untuk masyarakat desa
dengan mengikut sertakan semua aparatur desa, akan tetapi semua itu dak bisa berjalan dengan
semestinya tanpa adanya campur tangan pemerintah yang berhubungan dengan dana (Hayana
dkk, 2018).
21
BAB V
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan sikap dan dukungan sosial dengan
perilaku BABS di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel sikap masyarakat berhubungan dengan perilaku BAB di Kp. Sempureun, Desa
Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022
2. Variabel dukungan sosial tidak berhubungan dengan perilaku BAB di Kp. Sempureun,
Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022
4.5 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian di atas mengenai hubungan sikap dan dukungan
sosial dengan perilaku BABS di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun
2022, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi masyarakat ikut berperan dalam perilaku hidup bersih dan sehat, dengan
cara tidak membiasakan dan membiarkan anggota keluarganya buang air besar di
sembarang tempat. Mengadakan kerjasama dengan aparat desa untuk mengadakan
pelatihan pembangunan jamban sehat yang hemat dana dan hemat bahan material atau
membuat program arisan jamban yang guna untuk meningkatkan jumlah ketersediaan
jamban pribadi.
2. Bagi Puskesmas melakukan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dengan
memberikan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat serta pemberian informasi
mengenai jamban sehat dan dan pemanfaatan jamban secara langsung dan rutin dalam
forum posyandu untuk ibu-ibu, forum karang taruna desa untuk remaja dan bapak-bapak,
serta di sekolah bagi para siswa. Selain itu melakukan upaya pengembangan program
STBM dari puskesmas kepada masyarakat yang belum memiliki jamban dengan sistem
pemicuan untuk meningkatkan kepemilikan jamban, kemudian bersama aparat desa dan
tokoh masyarakat melakukan monitoring setelah penyuluhan dan pemicuan
22
3. Bagi aparatur desa disarankan membuat aturan mengenai larangan buang air besar
sembarangan dan disertai dengan sanksi bila ada yang melanggar. Pemerintah desa
diharapkan dapat meningkatkan kerjasama untuk membangun sarana dan prasarana
jamban komunal dan sumber air bersih dengan lokasi yang strategis
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari variabel lain yang belum ada pada
penelitian ini dan menggunkan metode yang berbeda pula untuk mengetahui apa saja
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku buang air besar sembarangan
5.
23
DAFTAR PUSTAKA
Allport, W. Gordon. 1954. The Nature of Prejudice. United States of America : Addison-Wesley
Publishing Company.
Aulia, dkk. 2021. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Kamal Kecamatan
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/29411/25125
Dahlan, S.M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika
Hayana. Marlina, H. Kurnia, A. 2018. Hubungan Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial
terhadap Perilaku Buang Air Bessar Sembarang. Jurnal Kesehatan Komunitas 4(1):8-15.
Idya, S. 2019. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan
Sumatera Utara.
Kemenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
Kurniawati, L. D. (2015). Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga
Melati, B.F. 2019. Hubungan Faktor-Faktor Budaya denga Open Defecation di Desa Mangunrejo
24
%20I%2C%20BAB%20II%2C%20BAB%20III%2C%20BAB%20V%2C%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf
Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (edisi revisi). Jakarta: Rineka
Cipta.
Qudsiyah, W.A., Pujiati, R.S., Ningrum, P.T. (2015, Mei ). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Tingginya Angka Open Defectaion (OD) di Kabupaten Jember (Studi Kasus di
Desa Sumber Kalong Kecamatan Kalisat). e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(2), 362-369.
Pane, Erlinawati, 2009, Pengaruh Perilaku Keluarga Terhadap Penggunaan Jamban, Jurnal
Putri, AAWK., Notes, N. 2021. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Bebas Buang
Solekha, J. 2019. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan.
Sudigdo. (2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis ( Edisi ke- 5). Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d).
Bandung: Alfabeta.
Syarbani, S. (2012). Konsep dasar sosiologi dan antropologi: teori dan aplikasi. Jakarta :
25
LAMPIRAN
26
KUESIONER
SIKAP
2. Saudara melihat salah satu anggota keluarganya yang buang air besar
di sembarang tempat, kemudian Saudara menegurnya.
3. Saudara memiliki jamban sehat dan selalu membersihkannya
minimal 2 sampai 3 kali dalam seminggu.
27
DUKUNGAN SOSIAL
PERNYATAAN YA Tidak
28