Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KEGIATAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

Upaya Pemicuan Open Defecation Free terhadap Masyarakat Desa Bumirejo,


Kecamatan Dampit

Oleh:
Aditya Ari Baskoro 160070200011067
Safira Rosalina 160070200011084
Febrian Cahaya Ramadhony PS 160070201111004
Annisa Nurul Huda Jayanty 160070201111002
Prabagaran A/L Kanapathy 150070200011223

Pembimbing
dr. Arief Alamsyah, MARS

Kepala Puskesmas :
drg. Widodo Widjanarko

LABORATORIUM IKM DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2


BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Tujuan ............................................................................................................................ 5
1.3 Sasaran ......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Kegiatan ......................................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas Dampit ...................................................................... 6
1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat .................................................................................... 6
1.4.3 Manfaat bagi Mahasiswa ..................................................................................... 6
BAB 2 DATA PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KECAMATAN DAMPIT ........... 7
2.1 Profil Kecamatan Dampit ............................................................................................ 7
2.1.1 Geografis ................................................................................................................ 7
BAB 3 METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA ............................................ 5
3.1 Metode Pengambilan Data Primer .................................................................................. 5
BAB 4 HASIL ANALISIS DATA ............................................................................................ 6
4.1 Identifikasi Masalah......................................................................................................... 6
BAB 5 RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS ................................................................ 10
5.1 Identifikasi Masalah ................................................................................................... 10
BAB 6 PLAN OF ACTION ................................................................................................... 17
6.1 Health Problem and Goal ......................................................................................... 17
6.2 Faktor Risiko dan Objektif ............................................................................................. 17
6.3Contributing Risk Factor ................................................................................................. 18
6.4 Kelompok Sasaran ......................................................................................................... 19
6.5 Metode ...................................................................................................................... 19
6.6 Rencana Evaluasi ........................................................................................................... 19
6.7 Rencana Kerja ................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana negara berkembang lainnya, Indonesia memiliki masalah
dalam bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat sampai saat ini.
Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Kepmenkes RI nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Permenkes RI nomor 3
tahun 2014 tentang STBM. STBM merupakan pendekatan yang digunakan untuk
merubah perilaku higienitas dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan (Kemenkes RI, 2014). Pada tahun 2016 dari seluruh
desa/kelurahan 80.314 yang ada di Indonesia, sebanyak 76.073 desa/kelurahan
yang telah mengentri datanya, jumlah desa/kelurahan yang telah melaksanakan
STBM adalah 42% atau mencapai 33.927 desa/kelurahan (STBM, 2016).
Salah satu target Sustainable Developmental Goal (SDG’s) yang ditetapkan
yaitu untuk memastikan ketersediaan dan akses sanitasi air bersih bagi semua
orang. Pada tahun 2015, masih terdapat 2,4 miliar penduduk yang hidup tanpa
sanitasi yang baik termasuk Indonesia dengan negara ketiga setelah India dan
Nigeria (WHO, UNICEF, 2017). Di mana untuk mendukung hal tersebut
Pemerintah Indonesia menetapkan salah satu target yang dimuat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
terkait dengan sanitasi yaitu tercapainya kondisi Bebas Buang Air Besar
Sembarangan (Bebas BABS) atau Open Defecation Free (ODF) dengan sistem
pengelolaan air limbah sistem on-site bagi 100% total penduduk. Dari data
terbaru, desa dengan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) atau ODF yang
sudah terverifikasi mencapai 8.814 desa/kelurahan atau 26% dari 33.927
desa/kelurahan dengan STBM. Dalam rangka mendukung pencapaian target
RPJMN termasuk Universal Access 2019, pada akhir tahun 2019 harus tercapai
100% desa/kelurahan melaksanakan STBM, dan 50% desa/kelurahan STBM
harus mencapai SBS/ ODF yang terverifikasi. Dalam upaya pencapaian target
Universal Access 2019 ini masih ada beberapa kendala yang dihadapi
diantaranya adalah proses peningkatan perubahan perilaku cenderung
membutuhkan waktu yang relatif lama dan masalah kecukupan pendampingan
petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam
kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan (STBM, 2016).
Perilaku BABS/Open defecation termasuk salah satu contoh perilaku yang
tidak sehat. BABS/Open defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran
atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai, pantai atau area terbuka
lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan
air (Mukherjee, 2011).
Sanitasi, higienitas mandiri dan lingkungan yang buruk berhubungan dengan
penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera, demam tifoid
dan demam paratifoid, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis, hepatitis A
dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis, malnutrisi dan
penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi (Cairncross, 2013). Penyebab
penyakit infeksi yang berhubungan dengan sanitasi buruk adalah bakteri, virus,
parasit dan jamur. Siklus ini dimulai dari kontaminasi tinja manusia melalui
pencemaran air dan tanah, penyebaran serangga dan tangan kotor yang
dipindahkan ke makanan sehingga dikonsumsi oleh manusia. Proses penularan
penyakit tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penjamu (imunitas, status gizi,
status kesehatan, usia dan jenis kelamin) dan perilaku penjamu (kebersihan diri
dan kebersihan makanan) (Cairncross et. al, 2006).
Berdasarkan penelitian kualitatif, faktor yang berhubungan dengan
keberhasilan daerah bebas BABS adalah keberadaan kegiatan sosial
kemasyarakatan dan natural leader, pemicuan yang berkualitas, tidak ada
riwayat subsidi, kesadaran untuk membayar dan adanya sangsi sosial. Adapun
faktor yang menyebabkan kegagalan daerah bebas BABS adalah berfokus pada
pembangunan jamban, mengharap adanya subsidi, kurangnya monitoring paska
pemicuan, masyarakat tinggal dekat sungai dan kurangnya gotong - royong antar
warga (Mukherjee, 2011).
Perilaku BABS dan cenderung tidak memanfaatkan jamban merupakan salah
satu kebiasaan yang dimiliki individu akibat dari meniru perilaku orang-orang di
sekitarnya. Menurut Andreas (2014), peran yang paling dominan dalam sebuah
keluarga adalah Kepala Keluarga (KK). Masih adanya KK yang belum memiliki
jamban dan perilaku BABS dipengaruhi beberapa faktor perilaku, di antaranya
predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan
sebagainya), pemungkin (sumber daya atau keuangan, jarak, fasilitas/ sarana,
dan prasarana) dan penguat (petugas kesehatan, petugas lain, kelompok
referensi) (Notoatmodjo, 2007).
Salah satu penyebab target belum tercapai bahwa pendekatan yang
digunakan selama ini belum berhasil memunculkan demand, maka komponen
pemberdayaan masyarakat perlu dimasukkan dalam pembangunan dan
penyediaan jamban agar sarana yang dibangun dapat dimanfaatkan. Untuk
tujuan tersebut Indonesia mengadopsi pendekatan Community Led Total
Sanitation (CLTS) yang dikenal sebagai STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) untuk mendapatkan pendekatan yang optimal dalam pembangunan
sanitasi diperdesaan (Kemenkes, 2013).
Pendekatan STBM adalah pendekatan partisipatif untuk merubah perilaku
higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Hasil akhir pendekatan ini adalah merubah cara pandang dan perilaku
sanitasi yang memicu terjadinya pembangunan jamban dengan inisiatif
masyarakat sendiri tanpa subsidi pihak luar serta menimbulkan kesadaran bahwa
kebiasaan BABS adalah masalah bersama karena berimplikasi kepada semua
masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan
secara bersama (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan data sekunder yang kami dapat dari Pemegang Program
Kesling Puskesmas Dampit, masih terdapat 24 KK yang melakukan BABS pada
desa Bumirejo. Bedasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan pemegang
program kesling, kader, perawat dan bidan desa, hambatan tercapainya bebas
BABS adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuat
pembuangan menuju sungai, terbatasnya ketersediaan air pada beberapa
daerah, adanya anggapan bahwa jamban sehat adalah mahal dan repot, BABS
adalah tindakan yang praktis, BABS tidak berefek terhadap sakit dan jarak rumah
dekat sungai, sehingga hal ini merupakan kondisi yang penting untuk menjadi
fokus perhatian dalam upaya menghentikan perilaku BABS yang akan
berimplikasi terhadap penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit akibat
sanitasi yang buruk.

1.2 Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
dampak BABS melalui sebuah program pemicuan berbasis CLTS.

1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh masyarakat di Desa Bumirejo karena
Desa Bumirejo merupakan salah satu desa yang ditargetkan untuk ODF tahun ini
serta belum pernah terlaksananya penyuluhan mengenai ODF.
1.4 Manfaat Kegiatan
1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas Dampit
1. Memberikan data mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
dampak BAB sembarangan dan penggunaan jamban.
2. Mendukung program evaluasi pemicuan yang pernah dilakukan
puskesmas sebelumnya.
3. Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan program yang dimonitoring
secara berkelanjutan dan dapat diterapkan di wilayah lain.
1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai dampak BAB
sembarangan dan manfaat BAB di jamban
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengutamakan kesehatan
dan sanitasi yang baik
3. Menstimulasi peran aktif masyarakat untuk mengurangi pola BAB
sembarangan dan mulai menggunakan jamban dengan benar.
1.4.3 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Melatih kemandirian mahasiswa dalam mengidentifikasi dan mencari
pemecahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi pada masyarakat dengan
masyarakat secara langsung.
3. Sebagai wahana mahasiswa dalam berkontribusi dalam penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat.
BAB 2
DATA PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KECAMATAN DAMPIT

2.1 Profil Kecamatan Dampit


2.1.1 Geografis
Kecamatan Dampit merupakan sebuah kecamatan yang terletak di
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan memiliki luas 135,300 km2. Kabupaten
Malang sendiri memiliki 33 kecamatan. Kecamatan dampit berlokasi di sebelah
Tenggara 36 km dari kota Malang dengan batas wilayah :
Utara : Kecamatan Wajak & Turen
Timur : Kecamatan Ampelgading & Tirtoyudo
Selatan : Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Barat : Kecamatan Sumbermanjing Wetan & Turen
Dampit dibagi menjadi 11 desa dan 1 kelurahan yaitu:
1. Desa Amadanom
2. Desa Baturetno
3. Desa Bumirejo
4. Kelurahan Dampit
5. Desa Jambangan
6. Desa Majangtengah
7. Desa Pamotan
8. Desa Pojok
9. Desa Rembun
10. Desa Srimulyo
11. Desa Sukodono
12. Desa Sumbersuko
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Dampit
2.1.2 Topografis
Secara umum struktur tanah di wilayah Kecamatan Dampit merupakan
jenis tanah pedsolik dengan topografi sebagaian merupakan daratan dan
pegunungan dengan ketinggian 300 – 460 m di atas permukaan laut, dengan
kemiringan kurang dari 40%. Curah hujan rata-rata 1.419 mm setiap tahun.

2.2 Wilayah Kerja Puskesmas Dampit


2.2.1 Data Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas Dampit merupakan sebagian dari wilayah
kecamatan Dampit yaitu terdiri dari kelurahan Dampit, desa Amadanom, desa
Bumirejo, desa Srimulyo, desa Baturetno dan desa Sukodono.

1
Gambar 2.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Dampit
Dijabarkan terdiri dari:
Desa / kelurahan : 5 desa / 1 kelurahan
Dukuh : 24 dukuh
RW : 52 RW
RT : 386 RT
KK : 18.186 KK
GAKIN : 3223 KK
NON GAKIN : 14736 KK
Rumah : 16.202 rumah
Posyandu : 60 posyandu aktif, yang terdiri dari posyandu;
 Pratama : 23
 Madya : 21
 Purnama : 11
 Mandiri :5

2
2.2.2 Karakteristik Daerah
Wilayah kerja Puskesmas Dampit merupakan wilayah perkebunan kopi
dan merupakan pegunungan pedesaan. Sebagian besar penduduk
berpenghasilan sebagai petani tanaman perkebunan seperti kopi, cengkeh,
jagung dan sebagian kecil pedagang maupun menjadi TKI di luar negri.
Hubungan lalu lintas antar desa/kelurahan di beberapa tempat jalan
masih tanah atau berbatu, tetapi masih dapat dilalui kendaraan roda 2 atau roda
empat dengan kondisi yang sangat licin saat hujan dan medannya sulit dengan
waktu tempuh 15 menit dan paling lama 1,5 jam yaitu ke desa Sukodono dan
Srimulyo karena jalan yang rusak dan licin.
Jarak Puskesmas dari :
- Kantor Kabupaten Malang : 33,3 km (1 jam 10 menit)
- Dinas Kesehatan di Kepanjen : 23,9 km (50 menit)
- RS Saiful Anwar : 36,5 km (1 jam 20 menit)
- RSUD Kepanjen : 23,7 km ( 50 menit)

2.2.3 Demografi
Total penduduk kecamatan dampit sebanyak 67.438 jiwa, dengan jumlah
laki-laki 33.778 jiwa dan perempuan 33.660 jiwa (berdasarkan Proyeksi
Penduduk Jawa Timur Per Kabupaten/Kota 2010-2020, umpan balik dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang).

2.2.4 Sarana
2.2.4.1 Sarana Pendidikan
- PAUD : 14 buah
- TK : 29 buah
- SD : 32 buah
- SLTP : 17 buah
- SLTA : 7 buah
- Pondok Pesantren : 4 buah

2.2.4.2 Sarana Upaya Kesehatan


- Puskesmas unduk : 1 buah
- Puskesmas pembantu : 2 buah (Srimulyo, Sukodono)

3
- Polindes : 5 buah (Polaman, Amadanom, Bumirejo,
Srimulyo, Baturetno dan Sukodono)
- Posyandu : Aktif 60 posyandu
- Dokter praktek swasta : 16 orang
- Dokter umum : 7 orang
- Dokter spesialis : 0 orang
- Dokter gigi : 3 orang
- Bidan praktek swasta : 6 orang
- Klinik swasta : 5 buah
- Rumah bersalin : 1 buah
- Apotik : 4 buah
- Toko obat : 0 buah
- Pengobat tradisional/jamu : 61 orang
- Kader terlatih / terbina dari masyarakat
- Dukun bayi terlatih : 16 orang

Kader posyandu aktif : 300 orang.

4
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Metode Pengambilan Data Primer


Untuk data primer didapatkan melalui wawancara tidak terstruktur terhadap
kepala Puskesmas, Bidan dan Perawat desa, Ketua RT Desa Bumirejo dan
kader desa Bumirejo kecamatan Dampit, serta melalui pertanyaan wawancara
terhadap beberapa warga dari Desa Bumirejo. Masing-masing wawancara oleh
perwakilan keluarga yang dipilih secara acak.
3.2 Metode Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder gambaran statistik data kesehatan diperoleh dari Dinkes
Kab Malang tahun 201& dan profil kesehatan Puskesmas Dampit.
3.3 Rencana Analisis Data
Baik data primer maupun sekunder akan diolah menggunakan metode
statistik analitik deskriptif.

5
BAB 4
HASIL ANALISIS DATA

4.1 Identifikasi Masalah


Metode yang digunakan untuk identifikasi masalah adalah dengan
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui
wawancara terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, bidan desa-perawat
desa, di desa Bumirejo, serta perolehan data kuantitatif dengan pembagian
kuisioner dan data kualitatif dengan metode Focus Group Discussion pada warga
desa Bumirejo. Data primer ini digunakan untuk mencari masalah dengan
cakupan tertinggi di desa Bumirejo melalui survey langsung pada masyarakat.
Selanjutnya, pengumpulan data sekunder didapatkan dari laporan tahunan
Puskesmas Dampit pada tahun 2017. Dari data laporan tahunan di Puskesmas
diperoleh dari hasil rekapitulasi tiap bulan oleh semua bidang pelayanan
kesehatan. Hasil rekapitulasi beberapa penyakit terbanyak berdasarkan
kunjungan di Puskesmas Dampit mulai bulan Januari s/d Desember 2017.

4.1.1 Data Primer


Dari hasil wawancara dengan perawat desa dan kader kesehatan di Desa
Bumirejo didapatkan informasi bahwa praktik BAB sembarangan masih dilakukan
oleh masyarakat Desa Bumirejo. Berdasarkan informasi perawat dan kader,
perilaku BAB sembarangan yang dilakukan di RT tersebut adalah walaupun
mayoritas warga tersebut sudah memiliki jamban, masih terdapat beberapa
warga BAB di cubluk dan di sungai.

4.1.2 Data Sekunder


Data sekunder didapatkan dari laporan tahunan di Puskesmas Dampit
pada tahun 2017. Dari data laporan tahunan di Puskesmas diperoleh dari hasil
kepemilikan jamban, ketersediaan air bersih, pemanfaatan jamban serta angka
diare setiap desa, dan dari Kepala Puskesmas Dampit.
Berikut adalah data 15 penyakit terbanyak rawat jalan di Puskesmas
Dampit buat tahun 2017.

6
Tabel 4.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak Puskesmas Dampit Bulan Januari
s/d Desember 2017
KODE
NO NAMA PENYAKIT ICD JUMLAH

1 DIARE A09 1102

2 HIPERTENSI I10 2103

3 MYALGIA M79.1 859

4 ASMA J45 226

5 ISPA J06 5707

6 DYSPEPSIA K30 2078

7 TIFOID A01 1905

8 DIABETUS E11.9 1014

9 NASOFARINGITIS J00 725

10 DISORDERS OF TOOTH DEVELOPMENT AND ERUPTION K00 551

(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Dampit 2017)

Tabel 4.2. Data Capaian Program Upaya Kesehatan Puskesmas Tahun 2017

No Upaya Program Hasil Tingkat


Kesehatan cakupan kinerja
1 Program 1.Upaya Promosi Kesehatan 80.8 kurang
Essensial 2.Upaya Kesehatan Lingkungan 75.86 kurang
3.Upaya Pelayanan KIA/KB 144 Baik
4.Upaya Pelayanan GIZI
97.29 Baik
5.Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular 75.24 Kurang
6.Upaya Pengobatan
116 Baik

2 Program 1.Puskesmas dengan rawat inap 40 Kurang


Pengembangan 2.Upaya Kesehatan Usila 100 Baik
3.Upaya Kesehatan Telinga 80 Kurang
4.Upaya Kesehatan Telinga Kurang
66.67
5.Upaya Kesehatan Jiwa
85 Cukup
6.Upaya Kesehatan Olah Raga
83 Cukup
7.Upaya Pencegahan dan
Baik
penanggulanagan penyakit gigi 99
8.Bina Kesehatan Tradisional
9.Pemberdayaan Masyarakat dalam Kurang
75
PHBS Cukup
83.9
10.Pengembangan UKBM
11.Program Gizi

7
50 Kurang
2.9 Kurang

3 Manajemen 1.Manajemen Operasional Puskesmas 10 Baik


Puskesmas 2.Manajemen Alat dan Obat
3.Manajemen Keuangan Puskesmas 9.8 Baik
4.Manajemen Ketenagaan Puskesmas Baik
10
5.Manajemen Pembiayaan
6.Manajemen Pengelolaan barang dan Baik
aset 10
Baik
10 Baik
10

4 Mutu 1.Drop out pelayanan ANC (K1-K4) 10 Baik


(kesga)
2.Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 10 Baik
3.Penanganan Komplikasi kebidanan
4.Error rate pemeriksaan BTA (p2ml) Baik
5.Error rate pemeriksaan darah malaria 10
6.Kepatuhan terhadap standar ANC Baik
(kega) 10
7.Kepatuhan terhadap standar Baik
pemeriksaan TB Paru 10
8.Tingkat kepuasan pasien terhadap Baik
pelayanan Puskesmas
10
9.Kematian kasus diare setelah dirawat Baik
>48 jam (Nilai Negatif) (p2ml)
10.Balita bawah garis merah 10 Baik
11.Drop Out DPT 1 - Campak
(surveilans) 10 Baik

10
Kurang
Baik
7
10

(Sumber: Data Profil Puskesmas Dampit Tahun 2017)

8
Tabel 4.3. Data Kepemilikan Jamban di Desa Bumirejo tahun 2017

Sarana Buang Air Besar

Closet Closet
Closet Cemplung Cemplung Numpang/ Sembarangan
(+) (+)
(+) (+) Tutup (-) Tutup WC Umum (Sungai)
Cubluk Sungai

9752 783 39 192 7 7 24

Data yang diperoleh dari website STBM Indonesia, dari 9.808 KK yang
ada di wilayah Tirtoyudo, 2.124 KK masih melakukan praktik Buang Air Besar
Sembarangan. Hingga saat ini belum ada desa di Kecamatan Tirtoyudo yang
Bebas Buang Air Besar Sembarangan.

Pemicuan (Jumlah sudah dipicu/Keseluruhan*)


Verified ODF
No Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan Jml Desa/Kel Jml Desa/Kel
1 MALANG WAGIR 2/12 2
2 MALANG JABUNG 1/15 1
3 MALANG TIRTO YUDO 1/13 3
4 MALANG KASEMBON 1/6 1
5 MALANG PAGAK 1/8 1
6 MALANG SUMBERMANJING 1/15 2
7 MALANG PAKISAJI 5/12 5
8 MALANG LAWANG 1/12 1
9 MALANG DAU 0/10 3
10 MALANG PONCOKUSUMO 1/17 1
11 MALANG DONOMULYO 2/10 2
12 MALANG AMPELGADING 4/13 4
13 MALANG KARANGPLOSO 2/9 2
14 MALANG WONOSARI 4/8 8
15 MALANG GEDANGAN 1/8 1
16 MALANG BULULAWANG 0/14 1

Tabel 4.3 Data Jumlah KK yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan
(Sumber: www.stbm-indonesia.org)

9
BAB 5
RUMUSAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

5.1 Identifikasi Masalah


Dari data sekunder yang didapatkan dari laporan pencapaian target
Puskesmas Dampit serta laporan tahunan Puskesmas Dampit tahun 2017 dan
wawancara petugas kesehatan Puskesmas Dampit disimpulkan bahwa terdapat
beberapa permasalahan kesehatan di kecamatan Dampit. Dari beberapa
permasalahan kesehatan utama yang berpeluang diangkat akan dilakukan
penilaian oleh lima orang Dokter Muda, dan dua orang tenaga kesehatan
Puskesmas untuk menentukan prioritas permasalahan kesehatan utama. Dalam
menentukan prioritas masalah, digunakan metode MSF (magnitude, seriousness,
dan Feasibility) yaitu dengan memperhatikan seberapa besar masalah tersebut
mempengaruhi masyarakat, tingkat keparahan konsekuensi, dan kemudahan
untuk mengkoreksi.

5.1.1 Daftar Masalah


1. Upaya kesehatan lingkungan memiliki hasil cakupan yang kurang
yaitu 75,86% (< 81%)
2. Tidak tercapainya target UCI sebesar 84% dengan hasil realisasi
masih 38% pada tahun 2017
3. Jumlah wanita hamil dini yang berusia < 20 tahun di Kecamatan
Dampit masih tergolong tinggi dengan jumlah 53 orang dari 286 orang
wanita hamil pada tahun 2017.
4. Hasil cakupan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
menular masih kurang dengan hasil cakupan sebesar 75,24% (≤80%)
5. Hasil cakupan balita bawah garis merah masih kurang yakni 7 dari 10,
serta kurangnya kunjungan pojok gizi dengan cakupan 2,9%

10
5.1.2 Urutan Prioritas Masalah
Magnitude-Seriousness
Feasibility Sub
No Permasalahan Total
D Total
DM1 DM2 DM3 DM 4 DM5 P
P
Persentase
penduduk 5 4 4 5 3 4 3 28
Kecamatan
Dampit yang
1. melakukan 88
BABS 4 5 3 5 4 5 4 30
sebanyak
9,93% dari total
populasi 4 5 4 5 4 4 4 30

Tidak 4 3 4 4 2 3 4 24
tercapainya
target UCI
sebesar 84%
2. 78
dengan hasil
realisasi masih 5 4 5 4 4 4 3 29
38% pada
tahun 2017
4 5 4 3 3 4 2 25
Hasil cakupan
upaya 3 4 4 4 3 4 4 26
pencegahan
dan
pengendalian
3. penyakit 4 4 3 3 4 4 4 26 78
menular masih
kurang dengan
hasil cakupan
sebesar
75,24% (≤80%) 4 3 4 5 3 3 4 26

Keterangan :
DM 1 : Dokter Muda 1
DM 2 : Dokter Muda 2
DM 3 : Dokter Muda 3
DM 4 : Dokter Muda 4
DM 5 : Dokter Muda 5
DP : Dokter Puskesmas
P : Perawat
Berdasarkan skoring permasalahan yang dilakukan oleh Dokter Muda
dan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dampit, maka terpiliih adalah persentase

11
penduduk Kecamatan Dampit yang melakukan BABS sebanyak 9,93% dari total
populasi. Kemudian, didapatkan dari data primer dan sekunder bahwa penduduk
Desa Bumirejo belum pernah terverifikasi ODF, belum pernah dilakukan
pemicuan ODF dan masih ada beberapa masyarakat yang BAB sembarangan.
Intervensi yang akan dilakukan bertujuan untuk menurunkan angka
kejadian BABS Desa Bumirejo pada bulan Desember 2018 (8 bulan dari
intervensi).

5.2 Diagram Ishikawa

Gambar 3. Diagram Ishikawa

5.3 Analisis Faktor Risiko


Identifikasi akar permasalahan kesehatan atau faktor resiko prioritas di
komunitas, digunakan diagram tulang ikan (Fishbone) atau diagram Ishikawa.
Diagram tulang ikan (Fishbone) merupakan diagram yang menjelaskan
bagaimana suatu permasalahan tersebut bisa terjadi. Diagram ini terdiri dari
bagian kepala dan bagian tulang ikan. Pada bagian kepala ikan merupakan
masalah utama yang dicari tahu faktor risikonya, yaitu kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap perilaku Buang Air Besar Sembarangan.
Pada diagram Ishikawa, terbagi menjadi kategori-kategori pada bagian
tulang ikan yang bisa berpengaruh terhadap topik utama. Kategori-kategori yang
dimasukkan ke dalam bagian tulang ikan tersebut adalah Man, Environment,
Money, Machine, Material dan Method. Kemudian masing-masing kategori dibuat
perincian faktor resiko. Hasil dari diagram Ishikawa dapat digunakan untuk

12
menemukan tindakan berdasarkan pemecahan akar masalah yang diperlukan
untuk mengatasi hal yang menjadi permasalahan.
5.1 Identifikasi Akar Permasalahan Utama
Setelah ditentukan akar masalah berdasarkan diagram Ishikawa,
kemudian dilakukan skoring berdasarkan Nominal Group Technic dengan skala
1-5 untuk menentukan prioritasnya, seperti yang dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 8. Hasil Skoring Penentuan Prioritas Akar Permasalahan


DM 1 DM 2 DM 3 DM 4 DM 5 Total
Akar Permasalahan

MAN
Belum adanya 5 5 5 5 5 25
kesadaran bahayanya
mengalirkan BAB ke
sungai
Sebagian warga masih 5 5 4 4 5 23
MCK di sungai
Kurangnya 5 5 5 5 5 25
pengetahuan mengenai
jamban sehat

ENVIRONMENT
Lahan terlalu miring 5 4 5 4 5 23
Jarak antar rumah 5 5 4 4 5 23
terlalu dekat
Rumah dekat dengan 5 5 4 4 5 23
sungai
Desa terletak di daerah 5 4 4 4 5 22
tinggi
METHOD
Frekuensi penyuluhan 5 5 4 5 5 24
kurang
Belum ada peraturan 5 5 5 5 5 25
khusus yang mengatur

13
larangan BABS
Tidak ada kader khusus 5 4 4 5 5 23
kesling
MATERIAL
Belum ada alat peraga 5 4 5 4 5 23
MACHINE
Masih terdapat warga 3 3 4 3 3 16
yang belum memiliki
akses jamban
Aliran pembuangan tinja 4 3 3 3 4 17
ke sungai
Aliran air dari PAM 5 5 4 5 5 24
terbatas
MONEY
Tidak semua warga 4 3 3 4 5 19
mampu membangun
jamban sehat
Pendapatan yang 4 5 4 3 4 20
bervariasi
Keterangan:
DM 1 : Dokter Muda 1
DM 2 : Dokter Muda 2
DM 3 : Dokter Muda 3
DM 4 : Dokter Muda 4
DM 5 : Dokter Muda 5

14
Dari 12 faktor risiko yang diduga sebagai penyebab tidak tercapainya target ODF ,
didapatkan 5 prioritas akar permasalahan yaitu:
1. Belum adanya kesadaran bahayanya mengalirkan BAB ke sungai
2. Kurangnya pengetahuan mengenai jamban sehat
3. Belum adanya peraturan khusus mengenai aturan larangan BABS.
4. Masih kurangnya penyuluhan mengenai BABS dan Jamban Sehat
5. Aliran air dari PAM yang terbatas

5.4 Identifikasi Solusi


Tabel 9. Hasil Skoring Solusi Akar Permasalahan

Akar DM DM DM DM DM
No Solusi Total
Permasalahan 1 2 3 4 5

Kurangnya Membuat
kesadaran simulasi untuk
penduduk memicu
mengenai kesadaran
1. 5 5 5 5 5 25
bahayanya mengenai
membuang bahayanya
tinja ke aliran buang tinja ke
sungai sungai
Kurangnya Mengadakan
2.
pengetahuan penyuluhan
4 5 5 5 5 24
mengenai mengenai
jamban sehat jamban sehat

Belum adanya
peraturan Mengajukan
khusus peraturan desa
3. mengenai mengenai 5 5 5 5 5 25
aturan peraturan
larangan larangan BABS
BABS.

15
Membuat
flipchart
mengenai
Masih
BABS dan
kurangnya
jamban sehat 5 5 4 5 4 23
penyuluhan
4. untuk
mengenai
penyuluhan
BABS dan
oleh kader
Jamban Sehat
selanjutnya
Membuat kader
3 4 4 2 4 17
kesling
Memberikan
informasi saat
penyuluhan
Aliran air dari untuk
5. PAM yang menampung air 5 5 4 4 5 23
terbatas semaksimal
mungkin ketika
giliran aliran air
dinyalakan
Keterangan:
DM 1 : Dokter Muda 1
DM 2 : Dokter Muda 2
DM 3 : Dokter Muda 3
DM 4 : Dokter Muda 4
DM 5 : Dokter Muda 5
Dari permasalahan utama tersebut akan dibuat rangkaian kegiatan sebagai upaya
penurunan angka BABS melalui pemicuan dan advokasi Open Defecation Free kecamatan
Dampit yang kami sebut dengan Upaya Pemicuan Open Defecation Free terhadap
Masyarakat Desa Bumirejo. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2018
dan 8 Mei 2018 yang mencakup kegiatan:
1. Pembuatan dan pengesahan peraturan desa mengenai aturan larangan BABS.
2. Sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat Desa Bumirejo tentang bahayanya BAB
sembarangan dan Jamban Sehat.

16
BAB 6
PLAN OF ACTION

6.1 Health Problem and Goal


Permasalahan utama di Kecamatan Dampit ditentukan untuk membuat rancangan
kegiatan yang sesuai dengan goal yang akan dicapai. Secara lebih dalam, kegiatan yang
dilaksanakan bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat Bumirejo tentang pentingnya
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), khususnya perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS). Kegiatan diatas semua bertujuan untuk dapat merubah perilaku
masyarakat bumirejo yang masih tingginya Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Tabel 10. Tabel Masalah Kesehatan di Kecamatan Dampit


Health Problem Goal
Belum pernah dilaksanakannya Memberikan pengetahuan tentang
penyuluhan tentang ODF dan masih ODF dan merubah perilaku
adanya masyarakat yang sudah masyarakat agar buang air di wc.
mempunyai wc tetapi masih BAB di
aliran air.

6.2 Faktor Risiko dan Objektif


Faktor risiko yang menyebabkan belum tercapainya Open Defecation Free (ODF) di
Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Dijelaskan dalam bentuk tabel
berikut ini :

17
Tabel 11. Poin Penting Faktor Risiko Belum tercapainya Open Defecation Free (ODF)
di Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.

RISK FACTOR OBJECTIVE


Kurangnya pengetahuan tentang Dilakukannya rangkaian program Upaya Pemicuan
STBM, khususnya BABS pada ODF Terhadap Masyarakat Bumirejo:
semua masyarakat Desa Bumirejo, Pemberian pengetahuan tentang Open Defecation
Kecamatan Dampit (Buang Air Besar Sembarangan) dan kesadaran
perubahan perilaku pada seluruh masyarakat Desa
Bumirejo, Kecamatan Dampit
Tidak adanya upaya pelatihan cara Dilakukannya pelatihan cara membuat wc ditempat
membuat wc pada masyarakat yang benar yang dapat dilakukan dengan mudah dan
Bumirejo, Desa Bumirejo, Kecamatan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk
Dampit masyarakat Bumirejo, Desa Bumirejo, Kecamatan
Dampit

6.3Contributing Risk Factor

Tabel 12.Contributing Risk Factor Imunisasi di Kecamatan Dampit

Risk Factor Contributing Risk Factor Sub-Objective

Kurangnya Belum pernah dilakukan Dilakukannya rangkaian


pengetahuan tentang penyuluhan pemicuan program Upaya
STBM, khususnya tentang STBM khususnya Pemicuan ODF
BABS pada seluruh BABS pada seluruh Terhadap Masyarakat
masyarakat Bumirejo, masyarakat Bumirejo, Bumirejo:
Desa Bumirejo, Desa Bumirejo, Pemberian pengetahuan
Kecamatan Dampit Kecamatan Dampit tentang Open Defecation
(Buang Air Besar
Sembarangan) dan
kesadaran perubahan
perilaku pada seluruh
masyarakat Desa
Bumirejo, Kecamatan
Dampit
Tidak adanya upaya  pada faktor kognitif Dilakukannya pelatihan

18
pelatihan cara yaitu cara membuat wc
membuat wc pada menguntungkan ditempat yang benar
masyarakat Bumirejo, (praktis, dekat, yang dapat dilakukan
Desa Bumirejo, hemat dan tidak dengan mudah dan tidak
Kecamatan Dampit berefek) mengeluarkan biaya
 Desa Bumirejo yang terlalu besar untuk
merupakan desa masyarakat Bumirejo,
yang rawan BABS Desa Bumirejo,
karena Desa Kecamatan Dampit
Bumirejo dilihat dari
segi geografis
dilalui banyak
sungai

6.4 Kelompok Sasaran

Primer : Seluruh masyarakat Bumirejo terutama yang tidak mempunyai wc, Desa
Bumirejo, Kecamatan Dampit
Sekunder : Kader Kesehatan Desa Bumirejo
Tersier : Perangkat Desa Bumirejo
6.5 Metode

Kegiatan yang diharapkan dapat menurunkan angka praktik BABS di Desa Bumirejo,
dilakukan kegiatan untuk mencapai hal tersebut yang terdiri atas 2 rangkaian kegiatan, yaitu:
1. Dilakukannya rangkaian program pemberian pengetahuan tentang Open Defecation
(Buang Air Besar Sembarangan) dan kesadaran perubahan perilaku pada seluruh
masyarakat Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit dengan metode yang lebih interaktif,
yaitu menggunakan poster, presentasi menggunakan Power Point, Role model wc
idaman dan games yang edukatif
2. Dilakukannya pelatihan cara membuat wc yang benar, mudah dan tidak
mengeluarkan biaya yang terlalu besar

6.6 Rencana Evaluasi


Rencana evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13. Rincian Rencana Kegiatan dan Evaluasi Program

19
Evaluasi
Rencana Kegiatan
Process Impact Outcome
Dilakukannya rangkaian Seluruh acara Meningkatnya Menurunkan angka
program Upaya terlaksana dengan pengetahuan seluruh kejadian BABS pada
Pemicuan ODF baik sesuai rundown masyarakat Bumirejo, Desa Bumirejo
Terhadap Masyarakat acara dan dihadiri Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit
Bumirejo: 100 % seluruh Kecamatan Dampit pada bulan juli ‘18 (3
Pemberian pengetahuan masyarakat Bumirejo yang diukur dari bulan dari
tentang Open Defecation terutama masyarakat pebandingan hasil pre- intervensi)
(Buang Air Besar yang tidak mempunyai test dan post-test
Sembarangan) dan wc .Dokter muda
kesadaran perubahan memberikan wawasan
perilaku pada seluruh dan simulasi tentang
masyarakat Desa STBM, khususnya
Bumirejo, Kecamatan BABS pada
Dampit masyarakat Bumirejo,
Desa Bumirejo,
Kecamatan Dampit

Dilakukannya pelatihan Seluruh acara Meningkatnya Menurunkan angka


cara membuat wc terlaksana dengan pengetahuan warga kejadian BABS pada
ditempat yang benar baik sesuai rundown Desa Bumirejo, Desa Bumirejo,
yang dapat dilakukan acara dan dihadiri Kecamatan Dampit Kecamatan Dampit
dengan mudah dan tidak 100% masyarakat tentang cara membuat pada bulan Juli ‘18
mengeluarkan biaya Bumirejo. wc yang benar (3 bulan dari
yang terlalu besar untuk Setiap masyarakat intervensi)
masyarakat Bumirejo, Bumirejo dapat
Desa Bumirejo, menjelaskan
Kecamatan Dampit cara membuat wc
yang benar kepada
warga sekitar Desa
Bumirejo

20
6.7 Rencana Kerja
Tabel 14. Perencanaan Pelaksanaan Program
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Tenaga Waktu Biaya Ket
Pelaksana
PERSIAPAN
1 Pembuatan proposal Membuat rancangan kerja Pembimbing DM PKM Dampit DM Minggu I -
operasional
2 Meminta data ODF, Merencanakan kelompok Kepala Puskesmas, PKM Dampit DM Minggu I -
kepemilikan jamban, masyarakat yang akan menjadi Penanggung jawab
angka diare, serta sasaran di desa yang dipilih bagian Kesehatan
pemanfaatan jamban Lingkungan
3 Pertemuan dengan kepala Mendapat dukungan dari kades, Kepala desa, bidan Desa DM Minggu II -
desa, bidan desa, perawat bidan desa, perawat desa. desa, perawat desa. Bumirejo
desa, mengenai rencana
survey
4 Melakukan wawancara Merencanakan intervensi Kepsek Sekolah, Desa DM Minggu II -
21
dengan narasumber selanjutnya masyarakat Bumirejo
terkait open defecation Bumirejo
5 Pembuatan konsep Membuat materi penyuluhan - Desa DM Minggu III -
intervensi, merencanakan Bumirejo
pertemuan selanjutnya
untuk intervensi
6 Konsultasi dan evaluasi Memutuskan intervensi yang Pembimbing DM FKUB DM Minggu III -
materi untuk intervensi paling tepat
6 Seminar proposal Melaporkan rencana kegiatan Pembimbing DM FK UB DM Minggu III -
7 Pembagian undangan Pemberitahuan kepada sasaran Pihak sekolah, Desa DM Minggu IV -
Perangkat Desa Bumirejo
PELAKSANAAN
1 Pelaksanaan program Meningkatkan pengetahuan Masyarakat Desa DM, Minggu V Rp.
upaya pemicuan tentang masyarakat, mengubah Bumirejo Bumirejo perawat 300.0
dampak BAB persepsi masyarakat mengenai desa, bidan 00
sembarangan BAB sembarangan, dan desa.
22
pengambilan komitmen untuk
mengubah sikap tentang buang
air besar sembarangan

2 Pelaksanaan pelatihan Meningkatkan pengetahuan Desa Bumirejo Desa DM, Minggu V -


cara membuat wc yang tentang cara membuat wc yang Bumirejo perawat
benar, mudah dan tidak benar, mudah dan tidak desa, bidan
mengeluarkan biaya yang mengeluarkan biaya yang terlalu desa,
terlalu besar besar kepala desa
Bumirejo
EVALUASI
1 Evaluasi Semakin masyarakat Desa seluruh Masyarakat Desa DM Minggu V -
Bumirejo yang tergerak untuk Desa Bumirejo Bumirejo
membiasakan tidak buang air
besar sembarangan
Meningkatnya pengetahuan

23
masyarakat mengenai dampak
BAB sembarangan
2 LPJ Melaporkan hasil kegiatan Pembimbing DM FK UB DM Minggu VI -

24
KUESIONER ODF DAMPIT

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, H. (2014). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Keluarga Dalam


Menggunakan Jamban Di Desa Tawin Kecamatan Teluk Kota Ambon. Tesis.
Universitas Diponegoro.

Cairncross S. (2013). Sanitation in the developing world: current status and future
solutions. International Journal of Environmental Health Research.
June(13):S123 – S31.

Cairncross S, Valdmanis, V. Water Supply, Sanitation and Hygiene Promotion. In:


Dean T Jamison ea, editor. Disease Control Priorities in Developing Countries.
2nd edition ed. Washington (DC): World Bank 2006. p. 771 - 92.

Kemenkes. Indonesia. Peran pendekatan dan Strategi STBM Mendukung PAMSIMAS.


Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013.

Kemenkes RI. Kurikulum dan Modul Pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.

Mukherjee N. Factors Associated with Achieving and Sustaining Open Defecation Free
Communities: Learning from East Java. Water and Sanitation Program. 2011:1 -
8.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

WHO, UNICEF (2017) Progress on Drinking Water, Sanitation and Hygiene, Update
and SDG Baselines, 2017, Geneva.

APRIL 2018
KUESIONER ODF DAMPIT

Lampiran 3

Kuisioner

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor Responden :
2. Nama :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Jumlah Anggota Keluarga :
6. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Perguruan Tinggi

7. Pekerjaan
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. Wiraswasta
e. PNS

8. Pendapatan per kapita


a. < Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000- 2.000.000
c. > Rp. 2.000.000
d. lain-lain, sebutkan ...

Pengetahuan Responden

1. Apakah saudara mengetahui tentang BAB sembarangan?


A. Ya
B. Tidak

2. Apakah anda mengetahui tentang penyakit yang disebabkan dari BAB sembarangan?
A. Ya
B. Tidak

APRIL 2018
KUESIONER ODF DAMPIT

3. Apakah anda mengetahui tentang jamban sehat?


A. Ya
B. Tidak

4. Apakah anda tahu syarat-syarat jamban yang sehat?


A. Ya, sebutkan…
B. Tidak

5. Darimana anda mengetahui syarat-syarat jamban yang sehat? (untuk yang tahu)
A. Keluarga C. Media
B. Teman D. Lain-lain

6. Menurut Saudara, apakah yang dimaksud dengan air bersih?


A. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
B. Air yang terlihat jernih
C. Tidak tahu
D. Lain-lain

7. Menurut Saudara, bagaimana air sungai yang bersih?


A. Air sungai yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa, belum tercemar benda lain
dan tidak menyebabkan keluhan kesehatan jika digunakan
B. Air yang jernih dan tidak berbau
C. Tidak tahu
D. Lain-lain

8. Menurut Saudara, air yang bagaimana yang dapat menyebabkan keluhan/ masalah
kesehatan?
A. Air yang yang telah tercemar atau dimasuki benda lain dan tidak memenuhi
syarat kesehatan
B. Air yang terlihat berwarna (keruh) dan berbau
C. Tidak tahu

APRIL 2018
KUESIONER ODF DAMPIT

Sikap Responden

1. Apakah anda setuju desa anda dijadikan contoh menjadi desa ODF ( stop buang air
besar sembarangan ) ?
A. Ya, alasan ...
B. Tidak, alasan ...

2. Jika ada warga sekitar yang masih BAB sembarangan apakah yang akan anda lakukan?
A. Memberitahukan tentang apa yang seharus nya dilakukan dan juga memberi
penjelasan tentang bahaya-bahaya BAB sembarangan
B. Diamkan saja karena itu hak mereka
C. Lain-lain

3. Apakah anda setuju jika dibangun fasilitas buang air besar di desa ini?
A. Ya
B. Tidak

4. Jika sudah dibangun fasilitas BAB di desa ini, apakah anda tetap akan BAB di
sembarang tempat?
A. Ya, alasan ...
B. Tidak, alasan ...

5. Apakah Saudara setuju jika buang air besar di sungai?


A. Tidak Setuju
B. Setuju

APRIL 2018
KUESIONER ODF DAMPIT

Perilaku Responden

1. Dimana anda biasa BAB?


A.Jamban C. Sawah
B. Sungai D. Lain-lain

2. Apakah saudara selalu cuci tangan dengan sabun setelah BAB?


A.Ya
B. Tidak

3. Apakah keluarga Saudara memilki jamban sendiri?


A.Tidak
B. Ya

4. Apakah anda biasa mencuci piring dan/atau membersihkan diri/ mandi di


sungai?
A.Ya
B. Tidak

5. Apakah keluarga Saudara BAB di sungai?


A.Ya
B. Tidak

6. Apabila air sungai sedang banjir dan keruh, apakah keluarga Saudara
menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari?
A.Ya
B. Tidak

7. Di manakah anda merasa lebih nyaman BAB?


A. Jamban
B. Sungai

iv

Anda mungkin juga menyukai