Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Open Defecation Free (ODF) Kota
Tasikmalaya/Depok/Cianjur
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Teknologi Informasi
Kesehatan/SIK Tahun Ajaran 2021/2022)
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Sistem Teknologi Informasi Kesehatan/SIK.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Deden Supardan S.KM
M.KM selaku dosen mata kuliah Sistem Teknologi Informasi Kesehatan/SIK yang telah
memberikan tugas ini sehingga saya pribadi dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 13
3.2 Saran ...................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Open Defecation Free
(ODF)
Menurut Permenkes No. 03 Tahun 2014, STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) adalah pendekatan merubah perilaku supaya lebih hygne dan saniter
dengan cara pemicuan. Tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total
dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung,
peningkatan kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan
pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah (Kemenkes, 2012).
Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat
yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kemenkes, 2014). Pilar STBM
terdiri atas perilaku: a). Stop Buang Air Besar Sembarangan, b). Cuci Tangan
Pakai Sabun, c). Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, d).
Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan e). Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga. Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima
pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang
lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup
bersih dan sehat.
Menurut Permenkes RI No 852/Menkes/SK/IX/2008 bahwa Open
Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas
tidak buang air besar sembarangan. Suatu masyarakat disebut ODF jika :
a. Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya di jamban yang sehat
dan membuang tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di
sekolah)
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
c. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat
d. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban sehat
e. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi
3
ODF (Open Defecation Free) atau Stop BAB sembarangan adalah kondisi
ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku
buang air besar sembarang yang berpotensi menyebarkan penyakit.
2.2 Profil,grafik, dan tabel kemajuan sanitasi dan ODF Kota Tasikmalaya
Berdasarkan data STBM
2.2.1. Profil
5
Gambar 4. Grafik akses saitasi berdasarkan Puskesmas
Pada grafik digambarkan bahwa Jamban Sehat Permanen/JSP dan
ODF mengalami peningkatan dan sedang dalam proses untuk
pembangunanya sedangkan untuk Jamban Sehat Semi Permanen/JSSP dan
Sharing terlihat masih rendah.
6
Gambar 6. Grafik Kemajuan ODF
Berdasarkan data STBM dari Puskesmas terdapat 3 Desa yang
sudah menjadi Desa ODF dari 2 kecamatan yaitu Desa Kawalu, Bantar, dan
Urug. Sementara untuk desa lainnya terpantau masih dalam tahap proses.
2.2.3. Tabel
7
Gambar 8. Tabel kemajuan akses sanitasi Kota Tasikmalaya
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa dari Kabupaten Tasikmalaya terdapat
10 Kecamatan yang ternyata ODF nya masih rendah. Bahkan masih banyak
KK yang BABS. Tetapi berdasarkan data JSP dan JSSP memiliki angka tinggi
yang berarti KK di beberapa kecamatan sudah banyak yang memiliki JSP
maupun JSSP.
2.3 Keadaan sanitasi di Kota Tasikmalaya
Data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya menyatakan, jumlah warga yang
melakukan BABS masih cukup tinggi yaitu sebanyak 71.821 Kepala Keluarga
(KK) dari total 182.067 KK (STBM, 2022). Selain itu, sumber data yang sama
juga menunjukkan, hanya ada 71.563 KK yang memiliki akses sanitasi layak
8
berupa jamban sehat permanen dilengkapi dengan tangki septik, dimana selebihnya
masih banyak menggunakan jamban cubluk dan toilet bersama.
Bukan hanya jumlah angka BABS yang masih tinggi dan ketersediaan sarana
sanitasi layak yang rendah, tantangan lain yang dihadapi Kota Tasikmalaya
meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan lumpur tinja, serta
ditambah masih sedikit regulasi yang pendukung sektor sanitasi.
Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa kondisi sanitasi di Kota
Tasikmalaya masih terpantau rendah.
2.4 Kemajuan ODF di Kota Tasikmalaya
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) merupakan penyebab munculnya
beragam penyakit, salah satunya diare. Hal itu disebabkan didalam kotoran
mengandung mikroba yang secara tidak sadar masuk melalui resapan tanah yang
berdekatan dengan pembuangan kotoran. Untuk meminimalisasikan hal tersebut,
secara massif pemerintah Kota Tasikmalaya menggulirkan Program Open
Defecation Free (ODF), yang turut dijalankan di Kota Tasikmalaya dengan tujuan
mendorong masyarakat untuk lebih sehat.
Adapun kondisi ODF di Kota Tasikmalaya hanya ada 3 Desa ODF dari 2
kecamatan yang sudah terverivikasi (STBM, 2022), dari data yang sama terdapat
peningkatan mengenai pembangunan ODF yang masih proses disetiap
kecamatannya.
Agar ODF disetiap daerahnya dapat berjalan memang perlu adanya
tindakan dan antusias dari setiap warga dan aparat pemerintahnya. Untuk
mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat harus dengan memotivasi agar mau
berubah mewujudkan ODF bersama baik itu antar RT. RW, Desa, Kecamatan,
maupun dengan dinas kesehatannya.
2.5 Program atau Strategi dalam Penanganan Sanitasi Kota Tasikmalaya
Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor air limbah berada
diantara kuadran II (dua) dengan posisi strategi ”pemeliharaan agresif”, sehingga
strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam
rangka mencapai sasaran sub sektor Air Limbah, adalah :
1. Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah secara terpadu di daerah
CBD ( Central Bussiness District)
Ketersediaan lahan yang sangat terbatas di daerah CBD harus diantisipasi
dengan perencanaan dan penanganan air limbah dengan metode off-site
system. Dengan metode ini lahan yang dibutuhkan tidak terlampau besar, tetapi
9
memerlukan biaya yang besar untuk perpipaan, oleh karena itu diperlukan
kerjasama pembiayaan antara Pemerintah Kota dengan pelaku usaha pada
daerah CBD. Dilihat dari kemampuan Pemerintah Kota saat ini upaya yang
dilakukan sebatas pada pengembangan perencanaan yang mengarah pada
pengelolaan air limbah dengan metode off site system. Strategi ini untuk
mencapai sasaran 4 ”Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban
keluarga dengan tangki septik pada akhir tahun 2017”.
2. Meningkatkan akses layanan air limbah domestik berbasis rumah tangga dan
komunal bagi masyarakat miskin yang berkelanjutan;
Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) yang telah berhasil di
Kota Tasikmalaya perlu dilanjutkan untuk direplikasikan ke bagian lain di
Kota Tasikmalaya yang masih membutuhkan perbaikan akses MCK. Demikian
juga dengan upaya peningkatan layanan air limbah skala rumah tangga dengan
teknologi berbiaya rendah bagi masyarakat miskin. Strategi ini untuk mencapai
sasaran 5 ”Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) pada
tahun 2014”.
3. Meningkatkan dan optimalisasi sarana prasarana air limbah domestik untuk
memenuhi SPM, SNI ;
Keberadaan IPLT di Kota Tasikmalaya sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan kota dimana perlu dilakukan pengelolaan lumpur tinja, kondisi
IPLT saat ini kurang terawat serta pemanfaatannya belum maksimal, antara
kapasitas olah serta lumpur yang masuk belum seimbang. Perusahaan penyedot
tinja dan masyarakat yang belum menyadari peranan penting IPLT mendukung
kurang optimalnya pemanfaatan sarpras air limbah. Upaya peningkatan kinerja
dan kapasitas sarpras air limbah serta penegakan peraturan yang ketat agar
seluruh perusahaan penyedot tinja di Kota Tasikmalaya benar-benar
membuang tinjanya di IPLT Kota Tasikmalaya dan bukan di tempat lain yang
tidak dibenarkan. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 ”Meningkatnya
volume lumpur tinja yang masuk IPLT pada tahun 2014”.
4. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholders untuk mereplikasi pengelolaan air
limbah domestik berbiaya rendah ;
Upaya ini antara lain dapat dilakukan dengan cara :
• Untuk masyarakat menengah ke atas, pembangunan tangki septik
pribadi termasuk pengelolaan lumpurnya dibebankan kepada
masyarakat yang bersangkutan;
10
• Sarana pengolahan air limbah perumahan terencana (dibangun
developer) dibebankan kepada developer dan dimasukkan kepada biaya
penjualan yang akan dibebankan kepada masyarakat;
• Pembangunan IPAL pemukiman dibebankan kepada pemerintah
melalui rencana anggaran pembelanjaan Kota Tasikmalaya dibantu
melalui anggaran propinsi atau nasional;
• Pembangunan sarana pengolahan air limbah dilaksanakan secara
bertahap melalui skala prioritas.
• Biaya operasional dan pengelolaan IPAL dibebankan kepada
masyarakat dengan biaya restribusi yang dimusyawarahkan terlebih
dahulu dengan masyarakat.
• Pembangunan MCK umum
5. Sinkronisasi anggaran air limbah dengan kinerja pengelolaan air limbah
Anggaran penanganan air limbah harus disusun dan dialokasikan secara
terstruktur, sehingga meskipun SKPD pelaksananya dari beberapa elemen,
tujuan dan sasaran pengelolaan air limbah dapat tercapai. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah perlunya peningkatan anggaran pengelolaan air limbah
yang disesuaikan dengan kebutuhan, kinerja SKPD terkait serta kemampuan
keuangan Pemerintah, mengingat pengelolaan air limbah merupakan salah satu
urusan wajib Pemerintah Kota yang penting dan mendesak. Strategi ini untuk
mencapai sasaran 1 ”Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah
pada akhir tahun 2017”.
6. Menyusun Peraturan Daerah (Perda) air limbah disesuaikan dengan aturan di
atasnya ;
Keterbatasan Perda yang sudah ada saat ini hanya mengatur besaran
retribusi pembuangan lumpur tinja pada IPLT Kota Tasikmalaya, diilihat dari
perkembangan kota saat ini dimana pencemaran air tanah dan lingkungan dari
air limbah sudah semakin tinggi, diperlukan peraturan yang lebih mengikat
tentang pengelolaan air limbah. Perlu disusun aturan mengenai pembakuan
sistem pengelolaan air limbah, tugas-tugas masing-masing pemangku
kepentingan (stakeholders) dan sanksi terhadap pelanggarannya, sehingga
perbaikan pengelolaan air limbah dan pengurangan pencemaran lingkungan di
kota Tasikmalaya dapat terwujud. Strategi ini untuk mencapai sasaran 6
”Tersedianya Regulasi air limbah domestik pada tahun 2017”.
7. Meningkatkan kampanye PHBS tentang air limbah yang tepat sasaran ;
11
Kampanye sanitasi yang terkait dengan perilaku hidup bersih dalam sub
sektor air limbah perlu segera dilakukan terutama pada daerah kumuh yang
tidak memiliki sarana pengolahan air limbah dan memiliki kebiasaan tidak
sehat. Salah satunya dengan menggiatkan sosialisasi berupa penyuluhan secara
rutin baik berupa penyuluhan dari rumah ke rumah atau penyuluhan bersama di
kelurahan atau kecamatan, serta memaksimalkan pertemuan-pertemuan di
masyarakat. Berbagai upaya komunikasi dapat dikembangkan untuk
menggugah kesadaran masyarakat baik komunikasi langsung maupun
komunikasi tidak langsung. Strategi ini untuk mencapai sasaran 7
”Meningkatnya kesadaran masyarakat sebesar untuk tidak membuang air
limbah domestik ke saluran drainase pada akhir tahun 2017”.
8. Meningkatkan kompetensi pengelola air limbah dalam aspek teknis dan non
teknis.
Peningkatan kompetensi pengelola air limbah dapat dilakukan dengan
mekanisme :
• Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam mengawasi, mengelola dan
memelihara infrastuktur sistem sanitasi lingkungan terutama
pengolahan limbah cair pemukiman;
• Peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan staf pengelola;
• Peningkatan sarana dan prasarana kerja seperti penambahan jumlah
komputer dan laboratorium pengujian;
• Melakukan penyusunan program atau manual kerja pengelolaan air
limbah pemukiman;
• Pembentukan lembaga atau perusahaan daerah IPAL (PD-IPAL).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kota Tasikmalaya yang terdiri dari 10 Kecamatan, 23 Puskesmas, 16
Sanitaria , 6 sanitarian terlatih, dan 88% fasilitator aktif masih memiliki masalah
sanitasi dan ODF yang belum merata disetiap daerahnya. Berdasarkan data STBM
s/d 2022 terdapat 287,28 jiwa yang masih BABS atau 71,821 KK dari total
182.067 KK. Hal ini menunjukan bahwa ODF di Kota Tasikmalaya belum berjalan
dan tidak direalisasikan, hanya ada dua kecamatan saja yang sudah terverivikasi
sebagai Kecamatan ODF yaitu Kecamatan Kawalu dan Bungursari. Untuk
sanitasinya pun, masih terpantau rendah, karena bukan hanya BABS yang masih
tinggi tetapi ketersediaan sanitasi yang layaknya masih rendah, pengelolaan air
domestik, pengelolaan lumpur tinja yang belun berjalan maksimal, dan sedikitnya
regulasi pendukung sektor sanitasi.
3.2 Saran
Perlu adanya penegasan dari pihak berwajib/pemerintah kepada setiap
kecamatan atau desanya bahwa perlu diadakannya sebuah inovasi agar dapat
tercipta lingkungan dengan sanitasi yang layak. Selain itu ditekankan juga bahwa
masyarakat perlu terbebas dari BABS sehingga dapat terbentuk masyarakat di tiap
kecamatan atau desa ODF. Selain sebuah pergerakan dari pemerintah maupun
masyarakat, pihak pusat perlu mendanai kegiatan tersebut agar dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sukmana, Irman. 2021. “Satgas ODF Kelurahan Kahuripan Kota Tasikmalaya Gencarkan
Sosialisasi PHBS”,
https://kabarpriangan.pikiran-rakyat.com/kabar-priangan/pr-1482699974/satgas-odf-
kelurahan-kahuripan-kota-tasikmalaya-gencarkan-sosialisasi-phbs , diakses pada 2 januari
2022 pukul 14.00 WIB
14