Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Sanitasi
Lingkungan
Disusun oleh:
KELOMPOK
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
nikmat iman, kesehatan, serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya hingga pada umatnya hingga akhir zaman.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Tugiyo SKM., M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Dasar Sanitasi Lingkungan yang telah memberikan
banyak ilmu pengetahuan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehinga makalah
yang berjudul “Fasilitas Dasar Sanitasi” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar Sanitasi Lingkungan ini dapat disusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam Menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Penulis berharap agar
makalah ini memberikan banyak manfaat bagi para pembaca. Untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis.
i
DAFTAR ISI
C. TUJUAN ...................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................................3
A. Definisi Jamban............................................................................................ 3
B. Jenis-jenis Jamban........................................................................................ 4
B. Saran........................................................................................................... 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. Definisi Jamban
3
4
B. Jenis-jenis Jamban
b. Jamban Plengsengan
Merupakan tempat untuk membuang kotoran di mana terdapat
saluran yang bentuknya miring penghubung antara tempat jongkok ke
tempat pembuangan kotoran. Jamban plengsengan lebih baik bila di
bandingkan jamban cubluk karena baunya lebih berkurang dan lebih
aman bagi pemakai jamban. Namun, sebaiknya bagi jamban cubluk dan
plengsengan ada baiknya tempat jongkok harus dibuatkan tutup (Ina
Kegy, 2020).
c. Jamban Parit/Empang
Jamban yang dibangun di atas sungai, rawa dan empang. Kotoran
dari jamban ini jatuh kedalam air dan akan dimakan oleh ikan atau
dikumpulkan melalui saluran khusus dari bambu atau kayu yang
ditanam mengelilingi jamban (Ina Kegy, 2020)
f. Jamban Air
Jamban air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan
tangki pembusukan, yang berasal dari Amerika Serikat kira-kira
Sembilan puluh tahun yang lalu. Kini, jenis jamban itu banyak
digunakan di negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia
Tenggara. Apabila tangkinya kedap air, tanah, maupun air tanah, serta
air permukaan tidak akan terkontaminasi. (Catur, dkk. 2019: 332)
D. Definisi BABS
sumur. Jarak ini akan menjadi lebih jauh pada jenis tanah liat
atau berkapur terkait dengan porositas tanah, selain itu akan
berbeda juga pada kondisi topografi yang menjadikan posisi
jamban di atas muka dan mengikuti aliran air tanah. Bakteri E-
coli patogen (bersifat anaerob) yang biasanya mempunyai usia
harapan hidup selama tiga hari. Kecepatan aliran air dalam tanah
berkisar 3 meter per hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam
tanah di Pulau Jawa 3 meter/hari), sehingga jarak ideal antara
tangki septic dengan sumur sejauh 3 meter per hari x 3 hari = 9
meter.
2. Tidak berbau serta memungkinkan serangga tidak dapat masuk
ke lubang jamban. Hal ini dilakukan misalnya dengan menutup
lubang jamban tersebut
3. Air pembersih yang digunakan untuk menyiram tinja tidak
mencemari tanah di sekitarnya. Bisa dilakukan dengan membuat
lantai jamban dengan luas 1x1 meter dengan sudut kemiringan
yang cukup ke arah lubang jamban.
4. Jamban mudah dibersihkan dan aman digunakan. Harus dibuat
dari bahan yang kuat dan tahan lama.
5. Jamban memiliki dinding dan atap pelindung.
6. Lantai kedap air.
7. Ventilasi dan luas jamban yang cukup.
8. Tersedianya air, sabun dan alat pembersih. Tujuannya agar
jamban tetap bersih dan terhindar dari bau tinja. Pembersihan
tinja dilakukan minimal 2-3 hari sekali.
1. Pendanaan
a. Kurangnya dukungan dana untuk mendukung program
STBM di level kabupaten/ kota.
b. Kurangnya inovasi skema pendanaan mandiri di level desa.
2. Kelembagaan
a. Kurang komitmen pemerintah daerah.
b. Rendahnya kolaborasi lintas sektor.
3. Lingkungan
a. Keterbatasan lahan di kawasan kumuh perkotaan.
b. Kurangnya ketersediaan akses air bersih untuk daerah-
daerah tertentu.
c. Meningkatnya cuaca ekstrim, bencana, dan dampak
perubahan iklim.
4. Teknis
a. Kurang maksimalnya penyediaan akses sanitasi emergensi di
lokasi bencana.
b. Kurangnya opsi sanitasi bagi lingkungan yang sulit.
c. Keterbatasan akses saniatasi di sekolah dan tempat layanan
publik.
d. Ketiadaan atau kurang optimalnya instalasi pengolahan
lumpur tinja (IPLT) yang memadai di daerah.
5. Sosial
a. Kurang kesadaran akan resiko kesehatan dari BABS.
b. Kurangnya kepedulian dan peran masyarakat dalam program
sanitasi.
c. Faktor budaya lokal yang kurang mendukung ketersediaan
toilet di rumah.
d. Kurangnya kesadaran pemenuhan sanitasi bagi masyarakat
berkebutuhan khusus.
e. Praktek buang besar terbuka di wilayah perkotaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2009. Strategi dan Langkah Pemicuan Masyarakat Dalam Program
Pamsimas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Murwati. 2012. Faktor Host Dan Lingkungan yang Mempengaruhi Perilaku Buang
Air Besar Sembarangan. Semarang: Universitas Diponegoro
Puspawati, Catur, dkk. 2019. Kesehatan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stiawati, Titi. 2021. “Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk
merubah perilaku hidup sehat di kelurahan Kasunyatan kota Serang provinsi
Banten”. Jurnal Administrasi negara. 9(2): 179-191.
Tutuanita, Ni Nengah Y., dkk. 2022. Laporan Tahunan 2022: Stop Buang Air Besar
Sembarangan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
13