Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

“KELUARGA SEHAT”

OLEH KELOMPOK 3:

ANGGI ANDA MOVIROH (1713201018)

DIAN CAESAR PERMANA (1713201023)

FHANNY FABERIA PUTRI (1713201008)

HUSNA HIDAYATUL URFA (1713201032)

SRI ATIKA WAHYUNI (1713201003)

VINA APRILIANTI (1713201013)

DOSEN PEMBIMBING : FITRIA FATMA, S.KM, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas tentang Keluarga Sehat.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini untuk itu penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini.

 Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca serta penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum WR.WB

Bukittinggi, 16 September 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah………………………………………….………………………………4

C. Tujuan...................................................................................................................................5

D. Sasaran..................................................................................................................................5

BAB II TINDAKAN KEKERASAN PADA ANAK......................................................................6

A. Pengertian Kekerasan Pada Anak.........................................................................................6

B. Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Anak...........................................................................7

C. Pelaku Tindak Kekerasan Terhadap Anak...........................................................................8

D. Ruang Lingkup Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap Anak...........................................9

E. Penyebab Tindak Kekerasan...............................................................................................10

F. Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Anak.......................................................................12

G. Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Anak.................................................................13

H. Penanganan Tindak Kekerasan Terhadap Anak.................................................................14

I. Penguatan Kelompok Dasawisma......................................................................................17

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................23

A. Kesimpulan.........................................................................................................................23

B. Saran...................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut
melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai
pembuangan kotoran manusia menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatan masyarakat,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin
diatasi (Notoatmodjo, 2003). Pada masa sekarang ini pemilihan jamban cemplung masih
menjadi masalah, mengingat jamban cemplung merupakan jenis jamban yang kurang
memenuhi syarat kesehatan.
Di Indonesia presentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat
baru sekitar 60% dan yang yang lainnya tidak menggunakan jamban dan lebih suka buang air
besar (BAB) di sungai dan tempat-tempat lainya (Riskesdas, 2007).
Berdasarkan kasus yang kami temukan,masih adanya masyarakat yang menggunakan
jamban tidak sehat yaitu jamban apung seperti pada gambar yang terletak di daerah kamang,
Bukittinggi dan di daerah Geregeh, Kec. Mandiangin koto selayan, Bukittinggi.Umumnya,
masyarakat di daerah tersebut menggunakan jamban cemplung sebagai tempat pembuangan
tinja.
Tidak hanya sebagai tempat pembuangan tinja, namun kolam yang dijadikan tempat
jamban tersebut juga digunakan untuk aktivitas lainnya seperti mandi dan mencuci di sekitar
kolam. Dari gambar tersebut, juga tampak jamban-jamban tetap berdiri bahkan sebagian
kondisi bangunan jambannya banyak kayu yang lapuk, bolong-bolong papannya dan
‘ringkih’ seperti mau rubuh ketika ada orang mempergunakannya. Jamban itu dibuat
menggunakan kayu kurang bagus sehingga cepat lapuk, dan konstruksi bangunannya juga
tidak sesuai standar
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya penguatan kelompok dasawisma dalam pencegahan dan
penanganan dini tindak kekerasan pada anak
2. Bagaimana cara mengurangi tindak kekerasan terhadap anak di lingkungan keluarga
dan masyarakat
3. Bagaimana cara meningkatan peran kelompok dasawisma dalam pencegahan dan
penanganan dini tindak kekerasan terhadap anak.

C. Tujuan

D. Sasaran
1. Tim Penggerak PKK Pusat, Provinsi, Kabupaten atau Kota, Kecamatan dan
Kelurahan atau Desa, Kelompok PKK Lingkungan/Dusun/RW/RT.
2. Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab Penggunaan Jamban yang Tidak Sehat


Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus/WC.
Jamban keluarga merupakan sarana sanitasi dasar untuk menjaga kesehatan lingkungan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Masalah penyakit lingkungan
pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai
masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan
tinja terutama dalam pelaksanaan tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta
masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi,
kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena
merupakan salah satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang
kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatalgatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada
sumber air dan bau busuk serta estetika (Syaifuddin, 2000).

Umumnya, masyarakat disekitar daerah tersebut menggunakan jamban cemplung karena:

1. Faktor Pendidikan
Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat
desa. Faktor pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor
pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga akan ikut
rendah.
2. Faktor Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan dampak dari penggunaan
jamban yang tidak sehat, serta bahaya dari penggunaan jamban apung tersebut.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari suatu objek. Pengetahuan terjadi setelah
melakukan pengamatan atau penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan
terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga. Menurut Budioro yang menyatakan bahwa dengan adanya
rangsangan dari luar seperti informasi/penyuluhan tentang sanitasi dan kesehatan
lingkungan serta dampaknya terhadap kejadian penyakit akibat sanitasi yang buruk
akan membentuk pengetahuan seseorang yang akhirnya dapat segera berubah ke
pengetahuan yang lebih baik, dan menuju perubahan perilaku. Hasil penelitian
lainnya mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu pendorong untuk
seseorang merubah perilaku. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa
pengetahuan seseorang tentang jamban akan menentukan perilakunya dalam hal
buang air besar.
3. Dukungan dari tenaga kesehatan
Fungsi atau peran petugas kesehatan adalah membina peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. Dalam hal penggunaan jamban,
kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan antara lain adalah memberikan
penyuluhan secara berkala tentang manfaat dan syarat-syarat jamban sehat, juga
melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan
kemauan masyarakat memiliki dan menggunakan jamban keluarga. Tenaga kesehatan
walaupun sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat, tetapi biasanya mereka
adalah bukan bagian dari masyarakat di daerah tersebut. Faktor-faktor yang
Pemanfaatan jamban tidak terwujud bila masyarakat belum terbentuk keyakinan akan
manfaat dari perilaku tersebut. Bila intensitas penyuluhan tidak kontinyu atau tidak
cukup membentuk keyakinan, maka peran petugas belum dapat membentuk
keyakinan masyarakat dalam merubah perilaku pemanfaatan jamban.
4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menjadi penting untuk membentuk perilaku dalam satu keluarga.
Bila perilaku pemanfaatan jamban didukung oleh seluruh keluarga, maka dengan
mudah seluruh keluarga untuk berperilaku pemanfaatan jamban. Keluarga dengan
pendidikan relatif baik dan berpenghasilan baik akan lebih mudah menerima
informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan dalam penggunaan jamban.
5. Kurangnya ketersediaan air bersih
Jamban yang diberikan pemerintah memerlukan air untuk membersihkannya. Bila
masyarakat ketersediaan airnya kurang maka pemanfaatan jamban juga menjadi
kurang. Dalam hal ini diperlukan peningkatan ketersediaan air. Kebutuhan air bersih
sehari-hari untuk keperluan jamban keluarga sebanyak 45 liter perorang perhari.
6. Faktor Ekonomi
Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang kurang pada masyarakat tersebut,
bagi masyarakat sekitar,jamban leher angsa memerlukan biaya yang mahal untuk
membuatnya. Status ekonomi berkontribusi terhadap rendahnya cakupan dan akses
terhadap jamban terutama jamban sehat. Hal inilah yang menyebabkan jumlah
penduduk dengan cakupan kepemilikan dan pemanfaatan jamban rendah.
7. Tindakan Masyarakat
Masyarakat juga mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban
cemplung sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-ikutan
membuat jamban cemplung
8. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan
Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa dengan penggunaan jamban
cemplung di kolam yang sama untuk mencuci dan mandi dapat mengakibatkan
berbagai macam dampak negatif seperti terjadinya diare dan penyakit kulit.
9. Gaya hidup dan perilaku masyarakat
Seperti adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan. Kebiasaan
masyarakat yang turun temurun membuat masyarakat menjadi sulit untuk merubah
perilaku tersebut.
10. Lingkungan masyarakat
Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
Banyaknya masyarakat yang berfikir bahwa untuk mengatasi masalah kesehatan
hanya menjadi tugas tenaga kesehatan. Sehingga kurangnya kontribusi masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan tersebut.
11. Yang berkaitan dengan system pelayanan kesehatan
a. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh. Dimanana banyaknya faktor
yang menjadi kendala seperti jauhnya jarak yang di tempuh untuk menuju pusat
pelayanan kesehatan tersebut, dan masih belum meratanya pelayanan kesehatan
ke hingga kepelososk pelosok daerah, akibatnya masyarakat menjadi tidak tahu
dampak dan bahaya penggunaan jamban cemplung dikarenakan tidak adanya
penyuluhan tentang permasalahan tersebut.
b. Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih berorientasi pada kuratif. Sehingga
kurangnya penyuluhan atau pemberian edukasi kepada masyarakat tentang
penggunaan jamban sehat dan juga akibat serta bahaya penggunaan jamban tidak
sehat.
12. Kurangnya dukungan dari pemerintah dan tokoh masyarakat
Umumnya, tokoh masyarakat memberikan dukungan positif cukup banyak, tetapi
penggunaan jamban masih belum sebanyak yang menyatakan dukungan oleh tokoh
masyarakat. Dukungan tokoh masyarakat adalah dukungan yang diperoleh dari
hubungan interpersonal yang mengacu pada kesenangan,ketenangan, bantuan
manfaat, yang berupa informasi yang diterima seseorang atau masyarakat dari tokoh
masyarakat yang dapat membawa efek perilaku seseorang. Tokoh masyarakat adalah
role model bagi masyarakat sehingga selain anjuran, tokoh masyarakat juga harus
memberikan contoh perilaku yang dapat diikuti oleh masyarakat.
B. Penanggulangan
Dari berbagai masalah yang terjadi langkah awal yang dilakukan yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat


Yaitu dengan cara bekerja sama dengan pihak kesehatan terkait untuk membentuk
kader-kader kesehatan untuk memberikan pengarahan terhadap masyarakat luas
tentang pentingnya memelihara kesehatan terutama BAB di jamban yang sehat.
Selain itu harus sering .
2. Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang BAB yang baik dan benar
Dengan memberikan pengertian agar masyarakat sadar akan rasa malu jika BAB
sembarangan, atau jijik karena meminum air yang tercemar oleh tinja.
3. Pembuatan dan perawatan jamban yang baik dan benar kepada masyarakat.
Jika masyarakat mengeluhkan pembuatan jamban leher angsa memerlukan biaya
yang mahal, maka kita sarankan membuat jamban cemplung tetapi sehat. Kriteria
jamban yang sehat yaitu sebagai berikut: tidak mengotori permukaan tanah di
sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah disekitarnya, tidak mengotori air
tanah disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah di
gunakan dan di pelihara, sederhana desainnya dan murah. Dengan pendekatan seperti
ini diharapkan masyarakat sendiri akan bergerak dan ada kesadaran yang tumbuh di
masyarakat yang pada akhirnya bisa menumbuhkan upaya hidup yang lebih sehat.
4. Membuat Program JAGA (Jamban Keluarga)
Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat
terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Kepemilikan
jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah sehat selain pintu
ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang
tidur, ruang tamu, dan dapur.
5. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan bertujuan agar masyarakat merasa lebih terpicu untuk merubah
perilaku mereka dalam memelihara jamban dengan baik dan sehat. Karena prinsip
pemberdayaan adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Kegiatan pemberdayaan yang
saat ini sedang gencar dilakukan adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
6. Promosi kesehatan yang lebih intensif
Upaya promosi kesehatan juga merupakan alternatif kebijakan yang bisa dijalankan.
Upaya–upaya promosi yang bisa dilakukan antara lain mengadakan penyuluhan
tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), kampanye Stop Buang Air
Besar Sembarangan, pemutaran 5 film ke desa–desa terpencil yang diselingi pesan–
pesan kesehatan, dan sebagainya. Dengan upaya promotif ini masyarakat diharapkan
meningkat perilakunya, khususnya perilaku mengenai Stop BABS
7. Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
meningkatkan perilaku higienis.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah atau pemangku kepentingan lainnya, maka
masyarakat akan lebih mudah percaya dengan apa yang kita sampaikan dan lebih
mudah diterima oleh masyarakat sekitar.
8. Melakukan pola pembinaan dan pengembangan program yang efektif .
Dimana tenaga kesehatan bersama-sama dengan ormas, lembaga keagamaan, PKK,
maupun Dinas Pemerintah melakukan pembinaan kepada masyarakat dengan
program yang sudah direncanakan.
9. Peningkatan demand masyarakat terhadap jamban yang sehat melalui pemicuan
masyarakat tentang lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat yang berdampak
terhadap kehidupan social masyarakat, promosi tentang berbagai pilihan jamban serta
pentingnya hidup bersih dan sehat.
10. Peningkatan supply dengan memperbanyak jenis pilihan jamban yang disediakan
dipasar dengan berbagai gradasi harga akan meningkatkan daya beli masyarakat
terhadap material sanitasi dan permintaan untuk penyediaan material sanitasi yang
lebih banyak.
11. Peningkatan stakeholder dalam upaya memfasilitasi pengembangan program sanitasi
secara swadya oleh masyarakat dan mengubah paradigm bahwa pendekatan sanitasi
tidak berorientasi pada peningkatan cakupan fisik melalui subsidi, namun perubahan
prilaku secara kolektifdan inisiatif dilakukan oleh masyarakat.
12. Arisan Jamban Sehat
masih banyak warga di pedesaan yang belum memiliki jamban dan akhirnya buang
air besar (BAB) sembarangan. Untuk membantu warga kurang mampu, Kabupaten
Pemalang pun membuat solusi 'arisan jamban'. Arisan jamban dilakukan oleh setiap
10 rumah (dasawisma) dengan membayar iuran sebesar Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu
setiap bulannya. Setelah terkumpul, uang tersebut akan digunakan untuk biaya
pembuatan jamban di masing-masing peserta jamban. Perlu diketahui, untuk
membuat jamban sederhana yang sehat, dibutuhkan biaya sekitar Rp 600-750 ribu.
Bagi warga yang kurang mampu, tentu tidak mudah untuk mengumpulkan uang
tersebut dalam waktu singkat.
13. Pemberian Program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Pencapaian STBM di tiap provinsi di Indonesia didukung adanya aplikasi Monev
STBM. Sistem aplikasi yang berbasis internet memantau secara realtime,  aplikasinya
diisi masyarakat, diverifikasi sama puskesmas. Verifikasi itu masuk (terdata) ke
dalam aplikasi. Bisa dilihat dari aplikasi, sudah berapa banyak desa yang diverifikasi
menyatakan, sudah punya jamban di setiap keluarga berapa jumlah desa,
kota/kabupaten, dan provinsi yang sudah melaksanakan STBM. Daerah yang sudah
bebas BAB sembarangan maupun yang perlu diverifikasi STBM juga terlihat,pun
semakin kuat dengan adanya kebijakan Kepmenkes No. 852 Tahun 2008 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Kementerian Kesehatan memperkuat kebijakan
STBM menjadi Permenkes No.3 Tahun 2014. Hasil STBM semakin memuaskan dari
tahun ke tahun. Laporan Kementerian Kesehatan memperlihatkan, sanitasi
masyarakat sudah meningkat mencapai 65,33 persen. Angka itu dihitung dari tahun
2005 sampai Maret 2017.
14. Sosialisasi dampak dari buruk perilaku masyarakat BAB sembarangan.
Harus ada sosialisasi tentang dampak dari buruk perilaku masyarakat BAB
sembarangan. Tak cukup berhenti hanya sampai sosialisasi, setelah itu solusinya
seperti apa? Pemerintah setempat juga harus memberikan solusi yang konkret.
15. Pendekatan dengan Perangkat Desa.
Menjelaskan kepada perangkat-perangkat desa untuk menjadikan program jamban
sehat masuk kedalam salah satu program kerja yang akan diatasinya,dan setelah itu
membina masyarakat sekitar untuk bergotong-royong baik itu untuk jamban umum
yang pastinya bisa digunakan oleh masyarakat seitar,dan tak lupa juga untuk
bergotong-royong diantara keluarga saling berbagi tugas untuk membersihkan,atau
menjadikannya kegiatan rutin mingguan keluarga.
C. Keterkaitan Jurnal dan Kasus yang Didapat
Berdasarkan jurnal yang didapat,maka keterkaitannya dengan kasus yang di temui
yaitu adanya persamaan faktor penyebab masyarakat menggunakan jamban tidak sehat,
diantaranya pengetahuan,sikap, ekonomi, dan pendidikan dari masyarakatnya. Dan dapat
juga kita ketahui, dari kedua kasus tersebut permasalahan jamban masih sangat butuh
perhatian dari pemerintah, mengingat besarnya dampak yang di timbulkan dari
penggunaan jamban yang tidak sehat tersebut. Diantaranya dampat menimbulkan
penyakit diare yang disebabkan bakteri E. Coli yang dapat berasal dari tinja manusia,
tifus, disentri, kolera dan beberapa penyakit kulit lainnya. Namun, dari jurnal tersebut
dapat kita ketahui bahwa masyarakat disekitar desa tawiri kecamatan teluk Ambon, Kota
Ambon, sudah banyak yang menggunakan jamban sehat dirumah mereka, Hanya sekitar
28% warga yang masih menggunakan jamban apung.

Adapun faktor yang menyebabkan warga desa Tawiri masih menggunakan


jamban apung sama halnya dengan warga disekitar garegeh dan di kamang, bukittinggi.
Yaitu, faktor ekonomi dan dukungan dari tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat yang
merupakan role model, sebaiknya bisa merangkul masyarakat dan mengajak masyarakat
untuk menggunakan jamban sehat tersebut.Dengan adanya dukungan dari tokoh
masyarakat lainnya, maka masyarakat akan lebih mudah percaya dengan apa yang kita
sampaikan dan lebih mudah diterima oleh masyarakat sekitar.

Pada sebagian tempat di desa Tawiri yang masih menggunakan jamban apung
seperti yang terdapat di daerah Garegeh, juga sama-sama dikarenakan kurangnya
ketersediaan sarana dan prasaranajamban di rumahnya. Dan masih banyak juga yang
memiliki persepsi bahwa jika menggunakan jamban leher angsa tidak akan bisa BAB.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkat sanitasi di Indonesia masih sangat rendah, terutama penggunan jamban yang
baik dan benar. Dari rendahnya perilaku tersebut Indonesia masih sangat tinggi permasalahan
kesehatan terkait diare. Daerah tersebut tergolong daerah yang masih rendah tingkat
penggunaan jambannya dikarenakan beberapa faktor seperti budaya yang melekat,
keterjangkauan terhadap biaya pembuatan jamban, serta pola pikir masyarkat yang masih
salah. Padahal dari perilaku yang tidak menggunakan jamban sehat (yang baik dan benar)
dapat berdampak kepada kesehatan terutama diare. Hal ini yang merupakan sebagian
gambaran rendahnya penggunaan jamban di Indonesia yang menyebabkan Indonesia masih
tergolong Negara yang rendah terhadap sanitasinya.

B. Saran
Dengan mengucap syukur pada Allah SWT akhirnya penulis dapat  menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu masih
diperlukannya kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. 
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47009/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=AB7C162F0F12D494A92EF6AA735CA030?sequence=4

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/19900/14202

http://eprints.umpo.ac.id/440/2/BAB%201.pdf

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/download/5223/3956/

http://eprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2-24072013092751.pdf

Anda mungkin juga menyukai