Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PRE MENSTRUASI SINDROM


(PMS)

NAMA : KURNIAHASMITA
NIM : 171440111
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MATERNITAS
TINGKAT/SEMESTER : II/IV
DOSEN PENGAMPU : ERNI CHAERANI, MKM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik/Pokok Bahasan : Pre Menstruasi Sindrom (PMS)


Hari/tanggal : Kamis, 18 April 2019
Pukul : 07.30-08.00 WIB
Penyuluh : Kurniahasmita
Sasaran : Remaja Putri Desa Tanjung Gunung
Tempat : Balai Desa, Desa Tanjung Gunung, Kecamatan Pangkalan
Baru, Kab. Bangka Tengah

A. Analisa Situasi :
Premenstruasi sindrom (PMS) merupakan salah satu gangguan yang
paling umum pada wanita. Sebanyak 30-50% dari wanita mengalami gejala
PMS, dan sekitar 5% meraskan gejala cukup parah yang berdampak besar pada
kesehatan fisik dan fungsi sosial mereka. Sebanyak 10% lainnya mengalami
PMS yang sangat parah hingga menyebabkan ketidakhadiran disekolah
ataupun tempat kerja selama 1-3 hari setiap bulannya . PMS ditandai denagn
perubahan yang cepaat dalam suasana hati (misalnya ketidaknyamanan
payudara, nyeri pada perut, sakit kepala, kembung, edema, kelelahan,
insomnia) selama fase luteal akhir siklus menstruasi. Memperbaiki gaya hidup
dengan meningkatkan aktifitas fisik dan pola makan yang sehat dapat
mengurangi terjadinya PMS.
B. Diagnosa Keperawatan :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari
informasi tentang Premenstruasi Sindrom (PMS)
C. Tujuan :
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Pre Menstruasi Sindrom
(PMS), diharapkan remaja putri desa Tanjung Gunung dapat memahami
tentang Pre Menstruasi Sindrom (PMS) dan dapat mengaplikasikan
pencegahan dan penanganannya sehingga tidak timbul dampak dari
premenstruasi sindrom yang tidak tertangani.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Pre Menstruasi Sindrom (PMS)
remaja putri desa Tanjung Gunung diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kembali tentang definisi premenstruasi sindrom.
b. Memahami konsep premenstruasi sindrom.
c. Mengaplikasikan penanganan dan pencegahan premenstruasi sindrom.
d. Memahami tentang premenstruasi sindrom sehingga masyarakat
mampu meminimalisis dampak kejadian premenstruasi sindrom yang
tidak tertangani dengan baik.

D. Isi Materi :
1. Pengertian Remaja
2. Pengertian Premenstruasi Sindrom (PMS)
3. Penyebab Premenstruasi Sindrom (PMS)
4. Gejala Premenstruasi Sindrom (PMS)
5. Tipe-Tipe Premenstruasi Sindrom (PMS)
6. Pencegahan Premenstruasi Sindrom (PMS)
7. Penanganan Premenstruasi Sindrom (PMS)
8. Dampak Premenstruasi Sindrom (PMS)
E. Metode :
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
F. Media :
1. Leaflet
2. LCD dan Proyektor
3. Laptop
G. Pelaksanaan kegiatan :
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1 Pembukaan:  Memberi Salam.  Menjawab salam. 2 menit
 Salam  Memperkenalkan  Mendengarkan
 Perkenalan diri.  Memperhatikan.
 Tujuan  Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
2 Melakukan Bertanya, Menjawab, 5 menit
curah pendapat menyimpulkan memberikan
pendapat
3 Memberikan Menjelaskan materi Mendengarkan dan 15
materi tentang: memperhatikan menit
 Pengertian Remaja materi yang
 Pengertian disampaikan
Premenstruasi penyuluh.
Sindrom (PMS)
 Penyebab
Premenstruasi
Sindrom (PMS)
 Gejala
Premenstruasi
Sindrom (PMS)
 Tipe-Tipe
Premenstruasi
Sindrom (PMS)
 Pencegahan
Premenstruasi
Sindrom (PMS)
 Penanganan
Premenstruasi
Sindrom (PMS)
 Dampak
Premenstruasi
Sindrom (PMS)
4 Evaluasi:  Memberikan  Memberikan 5 menit
Tanya jawab. kesempatan pada pertanyaan.
para remaja putri  Menyampaik
untuk bertanya. an
 Memberikan kesimpulan
kesempatan pada hasil
remaja putri desa penyuluhan.
Tanjung Gunung
untuk
menjelaskan/menye
butkan kembali
kesimpulan dari
materi yang telah
disampaikan
5 Penutup:  Membacakan  Mendengarkan. 3 menit
 Kesimpulan kesimpulan materi  Mendengarkan.
 Terima kasih kepada remaja putri  Menjawab salam
di desa Tanjung
Gunung
 Mengucapkan
terima kasih atas
peran masyarakat
desa Tanjung
Gunung
 Penutup.

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural:
a. Remaja putri desa Tanjung Gunung yang hadir di tempat penyuluhan
sesuai waktu yang dijadwalkan.
b. Penyelenggaraan dilaksanakan di balai desa, desa tanjung Gunung
c. Pengorganisasian penyelenggaraan dilaksanaan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses:
a. Sasaran antusias terhadap materi penyuluh.
b. Tidak ada masyarakat yang meninggalkan tempat penyuluhan samapi
acara berakhir
c. Masyarakat mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil
penyuluh
3. Evaluasi Hasil:
Evaluasi pertanyaan lisan.
LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Pengertian Remaja
Remaja adalah priode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
setelah masa kanak-kanank dan sebelum masa dewasa. Masa remaja
merupakan masa peralihan yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial. Batasan usia remaja menurut WHO adalah
usia 12-18 tahun. Selama priode reproduksi kehidupan, seorang wanita akan
mengalami haid atau menstruasi.
B. Pengertian Premenstruasi Sindrom (PMS)
Sindroma premenstruasi merupakan gejala fisik, psikologis, dan emosi
yang terkait dengan siklus menstruasi wanita; gejala biasanya timbul 6-10 hari
sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
Menurut El Manna premenstruasi sindrom merupakan suatu keadaan
yang menerangkan bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan
dengan siklus menstruasi. Biasanya, gejala tersebut muncul pada 7-10 hari
sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
C. Penyebab Premenstruasi Sindrom (PMS)
Banyak dugaan bahwa sindroma premenstruasi terjadi akibat kombinasi
dari berbagai faktor yang kompleks dimana salah satunya adalah akibat
perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Selain faktor hormonal,
peranan faktor gaya hidup diantaranya aktifitas fisik dan mikronutrien juga
tidak bisa diabaikan. Olahraga teratur dapat membantu mengurangi sindroma
premenstruasi selain memberikan tubuh yang sehat. Penelitian Christiany, dkk
(2009) mendapatkan hubungan yang bermakna antara asupan kalsium.
Penyebab sindroma premenstruasi berhubungan dengan beberapa faktor
diantaranya:
1. Faktor hormonal
Ketidakseimbangan kadar hormon esterogen dan progesteron dimana
esterogen sangat berlebih hingga melampaui batas normal sedangkan kadar
progesteronnya menurun.
2. Faktor kimiawi
Kadar serotonin yang berubah-ubah selama siklus menstruasi, dimana
aktivitas serotonin sendiri berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,
kelelahan, agresif dan lain sebagainya. Kadar serotonin yang rendah
ditemukan pada wanita dengan sindroma premenstruasi.
3. Faktor genetik
Insiden sindroma premenstruasi 2x lebih inggi pada kelahiran kembar satu
telur (monozigotik) dibandingkan kelahiran kembar dua telur (dizigotik)
4. Faktor psikologis
Stress sangat besar pengaruhnya terhadap sindroma premenstruasi. Gejala-
gejala sindroma premestruasi akan makin nyata dialami oleh wanita yang
terus menerus mengalami tekanan psikologi.
5. Faktor aktifitas fisik
Kebiasaan olahraga yang kurang dapat memperberat sindroma
premestruasi. Aktifitas fisik telah direkomendasikan untuk mengurangi
keparahan sindroma premenstruasi. Aktifitas fisik secara teratur
direkomendasikan untuk mengurangi kelelahan dan depresi terkait
sindroma premenstruasi. Beberapa sumber menyatakan latihan aeorobik
adalah alternatif yang efektif untuk mengurangi sindroma premenstruasi.
Beberapa mekanisme biologis dapat menjelaskan hubungan aktifitas fisik
dengan sindroma premenstruasi. Aktifitas fisik dapat meningkatkan
endorphiin, menurunkan esterogen dan hormon steroid lainnya,
meningkatkan transportasi oksigen dalam otot, mengurangi kadar kartisol
dan meningkatkan keadaan psikologis. Semua mekanisme ini mendukung
hubungan terbalik aktifitas fisik dengan sindroma premenstruasi, dimana
makin berkurangnya kkeparahan sindroma premenstruasi. Menurut Dusek
(2001) prevalensi disminore/nyeri haid pada masa menjelang menstruasi
jauh lebih tinggi pada perempuan ynag tidak berolahraga secara teratur.
Secara psikologi aktifitas fisik dapat membangun mood, meningkatkan rasa
percaya diri, dan meningkatkan kemampuan mengatasi tantangan.
6. Kalsium
Peneliti menunjukan bahwa kalsium berpengaruh terhadap gangguan
moood dan perilaku yang berlangsung selama sindroma premenstruasi.
Gejala-gejala seperti gelisah, hidrasi dan depresi mulai sembuh pada
seseorang dengan sindroma premenstruasi yang mengkonsumsi kalsium
dengan tanpa efek samping. Asupan harian yang direkomendasikan untuk
kalsium adalah 1000mg/hari. Peneliti Jacobs dan Susan (2000) juga
menyatakan bahwa pemberian kalsium murni terbukti secara signifikan
mengahasilkan 50% pengurangan gejala sindroma premenstruasi. Asupan
tinggi kalsium dengan jumlah 1336 mg/hari dapat memperbaiki gejala-
gejala gangguan mood, perilaku, nyeri, dan retensi air selama siklus
menstruasi. Sumber utama kalsium berasal dari susu dan hasil olahan
lainnya seperti yogurt dan keju. Penting juga untuk memenuhi asupan 400-
800 IU vitamin D setiap hari bersamaan dengan kalsium untuk
mendapatkan efek yang maksimal
7. Magnesium
Asupan magnesium yang cukup tiap harinya berpengaruh terhadap
sindroma premenstruasi yang dialami. Peneliti Ramadani, M (2011)
mendapatkan pengaruh yang signifikan antara tingkat konsumsi
magnesium dengan sindroma premenstruasi pada mahasiswa. Temuan ini
disukung oleh Christiany (2006) yang menyebutkan ada hubungan antara
asupan magnesium dengan sindroma premenstruasi. Asupan harian yang
direkomendasikan untuk magnesium adalah 250 mg/hari. Magnesium yang
diberikan selamam fase luteal siklus menstruasi keluar terbukti dapat
mengurangi skor total gejala dan kelompok afeksi negatif. Sumber
magnesium terbaik adalah sayuran hijau seperti bayam. Sumber lainnya
adalah kacang,biji-bijian, gandum, oetmeal, yogurt, kedelai, alpokat, dan
pisang
8. Vitamin B
Vitamin B6 dapat membantu meringankan depresi dan gelisah yang terkait
dengan PMS. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan
antara pemberian vitamin B kompleks dengan sindroma premenstruasi,
ditandai dengan berkurang hingga hilangnya keluhan fisik dan psikologi
terkait sindroma premenstruasi . dosis vitaminn B6 yang direkomendasikan
adalah 50-100 mg/hari. Makanan sumber utama vitamin B6 meliputi sereal,
sayuran (wortel, bayam, kacang polong) telur dan daging.
D. Gejala Premenstruasi Sindrom (PMS)
Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan PMS
namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah
tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 6-10 hari
menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu
aktifitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi. Gejala sindroma
premestruasi meliputi gejala fisik, emosi, dan prilaku.
Gejala fisik diantaranya; kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu)
acne (jerawat), nyeri pada kepala, punggu,perut bagian bawah, nyeri pada
payudara, gangguan saluran cerna (rasa penuh/kembung) konstipasi, diare,
perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings). Gejala emosi dan
prilaku: mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung),
depresi, kecemasan, gangguan konsentrasi, insomia (sulit tidur). Tidak semua
tanda dan gejala diatas selalu muncul, namun wanita dikategorikan mengalami
sindroma premenstruasi jika didapatkan satu gejala emosi dan satu gejala fisik
yang dialami saat premenstruasi (6-10 hari menjelang menstruasi) setidaknya
dua siklus berturut-turut, berdampak negatif terhadap aktifitas harian, dan
gejala menghilang setelah menstruasi berakhit.
E. Tipe-Tipe Premenstruasi Sindrom (PMS)
Menurut Guy E Abraham et al gejala-gejala klinis yang dijumpai pada
sindrom premenstruasi dibagi menurut gejala yaitu : tipe A, H, C dan tipe D.
Sekitar 80% merupakan gangguan premenstruasi sindrom tipe A, sedangkan
tipe H sekitar 60%, premenstruasi sinrom tipe C sebanyak 40% dan
premenstruasi sindrom tipe D sebanyak 20% kadang-kadang seorang wanita
mengalami gejala gabungan misalnya tipe A dan D secara bersamaan.
Adapun gejala dari setiap tipe premenstruasi sindrom, yaitu;
1. Tipe A (anxiety) ditandai denagn gejala seperti cemas, sensitif, saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai
sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat tidak
seimbangnya hormon esterogen dan progesteron, dan dijumpai kadar
esterogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron.
2. Tipe H (hyperhydration) memiliki gejala oedema (pembengkakan, perut
kembung nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan
berat badan sebelum haid). Gejala dari tipe ini dapat juga dirasakan
bersamaan dengan tipe sindrom premenstruasi tipe lain. Pembengkakan ini
terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena
tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Terapi untuk tipe ini
yaitu pemberian obat diuretik untuk mengurangi retensi (penimbunan) air
dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.
3. Tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makan
yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya
gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam
jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung
berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemi
timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa
ingin mengkonsumsi makanan manis disebabkan stres, tinggi garam dalam
diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6) atau
kurangnya magnesium.
4. Tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau
mencoba bunuh diri. Biasanya premenstruasi sindrom tipe D berlangsung
bersamaan dengan sindrom premenstruasi tipe A, hanya sekitasr 3% dari
selurh tipe sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom
premenstruasi tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan esterogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid
terlalu tinggi dibandingkan dengan esterogennya. Kombinasi sindrom
premenstruasi tipe D dengan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu stress, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penimbunan
timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B terutama B.
F. Pencegahan Premenstruasi Sindrom (PMS)
Cara pencegahan premenstruasi sindrom yang dapat dilakukan menurut
Kinanti (2009):
1. Melakukan diet yang sehat, mengkonsumsi buah dan sayuran atau
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung cukup vitamin
dan mineral seperti vitamin A, B6, E serta kalsium.
2. Melakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit sebanyak empat
hingga enam kali dalam seminggu. Aerobik melatih otot besar yang
membantu meredakan ketegangan syaraf dan kecemasan, serta retensi
cairan yang menyebabkan perut terasa penuh.
3. Menghindari dan mengatasi stres
4. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebih dapat
meningkatkan resiko menderita PMS
5. Mencatat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS
6. Memperhatikan apakah sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus
datang bulan berikutnya.
G. Penanganan Premenstruasi Sindrom (PMS)
Adapun cara penanganan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita
lainya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi.
Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat
memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya
premenstruasi sindrom. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan
premenstruasi sindrom untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga
dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketidakstabilan emosi sedang
terjasi.
2. Modifikasi gaya hidup
Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan
orang terdekatnya, baik pasangan, teman maupun keluarga. Terkadang
konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun
teman menherti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita
tersebut
3. Melakukan diet
Seperti mengurangi kafein (mengurangi rasa tertekan, udah tersinggung,
dan gelisah) garam, termasuk kandungan sodium pada makanan kemasan
(mengurangi kembung) mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks
dan serat, seperti roti gandum, pasta, sereal, buah, dan sayura: menambah
asupan protein pada menu makanan; mengkonsumsi makanan kaya vitamin
dan mineral; mengurangi gula dan lemak (meningkatkan energy dan
menstabilkan mood) dan menghentikan konsumsi alkohol.
4. Obat-obatan
a. Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral.
b. Obat anticemas, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
yang dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari sebelum
menstruasi.
c. Obat nyeri over the counter (OTC) yaitu obat-obatan penghilang nyeri
seperti asam asetilsalisilat, asetaminofen dan obat antiinflamasi
nonsteroid. Obat-obatan ini dapat membutuh menyembuhkan gejala
fisik yang sifatnya sedang, seperti nyeri otot atau sakit kepala.
H. Dampak Premenstruasi Sindrom (PMS)
Menurut Barizad (2005) dampak gejala PMS, yang tidak tertangani
dengan baik dapat mengakibatkan:
1. Mengakibatkan stres fisik dan psikis. Jika tidak dilakukan penanganan
terhadap stres tersebut maka dapat mengakibatkan deplesimagnesium.
Deplesi ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang dan meningkatnya resiko
osteoporosis. Jika hal ini telah terjadi maka resiko patah tulang akibat tulang
yang keropos menjadi lebih besar.
2. PMS yang sudah parah dan tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut
menjadi Pra menstrual Sysphoric Disorder (PMDD) menyatakan bahwa
wanita yang mengalami PMDD mengalami kegagalan penyesuaian sosial
dan pengurangan kualitas hidup. Kegagalan ini berupa gangguan pada diri
wanita itu sendiri yang berupa emosi yang tidak sabil dan rasa cepat marah.
Kondisi ini menyebabkan wanita tersebut menjadi lebih sering marah ketika
mengalami menstruasi sehingga membuat orang lain tidak nyaman untuk
berinteraksi.
I. Referensi
Muhammad Ramadani. 2012. Premenstrual Syndrome (PMS).
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/103/109
diakses pada tanggal 17 April 2019
N Mufidah. 2014. BAB II Kajian Teori Premenstrual Syndrome (PMS).
http://etheses.uin-malang.ac.id/769/6/10410127%20Bab%202.pdf
diakses pada tanggal 17 April 2019

Anda mungkin juga menyukai