A. Latar Belakang
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-
undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya
diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun. Berdasarkan ilmu
kesehatan pernikahan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun dapat berakibat buruk
pada kesehatan reproduksi. Berdasarkan pendataan yang telah dilakukan, didapatkan
jumlah remaja putri 80 orang dengan persentase 16% melakukan perkawinan di usia
kurang dari 20 tahun. Didapatkan pula jumlah 574 KK dengan persentase 52%
istrinya menikah saat usia kurang dari 20 tahun.
Berdasarkan pendataan tersebut dan mengingat bahayanya dampak pernikahan
dibawah usia 20 tahun maka mahasiswi mencoba memberikan informasi tentang
pernikahan di bawah usia 20 tahun beserta dampak yang akan terjadi.
D. Materi
1. Pengertian pernikahan usia muda.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan
usia muda.
3. Dampak pernikahan usia muda.
4. Cara pencegahan pernikahan usia muda.
5. Pemecahan masalah pernikahan usia muda.
E. Metode
Metode dilakukan dengan ceramah, diskusi dan tanya jawab.
F. Media
Leaflet yang berisi penjelasan tentang pernikahan usia muda.
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari, tanggal : Jumat, 29 November 2019
2. Pukul : 09.00 Wib - selesai
3. Tempat : SMK Negeri 5 Medan
H. Setting Tempat
LCD
Proyektor
Penyaji
Moderator
P P P
Fasilitator I P P P
P P P
Pembimbing
Observer dan
Notulen
Keterangan:
P : Peserta
I. Pelaksanaan Kegiatan
No. Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta
1. Pembukaan (10 menit)
a Membalas salam
memperkenalkan diri
b Menjawab dan memberi
pertanyaan dan menggali pendapat
pengetahuan tentang pernikahan
usia muda
c Memperhatikan
d Menerima dan membaca
2. Pelaksanaan (25 menit)
a Menjelaskan definisi pernikahan Mendengarkan
usia muda.
b Menjelaskan faktor-faktor yang Memperhatikan
mempengaruhi terjadinya
pernikahan usia muda.
c Menjelaskan dampak pernikahan Memperhatikan
usia muda.
d Menjelaskan cara pencegahan Memperatikan
pernikahan usia muda.
e Menjelaskan pemecahan masalah Memperhatikan
pernikahan usia muda
3. Penutup (10 menit)
a Menyimpulkan hasil pemberian Memperhatikan
ceramah
b Memberikan kesempatan peserta Mengajukan pertanyaan
untuk bertanya langsung
J. Evaluasi
1. Evaluasi formatif
a. Siswa/i dapat menjelaskan tentang pengertian pernikahan usia muda
b. Siswa/i dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pernikahan usia muda.
c. Siswa/i dapat menjelaskan dampak pernikahan usia muda
d. Siswa/i dapat menjelaskan cara pencegahan pernikahan usia muda
e. Siswa/i dapat menjelaskan pemecahan masalah pernikahan usia muda
K. Referensi
Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum, Edisi III. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fak. Psikologi UGM.
Tri Rusmi Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Infomedika
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian
Anak adalah seseorang yang terbentuk sejak masa konsepsi sampai akhir masa
remaja. Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008
(pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Sedangkan UU Perkawinan No.1 Tahun
1974 menjelaskan batas usia minimal menikah bagi perempuan 16 tahun dan lelaki
19 tahun. Definisi anak berdasarkan UU No. 23 tahun 2002, adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk dalam anak yang masih berada dalam kandungan.
Pernikahan anak didefinisikan sebagai pernikahan yang terjadi sebelum anak
mencapai usia 18 tahun, sebelum anak matang secara fisik, fisiologis, dan psikologis
untuk bertanggung jawab terhadap pernikahan dan anak yang dihasilkan dari
pernikahan tersebut.
Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia
kurang dari 18 tahun dan laki-laki berusia kurang dari 20 tahun.
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-
undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya
diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.
Menurut agama pernikahan dini adalah pernikahan sebelum seorang anak baligh.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-
hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini
mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi
tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi
rendah.
c. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang
rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang sangat
menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan
terhadap perempuan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si
anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen
anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.