Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERNIKAHAN DINI

Oleh:

DYTA DWI SHILVIA KHAKIKI (181303008)


EUNIKE NOVIKA TRI ATMADANI (181303009)
IZZATUL MUKHLISOH (181303014)
MARETA ROSATAMA (181303016)
PUTRI RAHMAWATI HAMID (181303019)
SITI SULAIHAH (181303024)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


DIII KEBIDANAN
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kesehatan Reproduksi

Sub Topik : Perkawinan Usia Muda

Sasaran : Remaja di Desa Pulorejo

Hari, Tanggal :

Waktu :

Tempat : Balai Desa Pulorejo

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui dan
mengerti tentang perkawinan usia muda.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta dapat :

1. Menjelaskan pengertian perkawinan usia muda.


2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perkawinan usia muda.
3. Menerangkan dampak perkawinan usia muda.
4. Menjelaskan cara pencegahan perkawinan usia
muda.
5. Menyebutkan pemecahan masalah perkawinan usia
muda.
C. Materi
1. Pengertian perkawinan usia muda.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
perkawinan usia muda.
3. Dampak perkawinan usia muda.
4. Cara pencegahan perkawinan usia muda.
5. Pemecahan masalah perkawinan usia muda.( materi
terlampir )
D. Metode
Metode dilakukan dengan ceramah dan tanyajawab

E. Media
Leaflet yang berisi penjelasan tentang perkawinan usia muda.

F. Pelaksanaan Kegiatan
No. Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta
1. Pre conference (10’)

a Membalas salam
memperkenalkan diri
b
dan menggali pengetahuan tentang
perkawinan usia muda Menjawab dan memberi
c pendapat
d

Memperhatikan

Menerima dan membaca


2. Pelaksanaan (25’)

a Menjelaskan definisi perkawinan usia Mendengarkan


muda.
b Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perkawinan Memperhatikan
usia muda.
c Menjelaskan dampak perkawinan usia
muda.
d Menjelaskan cara pencegahan Memperhatikan
perkawinan usia muda.
e Menjelaskan pemecahan masalah
perkawinan usia muda Memperatikan

Memperhatikan
3. Post conference (10’)

a Menyimpulkan hasil pemberian Memperhatikan


ceramah
b Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya langsung Mengajukan pertanyaan

G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.

Bentuk evaluasi adalah pertanyaan lisan :

1. Jelaskan pengertian perkawinan usia muda !


2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perkawinan usia muda!
3. Jelaskan dampak perkawinan usia muda !
4. Jelaskan cara pencegahan perkawinan usia muda !
5. Sebutkan pemecahan masalah perkawinan usia
muda !

H. Referensi
Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum, Edisi III. Yogyakarta:
Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM.

Tri Rusmi Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Infomedika

Zunairrohmah, 2019. Poltekkes Jogja.


MATERI

PERNIKAHAN DINI

A. Pengertian
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan
anak-anak atau remaja yang berusia dibawah usia 19 tahun. Menurut
United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa pernikahan
usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak
resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun. Menurut UU RI Nomor 1
Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun. Apabila masih di bawah umur tersebut, maka
dinamakan pernikahan dini.
Sedangkan pernikahan dini menurut BKKBN adalah pernikahan yang
berlangsung pada umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari 20
tahun pada wanita dan kurang dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia
dini rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti meningkatkan
angka kesakitan dan kematian pada saat persalinan dan nifas, melahirkan
bayi premature dan berat bayi lahir rendah serta mudah mengalami stress.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini
Menurut Noorkasiani, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pernikahan usia muda di Indonesia adalah:
1. Factor Individu
a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.
Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula
berlangsungnya pernikahan sehingga mendorong terjadinya
pernikahan pada usia muda.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah
tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya pernikahan
usia muda.
c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Pernikahan usia muda dapat
berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau menentang yang
dilakukan remaja terhadap perintah orang tua. Hubungan dengan
orang tua menentukan terjadinya pernikahan usia muda. Dalam
kehidupan sehari-hari sering ditemukan pernikahan remaja karena
ingin melepaskan diri dari pengaruh lingkungan orang tua.
d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang
dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan
pernikahan yang berlangsung dalam usia sangat muda, diantaranya
disebabkan karena remaja menginginkan status ekonomi yang
lebih tinggi.
2. Faktor Keluarga
Peran orang tua dalam menentukan pernikahan anak-anak mereka
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Social ekonomi keluarga
Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai
keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Pernikahan tersebut
akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap
anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami
dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga, yaitu menantu yang
dengan sukarela membantu keluarga istrinya.
b. Tingkat pendidikan keluarga
Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering
ditemukan pernikahan diusia muda. Peran tingkat pendidikan
berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang kehidupan
berkeluarga.
c. Kepercayaan dan atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga.
Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga
menentukan terjadinya pernikahan diusia muda. Sering ditemukan
orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda
karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga,
mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk menjaga
garis keturunan keluarga
d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah
remaja.
Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau
mengatasi masalah remaja, (misal: anak gadisnya melakukan
perbuatan zina), anak gadis tersebut dinikahkan sebagai jalan
keluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu
atau rasa bersalah.
3. Faktor Lingkungan masyarakat
a. Adat istiadat
Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia bahwa anak
gadis yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan dipandang
“aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal
tersebut ialah menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat
mungkin sehingga mendorong terjadinya pernikahan usia muda.
b. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
Sering ditemukan pernikahan usia muda karena beberapa pemuka
masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan
yang dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan kedudukannya
untuk kawin lagi dan lebih memilih menikahi wanita yang masih
muda, bukan dengan wanita yang telah berusia lanjut.
c. Tingkat Pendidikan Masyarakat.
Pernikahan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan
masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang tingkat
pendidikannya amat rendah cenderung mengawinkan anaknya
dalam usia yang masih muda.

C. Dampak Pernikahan Dini


Dampak pernikahan dini terdapat dua dampak antara lain :
1. Dampak Positif
a. Mengurangi beban orang tua, karena dengan menikahkan anaknya
maka semua kebutuhan anaknya akan di penuhi oleh suami, dan
bahkan orang tua berharap beban ekonominya juga akan dibantu.
b. Mencegah kemaksiatan, seperti terjadinya perzinahan atau kumpul
kebo di kalangan remaja, dengan menikah kan anaknya orang tua
akan merasa tenang, karena perzinahan atau bahkan hamil diluar
nikah di kalangan remaja tidak akan terjadi.
2. Dampak Negatif
a. Dampak terhadap pasangan suami istri
Terkadang anak yang menikah di usia dini tidak bisa memenuhi
atau bahkan tidak tahu sebenarnya apa saja hak dan kewajibannya
sebagai suami istri itu ? nah, ketidaktahuan ini di sebabkan karena
mental dan fisik yang belum matang dan belum benar-benar siap
untuk menghadapi kehidupan setelah pernikahan, akibatnya
masing-masing pihak ingin menang sendiri dan pertengkaran pun
tidak dapat di hindari.
b. Dampak terhadap masing-masing keluarganya
Pernikahan yang dilakukan anak-anak yang masih di bawah umur,
mereka masih mempunyai sifat kekanak-kanakan dimana mereka
belum bisa mandiri dalam mengurusi kehidupan keluarganya.
Biasanya mereka yang melakukan pernikahan dini itu masih ikut
dengan orang tua, masih tinggal dengan orang tuanya sehingga
mereka tidak bisa mandiri dalam menyelesaikan permasalahan
yang mereka hadapi. Ketika terjadi pertengkaran dalam rumah
tangga mereka, maka orang tua masing-masing akan ikut campur
dalam menyelesaikan masalah nya. Nah hal inilah yang akan
mengurangi keharmonisan antar keluarga masing-masing.

c. Dampak terhadap anak-anaknya


Tidaklah mudah untuk menjalankan pernikahan di usia muda,
terutama bagi wanita yang melangsungkan pernikahan di bawah
umur 20 tahun apabila hamil akan mengalami gangguan-gangguan
pada kandungannya, selain itu rentan perceraian di dalam
pernikahan dini. Mengapa? Karena seringkali pertengkaran
ataupun perselisihan itu berujung perceraian. Dan biasanya
sebelum terjadi perceraian anak sudah lahir, hingga kemudian anak
itu di titipkan untuk sementara waktu ataupun selamanya kepada
nenek dan kakeknya atau saudara ayah dan ibunya.
D. Cara pencegahan perkawinan usia muda.
1. Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.
2. Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.
3. Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada
remaja.
4. Menyebarluaskan NKKBS.
5. Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu
dengan konseling.
E. Pemecahan masalah perkawinan usia muda.
1. Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah di atas 20 tahun.
2. Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani
ketrampilan fisik untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
3. Diberi penjelasannya bahwa sikap mental yang labil dan belum matang
emosionalnya belum siap untuk bertanggung jawab.
4. Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan
yang lebih tinggi.
5. Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat
tinggi.
6. Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia
muda kemandiriannya masih rendah dan menyebabkan tingginya
angka perceraian.

Anda mungkin juga menyukai