C. Materi
1. Pengertian perkawinan usia dini.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia dini.
3. Dampak perkawinan usia dini.
4. Cara pencegahan perkawinan usia dini.
5. Pemecahan masalah perkawinan usia dini. ( materi terlampir )
D. Metode
Metode dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab.
E. Media
Leaflet yang berisi penjelasan tentang perkawinan usia dini.
F. Pelaksanaan Kegiatan
Jawaban :
1. Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan berusia
kurang dari 16 tahun dan laki-laki berusia kurang dari 19 tahun tanpa adanya
kesiapan mental, psikis, materi.
2. Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua, factor ekonomi, pergaulan
bebas, menutupi aib keluarga, hamil sebelum nikah.
3. Dampak secara biologis : anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih
dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan
hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian
melahirkan.
Dampak psikologis : secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang
hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan
dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.
Dampak Sosial : secara sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam
masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan
pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja.
4. Cara pencegahan perkawinan usia dini :
a. Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.
b. Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.
c. Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada remaja.
d. Menyebarluaskan NKKBS.
e. Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu
dengan konseling.
5. Pemecahan Masalah Perkawinan Usia Dini.
a. Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah di atas 20 tahun.
b. Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan
fisik untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
c. Diberi penjelasannya bahwa sikap mental yang labil dan belum matang
emosionalnya belum siap untuk bertanggung jawab.
d. Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan yang
lebih tinggi.
e. Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat
tinggi.
f. Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia
muda kemandiriannya masih rendah dan menyebabkan tingginya angka
perceraian.
H. Referensi
http://www.academia.edu/6615132/SAP_Perkawinan_Usia_Muda
http://alfiyah23.student.umm.ac.id/2010/01/29/dampak-pernikahan-dini/
http://www.infosehat.com/
http://www.kompas.co.id/
Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum, Edisi III. Yogyakarta:
Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM.
Tri Rusmi Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Infomedika
LAMPIRAN MATERI
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya
yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta
hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak. Menurut temuan Plan, sebanyak
44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen
anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
c. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang
rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang sangat
menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan
kekerasan terhadap perempuan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini
mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi.
Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah
kawin.