Anda di halaman 1dari 34

EFEKTIVITAS METODE “SPEOS”

(STIMULASI PIJAT ENDORPHIN, OKSITOSIN DAN SUGESTIF)


TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS

MATA KULIAH : PENGEMBANGAN PROPOSAL


DOSEN PEMBIMBING : RACHMAWATI S.Sos. M.Kes
KELOMPOK 5 :
1. ASNITA HERIYANTI (PO 5140418 002)
2. EFI GUSNIARTI (PO 5140418 015)
3. NEMBI TILOPA (PO 5140418 032)
4. OKTI ECHRAMA (PO 5140418 036)
5. REVO CIANA (PO 5140418 042)
6. RIFI WULANDARI (PO 5140418 043)
7. TRI WAHYUNI (PO 5140418 048)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
D4 KEBIDANAN ALIH JENJANG

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air S usu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting,

terutama pada bulan – bulan pertama kehidupan bayi. Namun, hanya 39%

bayi di bawah enam bulan mendapatkan ASI eksklusif. Banyak masalah

muncul di hari-hari pertama pemberian ASI. Penelitian yang dilakukan oleh

Sandra dan Ahmad (2003) menunjukkan bahwa ibu yang memberikan

pemberian ASI dini besarnya 21,16%.

Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6

bulan di Indonesia berfluktuasi da lam empat tahun terakhir, menurut data

Susenas cakupan ASI Eksklusif sebesar 34,3% pada tahun 2009, tahun 2010

menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tahun 2011

angka itu naik menjadi 42% dan menurut SDKI tahun 2012 cakupan ASI

Eksklusif sebesar 27%.

Berdasarkan data Dinas Kesehata n Provinsi Jawa Barat tahun 2012,

cakupan ASI Eksklusif mencapai 42,35%. Kabupaten C irebon merupakan

wilayah yang berada di Jawa Barat dengan cakupan ASI Eksklusif dari

sasaran 8.372 bayi 0 – 6 bulan pada tahun 2012 menunjukan persentase

40.23% tidak jauh berbeda dibandingkan dengan cakupan di kota C irebon

sebesar 35.69%.

2
Permasalahan ASI yang tidak keluar pada hari – hari pertama

kehidupan bayi seharusnya bisa di antisipasi sejak kehamilan melalui

konseling laktasi. Tetapi penyebarluasan informasi di antara petugas

kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar 60%

masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga

kesehatan terlatih yang bisa memberikan konse ling menyusui. Sehingga perlu

adanya solusi untuk ibu yang terlajur khawatir dan mencegah pemberian susu

formula karena masalah pemberian ASI dini yang disebabkan AS I tidak

keluar di hari pertama.

Untuk membantu ibu n i fas dengan masalah pada hari pertama

pengeluaran ASI mengingat keberhasilan pemberian ASI Eksklusif sangat

ditentukan pada hari – hari pertama pengeluaran ASI dan berdasarkan

beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk proses laktasi dalam rangka

mendukung pemberian AS I eksklusif, maka peneliti tertarik untuk

mengembangkan dan membuktikan penelitian Efektivitas Metode “SP EOS”

(Stimulasi P ijat Endorphin, Oksitosin, dan Sugestif) Terhadap Pengeluaran

ASI Pada Ibu N ifas di Wilayah Kabupaten Cirebon. Konsep “SP EOS” disini

yaitu melakukan stimulasi untuk membantu pengeluaran hormon oksitosin

melalui pijat oksitosin, memberikan rasa nyaman dan menumbuhkan

keyakinan pada ibu bahwa ASI ibu pasti keluar dan ibu bisa memberikan ASI

secara eksklusif dengan pijat endorphin dan sugestif / afirmasi positif. Dari

latar belakang tersebut maka penulis ingin meneliti Efektivitas Metode “SP

EOS” (Stimulasi P ijat Endorphin, Oksitosin, dan S ugestif) Terhadap

Pengeluaran ASI Pada Ibu N ifas di BPM Wilayah Kabupaten C irebon.


3
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian atau rumusan masalah sebagai berikut :

Seberapa besar efektivitas penggunaan metode “SP EOS” terhadap

pengeluaran ASI?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan dan efektivitas

pengeluaran AS I antara ibu nifas yang diberikan metode “SPEOS ”

dengan yang tidak diberikan perlakuan.

2. Tujuan K husus

a. Mengidenifikasi pengeluaran ASI pada ibu nifas yang diberikan

perlakuan metode “SP EOS”

b. Mengindentifikasi pengeluaran ASI pada ibu nifas yang tidak

diberikan perlakuan metode “SPEOS ”

c. Menganalisis perbedaan dan efektivitas pengeluaran ASI pada ibu

nifas yang diberi perlakuan metode “SPEOS ” dan tanpa perlakuan.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Ibu Nifas

Dijadikan sumber informasi dan wawasan baru terhadap alternatif

solusi pada permasalahan yang muncul di hari – hari pertama pemberian

ASI yaitu AS I yang tidak keluar, melalui metode “SP EOS” (Stimulasi

Pijat Endorphin, Oksitosin dan S ugestif).

2. Untuk Peneliti

Menambah pengetahuan, pemahaman dan melatih peneliti untuk

berfikir secara kritis dalam memecahkan masalah – masalah rutin dan non

rutin khusus nya dalam lingkup kebidanan yaitu pentingnya pemberian

ASI secara dini dengan cara mengantisipasi masalah yang mungkin akan

muncul dihari – hari pertama pemberian ASI yaitu pengeluran ASI,

sebagai kunci pemberian ASI secara eksklusif.

3. Untuk Pe mberi Pelayanan

Memberikan acuan bagi penyusunan kebijakan terkait (institusi

pelayanan) pilihan tindakan dalam memberika n pelayanan secara prima

untuk membantu me ngatasi masalah pengeluaran AS I dan untuk bidan

bisa dijadiakan acuan untuk meningkatkan keterampilan melalui pelatihan

yang mendukung dan terkait metode SPEOS.

5
4. Untuk Pe rkembangan Ilmu Pengetahuan

Memberikan kontribusi dan bentuk inovasi bagi

pengembangan keilmuan secara umum, khususnya kebidanan tentang

bagaimana upaya untuk meningkatkan mempercepat pengeluaran

ASI pada hari – hari pertama untuk mendukung pemberian ASI

eksklusif, melalui pemberian ASI secara dini. Selain itu penelitian ini

bisa dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingk up

1. Ruang lingk up wak tu

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan dari bulan Nopember –

23 Januari 2013

2. Ruang lingk up te mpat

Penelitian ini dilaksanakan di Bidan P raktek Mandiri (BP M) wilayah

Kabupaten C irebon

3. Ruang lingk up materi

Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan pengeluaran ASI antara ibu

nifas yang diberikan metode “SP EOS” (S timulasi P ijat Endorphin,

Oksitosin dan S ugestif) dengan yang tidak diberikan perlakuan (kelompok

kontrol).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas

1. Konsep Nifas

Masa nifas (puerperium), baerasal dari bahasa latin, yaitu puer

yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa

setelah melahirkan. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan ke mbali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira

6 minggu.

2. Masa Nifas dan Lak tasi

Masa nifas berkaitan erat dengan proses laktasi. Pada prosesnya

keberhasilan laktasi dipengaruhi kesiapan ibu dari awal masa nifas yang

bisa berhubungan dengan perubahan / adaptasi pada masa nifas. Setelah

melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga

mengakibatkan adanya beberapa peruba han dari psikisnya. Ia mengalami

stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan

asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat

menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus

diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab

yang luar biasa untuk menjadi seorang ibu.

7
B. Laktasi

1. Konsep Lak tasi

Laktasi adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil

dengan air susu ibu (AS I) dari payudara ibu. Bayi menggunakan

refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Dalam Kamus

Besar Bahasa indonesia Laktasi adalah pengeluaran susu dari kelenjar

susu

a. Hormon yang Mempengaruhi Pe mbentukan ASI

Hormon – hormon yang terlibat dalam proses pembentukan

ASI adalah sebagai berikut :

1) Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.

Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah

melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran

2) Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.

Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah

untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu,

sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis

hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi

ASI.

3) Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam

kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu

hormon yang disekresikan oleh glandula pituitari. Hormon ini

memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kadar

hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon


8
prolaktin dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa lepas atau

keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan membuat kadar

estrogen dan progesteron berangsur – ansur menurun sampai

tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin.

4) Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat

melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.

Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di

sekitar alveoli untuk memeras AS I menuju saluran susu.

Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk

ejection reflex .

5) Human placental lactogen (HP L): Sejak bulan kedua kehamilan,

plasenta mengeluarkan banyak HP L, yang berperan dalam

pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap

memproduksi ASI.

C. Endorphin

1. Definisi dan Cara Ke rja Endorphin

Berasal dari kata “endogenous + morphine“. Endorfin

merupakan molekul protein, yang diproduksi oleh sel dalam sistem saraf

dan bagian lain dari tubuh Anda.

Secara keseluruhan ada kurang lebih dua puluh jenis hormon

kebahagiaan. Meskipun cara kerja dan dampaknya berbeda – beda, efek

farmaologisnya sama. Diantara begitu banyak hormon kebahagiaan, beta –

9
endorfin paling berkhasiat, kerjanya lima atau enam kali lebih kuat

dibandingkan dengan obat bius.

Endorfin adalah polipeptida, yang mampu mengikat ke reseptor

saraf di otak untuk memberikan bantua n dari rasa sakit yang di sekresi

oleh kelenjar Hipofise. Endorphin merupakan hormon penghilang rasa

sakit yang alami berkaitan dengan reseptor opioid dalam otak. Peran

penting dari endorfin adalah bekerja dengan reseptor obat penenang yang

dikenal untuk meringankan rasa sakit secara umum. Endorphine dihasilkan

di otak Anda, saraf tulang belakang, dan ujung saraf lainnya.

Tubuh memproduksi secara alami terutama pada saat

berhubungan seksual, kehamilan, melahirkan, dan menyusui. Oksitosin

memicu pelepasan Endorphin. Riset menunjukkan bahwa

penggunaan. obat-obatan dan opioid dalam otak dapat menurunkan kadar

endorfin dan memicu terjadinya post partum blues.

2. Manfaat Endorphin

a) Manfaat secara umum :

1) Mengendalikan rasa sakit yang persisten/ menetap

2) Mengendalikan potensi kecanduan akan chocolate

3) Mengendalikan perasaan frustrasi dan stress

4) Mengatur produksi dari hormon pertumbuhan & sex

5) Mengurangi gejala- gejala akibat gangguan makan

6) Mengaktifkan NK cell (Natural Killer Cell) sehingga dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit dan

membunuh sel kanker.


10
7) Menunda/memperlambat proses penuaan

b) Manfaat pada Masa menyusui dan nifas :

1) ASI mengandung banyak endorphin sehingga bayi lebih tenang

dan merasa nyaman

2) Mengurangi resiko depresi paska persalinan /post partum blues

D. Sugestif dan Pengeluaran ASI

Menyusui merupakan hal yang pertama yang perlu segera

dilakukan ketika bayi memerlukan asupan nutrisi setelah kelahirannya.

Air susu ibu yang pertama kali didapatkan bernama colostrum, bersifat

sebagai antibodi terbaik bagi bayi. Dengan mendapatkan colostrum,

maka bayi akan terhindar dari infeksi dan beberapa penyakit pada hari –

hari pertamanya hadir ke dunia. 14

Keyakinan seorang ibu untuk dapat menyusui bayinya merupakan

faktor yang mendukung keberhasilan menyusui. Apa yang dialami tubuh

seseorang tergantung dari yang ada dalam pikiran bawah sadarnya.

Menurut para ahli, jiwa / pikiran bawah sadar manusia berperan 82%

terhadap fungsi dirinya, sedangkan jiwa sadarnya berperan 18%.

Betapa kuat rekaman di jiwa bawah sadar. Tetapi jika rekaman

bersifat negatif, bisa dinetralisir untuk kemudian diprogram ulang

(reprograming) dengan niat/sugesti positif. dengan kondisi e mosi yang

tenang, nyaman, stabil, dan rajin menanamkan afirmasi positif, ibu dapat

menetralisir semua rekaman negatif.

11
Sugesti / afirmasi positif dapat dilakukan dengan cara relaksasi

pikiran. Dengan perasaan relaks dan bahagia, air susu akan keluar dengan

lancar.

E. Oksitosin dan Pengeluaran ASI

1. Oksitosin

a. Efek Oksitosin Pada Pengeluaran Air S usu

Oksitosin berperan peting pada proses laktasi, suatu peran

yang lebih dipahami daripada kemungkinan peranan oksitosin dalam

persalinan. Proses laktasi, menyebabkan timbulnya pengiriman air

susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.

b. Tanda dan Sensasi Refleks Oksitosin Ak tif

ibu mungkin mengamati :

1) Sensasi diperah atau gelenyar (tingling sensation) di dalam

payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses

menyusui berlangsung

2) ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau

mendengar bayinya menangis

3) ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada

payudara yang lainnya

4) ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu

menyusui

5) Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi

keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama

12
6) Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukan bahwa

ASI mengalir ke dalam mulut bayi. 27

F. Metode “SPEOS” (Stimulasi Pijat Oksitosin, Pijat Endorphin, dan

Sugestif)

1. Dasar – Dasar Pijat

a. Definisi

Massage dalam bahasa Arab dan perancis berarti menyentuh

atau meraba. Dalam bahasa Indonesia disebut pijat atau urut. Selain

itu massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan

dengan ilmu – ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan – gerakan

tangan yang mekanis terhadap tubuh mausia dengan memepergunakan

bermacam – macam bentuk pegangan atau teknik. 27

b. Tujuan Pijat

1) Melancarkan peredaran darah

2) Menghancurkan pengumpulan sisa – sisa pembakaran di dalam sel

– sel otot yang telah mengeras yang disebut miogelosis (asam

laktat)

3) Menyempurnakan pertukaran gas – gas dan zat – zat di dalam

jaringan atau memperbaiki proses metabolisme

4) Menyempurnakan pembagian zat – zat makanan kese luruhan

tubuh

5) Menyempurnakan proses pencernaan makanan

13
6) Menyempurnakan proses pembuangan sisa – sisa pembakaran ke

alat – alat pengeluaran atau mengurangi kelelahan

7) Merangsang otot – otot untuk bekerja

8) Merangsang jaringan – jaringan saraf

9) Membantu penyerapan (absorbsi)

10) Membantu pembentukan sel – sel baru

11) Membersihkan dan menghaluskan kulit

12) Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh

13) Menyembuhkan atau meringankan gangguan penyakit yang boleh

dipijat

2. Pijat Endo rphin

Endorphin massage merupakan suatu metode sentuhan ringan yang

dikembangkan pertama kali oleh Constance Palinsky. Sentuhan ringan ini

bertujuan meningkatkan kadar endorphin, ( untuk membiarkan tubuh

menghasilkan endorphine).

Tahapan melalukan pijat endorphin adalah sebagai berikut :

a. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakuakan dengan duduk atau

berbaring miring

b. Tarik nafas dalam, lalu hembuskan dengan lembut sambil menutup

mata. Seme ntara itu, petugas atau suami mengelus permukaan luar

lengan anda, mulai dari tangan sampai lengan bawah. Lakukan

belaian dengan lembut menggunakan jari jemari atau hanya ujung –

ujung jari

c. Setelah sekitar 5 menit, minta suami untuk berpindah ke lengan /


14
tangan yang lain

d. Sentuhan bisa dilakukan di daerah punggung, lakukan pijatan lembut

dan ringan arah bahu kiri dan kanan membentuk huruf V, ke arah

tulang ekor

e. Terus lakukan pijatan berulang – ulang.

3. Pijat Oksitosin

Merangsang refleks oksitosin membantu pengeluaran ASI. Cara

merangsang refleks oksitosin bisa dilakukan dengan pijat oksitosin,

dengan langkah sebagai berikut :

a. Bantu ibu secara psikologis :

1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu

2) Cobalah mengurangi sumber – sumber nyeri dan kecemasanya

3) Bantu ibu membangun pikiran dan perasaan positif tentang

bayinya

b. Bantu ibu secara praktis :

1) Duduk tenang dan sendirian atau dengan suami, keluarga, teman

yang mendukung. Beberapa ibu dapat memerah AS I dengan

mudah

2) Mendekap bayi dengan kontak kulit, jika memungkinkan. Jika

tidak memungkinkan ibu dapat memandangi bayinya. Jika ini

tidak memungkinkan juga, kadang hanya dengan foto banyinya

pun bisa membantu

15
3) Minum minuman hangat yang menena ngkan. Tidak dianjurka

minum kopi karena mengandung kafein

4) Menghangatkan payudaranya. Sebagai contoh : ibu dapat

menempelkan kompres hangat, atau air hangat, atau mandi

pancuran air hangat

5) Merangsang puting susunya. Ibu dapat menarik dan memutar

putingnya secara perlahan dengan jari – jarinya

6) Memijat atau mengurut payudaranya dengan ringan

7) Memijat punggungnya.

Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja

di depannya, dan meletakan kepala di atas lengannya. Payudara

tergantung lepas, tanpa pakaian. Penolong memijat di sepanjang

kedua sisi tulang belakang ibu.

Menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari

nmenunjuk ke depan, tekan kuat – kuat membentuk gerakan –

gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jrainya. Pada saat

bersamaan, ia meminjat ke arah bawah pada kedua sisi tulang

belakang, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2 atau 3 menit.

16
Gambar 2.9

Pijat Oksitosin

4. Sugestif

Sugestif / afirmasi positif dilakuka untuk mempersiapkan agar ASI

bisa mengalir dengan lancar dan memenuhi kebutuhan bayi sejak hari
14
pertamanya hadir di dunia. Langkah – langkah nya adalah sebagai

berikut)

Pada saat duduk pusatkan pandangan atau perhatian pada satu

titik atau benda terus – menerus hingga terasa kelopak mata semakin

santai, mulai berkedip perlahan untuk kemudian biarkan kedua mata

terpejam. N ikmati santainya raga dan jiwa. Teknik ini disebut fiksasi

mata.

b) Jika ada pikiran datang, sementara biarkan saja, tetap pusatkan

perhatian pada musik dan panduan.

17
c) Saat ini, bisa lakukan teknik “isolasi diri’ dengan berulang – ulang

niatkan: “suara apa pun yang ada tetap membuat diriku semakin

tenang/rileks”.

d) Berikan sugesti “relaksasi ini membuat saya merasa tenang, damai,

dan kelembutan yang terasa di seluruh tubuh serta pikiran. Saya akan

mampu menyusui bayi saya dengan lancar, lebih mudah dan

berbahagia.

e) Ulangi relaksasi setiap hari atau dua hari sekali. Cari waktu saat bayi

sedang tidur agar bunda bisa melakukan relaksasi dengan baik.

Rasakan bahwa AS I bunda semakin lancar dan si bayi semakin sehat.

Tak ada yang dapat menghalangi bunda dalam memberikan AS I.

5. Metode “SPEOS”

Metode ini dilakukan dengan mengkombinasikan antara pijat


18
endorphin, pijat oksitosin dan sugestif / afirmasi positif. Tujuan dari

metode “SP EOS” adalah untuk membantu ibu nifas (menyusui)

memperlancar pengeluara n ASI dengan cara stimulasi untuk merangsang

hormon oksitosin sehingga selanjutnya keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif bisa tercapai. Konsep dari metode “SPEOS ” ini adalah seorang

ibu yang menyusui tidak hanya dipandang / dibantu dari aspek fisik saja

tetapi proses adaptasi psikologis juga menjadi kajian, terlebih hormon

oksitosin ini sangat “sensitif’ dengan kondisi psikologis ibu.

18
Langkah – langkah metode ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan :

1) Persiapan alat

a) Kursi (jika ada) / tempat duduk dan tempat bersandar

b) Minyak aromaterapi sesuai keinginan pasien

c) Handuk

d) Foto bayi (jika ada) atau video

2) Persiapan penolong

a) Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien

b) Mencuci tangan

3) Persiapan lingkungan

a) Menutup gorden atau pintu

b) Pastikan privasi pasien terjaga

b. Pelaksanaan

1) Bantu ibu secara psikologis

a) Bangkitkan rasa percaya diri

b) Cobalah membantu mengurangi rasa sakit dan rasa takut

dengan teknik relaksasi

c) Bantu pasien agar mempunyai pikiran dan perasaan baik

tentang bayinya dengan menimajinasikan bahwa bayinya

menanti ASI dari ibunya dengan dekapan.

2) Bantu kenyamanan posisi ibu

Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas

meja di depanya dan mele takan kepalanya diatas lenganya.


19
Payudara tergantung lepas, tanpa baju, handuk dibentangkan

diatas pangkuan pasien. Jika kondisi tidak ada kursi dan tempat

bersandar, ibu bisa dalam posisi duduk.

3) Pada saat duduk minta ibu pusatkan pandangan atau perhatian

pada satu titik atau benda terus – menerus hingga terasa kelopak

mata semakin santai, mulai berkedip perlahan untuk kemudian

biarkan kedua mata terpejam. N ikmati santainya raga dan jiwa.

Teknik ini disebut fiksasi mata.

4) Sambil proses mata relaksasi, penolong mulai melakukan pijatan

dimulai dari leher ke punggung (kiri dan kanan) secara

bersamaan dimulai dari atas kemudian kebawah, keatas lagi ke

samping lengan dan tangan kiri dan kanan.

5) Lakukan berulang kurang lebih 3 – 4 kali sambil terus

memastikan ibu fokus dan relaks sebelum kita memasukan

sugesti positif. Bantu dengan kata – kata “jika ada pikiran

datang, sementara biarkan saja. Suara apa pun yang ada tetap

membuat diriku semakin tenang/rileks”.

Key point : ini merupakan gabungan pijat endorphin dan

tahapan awal sugesti postitif untuk merangsang hormon

endorphin dikeluarkan.

6) Ganti gerakan tangan petugas dengan mengimajinasikan garis

sepanjang tulang belakang kemudian tarik garis imajiner ke kiri

dan k e kanan masing – masing kurang lebih 1 cm. mulai dari

20
atas (dibawah os servik) dengan menggunakan kedua ibu jari

yang diposisikan pada garis imajiner tadi, lakukan pemijatan

dengan arah memutar / sirkuler. secara berkesimnambungan dan

sinergis sampai pinggang. Kemudian pijat kearah atas dengan

teknik yang sama. Lakukan sebanyak 2 kali atau dirasa cukup.

7) Seiring perubahan tangan maka sugesti mulai dilakukan dengan

kata – kata “relaksasi ini membuat saya merasa tenang, damai,

dan kelembutan yang terasa di seluruh tubuh serta pikiran. Saya

akan mampu menyusui bayi saya dengan lancar, lebih mudah

dan berbahagia, AS I saya akan keluar melimpah dan tak ada

yang dapat menghalangi bunda dalam memberikan ASI.

8) Sambil terus memberikan sugesti positif, Lakukan hal yang

sama dengan mengganti pijatan ibu jari dengan menggunakan

ruas buku jari telunjuk yang ke dua.

9) Terakhir lakukan dengan menggunakan kepalan tangan dengan

arah keatas dan kebawah secara berlawanan antara tangan kiri

dan kanan.

10) Amati respon ibu selama tindakan

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Bagan 3.1 Skema kerangka konsep penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Metode SP EOS Pengeluaran ASI

Variabel Perancu :

Inisiasi Menyusu Dini

Keterangan : = diteliti

= tidak ditelit

B. Hipotesis Akhir

Metode “SP EOS” (Stimulasi P ijat Endorphin, Oksitosin dan S ugestif),

lebih efektif terhadap ibu – ibu yang bermasalah dalam pengeluaran ASI.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan jenis

eksperimental quasi (semu). Penelitian eksperimental adalah suatu prosedur

penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan/intervensi pada

subjek penelitian, dengan tujuan menilai pengaruh suatu perlakuan pada

variabel independen terhadap variabel dependen.

22
Jenis penelitian ini menggunakan eksperimental quasi (semu) yaitu

suatu eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian dengan

menggunakan rancangan tertentu dan atau penent uan subjek secara nir-acak

untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat penelitian. S ituasi

penelitian merupakan variabel dependen yang diberikan intervensi atau


29
perlakuan oleh peneliti. Intervensi variabel dependen dilakukan dengan

menggabungkan metode pijat endorphin, oksitosin dan sugestif disingkat

dengan metode “SP EOS” kemudian mengukur efek pada variabel terikat

yaitu pengeluaran ASI.

Dalam penelitian ini kelompok kontrol tidak diberikan perlakukan,

yaitu ibu nifas dengan masalah pengeluaran AS I tanpa dilakukan stimulasi

metode “SPEOS ” hal ini didasarkan pada perlakuan yang biasa diberikan

pada kasus pengeluaran ASI di hari pertama yaitu ditunggu tanpa intervensi

sampai 3 hari.

Rancangan yang digunakan adalah post test only design with control

group yaitu suatu pengukutan hanya dilakukan pada saat terakhir penelitian.

Dalam rancangan ini intervensi hanya dilakukan pada kelompok intervensi

sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi. Kelompok

intervensi diberikan perlakuan dengan metode “SP EOS ”, mulai hari 1 sampai

hari ke 3. Pola untuk rancangan ini adala h :

23
Bagan 3.2 Skema rancangan penelitian

E X O1

K O2

Keterangan :

E : subjek (Ibu N ifas) kelompok perlakuan / eksperimen

K : subjek (Ibu N ifas) kelompok kontrol

X : intervensi metode “SPEOS ”

O1 : pengeluaran ASI pada post test kelompok perlakuan

O2 : pengeluaran ASI pada post test kelompok kontrol

D. Populasi dan Sampel Penelitiam

1. Populasi Pe nelitian

Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu nifas di Bidan Praktek

Mandiri (BPM) wilayah Kabupaten C irebon yang ada pada periode

Nopember tahun 2013 – Januari tahun 2014 dengan estimasi sebanyak

7945 orang.

2. Sampel Penelitian

Penentuan sampel dilakukan dengan tahapan penentuan besar

sampel dengan menggunakan ukuran sampel untuk penelitian

eksperimen sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing – masing

kelompok sebanyak 20. 30

24
Untuk mengantisipasi drop out atau subyek yang tidak taat, maka

peneliti melakukan koreksi terhadap besar sampel, dengan

menambahkan sejumlah subyek agar besar sampel tetap terpenuhi,

menggunakan perhitungan sebagai berikut : 31

𝑛
��′ =

1−𝑓

n = besar sampel yang dihitung

f = perkiraan proporsi drop out, diperkirakan 10% (f = 0.1)

𝑛
��′ =

1−𝑓

20
��′ = = 22

1− 0.1

Dari perhitungan besar sampel didapatkan 22 ibu nifas yang

ditentukan menjadi kelompok intervensi / perlakuan begitu juga dengan

kelompok kontrol sebanyak 22 ibu nifas. Teknik pengambilan sampel

menggunakan consecutive sampling yaitu ibu nifas yang datang secara

berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukan dalam penelitian

jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

Tempat penelitian yang digunakan adalah tempat Bidan praktek

mandiri (BPM) yang bersedia dijadikan tempat penelitian yang awalnya

direncanakan 12 menjadi 8 BPM dengan pertimbangan Bidan di BPM


25
tersebut bersedia menjadi enumerator atau observer dengan bekal

pelatihan hypnobithing dan terpapar tentang pijat oksitosin dan

endorphin.

Sampel sebaiknya memiliki kriteria yang dikehendaki yaitu :

a. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat


33
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.

Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan

kriteria inklusi. kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Ibu P rimipara

2) Ibu nifas hari 1dan memiliki masalah pengeluaran ASI

3) Diberikan Vitamin A pada hari ke 3

4) Bayi tidak diberikan susu formula pada saat dilakukan penelitian

5) BB bayi ≥ 2500 gram

b. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Ibu yang menolak menjadi responden

2) Ibu yang merokok

3) Kondisi ibu da n bayi tidak sehat pada kasus kegawatdaruratan

26
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Table
3.1
Definisi
Operasional

No Variabe l De finis i Ope ras ional Has il Ukur Skala

Variabel Independen Ukur


1 Metode Suatu alternatif cara yang 1. Ya (dilakukan Nominal

“SPEOS” dilakukan untuk menstimulasi intervens i)

pengeluaran ASI dengan 2. Tidak


kombinasi metode pijat

endorphin oks itos in, dan

sugestif yang dilakukan pada

hari pertama (30 - 60 menit


Variabel Dependen
2 Pengeluaran postpartum)
Jangka waktusesuai denganASI
pegeluaran Data continue dalam Rasio

ASI waktu kelahiran


setelah dilakukanbayi. Selama 3
pemijatan satuan jam

hariPenelitian
F. Alat dan Cara atau sampai ASI keluar,

frekuensi satu kali dalam satu


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
hari.
primer yaitu data diambil langsung dari responden (ibu nifas) di

Bidan Praktek Mandiri (BPM). Alat pengumpulan data yang digunakan

yaitu :

1. Metode “SPEOS ” dilakukan oleh petugas sebanyak 1 orang

dengan prinsip pemijatan di sekitar punggung sejajar dengan

payudara disertai dengan sugeti positif dengan tujuan merangsang

27
hormon oksitosin untuk membantu memperlancar pengeluaran AS I,

untuk langkah – langkah pemijatan terlampir.

Untuk mengetahui reaksi / sensasi dari pemijatan, disertakan lembar

observasi dalam bentuk check-list yang berisi :

a) Sensasi diperah atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara

b) ASI dirasa mengalir dari payudara

c) Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi

keluarnya darah selama menyusui

2. Pengeluaran ASI menggunakan alat ukur lembar observasi yang

didalamnya berisi check-list evaluasi hari 1 – 3, berisi catatan waktu

dalam satuan jam untuk mengevaluasi cairan yang keluar dengan cara

memerah ASI atau apabila ASI keluar dengan sendirinya.

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan – tahapan pengumpulan data, yaitu :

1. Persiapan

a) Bahan yang akan digunakan

Peneliti menyiapkan bahan – bahan yang akan dibutuhkan untuk

metode “SP EOS ” diantaranya minyak dengan berbagai aroma untuk

pilihan ibu nifas pada saat proses pijat. Jika aroma tidak ada yang

disukai, ibu bisa menggunakan minyak sendiri. Minyak aroma terapi

di bagikan dan disimpan pada tempat penelitian dengan penanggung

jawab enumerator yang ditunjuk di masing – masing tempat.

28
b) Karakteristik responden

Responden dalam penelitian dipersiapkan sesuai dengan kriteria

sampel penelitian.

c) Enumerator

Peneliti melibatkan 8 enumertor yang bisa berperan sebagai

enumerator pelaksana maupun observer yang sebelumnya telah

terpapar tentang metode pijat oksitosin, pijat endorphin dan sugestif,

(yang sudah pelatihan hypnobirthing). untuk persamaan persepsi

sampai diyakini memiliki satu pemahaman.

d) Prosedur administrasi

1) Peneliti mengajukan kaji etik pada institusi

2) Mengajukan surat ijin penelitian pada tempat penelitian

2. Pelaksanaan

a) Penelitian dilakukan bersamaan pada BPM yang di tunjuk sebagai

tempat penelitian yaitu sebanyak 8 BPM

b) Peneliti meminta data kepada Bidan yang telah ditetapkan sebagai

tempat penelitian

c) Menentukan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

d) Peneliti memperkenalkan diri

e) Memberikan informed consent / Lembar Persetujuan K lien

29
f) Memastikan ibu bermasalah dengan ASI di hari pertama dengan

memerah ASI

g) Melakukan penelitian dengan melibatkan enumerator yang sudah

ditunjuk

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi kegiatan:

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Editing dilakukan

setelah responden memenuhi jumlah yang ditentukan dan semua data

di peroleh dari tiap – tiap bidan.

b) Coding (Pengkodean)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pengkodean dibuat

sesuai dengan pengkategorian variabel independen dan dependen pada

definisi operasional .

c) Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau data based komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat table

30
kontingensi. Peneliti melaksanakan data entry setelah proses editing

dan koding selesai.

d) Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalis. Dalam penelitian analisis yang digunakan yaitu

univariat dan bivarit. 33

2. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara

deskriptif mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing – masing


28
variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun terikat. Pada

penelitian ini ingin mengidentifikasi waktu pengeluaran ASI pada ibu

nifas pada kelompok intervensi, dan identifikasi pengeluaran ASI

pada kelompok kontrol. Selain itu peneliti juga mencantumkan

gambaran deskriptif karakteristik responden yaitu umur, pendidikan

dan pekerjaan sebagai pendukung data yang ada.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan antara ibu nifas yang diberikan intervensi metode “SPEOS

“(Stimulasi P ijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif)

31
dibandingkan dengan pengeluaran secara fisiologis terhadap

pengeluaran ASI dan efektivitas dari metode SPEOS tersebut. Uji

statistik yang bisa digunakan adalah uji t atau Mann – Whitney.

Uji t digunakan untuk membandingkan dan membedakan dua

variabel serta untuk menguji generlisasi dari hasil analisis. Penelitian

ini menggunakan uji beda dua mean independen (uji T independen)

dengan tujuan untuk mengetahui perbedaa n mean dua kelompok data

independen, dengan syarat asumsi :

1) Data berdistribusi normal

2) Dua kelompok data independen

3) Variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik

(ket: kategorik hanya dua kelompok)

Hasil uji normalitas data pada responden yang diberikan

intervensi metode SPEOS maupun yang tidak dilakukan intervensi,

menunjukan nilai p value (0,000 ) < alpha (Ho ditolok), artinya

distribusi variabel pengeluaran ASI berbentuk tidak normal.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk uji statistik menggunakan Mann

– Whitney.

Keputusan hasil uji statistik dengan membandingkan nilai p (p

value) dan nilai α (alpha), ketentuan yang berlaku adalah sebagai

berikut :

32
1) Bila nilai p ≤ nilai α, maka keputusannya adalah Ho ditolak

artinya ada perbedaan kejadian (mean / proporsi) antara kelompok

intervensi (metode “SPEOS ”) dengan kelompok kontrol

2) Bila nilai p > nilai α, maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak

artinya tidak ada perbedaan kejadian (mean / proporsi) antara

kelompok intervensi (metode “SP EOS ”) dengan kelompok

kontrol.

c. Evaluasi

1) Evaluasi perasaan dan reaksi ibu, melalui lembar observasi yang

meliputi tingling sensation atau gelenyar, ASI yang dirasa

mengalir, dan adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim.

2) Evaluasi pengeluaran ASI, dengan teknik memerah

3) Simpulkan hasil kegiatan, hasil kegiatan di informasikan pada

ibu nifas dengan ketentuan :

a) Jika ASI sudah keluar maka metode SPEOS dihentikan dan

ibu dimotivasi untuk terus memberikan ASI untuk

mempertahankan kelancaran pengeluaran AS I

b) Jika AS I belum keluar, maka di lanjutkan pada tahap

selanjutnya (point 4)

4) Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya, sampai maksimal hari ke

tiga

5) Akhiri kegiatan apabila AS I sudah keluar atau maksimal sampai

hari ke tiga

33
G. Kerangka Teori

Ibu
Nifas

Kondisi
Menyusui Bayi
Psikologis / Postpartum Bluse
(Reflek Sucking)

Hormon Hormon
Endorphin Oksitosi

Stimulasi
Sugesti Pijatan P unggung
Positif

Metode Pengeluaran

SPEOS ASI

34

Anda mungkin juga menyukai